Selasa, 20 Juli 2010

Isu Penculikan Nyebar di 11 Daerah

Selasa, 20 Juli 2010

Warga Main Hakim Sendiri
Polda: Tak Benar Itu dari Polisi

Surabaya - Surya- Isu penculikan anak yang mulai terdengar kabarnya di Jatim sejak Juni lalu, kini semakin tak terkendali. Ironisnya, cukup banyak warga masyarakat yang termakan isu yang tak jelas jluntrungan-nya itu.
Karena belum ada upaya serius yang terkoordinasi dari pihak berwenang untuk mengatasi isu yang beredar secara berantai lewat SMS itu, penyebaran isu penculikan tersebut tambah meluas. Dalam sehari kemarin saja, diberitakan SMS penculikan itu menyebar di tujuh daerah, yaitu Sumenep, Pamekasan, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Probolinggo, dan Kediri. Penyebaran SMS gelap itu, sebelumnya juga diketahui terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Sidoarjo, dan Jombang.

Kemarin, karena beredarnya SMS penculikan itu di Sumenep, Pemkab setempat mengerahkan aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk turun ke lapangan. Sayangnya, langkah Satpol PP yang sebetulnya bertujuan untuk menentramkan warga itu, justru bisa memunculkan kekhawatiran bertambah besar di masyarakat. Sebab, terkesan bahwa Satpol PP membenarkan telah terjadi penculikan anak di tempat lain.

“Kami umumkan ke masyarakat dan kami minta para orangtua untuk menjaga anaknya baik saat di sekolah atau di rumah. Jangan sampai kejadian penculikan juga terjadi di Sumenep,’’ ujar Moh Saleh, Kepala Seksi (Kasi) Operasional Satpol PP Sumenep, Senin (19/7).

Sebelum pengumuman Satpol PP itu, warga masyarakat Sumenep bergerak lebih jauh. Di Desa Gedang Gedang, Kecamatan Batu Putih, kekhawatiran yang berlebihan membuat sebuah mobil Avanza dikabarkan nyaris jadi korban, Minggu (18/7) malam. Selama ini, mobil Avanza dan APV memang selalu disebut-sebut dalam SMS berantai itu sebagai mobil-mobil yang dipakai penculik.

Informasi yang beredar menyebutkan, Avanza berplat L itu parkir di pinggir jalan di Desa Gedang Gedang, agak jauh dari tempat tinggal warga. Karena dicurigai mobil penculik, Avanza itu didekati warga untuk dirusak dan dibakar. Beruntung, si pemilik bersama temannya yang warga Desa Gedang Gedang muncul dari sebuah rumah yang berjarak 200 meter dari lokasi parkir mobil.

“Nyaris saja dibakar warga, tapi untung pemiliknya dan rekan dia segera datang. Ternyata pemiliknya orang Sumenep, yakni warga Desa Legung, Kecamatan Batang-Batang,” kata Etto, warga Desa Gedang Gedang.

Tetapi, informasi tersebut tidak bisa dikonfirmasi oleh pihak kepolisian. Kapolres Sumenep, AKBP Pri Hartono S.IK melalui Kasat Reskrim, AKP M Andi Lilik menepis adanya laporan sebuah mobil Avanza berplat L yang hendak dibakar massa di Batu Putih.

“Sampai saat ini kami belum menerima laporan dari anggota Polsek Batu Putih kalau ada mobil dengan nomor polisi L hendak dibakar dan dirusak warga,” ucap Andi Lilik.

Sebelumnya, saking paranoid-nya, di Desa Andulang, Kecamatan Gapura, Sumenep, seorang pria ditangkap dan dihajar warga karena dicurigai sebagai penculik. Ternyata pria yang tak menggubris saat ditegur warga itu, baru diketahui sebagai orang tidak waras.

Sejauh ini, selain yang di Sumenep, setidaknya ada dua lagi orang yang jadi korban akibat isu tak bertanggung jawab tentang penculikan anak itu. Pada 12 Juli lalu, AKP Sidik Haribowo, Kapolsek Grabakan, Tuban, dikejar ratusan warga karena dikira penculik.

Saat itu, kapolsek sebetulnya sedang membantu rombongan orang dari Surabaya yang naik mobil Xenia (yang bodinya mirip Avanza) dan hendak mencari pengobatan alternatif di Desa Ngrejeng, Kecamatan Grabagan.

Warga yang melihat mobil itu kerap berhenti dan bertanya-tanya, mulai curiga. Apalagi setelah dilihat di dalam mobil ada sejumlah kembang dan kain mori. Padahal, kembang dan kain itu untuk syarat pengobatan alternatif. Ketika warga hendak beraksi, kapolsek yang kebetulan lewat, datang menolong.

Tak dinyana, warga yang sepertinya tak mengenal kapolsek, makin curiga. Karena situasi tak aman, kapolsek mengambil alih kemudi Xenia dan melarikannya. Mobil yang disopiri kapolsek dan rombongan dari Surabaya itu dikejar ratusan warga dengan bersepeda motor. Baru sesampai di Mapolres Tuban, massa pengejar berhasil dihalau setelah polisi melepas dua kali tembakan.

Korban lain isu penculikan itu adalah Samudin, 70. Warga Tamanan, Bondowoso itu dihajar massa pada 14 Juli lalu karena dikira penculik anak. Setelah diserahkan ke Polres Situbondo, diketahui bahwa Samudin ternyata bukanlah penculik, tapi pemulung sampah.

Dari SMS-SMS isu penculikan yang telah diketahui, semua mencatut lembaga kepolisian. Disebutkan, misalnya, di awal atau di bagian akhir SMS bahwa SMS itu dikirim oleh “Polres Situbondo”. Di SMS-SMS lainnya disebutkan berasal dari “Polres Sragen”, “Polres Probolinggo” atau dari “Kanit Reskrim Polsek Besuki”.

Yang beredar di Kabupaten Probolinggo agak unik. SMS isu penculikan itu sudah mengalami penyesuaian, yakni diterjemahkan ke dalam bahasa Madura.

Polres Sumenep menegaskan bahwa reaksi warga yang berlebihan atas isu penculikan di sana tak berarti bahwa isu tersebut benar adanya.

“SMS itu pekerjaan orang iseng yang ingin mengacaukan ketentraman masyarakat. Karena itu, masyarakat jangan sampai terpancing dan melakukan tindakan tidak benar seperti main hakim sendiri,” tandas Kapolres AKBP Pri Hartono SIK melalui Kasat Reskrim AKP M Andi Lilik.

Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Jatim, Kombes Pol Polisi Pudji Astuti juga menegaskan, SMS berantai tentang penculikan itu adalah tidak benar.

“Tidak ada itu, gak benar. Kami sudah cek semua Polres dan tidak ada kantor polisi yang mengirim SMS kewaspadaan seperti itu. Juga selama ini tidak ada laporan penculikan atau laporan kehilangan anak,” tegas Pudji saat dihubungi Surya, Senin (19/7).

Ia menambahkan, saat ini polisi masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui siapa yang mengirim SMS itu dan apa motifnya. Terkait mobil yang disebut milik “penculik” yaitu APV warna silver dengan nomor polisi (nopol) L 1857 GU seperti yang disampaikan dalam SMS, kata Pudji, dipastikan data itu tidak benar. Berdasarkan catatan kepolisian, nopol yang disebutkan itu adalah nopol untuk jenis mobil Toyota Terios dan bukan APV.

Polda Jatim mengimbau masyarakat untuk lebih waspada, tapi tidak perlu memercayai isi SMS yang disebarkan berantai itu. Masyarakat diminta untuk mengabaikan informasi yang dikirim melalui SMS yang mengatasnamakan polres tertentu, termasuk dengan adanya penyebutan jenis mobil dengan nopol tertentu.

“Yang penting SMS itu tidak usah dikembangkan, tidak usah diteruskan untuk dikirim lagi atau diramai-ramaikan,” pesan Pudji. nriv/sin/tiq/st35/rey

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/20/isu-penculikan-nyebar-di-11-daerah.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar