Jumat, 04 Juni 2010

BAP Nanang-Indah Dilimpahkan

Jumat, 4 Juni 2010 | 10:20 WIB

PROBOLINGGO - Kasus dugaan korupsi dalam perjalanan dinas (perdin) DPRD Kota Probolinggo Jilid III segera dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri (PN). Kini, Kejaksaan Negeri (Kejari) sedang menyiapkan dakwaan terhadap Nanang Koentjahjono dan Indah Wilujeng Liliawati. Keduanya pimpinan CV Indonesia Makmur (IM), perusahaan travel yang memfasilitasi perdin DPRD pada 2007 silam.

"Insya Allah, paling lambat berkas kedua tersangka itu sudah kami serahkan kepada PN," ujar Kasi Pidsus Kejari, Soegeng Prakosa SH, Kamis (3/6).Dikatakan sekarang jaksa penuntut umum sedang menyiapkan surat dakwaan.

Sekadar diketahui, sebelumnya dua kasus korupsi perdin DPRD sudah diproses Kejari dan PN Kota Probolinggo. Pada kasus perdin "Jilid I", Direktur PT Gilang Wisata Perkasa, Probolinggo, Miendwiati bahkan sudah divonis bersalah di PN Kota Probolinggo dengan 1 tahun penjara.

Kemudian pada pengungkapan kasus perdin "Jilid II", giliran Sekretaris DPRD, Abdul Hadi Sawie dijadikan tersangka. Kasus Sawie masih dalam tahap persidangan di PN Kota Probolinggo.

Kembali ke kasus perdin DPRD "Jilid III" dengan tersangka Nanang dan Indah, kata Kasi Pidsus, berkas keduanya akan dijadikan satu BAP. "Jadi nanti ada satu berkas dengan dua tersangka yang disidangkan bersama," ujar Soegeng.

Dalam pemeriksaan, Nanang dan Indah mengaku, CV IM sengaja membengkakkan (mark-up) dana perdin Komisi III DPRD pada 2007 silam. "Keduanya mengaku bekerja sendiri dalam mem-mark-up dana tersebut, tanpa melibatkan Sekretariat Dewan dan anggota Dewan," ujar Kasi Pidsus.

Nanang dan Indah selama ini sudah ditahan di Lapas, Kota Probolinggo sebagai tahanan titipan Kejari. Nanang ditahan sejak 29 April lalu, kemudian disusul Indah ditahan sejak 2 Mei lalu.

Sekadar diketahui, Indah dan Nanang dulu sama-sama mengelola CV Indonesia Makmur yang bergerak di bidang travel. Indah sebagai Direktur CV Indonesia Makmur punya peran penting dalam perusahaannya bekerjasama dengan tersangka Nanang.

Guna memenangkan tender travel, Nanang pun mengatur strategi dengan meminjam nama dua karyawannya untuk mendirikan CV tandingan. Kedua CV "abal-abal"itu kemudian ikut maju dalam lelang pengadaan barang dan jasa. Tentu saja dua CV "jadi-jadian" itu yakni, CV Vira Berlian memakai nama Mujalal sebagai direktur dan Direktur CV Indah Cemerlang bernama Kusumandoko kalah bersaing dengan CV Indonesia Makmur.

Dengan membawa tiga CV tersebut, tersangka maju ke DPRD untuk mendapat pekerjaan perdin komisi III ke Jakarta dan Depok. Akhirnya, seperti skenario, CV IM berhasil memenangkan tender dan melaksanakan perdin yang berlangsung 4-8 November 2007 silam.

Pada pelaksanaan perdin itu, kedua tersangka me-mark-up uang penginapan di hotel La Grandeur, yang mestinya Rp 475 ribu menjadi Rp 700 ribu/malam. Total pembengkakan dana mencapai Rp 80 juta dari sewa hotel dan pemalsuan SPJ (surat pertanggungjawaban). Mendapatkan pekerjaan perdin dewan dibuat seolah-olah ada lelang dengan menggunakan dua CV fiktif sebagai tandingan. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=72079e9b56f8ca4cf031b22a7bbe864f&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Demi Petani, Bupati Tolak Fatwa Haram Merokok

Jumat, 4 Juni 2010 | 08:00 WIB

Probolinggo - Surya- Fatwa haram merokok dari majelis Ulama Indonesia (MUI), tampaknya tak berpengaruh pada rencana musim tanam tembakau di Kabupaten Probolinggo.

Bahkan, untuk Tahun 2010 ini, kebutuhan pabrikan terhadap tembakau Probolinggo akan meningkat menjadi 10.300 ton atau meningkat 14,4 persen dibandingkan tahun lalu.

Hal itu terungkap dalam sosialisasi rencana musim tanam tembakau yang diikuti ratusan petani dan puluhan kepala desa dari tujuh kecamatan penghasil tembakau di Gedung Islamic Center Kraksaan, Rabu (2/6).

Tak hanya itu, Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin, juga sempat berorasi menolak munculnya fatwa MUI soal larangan merokok di depan sekitar 1.000 undangan dari kalangan petani, kepala desa, dan perwakilan pabrik rokok.

“Mungkin, saya satu-satunya bupati di Indonesia yang berani melawan fatwa soal larangan rokok,” ujarnya lantang. Ucapannya itu dibuktikan dengan menyiapkan sekitar 7.923 hektare areal tanaman tembakau di Kabupaten Probolinggo untuk tahun ini.

Ribuan hektare lahan tanaman tembakau itu tersebar di tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Krejengan, Besuk, Gading dan Kraksaan.

Keberanian Bupati Hasan menolak fatwa haram merokok itu, menurutnya untuk membela kepentingan petani. “Ini semua demi kepentingan rakyat. Kalau merokok Haram, maka petani akan kesulitan mencari makan,” sergahnya.

Tanaman tembakau banyak terdapat di wilayah timur Kabupaten Probolinggo. Mayoritas warganya bekerja sebagai petani tembakau. Sedikitnya terdapat 108 kelompok tani bertindak sebagai pengelola lahan tembakau. Setiap kelompok tani rata-rata beranggotakan 30-40 orang. Kebutuhan tembakau di Probolinggo mencapai 7.000 ton per tahun.ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/06/04/demi-petani-bupati-tolak-fatwa-haram-merokok.html


Pemerintah Evaluasi Pengusahaan 24 Ruas

JALAN TOL

Jumat, 4 Juni 2010

JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah akhirnya mengevaluasi pengusahaan 24 ruas tol dalam sembilan bulan ke depan. Ini berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2010.

"Selama sembilan bulan ini, total 24 ruas tol tersebut akan dievaluasi, mana yang bisa go atau no go (lanjut atau tidak)," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum Nurdin Manurung di Jakarta, Kamis (3/6).

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 Tahun 2010 merupakan tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005. "Melalui Permen PU tertanggal 7 Mei 2010 ini, kepastian penyelenggaraan jalan tol ke depan lebih terjamin. Ini karena amanat Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 telah mengatur alokasi risiko secara jelas," tuturnya.

Terdapat tiga risiko, antara lain pengadaan tanah dilaksanakan oleh pemerintah sebelum proses pengadaan badan usaha. Kedua, pemerintah dapat memberikan dukungan berupa pengadaan tanah, sebagian konstruksi, perizinan, dan insentif perpajakan. Ketiga, dukungan pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang harus tercantum dalam anggaran pendapatan dan belanja negara serta daerah (APBN/APBD).

Menurut dia, dari 24 ruas tol ini, sebanyak 20 ruas tol sudah mengantongi perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) sejak 2006. Namun, hingga sekarang macet dan tak ada kemajuan. "Jadi dalam hal ini, pemerintah dan swasta sama-sama default (gagal)," tuturnya.

Nurdin lantas memperkirakan, macetnya pembangunan 24 ruas tol karena sebagian besar atau 87 persen menggunakan pola bangun, operasional, dan transfer (BOT). Pada skema BOT ini, masalah pengadaan tanah, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan semuanya menjadi tanggung jawab investor. "Untuk pola ini, terdapat 20 ruas sepanjang 736,62 kilometer dengan investasi Rp 63,4 triliun," ujarnya.

Sedangkan skema kedua, terkait pengadaan tanah dan konstruksi yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan operasi-pemeliharaan oleh swasta (design built operate/DBO). Pola ini sekarang hanya satu ruas sepanjang 9,48 kilometer dengan investasi Rp 2,3 triliun. Selanjutnya skema ketiga gabungan antara pemerintah dan swasta, yakni pengadaan tanah dan konstruksi oleh pemerintah. Sedangkan sebagian konstruksi dan operasi pemeliharaan oleh swasta. "Skema ketiga ini kita namakan public private partnership (PPP) yang saat ini baru dua ruas sepanjang 177,12 kilometer dengan perkiraan investasi Rp 8,01 triliun," katanya.

Berdasarkan data BPJT, dari 24 ruas tol yang dievaluasi tersebut, secara umum terbagi tiga kelompok. Kelompok A, sudah menang tender dan sedang dalam persiapan untuk PPJT yang terdiri empat ruas toal sepanjang 212,65 km. Pada kelompok ini antara lain Cimanggis-Cibitung (25,39 km), Serpong-Cinere (10,14km), Solo-Mantingan-Ngawi (90,10 km), dan Ngawi-Kertosono (87,02 km).




Kelompok B, sebanyak delapan ruas tol sepanjang 314,85 km dan sudah mengantongi PPJT, namun belum mencapai pemenuhan pembiayaan. Bahkan hanya sebagian kecil yang sudah membebaskan tanah. Pada kelompok ini, antara lain Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, dan Pasuruan-Probolinggo. (Novi)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=254525

Proyek Tol Mangkrak, Pemerintah Beri Deadline 9 Bulan

Kamis, 03/06/2010 16:08 WIB
Suhendra - detikFinance

Jakarta - Kali ini pemerintah benar-benar serius untuk memastikan nasib proyek-proyek jalan tol yang masih mangkrak dengan cara mengevaluasi. Evaluasi itu akan menentukan berakhir atau berlanjutnya proyek tersebut dengan tender ulang kembali.

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) akan mengevaluasi ke 20 proyek tol yang sudah ada Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) selama 9 bulan kedepan namun hingga kini belum ada perkembangan. Evaluasi juga akan dilakukan pada 4 ruas lainnya masih baru selesai tender alias masih persiapan PPJT.

"Pemerintah akan mengevaluasi dalam waktu 9 bulan," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PU Nurdin Manurung dalam acara konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (3/6/2010).

Nurdin menjelaskan, landasan hukum evaluasi tersebut akan mengacu pada Perpres No 13 tahun 2010 yang dijabarkan oleh Permen PU No 6/PRT/M/2010 mengenai evaluasi pengusahaan jalan tol.

"Dengan Permen No 6 mengamanatkan evaluasi 24 ruas tol, hasilnya mana yang bisa diteruskan dengan syarat apa, dan mana yang diselesaikan karena apa," jelas Nurdin.

Beberapa ruas rol yang sudah PPJT namun masih belum ada kemajuan antara lain: Khusus Tol Trans Jawa yaitu Cikampek-Palimanan, Pejagan Pemalang, Pemalang-Batang, Semarang-Batang, Semarang-Solo, Kertosono-Mojokerto, Surabaya Mojokerto. Sementara non Trans Jawa yaitu JORR W 2 Utara, Cibitung-Cilincing, Cinere-Jagorawi, Bogor Ring Road (seksi 1 sudah operas), Bekasi-Cawang-Kp Melayu, Depok Antasari, Gempol-Pandaan, Gempol-Pasuruan, Ciawi-Sukabumi, Kunciran Serpong,Cengkareng-Kunciran, waru-Tanjung Perak dan Pasuruan-Probolinggo.

Sementara 4 ruas tol yang belum teken PPJT adalah ruas Cimanggis-Cibitung, Serpong Cinere, Solo-Mantingan-Ngawi dan Ngawi-Kertosono.
(hen/ang)

Sumber: http://www.detikfinance.com/read/2010/06/03/160826/1369258/4/proyek-tol-mangkrak-pemerintah-beri-deadline-9-bulan

Tiga Bocah Dipaksa Telanjang

Mandi di Kolam Alun-alun
Kamis, 3 Juni 2010 | 09:35 WIB

PROBOLINGGO, KOMPAS.com — Tiga bocah yang baru pulang mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Masjid Agung Raudlatul Jannah, Kota Probolinggo, Jawa Timur, ditelanjangi Didik, oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Mereka diperlakukan seperti itu lantaran mandi di kolam yang berada di alun-alun, sisi sebelah timur, Rabu (2/6/2010) sore.

Ceritanya, Didik yang kebetulan sedang berada di sekitar alun-alun melihat ketiga bocah itu sedang mandi di kolam. Melihat hal itu, ia langsung mengambil pakaian ketiganya yang ditaruh di dekat kolam dan menyuruh mereka naik. "Ayo naik, ini bukan tempat untuk mandi," ucap Didik kepada ketiga bocah itu.

Untuk memberi pelajaran, Didik kemudian menyuruh ketiga bocah itu keliling alun-alun dengan sepeda ontel yang mereka bawa, tanpa busana. Tentu saja, pemandangan yang tidak seperti biasanya itu mencengangkan warga yang sedang berada di alun-alun.

Sesampai di Jalan Ahmad Yani, pojok alun-alun, tepatnya di depan Telkom, seorang warga menghentikan langkahnya.

"Ya saya hentikan. Saya kasihan kepada mereka. Masak naik sepeda keliling alun-alun tanpa busana. Setelah saya tanya, katanya bajunya diambil Pol PP," ujar Rowi, warga Jalan Suroyo, yang menilai tindakan tersebut sudah keterlaluan.

Tidak hanya Rowi yang mengecam tindakan anggota Satpol PP itu, yang dianggapnya sudah tidak manusiawi. Seorang perempuan muda yang hendak membeli minuman dan makanan juga tampak marah besar. Begitu juga dengan warga lain yang kebetulan lewat di jalan tersebut. Setelah tahu mengapa ketiga bocah itu bertelanjang naik sepeda, mereka pun ikut mengecam Didik.

"Mestinya jangan ditelanjangi, beri mereka peringatan. Kalau anaknya sendiri diperlakukan seperti itu gimana?" ujar warga. Didik hanya cuek diprotes warga. (nst35)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/06/03/09355332/Tiga.Bocah.Dipaksa.Telanjang

Polisi Bergerak Datangi Korban Oknum Bulog

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Dugaan pengemplangan beras yang ditudingkan kepada DY, seorang oknum di Bulog Sub Divre VIII Probolinggo jadi atensi polresta setempat. Siang kemarin (3/6) dua orang penyidik unit Reskrim Polresta Probolinggo mendatangi Didit Adi Wijaya, pengusaha yang merasa telah jadi korban DY.

Polisi menanyakan kasus seperti yang diungkapkan Didit di media. "Pak polisi menanyakan soal kronologisnya. Nanti (kemarin) saya akan dikabari baiknya melapor di mana," kata Didit kemarin saat ditemui di gudang beras milik keluarganya, UD Akas di Jl Mastrip.

Setelah beberapa saat berbincang dengan Didit dan Adi Sutanto Saputro, ayah Didit, kedua polisi itu pergi meninggalkan gudang. "Kami mengkroscek dulu, apa sama seperti yang ada di pemberitaan. Selanjutnya akan kami koordinasikan dulu dengan pimpinan," ujar Aiptu Suyanto, salah seorang penyidik, sebelum meninggalkan gudang.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Didit menuding oknum Bulog mantan Kepala Gudang Bulog Curah Petung Lumajang DY ngemplang beras 108 ton atau senilai sekitar Rp 546.480.000 dan duit cash Rp 75 juta. Selain Didit, ada juga mitra Bulog dari Pasuruan dan Sidoarjo yang jadi korban DY.

Menurut Didit, pada akhir 2009 lalu Didit dengan bendera UD Akas Probolinggo diminta duit sebesar Rp 75 juta oleh DY yang saat itu menjabat kepala Gudang Curah Petung Lumajang. Dalihnya, dengan uang itu, Didit bakal dijanjikan beras 15 ton.

Duit Rp 75 juta dikirim, tapi beras tak kunjung datang. Justru Didit kemudian menitipkan beras 15 ton ke gudang Curah Petung atas persetujuan DY, walaupun tanpa kontrak. Sampai kemudian DY dipindah tugas ke Bulog Sub Divre VIII Probolinggo, beras 15 ton itu tak juga terbayar.

Ternyata ada juga pengusaha lain yang disebutkan bernasib seperti Didit. Mitra dari Pasuruan Anshari 41 ton dan Kholiq 8 ton. Sedangkan mitra dari Sidoarjo Uripan 20 ton, Khojin 16 ton dan Sumantri 8 ton.

Hingga saat ini DY masih belum membayar uang beras untuk para mitra itu. Didit mengaku sudah meminta pertanggungjawaban ke DY dan Kepala Bulog Sub Divre VIII Probolinggo Nawaf Rudianto. Tapi, Didit mengaku justru telah dipingpong.

Radar Bromo telah mengonfirmasi Nawaf soal ini. Ia mengaku tidak tahu soal apa yang dilakukan DY dengan Didit. Menurutnya, Didit sudah memasukkan beras tidak secara prosedural. Dan itu terjadi karena pertemanan DY dengan Didit.

Sementara kemarin saat didatangi polisi, Didit menunjukkan berkas surat jalan hingga bukti transfer uang ke rekening DY senilai Rp 20 juta pada 30 Desember 2009. "Pokoknya yang berupa uang cash Rp 55 juta. Yang Rp 20 juta saya transfer ke rekeningnya Pak DY. Beberapa kali menyerahkan uang itu ada yang Rp 10 juta, Rp 3 juta, Rp 25 juta. Jadi totalnya sampai Rp 75 juta," cerita Didit.

Dia juga menunjukkan surat jalan 15 ton beras ke gudang beras Bulog (GBB) di Curah Petung, Lumajang. Itu juga menjadi bukti penitipan beras oleh Didit walaupun tanpa disertai surat kontrak. Walau dianggap menyalahi prosedur, menurut Didit itu dilakukan lantaran DY berani.

Di dalam surat jalan itu tertulis pengiriman beras 1.000 sak (sama dengan 15 ton) yang diangkut menggunakan dua truk. Tapi, dalam surat jalan itu tertulis hanya 158 sak (2.370 kg) yang diterima. Sisanya ditolak oleh pihak gudang. Tapi, di belakang kertasnya terdapat tulisan ralat bahwa semua beras sudah diterima lengkap dengan tanda tangan staf gudang.

"Saya tidak tahu apa maksudnya ini. Mungkin ini permainan orang yang ada di gudang. Semua kiriman beras saya sudah dibongkar dan diletakkan di gudang. Cuma waktu itu bukan Pak DY yang menerima langsung, karena Pak DY masih rapat," tegas Didit.

Tidak hanya punya Didit, mitra di Pasuruan dan Sidoarjo punya surat jalan bukti bahwa beras sudah diantar ke gudang. Dalam surat jalan tersebut langsung ditandatangani oleh DY.

Pernyataan Didit dipertegas oleh Suhadi, sopir truk yang mengantar ke gudang Curah Petung. "Ada dua truk yang mengantar ke gudang Lumajang. Saya sendiri yang menunjukkan surat jalan dan melihat semua beras di dua truk dibongkar sama Bulog. Berasnya lalu dimasukkan ke gudang. Soal lain-lain saya tidak tahu," cerita Suhadi.

Sementara itu, Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto menjelaskan kedatangan petugas reskrim ke gudang UD Akas kemarin sebagai bentuk pelayanan masyarakat yang diberikan oleh Polri.

Polisi membutuhkan data terkait masalah beras itu dan mengkoordinasikannya. "Muncul di pemberitaan, kami proaktif kesana untuk menggali data. Informasi sementara ini yang kami terima, beras dikirim ke gudang Lumajang. Kasus ini masih penyelidikan, kami cari tahu apakah ada tindak pidana atau bukan," jelas Kapolresta kemarin. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Tidak Trauma Banjir Dapat Bantuan, Petani Ikan Semangat

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO-Banjir di Kota Probolinggo akhir Mei lalu sempat membuat para petani ikan di Kelurahan Pilang, Kademangan, patah arang karena merugi. Namun kini mereka kembali bersemangat setelah Pemkot berjanji akan membantu bibit ikan.

Memang kerugian para petani ikan itu tidak sedikit. Total dari 34 kolam lele milik 20 petani, kehilangan sekitar 81 ribu ekor ikan lele siap panen. Jika diuangkan kerugiannya mencapai Rp 43.355.000.

Selain lele, ada juga petani ikan nila dan bandeng yang juga mengalami nasib sama. Total ada sekitar 10 ribu ekor bandeng dan 15 ribu ikan nila ucul gara-gara banjir itu. Nilai kerugiannya mencapai Rp 31,5 juta.

"Kabarnya akan dibantu bibit oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Probolinggo," ujar Sudarsono, ketua kelompok tani Pemberdayaan Sumber Daya Alam (PSDA), Kelurahan Pilang.

Rencananya ada empat macam bibit ikan yang akan diberikan kepada para petani itu. Yakni 80 ribu bibit ikan lele, 25 ribu ikan nila, 10 ribu bandeng, udang fanamae 25 ribu ekor, dan ikan gurami 3 ribu ekor. "Selain bantuan bibit, kami juga berharap ada bantuan untuk pakan. Karena itu akan lebih meringankan beban teman-teman," ujar Sudarsono.

Kabar soal bantuan itu membuat para petani itu kembali bersemangat. Mereka mulai memerbaiki kembali kolam-kolam ikannya. Dan, membuatnya lebih baik dan tahan terhadap banjir. "Tanggul kolamnya dibikin tambah tinggi, karena khawatir ada banjir lagi," ujar Sudarsono.

Menurutnya, tinggi tanggul kolam itu dibuat lebih tinggi sekitar setengah meter. Selain itu, masih diberi jaring sebagai pengaman dari binatang-binatang pemangsa. "Kalau banjirnya seperti kemarin (Mei) masih kuat. Tapi, kalau lebih besar akan hilang lagi," tegas Sudarsono.

Menurut Sudarsono, berdasarkan aspirasi dari anggotanya, adanya bantuan yang direncanakan oleh BPBD itu akan lebih baik bila berbentuk uang. Pasalnya, para petani akan lebih mudah memanfaatkan uang tersebut. Termasuk untuk mencari bibit ikan yang baik. "Kalau berbentuk uang, kami bisa memilih bibit ikan yang bagus. Juga, bisa sebagian bisa kita gunakan untuk membeli pakannya," ujarnya.

Di samping itu, menurutnya pada saat ini sudah ada sebagian petani yang mulai menabur benih. Itu, dikarenakan mereka bermaksud mengejar keuntungan dan panen pada Agustus dan September nanti. Karena bulan itu, akan berdekatan atau bertepatan dengan Ramadan dan hari raya Idul Fitri. "Biasanya, harga ikan akan naik pada Ramadan dan hari raya. Kenaikannya bisa sampai 20 persen," jelas Sudarsono.

Diketahui sebelumnya, pada Mei lalu Kota Probolinggo dilanda bencana banjir. Gelontoran air itu, sampai masuk ke rumah-rumah. Juga melanda kolam-kolam ikan milik para pembudidaya ikan di RW III kelurahan Pilang. Akhirnya, ikan-ikan yang sebagan besar sudah siap di panen itu raib "dimakan" bajir. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162358

Diklat di SMKN 4 Probolinggo

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Selain Jurnalistik Goes to Pesantren, Radar Bromo kini juga membuka program Jurnalistik Goes to School. Sekolah-sekolah umum bisa memanfaatkan program ini untuk memberi bekal ilmu jurnalistik pada murid-muridnya. Dan kemarin (3/6), diklat itu digelar di SMKN 4 Kota Probolinggo.

Dalam program ini, SMKN 4 memilih materi teknik menulis berita dan artikel. Ratusan siswa mengikuti program yang dilaksanakan di ruang bengkel teknik.

Bengkel yang berisi bermacam mesin pun disulap menjadi aula sederhana. Semua mesin dipindah ke bengkel di sebelahnya. Lalu, kursi untuk pembicara ditata di bagian depan, taman kecil, proyektor, dan karpet sebagai alas para peserta. Alhasil, bengkel ini berubah menjadi aula yang cukup nyaman untuk diklat.

SMKN 4 sendiri sebenarnya terbilang sekolah baru. Sekolah dengan lima jurusan ini baru meluluskan satu angkatan. Namun, Waka Kesiswaan Mubari tidak mau menyepelekan kemampuan tulis menulis siswanya.

"Baru-baru ini kami menang lomba jurnalistik. Karena itu, kami memang ingin lebih mendalami jurnalistik ini. Harapan kami, nantinya ada beberapa siswa yang secara serius dididik di bidang ini," terang Mubari pada tim diklat jurnalistik usai acara berlangsung.

Peserta sendiri mengikuti materi yang disampaikan Hana Susanti dari Radar Bromo dengan cukup antusias. Dimulai dengan mengenalkan konsep berita secara sederhana. Acara selanjutnya mengalir dengan lebih banyak proses dialog.

Peristiwa-peristiwa aktual banyak dijadikan contoh. Harapannya, peserta lebih cepat memahami materi yang disampaikan dalam waktu terbatas itu. Suasana pun menjadi lebih mudah cair.

Misalnya, ada pertanyaan tentang cara mengetahui sebuah peristiwa benar-benar fakta atau terjadi. Beberapa siswa pun langsung menjawab, "Datang ke lokasi kejadian."

Pertanyaan pun meluncur lagi. Yakni, bagaimana jika tempat kejadian jauh. "Ya tetap datang. Wartawan memang harus begitu. Datang ke lokasi," jawab peserta lain dengan antusias.

Bahkan saat membahas tentang nilai-nilai berita, beberapa peserta langsung bisa memberikan contoh berita sesuai dengan nilai yang sedang dibahas. "Piala dunia sepak bola termasuk yang mempunyai nilai berita ditunggu-tunggu. Jadi bisa masuk berita, Bu," teriak salah satu siswa dengan semangat.

Setelah teori didapat, proses menulis berita itu yang paling sering jadi kendala. Sebab, jarang sekali orang yang punya kebiasaan menulis. Sebab itu, setelah mendapat teori menulis berita, Hana menyarankan peserta untuk memulai membiasakan aktivitas menulis.

Lalu untuk lebih memantapkan pemahaman peserta tentang cara menulis berita, peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari enam orang. Tiap orang dalam kelompok mendapat peran berbeda. Yakni menjadi unsur dalam 5W + 1H, salah satu cara menulis berita. (hn/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162357

Tiga Tidak Lulus Unas Ulang

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Besok (5/6) hasil ujian nasional (unas) ulangan tingkat SMA yang digelar Mei lalu akan diumumkan. Mereka yang masih tidak lulus pada unas ulang ini selanjutnya harus mengikuti ujian kejar paket C bila ingin mempunyai ijazah.

Berdasar informasi dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Probolinggo kemarin (4/6), diketahui ada tiga siswa yang tidak lulus unas ulang. Satu dari SMA swasta dan dua dari MA swasta.

Sedangkan, siswa SMK yang ikut unas ulang semuanya lulus. "SMK lulus semua. Hanya dari SMA dan MA ada yang tidak lulus," ujar Kepala Dispendik Maksum Subani kemarin.

Diketahui, di Kota Probolinggo ada 147 siswa yang tidak lulus unas utama. Pada 10 Mei, sebanyak 146 siswa mengikuti unas ulangan. Ada seorang siswa mengundurkan diri alias tidak mengikuti unas ulangan.

Yang tidak lulus unas utama itu dari SMK sebanyak 53 pelajar dan 93 siswa dari SMA dan MA. Selanjutnya mereka mengikuti unas ulang dengan proses yang sama dengan unas utama.

Sebelumnya, dikabarkan hasil unas ulang itu akan diumumkan pada 12 Juni nanti. Tapi, kemudian dimajukan menjadi Sabtu (5/6). Nah, berkaitan dengan unas ulangan itu kemarin (3/6) Dispendik Kota Probolinggo diundang oleh Dispendik Jatim. Hasilnya, diketahui kalau ada tiga orang siswa tidak lulus.

Pengumuman hasil unas ulang diajukan, salah satu tujuannya untuk memberi kesempatan lebih panjang kepada para peserta mempersiapkan diri mendaftar di perguruan tinggi negeri (PTN).

Selanjutnya, menurut Maksum, pengumuman resmi hasil unas ulang akan dilakukan pada Sabtu (5/6) pukul 10.00. Dan hari ini Dispendik memanggil para kepala sekolah yang bersangkutan. Kepada mereka akan diserahkan hasil unas ulang itu untuk disampaikan kepada para muridnya. "Mekanismenya sama seperti pada unas utama," jelasnya.

Maksum berharap, mereka yang tidak lulus unas ulang agar tidak putus asa. Sebab, mereka masih bisa mengikuti ujian kejar paket C. "Itu (kejar paket C) juga sudah disediakan oleh dinas melalui PLS (pendidikan luar sekolah)," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162356

Janda Ngaku Perawan Disidang

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
Didatangi Massa, Polisi Bersiaga

PROBOLINGGO - Pengadilan Negeri (PN) Kota Probolinggo kemarin (3/6) menyidangkan lagi kasus Foni Ervi, 34. Wanita asal Bondowoso ini didakwa melakukan penipuan data dan akta otentik. Dia sudah janda, tapi dalam pernikahannya mengaku perwan. Nah, sidang itu kemarin didatangi puluhan massa.

Puluhan massa itu datang dengan diangkut dua mobil pikap. Mereka datang bak orang berdemonstrasi. Mereka bawa poster dengan berbagai macam kalimat. Di antaranya bertulis, janda and kerok (keriput), perawan ngaku janda agleder.

Tulisan-tulisan di atas kertas manila itu ditempelkan pada bak mobil yang mereka tumpangi. Poster-poster itu jelas ditujukan kepada terdakwa Foni Ervi yang kemarin disidang dengan agenda pemeriksaan saksi.

Kedatangan massa itu sempat membuat suasana tegang. Terlebih, aksi mereka tanpa izin polisi. Massa pun sampai masuk ke dalam ruang sidang. Polisi tak tinggal diam. Puluhan personel dengan tiga unit mobil patroli disiagakan.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Foni Ervi dimejahijaukan terkait pernikahannya dengan Handoko (Ang Sien Tjhoen), warga Kelurahan Sukabumi, Mayangan Kota Probolinggo. Sepeninggal Handoko, Foni dipolisikan karena dinilai telah memanipulasi statusnya. Foni sudah janda, tapi saat menikah dengan Handoko, mengaku masih perawan.

Kisah Foni berawal ketika dia datang ke Kota Probolinggo pada 2000 lalu dan bekerja di sebuah toko. Dia kemudian kenal dengan mendiang Handoko. Perkenalan itu berlanjut. Pada 6 Juli 2001, di hadapan pemuka agama Budha, Tjia Soo Sen di Yayasan Tri Dharma Probolinggo, Handoko dan Foni menikah.

Pasangan ini kemudian dikaruniai dua orang anak. Tapi, pada Desember 2009, Handoko meninggal dunia. Sepeninggal Handoko, Foni bermasalah dengan Hadiono, adik kandung Handoko. Sampai kemudian Hadiono mendapat informasi jika sebelum menikah dengan Handoko, Foni berstatus janda dan sudah punya anak. Padahal, dalam akta dan surat-surat keterangan lainnya, Foni berstatus perawan.

Setelah mendapat cukup bukti, Hadiono melaporkan Foni ke Polresta. Foni dilaporkan telah melakukan pemalsuan data dan akta otentik lainnya. Yakni dengan mengubah statusnya yang sudah janda menjadi perawan.

Dalam kasus ini, Radar Bromo sebelumnya sempat mendapat keterangan dari Zainal, ayah Foni Ervi. Menurut Zainal, anaknya memang sudah janda dengan anak satu saat menikah dengan Handoko. Pernikahan pertama Foni yang menghasilkan satu anak, tidak harmonis. Foni pun bercerai.

Saat Foni menikah lagi, Zainal menyatakan almarhum Handoko sudah tahu Foni janda dan punya anak satu. "Walau Handoko sudah mengetahui status janda, namun tekadnya untuk melangsungkan pernikahan tetap dilanjutkan," ujar Zainal saat itu.

Untuk memperlancar proses pernikahan itulah, kata Zainal, Handoko meminta kepada Foni agar mengaku masih perawan. Termasuk dalam data-data otentik yang dibutuhkan untuk pernikahan.

Tapi, proses hukum atas diri Foni tetap berlanjut. Pada 18 Februari lalu, Foni dijebloskan sel mapolresta. Dan kini kasusnya sampai ke persidangan. Kemarin, sidang kasus itu sampai pada babak pemeriksaan saksi.

Dalam sidang kemarin ada dua orang saksi yang dihadirkan. Yakni Hosnadi, mantan suami Foni dan Jamali, seorang mudin di kecamatan Curahdami, Bondowoso.

Hosnadi dalam sidang mengakui kalau Foni adalah mantan istrinya. Setelah bercerai, Hosnadi mengaku tidak tahu lagi keseharian Foni. "Saya tidak tahu dia ke mana dan menikah sama siapa," katanya.

Jalannya sidang kasus itu kemarin berbeda dengan sidang-sidang sebelumnya. Pembedanya adalah datangnya massa pendukung Hadiono. Mereka juga ikut masuk ke ruang sidang. Sedangkan dari keluarga Foni juga berdatangan. Tapi, jumlahnya tidak seberapa, termasuk dua anak Foni yang masih kecil-kecil.

Keberadaan kumpulan massa itu langsung jadi perhatian aparat kepolisian. Puluhan personel dari Polsek Mayangan dan Polresta Probolinggo merapat ke PN. Tampak juga saat itu Kabag Ops Kompol Bambang S., Kasat Intel AKP Setiyo Agus Tri Widodo, Kasat Samapta AKP Sagiman dan Kapolsek Mayangan AKP Noer Choiri.

"Ini antisipasi untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi, ini (kedatangan massa) tidak ada izinnya. Seharunya, kalau ada pengerahan massa harus izin dulu," ujar Kasat Intel, AKP Setiyo Agus Tri Widodo.

Aparat kepolsian sempat memanggil Hadiono. Polisi menanyakan apa masud dari kedatangan massa itu. Termasuk, polisi meminta pertanggung jawabannya bila sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. "Nanti kalau ada apa-apa, sampean yang harus bertanggung jawab," ujar Kabang Ops Kompol Bambang.

Mendengar itu, Hadiono pun menjawab siap. "Siap-siap. Saya pastikan tidak akan ada apa-apa. Tidak akan ada kegaduhan atau perbuatan anarkis lainnya," ujar Hadiono.

Sementara, selain memeriksa beberapa orang saksi, majelis hakim yang diketuai Nendi Rusnendi dengan anggota Rr Diah Poernomojekti dan Muslih Harsono kemarin juga mengeluarkan keputusan menggembirakan bagi terdakwa Foni. Majelis hakim mengabulkan permohonan penangguhan penahan yang diajukan oleh keluarga terdakwa.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan keluarganya mengajukan penangguhan penahanan adalah karena terdakwa masih mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Dan, anak-anaknya itu sekarang harus hidup dengan keluarga terdakwa di Bondowoso.

Pertimbangan lainnya, piha keluarga juga siap dan menjamin terdakwa akan selalu hadir setiap dibutuhkan. "Selain itu, karena atas dasar kemanusiaan. Terdakwa, mempunai anak yang masih kecil-kecil," jelas hakim Nendi Rusnendi saat ditemui usai sidang. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162355

Kunjungan ke Perpusda Meningkat

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
KRAKSAAN - Minat baca masyarakat Kabupaten Probolinggo, khususnya di sekitar Kraksaan meningkat. Bahkan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terjadi peningkatan signifikan. Ini bisa dilihat dari data pengunjung perpustakaan daerah (Perpusda) Kabupaten Probolinggo.

Kepala Kantor Perpusda Bambang Soemanto mengatakan, meningkatnya pengunjung disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, kesadaran membaca masyarakat yang mulai meningkat. "Menyesuaikan dengan tuntutan jaman," ujar Bambang.

Selain itu, selama ini Perpusda mengupayakan banyak langkah untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Di antaranya, menggagas program gerakan keluarga suka membaca (GKSM).

Semua upaya itu kata Bambang meraih banyak capaian. Di antaranya, meningkatnya animo masyarakat untuk membaca. "Mereka tertarik datang ke Perpusda," katanya.

Bambang lantas membebe jumlah pengunjung tahun ini. Periode Januari-April, Perpusda dikunjungi 8.700 pengunjung. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2009, terjadi peningkatan yang signifikan.

Secara rinci, yakni 2.141 pengunjung pada Januari, Februari 2.171 pengunjung, Maret 2.191 pengunjung. Sementara April dikunjungi 2.197 orang.

Bambang menargetkan, tahun ini Perpusda dikunjungi sekitar 60 ribu pengunjung. Sementara pada 2009, pengunjung Perpusda yakni 47.037 orang. "Mudah-mudahan target itu terpenuhi.

Meski demikian kata Bambang, bukan banyaknya pengunjung yang dikejar. Namun, penerapan gerakan membaca untuk seluruh masyarakat. "Tidak harus datang ke Perpusda untuk membaca," sergahnya.

Untuk itu Bambang mengatakan, Perpusda dalam waktu dekat akan mengadakan event untuk peningkatan minat baca. Yakni, olimpiade kepustakaan 2010. Pada kegiatan itu akan dilaksanakan sedikitnya 12 jenis lomba. "Tujuannya untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Itu saja," ujar Bambang. (eem/hn)

Sumberl: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162350

97 Pesilat Bertarung di Piala Bupati

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
KRAKSAAN - Sejumlah atlet silat menguji kemampuan mereka bertarung pada pertandingan pencak silat Piala Bupati 2010. pertandingan itu dihelat selama tiga hari (3-5) di gedung Sasana Krida, Kraksaan.

Mengawali kegiatan, acara dibuka sekitar pukul 09.00 WIB. Puluhan warga menghadiri acara pembukaan. Mereka kebanyakan merupakan anggota perguruan silat yang ikut pertandingan. Termasuk, para pendukung perguruan silat.

Sementara para pesilat datang dengan pakaian khas perguruan masing-masing. "Saya yakin perguruan kami mampu berbicara di pertandingan ini," ujar salah satu pesilat.

Ketua Pengkab Ikatan Pencak Silat Indonesia (Ipsi) Kabupaten Probolinggo Mohammad Sahudi mengatakan, pertandingan itu merupakan kegiatan tahunan. Bahkan sudah berlangsung sejak 2006. "Jadi ini sudah kesekian kalinya," ujar Sahudi.

Kali ini kata dia, 15 perguruan silat menurunkan para atlet masing-maisng. Perguruan-perguruan itu kata Sahudi, datang dengan motivasi tinggi. Sebab, para pesilat tidak hanya mengejar hadiah atau bonus. "Mereka datang dengan kebanggaan," katanya.

Total peserta pertandingan berjumlah 97 orang. Terdiri dari 76 peserta putra dan 21 peserta putri. Menurut Sahudi, para peserta bertanding di beberapa kelas. Pembagian kelas didasarkan pada usia dan berat badan.

Untuk putra, ada delapan kelas. Yakni kelas A sampai H. Sementara untuk putri ada empat kelas. Yakni, kelas A sampai D.

Selanjutnya, pertandingan akan digelar secara maraton. Kemarin (3/6), pertandingan dilakukan pagi, siang, dan malam. Sementara hari ini dilakukan siang dan malam. Lalu, semi final dilaksanakan nanti malam. "Semi final berlangsung hingga Sabtu (besok, Red) pagi," jelas Sahudi.

Sementara kelas final akan dihelat Sabtu malam. Final kata Sahudi, bisa dipastikan akan ditonton banyak orang. "Sebab momen ini hanya setahun sekali," lanjutnya.

Sedangkan Kepala Kantor Pemuda dan Olahraga (Kanpora) Kabupaten Probolinggo Burhanuddin menegaskan, pertandingan tersebut memiliki manfaat cukup besar. Sebab, pertandingan silat jarang diadakan. Akibatnya kata dia, para pesilat jarang bisa menguji kemampuan mereka. "Kecuali dengan sesama temannya," tuturnya.

Pertandingan itu sendiri kata Burhanuddin, memiliki tiga tujuan. Yakni, penggalian potensi pesilat. Hal ini diukur dengan raihan prestasi pesilat. Kedua, sebagai upaya pembinaan, pelestarian, serta pengembangan dunia persilatan Kabupaten Probolinggo. "Silat adalah warisan leluhur bangsa kita," ujar Burhanuddin.

Selanjutnya, sebagai ajang silaturrahim antar perguruan silat di Kabupaten Probolinggo. Karena itu Burhanuddin menepis anggapan adanya persaingan terselubung antar perguruan. Justru lanjut dia, setiap perguruan saling menghormati satu sama lain. "Mereka sangat menjunjung tinggi sportifitas," katanya.

Burhanuddin berharap, pertandingan itu bisa memunculkan atlet silat yang bisa mengharumkan nama Kabupaten Probolinggo. Sebab para juara kata Burhanuddin, nantinya akan didelegasikan di pertandingan silat tingkat provinsi. "Para juara membawa nama Kabupaten Probolinggo," jelasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162349

Mulai Siapkan Pilkada 2013

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]

Akan Kirim Kebutuhan Dana ke Dewan

KRAKSAAN - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Probolinggo masih sekitar dua tahun lagi. Namun, KPU Kabupaten Probolinggo tidak mau ambil resiko. Sejak beberapa waktu lalu, KPU sudah menyiapkan perangkat kerja Pilkada 2013.

Anggota KPU Kabupaten Probolinggo Mohammad Zubaidi mengatakan, Pilkada akan dilaksanakan pada awal 2013. Sementara saat ini sudah pertengahan 2010. "Jadi waktu kita hanya 2,5 tahun," kata Zubaidi.

Beberapa persiapan yang dilakukan KPU menurut anggota KPU lainnya, Jakfar Shodiq, yakni pemberitahuan kebutuhan dana Pilkada. "Sebab Pilkada berasal dari APBD," katanya.

Jakfar mengatakan, pihaknya akan mengirimkan pemberitahuan anggaran Pilkada pada DPRD Kabupaten Probolinggo. Tujuannya agar DPRD membahas anggaran Pilkada. "Karena Pilkada membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jadi harus diberitahukan jauh sebelumnya," lanjutnya.

Di samping persiapan Pilkada, Zubaidi juga mengeluhkan beban KPU. Menurutnya, banyak asumsi miring pada KPU. Asumsi tersebut bermacam-macam. Salah satunya tentang kinerja KPU. "Seringkali KPU disalahkan," tukasnya.

Padahal kata Zubaidi, KPU hanyalah pelaksana undang-undang. Dia lantas mencontohkan pencoretan pasangan cabup/cawabup di beberapa kabupaten, karena alasan kesehatan.

Zubaidi mengatakan, pencoretan dilakukan bukan karena kehendak KPU. "Namun karena ada rekomendasi yang berwenang. Tapi yang kena salah malah KPU," ujar Zubaidi.

Untuk mengurangi asumsi miring tersebut kata Zubaidi, KPU berencana mengadakan seminar. Dalam seminar itu akan dibahas persoalan pemilu. Khususnya Pilkada 2013. "Jadi KPU sudah melakukan upaya persiapan," tuturnya.

Jakfar juga membenarkan pelaksanaan seminar tersebut. Menurut Jakfar, seminar tersebut dilakukan sebagai upaya merumuskan konsep baku Pilkada. Sebab, selama ini KPU tingkat kota/kabupaten sering bingung dengan undang-undang yang disahkan DPR RI mengenai Pilkada. "Yang menetapkan (undang-undang) itu DPR RI. Kami hanya melaksanakan," jelasnya.

Seminar sendiri akan mendatangkan unsur KPU pusat. KPU juga akan mengundang anggota Komisi II DPR RI Abdul Malik Haramain. Bahkan menurut Sekretaris KPU Zulkarnain, Abdul Malik Haramain dipastikan hadir.

Rencananya, seminar tersebut akan dilaksanakan pada 14 Juni 2010. lokasinya di rumah makan kampung kita, Desa Condong, Kecamatan Gading.

Menurut Zulkarnain, seminar tersebut tidak hanya akan diikuti oleh KPU Probolinggo. Namun juga KPU se tapal kuda. Yakni KPU Kota/Kabupaten Malang, Kota/Kabupaten Pasuruan, Kota/Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi. "Jadi kegiatan ini untuk umum," ujar Zulkarnain. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162348

Kesenggol Truk, Kepala Sekolah Tewas

[ Jum'at, 04 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Chomsan, 51, warga RT 4/ RW 5 Kelurahan/Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo kemarin (3/6) sore bernasib tragis. Lelaki yang dikenal sebagai kepala sekolah SMA Setia di Probolinggo itu tewas setelah motornya kesenggol truk di jalan raya desa Banjarsari, Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

Dari data yang dihimpun Radar Bromo, kecelakaan itu berlangsung sekira pukul 16.00. Saat itu truk gandeng nopol W 9837 UA yang dikemudikan oleh Bandu, 48, warga Desa/Kecamatan Tempeh Lumajang melaju dari arah arah barat dengan kecepatan sedang.

Lalu Chomsan dengan motor Supra nopol N 4155 RW melaju dari arah yang sama. Ia dalam perjalanan pulang setelah bepergian ke rumah kerabatnya. Mulanya Chomsan melaju persis di belakang truk gandeng berwarna putih tersebut

Saat memasuki jalan raya desa Banjarsari, di sisi timur RM Bromo Asri, Chomsan berniat untuk menyalip truk gandeng tersebut. Ironisnya, pada saat bersamaan, meluncur kendaraan roda empat dari arah berlawanan.

Chomsan panik. "Mungkin pandangannya terhalang, jadi tidak melihat kendaraan dari arah yang berlawanan," kata Aiptu Utomo, petugas laka Satlantas Polres Probolinggo kemarin.

Untuk menghindari tabrakan, Chomsan menepi di antara gandengan truk. Sialnya, saat itu bagian depan motornya bersenggolan dengan gandengan truk. Akibatnya fatal. Chomsan langsung terpelanting. Pinggulnya membentur keras engkel truk. "Korban mengalami luka disekitar pinggulnya," kata Saiful Bahri, petugas penjaga kamar mayat RSUD dr Moh Saleh.

Chomsan langsung tewas di lokasi kejadian. Kanit Laka Polres Probolinggo Ipda Istono mengatakan, dari olah TKP dan keterangan beberapa saksi, sementara ini diambil kesimpulan pengendara sepeda motor kurang berhati-hati. "Kita harus terus konsentrasi dan waspada ketika di jalan," ujarnya mengimbau. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=162345