Rabu, 29 September 2010

Peletakan Batu Pertama Di Rusunawa Brantas

Selasa, 28 September 2010

Walikota Probolinggo, H. M. Buchori dan Wawali, H. Bandyk Soetrisno bersama Wakil Rakyat, Muspida, Pejabat Pemerintah Kota Probolinggo, Kontraktor pelaksana PT. Gariand Niagatama-Jakarta dan Konsultan PT. Graha Sindo Cipta Pratama, kemarin (27/09) bersama-sama menghadiri acara peletakan batu pertama, pembangunan twin blok dua Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa). Lokasi rusunawa ini terletak di Jalan Brantas.

Menurut rencana awal, pembangunan rusunawa ini terbagi menjadi 2 lokasi, satu di jalan Brantas, dan satunya lagi berlokasi di daerah Jalan Raden Fatah (Jalur Lingkar Utara). Namun setelah diadakan pengukuran lahan ternyata kurang 10 meter. Lahan yang dibutuhkan untuk satu twin blok rusunawa sekitar panjang 118 meter dan lebar 29 meter. “Sebelumnya memang akan dibangun di dua tempat. Tapi, dalam perjalanannya ternyata tidak memenuhi syarat. Akhirnya dipindah di sini (jalan brantas) dan itupun mendadak. Saya ditelpon waktu sedang ada di Jogjakarta. Dapat laporan via telepon, saya tidak ingin menghambat, dan saya perintahkan dilanjutkan.” Tutur Walikota Probolinggo.

Dalam Laporan Ketua Tim Komunitas Penyiapan Rusunawa, H. Agus Subagyono, Assisten Pemerintahan disebutkan bahwa anggaran pembangunan rusunawa ini berasal dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Dua Rusunawa punya anggaran yang berbeda. Rusunawa Probolinggo I dianggarkan Rp. 12.030.000,- sedangkan Rusunawa Probolinggo II sebesar Rp. 12.901.000,-.

Rusunawa yang diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Buruh Pabrik ini, berjumlah 96 unit, ditambah 2 unit untuk penyandang cacat. Juga disediakan ruang komersial sebanyak 5 unit (musholla, ruang serbaguna, ruang pengelola dan ruang parkir motor). Ukuran hunian type 24 yang didalamnya terdapat ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur kitchen zink, lantai beton, keramik dan area jemur.

Fasilitas yang diperoleh antara lain listrik berdaya 900 watt, PDAM, pembuangan sampah di tiap lantai, tangga utama, tangga darurat, taman (ruang terbuka hijau) dan jalan khusus bagi penyandang cacat. Spesifikasi teknisnya, bangunan ini menggunakan pondasi sumuran, beton precast, keramik putih, kusen aluminium, daun pintu calsiboard, rangka aluminium finish cat. Untuk dinding batako diplester lalu dicat, rangka atap galvalum (baja ringan) dan penutup atap metal roof.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=350&Itemid=1

Monitoring Penanggulangan Kemiskinan

Selasa, 28 September 2010

Dalam rangka upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Probolinggo melakukan Monitoring Penanggulangan Kemiskinan. Monitoring dilaksanakan selama tiga hari yang dimulai hari Rabu (22/9) sampai hari Jumat (24/9).
Hari pertama, monitoring dimulai diruang kerja Lurah Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Acara dihadiri sekitar 40 orang, yang terdiri dari masyarakat kelurahan Mangunharjo, tim PNPM PK (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan), KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Pemkot dan tim perwakilan dari Pemkot.

Sebagai tim wakil dari Pemkot, Kabid. Ekonomi BAPPEDA, Retno Feby Hariyanti, Kabid. Sosial Budaya, Triani Prawati, beserta beberapa staf BAPPEDA, Kabid Pemukiman dan Perumahan, Amin Fredy serta Inspektorat, Abdul Rasyid, melakukan wawancara dan peninjauan kelokasi kepada warga yang telah mendapatkan sumbangan dari Pemkot.

Di kelurahan Mangunharjo Retno Febiyanti memberikan pengarahan yang kemudian dilanjutkan oleh Lurah Mangunharjo, Roby Susanto, “Ibu – ibu, Bapak – bapak yang saya hormati, supaya mempergunakan bantuan dari Pemerintah seoptimal mungkin dan selalu bekerjasama dengan pemerintah ikut menanggulangi kemiskinan dengan begitu kita bisa hidup makmur”, tuturnya.

Kemudian acara dilangsungkan dengan sesi tanya jawab. Sesi dibuka dengan pembacaan nama – nama penerima sumbangan dari pemerintah, diantaranya, Haniyeh yang telah menerima Rumah tidak layak huni, Ramlan, dengan penerimaan pinjaman kredit dari Diskoperindag, Syukur dan Totok menerima sumbangan kambing serta Heri yang menerima sumbangan bibit ikan yang telah siap untuk membudidaya serta mengembangkannya.

Kunjungan dilanjutkan ke Kelurahan Kebonsari dengan perihal kunjungan yang sama yaitu mendengar keluhan, pendapat dan masukan dari masyarakat tentang bantuan yang telah diterimakan sesuai dengan kriteria kemampuan ekonomi yang telah ditetapkan oleh tim surveyor Pemkot Probolinggo.

Tidak kalah ramai dan antusiasnya dengan hari pertama, hari Kedua tim melanjutkan kunjungan ke Kelurahan Wonoasih. Di hari kedua ini (23/9) turut hadir Wakil Walikota H. Bandyk Soetrisno, membuka pertemuan dan menyampaikan beberapa kata, “Gimana kambing yang telah diberikan, apakah tambah gemuk atau kurus, Saya harap semua bantuan yang telah diberikan bisa dijaga dan dimanfaatkan sebaik – baiknya untuk memenuhi kebutuhan”, ungkapnya.

Setelah dari Kelurahan Wonoasih, kunjungan berlanjut ke Kelurahan Kedopok. Beberapa masyarakat yang telah menerima bantuan dari Pemkot, diantaranya, IbuEvi, Nancy, Amik, dan ibu Kerti. Semuanya mengucapkan terima kasih ke Pemkot, karena dengan bantuan yang telah diberikan bisa mengurangi beban hidup, seperti ibu Evi, yang mendapatkan pinjaman dana dalam mengembangkan usaha warung makan yang terletak di jalan Mastrip. Selain itu Evi mengharap pemerintah bisa memberikan dana pinjaman yang lebih besar lagi dengan bunga tetap 0,5%.

Jumat (24/9), hari ketiga Monitoring Penanggulangan Kemiskinan telah berjalan dengan baik. Monitoring dilaksanakan dikelurahan Pilang. Retno Feby Hariyanti menyampaikan, “Tujuan kedatangan tim ini adalah untuk melakukan pembinaan bukan pemeriksaan, sehingga dengan begitu kita dapat menyampaikan aspirasi masyarakat terhadap bantuan yang telah diberikan ke Walikota. Siapa tahu ada kesan dan pesan yang perlu ditidaklanjuti kedepannya”, tegasya.
Sesi kesan dan pesan dibuka dengan masukan Bu Sunai, sebagai penjual jamu keliling, pada tahun 2009 telah mendapatkan pinjaman sebesar 5 Juta dengan jaminan BPKB sepeda motor. “saya sangat senang dengan bantuan yang telah diberikan oleh Pemkot / Diskoperidag sebagai motornya, saya sangat berharap kalau dana yang telah diberikan dapat ditambah lagi untuk pengembangan usaha saya’, imbuhnya.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=349&Itemid=1

Ruilslag Kampung Dok Belum Didok DPRD

Rabu, 29 September 2010 | 08:01 WIB
Kampung Dok

PROBOLINGGO - Ruilslag tanah di Kampung Dok, Kel. Mayangan, Kota Probolinggo belum disetujui Pansus II DPRD karena tanah pengganti bermasalah.

Pansus II baru menyetujui proses ruilslag tanah yang kini ditempati SDN 1, 2, 3 Wiroborang, Kec. Mayangan dengan tanah yang kini digarap Sukarman.

“Tanah untuk SD 1, 2, 3 Wiroborang sudah atas nama Pemkot. Sukarman selaku pemilik tanah sudah menggarap lahan pengganti. Pansus pun setuju dengan proses ruilslag tanah yang digunakan ketiga SD itu,” ujar Ketua Pansus II DPRD, As’ad Anshari, Rabu (29/9) pagi tadi.

Tetapi untuk proses ruilslag tanah di Kampung Dok, kata As’ad, belum bisa didok (disetujui). Pansus II DPRD mencium ada gelagat sejarah kepemilikan tanah yang kini diajukan untuk ruilslag itu bermasalah.

“Kami sudah mengundang mereka yang menempati, ada 5 KK (kepala keluarga) yang mengaku kalau mereka membeli tanah itu. Tetapi ketika ditanya kepada siapa belinya, kompak pada bilang lupa, tidak tahu dan mereka bukan pembeli tangan pertama,” ujar politisi PKNU itu.

Pansus II DPRD juga mendapatkan informasi, ada orang yang sengaja mengapling tanah milik Pemkot Probolinggo tersebut. “Ya buktinya ada yang mengaku membeli tanah tersebut dari seseorang,” ujarnya.

Padahal tanah yang terletak di Jl Cumi-cumi itu jelas-jelas bersertifikat atas nama Pemkot Probolinggo. Karena alasan proses peralihan kepemilikan tanah bermasalah, Pansus pun akan bersikap hati-hati. “Artinya kami belum mau menyetujui proses ruilslag tanah tersebut,” ujar As’ad.

Yang membingungkan Pansus II, sejumlah warga mengaku, sudah mengantongi sertifikat tanah aset Pemkot Prbolinggo itu. Sedangkan puluhan warga mengaku belum mengajukan sertifikat atas tanah yang ditempatinya puluhan tahun silam.

Untuk melacak sejarah tanah, Pansus II perlu mengetahui, siapa yang mengkapling tanah milik Pemkot Probolinggo itu. “Mengapa tanah aset bisa diperjual-belikan tanpa prosedur pelepasan tanah aset lebih dulu?” ujarnya.

Disinggung berapa luas tanah Pemkot Probolinggo yang kini ditempati warga di Kampung Dok, As’ad mengaku, tidak tahu persis. “Wong asal-usul tanahnya saja masih kabur, apalagi luasnya,” ujarnya.

Meski sejarah tanah masih menyimpah masalah, sisi lain Pansus II tetap membahasnya. Kini pembahasan di Pansus II sudah masuk materi lahan pengganti yang disiapkan warga. Sejumlah warga Kampung Dok urunan (patungan) membeli tanah di Kel. Kedungasem, Kec. Wonoasih, Kota Probolinggo sebagai tanah pengganti.

Sementara itu Kabid Aset pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Rachmadeta Antariksa didampingi Kabag Humas dan Protokol, Rey Suwigtyo mengatakan, warga Kampung Dok tidak pernah membeli tanah ke Pemkot. “Yang jelas, sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5/1974, desa punya otonomi sendiri. Salah satunya ada tanah bengkok yang menjadi hak desa,” ujarnya.

Deta –panggilan akrab Rachmadeta Antariksa menambahkan, setelah desa diubah menjadi kelurahan maka tanah bengkok itu menjadi aset pemerintah kota. Nah, permasalahan ini diduga sebagai peninggalan masa lalu.

“Kami menunggu rekomendasi dari Pansus DPRD. Kalau rekomendasinya digusur, akan kami gusur, tapi kan belum sampai ke situ,” ujarnya.

Seperti diketahui, DPRD kini “panen” pengajuan persetujuan ruilslag tanah. DPRD pun membentuk dua Pansus yakni, Pansus I diketuai Yusuf Susanto membahas ruilslag tanah di Jl. M.T. Haryono Gang VB, Kel. Jati, Kec. Mayangan.

Kedua, Pansus II yang diketuai As’ad Anshari membahas ruilslag tanah yang ditempati SDN 1, 2, 3 Wiroborang dan ruilslag tanah di Kampung Dok, Mayangan. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=09f8576d6c939f70a7e63277150b0ed9&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Tak Puas Layanan Di Ranjang

Rabu, 29 September 2010

Istri Disiram Minyak Goreng
PROBOLINGGO - SURYA-
Wajah Ny Sutina, 30, warga Dusun Kolak Krajan, Desa Wringin Anom, Kec Tongas, Kab Probolinggo, kini tak secantik dulu lagi. Ibu tiga anak ini wajahnya rusak akibat disiram minyak goreng panas oleh Suhud, 40, sang suami.

Tragedi memilukan itu terjadi, Sabtu (25/9) sekitar pukul 22.30 WIB. Ceritanya, malam itu, Suhud yang baru datang dari bepergian, mendadak berhasrat berhubungan badan dengan istri. Saat itu, Ny Sutina sedang tidur di kamar bersama Atus Soleha, putri bungsu yang baru berusia 3,5 tahun.

Melihat istri tidur pulas, Suhud tidak bisa menahan diri. Ia membangunkan perempuan yang telah dinikahinya belasan tahun itu. Rupanya Ny Sutina benar-benar lelah hari itu. Rasa kantuknya tak dapat dibendung. Ia mencoba menolak ajakan suami dengan halus.

Namun, Suhud tak dapat mengendalikan diri. Ia tetap memaksa istrinya bangun dan melayaninya. “Ya, saya layani, pak. Tapi, saya pasif, karena saya lelah dan mata saya tidak bisa dibuka. Waktu itu saya benar-benar ngantuk,” aku Ny Sutina saat ditemui di rumahnya.

Usai bersenggama, sang suami menuju ke dapur. Sangking ngantuknya, Ny Sutina tidur lagi, sehingga ia tak tahu apa yang dikerjakan suami di dapur. Namun, sayup-sayup ia mendengar suaminya menggoreng sesuatu. ”Saya kira dia menggoreng nasi. Eh nggak tahunya, memanasi minyak goreng. Lantas minyak panas itu disiramkan ke wajah saya, sambil berucap: Polahe sing ayu,” ujar Ny Sutina.

Mendapat serangan mendadak, Ny Sutina yang dalam posisi telentang di tempat tidur tidak dapat menghindar. Segelas minyak goreng panas membakar wajahnya. Tentu saja Ny Sutina mengerang kesakitan. Ia menjerit sekuat tenaga hingga membangunkan para tetangga. “Tidak hanya saya yang kena, anak saya pun kecipratan. Ini perut, pipi, dan pahanya melepuh,” jelas Sutina seraya menunjuk luka di tubuh anaknya.

Melihat wajah Sutina melepuh, para tetangga dan keluarga membawanya ke Polsek Tongas, sebelum ke RS Tongas. Sedangkan Suhud, usai melampiaskan kekesalannya, langsung menghilang di kegelapan malam. Ia sempat dikejar para pemuda desa, namun lolos. Hingga kini, lelaki yang sudah tujuh bulan menganggur ini belum diketahui keberadaannya.

Di RS, Ny Sutina tidak menginap. Ia hanya disarankan kontrol setiap hari. Atas kejadian itu, perempuan itu akan meminta cerai kepada suami. Sebab, selain telah merusak wajahnya, hampir setiap hari suaminya berbuat kasar. Bahkan, Ny Sutina mengaku sering ditampar hingga berdarah-darah. “Buat apa dipertahankan. Wong suami saya telah berbuat kejam seperti itu dan kasar,” ungkapnya.

Kepada pihak berwenang, Ny Sutina meminta agar sang suami dihukum seberat-beratnya. Ia juga mengatakan bahwa Suhud kerap mencemburuinya. Ia dituduh berselingkuh dengan lelaki lain. “Jangankan berselingkuh, menemani tamu laki-laki di ruang tamu pun, saya tidak pernah,” tegas Ny Sutina.

Kapolsek Tongas AKP Sugeng Piyanto mengaku telah menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun, katanya, pelaku tidak dapat dijerat dengan UU 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sebab, kata Sugeng, status perkawinan mereka itu siri. “Bukan KDRT itu, tapi penganiayaan. Meski begitu, kasus ini tetap kami proses sesuai dengan hukum yang berlaku,” ujarnya. n tiq/st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/29/tak-puas-layanan-di-ranjang.html

Suami Siram Istri dengan Minyak Panas

Dandy Arigafur
29/09/2010 06:14
Liputan6.com, Probolinggo: Sutin bernasib nahas. Ibu rumah tangga di Probolinggo, Jawa Timur, ini disiram minyak goreng panas oleh Suhud, suaminya sendiri. Alasannya, Sutin menolak ketika diajak melakukan hubungan intim, baru-baru ini.

Menurut Sutin, peristiwa berawal ketika dirinya diajak hubungan intim sama suaminya. Permintaan itu sempat dilayani sekali. Tapi Suhud meminta tambah sekali lagi. Karena lelah, Sutin menolak ajakan dari sang suami.

Penolakan inilah yang membuat sang suami marah. Dia langsung pergi ke dapur dan mengambil minyak goreng panas. Saat itu juga Suhud menyiramkan minyak panas ke arah Sutin. Tragisnya, minyak tersebut juga mengenai Leha, anak mereka yang masih berusia tiga tahun.

Akibat perbuatan Suhud, Sutin dan Leha sempat dirawat di rumah sakit selama dua hari. Namun, kondisi mereka sudah pulih kembali sehingga diperbolehkan pulang ke rumah.

Sedangkan Suhud, seusai menyiramkan minyak panas, langsung melarikan diri. Polisi hingga saat ini masih berusaha mencari Suhud.(ULF)

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201009/298714/Suami.Siram.Istri.dengan.Minyak.Panas

Menolak ML, Disiram Minyak Panas

29/09/2010 - 03:20
Sutina Korban Kawin Siri
ilustrasi

INILAH.COM, Jakarta - Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, setelah wajahnya koyak karena disiram minyak panas, Sutina (30) hanya bisa menuntut suaminya dengan pasal penganiayaan karena perkawinannya yang tanpa status (siri).

Seperti diberitakan sebelumnya, hanya karena mengantuk dan menolak diajak bermesraan, wajah Sutina disiram dengan minyak panas oleh Suhud (40) suaminya sendiri.

Akikbatnya, wajah Sutina melepuh seperti gorengan dan harus tercabik-cabik seumur hidupnya. Perempuan malang warga Dusun Kolak Krajan, Desa Wringin Anom, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo itu kini hanya meratapi nasibnya.

Karena tindakan kelewat batas itu, Sutina pun kini akan meminta cerai dan menuntut agar suaminya itu dihukum berat. "Pokoknya saya minta perbuatan suami saya diberi hukuman yang setimpal. Saya minta cerai saja. Karena dia berbuat tega tak hanya sekali ini saja. Tetapi dia sering memukul saya," ujar Sutina saat mengadu ke kantor Polsek Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Kapolsek Tongas, AKP Sugeng Piyanto saat dikonfirmasi membenarkan kejadian itu. Namun kejadian itu tidak tergolong Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). "Status mereka itu bukan suami istri yang sah menurut hukum, karena mereka menikahnya secara siri. Tapi pelaku dijerat dengan pasal penganiyaan," ujarnya seperti dikutip INILAH.COM dari Beritajatim.com, Selasa (28/9).

Suhud sendiri, hingga saat ini masih buron. Setelah melakukan aksi bejatnya itu, dia kabur lari dari kejaran para tetangganya yang mendengar derita Sutina.

Sebelum kejadian itu, korban tidur bersama dengan anaknya, Atus Soleh (3,5) di kamar. Saat itu tiba-tiba datang Suhud yang mengajaknya bermesraan. Namun karena ngantuk, korban menolak mengatakan tidak bisa melayani. "Waktu saya diajak begituan saya ngantuk sekali," kata Sutina memelas.

Namun karena terus dipaksa oleh suaminya, Sutina pun melayaninya. Namun tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sutina bersikap dingin. "Ya, karena memang saya capek sekali dan rasa kantuk itu tidak bisa ditahan," akunya lagi.

Setelah melampiaskan hajatnya, Suhud lalu keluar kamar dan pergi ke dapur. Entah apa yang dilakukannya. Namun lamat-lamat, Sutina sempat mendengar suaminya sedang menggoreng sesuatu. Tahu-tahu, di saat tertidur itu, Sutina langsung menjerit histeris. Dia merasakan panas tiada ampun di seluruh wajahnya karena disiram minyak panas. [beritajatim.com/iaf]

Sumber: http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/09/29/851551/sutina-korban-kawin-siri/

Ngantuk Diajak ML, Wajah Istri Disiram Minyak Panas

29/09/2010 - 02:45

ilustrasi

INILAH.COM, Probolinggo - Sungguh sadis ulah Suhud (40). Dia tega menyiram wajah istrinya, Sutina (30), dengan minyak panas hanya karena mengantuk dan menolak diajak bermesaraan.

Akibatnya, wajah Sutina melepuh seperti gorengan dan harus tercabik-cabik seumur hidupnya. Perempuan malang warga Dusun Kolak Krajan, Desa Wringin Anom, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo itu kini hanya meratapi nasibnya.

"Ya sakit sekali, Pak," ujarnya saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (28/9/).

Sebelum kejadian itu, korban tidur bersama dengan anaknya, Atus Soleh (3,5) di kamar. Saat itu tiba-tiba datang Suhud yang mengajaknya bermesraan. Namun karena ngantuk, korban menolak mengatakan tidak bisa melayani. "Waktu saya diajak begituan saya ngantuk sekali," kata Sutina memelas.

Namun karena terus dipaksa oleh suaminya, Sutina pun melayaninya. Namun tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sutina bersikap dingin. "Ya, karena memang saya capek sekali dan rasa kantuk itu tidak bisa ditahan," akunya lagi.

Setelah melampiaskan hajatnya, Suhud lalu keluar kamar dan pergi ke dapur. Entah apa yang dilakukannya. Namun lamat-lamat, Sutina sempat mendengar suaminya sedang menggoreng sesuatu. Tahu-tahu, di saat tertidur itu, Sutina langsung menjerit histeris. Dia merasakan panas tiada ampun di seluruh wajahnya.

"Ternyata suami saya menyiram wajah saya dengan minyak goreng. Bahkan siraman minyak goreng itu juga menimpa anak saya," imbuh dia seraya menahan rasa sakit di bagian wajahnya.

Karena jeritan Sutina keras sekali, para tetangganya kemudian keluar. Sutina bercerita kalau wajahnya disiram dengan minyak goreng oleh sang suami. Saat itu juga para tetangganya membawa korban ke rumah sakit Tongas untuk mendapatkan perawatan intensif.

Melihat ulah tega sang suami terhadap Sutina, wargapun merasa tidak terima. Para tetangga kemudian mencari Suhud yang saat itu juga langsung kabur.[beritajatim.com/iaf]

Sumber: http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/09/29/851531/ngantuk-diajak-ml-wajah-istri-disiram-minyak-panas/

Kru Bus PO Akas Tuntut Uang Premi

Rabu, 29 September 2010

Probolinggo - Surya- PO Akas III di Desa Laweyan, Kec Sumberasih, Kab Probolinggo sempat dibayangi mogok kerja karyawan, Selasa (28/9).

Ratusan kru bus duduk-duduk di sekitar kantor, menunggu pemilik PO Akas III (yang mengelola bus Kurnia Jaya, Akas, dan Anggung Krida), yakni Rudi Yahyanto.

Aksi itu hanya berlangsung sekitar satu jam, setelah Rudi sepakat melunasi semua tanggungan perusahaan terhadap kru bus di antaranya 49 sopir, 36 kondektur, dan 31 kernet bus.

Ancaman mogok kerja sebenarnya sudah bergulir sejak pekan lalu. Kru bus menuntut manajemen membayar uang premi, yaitu uang persentase bagi hasil sebesar 30 persen dari keuntungan operasional tiap bus, setelah dipotong biaya BBM dan biaya perawatan.

Uang premi itu terhitung sejak 2008. Hasil kesepakatan dengan pihak manajemen, pada 23 Juni 2010 menyebutkan uang premi akan dilunasi 23 September 2010. Rincian premi, untuk sopir Rp 96.865.700, kondektur Rp 50.786.700, dan kernet Rp 62.703.000. Total Rp 210.355.400.

Namun, karena Rudi sering keluar kota, uang premi tak kunjung dicairkan. “Kami hanya menuntut hak kami. Kalau bos Rudi tak membayar, kami siap mogok kerja,” ujar seorang sopir.

Kepada Surya, Rudi Yahyanto mengaku beritikad baik melunasi premi karyawan. “Sejak sebulan terakhir, saya sibuk di luar kota. Saya konsisten terhadap komitmen yang tertuang dalam perjanjian yang sudah saya tandatangani,” katanya. ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/29/kru-bus-po-akas-tuntut-uang-premi.html

Nunggak Uang Sekolah, Ratusan Ijazah Ditahan

Rabu, 29 September 2010 | 11:02 WIB

PROBOLINGGO - Karena mempunyai tanggungan keuangan, ratusan lulusan SMA di Kota Probolinggo ditahan ijazahnya oleh pihak sekolah. Sekolah hanya memberikan fotokopi ijazah plus legalisasinya agar siswa bisa melanjutkan sekolah atau cari kerja.

Hal itu terungkap dalam acara testimoni sejumlah kepala sekolah di Kantor Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Probolinggo, Selasa (28/9). Di hadapan Kepala Dispendik Maksum Subani, sejumlah kepala sekolah membeberkan kasus penyanderaan ratusan ijazah siswa yang telah lulus itu.

“Memang benar, sekolah kami menahan ijazah asli karena hingga lulus sejumlah siswa belum juga melunasi tanggunggannya ke sekolah,” ujar Kepala SMKN 3 Syamsul Anam.

Dalam kurun waktu tahun pelajaran 1998/1999-2009/2010, sekolah telah menahan 145 ijazah .Sementara itu tunggakan keuangan yang belum dibayar ke-145 siswa bervariasi mulai Rp 86 ribu-3 juta. Bila ditotal besarnya mencapai Rp 86.138.600.

Kasus penahanan ratusan ijazah siswa itu mencuat setelah SMKN 3 didatangi LSM Gagak Hitam, Rabu (22/9) lalu. LSM yang berkantor di Jember itu meminta data siswa yang menunggak keuangan sekolah sehingga ijazah nya tersandera.

“Pengurus LSM menyatakan bakal membantu menyelesaikan tunggakan siswa,” ujar Syamsul. Karena niatnya baik, SMKN 3 pun memberikan data siswa yang mempunyai utang selama kurun waktu 11 tahun.

Belakangan pihak SMKN 3 merasa dikibuli. Soalnya, dengan berbekal data siswa penunggak keuangan, pengurus LSM itu ngeluruk Kantor Dispendik, Senin (27/9). Sebanyak 15 pegiat LSM itu didampingi Agus Tofan (alumnus SMKN 2) dan Radjin (walimurid di SMKN 3) membeberkan kasus penahanan ratusan ijazah .

Dalam aksinya, Komisi Advokasi LSM Gagak Hitam, Muhammad Hadun, menyatakan, penahanan ijazah siswa tak bisa dibenarkan. Soalnya, mereka butuh ijazah untuk melanjutkan sekolah atau melamar kerja. “Kasus penahanan ijazah itu melanggar hak asasi manusia,” ujarnya. Dia mengancam melaporkan kasus itu ke polisi dan Komnas HAM. “Dinas (Dipendik, red) kami beri waktu dua hari untuk menyelesaikan kasus ini.”

Agus Tofan, alumnus SMKN 2 menyatakan, setamat sekolah dia ingin bekerja. Tetapi karena ijazahnya masih ditahan sekolah, ia tidak bisa mencari pekerjaan. “Saya malu ketika ditanya tetangga sudah bekerja di mana,” ujarnya.

Menurut ia, sangat sulit bagi orangtuanya untuk menebus ijazah nya. Tofan mengaku mempunyai tunggakan Rp 500 ribu ke SMKN 2. “Orangtua saya yang hanya kenek tidak mampu menebus ijazah saya,” ujarnya.

Soal ancaman kasus ini bakal dipolisikan dan dilaporkan Komnas HAM, Maksum mengaku tidak takut. Utang-piutang keuangan sekolah, kata Maksum, termasuk ranah perdata. Satu-satunya cara agar siswa melunasi tunggakan keuangannya adalah menahan ijazah nya.

Kepala SMKN 1 Sunardi membenarkan ungkapan Maksum. “Ada perjanjian antara siswa dan sekolah, kalau ijazah tidak diambil paling lambat dalam waktu 3 bulan, sekolah tidak bertanggung jawab terhadap risiko kehilangan atau kerusakan ijazah ,” ujarnya.

Dia juga menahan sejumlah ijazah murid yang lulus karena masih punya tunggakan uang sekolah. Sunardi tidak bisa menyebutkan berapa jumlah ijazah yang disandera di sekolahnya, dengan alasan masih didata. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=9635b2164866beb82a9198b430c896fc&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

PROMOSI UKM LEWAT FB , MENGAPA TIDAK ?

Rabu, 29 September 2010


gambar : Bpk Heru menjelaskan tentang manfaat,
fungsi dan peranan telecenter

CETAK HALAMAN INI CETAK HALAMAN INI
KRAKSAAN(29/09) Bertempat di kantor Bromo Telecenter(28/09) , DINAS KOPERASI , BAPPEDA Kab. Probolinggo dan Bromo Telecenter mengadakan pelatihan dan mengenalkan promosi produk UKM lewat dunia maya atau internet . Acara ini dib buka Bpk. Sidik selaku Kepala
DINAS KOPERASI Kab. Probolinggo . Kemudian Bpk. Heru selaku pembimbing dan KABAG DALAP juaga memperkenalkan TELECENTER meliputi manfaat, tujuan dan fungsi telecenter dalam mengayomi ukm , dan terakhir Bpk. sulis selaku manager menjelaskan paparan materi dan ulasan tentang promosi fb lewat internet


gmbar : suasana pealtihan

gambar: pemaparan materi oleh Bpk. sulis

gambar : Pembukaan acara oleh Bpk Didik

Sumber: http://www.bromotelecenter.com/2010/09/promosi-ukm-lewat-fb-mengapa-tidak.html

Pemukulan Kades Direkonstruksi

[ Rabu, 29 September 2010 ]

KRAKSAAN-Polres Probolinggo kemarin melakukan rekonstruksi kasus pemukulan Doni Sandi, Kades Klampokan, Kecamatan Besuk. Tersangka Muhammad Abdullah, 24, warga Desa Matekan Kecamatan Besuk menjadi pemeran utama dalam rekonstruksi itu.

Rekonstruksi digelar di halaman belakang Mapolres mulai sekitar pukul 09.00.

Dalam pantauan Radar Bromo, rekonstruksi itu melibatkan 6 orang. Selain Abdullah yang masih dalam keadaan terborgol, korban pemukulan Doni Sandi juga diikutkan.

Selain itu juga ada Diro, 35, warga Desa Klampokan Kecamatan Besuk. Serta Suhar, 40, warga Desa Nogosaren Kecamatan Gading yang bertindak sebagai saksi saat kejadian. Rekonstruksi itu sendiri dipimpin Kanitreskrim Polsek Besuk Aiptu Joko Subagyo didampingi sejumlah petugas kepolisian.

Diberitakan Radar Bromo beberapa waktu lalu, Abdullah melakukan pemukulan terhadap Kades Doni Sandi. Peristiwa itu terjadi pada 8 September lalu. Dua hari sebelum Lebaran. Akibat dipukul, Kades Doni harus mendapat perawatan serius di RSUD Waluyojati Kraksaan. Sementara Abdullah diamankan di Mapolsek Besuk.

Namun masalah tak selesai di situ saja. Sebab warga Desa Klampokan melurug ke Mapolsek. Hal ini membuat pihak Polsek memindahkan Abdullah ke Mapolres Probolinggo.

Dalam rekonstruksi kemarin, digambarkan Kades Doni sedang berkendara sepeda motor miliknya. Doni kemudian memarkir sepedanya di pinggir jalan. Sebab sebelumnya, Abdullah menyenggol kendaraan milik Doni. Abdullah sendiri berdua dengan Andri, temannya. Belum sempat berbicara, Doni langsung dipukul sebanyak dua kali.

Doni lantas rubuh. Abdullah masih terus memukuli Doni. Bahkan dengan menginjak tubuh Doni. Doni pun sempat tak sadarkan diri. Namun Doni berusaha melihat sepeda motor miliknya. "Saya kuatir sepeda motor saya dicuri," ujar Doni kepada petugas.

Selanjutnya ada Suhar dan Diro yang melerai Doni dan Abdullah itu. Namun Doni sempat berhasil menggigit tangan Abdullah. "Setelah itu, saya tak sadar lagi," ucap kades Doni.

Acara rekonstruksi berlangsung singkat. Tak sampai 20 menit. Kepada Radar Bromo, Kades Doni mengatakan, pihaknya berharap polisi memroses kasus itu dengan baik. Sebab kata Doni, pihaknya tidak menerima tindakan yang dilakukan Abdullah. "Apalagi saya aparat pemerintah, Mas," tutur Abdullah. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181942

Pemukulan Kades Direkonstruksi

[ Rabu, 29 September 2010 ]

KRAKSAAN-Polres Probolinggo kemarin melakukan rekonstruksi kasus pemukulan Doni Sandi, Kades Klampokan, Kecamatan Besuk. Tersangka Muhammad Abdullah, 24, warga Desa Matekan Kecamatan Besuk menjadi pemeran utama dalam rekonstruksi itu.

Rekonstruksi digelar di halaman belakang Mapolres mulai sekitar pukul 09.00.

Dalam pantauan Radar Bromo, rekonstruksi itu melibatkan 6 orang. Selain Abdullah yang masih dalam keadaan terborgol, korban pemukulan Doni Sandi juga diikutkan.

Selain itu juga ada Diro, 35, warga Desa Klampokan Kecamatan Besuk. Serta Suhar, 40, warga Desa Nogosaren Kecamatan Gading yang bertindak sebagai saksi saat kejadian. Rekonstruksi itu sendiri dipimpin Kanitreskrim Polsek Besuk Aiptu Joko Subagyo didampingi sejumlah petugas kepolisian.

Diberitakan Radar Bromo beberapa waktu lalu, Abdullah melakukan pemukulan terhadap Kades Doni Sandi. Peristiwa itu terjadi pada 8 September lalu. Dua hari sebelum Lebaran. Akibat dipukul, Kades Doni harus mendapat perawatan serius di RSUD Waluyojati Kraksaan. Sementara Abdullah diamankan di Mapolsek Besuk.

Namun masalah tak selesai di situ saja. Sebab warga Desa Klampokan melurug ke Mapolsek. Hal ini membuat pihak Polsek memindahkan Abdullah ke Mapolres Probolinggo.

Dalam rekonstruksi kemarin, digambarkan Kades Doni sedang berkendara sepeda motor miliknya. Doni kemudian memarkir sepedanya di pinggir jalan. Sebab sebelumnya, Abdullah menyenggol kendaraan milik Doni. Abdullah sendiri berdua dengan Andri, temannya. Belum sempat berbicara, Doni langsung dipukul sebanyak dua kali.

Doni lantas rubuh. Abdullah masih terus memukuli Doni. Bahkan dengan menginjak tubuh Doni. Doni pun sempat tak sadarkan diri. Namun Doni berusaha melihat sepeda motor miliknya. "Saya kuatir sepeda motor saya dicuri," ujar Doni kepada petugas.

Selanjutnya ada Suhar dan Diro yang melerai Doni dan Abdullah itu. Namun Doni sempat berhasil menggigit tangan Abdullah. "Setelah itu, saya tak sadar lagi," ucap kades Doni.

Acara rekonstruksi berlangsung singkat. Tak sampai 20 menit. Kepada Radar Bromo, Kades Doni mengatakan, pihaknya berharap polisi memroses kasus itu dengan baik. Sebab kata Doni, pihaknya tidak menerima tindakan yang dilakukan Abdullah. "Apalagi saya aparat pemerintah, Mas," tutur Abdullah. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181942

12 Siswa SMA Terjaring Razia

[ Rabu, 29 September 2010 ]
KRAKSAAN-Akibat bolos, sebanyak 12 siswa SMAN 1 Gading Kabupaten Probolinggo harus berurusan dengan Satpol PP Kabupaten Probolinggo. Siswa-siswa itu terjaring dalam razia yang direncanakan dengan baik oleh Satpol PP, kemarin (28/9).

Mereka pun harus memertanggungjawabkan perbuatan mereka itu dengan diangkut ke kantor Satpol PP Kraksaan.

Para siswa itu terjaring saat sedang menikmati acara bolos di pesisir pantai Desa Gejugan Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Saat tertangkap, sebagian besar sudah melepas baju seragamnya. Kemudian mengganti dengan kaus. Bahkan ada seorang siswi yang juga ikut terjaring. Namun baju seragamnya masih terpakai.

Para siswa itu adalah M Ikbil, Abdul Rosi, Muhammad Ali, Reynaldi Amansyah, Lutfilah, Junaidi Hidayat. Selanjutnya Ali Haidar, Danang YA, M Iqbil Maulana, Al-Muzammil, dan Agus Mustofa. Sementara seorang siswi yang tertangkap yakni Ela Septiana.

Selain menangkap para siswa itu, petugas juga mengamankan sejumlah barang terlarang. Yakni 6 butir pil penenang yang dibawa seorang siswa. Saat ditanya, siswa tersebut mengaku pusing. "Kalau pusing ya jangan bolos ke pantai. Kalau sakit itu, pasti istirahat di rumah," tegas petugas.

Petugas juga menemukan sebuah botol miras utuh. Namun botol itu ditemukan di tempat berbeda. "Ini kami anggap sebagai barang bukti. Meski belum tentu adalah milik para siswa," sebut Kasi Binmas & Personel Didit.

Razia dilakukan setelah Satpol PP mendapat informasi dari masyarakat. Informan itu tak lain adalah pemilik tambak yang sering ditempati pacaran itu. Namanya Niwan. Niwan bersaudara dengan Muhammad Saleh, seorang staf BLH Kabupaten Probolinggo.

"Kantor BLH dan Satpol PP kan bertetangga. Jadi informasinya pun langsung kami terima. Setelah kami cek di lokasi yang dilaporkan, ternyata ada," kata Kasi Binmas & Personel Satpol PP Didit.

Satpol PP kemudian mengatur strategi. Yakni untuk melakukan penangkapan. Sebab jika tak direncanakan, kebanyakan bisa kabur dari kejaran petugas. Selanjutnya dua petugas Satpol PP, Abdurrahman dan Khoirul Anam melakukan penyamaran. "Setelah positif ada, kami langsung laporan ke kantor," ujar Abdur Rahman.

Sebanyak 8 orang petugas langsung bergerak menuju lokasi tersebut. menyusul Abdur Rahman dan Khairul Anam yang sudah berada di lokasi. Yakni dengan sebuah mobil patroli dan dua buah motor dinas. Tim itu dipimpin Arifin. Sementara anggotanya yakni Mansyur dan Safi'i, keduanya menggunakan sepeda motor. Sementara Hasan, Tomas, Ma'un, Ari Isjuwantoro, dan Razak naik mobil patroli.

Saat aksi penangkapan, petugas tak mengalami banyak kesulitan. Apalagi perjalanan menuju pantai hanya tersedia 1 jalur. Sehingga saat petugas melakukan penggerebekan, para siswa tak bisa kabur. "Sudah dihadang petugas yang lain di jalan itu. Tapi tadi sempat kejar-kejaran, Mas. Semuanya berhasil ditangkap," ujar Arifin, pimpinan tim.

Arifin menjelaskan, sebenarnya ada 14 orang yang berhasil dijaring. Namun 2 di antaranya dilepaskan. Sebab termasuk pengunjung umum saja. Selain itu, juga bukan siswa lagi. "Kami juga tak bisa menemukan bukti penguat. Sehingga 2 orang itu kami lepaskan," ujar Arifin.

Saat diperiksa petugas, sebagian besar siswa itu tak menyebut nama lengkap. Saat ditanya petugas, semuanya menjawab dengan nama panggilan saja. Bahkan ada yang sangat berbeda dengan nama aslinya. Hal itu membuat petugas gusar.

"Kami tidak akan menyiksa kalian. Kami cuma ingin kalian menjawab jujur. Masak, namanya Ela Septiana, ngakunya Evi. Itu bohong namanya," bentak seorang petugas.

Petugas kemudian menghukum para siswa dengan dijemur di halaman kantor. Selama sekitar 1 jam, sekitar pukul 10.00-11.00. Setelahnya, barulah para siswa dimintai keterangan identitas.

Satpol PP kemudian menghubungi pihak SMAN 1 Gading. Yakni agar mendatangi kantor Satpol PP. Sekitar pukul 11.30, dua orang guru sekolah tersebut datang. Yakni Sri Amaljati dan Bayu Andika. "Kepala sekolah menugaskan kami," ujar Sri kepada Didit.

Kepada Sri dan Bayu, Didit kemudian menjelaskan duduk persoalan yang terjadi. Menurut Didit, pihaknya terpaksa mengamankan para siswa. Apalagi hal itu dilakukan saat jam sekolah. "Alias bolos," tutur Didit.

Untuk menjemput siswa itu, Didit mengatakan akan dikembalikan jika dijemput orang tua. Namun kalau hendak dijemput oleh pihak sekolah, Didit pun menyilakan. Sri sendiri sepakat agar para siswa itu dijemput orang tua.

"Agar orang tua juga bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Kalau pihak kami tidak bisa melakukan kontrol. Selama si anak memang tidak masuk di lingkungan sekolah. Siswa ini kan memang bolos. Jadi di satu sisi ini bukan tanggung jawab kami," tutur Sri.

Namun pihak sekolah kata Sri, bukannya lepas tangan. Pihaknya akan tetap memberikan sanksi kepada para siswa itu. Sebab kata Sri, mereka sudah melakukan pelanggaran yang berat. Selain bolos, mereka juga melanggar peraturan lain. "Sanksinya pasti juga berat. Namun kami akan memanggil para orang tua ke sekolah," sebut Sri.

Sementara itu, Didit berharap, perilaku itu tak diulangi lagi oleh para siswa. Sebab kata Didit, hal itu merugikan diri sendiri dan juga orang lain. "Kalian harus insyaf dan sadar. Ini perbuatan yang percuma. Jangan sampai mengulangi lagi," kata Didit. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181941

CJH Kabupaten Cek Kesehatan

[ Rabu, 29 September 2010 ]
KRAKSAAN - Calon Jamaah Haji (CJH) Kabupaten Probolinggo kemarin menjalani cek kesehatan. Acaranya dilakukan di Puskesmas Kraksaan.

Acara cek kesehatan itu dimulai sekitar pukul 08.00. Sekitar pukul 11.00, jumlah CJH yang hadir sekitar 110 orang saja. "Berarti baru bisa selesai sore ini," ujar seorang petugas.

Menurut ketua panitia dr. Diah Kuncorowati, cek kesehatan tersebut diikuti sebanyak 181 CJH. Jumlah itu tersebar di 5 Kecamatan. Yakni Kraksaan, Pajarakan, Krejengan, Besuk, dan Gading. "Ini pelaksanaan yang kedua, Mas," ujar Diah.

Dikatakan Diah, cek kesehatan kemarin adalah rangkaian tahapan kedua dari dua tahap. Tahap kedua bertujuan untuk evaluasi hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama. Tahap pertama sendiri digelar sekitar sebulan lalu. "Kalau tahap pertama, CJH periksa di puskesmas setiap kecamatan. Kalau tahap kedua hanya digelar di 5 titik puskesmas," ujar Diah.

Selain Kraksaan, kegiatan ini sudah dilaksanakan di Puskesmas Leces. Leces mengcover 6 kecamatan. Yakni Leces, Tegalsiwalan, Bantaran, Kuripan, Sumber, dan Dringu. Pelaksanaannya Kamis (24/9) lalu. Jumlah CJH yang diperiksa sebanyak 126 orang.

Setelah Kraksaan, cek kesahatan akan dilakukan di Puskesmas Sumberasih, Kamis (30/9). Meliputi CJH dari Kecamatan Sumberasih, Wonomerto, Tongas, Lumbang, dan Sukapura. Jumlah CJH sebanyak 148 orang.

Selanjutnya pada Senin (5/10) di Puskesmas Paiton. Menangani CJH dari 3 kecamatan. Yakni Paiton, Kotaanyar, dan Pakuniran. Jumlah CJH kata Diah, sebanyak 138 orang.

Terakhir, kegiatan ini digelar pada Rabu (7/10) di Puskesmas Maron. Memeriksa CJH dari Kecamatan Banyuanyar, Tiris, Krucil, Gending, dan Maron. Jumlah CJH yakni 131 orang.

Dalam kegiatan ini kata Diah, tidak semua melakukan cek kesehatan di 5 titik puskesmas itu. Sebab bagi CJH yang berusia di atas 60 tahun, harus melakukan cek di RSUD Waluyojati Kraksaan. Sebab usia harus dilakukan cek mendalam. "Kuatir sakit dan tak mampu melanjutkan perjalanan haji," tutur Diah.

Pada cek kesehatan kemarin, dilakukan pemeriksaan lanjutan kepada CJH. Yakni dengan memberikan imunisasi meningitis dan imunisasi influensa. Sebab kata Diah, pemerintah arab tak mau menerima CJH yang membawa penyakit. Sebaliknya juga demikian. "Indonesia juga tak mau ketularan penyakit dari arab. Oleh karenanya CJH akan diperiksa lagi H+7. Sepulangnya dari haji," jelas wanita yang juga Kabid P2PL Dinkes Kabupaten Probolinggo ini.

Diah menjelaskan, cek kesehatan tahap kedua ini ditangani 5 dokter. Yakni dr Endang Astuti, dr Shodiq Cahyono, dr Indah Sri Wahyuni, serta dr. Sri Wahyuni. "Saya juga termasuk lho, Mas. Merangkap panitia juga," kata Diah.

Untuk keberangkatan CJH, Diah mengatakan, Dinkes Kabupaten Probolinggo memberangkatkan seorang petugas kesehatan. Statusnya adalah Tenaga Kesehatan Haji Daerah (TKHD) Kabupaten Probolinggo. Yakni dr Asjroel. "Ini dibiayai APBD. Fungsinya nanti juga membantu dokter kloter. Jadi bisa meringankan tanggung jawab kesehatan selama ibadah nanti," pungkas Diah. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181940

Siapkan Varietas Terbaik

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Meski masih 2010, namun Dinas Perkebunan dan Perhutanan (Disbunhut) Kabupaten Probolinggo sudah bersiap-siap menghadapi musim tanam tembakau 2011. hal itu dilakukan agar persiapan tanam lebih sempurna. Terutama dalam hal pemilihan jenis tembakau yang akan dipakai.

Demikian dikatakan Kepala Disbunhut Nanang Trijoko Suhartono. Kepada Radar Bromo, Nanang mengatakan pihaknya sedang merencanakan beberapa persiapan. Yang terdekat, adalah persiapan pemilihan varietas tembakau terbaik. "Jenis ini diproyeksikan untuk 2011," ujar Nanang.

Program ini kata Nanang, dilakukan agar petani bisa memakai tembakau yang cocok dengan tanah mereka. Sebab, di Kabupaten Probolinggo, tidak semua tanah cocok dengan jenis tembakau tertentu. Sehingga jenis yang ditanam pun berbeda-beda. "Sejauh ini ada 5 jenis tembakau yang ditanam di Kabupaten Probolinggo," sebut Nanang.

Menurut Nanang, saat ini pihaknya sedang melakukan uji coba terhadap 5 jenis tembakau itu. Istilahnya kata Nanang, dilakukan pemutihan. Pada saatnya nanti, 5 jenis itu akan dipilih yang terbaik. Kemudian, pihaknya akan mengajukan hal itu kepada Bupati Probolinggo. "Untuk diberi dilisensi dan diberi nama khusus," tutur Nanang.

Mengapa demikian? Sebab hal itu terkait dengan hak kepemilikan tembakau tersebut. Sehingga tembakau yang terpilih nanti bisa ditetapkan sebagai tembakau resmi Kabupaten. "Selain itu, petani juga bisa punya tembakau yang cocok di semua jenis tanah. Tanpa perlu kuatir dengan kualitasnya," pungkas Nanang. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181939

Banyak Petani Bawang Gagal Penen

[ Rabu, 29 September 2010 ]
PROBOLINGGO- Musim panen tahun ini mestinya mendatangkan untung bagi petani bawang Probolinggo. Akan tetapi hal itu tidak terjadi karena banyak di antara mereka mengalami gagal panen. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan untung sepeser pun.

Seperti yang dialami Supandi, 55, warga Keluarahan Kebonsari Kulon, Kota Probolinggo. Tahun ini, ia menanam bawang pada delapan petak sawah yang ia sewa. Untuk tanaan ini, ia telah mengeluarkan modal sebesar Rp 11 juta. "Modal saya sebelas juta," katanya saat ditemui di pasar bawang di kawasan Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Akan tetapi, bawang yang ia tanam mengalami gagal panen. "Rusak semua hingga tidak ada yang bisa dipanen," ujarnya lagi. Karena keadaan ini, delapan petak sawah yang disewanya ia kembalikan lagi ke pemiliknya. Disebutkan Supandi, gagal penen tahun ini disebabkan oleh musim yang tidak menentu. Selain itu, juga disebabkan banyaknya hama yang tidak bisa diatasi.

Dalam pantauan Radar Bromo, banyak cara dilakukan petani untuk mengantisipasi gagal panen ini. Salah satunya yakni menutupi tanaman bawang mereka dengan jaring. Ikhtiyar sudah dilakukan. Hasilnya, Tuhan yang menentukan. (qb/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181937

Menolak Berhubungan, Disiram Minyak Panas

[ Rabu, 29 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Nasib malang menimpa Sutin, 30, warga RT 1/RW 6 Dusun Kulak Selatan Krajan, Desa Wringin Anom, Tongas Probolinggo. Wajah ibu rumah tangga ini disiram dengan minyak goreng panas oleh suaminya sendiri, yakni Suhud, 40.

Kejadian ini menimpa Sutin pada Sabtu (25/9) malam lalu. Sekitar pukul 21.00, Sutin merebahkan diri di ranjang kamarnya karena sudah tak kuat menahan kantuk. Tetapi, ketika ia sedang nyenyak tidur, Suhud masuk kamar dan meminta "jatah" pada Sutin.

Tapi, Sutin merasa kelelahan. Ia pun menolak ajakan hubungan intim dari sang suami. "Malam itu saya tidur karena kelelahan. Kemudian dia (Suhud) datang dan meminta hubungan intim. Sayang bilang kalau saya tidak kuat," ujar Sutin yang biasa dipanggil Titin ini kemarin (28/9).

Hanya, Suhud tetap memaksa Sutin melayaninya. Akhirnya Titin menyilakan sang suami melakukannya, sementara ia tetap berbaring dengan mata terpejam. "Saya suruh dia ngambil sendiri. Tapi mata saya tetap terpejam," kata Titin.

Suhud pun mulai menyalurkan hasratnya. Tapi, di tengah hubungan itu mendadak berhenti dan pergi ke dapur. Beberapa saat kemudian Suhud kembali ke kamar dengan membawa sebuah gelas di tangan. Gelas itu bukan berisi air, tapi minyak goreng panas.

Saat itu, Titin tidak mengetahui isi gelas di tangan suaminya tersebut. "Saya tidak tahu kalau itu minyak goreng. Saya mengira isinya air minum," ujar Titin.

Kemudian begitu sampai di dalam kamar, Suhud langsung menyiramkan minyak goreng yang masih panas itu ke muka Sutin. "Kamu mengandalkan kecantikan, kan?" kata Sutin menirukan ucapan sang suami ketika menyiramkan minyak goreng ke mukanya.

Disirami dengan minyak goreng, Titin pun menjerit kepanasan, sementara Suhud melarikan diri malam itu juga. Tidak hanya muka Titin yang terkena siraman minyak goreng panas, putri Titin yakni Atis Solehah yang berumur 3,5 tahun juga terkena cepratan minyak panas.

Dikatakan Titin, Solehah saat itu sedang tidur di sampingnya. "Begitu terkena cepratan minyak goreng, dia (Solehah) terbangun dan langsung menangis," ujar Titin lagi.

Begitu mengalami kekerasan dari sang suami, Titin kemudian langsung menuju RSUD Tongas untuk mendapatkan perawatan. Dari sini, ibu rumah tangga ini kemudian melaporkan perlakuan suaminya ke Polsek Tongas. "Saya berharap dia bisa tertangkap dan dihukum dengan seadil-adilnya," kata Titin.

Menurut Titin, kehidupan rumah tangganya dengan Suhud selama ini memang sering diwarnai dengan pertengkaran. "Hampir setiap hari bertengkar," aku Titin.

Bahkan tidak jarang pertengkaran itu berakhir dengan pemukulan. Suatu saat, ungkap Titin, dirinya pernah mengalami luka setelah dipukul Suhud. "Tapi saat itu saya tidak melapor ke polisi. Usai bertengkar, ia saya terima kembali," katanya.

Lalu, bagaimana langkah Polsek Tongas dalam kasus ini? Kapolsek Tongas AKP Sugeng Piyanto saat dihubungi Radar Bromo mengatakan pihaknya telah menerima laporan dari korban.

Tetapi, ia mengatakan kasus ini bukan merupakan Kekerasa Dalam Rumah Tangga (KDRT). "Laporannya sudah diterima. Tapi itu bukan kasus KDRT," katannya.

Menurut kapolsek, dikatakan bukan KDRT karena antara pelaku dan korban sudah lama tidak tinggal serumah. Lagi pula hubungan keduanya hanya diikat dengan pernikahan sirri. "Dalam minggu ini kami akan panggil saksi-saksi dan korbannya," ujarnya. (qb/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181931

Diknas Panggil Kepala Sekolah

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Soal Tahan Ijazah, Mengaku Terjebak LSM

PROBOLINGGO - Dinas Pendidikan Kota Probolinggo langsung mereaksi kasus yang disuarakan LSM Gagak Hitam. Yakni soal kebijakan SMKN menahan ijazah milik murid yang belum melunasi tunggangan keuangannya. Dinas Pendidikan kemarin (28/9) memanggil para kepala sekolah.

Sebenarnya yang dipanggil kemarin adalah para kepala sekolah SMP, SMA dan SMK negeri se Kota Probolinggo. Tapi, untuk mengefisienkan waktu, Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani hanya menyuruh kepala sekolah (kasek) SMKN 1 Sunardi dan kasek SMKN 3 Samsul Anam memberi penjelasan di hadapan para wartawan.

Dalam kesempatan itu Samsul Anam menjelaskan bagaimana data murid yang mempunyai tunggakan itu bisa sampai jatuh ke tangan LSM Gagak Hitam. Samsul mengaku merasa terjebak sehingga data tersebut bisa jatuh ke tangan mereka. Menurutnya, Rabu (22/9) lalu, ada seseorang yang mengaku dari LSM tersebut.

Aktivis itu, meminta data tersebut dengan alasan ingin membantu SMKN 3. "Mereka datang ke sekolah kami menawarkan jasa ingin membantu tunggakan di sekolah kami," jelas Samsul.

Karena itu pihaknya bersedia memberikan data yang di maksud. Tapi, tidak hari itu juga. Pihaknya masih meminta waktu untuk merekap semua murid yang mempunyai tunggakan. Setelah terdata dengan baik, lalu data tersebut diserahkan kepada LSM itu. "Kami berjanji hari Jumat, karena waktu itu waktunya tidak memungkinkan," ujar Samsul Anam.

Samsul mengaku, tidak pernah menyangka kalau hal itu akan menjadi polemik. Sebelumnya, Samsul menduga LSM itu mempunyai niatan baik karena mau membantu sekolahnya.

"Malah sebaliknya, air susu dibalas air tuba. Sungguh saya sesalkan, karena semula mereka punya niatan yang baik, berubah menjadi tidak baik. Mereka menusuk SMKN 3 dari belakang," kilah Samsul.

Seperti diberitakan sebelumnya, Senin (27/9) lalu sejumlah anggota LSM Gagak Hitam di Kota Probolinggo melurug kantor Dinas Pendidikan. Mereka menuntut penghapusan praktik penahanan ijazah murid yang belum bisa melunasi tanggungan keuangannya.

Mereka tak hanya membawa data para murid yang ijazahnya masih tertahan. Tapi, mereka juga membawa serta seorang murid dan orang tua murid yang ijazah anaknya masih "disandera" sekolah.

Dalam kesempatan itu mereka juga membawa data nama-nama 145 alumnus SMKN 3 yang ijazah aslinya masih ditahan pihak sekolah. Alasannya sama, sejumlah 145 alumnus (tahun pelajaran 1998/1999 sampai 2009/2010) itu masih punya tanggungan keuangan yang belum terlunasi. Bila ditotal, tunggakan dari 145 siswa itu ada sekitar Rp 86.138.600.

Selanjutnya, LSM Gagak Hitam meminta Dinas Pendidikan menyelesaikan kasus tersebut. LSM ini juga memberi tenggat waktu dua hari. Jika tidak, mereka akan melaporkan kasus tersebut ke polisi dan Komnas HAM.

Sementara, saat memberi keterangan kepada wartawan kemarin, kasek SMKN 3 Samsul Anam menyatakan selama ini pihaknya tidak pernah mempersulit bila ada muridnya yang hendak mengambil ijazahnya. Termasuk, bagi mereka yang masih mempunyai tunggakan.

Tapi, bagi mereka yang mempunyai tunggakan jelas tidak bisa membawa pulang ijzah aslinya sebelum lunas. Mereka hanya akan mendapatkan foto kopiannya dari sekolah. Itupun sudah dilegalisir. "Kami tidak pernah mempersulit bila ada yang butuh ijazah, sesuai dengan instruksi dispendik," ujarnya.

Sedangkan Sunardi kepala SMKN 1, mengatakan kalau pihaknya juga melakukan hal yang sama terhadap muridnya. Yakni, masih banyak ijazah yang belum diambil oleh pemiliknya lantaran masih punya tanggungan kepada sekolah.

Bahkan, sekolah ini memberi peraturan lebih ketat. Yakni, bila ada ijazah yang tidak diambil sampai lebih dari tiga bulan, maka sekolah tidak bertanggung jawab. "Kalau butuh ijazahnya, silahkan datang ke sekolah. Tidak ada istilahnya tidak diberi," ujarnya.

Sunardi mengatakan, masih beruntung pihkanya tidak mengembalikan ijazah para muridnya itu ke provinsi. Menurutnya, kalau misalkan sampai dikembalikan ke provinsi maka para murid itu akan kerepotan untuk mengurusnya. "Anak itu masih untung, ijazahnya tidak saya kembalikan ke propinsi," ujarnya.

Tak hanya mereka yang butuh fotokopian yang diberi. Tapi, juga bagi mereka yang membutuhkan ijazah asil. Meski belum lunas, itu akan bisa dilayani. Tapi, dengan suatu perjanjian dan kesepakatan tertentu. "Dengan perjanjian harus dikembalikan lagi kalau sudah selesai," ujarnya.

Menanggapi semua itu, Maksum mengatakan kalau pihaknya meski terus-terusan dihujat, masih tetap mendidik. Bagi mereka yang masih punya tanggungan, memang ijazah aslinya tidak diberikan. Tapi, masih diberi foto kopiannya yang sudah dilegalisir. "Ini adalah sanksi secara pendidikan," ujarnya.

Maksum mengaku, sudah mewanti-wanti para kepala sekolah untuk tidak bermain curang. Utamanya dalam meberikan pelayanan terhadap masyarakat. "Saya sudah sampaikan, hati-hati. Sulit lho jadi kepala sekolah. Jangan sok jadi pahlawan, kita omong-omongan sing apik lah," ujarnya.

Terkait dengan ancaman LSM yang memberi tenggat dua hari, Maksum mengaku tidak gentar. Masalah itu bisa diselesaikan. "Tergantung administrasinya. Kalau dua hari selesai, ya selesai. Yang penting ada koordinasi yang baik, pasti ada win-win solution. Pokoknya, kalau ingin cepat selesai, cepat-cepat koordinasi dengan sekolah ," ujarnya.

Bagaimana denan ancaman LSM yang akan membawa ke jalur hukum? "Kita lihat saja nanti. Kalau mereka lari ke hukum juga tidak masalah. Wong mereka memperoleh data dengan cara yang tidak benar," ujarnya.

Bantah Cari Donatur

Sementara, Ketua LSM Gagak Hitam Khofilillah balik menyangkal menusuk dari belakang terhadap SMKN 3. Ia menyatakan tidak menjanjikan mencarikan donatur saat minta data dari SMKN 3 itu. Tapi, hendak menyelesaikan masalah tersebut. Itu, supaya mereka yang punya tunggakan ke sekolah biar bisa segera diselesaikan.

"Mau dicarikan jalan keluarnya, bukan donatur. Ya jalan keluarnya seperti itu. Sekarang yang harus dipermasalahkan bukan bagaimana mencari atau memperoleh datanya. Tapi, jalan keluarnya yang yang harus dicari," ujarnya.

Khofi, sapaannya, mengaku masih tetap berpegang teguh kepada komentar LSM-nya waktu itu. Yakni, bila dalam waktu dua hari itu masih belum diselesaikan, maka pihaknya akan benar-benar membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Bahkan, kalau perlu sampai ke Komnas HAM. "Tetap kami akan turun kalau itu tidak selesai. Selain, akan dilaporkan ke polisi juga akan dilaporkan ke Komnas HAM," ujarnya.

Menurutnya, sebenarnya mudah untuk menyelesaikan kasus tersebut. Itu kalau pihak dinas ada kemauan. "Anggarkan saja melalui APBD. Kenapa kalau kepetingan anak bangsa kok sulit?" ujarnya.

Atau biar ke depan biar tidak menahan ijazah lagi, kata Khofi, bisa dengan jaminan BPKB atau sertifikat tanah. "Biar bisa diagunkan dan sekalian lebih formal," lanjutnya

Soal cara mendapat data, Khofi tetap bersikeras. "Kalau dikatakan salah, dengan cara mendapatkan data itu, di mana letak kesalahanya. Data itu benar adanya. Kita ini minta ijazah, bukan foto kopinya," lanjutnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181930

Buru Rekor MURI

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Butuh Dana, Pembatik Wadul Dewan

PROBOLINGGO - Memiliki ide dan konsep kreatif dirasa masih belum cukup bagi paguyuban pecinta dan pengrajin batik di Kota Probolinggo. Mereka harus berjuang mendapatkan dana puluhan juta rupiah untuk sebuah gawe besar yang direncanakan. Dewan pun menjadi sasaran pengaduan mereka.

Paguyuban pecinta dan pengrajin batik punya gawe luar biasa yaitu batik Kota Probolinggo menuju rekor MURI (Museum Rekor Indonesia). Rencananya acara tersebut bakal digelar Jumat (8/10) mendatang pukul 08.00. Start di depan rumah dinas wali kota berjalan ke halaman kantor pemkot.

Konsep acaranya bikin batik terpanjang di Indonesia dalam rangka hari batik nasional yang jatuh pada 2 Oktober sekaligus memperingati hari jadi kota Probolinggo ke-651 tahun. Pagelaran itu dibuat 11 orang pengrajin batik yang menuangkan ide desain batik di kain sepanjang 100 meter dengan 651 motif berbeda.

Untuk mendukung acara itu paguyuban bakal mendatangkan pihak MURI. Total anggaran yang dibutuhkan senilai Rp 42.467.000. Rp 25 juta diantaranya untuk pembiayaan akomodasi MURI. Nah, kendala inilah yang akhirnya membuat paguyuban harus mengadu ke dewan.

"Ada hal-hal yang bisa diambil manfaatnya dalam hearing ini. Komisi B bisa memberikan rekom kaitan ide dari masyarakat ini. Dimana kegiatan ini bentuk partisipasi aktif para pecinta batik serta wadah kreasi dan apresiasi," tutur Ketua Komisi B Sri Wahyuningsih kemarin dalam hearing dengan paguyuban pecinta dan pengrajin batik.

Ketua paguyuban pecinta batik Kota Probolinggo Nani Kastip menjelaskan kalau pihaknya sudah presentasi dihadapan MURI dan meyakinkan jika para pembatik bisa melakukan pagelaran dan mencetak rekor. MURI pun memutuskan untuk hadir pada hari Jumat nanti dan mengukur secara langsung kain batik serta motifnya.

"Pagelaran ini juga untuk menggerakkan pemasaran batik khas Kota Probolinggo. Kami memohon support dari pemerintah untuk membantu bisa mendatangkan MURI," ujar Nani Kastip dalam hearing.

"Kami mengharap belas kasihan dari pemkot dan DPRD untuk membantu masyarakat pengrajin batik," imbuh sekretaris paguyuban Kustiyana. Sedangkan Sri menegaskan kalau mengenai pendanaan bukan wewenang komisi B melainkan satker-satker terkait.

Mengenai kesiapan pembatik menjelang pagelaran batik terpanjang, para pembatik sudah mengatakan siap. "Kami sudah siap. Batiknya sudah selesai tinggal menunggu hari H. Setiap pembatik kebagian harus membuat 72 sampai 73 batik dengan motif yang berbeda-beda," ujar Wasis, salah seorang pengrajin yang mengikuti hearing, kemarin (28/9).

Dalam hearing itu, komisi B sengaja mengundang satker terkait yaitu Asisten Perekonomian dan Penanaman Modal Matalil, Kepala Diskoperindag Widiharto, Sekretaris DPPKA Medi, Kepala Dispobpar Endro Suroso dan Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo.

Menjawab keluhan paguyuban pecinta batik, masing-masing kepala satker tersebut diminta tanggapannya. Menurut Matalil, apa yang disampaikannya disebut atas nama wali kota, bahwa pemkot tidak akan menghambat kegiatan ini. Apalagi jika kegiatan itu berdampak ekonomi pada masyarakat akan didukung penuh.

Namun, yang diperhatikan adalah seberapa besar dampak tersebut bagi masyarakat. Bahkan wali kota sudah membuat imbauan satker tidak boleh ada pengadaan batik dari luar kota.

"Yang diperhatikan adalah skala prioritas. Batik (Kota Probolinggo) masih muda dan membutuhkan sosialisasi-sosialisasi. Kami mengapresiasi sekali. Tapi, apa tidak ada cara lain? Misalnya sehari laku seribu atau lima ribu. Boleh saja kan saya ucapkan begini, saya menyampaikan unek-unek. Tidak harus dengan 651 motif," kritik Matalil.

Sedangkan Widiharto menyatakan jika anggaran di eksekutif itu program dan terencana. Eksekutif menyetujui adanya gelaran itu namun mengenai anggaran belum memberikan kepastian.

"Ide ini sungguh luar biasa. Memang kalau ada kegiatan yang dilaksanakan harus ada prosedurnya. Kami tinggal melaksanakan, tinggal bagaimana kebijakan beliau (wali kota). Kalau wali kota oke, ya jalan," ucap Tiyok yang juga sekretaris hari jadi kota.

Ucapan Tiyok dibenarkan oleh Sekretaris DPPKA Medi. "Tergantung kepala daerah. Tapi, seharusnya tidak bergantung pada orang lain, tetapi mandiri," ujarnya. Anggota komisi B juga menyetujui dan mendukung ide paguyuban tersebut.

Komisi B merekomendasi agar kegiatan itu bisa dilaksanakan sesuai harapan. Yakni dengan koordinasi antara paguyuban pecinta batik dan pemkot melalui dinas terkait. "Supaya didukung demi peningkatan sektor UKM, perekonomian dan ujung-ujungnya demi peningkatan PAD (pendapatan asli daerah)," jelas Sri Wahyuningsih. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181924

Heboh Teroris dan Pencurian

[ Rabu, 29 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Warga Kelurahan Pilang, Kademangan Kota Probolinggo, Senin (27/9) hingga Selasa (28/9) pagi digegerkan dua kejadian. Senin malam, warga heboh karena ada dua orang bak teroris masuk perkampungan. Sementara orang yang dicurigai teroris itu kabur, paginya malah ada warga kecolongan.

Isu ada dua teroris masuk perkampung Pilang terdengar santer Senin malam itu. Warga pun berusaha mencari dua orang yang disebut-sebut warga membawa bahan peledak itu. "Mereka membawa dua tas besar. Warga menduga itu molotov dan senjata," ujar salah seorang warga.

Isu itu juga sempat terendus oleh aparat kepolisian. Sehingga, puluhan polisi juga turun ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan pengamanan. Tapi, dua orang yang diduga teroris itu akhirnya menghilang. "Hilangnya di sekitar belakang pabrik kecap," jelas warga itu.

Heboh teroris itu dibenarkan oleh S. Susanto, salah seorang staf kelurahan Pilang. Ia mengatakan, kalau malam itu memang ada dua orang yang dicurigai sebagai teroris. "Ada warga yang mendengar kabar itu dari polisi," ujarnya.

Menurutnya, malam itu polisi langsung turun menyisir kelurahan tersebut. Mereka juga membawa senjata, ada yang laras panjang ada pula yang menggunakan pistol. Tapi, dua orang yang diduga teroris itu tidak ditemukan. "Ada info kalau ada teroris yang masuk Pilang. Polisi juga langsung menyisir, tapi tidak ditemukan," ujarnya.

Adanya kabar menghebohkan itu, juga dibenarkan oleh Irwanto dan Totok warga RT 1/RW 4 Keluraahan Pilang. Menurut Irwanto, kabar itu mulai beredar sejak sekitar pukul 21.00. Sejak itu pula, dirinya sudah mendapati banyak polisi di kampungnya. "Katanya, masuk dari barat di jalan baru (Jl KH Abdurrahma Wahid, Red) itu," ujarnya.

Warga Kemalingan

Bila Senin malam, heboh teroris masuk kampong, kemarin pagi warga digegerkan aksi pencurian yang menimpa warga setempat Totok Timbul Irianto. Totok sehari-harinya adalah seorang pegawai Dinas Pertanian Lumajang.

Dari rumah Totok, maling berhasil membawa kabur kabur 2 sepeda motor, 1 laptop dan empat buku tabungan. Akibatnya, Totok diperkirakan mengalami kerugian sekira Rp 26 juta.

Malam itu, Totok mengaku tidak mendengar apa-apa ketika sedang tidur. Termasuk, ketika maling mengobok-ngobok rumahnya dan membawa kabur harta bendanya. "Saya tidur sekitar pukul 20.00, karena saya merasa capek setelah pulang kerja," ujarnya saat ditemui di rumahnya, kemarin.

Lalu sekitar pukul 04.00 Totok terbangun dan langsung menuju kamar mandi. Tak lama kemudian, ia keluar melalui pintu samping rumahnya. Totok pun kaget ketika mendapati ada barang-barangnya yang tercecer. "Waktu itu, saya menemukan buku tabungan saya tercecer," ujarnya.

Padahal, buku tabungan itu berada di dalam tas bersama dengan laptopnya. Mendapati itu, Totok langsung mengecek keberadaan laptopnya. Ternyata, laptop Axio miliknya sudah lenyap.

Totok pun bergerak menuju pintu depan. Ia hendak keluar rumah melalui pintu utama itu. Ternyata, ia mendapati pintu depan itu sudah dalam keadaan tidak terkunci. Padahal, Totok mengaku sebelum tidur sudah mengunci semua pintu rumahnya. "Saya terus keluar, ternyata pintu pagar juga sudah terbuka," ujarnya.

Lalu, Totok masih menyempatkan diri keluar ke jalan depan rumahnya. Tak lama kemudian, ia masuk kembali. Ternyata, ia mendapati pintu garasinya juga sudah terbuka. Dia pun mendapati dua sepeda motornya amblas, yakni Honda Vario bernopol N 2634 RV dan Yamaha Mio N 5554 YN.

Anehnya, pada pintu garasi dan pintu depan yang terbuka itu tidak ada bekas congkelan. Keanehan itu pun mengundang perhatian Totok dari mana maling itu bisa masuk ke dalam rumahnya.

Ternyata, setelah dilakukan pengecekan kawanan maling itu masuk melalui jendela kecil di atas pintu samping rumahnya. Dari jendela itu mereka langsung menemukan tumpukan kunci yang berada di meja tak jauh dari pintu.

Alhasil, pelaku seperti menemukan rezeki nomplok. Pasalnya, mereka tidak usah repot-repot menggunakan kuci palsu. "Tidah usah kunci palsu. Karena kuncinya, saya kumpulkan di sana (meja). Tadi, polisi sudah ke sini, entah siapa yang laporan. Mungkin tetangga," ujar Totok.

Sementara pihak kepolisin masih terus melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. "Kalau teroris tidak ada, yang ada hanya pencurian biasa," jelas Kapolsek Kademangan AKP Mahmud kemarin. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181923

Melihat Pelatihan National Brain Activation (NBA) di Kraksaan

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Bisa Bedakan Warna walau Mata Tertutup

Metode pendidikan National Brain Activation (NBA) kini juga menjalar sampai ke Probolinggo. Metode ini (salah satunya) membuat seorang anak mampu membaca, bahkan melakukan berbagai aktivitas lainnya dalam keadaan mata tertutup.

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

Minggu (26/9) itu ada suasana berbeda di lantai dasar gedung Islamic Center Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Sejumlah orang sibuk hilir mudik di sekitar studio radio Bromo FM. Sedangkan di ruang pertemuan di sebelah studio itu sayup-sayup terdengar suara anak-anak bermain.

Tapi, dari luar ruangan tak terlihat aktivitas di dalamnya. Kaca-kaca ruangan tersebut sengaja ditempeli koran seluruhnya. Hari itu di ruangan tersebut sedang berlangsung pelatihan metode NBA.

"Orang di luar ruang tidak boleh melihat pelatihan itu. Termasuk juga orang tuanya," ujar Agus Salehuddin, salah seorang dari tim manajemen NBA Jawa Timur.

Menurut Agus, pelatihan itu digelar sejak pukul 09.00. Begitu dimulai, ruangan sudah harus steril. Sebab pemberian materi itu hanya bisa diikuti oleh anak yang sudah didaftarkan. "Jumlahnya hanya 24 peserta," tambah Hadi Santoso, rekan manajemen Agus.

Menurut Hadi, jumlah peserta memang dibatasi. Pelatihan itu pun hanya untuk anak-anak. Peserta saat itu tidak hanya dari Probolinggo. Juga ada dua peserta dari luar kota. Yakni dari Lamongan dan Sumenep Madura. "Kalau banyak, instruktur bisa kewalahan. Malah tidak efektif," kata Hadi.

Dijelaskan, untuk menjadi peserta, harus membayar biaya administrasi sebesar Rp 1,5 juta. Biaya itu untuk menutupi kebutuhan operasional saja. Di kota lain, kata hadi, biaya pelatihan NBA berkisar Rp 2,5 sampai Rp 3 juta. "Orientasi kami bukan mutlak bisnis," ujar Hadi.

Instruktur yang hadir adalah penemu metode tersebut. Yakni John L. Pratama, SE., S.Kom, Occ, CHt, CI. Dia adalah chairman The House Of Mind Power (THOMP). "Asalnya Jogjakarta," tutur Khoirul Roziqin, juga dari tim NBA.

Menurut Roziqin, dengan pelatihan dimulai pukul 09.00, selanjutnya ruangan baru bisa dibuka untuk umum pada pukul 14.30. Sebab para peserta akan diuji. Untuk proses pengujian itu bisa disaksikan siapapun. "Untuk membuktikan bahwa metode itu memang efektif," kata Roziqin.

Sesuai batas waktu yang ditetapkan untuk ujian, Radar Bromo disilahkan memasuki ruangan. Para orang tua juga diperkenankan masuk. Sementara itu, peserta sudah mulai unjuk kebolehan. "Ini hasil dari pelatihan kami," ujar John L. Pratama.

Saat itu sebanyak 22 peserta dipanggil satu persatu. Tapi, ada dua peserta yang belum tampak. Di mana dua peserta itu? Ternyata dua bocah itu tampak bermain di luar kelompok mereka yang lain.

"Alan nggak mau nggambar. Alan kalau menggambar jelek," ujar bocah bernama Alan itu disusul tawa sambil menunjukkan giginya.

Dalam proses pengujian itu, mata setiap peserta lebih dulu ditutup dengan sebuah kain hitam. Tujuannya agar peserta bisa melakukan aksinya tanpa bantuan penglihatan. Tugasnya, mewarnai lukisan yang lebih dulu dibuatkan garis. Bentuk lukisannya beraneka ragam. "Ada gambar pisang, mobil, landak, dan lain-lain," ujar John.

Begitu semua peserta selesai, lukisan yang telah diwarnai itu dikumpulkan kepada John. John pun menunjukkan lukisan itu kepada Radar Bromo. Hasilnya? Luar biasa! Hampir semua peserta berhasil mewarnai lukisan itu dengan tepat. Baik sisi garis, maupun warna yang dibubuhkan. "Aplaus untuk anak-anak kita," ujar John.

Selanjutnya John menugaskan peserta memilih bola-bola plastik dengan tiga warna. Merah, kuning, dan biru. Tugasnya, setiap peserta harus memilih bola sesuai warna. Kemudian, bola itu dimasukkan ke dalam wadah plastik sesuai dengan kelompok warnanya.

Hasilnya pun menggembirakan. Bola yang dimasukkan, semuanya sesuai dengan wadah yang tersedia. Bola merah masuk ke wadah merah. Demikian pula dengan bola biru dan kuning. Seluruh yang hadir di ruangan tersebut pun kontan memberikan aplaus.

Kemudian John menanyakan perbedaan antar setiap bola kepada dua peserta; Vera dan Rafi. "Apa bedanya warna merah, biru, dan kuning?" tanya John.

"Kalau merah, rasanya berat. Biru paling ringan. Kalau kuning agak berat," sebut Rafi yang disambut aplaus hadirin.

Sedangkan jawaban Vera berbeda dengan Rafi. "Merah bau tanah, biru agak harum, kuning agak berat," terang Vera yang juga disambut aplaus.

"Jadi kedua anak ini membedakan warna dengan cara berbeda. Vera dengan cara mencium. Sedangkan Rafi dengan cara merasakan," sebut John.

Ada seorang hadirin merasa kurang yakin dengan yang terjadi. Dia pun meminta John sendiri memilih bola dengan mata tertutup. Sama seperti yang dilakukan peserta. Hasilnya lebih memuaskan. John berhasil memasukkan sebanyak masing-masing 10 bola merah, biru, dan kuning dalam waktu tak sampai 30 detik. Tak ayal, hadirin kembali memberikan aplaus.

Menurut John, metode yang dikembangkannya itu sebenarnya metode lama. Namun dikemas dengan konsep dan penyajian yang baru. Yakni dengan konsep NBA yang digagasnya pada awal 2009 lalu. "Bersamaan dengan ketika saya menentang konsep otak tengah. Dan ini bukan pelatihan untuk mengaktifkan otak tengah," ujar John.

Kepada Radar Bromo, John terang-terangan menentang konsep otak tengah. Sebab, kata John, secara teoritis, otak tengah itu tidak ada. "Bahkan konsep ini dibenarkan seorang profesor biologi. Nggak ada yang namanya otak tengah itu. Saya menentang teori itu," tegas pria yang dua kali studi di Amerika Serikat ini. Yakni pada 1999 selama 6 bulan, kemudian pada 2010 selama 2 bulan.

John mengatakan, pihaknya aktif melakukan pelatihan NBA di pulau Jawa. Namun masih belum meluas ke luar Jawa. "Masih sedang direncanakan," tutur pria kelahiran 14 Juni 1970 ini.

Kelebihan dari konsep ini kata John, juga bisa dikatakan sebagai indikator. Yakni seorang anak mampu menghitung cepat, membaca cepat, mengingat banyak kata dan angka, mengendarai sepeda, mewarnai dengan cepat. Selain itu, juga dengan mata tertutup, mampu menebak isi di dalam kotak.

John menolak anggapan metode yang dikembangkannya itu mendekati sulap. Sebab kata John, tujuan metode itu bukan untuk sulap. Melainkan untuk meningkatkan kecerdasan dan daya ingat peserta. "Selain itu juga untuk meningkatkan prestasi anak didik dan sekolahnya. Itu pasti," ujarnya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181922

Karyawan Akas Tagih Uang Premi

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Dua Tahun Belum Dibayar

PROBOLINGGO- Puluhan kru PO Akas III kemarin (28/9) mendatangi kantor perusahaan tempat mereka bekerja. Para kru itu menagih uang premi yang selama ini belum dicairkan.

Pada 23 Juni lalu para karyawan dan pemilik PO Akas III pernah membuat surat perjanjian. Dalam surat itu, pemilik penyedia jasa transportasi ini menyetujui membayar keseluruhan premi yang menjadi tanggungannya pada seluruh kru Akas.

Dalam surat kesepakatan yang dibuat di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Probolinggo ini, para kru akas menguasakan urusan ini pada LSM Gerakan Masyarakat Bawah Indoesia (GMBI) yang berpusat di Kecamatan Klakah, Lumajang.

Secara rinci, surat perjanjian bersama hasil perundingan bipartit itu setidaknya mangandung tiga poin. Dua poin pertama, pimilik PO Akas III Rudi Yahyanto sebagai pihak pertama menyetujui membayar keseluruhan premi yang menjadi tanggungannya. Sementara Dodik Purwoko sebagai penerima kuasa kru Akas yang disebut sebagai pihak kedua. Pihak kedua juga menyetujui menerima hak-hak yang diberikan pihak pertama.

Pembayaran premi itu akan dilakukan paling lama tiga bulan sejak perjanjian dibuat. Poin selanjutnya, berisi ketentuan bila kedua pihak melanggar perjanjian bersama yang telah disepakati. Di dalamnya disebutkan: Akan dilanjutkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Nah, kemarin pagi, puluhan kru Akas III menagih uang premi sesuai ketentuan dalam surat perjanjian yang telah dibuat. Dalam pantauan Radar Bromo, para kru ini mulai berdatangan sekitar pukul 08.00. Mereka mulai berkumpul di depan garasi dan kantor Akas III di jalan raya Prof. Hamka, di Desa Laweyan, Kecamatan Sumberasih.

"Kami menagih uang premi selama dua tahun yang belum diberikan," kata Purwadi, salah satu sopir PO akas III. Hal yang sama juga disampaikan kru lainnya yakni Beni. Menurut kondektur ini, uang premi merupakan hak para kru yang didapat sepulang kerja.

Ia lantas merinci uang premi yang dimaksudnya. Pendapatan kotor setiap unit bus dalam sehari kerja selalu dipotong dengan uang solar. Nah, uang sisa potongan solar inilah yang disebut dengan premi.

Selanjutnya, premi ini masih dibagi lagi: 70 persen langsung disetor ke perusahaan, sedangkan sisanya untuk para kru. Tapi dari 30 persen bagi kru ini masih dibagi lagi. Yakni 15 persen langsung diambil kru sepulang kerja, sedangkan sisanya diberikan setiap hendak libur. "Biasanya seminggu dua kali uang itu diberikan," ujar Beni.

Uang yang biasa diberikan dua kali dalam seminggu inilah yang selama sekitar dua tahun belum diberikan. Dan karena uang premi yang tak kunjung diberikan itu, sebagian dari karyawan ini sampai ada yang tidak lagi bekerja. "Banyak yang tidak bekeja Mas," ujar Sandung, kru akas lainnya.

Para kru ini cukup lama berkumpul di depan garasi, menunggu LSM GMBI sebagai pendamping mereka datang. Sementara pemilik PO akas III Rudi Yahyanto menunggu di ruangannya.

Kemudian sekitar pukul 10.00 WIB, kuasa hukum para kru ini datang. Selanjutnya, beberapa aktivis LSM ini menuju ruangan pemilik PO akas III Rudi Yahyanto berserta beberapa perwakilan kru. Kapolsek Sumberasih AKP Bambang Ponco juga turut dalam pertemuan itu.

Dalam pertemuan ini, Rudi mengatakan premi itu memang akan dibayar hari itu juga. "Hari ini saya bayar sekalian silaturahim secara langsung dengan para kru," ujar Rudi yang kemarin mengenakan kaos kuning.

Setelah itu, para kru yang datang menagih uang premi kemarin didata. "Yang datang saya berikan sekarang," ujar Rudi. (qb/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181921

Panjat Tebing Raih Prestasi Lagi

[ Rabu, 29 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Prestasi membanggakan berhasil diraih lagi oleh FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Kota Probolinggo. Melalui atletnya, M Solekan, FPTI berhasil menjadi juara satu dalam kejuaraan sirkuit kedua se Jawa Timur.

Ia memperoleh juara satu di kelas spiderkid putra. "M.Solekan yang berhasil juara," ungkap Iwan Rosyidi, pelatih FTPI kepada Radar Bromo kemarin (27/9).

Prestasi gemilang tersebut diraih dalam event Kejuaraan itu berlangsung di Kota Ponorogo pada tanggal 23-26 September lalu.

Sejatinya pihak FTPI kota Probolinggo tidak menyangka M.Solekan akan menjadi juara di kelasnya. Hal itu dikarenakan, pesaing utama Solekan adalah atlet langganan masuk Kejurnas (Kejuaraan nasional) di kelas umur.

Pesaing ketat Solekan di kelas spiderkid adalah Alvan dan Arya. Keduanya merupakan atlet binaan FPTI Kota Blitar. Nyatanya Alvan menempati posisi kedua dan diikuti Arya diposisi ketiga. Keduanya dikalahkan oleh Solekan.

Untuk itu, Solekan juga akan dipersiapkan untuk kejuaraan sirkuit ketiga yang bakal digelar Kota Blitar." Mungkin sekitar bulan Desember," jelas Iwan.

Sayangnya, M.Solekan untuk tahun depan sudah tidak bisa berlaga lagi di kelas spiderkid. "Tahun depan Solekan masuk kelas junior," beber Iwan. Hal itu dikarenakan tahun depan usia Solekan sudah tidak boleh berlaga di spiderkid.

Bahkan untuk even Porprov (Pekan Olah Raga Provinsi), M.Solekan juga harus berlaga di kelas yunior. "Proprov, masuk di kelas Junior," terang Iwan.

Karena tahun depan atlet andalan kelas spiderkid Kosong, FPTI harus kerja keras membina bibit baru para pemanjat tebing. Masalahnya, seleksi panjat tebing untuk pemula baru berjalan beberapa bulan.

"Seleksi pemula, saat Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo) yang lalu," jelas Iwan. Oleh kareana itu, bibit-bibit yang lolos seleksi masih harus terus dibina. "Jadi belum bisa dijadikan acuan," ungkapnya.

Hanya saja untuk membentuk seorang atlet yang bagus dibutuhkan waktu yang lama. "Tidak bisa sekali jadi," ungkap Iwan.

Selain itu, FTPI kota Probolinggo juga tidak mempunyai atlet andalan lainnya. Karena Rindi Sufrianto, atlet andalan di kelas yunior sudah diambil oleh Puslatda (Pusat Pelatihan Daerah) Jawa Timur.

Iwan juga menjelaskan, bahwa untuk membentuk atlet yang bagus harus didukung 3 hal. Yaitu, kemampuan atlet, dana, serta porsi laithan. "Jika sabar, pasti ada progresnya," pungkas Iwan. (d7x/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181920

CJH Kota Manasik Terakhir

[ Rabu, 29 September 2010 ]
PROBOLINGGO-Para calon jamaah haji (CJH) Kota Probolinggo kemarin (28/9) mengikut manasik haji terakhir sebelum berangkat November nanti. Acara manasik yang diselenggarakan Kantor Kementrian Agama (Kemenang) Kota Probolinggo itu dilaksanakan di alun-alun kota.

Sekitar pukul 07.30 ratusan CJH mulai berkumpul di Majid Agung Raudlatul Jannah Kota Probolinggo. Para CJH datang dengan mengenakan pakaian ihram lengkap, layaknya hendak melaksanakan ibadah haji di tanah suci.

Namun sebelum melakukan praktik, terlebih dahulu para CJH mendapatkan materi tentang haji di masjid kebanggaan warga Kota Probolinggo itu. Adalah KH Safruddin dari Kedopok yang menjadi pematerinya. Segala materi yang berkaitan dengan haji dibahasnya dengan tuntas. Dari rukun hingga hal-hal yang disunahkan.

Hal itu, juga disambut baik oleh para CJH. Tak jarang mereka yang mengajukan pertanyaan ketika ada yang tidak dimengerti. Yang menarik, ada salah seorang CJH yang menanyakan tentang haji mabrur.

Mendapat pertanyaan itu, Kiai Safrudin menjelaskan kalau haji mabrur itu tidak ada balasan kecuali surga Allah. Dan, salah satu tandanya adalah perilakunya akan menjadi lebih baik dibanding sebelum melaksanakan ibadah haji.

"Makanya, janga heran bila nanti di Makkah tiba-tiba ada yang menempeleng tapi tidak ketahuan siapa orangnya. Itu, berarti ditempeleng oleh malaikat dan dimaafkan oleh Allah. Tapi, tidak usah takut asal sebelum berangkat minta maaf dulu," ujarnya.

Usai dicekoki materi haji, acara pun dilanjutkan dengan praktik. Para CJH dibagi menjadi empat kelompok, dengan seorang ketua rombongan dan seorang ketua regu. Masing-masing kelompok juga didampingi oleh seorang pendamping, yang siap menuntun mereka hingga tuntas berpraktik.

Dari depan masjid, mereka mulai bergerak menuju tengah alun-alun. Dengan berjalan kaki sambil membaca talbiyah. Labbaik allahumma labbaik, labbaika lasarikalaka labbaik,... Mereka pun, bergerak menuju tengah lapangan yang berada persis di depan masjid tersebut.

Sampai di lapangan yang diibaratkan kota Makkah itu, sudah tersedia miniatur Kakbah. "Kita sudah sampai di Kota Makkah, mari membaca doa memasuki Kota Makkah," ujar salah seorang koordinator.

Runtutan kegiatan dilaksanakan sambil menghafal doa-doa. Seperti niat umrah, ihram/haji. Mereka juga memeragakan cara tawaf, sa'i, jumrah dan rangkaian ibadah haji lainnya. "Kalau kesulitan untuk mencium hajar aswad, tidak usah dipaksakan. Cukup melambaikan tangan, sama saja," ujar koordinator tersebut.

Mendapat intruksi itu, CJH juga menurutinya. Mereka hanya melambaikan tangan dan melakukan cium jauh. "Tapi, kalau nanti ada kesempatan silakan menciumnya. Itu lebih baik," lanjut koordinator tersebut.

Kepala TU Kementrian Agama (Kemenang) Kota Probolinggo Taufiq dan Kasi Haji dan Umroh Zulaikha, juga terlihat mendampingi mereka. Mereka juga ikut melakukan tawaf, sa'i dan kegiatan lainnya bersama para CJH.

Menurut Taufiq, manasik kemarin adalah yang terakhir sebelum para CJH berangkat ke tanah suci. Sehingga, diharapkan CJH bisa memahami betul tentang tatacara beribadah haji dengan benar. "Setelah ini tidak ada manasik lagi. Nanti tinggal menunggu pelepasan yang akan dilakukan oleh wali kota," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181919

Siap Tempuh Jalur Hukum

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Pemkot Segera Bereskan Tanah Kampung Dok

PROBOLINGGO-Seretnya proses tukar guling di Kampung Dok, Mayangan yang diduga karena ada unsur bisnis di dalamnya mendapat perhatian serius dari Wali Kota Probolinggo Buchori.

Ia menyatakan bahwa pemkot tidak segan-segan untuk menempuh jalur hukum terhadap oknum yang mencoba bermain di dalam masalah tukar guling itu.

Informasinya, kemarin (28/9) Wali Kota langsung memanggil Kabid Aset Rachmadeta Antariksa dan Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo untuk membahas pemberitaan yang muncul.

"Itu tanahnya pemkot. Saya minta diurus balik. Karena ini menyangkut tanah dalam jumlah besar. Pemkot punya data dan dokumen yang kuat," tegas Wali Kota Buchori saat dihubungi Radar Bromo.

Selebihnya, melalui Kabag Humas dan Protokol dijelaskan bahwa kalau benar itu adalah tanah pemkot yang dikuasai orang lain tanpa sepengetahuan pemkot atau prosedur yang benar, maka pemkot akan mengambil langkah hukum untuk menyelamatkan aset pemerintah.

"Pemkot memiliki bukti kepemilikan, termasuk informasi dari masyarakat yang ada di sana. Tidak menutup kemungkinan pemkot akan bekerjasama dengan pejabat yang pernah bertugas di Mangunharjo dan Mayangan, karena mereka pasti mengetahuinya. Pemkot juga segera melakukan pengukuran tanah," kata Kabag Humas Rey Suwigtyo.Diketahui, panitia khusus (pansus) 2 DPRD menangani dua kasus tukar guling yaitu di Kelurahan Wiroborang dan Kampung Dok, Kelurahan Mayangan. Tukar guling di Wiroborang sudah tuntas dan terselesaikan. Sukarman, pemilik tanah yang ditempati oleh pemkot hanya ingin tanah tukar guling segera diatasnamakan dirinya. Sebab, tanah itu saat ini masih bersertifikat milik pemkot.

Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh pansus 2 katanya ada orang yang sengaja mengavling tanah milik pemkot tersebut. Buktinya, dari keterangan 5 KK yang mengajukan permohonan tukar guling mengaku membeli tanah itu. Padahal tanah yang terletak di Jl Cumi-Cumi itu adalah tanah bersertifikat atas nama Pemkot Probolinggo.

Sikap tegas yang diungkapkan oleh pemkot, langkah upaya hukum tidak untuk tukar guling di Mayangan saja. Jika ditemukan ada tanah pemkot yang dikuasai oleh perorangan tanpa prosedur resmi akan dilacak dan diambil alih oleh pemkot.

"Administrasi yang tidak tertib bisa menjadi penyebabnya. Kami bisa mengecek di pertanahan. Soal unsur bisnis sudah dijelaskan bisa lari ke ranah hukum. Negara kita ini kan negara hukum, diselesaikan ya secara hukum. Kasus ini adalah pelajaran bagi orang lain yang menguasi tanah pemkot," terang Tiyok, panggilan karib Rey Suwigtyo, siang kemarin.

Lemahnya administrasi waktu itu, disebutkan bisa saja ada kemungkinan permainan dari oknum pemerintahan sendiri. Saat ini pemkot terus mengumpulkan data dan fakta termasuk klarifikasi ke Badan Pertanahan Nasional.

Dijelaskan juga bahwa warga sudah mengakui membeli tanah dari seseorang dengan cara mencicil. Cicilan per bulan Rp 165 ribu selama 60 kali. Uang muka masing-masing warga variatif. "Pansus sudah menyatakan belum bisa menyetujui karena perlu dilakukan pengkajian lebih dalam," pungkasnya. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181915

Ngantuk, Tabrak Carry dan Trotoar

[ Rabu, 29 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Peringatan bagi para pengemudi kendaraan bermotor. Jika merasa letih dan mengantuk lebih baik segera hentikan kendaraan lalu istirahat sejenak. Bila tidak, peristiwa membahayakan bakal dialami seperti yang terjadi pada Johansyah, sopir mobil box yang mengalami kecelakaan di Kota Probolinggo pada Senin (27/9) malam.

Syukur saja tidak sampai ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 20.50 di Jl Soekarno Hatta, depan rumah kos Kasbah.

Dari informasi yang dihimpun, mobil box yang dikendarai Johansyah bernopol AA 1698 KH melintas dari arah timur ke barat. Mobil yang di dalamnya berisi 3 penumpang itu melaju tidak terlalu cepat.

Tiba-tiba, sesampai di TKP (tempat kejadian perkara), mobil box tidak terkendali hingga keluar jalur. Dari arah yang berlawanan ada mobil carry N 628 YD dikendarai Rifki Andrianto warga Jl Anggur, Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan.

Johansyah melintasi marka hingga masuk ke jalur berlawanan arah lalu menabrak mobil Carry. Mobil box itu langsung naik sampai ke trotoar hampir masuk ke taman. Sementara mobil milik Rifki langsung berhenti. Carry itu rusak di bodi sebelah kanan akibat ditabrak mobil box.

"Kecepatannya (Johansyah) normal, langsung belok ke kanan. Tidak ada bekas rem tapi langsung menabrak Carry dan naik ke trotoar. Seolah-olah sopirnya mobil box itu mengantuk. Untung orangnya yang ada di mobil-mobil itu tidak apa-apa," ujar Kanit Turjawali Satlantas Polres Probolinggo Kota Iptu Dwi Sucahyo saat ditemui di TKP.

Karena mengalami shock, Johansyah dilarikan ke PMI yang kebetulan dekat dengan lokasi kejadian. Johansyah masih terlihat shock atas peristiwa itu. Dua orang penumpang yang ada di dalam mobil bersama Johansyah enggan memberikan banyak komentar.

Mereka hanya bilang baru saja kembali dari mengantar barang ke Probolinggo lalu menuju ke Surabaya. Saat perjalanan Johansyah sempat meminum obat masuk angin. "Tadi (kemarin) bapaknya sempat minum obat masuk angin. Terus batuk-batuk dan langsung kejadian itu," ujar perempuan keturunan Tionghoa itu.

Tidak ada luka yang dialami Johansyah. "Saya sudah pelan, rencananya mau minggir untuk beli es. Tidak tahunya menabrak. Saya mengantuk," katanya lemas. Malam itu Johansyah mendapat pertolongan pertama di PMI karena tensi darahnya sempat naik dan shock. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181914