Minggu, 20 Juni 2010

HARI JADI LAMONGAN DITUTUP KESENIAN DAERAH PESISIR

Monday, 21 June 2010 01:31

Rangkaian peringatan Hari Jadi ke-441 Kabupaten Lamongan ditutup dengan pergelaran kesenian yang dibawakan oleh para seniman dari 14 kabupaten/kota daerah pesisir di Jawa Timur, Minggu.

Lamongan, 20/6 (Antara/FINROLL News) - Rangkaian peringatan Hari Jadi ke-441 Kabupaten Lamongan ditutup dengan pergelaran kesenian yang dibawakan oleh para seniman dari 14 kabupaten/kota daerah pesisir di Jawa Timur, Minggu.

"Kami sengaja manghadirkan seniman dari 14 kabupaten/kota pesisir di Jatim dengan harapan masyarakat memberikan penghargaan khusus kepada kesenian khas daerah pesisir," kata Pelaksana Tugas Kabag Humas Pemkab Lamongan Aris Wibawa.

Puncak peringatan hari jadi itu diawali dengan penampilan mahasiswa Jurusan Sendratari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang menyajikan Eksotika Nusantara dengan beragam tarian, di antaranya tari kolosal yang berjudul "Adeking Dahanapena".

"Tarian kolosal ini menceritakan tentang pelarian Prabu Erlangga dari Kerajaan Waranmas ke daerah Pamotan karena dikejar-kejar oleh Raja Worawiri," kata Aris menjelaskan.

Selanjutnya seniman dari Kabupaten Probolinggo menampilkan "Rebekan Oreng Tingkir Soreng", sebuah ritual selamatan yang lazim ditemui di komunitas masyarakat pesisir Jawa.

Disusul seniman dari Kabupaten Situbondo yang menyuguhkan Tari Lajeng dan Kabupaten Tuban dengan mengetengahkan seni Sandur.

Sandur adalah tarian khas masyarakat Tuban yang keberadaannya hampir punah lantaran para pemainnya sudah berusia lanjut.

Sementara itu, Kabupaten Sampang, Madura, juga turut meramaikan dengan kesenian Gumbak, sebuah tradisi "baceman" atau membersihkan dan menyucikan 24 pusaka senjata tradisional.

Seniman dari Sampang itu tampil lengkap dengan membawa 24 senjata pusaka, termasuk sebilah senjata sejenis pedang yang panjangnya melebihi tinggi orang dewasa.

Budaya pesisir yang lekat dengan agama Islam diwakili oleh kesenian Tari Zafin Mandilingan. Tarian ini dibawakan sejumlah siswi Akademi Kebidanan Delima Kabupaten Gresik. Dengan iringan musik gambus, penarinya berpakaian muslim dengan kerudung tertutup.

Lain lagi dengan penampilan dari Kota Probolinggo yang menyuguhkan Tari Ting-Genting, tarian perang yang gerakannya menimbulkan gerak tawa penonton karena mengadopsi gerakan anak kecil yang menirukan peperangan.

Selain dirayakan bersama seniman dari 14 kabupaten/kota pesisir Jawa Timur, siswa-siswi SMA Negeri 2 Lamongan juga menampilkan tradisi masyarakat pantura Lamongan, yakni Petik Laut.

Para pelajar MAN Lamongan yang menampilkan tradisi Kupatan, sebuah tradisi yang berawal dari kisah pendirian masjid oleh Sunan Drajat di Paciran, Kabupaten Lamongan.

Tak ketinggalan, siswa-siswi SMP Negeri 2 Lamongam juga menyumbang penampilan kisah Jaka Mada (Gajah Mada) dan Mbok Rondo Andong yang diyakani masyarakat setempat sebagai ibunda Mahapatih Gajah Mada yang makamnya berada di Kecamatan Ngimbang.

Pemkab Lamongan saat ini sedang mensosialisasikan bahwa Mahapatih Gajah Mada lahir di Lamongan.

Sementara itu, Bupati Lamongan, Masfuk, mengatakan, penampilan seniman dari 14 kabupaten/kota di Jatim itu merupakan kontribusi Pemkab Lamongan terhadap pelestarian budaya bangsa, terutama kesenian khas masyarakat pesisir.

"Keanekaragaman seni dan budaya adalah aset yang harus dikembangkan sebagai sarana promosi daerah. Hari ini kita melihat suguhan keanekaragaman budaya dan kesenian dari 14 kabupaten/kota pesisir di Jawa Timur. Semoga pawai ini dapat menjadi pelestari kekayaan kesenian dan udaya masyarakat pantura di Jawa Timur," katanya.

Sumber: http://www.news.id.finroll.com/home/archive/282652-hari-jadi-lamongan-ditutup-kesenian-daerah-pesisir.html

Pengumuman SBI, 229 Tidak Lulus

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]
Sejumlah Wali Murid Nyatakan Kecewa

PROBOLINGGO - Hasil tes masuk sekolah berstandar internasional (SBI) di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo diumumkan kemarin (19/6). Hasilnya, sebanyak 229 murid terlempar dan harus mencari sekolah lain.

Pengumuman itu kemarin digelar sekitar pukul 10.00. Ada 3 papan pengumuman yang disediakan oleh pihak sekolah. Begitu papan pengumuman dikeluarkan dari ruang kantor, para peserta yang sudah menunggu sejak masih pagi itu menyerbu. Mereka berebut mencari tahu apakah diterima atau tidak.

Meski sudah ditetapkan siswa yang lolos seleksi secara ketat, tapi masih saja ada wali murid yang kecewa dengan sistem yang diterapkan pihak sekolah. Mereka menduka ada kecurangan terhadap proses perekrutan calon siswa baru tersebut.

Suyitno, salah seorang wali murid mengaku kecewa terhadap sistem yang dilakukan sekolah. Termasuk adanya ketentuan besaran biaya yang harus dibayar. Suyitno mencurigai besaran sumbangan sukarela itu, berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya calon siswa.

"Saya curiga besaran dana sumbangan itu yang menjadi ukuran sekolah. Karena yang berkembang di masyarakat bila nyumbangnya besar, beda dengan yang nyumbangnya kecil, katanya ada prioritas," ujarnya.

Selain masalah biaya, Suyitno juga mengaku kecewa dengan adanya tes akademik. Menurutnya, tes akademik mengindikasikan pihak sekolah tidak percaya terhadap hasil ujian nasional (unas). "Saya curiga ada kecurangan dengan tes ini. Kalau unas yang sifatnya nasional bisa bocor, ini yang lokal apa bisa dipercaya? Terus apa mungkin independensinya terjamin," kritiknya.

Hal senada juga diutarakan Adnan seorang calon wali murid lainnya. Dia mengaku juga kecewa lantaran anaknya tidak diterima. Padahal, menurutya nilai anaknya tidak terlalu buruk pada unas kemarin. "Entah, apa karena saya memilih nilai sumbangan yang minimal ya?" ujarnya.

Menurutnya, nilai sumbangan itu minimal Rp 2 juta dan maksimalnya tidak terbatas. "Saya memang memilih yang terkecil, karena memang saya mampunya segitu," ujarnya.

Berdasar data yang masuk koran ini, untuk bersekolah di kelas SBI SMKN 2 dibutuhkan biaya tidak sedikit. Paling tidak orang tua harus menyediakan uang sebesar Rp 3 juta. Yakni untuk daftar ulang Rp 300 ribu. Dengan rincian, untuk biaya masa orientasi siswa (MOS) Rp 32 ribu, uang LDDK (latihan dasar disiplin korp) Rp 70 ribu dan SPP selama satu bulan Rp 198 ribu.

Selain itu, juga ada uang pengembangan mutu pendidikan yang besarnya minimal Rp 2 juta. Serta uang seragam sebesar Rp 650 ribu. "Untuk uang seragam, sama untuk putra dan putri. Itu sudah sesuai kesepakatan dengan wali murid," ujar Muslimat, ketua penerimaan peserta didik baru (P2DB) SMKN 2.

Sedangkan masalah besaran uang peningkatan mutu, menurut Muslimat itu besarnya tergantung kemampuan dari para wali murid. Dan, itu sangat tidak berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya calon siswa. "Besaran dana itu tidak berpengaruh nilainya hanya 1 persen. Yang paling besar nilainya tes akademik," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, ada 709 calon siswa yang mendaftar di SMKN 2. sedangkan kursi yang disediakan ada 480. Setelah dilakukan tes, ada 299 siswa harus tersingkir. Dari jumlah yang diterima ada 23 persen siswa berasal dari luar daerah. Di antaranya dari Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Situbondo, Pasuruan, dan Jayapura.

Para calon siswa yang sudah dinyatakan lulus tes itu diminta segera medaftar. Kesempatan mereka untuk mendaftar ulang sampai (23/6). Apabila mereka tidak mendaftar ulang sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka akan dinyatakan gugur. "Kalau tidak mendaftar, maka peserta di bawahnya otomatis naik," jelas Muslimat.

Calon penggantinya itu pun mempunyai waktu yang sangat terbatas. Mereka hanya mempunyai waktu satu hari setelah mendapat telepon atau kabar dari sekolah kalau dia dinyatakan sebagai pengganti calon siswa yang gugur.

"Nanti penggantinya, akan kami hubungi via telepon. Dan, akan kami minta untuk segera mendaftar, ada waktu satu hari. Kalau misalkan tidak bisa, kami cari calon lain yang nilainya tertinggi di bawahnya," ujar Muslimat lagi. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Kapolres Baru Banyak PR

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Pucuk pimpinan Polres Probolinggo resmi berganti. AKBP Ai Afriandi sudah angkat koper menjadi Wadirlantas Polda Sulawesi Tengah (Sulteng). Kapolres Probolinggo yang baru adalah mantan Kapolresta Kediri AKBP Rastra Gunawan.

Jumat (25/6) malam digelar pamit kenal kapolres di aula Mapolresta Probolinggo. Setelah menjabat, AKBP Rastra bakal punya banyak PR (pekerjaan rumah) yang ditinggalkan oleh kapolres sebelumnya. Sejumlah kasus kriminal besar masih ada yang belum terungkap sampai sekarang. Oleh sebab itu banyak masyarakat berharap agar kasus-kasus lama berhasil diungkap polisi.

Di antaranya kasus pembunuhan mantan wartawan JNV Herliyanto pada 29 April 2006 di tengah hutan jati RKPH Klenang. Diduga Herliyanto dibunuh karena berkaitan dengan masalah pemberitaan. Saat itu Herliyanto menulis kasus pembangunan jembatan Desa Rejing, Kecamatan Tiris yang diduga menyalahi bestek.

Usai melakukan pemeriksaan, pihak kepolisian saat itu sempat menentukan Tiga tersangka yakni Slamet alias Salim, Nipa Cipanjar, dan Su'id. Ketiganya tertangkap September 2006. Dari pemeriksaan tiga tersangka itu polisi menangkap beberapa tersangka lain. Yakni DB, Jer alias Lim (keduanya warga Desa Rejing Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo), Sl alias Sun, dan Leng (warga Desa Alun-Alun Kecamatan Ranuyoso Kabupaten Lumajang). Namun empat orang tersebut tidak pernah ditangkap polisi.

Menurut pengakuan Slamet alias Salim pada polisi saat itu, keenam tersangka hanyalah pelaksana. DB disebut-sebut sebagai otak dalam aksi pembunuhan Herliyanto.

Menurut Slamet, DB memendam kesumat kepada Herliyanto. Gara-garanya, DB tak terima Herliyanto menulis kasus pembangunan Jembatan Desa Rejing Kecamatan Tiris yang diduga menyalahi bestek. Dengan upah yang dijanjikan Rp 1 juta per orang, keenam pembunuh bayaran itu bekerja.

Bulan Juni tahun lalu, perwakilan Dewan Pers bahkan mendatangi Kabupaten Probolinggo untuk menanyakan proses penanganan hukum terhadap Herliyanto. Mereka adalah Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat Dewan Pers Abdullah Alamaudi dan Kasi Pengaduan dan Penegakan Hukum.

Saat kejadian itu belangsung, Kapolres Probolinggo masih dijabat oleh AKBP Nana Sudjana. Kemudian berganti dari Kapolres AKBP Heru Pranoto dan AKBP Ai Afriandi masih belum ada perkembangan apapun.

Kasus besar kedua adalah penembakan terhadap aktivis Adeng alias Abdul Qodir dan pembunuhan petani Mustakim Aswadianto, 35 warga Dusun Lajtik Desa Ngepoh Kecamatan Dringu pada 31 Mei 2009 lalu. Kasus pembunuhan yang masih fresh adalah Sekretaris MUI Kabupaten Probolinggo sekaligus guru di MAN Pajarakan Syaiful Bahri.

Saat pamit kenal, AKBP Ai Afriandi sempat menyampaikan permohonan maafnya selama menjalankan tugas selama satu tahun lima bulan di Polres Prooblinggo jika ada yang tidak berkenan kepada Bupati Hasan Aminuddin, Wabup Salim Qurays, muspida dan para alim ulama yang datang malam itu.

"Untuk Kapolres yang baru, saya berharap dapat bertugas dan bersinergi lebih baik. Saya berdoa supaya Kabupaten Probolinggo tetap kondusif," ujar Ai. Sedangkan AKBP Rastra Gunawan dalam acara itu lebih pada memperkenalkan dirinya dan keluarga kepada tamu yang hadir.

Ia hanya berkata apa yang dijalankan dalam kedinasan itu dilaksanakan atas nama tugas. Karena baru sertijab Jumat siang di Polwil Malang, Senin (28/6) AKBP Rastra bakal ngantor di markas barunya.

Sementara itu, Bupati Hasan Aminuddin yang memenuhi undangan pamit kenal juga berkesempatan menyampaikan sambutan. Kepada AKBP Rastra, Hasan menginformasikan sekilas tentang profil Kabupaten Probolinggo.

"Kabupaten Probolinggo ini kondusif karena baik muspida atau alim ulama mengetahui tupoksi masing-masing. Tokoh ulama dengan tugas kemuspidaannya. Politikusnya ada kedewasaan, berpikir dulu baru bicara, tidak seperti di daerah lain. Tiap bulan selalu ada rapat muspida," kata Hasan yang mengibaratkan kepemimpinan AKBP Ai seperti slogan pegadaian, mengatasi masalah tanpa masalah.

Usai acara, Radar Bromo berusaha mengkonfirmasi AKBP Rastra Gunawan terkait banyaknya PR dan progresnya dalam pengungkapan kasus. "Progres apa? Besok-besok sajalah. Ini kan saya masih mengantarkan yang baru (AKBP Ai)," tuturnya sambil berlalu. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165412

Ada Lomba Mancing di Semipro

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Gelaran Semipro (Seminggu di Probolinggo) akhir bulan ini juga memberi kesenangan sekaligus tantangan bagi para penghobi mancing. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo siap menghelat lomba mancing yang diberi tajuk Probolinggo Fishing Invitation (PFI) 2010.

Lomba mancing tersebut bakal digeber di kolam tambak DKP di Jalan Lingkar Utara (JLU) pada Minggu, 27 Juni 2010. Lomba ini berlaku untuk umum.

Para peserta bakal mendapat tantangan menarik dalam lomba ini. Di tambak untuk lomba tersebut ditebari ikan bandeng sampai satu ton. Cukup dengan membayar Rp 150 ribu, setiap peserta sudah bisa bersaing lima jam lamanya untuk mendapatkan bandeng terberat. Dengan biaya pendaftaran itu, peserta juga mendapat fasilitas kaus, snack, dan minuman.

Nah, bagi yang mendapatkan bandeng terberat, akan mendapat hadiah utama sebuah sepeda motor. Juara dua mendapat hadiah fresh money Rp 1,5 juta. Juara tiga mendapat Rp 1 juta. Juara empat mendapat Rp 750 ribu. Juara lima mendapat Rp 500 ribu.

Selain itu, panitia masih menyediakan juga hadiah hiburan bagi 15 orang lainnya. Yakni hadiah hiburan untuk 5 orang masing-masing Rp 200 ribu, dan 10 orang masing-masing Rp 150 ribu.

Untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut bisa didapatkan di lokasi tambak DKP di JLU, kantor Jl A Yani 103 Probolinggo telp (0335) 436976, 421103. Atau contact person Trillya (0888 036 73 211), Reddy (0878 599 235 41), Warsidi (085 23 650 48 53) dan Untung (085 23 180 53 83). (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165410

Koin Kuno Bakal Diteliti

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]
Diduga dari Peninggalan China

PROBOLINGGO - Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dispobpar) Kota Probolinggo akhirnya merespons penemuan koin kuno. Siang kemarin (26/6), petugas mendatangi rumah Didik Jariyadi di Jl Ijen, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan untuk melakukan pendataan.

"Kami masih melakukan pendataan dulu kemudian dilaporkan ke pimpinan. Soal lain-lainnya itu akan dikonfirmasikan lebih lanjut," tutur Sahlah Kasi Pemberdayaan dan Kerjasama Kebudayaan di Bidang Budaya Dispobpar saat ditemui di lokasi penemuan koin.

Sahlah langsung menemui Didik, meskipun bukan penemu tetapi lokasi koin itu berada di septictank miliknya. Kali pertama yang menemukan koin tersebut adalah Pak Mat, tukang gali septictank.

Seperti diberitakan, Jumat (25/6) lalu warga setempat geger lantaran ada penemuan ribuan keping koin kuno yang diduga peninggalan zaman China. WC milik Didik mampet alias penuh, sehingga ia berencana memperluas septictank supaya tidak penuh. Saat proses penggalian itulah ditemukan koin di kedalaman lebih dari satu meter.

"Koinnya sudah saya kumpulkan, ada sekitar setengah ember cat ukuran besar. Beratnya ada sekitar 50 kg. Tempat penyimpanannya memang kami rahasiakan karena banyak orang yang minta, lama-lama bisa habis," ujar Didik.

Siang itu, perbaikan septictank tetap dilanjutkan. Bukan menggali lagi tetapi menembok septictank menggunakan batu bata. Lubang seperti terowongan sudah tidak terlihat lagi karena tertutup tembok. "Tidak diteruskan Mbak, langsung ditutup," ujar Pak Mat kepada Radar Bromo.

Petugas Dispobpar bertanya kepada Didik tentang kronologi bagaimana koin itu bisa ditemukan. "Koin ini termasuk barang koleksi dan bersejarah," imbuh Sahlah. Sebagai bukti otentiknya, Sahlah meminjam satu koin untuk contoh, ditunjukkan kepada pimpinannya.

Ribuan keping koin kuno itu sudah tidak terlihat di halaman rumah itu lagi karena sudah diamankan. Tapi, banyak anak kecil dan remaja yang menggunakan koin tersebut menjadi asesoris kalung. Cara menghilangkan karat memang tidak mudah, rata-rata mereka butuh waktu sekitar dua jam.

Katanya, cukup digosokkan ke pasir dan direndam memakai garang asem (serbuk kimia). Sedikitnya ada empat orang anak yang memakai koin kalung tersebut. "Buat gaya-gayaan saja," tutur Juandika, masih sanak saudara Didik.

Didik tidak bisa memutuskan akan diapakan koin tersebut. Kalau pun harus menjadi koleksi museum, dengan adanya persyaratan tertentu, ia tidak memutuskannya sendiri tetapi tergantung kesepakatan dengan seluruh keluarga. Sebab lahan yang ditempati itu adalah tanah warisan keluarga besar.

"Kami mengikuti perkembangan dari dinas nanti bagaimana. Kalau sudah final, kami akan membahas jalan keluarnya. Apakah keluarga setuju atau tidak, tergantung dari kesepakatan keluarga nanti. Karena ini adalah aset warisan," ungkap Didik.

Pasalnya, neneknya pernah menyatakan jika menggali tanah di sekitar lahan tersebut. Karena zaman dulu buyutnya pernah menyimpan barang di sana. "Kami tidak tahu, barang yang dimaksud apakah itu (koin kuno). Katanya sengaja dipendam di sini," lanjutnya.

Sementara itu, Koordinator Museum Probolinggo Ade Sidiq Permana menambahkan langkah pertama yang dilakukan adalah menginventarisir barang itu menjadi koleksi museum. Kemudian data-data yang sudah dikumpulkan dikirim ke Balai Pusat Penelitian Purbakala (BP4) di Mojokerto untuk diteliti oleh pakar benda purbakala.

"Soal tali asih bisa dilakukan, tapi tetap ada prosesnya. Kalau sudah diteliti kebenarannya dan menjadi koleksi museum, baru diusulkan ke wali kota untuk pemberian tali asih," tutur Ade.

Berapa lama penelitian berlangsung? "Tergantung dari penelitiannya. Entah nanti tim yang datang ke Probolinggo atau kami yang membawa ke sana. Kalau koin itu sudah banyak ditemukan, maka referensinya lebih mudah dan cepat. Tapi, kalau tidak pernah ditemukan harus menentukan umur dan jenisnya," jawab Ade.

Benda kuno berupa mata uang baik logam atau kertas disebut numismatika. Ia bilang, bisa saja koleksi museum yang belum resmi dibuka itu bertambah dengan adanya temuan koin kuno tersebut. Suatu benda yang bisa menjadi koleksi museum adalah benda kuno yang punya informasi lebih dan berusia di atas 50 tahun. "Ini baru pertama kali temuan benda kuno di kota," pungkasnya saat dihubungi, kemarin. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165409

Ambil Ijazah Bayar Rp 125 Ribu

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]
Kepala Sekolah: Untuk Perpisahan dan Buku Alumni

PROBOLINGGO-SMKN 4 Kota Probolinggo akhir-akhir ini diterpa kabar tak sedap. Sekolah yang masih tergolong baru ini ditengarai melakukan pungutan sebesar Rp 100 ribu terhadap para muridnya yang hendak mengambil ijazahnya.

"Bukan Rp 100 ribu, tapi Rp 125 ribu. Dan, itu bukan pungutan tapi uang yang akan digunakan untuk kepentingan para siswa sendiri," jelas Didik Purwandi, Kepala SMKN 4.

Didik mengakui telah meminta para wali murid dari kelas XII untuk membayar sebesar Rp 125 ribu. Uang itu akan digunakan untuk pembuatan buku alumni atau buku memori, fotokopi ijazah dan akan digunakan untuk acara perpisahan.

"Kami menerbitkan buku alumni supaya mereka tidak lupa dengan sekolahnya. Tapi, uang itu yang paling besar untuk dana perpisahan. Dan, itu sudah diumumkan. Pada prinsipnya wali murid sudah setuju," ujarnya.

Meski demikian, menurut Didik tidak ada paksaan bagi siswanya untuk membayar uang tersebut. Terlebih, bagi siswa yang kurang mampu. Tapi, bagi mereka yang mampu diharapkan untuk tidak mengaku tidak mampu.

"Bagi yang tidak mampu tidak membayar tidak apa-apa. Tapi, yang mampu jangan mengaku tidak mampu. Karena terkadang ada yang ngaku tidak mampu dan coba-coba tidak bayar tapi akhirnya mereka bayar juga," ujarnya.

Didik mengatakan, para murid yang kurang mampu itu tidak perlu membawa surat keterangan dari kelurahan. Tapi, pihak sekoah sudah mengetahui siapa saja muridnya yang tergolong dalam kategori kurang mampu.

Menurutnya, mereka yang tidak mampu itu bisa dilihat dari kesehariannya selama bersekolah di SMKN 4. "Dilihat dari kesehariannya saja sudah ketemu. Mereka adalah yang kesekian kalinya minta keringanan dan sering tidak bayar SPP," jelasnya.

Didik menegaskan, kalau duit Rp 125 ribu itu bukan sebagai persyaratan untuk mengambil jazah. Uang itu adalah untuk tiga hal tersebut di atas. "Kalau ada yang tidak bayar juga tidak apa-apa. Cuma kami pesankan nanti kalau sudah bekerja dan punya uang tolong dibayar," ujarnya.

Menurutnya, selama ini di sekolahnya masih banyak muridnya yang nunggak SPP. Dari 122 siswa, perolehan SPP-nya setiap bulannya hanya mampu terkumpul sampai 50 persen. "Sampai 60 persen saja itu sudah bagus," ujarnya.

"Selama ini, meski kami masih kekurangan kami tidak pernah melakukan pungutan apa-apa. Kami hanya mengandalkan dari SPP yang tiap bulan selalu tidak genap," lanjut kepala sekolah yang kini membuka program anyar pengolahan hasil perikananan laut.

Sementara Kadipendik Maksum Subani saat dikonfirmasi mengenai hal tersebut, menjelaskan kalau tidak ada pungutan atau biaya bagi siswa yang hendak mengambil ijazahnya. Menurutnya, kalau pun itu ada kemungkinan itu adalah kewajiban siswa yang masih belum diselesaikan. "Tidak ada pungutan apa-apa, alias gratis... tisss," ujarnya.

Maksum menyatakan, apa yang terjadi di SMKN 4, kalau itu memang untuk tasyakuran dan hukumnya tidak apa-apa. Asalkan, itu merupakan hasil kesepakatan antara sekolah dengan wali murid. "Kalau untuk tasyakuran tidak apa-apa, atau yang kembali kepada muridnya. Asal itu sudah hasil kesepakatan dengan wali murid," jelas Maksum. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165408

Tentang Relawan US Peace Corps yang Mengajar di SMA 1 Atap Maron (2-habis)

[ Minggu, 20 Juni 2010 ]
Mulai Suka Perkedel dan Dadar Jagung

Selain Giovanna Bocanegra, ada satu relawan lagi dari US Peace Corps yang bakal menjadi guru bahasa Inggris native speaker di SMA Kabupaten Probolinggo mulai tahun pelajaran baru Juli nanti. Ia adalah Sarah Sheffield yang bakal mengajar di SMA 1 Atap Maron.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

---

Sama halnya dengan Giovanna Bocanegra, meski baru mengajar Juli nanti, saat ini Sarah Sheffield sudah ada di Kabupaten Probolinggo. Sudah dua minggu ini perempuan 23 tahun itu mulai membiasakan diri dengan tempat barunya di Maron, Kabupaten Probolinggo.

Wanita yang akrab disapa Sarah itu juga selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke sekolah tempatnya mengajar setiap harinya. Dalam kurun waktu dua minggu di Maron, baru kemarin (19/6) ia absen datang ke sekolahan.

"Kebetulan hari ini sekolah sudah tidak ada kegiatan. Anak-anak sudah ujian. Tadi Sarah kebetulan tidak ke sini. Karena katanya besok (hari ini) mau ke Bromo. Jadi mungkin sekarang ia berkemas. Biasanya ia selalu ke sini," kata salah seorang guru.

Guru lelaki itu lantas memberikan alamat tempat indekos Sarah kepada Radar Bromo. Tempat kos Sarah ini jaraknya tak begitu jauh dari SMA 1 atap Maron. Mungkin sekitar 2 kilometer.

Persisnya tempat kos Sarah terletak 20 meter timur pertigaan Maron. Rumah indekos yang berlokasi di pingir jalan desa itu nampak sederhana. Dari luar nampak seperti rumah biasa.

Rokayah, si pemilik rumah tempat Sarah saat ditemui Radar Bromo awalnya mengira Sarah tidak ada di rumahnya. "Tadi pagi-pagi sekali ia (Sarah) sudah keluar, kelihatannya belum datang," katanya.

Namun buru-buru wanita kemarin yang mengenakan daster berwarna hijau ini langsung menarik ucapannya. "Eh, ternyata ada Mas. Ini ada sepedanya, mungkin barusan saja datang," timpalnya sambil tangan kanannya menunjuk sebuah sepeda onthel warna putih yang terpakir di sebuah garasi kos.

Tak berselang lama, Sarah pun muncul. Saat itu peluh keringat masih menghiasi keningnya. "Maaf, saya baru datang," katanya dengan Bahasa Indonesia yang masih terbata-bata.

Dalam kehidupan sehari-harinya Sarah memang masih menggunakan bahasa campuran Indonesia-Inggris. Sesekali ia menggunakan bahasa Indonesia, tetapi kebanyakan masih menggunakan bahasa Inggris.

Sarah sempat belajar bahasa Indonesia karena sudah ada di Indonesia sejak tiga bulan lalu. Ia bersama Giovanna sempat belajar bahasa Indonesia di Unmuh Malang selama tiga bulan. "Saya terus belajar bahasa Indonesia. Dari guru-guru yang ngajar di SMA dan dari orang-orang," terangnya.

Pagi itu Sarah mengaku habis berkeliling desa menggunakan sepeda onthelnya. "Indonenesia-Probolinggo is very beautiful," katanya dengan penuh semangat. Ia mengaku sangat menikmati pemandangan di Maron selama ia berkeliling dengan menggunakan sepeda onthelnya.

Ya, Sarah memang sama seperti Giovanna. Setiap harinya, sepeda onthel memang menjadi alat transportasi jarak pendeknya bila ia bepergian. Sarah mengaku enggan naik motor lantaran motor menyumbang polusi udara yang cukup besar. "Kami (anggota US Peace Corps) dilarang naik motor," jelas perempuan lulusan Gonzaga University International Studies.

Sarah merupakan relawan dari lembaga US Peace Corps. Ini sebuah lembaga swadaya masyarakat di Amerika Serikat yang bergerak di bidang sosial pendidikan. Lembaga ini mempunyai program bantuan pembelajaran untuk bahasa Inggris kepada beberapa negara di belahan dunia.

Relawannya tidak hanya dikirim ke Indonesia saja. Kebetulan di Jawa Timur sendiri ada 19 relawan dari US Peace yang juga membantu beberapa SMA dalam mengajari bahasa Iggris kepada murid-muridnya. Sementara di Kabupaten Probolinggo ada dua orang relawan. Yakni Sarah dan Giovanna.

Rencananya mereka bakal mengajar bahasa Inggris di dua SMA itu selama 2 tahun. Mereka mulai mengajar pada tahun ajaran baru Juli nanti. Nah, Lawatan Sarah ke Probolinggo kali ini merupakan pengalaman pertamanya berkunjung ke Indonesia.

Sebelum datang ke Indonesia, Sarah sempat mendengar beberapa berita soal aksi teror bom yang sempat terjadi di Indonesia. Meskipun begitu, Sarah mengaku tidak takut. "Tidak ada alasan untuk takut," bebernya. Sarah mengaku cukup penasaran dengan Indonesia.

Nah, rasa penasarannya akan Indonesia hilang ketika ia sudah datang ke Indonesia. "Orang di sini ramah-ramah. Semuanya baik," jelasnya. Dalam hal cuaca, Sarah mengaku kondisi Probolinggo tak jauh berbeda dengan daerah asalnya di Hawaii, Amerika. Yakni sama-sama panasnya. "Jadi, no problem," katanya.

Kondisi Maron yang jauh dari pusat kota, dianggapnya juga sama seperti dengan kondisi di kampung halamannya. "I'm from small village (saya berasal dari sebuah desa kecil," ujarnya. "Jadi sama saja," timpalnya.

Yang sedikit berbeda menurutnya adalah tentang pasar tradisionalnya. Sarah menilai pasar tradisional di Indonesia cukup unik. "Ada bergainning (tawar-menawarnya) nya sebelum membeli. Di Amerika tidak ada, pasar tradisional di Amerika itu seperti minimarket," jelasnya.

Hal lain yang paling ia sukai di Probolinggo adalah soal menu makanan khas Indonesia yang ia temui di Probolinggo. Sarah mengaku sudah mempunyai beberapa menu favorit yang tidak ia temui di Amerika. "Saya suka perkedel kentang, ikan laut, tempe, dadar jagung, dan minumnya jus apukat," jelasnya.
Rata Penuh
Sementara itu Kabid Pendidikan Menengah Dispendik (Dinas Pendidikan) Kabupaten Probolinggo Suwari berharap kedatangan kedua relawan asal Amerika itu bisa semakin meningkatkan kualitas pendidikan di Probolinggo. (nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165407