Jumat, 16 Juli 2010

LOKAKARYA DISEMINASI DRAFT BUKU PUTIH OLEH SANITASI

Jumat, 16 Juli 2010

BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Bidang Fisik dan Prasarana Kota Probolinggo sebagai panitia penyelenggara rapat pengembangan Sanitasi, mengadakan pertemuan kembali pada hari kamis (15/7) di Ruang Sabha Bina Praja, Kantor Walikota Probolinggo. Topik yang dibahas tentang “Lokakarya Diseminasi Draft Buku Putih”.

Acara di hadiri oleh 25 undangan, yang terdiri dari perwakilan SKPD dan Kecamatan Kota Probolinggo. Sebagai pimpinan rapat, Kepala BAPPEDA, Budi Krisyanto, berkata, ”Sangatlah penting kita sebagai masyarakat kota Probolinggo memperhatikan Sanitasi, karena dengan sanitasi sangatlah penting dan riskan untuk dikembangkan, dengan definisi, sehat adalah harta yang paling berharga, maka jagalah lingkungan kota tercinta kita ini menjadi kota yag sehat, bersih, asri, dan sejuk yang Semuanya ini perlu kita lakukan untuk masa depan anak cucu kita kelak”.

Kabid Fisik Sarana dan Prasarana, Dwi Putranto Riau selaku ketua panitia penyelenggara, menyampaikan, tujuan dari Lokakarya Diseminasi Draft Buku Putih adalah, Melaporkan proses dan hasil penyusunan Buku Putih, Meminta umpan balik sebagai bahan penyempurnaan Buku Putih, Menampung dan membahas nilai, harapan, ekspektasi serta Penyepakatan kondisi riil sanitasi kota yang tercantum dalam draf Buku Putih.

Kemudian pemaparan dilanjutkan oleh bagian City Fasilitator Provinsi yang berkantor di Bappeprov Surabaya, Yudyana Viernadi yang memegang urusan PPSP (Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan). ”sekarang kita menginjak pada sesi diskusi dan konsultasi, dengan indikasi – indikasi pembahasan diantaranya, masukan kondisi sanitasi, curah pendapat tentang nilai dan harapan terhadap Pembangunan Sanitasi Kota yang harus segera dilakukan, dan merumuskan kesepakatan hasil Lokakarya Buku Putih Sanitasi Kota. Tujuan diskusi, supaya bisa memahami tentang sanitasi lebih dalam lagi”, tegas Yudyana Viernadi.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=303&Itemid=1

KLARIFIKASI PUNGUTAN DISTRIBUSI GAS

Written by Administrator
Jumat, 16 Juli 2010

Wakil Walikota Probolinggo, H. Bandyk Soetrisno, hari kamis (15/07) siang, mendatangi kantor Kelurahan Sukabumi untuk mengklarifikasi pungutan distribusi gas didampingi oleh S. Prasetyo. Kabid. Energi dan Mineral, Diskoperindag Kota Probolinggo. Hal ini dilakukan terkait dengan adanya pemberitaan di salah satu surat kabar kota probolinggo.

Wawali Probolinggo ditemui oleh Sekretaris Lurah, Budi Irianto beserta 4 orang stafnya, kemudian Edi Sofyan, Ketua RW.II, dan H. Ashari, Ketua RW.I, yang mengajak ketua RT.3, Abdul Razak. Di awal pembicaraan, H. Bandyk ingin tahu, pungutan tersebut seberapa besar dan untuk apa dana itu dipergunakan. Diterangkan oleh Budi Irianto, bahwa pungutan tersbut tidak pernah di musyawarahkan oleh masing-masing RW dengan pihak Kelurahan. Pungutan tersebut murni atas inisiatif warga sendiri.

Kemudian Edi Sofyan menjelaskan, bahwa Pendistribusian konversi gas dari surveyor langsung ke titik RW dan RT yang mudah dijangkau oleh truk, setelah itu baru dilanjutkan ke warga oleh pihak RW dan RT yang jadi titik distribusi. “besaran pungutan di RW saya cuma seribu rupiah pak, itu digunakan untuk rokok dan konsumsi tenaga bongkar. Hal ini sudah disosialisasikan ke warga dan mereka tidak keberatan” terang Edi kepada H. Bandyk. Berhubung ada berita di surat kabar kemarin, dana tersebut sempat dikembalikan ke warga, namun oleh warga ditolak, “Sudah pak, cuman uang seribu, kami ikhlas pak. Kami sudah dibantu oleh pemerintah, masa keluar uang seribu tidak ikhlas” lanjut Edi menirukan ucapan salah satu warganya.

Lain halnya dengan yang dijelaskan oleh H. Anshori, Ketua RW.I yang memiliki area luas untuk pendistribusian. Pungutan itu digunakan untuk uang transport dari titik distribusi ke warga yang tidak bisa dilalui oleh truk. Demi kelancaran distribusi dari RW/RT ke warga dengan menggunakan kendaraan pick up dengan tenaga pembantu 5 orang dan 1 sopir . “Malah ada yang sambung dengan becak, seperti yang terjadi di RT. 8” terang dia. “Kas di RT dan RW tidak mungkin untuk membiayai pengeluaran tersebut. Maka kami ajak warga untuk menanggung biaya itu.” lanjutnya.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=304&Itemid=1

Basofi dan Hasan Direkrut Nasdem

Jum'at, 16 Juli 2010

SURABAYA - SURYA-Sejumlah tokoh dipastikan bakal masuk dalam jajaran deklarator Nasional Demokrat (Nasdem Jatim) yang akan diumumkan 25 Juli 1010, saat deklarasi dan pelantikan pengurus Nasdem Jatim di Jatim Expo.

Mukti Mubarok, salah seorang panitia menyebut, beberapa tokoh itu diantaranya Bupati Probolinggo Hasan Aminudin, mantan Gubernur Jatim Basofi Soedirman serta mantan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya Hasan Bisri.

Namun, ketua harian panitia deklarasi George Handiwiyanto mengelak membeberkannya. “Kalau soal pengurus wewenangnya pusat,” elak George, Kamis (15/7).

Menurut George, peserta yang hadir nanti dibatasi maksimal 6.500 orang demi pertimbangan keamanan menjelang coblos ulang Pilkada Surabaya. Jumlah massa dari luar Surabaya dibatasi maksimal 1.000 orang. ndos

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/16/basofi-dan-hasan-direkrut-nasdem.html

Keluarga Korban Histeris di Kamar Mayat

15 Juli 2010, 22:13:17

suarasurabaya.net| Korban meninggal dalam insiden kecelakaan ini, tercatat atas nama NURUL ROHMAN (35), warga Dusun Gempol, Desa Pandansari, kecamatan Senduro dan Ny. SUTARNI (65), warga desa/Kcamatan Wonoasih, Kabupaten Probolinggo.

Kedua korban yang kondisinya mengenaskan, dievakuasi petugas ke kamar mayat RSU dr Haryoto Lumajang untuk menunggu proses identifikasi dan perawatan sembari menunggu keluarganya datang.

Sebentar di kamar mayat, datang serombongan keluarga korban NURUL ROHMAN yang langsung histeris. Mereka berusaha menerobos ruangan penyimpanan jenazah untuk melihat langsung kondisi jenasah bapak dua anak itu.

Di dalam ruang penyimpanan mayat, sejumlah keluarganya langsung histeris tak karuan mendapati jenasah NURUL ROHMAN tak berbentuk lagi. Kepalanya remuk dilindas roda bus hingga otaknya berceceran.

Kondisi inilah yang membuat keluarga korban berteriak-teriak histeris hingga menjadikan suasana kamar mayat RSU dr Haryoto Lumajang yang semula sepi, berubah riuh rendah.

Sejumlah keluarga perempuan, terlihat beruntun pingsan dan dibantu keluarga lainnya untuk dimasukkan ke dalam mobil. Pun demikian keluarga laki-laki yang terus menangis keras menyesali kejadiannya.

Menurut MUHAMMAD (42), seorang keluarga NURUL ROHMAN yang ditemui DIDI reporter Sentral FM Lumajang di lokasi, dikatakan jika korban sejak siang memang menghilang dari rumahnya. ”Padahal, malam ini ada hajatan Khol di rumah. Tapi, sejak siang NURUL ROHMAN menghilang tanpa pamit,” ungkapnya.

Sore harinya, tiba-tiba ada perangkat desa yang mendatangi rumah keluarganya dan mengabarkan jika NURUL ROHMAN meninggal setelah terlibat kecelakaan di Klakah. Kontan saja, informasi itu membuat pihak keluarga yang sore itu sibuk mempersiapkan hajatan Khol, jadi panik.

Selanjutnya, mereka pun menanyakan keberadaan NURUL ROHMAN yang disebutkan telah dievakuasi ke Kamar Mayat RSU dr Haryoto Lumajang. Setiba di RS, benar adanya, jika NURUL ROHMAN telah meninggal. ”Kami jadi getun (menyesal, red), mas, sejak siang menghilang kok akhirnya jadi musibah seperti ini. Kasihan kedua anaknya,” ungkap MUHAMMAD. (her/git)

Sumber: http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=324f405f62488144675e8393a3d26bb5201079383

Niat Hadiri Perkawinan Dijemput Maut

Jumat, 16 Juli 2010 | 13:57 WIB

PROBOLINGGO –Salah satu korban tewas kecelakaan di Klakah Lumajang adalah Hj Sutarmi (55), warga Kel. Wonoasih, Kec. Wonoasih, Kota Probolingo. Dia telah dimakamkan Jumat (16/7) pagi.

’’Saya ikhlas dengan takdir Allah, tetapi sebagai manusia biasa kami sekeluarga tidak menyangka istri saya meninggal secepat itu,” ujar H Abdurrahman, suami almarhum.

Ayah tiga anak itu mengatakan, Kamis kemarin istrinya disertai dua keponakan bermaksud menghadiri acara hajatan perkawinan di rumah Darsin, warga Randuagung, Kab. Lumajang.

’’Pak Darsin teman saya berjualan di Pasar Baru, Probolinggo hari itu mengawinkan anaknya,” ujar H Abdurrahman.

Dengan alasan menjaga barang dagangan di pasar, H Abdurrahman tidak ikut ke Lumajang. Hj Sutarmi pun dibonceng sepeda motor oleh Sugiono (21), sementara Ikhsan (kemenakannya) membonceng istrinya, Karyanik.

Belum sampai di tempat hajatan di Randuagung, kegembiraan rombongan itu berubah menjadi duka mendalam. Soalnya, motor yang dinaiki Sugiono dan Hj Sutarmi menjadi korban kecelakaan.

’’Motor yang dinaiki Sugiono dan istri saya ditabrak bus yang remnya ngeblong. Istri saya meninggal seketika, Sugiono luka ringan di kaki dan pinggang,” ujar H Abdurrahman. Sementara motor yang dikendarai Ikhsan dan istrinya, Karyanik selamat dari serudukan bus.

H Abdurrahman mengaku kaget ketika Kamis siang sekitar pukul 14.30 ditelepon Ikhsan, kemenakannya. “Kemenakan saya memberi tahu kalau istri saya meninggal dunia akibat ditabrak bus,” ujar alumnus Pesantren Al Qodiriyah, Jember itu. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=2d8422ca9edb9be946193eb5b159d7ff&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Mebel Antik dan Multifungsi

Jumat, 16 Juli 2010 | 11:13 WIB

Oleh ASEPTA YP

Jangan kaget kalau menemui mebel antik multifungsi made in Probolinggo mengisi showroom mebel di Australia. Meski nilainya ekspornya belum banyak, masih Rp 80 juta/bulan, tapi pengiriman ini ajeg dilakukan.

Ketika jenuh pada nuansa serba modern dan mewah, banyak orang memilih kembali ke antik atau kuno tapi yang multifungsi. Realitas ini dibaca Darusman dengan mengaplikasikannya menjadi peluang bisnis mebeler.

Darusman mengakui lesunya pasar membuat sebagian besar pebisnis mebeler gulung tikar. Namun pria asli Probolinggo ini mencoba keluar dan ternyata berhasil mengemas produknya menjadi alternatif usaha yang menjanjikan.

Fokus usaha Darusman adalah duplicat antique. Kesan kuno dan antik menjadi ciri khas produk-produk mebeler miliknya. Dengan ciri inilah usaha Darusman terus berkembang di tengah keterpurukan pengusaha mebeler lainnya. Bahkan berhasil menembus pasar internasional.

Darusman melekatkan nuansa antik pada produkya dengan berbagai cara. Salah satunya merepro produk perabot zaman dulu, seperti kursi, meja, tempat tidur, dan lemari yang biasanya berukuran jumbo, dengan dilengkapi berbagai macam ukiran sebagai ornamennya.

Kemampuannya merepro seperti aslinya inilah yang membuat banyak orang ingin dibuatkan mebel yang sama dengan mebel warisan leluhurnya yang sudah rusak. Dan hasilnya, produk baru yang persis aslinya

Tidak hanya merepro mebeler kuno, Darusman juga mampu menampilkan kesan antik pada produk-produk kebutuhan modern yang dia garap. Misalnya pada meja bar. Pada tiang meja bar, ukiran dan polesan warnanya, semua dibuat bernuansa Jawa kuno, sehingga meja bar yang selama ini kita kenal sebagai perangkat modern berhasil dikemas dengan gaya kuno.

Bahan bakunya pun demikian, Darusman memilih kayu bekas untuk diolah menjadi perabot baru. “Saya menggunakan kayu lama karena mampu memperkuat kesan antiknya, terutama urat-uratnya” kata pria nyentrik itu.

Jadi, tidak heran jika di tempat usahanya di Jl Banjarsari kilometer 90 Kecamatan Suberasih Kabupaten Probolinggo banyak dijumpai perahu-perahu bekas, kentongan rusak, cikar, roda delman, dan sejumlah perangkat kayu yang tidak terpakai lagi.

“Bahan baku produk saya dari kayu bekas tersebut, sehingga serat-serat yang ditampilkan natural. Bahan baku ini saya peroleh dari Probolinggo, Bojonegoro, dan Ngawi,” ujarnya.

Selain itu, dia lebih mengutamakan produk-poduk yang mulifungsi, misalnya meja tamu bisa digunakan juga sebagai tempat tidur. “Model desainnya memang baru, menyesuaikan dengan kebutuhan, tapi kesannya tetap kuno. Selain bahan bakunya, ornamen yang kita tampilkan juga gaya lama. Mebeler ini multifungsi, cocok untuk perumahan di kota-kota yang umumnya sempit, jadi tidak banyak membutuhkan ruang,” jelasnya.

Berkreasi menciptakan desain-desain baru yang multifungsi dan bernuansa antic, intulah yang jadi resep utama Darusman dalam berusaha. “Agar mampu bersaing dengan produk lainnya, saya terus membuat desain baru yang belum pernah dibuat orang. Jika nanti telah ada yang meniru produk saya itu, saya akan mencari kreasi baru lagi. Dengan begitu konsumen tidak bosan dengan produk-produk saya,” ungkap Darusman.



Tembus Pasar LN



Selama 14 tahun bergelut di bidang mebeler, Darusman tak hanya memenuhi pasar lokal. Sejak setahun lalu, produknya merambah pasar Australia dan Iran. “Untuk Australia kami mendapatkan pesanan rutin satu kontainer per bulannya dengan berbagai jenis mebel. Sedangkan ke Iran, per tiga bulan kami harus mengirim satu kontainer,” terangnya.

Nilai ekspor ke Australia itu diakui masih belum terlalu besar, Rp 80 juta per bulan. Tapi itu ajeg dilakukan. Begitu pun ke Iran yang masih 3 bulan sekali dengan nilai Rp 30 juta untuk sekali pengiriman. Sedang untuk pasar local omset per bulannya mencapai Rp 300 juta.

Untuk lokal, pasar lebih difokuskan ke Jogjakarta dan Jakarta. Meski dekat, dia tak pernah memasarkan produknya di Bali seperti pengusaha mebel pada umumnya. “Bali sudah menjadi jujugan banyak pengusaha mebeler, sehingga terjadi penumpukan. Kami lebih fokus ke daerah-daerah yang belum banyak digarap,” tandsnya.

Terkait omset, Darusman mengaku usaha yang awalnya hanya bermodal kepercayaan ini, sekarang telah mampu menghasilkan ratusan juta tiap bulannya. “Dulu saya hanya seorang pelukis yang tidak laku, kemudian ikut orang bekerja di mebeler. Ketika pemilik mebeler itu bangkrut, bahan bakunya dipinjamkan saya untuk memulai usaha ini. Sekarang omset saya sudah ratusan juta tiap bulannya,” ungkapnya.

Saat membuka stan di expo Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) di Sarana Olahraga (SOR) Tri Dharma PT Petrokimia Gresik pada 12-15 Juli , dia mampu menjual puluhan set produknya. “Dirut PT Petrokimia Gresik, Arifin Tasrif membeli produk saya tujuh set dengan total harga Rp 25 juta,” katanya bangga.

Per set, seperti meja ukuran 200x60x80 cm dia bandrol Rp 2,5 juta, lemari sekitar Rp 6 jutaan.

Sedangkan untuk pangsa pasar, Darusman mengaku membidik konsumen di kota-kota besar, karena itu dia mengutamakan multifungsi dan kesan antik pada produknya. “Orang kota lebih menyukai efisiensi,” katanya. *

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=575c46124aa48ed3da9541f3bb7e07e0&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5


Divonis Setahun, Sekwan Ajukan Banding

Jumat, 16 Juli 2010 | 10:52 WIB

PROBOLINGGO - Setelah disidangkan sejak 6 Januari 2010 lalu, terdakwa Abdul Hadi Sawie, Sekretaris DPRD (Sekretaris Dewan/Sekwan) Kota Probolinggo akhirnya divonis setahun penjara. Dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Kota Probolinggo, Kamis (15/7) siang itu, Sawie juga didenda Rp 50 juta (atau subsider/pengganti 4 bulan penjara).

Atas amar putusan yang dibacakan hakim ketua, Sih Yuliarti SH MH, Sawie menyatakan, akan pikir-pikir dulu. Demikian juga jaksa penuntut umum (JPU) Soegeng Prakoso SH, memilih hal serupa.

Begitu keluar ruang sidang, Sawie langsung menyalami para wartawan. “Silakan kalau mau tanya. Bagi saya, ini keputusan terbaik. Hukum harus ditegakkan. Tetapi saya akan mengajukan banding,” ujarnya.

Puluhan “suporter” yang sebagian besar staf Sekretariat DPRD juga menyalami awie. Termasuk mantan Ketua DPRD H Kusnan SH, mantan Wakil Ketua DPRD Drs H Banadi Eko Msi, dan sejumlah aktivis LSM.

Berdasarkan catatan, vonis yang diterima Sawie lebih ringan dibandingkan tuntutan yang dibacakan JPU, 18 Juni lalu. JPU menuntut terdakwa dengan 1 tahun 6 bulan penjara. Terdakwa juga dituntut denda Rp 75 juta dan uang pengganti Rp 12 juta dalam kasus dugaan korupsi perjalanan dinas (Perdin) DPRD tahun 2007 silam.

Sebelum membacakan amar putusan, hakim ketua Sih Yuliarti dan dua hakim anggota, Rr Dyah Purnomojekti SH dan Nendi Rusnendi SH secara bergiliran membacakan “kilas balik” mulai dakwaan, tuntutan, pledoi, hingga replik dan duplik yang telah digelar sebelumnya.

JPU mendakwa Sawie ikut andil dalam merugikan keuangan negara sekitar Rp 270 juta dalam lima kali Perdin DPRD, 2007 silam. Yakni, Perdin Komisi I DPRD ke Medan dan Serdang Bedagai, 5-9 November 2007. Perdin Komisi II DPRD ke Jakarta Pusat dan Palembang, 4-6 November 2007.

Perdin Komisi III DPRD ke Jakarta Utara dan Depok, 4-8 November 2007. Perdin Panitia Anggaran (Panggar) DPRD ke Jembrana, Bali 18-20 November 2007. Dan terakhir, transportasi Bimbingan Teknis (Bintek) DPRD di Kuta, Bali, 7-10 Desember 2007.

Kecuali Perdin Komisi III yang difasilitasi rekanan CV Indonesia Makmur, empat Perdin lainnya difasilitasi rekanan PT Gilang Wisata Perkasa. Dalam sidang sebelumnya, Direktur PT Gilang, Miendwiati divonis setahun penjara karena terbukti menggelembungkan (mark-up) dana Perdin.

Belakangan dua pimpinan CV Indonesia Makmur, Nanang Koentjahjo dan Indah Wilujeng Liliawati juga menjadi terdakwa. Hingga Kamis (15/7), persidangan dengan dua terdakwa itu baru memasuki pemeriksaan saksi-saski.

Seperti diketahui, dugaan korupsi dana Perdin DPRD itu awalnya tertuang dalam

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK menyatakan, ada temuan penyalahgunaan dana Perdin yang bersumber dari APBD 2007.

BPK menegur Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/PPTK (dalam hal ini Sawie) dalam meneliti keabsahan SPJ. BPK juga memerintahkan rekanan PT Gilang Wisata Perkasa mengembalikan dana ke kasda senilai Rp 158.722.000. Perdin yang difasilitasi rekanan CV Indonesia Makmur juga disemprit BPK karena diduga di-mark-up.

JPU menghitung, ada kerugian negara sebesar Rp 270.923.000 dalam lima kali Perdin dengan APBD tahun 2007 itu. Modus penyelewengan keuangan negara itu terletak pada rekayasa transportasi dan akomodasi.

Perdin yang di SPJ tertulis dengan pesawat Garuda misalnya, pada kenyataannya menggunakan bus, pesawat Adam Air, Lion Air, dan Mandala. Rekanan juga merekayasa tarif hotel dan jumlah kamar hotel yang digunakan menginap anggota DPRD dan eksekutif yang mendampinginya.

”Terdakwa selaku pengguna anggaran dinilai tidak teliti terhadap SPJ,” ujar hakim Nendi Rusnendi. Terdakwa dinilai turut serta menguntungkan rekanan PT Gilang Perkasa Wisata Rp 229 juta dan CV Indonesia Makmur Rp 41 juta (total Rp 270 juta). Karena PT Gilang sudah mengembalikan kerugian negara Rp 158 juta, sehingga masih ada kerugian negara Rp 112 juta. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=bcce54ef45426486a7fbab611ae633bd&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc


Ustad dan Nyai Tewas Tabrakan

Jumat, 16 Juli 2010 | 08:32 WIB

LUMAJANG, KOMPAS.com- Tabrakan beruntun terjadi di jalur Tapal Kuda Lumajang, di Desa Klakah, Kecamatan Klakah, Kamis (15/7) sekitar pukul 14.30 WIB. Akibat tabrakan maut itu, seorang ustad dan seorang nyai atau guru ngaji tewas seketika, sedangkan 10 orang lainnya, termasuk penumpang dan sopir bus luka-luka.

Kejadian yang mengagetkan para pengguna jalan dan warga Klakah ini berawal saat Bus Dahlia jurusan Trenggalek-Denpasar yang melaju dari arah utara atau Probolinggo menabrak tiga sepeda motor yang ada di depannya.

Sebelum menabrak ketiga sepeda motor, bus tersebut di bagian belakangnya sudah mengeluarkan asap tebal. Bersamaan itu, diduga karena remnya blong, bus menerjang tiga sepeda motor. Satu sepeda motor dikendarai Ustad Nurul Rohim (30), asal Dusun Gempol, Desa Pandansari, Kecamatan Senduro, Lumajang. Ustad Nurul Rohim yang juga putra pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Huda Senduro ini meninggal seketika dengan luka cukup mengenaskan di bagian kepala.

Sepeda motor kedua dikendarai Sugiono (21) warga Desa Wonoasih, RT 2 RW 2, Kecamatan Wonoasih, Probolinggo, bersama bibinya, Nyai Sutarmi (53) juga warga Desa Wonoasih, Probolinggo. Sugiono terluka, namun Nyai Sutarmi meninggal seketika dengan luka parah.

Sedangkan pengendara sepeda motor ketiga mengalami luka-luka, namun hingga berita ini ditulis, belum diperoleh identitasnya.

Setelah menerjang tiga sepeda motor, bus masih terus melaju kencang karena diduga remnya blong. Dengan masih mengeluarkan asap di bagian belakang, bus kemudian menabrak Kijang Innova yang ada di depannya.

Karena mendapat hantaman keras dari belakang, Innova warna hitam itu kemudian menabrak sedan Corolla DX yang berjalan di depannya. Akibat benturan keras itu, Innova bernopol N 1718 NT itu bagian pojok kanan belakang remuk dan kaca belakangnya pecah serta kap mesin juga penyok.

“Saya melihat bus yang melaju dari arah utara itu sudah mengeluarkan asap, sebelum kemudian manabrak tiga sepeda motor, kemudian menabrak kendaraan lainnya,“ ujar Suyono, Ketua RT 1/RW 9 desa setempat yang juga sempat merekam kejadian ini dengan kamera ponselnya.

Setelah menabrak kendaraan lain, bus yang disopiri Agus, warga Trenggalek, ini terus melaju kencang. Selepas menabrak Innova, Agus yang kala itu diduga panik kemudian banting setir ke kanan melewati marka jalan. Sebuah mobil Avanza warna silver yang sedang parkir giliran menjadi sasaran. Avanza berpelat nomor P 1946 TT ini remuk bagian depannya.

Usai menabrak Avanza, bus bernopol AD 7193 UR ini kemudian melaju zig-zag atau megal-megol seperti kendaraan mabuk. Khawatir menabrak lagi sedan Corolla DX dan Innova, Agus mengarahkan kemudi busnya ke arah kiri. Bus yang tidak dapat dihentikan itu akhirnya menghantam truk Fuso nopol L 8399 UR yang datang dari arah berlawanan (selatan).

Begitu besarnya bodi truk, laju bus mabuk itu pun langsung terhenti. Beberapa detik kemudian bus dan truk sama-sama terbakar. Beruntung sebelum api membesar, pengemudi dua kendaraan tersebut berikut para penumpang Bus Dahlia dengan cepat keluar menyelamatkan diri. Jika tidak, mungkin puluhan penumpangnya terpanggang di dalam bus. Meski begitu, sejumlah penumpangnya luka-luka bahkan ada yang shock.

Seluruh penumpang bus berikut pengendara motor langsung ditolong warga dan dilarikan ke puskesmas Klakah. Sedangkan korban meninggal langsung dibawa ke RSUD Dr Hartoyo Lumajang. “Korban meninggal sudah dibawa ke RS Dr Haryoto. Sedangkan yang luka-luka dibawa ke puskesmas terdekat,” kata Kapolres AKBP Tejo Wijanarko kepada wartawan saat di tempat kejadian perkara (TKP).

Selain dua orang tewas, diketahui ada 10 orang yang luka. Tiga orang dirawat di RSUD Dr Hartoyo, yakni Sugiono, 21, warga Desa Wonoasih, RT 2 RW 2, Kecamatan Wonoasih, Probolinggo; Agus, sopir bus asal Prigi, Trenggalek dirujuk ke RS Bhayangkara Lumajang; serta Sri Astuti, penumpang bus, warga Desa Sari Kemuning RT 2 RW 1, Kecamatan Senduro, Lumajang. Sedangkan 7 korban penumpang bus yang luka ringan sudah diizinkan pulang dan penumpang lainnya meneruskan perjalanan ke Denpasar dengan menggunakan bus lain.

Kapolres AKBP Tejo Wijanarko mengatakan, berdasarkan keterangan para saksi mata, bus yang melaju dari arah utara itu, sebelum sampai di TKP sudah mengeluarkan asap. Lalu saat berada di TKP, tiba-tiba bus menabrak tiga sepeda motor, kemudian secara beruntun menabrak mobil Kijang Innova dan terakhir menabrak truk hingga mengeluarkan api dan terbakar.

Akibat kejadian ini, Jalan Raya Klakah atau jalur Lumajang-Probolinggo ditutup total, sehingga terjadi kemacetan cukup lama, sebelum akhirnya kendaraan dialihkan ke jalur alternatif atau jalan tikus. Sedang bara api di bus dan truk bisa dipadamkan 1, 5 jam kemudian setelah I unit mobil pemadam kebakaran didatangkan.

Hasil olah TKP dan identifikasi Polres Lumajang, polisi sementara menetapkan sopir bus, Agus, sebagai tersangka. “Tersangka sementara sopir Bus Dahlia yang menjadi aktor utama kecelakaan,” kata Kasatlantas Polres Lumajang AKP Imara Utama.

Menurut Imara, ditetapkannya tersangka sang sopir dikarenakan melaju dari arah utara dengan kecepatan tinggi dengan kondisi bus tidak layak jalan. “Kami amankan sopir bus di RS Bhayangkara khawatir kabur saat diperiksa besok,” tuturnya.

Keluarga Histeris

Sementara itu, isak tangis keluarga korban pecah di kamar jenazah RSUD Dr Haryoto Lumajang. Tiga orang pingsan setelah mengetahui anggota keluarganya menjadi korban kecelakaan tabrakan bus terbakar tersebut.

“Ya….Allah…maafkan dosa Bu Sutarmi, kakak saya,” kata seorang wanita dari keluarga Nyai Sutarmi asal Desa Wonoasih Probolinggo dengan beruraian air mata dengan dipeluk beberapa kerabatnya, di kamar jenazah RSUD Dr Haryoto Lumajang.

Setelah sadar dari pingsan, ketiga wanita itu terus menangisi kematian sang guru ngaji.

“Nyai Sutarmi meskipun sudah tua, dia tetap mengajar mengaji,” kata Hosna, anak bungsunya di kamar jenazah.

Pengakuan dia, ibunya memang banyak disenangi muridnya dan tetangga. Bahkan jika mendapat rezeki tidak lupa membaginya pada keluarga dan tetangga. “Keluarga kaget dan shock mengetahui, nyai meninggal akibat ditabrak bus,” ungkapnya.

Sementara itu, meninggalnya Ustad Nurul Rohim yang juga anak pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Huda, Dusun Gempol, Desa Pandasari, Kecamatan Senduro, Lumajang, mengejutkan keluarga serta santrinya.

Sejak Kamis sore sudah ratusan pelayat menunggu kedatangan jenazah Ustad Nurul. “Pelayat memang banyak sekali, karena Ustad Nurul sering bersilaturahim dengan warga. Ustad Nurul juga dikenal suka guyon dan baik pada santri,” kata Holil, santri Ustad Nurul.

Sementara istri korban, Hoiroh, 30, terus menangis dan memanggil-manggil nama suaminya. “Nyai Hoiroh nangis terus,” kata Jamal, seorang santri.

Ustad Nurul memiliki 2 anak, perempuan dan laki-laki. Anak perempuannya, Arifah, 14, yang mondok di Ponpes Syarifudin Wonorejo-Lumajang, dipulangkan oleh keluarga. “Arifah nangis terus,” tutur santri itu.

Rencananya, baik jenazah Ustad Nurul Rohim maupun Nyai Sutarmi akan dimakamkan Jumat (16/7) pagi di pemakaman umum desa setempat. (st35)

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/07/16/08322422/Ustad.dan.Nyai.Tewas.Tabrakan

Satpol PP Menggerebek Satpol PP

Jumat, 16 Juli 2010 | 07:57 WIB

PROBOLINGGO - Ibarat ungkapan ’jeruk makan jeruk’, personel Satpol PP yang biasanya menggerebek orang berbuat mesum, kali ini justru menjadi sasaran penggerebekan.

Itulah yang dialami, LP (31), anggota Satpol PP, Pemkot Probolinggo yang berbuat berbuat mesum dengan perempuan bukan istrinya di Hotel Kemayoran, Kamis (15/7) dinihari.

Tidak tanggung-tanggung, penggerebekan terhadap LP sekitar pukul 01.30 dinihari itu dipimpin langsung “komandan” Satpol PP, Drs Sukam MSi. Menurut sejumlah sumber, tengah malam tersebut Kepala Satpol PP mendapat informasi dari masyarakat soal perbuatan LP.

Setelah dicek, informasi itu ternyata benar. Malam itu, LP diduga kuat check in bersma seorang perempuan di Hotel Kemayoran di Jl. Panglima Sudirman. Sukam bersama 5 personel Satpol PP lainnya kemudian mendatangi hotel di jalan protokol itu.

Kamar nomor 10 yang dipesan LP kemudian digedor. CPNS yang sebelumnya berdinas di Badan Penanggulangan Bencana Daerah itu pun tidak berkutik. Ayah satu anak dan cewek asal Lumajang yang dikencaninya itu kemudian digelandang ke kantor Satpol PP untuk diperiksa.

Kepala Satpol PP, Sukam, mengatakan, masih memproses kasus ini sekaligus pemberian sanksinya. ”Yang jelas, LP akan kami jerat dengan PP 30/2008 tentang Kedisiplinan PNS,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=2688c3c7daec72869d298a3282321308&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Setahun Penjara untuk Sekretaris Dewan

[ Jum'at, 16 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Pengadilan Negeri (PN) Kota Probolinggo tuntas menyidangkan kasus dugaan korupsi dana perjalanan dinas (perdin) DPRD setempat dengan terdakwa Abdul Hadi Sawie. Majelis hakim kemarin (15/7) menyatakan sekretaris dewan (sekwan) kota itu terbukti bersalah. Sawie kemudian divonis penjara setahun dan denda Rp 50 juta, subsider 4 bulan penjara.

Rangkaian sidang atas diri Sawie berlangsung selama lebih dari enam bulan. Tak ayal sidang putusan kemarin langsung menjadi pusat perhatian banyak kalangan. Ruang sidang utama PN dipenuhi pengunjung.

Sebagian pengunjung adalah para PNS yang menjadi anak buah Sawie di Sekretariat DPRD Kota Probolinggo. Tampak juga di antara mereka, mantan pimpinan DPRD periode lalu, Kusnan dan Banadi Eko. Berikutnya terlihat juga mantan anggota dewan, LSM serta sejumlah kontraktor.

Majelis hakim persidangan kasus ini diketuai Sih Yuliarti. Kemarin sebelum membacakan putusan, Sih Yuliarti menjelaskan apabila terdakwa tidak puas dengan putusan majelis, terdakwa bisa mengajukan upaya banding. "Nanti terdakwa silahkan mengajukan upaya hukum banding," tuturnya.

Dalam berkas putusan yang dibacakan bergantian oleh majelis hakim terungkap, terdakwa dibebaskan dari dakwaan primer. Yakni pasal 2 ayat 1 UU nomor 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi.

Sesuai dengan fakta di persidangan, terdakwa adalah Sekretaris DPRD selaku PA (pengguna anggaran) pelaksanaan perdin di dewan. Khususnya dalam kasus korupsi yang menggunakan APBD tahun 2007, terdapat lima paket perdin tiga komisi, panggar (panitia anggaran) dan bimtek (bimbingan teknis).

Komisi I ke Palembang, komisi II ke Medan, panggar ke Jembrana dan bimtek ke Denpasar pelaksanannya PT Gilang Wisata Perkasa. Sedangkan perdin komisi III ke Jakarta ditangani oleh CV Indonesia Makmur. Saat ini dua pimpinan CV Indonesia Makmur sama-sama menghadapi proses hukum.

Majelis hakim menyebutkan ada anggaran yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dalam lima paket perdin. Yaitu Rp 65.671.000 (komisi I), Rp 68.758.000 (komisi II), Rp 41.100.000 (komisi III), Rp 82.194.000 (panggar) dan Rp 13.200.000 (bimtek). Total seluruhnya dari lima paket perdin yang tidak sesuai pelaksanaan Rp 270.923.000. Jumlah tersebut berdasarkan akomodasi selama perdin (hotel, transport, dan lainnya).

Selanjutnya dinyatakan, terdakwa sebagai pengguna anggaran telah mencairkan anggaran (APBD) yang diajukan oleh rekanan PT Gilang dan CV Indonesia Makmur. Padahal, SPJ (surat pertanggungjawaban) yang diajukan tersebut tidak sesuai dengan pelaksanaan. "Terdakwa dikenakan tindak pidana sesuai dengan dakwaan JPU," sebut hakim anggota Nendi Rusnendi.

Dalam kasus ini rekanan menunjukkan bukti tak sesuai dengan pelaksanaan. Lalu terdakwa sebagai pengguna anggaran tidak mengecek kembali bukti tersebut sebelum akhirnya menandatangani SPM (surat perintah membayar) yang dikeluarkan oleh PPK (petugas penatausaha keuangan). Jumlah yang dicairkan Rp 270.923.000.

"Terdakwa sebagai pengguna anggaran tidak meneliti SPJ saat dilakukan pencairan, sehingga tidak sesuai pelaksanaan. Dengan demikian menguntungkan pihak rekanan, unsur menguntungkan orang lain terpenuhi," ucap Nendi.

Sementara itu, dalam dakwaan subsider, terdakwa juga dikenakan unsur menyalahgunakan wewenangdalam jabatannya. Unsur tersebut terbukti karena PA tidak mengecek kesesuaian SPJ dengan SPK (surat perintah kerja) dan RAB (rencana anggaran biaya).

Terdakwa menyalahgunakan wewenang dengan tetap mencairkan dana yang tidak sesuai pelaksanaan. Akibat pemalsuan SPJ tersebut, biaya dari APBD untuk pelaksanaan perdin dewan lebih besar. Sesuai dengan fakta di persidangan, terdakwa Miendwiati Direktur PT Gilang sudah mengembalikan kerugian negara sebesar Rp 158.722.000.

Hakim menyebut anggaran yang tidak dipertanggungjawabkan Rp 270.923.000 dikurangi pengembalian terdakwa Mien Rp 158.722.000. Sehingga kerugian negara akibat perbuatan terdakwa senilai Rp 112.121.000.

Lalu ada hal yang memberatkan adalah perbuatan terdakwa Sawie telah merugikan keuangan negara. Sementara hal yang meringankan terdakwa sopan di pengadilan, belum pernah dihukum dan terdakwa memiliki tanggungan keluarga.

Hakim ketua Sih Yuliarti menegaskan, majelis mengadili terdakwa tidak terbukti melakukan dakwaan primair dan membebaskan terdakwa. "Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut," tegasnya.

Atas keputusan tersebut, terdakwa Sawie divonis penjara satu tahun dengan denda Rp 50 juta. Apabila denda tidak dibayar diganti hukuman kurungan 4 bulan. Terdakwa yang mengaku sudah mengerti atas putusan hakim itu mengatakan pihaknya akan pikir-pikir.

Demikian juga dengan Jaksa Penuntut Umum (JPU). "Kami pikir-pikir," tutur JPU Soegeng Prakoso yang didampingi Sugianto dan Makhmud. Usai persidangan, Sawie disambut cipika-cipiki dan jabatan tangan dari mereka yang hadir di sidang.

Tidak seperti biasanya, kali ini Abdul Hadi Sawie menghadapi pertanyaan wartawan sendiri, tanpa melalui penasihat hukumnya. "Saya menghormati putusan ini. Keadilan harus ditegakkan. Saya akan banding," ungkapnyaketika ditemui usai sidang. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=170044

Masih Perang Klaim

[ Jum'at, 16 Juli 2010 ]
Kubu Kiai Hafidz Didukung 18 PAC

PROBOLINGGO - Perang klaim dukungan jelang muscab DPC PKB Kabupaten Probolinggo 20-21 Juli kian mengeras. Yang terakhir, kubu pendukung kandidat KH Hafidz Aminuddin mengklaim telah didukung oleh 18 dari 24 PAC.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ribut Fadhilah, ketua PAC Kuripan yang juga menjadi pengurus panitia silaturrahim PAC. "Memang benar saat pertemuan lalu masih ada beberapa PAC yang belum ikut mendukung Pak Kiai (KH Hafidz), di antaranya PAC Tegalsiwalan dan Dringu itu," ujar Ribut kepada Radar Bromo kemarin.

Namun Ribut yang juga anggota DPRD setempat mengaku kalau arus besar PAC justru berada di posisi yang mendukung kiai Hafidz. "Yang sudah solid itu adalah 18 PAC. Sisanya masih remang-remang. Tidak menutup kemungkinan juga ikut bergabung," kata Ribut yang juga anggota DPRD setempat.

Menurut Ribut, ke-18 PAC yang mendukung kiai Hafidz itu bukanlah tanpa pertimbangan. Mereka lebih memilih kiai Hafidz, lantaran berencana mengantarkan ketua DPC PKB sekarang (Hasan Aminuddin) ke level lebih tinggi yaitu menjadi pengurus DPP.

"Saya itu sangat loyal kepada Pak Bupati (Hasan Aminuddin). Cuma dalam konteks sekarang ini beliau adalah tokoh nasional. Beliau yang punya ide komite islah nasional," jelasnya. "Kalau ibaratnya baju, mungkin Pak Bupati itu sekarang sudah tidak cukup lagi kalau memakai baju DPC. Jadi lebih elok kalau memakai baju yang lebih longgar (DPP)," imbuhnya.

Karena memproyeksikan Hasan ke jenjang yang lebih tinggi itulah, Ribut menyatakan harus memilih figur lain yang tidak kalah dengan Hasan. Nah, setelah melakukan beberapa kajian, ke-18 PAC itu dijelaskan Ribut menjatuhkan pilihan kepada kiai Hafidz yang tidak lain adalah kakak kandung Hasan Aminuddin.

"PKB itu adalah partai besar di Kabupaten Probolinggo. Karena itu tidak boleh memilih pemimpin yang sembarangan. Selain Pak Bupati (Hasan Aminuddin), sosok yang kami anggap mumpuni dan teruji adalah Pak Kiai (Hafidz Aminuddin)," beber Ribut.

Menurut Ribut, sosok kiai Hafidz dianggap mempunyai massa yang jelas di grass root. Hal itu bisa dilihat dari jamaah manaqib yang dipimpinnya, juga Pagar Nusa yang mendukung kiai Hafidz. Alasan lainnya, kiai Hafidz dianggap pantas untuk memimpin karena didukung kekuatan finansial. "Dari segi finansial, beliau (Hafidz) itu kuat sekali," tutur Ribut.

Kiai Hafidz juga dianggap orang yang cukup berpengaruh baik di Kabupaten Probolinggo maupun di jajaran internal PKB. Dia memiliki koneksi dari kalangan pengusaha, alim ulama maupun para habaib.

Selain itu salah satu poin penting memilih Kyai hafidz adalah bisa mewujudkan langkah rekonsiliasi di tubuh PKB. Lantaran Hafidz sendiri juga disarankan maju oleh ketua dewan syura DPP PKB KH Abdul Aziz Mansyur. "Kedatangan KH A Aziz Mansyur ke Rangkang beberapa hari lalu itu juga bagian dari rekonsiliasi melalui kiai Hafidz," terang Ribut.

Sementara itu, ada juga suara agar para kader PKB tidak saling klaim dukungan. "Mari kita dalam muscab ini jangan saling klaim, tetapi tetap lebih mengutamakan akhlakukl karimah dalam berpolitik," kata M Khusnu Milad, ketua PAC Tegalsiwalan.

Diketahui PAC Tegalsiwalan dan PAC Dringu sendiri terang-terangan mengarahkan dukungannya ke incumbent Hasan Aminuddin dalam muscab nanti. "Kami pendekatan pelan tapi pasti. Saya yakin teman-teman PAC pasti bisa dengan bijak memilih mana yang terbaik untuk kejayaan partai," ungkap Milad yang mantan anggota dewan setempat.

Menurut Milad saat ini kebutuhan yang mendesak di tubuh partai berlambang bola dunia dengan sembilan bintang itu adalah menjaga keutuhan keluarga besar PKB. "Itu (menjaga keutuhan) jauh lebih penting daripada yang lain. Ini demi menjalan amanah besar yang diberikan warga nahdliyin pada PKB," tegasnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=170046

Hearing soal Mahalnya Daftar Ulang

[ Jum'at, 16 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - DPRD Kota Probolinggo juga mendapat cukup banyak pengaduan dari masyarakat soal mahalnya biaya pendaftaran murid baru. Sebagai respons atas pengaduan itu, Komisi A DPRD mengundang hearing Dinas Pendidikan, Kementerian Agama dan puluhan kepala sekolah pada Rabu (14/7) lalu.

"Tarikan sekolah disempatkan oleh pemangku sekolah menjadi tarikan yang mestinya tidak prioritas. Setiap sekolah ada yang paling kecil Rp 100 ribu tapi ada yang sampai Rp 5 juta. Kami hanya ingin menyamakan penafsirannya," ujar Ketua Komisi A Asad Anshari.

Asad bahkan menegaskan jika melihat mahalnya biaya pendidikan, pemerintah pusat terlalu berani membuat brand sekolah gratis di mana-mana. "Kenyataannya ada kepala sekolah yang takut (menarik biaya), tapi ada juga yang kebangeten nariknya. Hearing ini biar masyarakat tahu dan berkata oo.. begitu ya..," tutur Asad.

Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani membenarkan memang banyak laporan terkait biaya pendaftaran tersebut. Biaya itu juga untuk pembayaran seragam OSIS, pembayaran SPP yang diminta dibayar di depan. Kata Maksum, itu (permasalahan) terjadi karena SDM (sumber daya manusia) wali murid yang tidak tahu soal biaya pendidikan.

"Saya sudah menyampaikan rambu-rambu kepada kepala sekolah supaya berkoordinasi dengan wali murid dan komite sekolah. Mungkin sebenarnya wali murid menerima, tapi pihak ketiga yang ribut sendiri," ucap Maksum.

Komisi A juga mempertanyakan terkait penarikan biaya (nominal) sudah dilaporkan secara resmi kepada Maksum. Maksum mengatakan tidak secara nominal tapi program sekolah. Ia hanya meneken semua yang menjadi program dari masing-masing sekolah.

"Itu otonomi sekolah masing-masing. Sekolah punya program sendiri. Kami sampaikan untuk berkoordinasi dengan wali murid. Silahkan lakukan penarikan biaya apabila antara sekolah dan komite tidak ada masalah," jelasnya.

Asad pun memberikan masukan, untuk mengetahui kondisi ekonomi dari siswa di sekolah, Dinas Pendidikan harus bekerjasama dengan Bappeda dan Bapemas yang memiliki pendataan keluarga miskin di Kota Probolinggo.

"Dinas Pendidikan semestinya punya patokan harga untuk seragam sekolah. Sehingga harga seragam sekolah nilainya sama. Jadi, sekolah tidak menjadikan peluang bisnis," imbuh Sekretaris Komisi A Dwi Wahyu Rediana.

Tarikan biaya paling tinggi di SMAN 2, siswa baru dikenai biaya Rp 3,6 juta. Biaya sebesar itu disesuaikan dengan program besar di sekolah adiwiyata tersebut. Yang ditanyakan dewan, program SMAN 2 itu tergolong yang harus dilaksanakan tahun ini atau justru sekedar aji mumpung karena ada pendaftaran siswa baru.

"Kami dilematis. Sekolah kami sudah terlanjur label sekolah peraih Adiwiyata Mandiri. Tentunya untuk biaya perawatan taman sangat tinggi," kata Kepala SMAN 2 Syafiudin.

Untuk menghindari polemik di awal tahun ajaran baru ini, Asad mengusulkan jika ke depannya semua sekolah harus membeberkan berapa biaya pendaftaran di sekolah tersebut. Bukannya biaya itu dibeberkan setelah siswa diterima lalu disodori pembiayaan yang cukup besar.

"Sekarang ini yang dicari adalah mutu pendidikan meskipun mahal. Semua sekolah berlomba-lomba memajukan sekolahnya. Kita akan akhiri polemik dengan adanya format baru, jauh-jauh hari sebelum pendaftaran, biaya sudah diumumkan dan wali murid bisa siap betul dananya," jelas politikus PKNU itu. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=170047

Beri Tips Hadapi Rival

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
Bupati dalam Pelantikan Apdesi

PAITON - Akhirnya kepengurusan Apdesi 2010-2015 resmi dikukuhkan, kemarin (14/7). Helatan tersebut digelar di gedung pertemuan PJB Paiton. Menyusul pemilihan pengurus pada 15 April.

Dalam pantauan Radar Bromo, acara dimulai sekitar pukul 12.30 WIB. Bupati Probolinggo hadir untuk mengukuhkan jajaran pengurus Apdesi. Juga ada Kapolres Probolinggo Rastra Gunawan, Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo Ahmad Badawi dan wakil dari Dandim 0820 Probolinggo.

Camat se-Kabupaten Probolinggo juga menyertai para kades dari 325 desa. Hingga, total hadirin diperkirakan sekitar 400 orang.

Setelah acara dibuka, Hasan mengukuhkan pengurus Apdesi yang berjumlah 53 orang. Selanjutnya Hasan memberikan sambutannya. Menurut Hasan, kepala desa adalah ujung tombak pemerintah daerah.

Sebab, kepala desa memiliki pengaruh yang cukup luas. Terutama di kalangan warga masing-masing. Karena itu, pemerintah daerah juga bergantung pada efektifitas kerja para kades.

Hasan mengibaratkan, sebelum reformasi kades adalah raja-raja kecil. Sebab segala keputusan kades merupakan keputusan mutlak. Warga desa harus mematuhi segala keputusan tersebut. "Itu dulu," ujar Hasan.

Namun sekarang kondisinya berbeda. Sebab kata Hasan, sejak reformasi posisi kepala desa selalu berkoordinasi dengan Muspika dan Muspida.

Meski demikian, kades tetap memiliki peran vital. "Sekarang banyak kades proaktif membangun desanya. Beda dengan dulu," tambah Hasan.

Selanjutnya Hasan memberikan tips pada para kades dalam menghadapi rival-rivalnya. Menurut Hasan, kades maju di pilkades dengan beberapa rival. Setelah dinyatakan menang, biasanya ada beberapa pihak yang tak suka dengan kepemimpinan kades bersangkutan. "Biasanya berusaha menjatuhkan (kades)," kata Hasan.

Dalam kondisi seperti itu Hasan mengimbau agar para kades jangan keburu melibatkan emosinya. Sebab, kades adalah panutan masyarakat. Kalau kades berlaku baik dan tenang, masyarakat juga akan tenang.

Yang terpenting kata Hasan, kades melakukan tugasnya dengan baik. "Biarkan maling teriak maling," ujar Hasan disambut tawa hadirin.

Selain itu kata Hasan, para kades harus cerdas. Maksudnya, cerdas mengontrol emosi. Sebab menurut Hasan, oposisi biasanya pandai memancing emosi. "Kadesnya harus lebih cerdas. Sebab warga sekarang sudah pintar-pintar," sebutnya.

Selanjutnya AKBP Rastra memberikan sambutannya. Membenarkan perkataan Hasan, Rastra menyebut kades sebagai ujung tombak pemerintah daerah. Tak hanya masalah sosial. Namun juga masalah keamanan. "Kepemimpinan para kades mendukung stabilitas keamanan masyarakat," kata Rastra.

Rastra berharap, para kades bisa menjalin komunikasi yang baik. Terutama dengan Polres Probolinggo. Sebaliknya Rastra menegaskan, Polres Probolinggo juga berupaya melakukan hal yang sama. "Antara Polres dan para Kades terjalin kerja sama," tuturnya.

Ditemui setelah acara, Ketua Apdesi Kabupaten Probolinggo Rekso Ijoyo mengatakan, pelantikan tersebut bermakna cukup penting. Sebab, hal itu sebagai langkah awal Apdesi. "Khususnya untuk menggarap program," ujar Rekso.

Setelah pelantikan itu, pihaknya dapat segera melangsungkan program. Rekso mengatakan, cukup banyak persoalan yang dihadapi para kepala desa. Oleh karena itu Rekso berharap, para kepala desa bisa bekerja sama dengan baik.

"Ketua di sini tidak mutlak. Apalagi otoriter. Sebab posisi kami sejajar, sama-sama Kades. Kebijakan organisasi tetap dirembug bersama," pungkas Rekso. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169881
[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
Demi PKL, Taman Kota Dibongkar
Monumen Kraksaan Dipindah

KRAKSAAN - Pemkab Probolinggo memilih untuk memprioritaskan lokasi berdagang bagi para PKL di Alun-alun Kraksaan. Buktinya, lokasi baru PKL memakan korban. Demi kepentingan PKL, taman kota di depan Alun-alun Kraksaan dibongkar.

Pembongkaran dilakukan sejak Senin (12/7). Semua taman kota dari Barat hingga Timur dibongkar. Termasuk monumen Kraksaan. Rencananya, monumen itu akan dipindang ke simpang tiga Kandang Jati.

Taman kota sendiri terletak di Selatan Alun-alun Kraksaan. Terdiri dari dua bagian. Yakni bagian Barat dan Timur. Keduanya dibatasi sebuah monumen, yakni monumen Kraksaan. Taman yang terletak di pinggir jalur pantura tersebut biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk berekreasi.

Pada hari pertama pembongkaran, hanya bagian barat taman yang dibongkar. Lalu, Selasa (13/7) pembongkaran dilakukan di bagian tengah. Termasuk pemindahan monumen Kraksaan. Selanjutnya kemarin (14/7), seluruh bagian taman sudah rata dengan tanah.

Saat ditemui Radar Bromo, Camat Kraksaan Happy membenarkan hal tersebut. Menurut Happy, pembongkaran taman kota memang sudah direncanakan beberapa waktu lalu. Bahkan kata Happy, sudah dirapatkan dengan satker terkait.

Pembongkaran tersebut kata Happy, sangat penting dilakukan. Sebab, PKL sekitar Kraksaan perlu diperhatikan. "Sebenarnya eman (membongkar taman kota, Red). Tapi ada kepentingan yang lebih utama," tutur Happy.

Happy juga membenarkan rencana pemindahan monumen. Namun dia mengaku lupa akan dipindah ke mana. "Rapatnya di kantor (Kecamatan Kraksaan). Tapi saya lupa (pemindahan monumen)," ujar Happy.

Hal serupa diungkapkan Ketua Paguyuban PKL Semarak Puryanto. Menurut Puryanto, monumen tersebut memang akan dipindah. Namun sama dengan Happy, dia mengaku tak tahu akan dipindah ke mana. "Cuma saya dengar (dipindah) ke bagian Timur (Kraksaan)," kata Puryanto.

Selanjutnya Puryanto menjelaskan, selanjut di taman kota akan dibangun 40 lokal untuk PKL. Rencananya, ada 80 PKL yang akan menempati lokasi itu. Pemakaiannya kata Puryanto dibagi menjadi dua shift. Yakni siang dan malam. "Jadi 1 lokasi dipakai 2 pedagang," sebutnya.

Penjelasan detail didapat dari Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Probolinggo M. Sidik Widjanarko. Namun Sidik hanya bisa menyampaikan konfirmasi via SMS. Sebab Sidik sedang melaksanakan ibadah umroh. "Saya di Madinah. Lagi umroh" demikian bunyi SMS Sidik.

Menurut Sidik, monumen tersebut rencananya akan dipindah ke simpang tiga Kandang Jati. Yakni menggantikan tugu milik sebuah perusahaan yang masih terpasang sekarang. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169882

Takut Meledak, Amankan Tabung Gas

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
Di Pinggir Sungai, Dipakai Seminggu Lagi

KREJENGAN - Kekhawatiran warga terhadap tabung gas terus terjadi di sejumlah daerah. Di Desa Opo-opo, Krejengan, Kabupaten Probolinggo misalnya, sekitar 16 warga meletakkan tabung gas program konversi di pinggir sungai Rondoningo. Sungai yang melintas di desa setempat.

Tabung-tabung itu dibawa sekitar pukul 10.00 WIB. Mahmud, 51, seorang warga mengatakan, dirinya takut tabung itu meledak. Walau sebenarnya, tabung itu sudah diuji. Namun, dirinya belum yakin.

Karena itu, dia meletakkan tabung itu di pinggir sungai tersebut. Tujuannya tidak lain untuk diamankan. "Kalau meledak, kan meledak di sini (pinggir sungai, Red). Yang penting tidak di rumah," ujar Mahmud.

Mahmud mengaku akan meletakkan tabung gas itu selama seminggu di pinggir sungai. Jika dalam kurun waktu seminggu tidak terjadi apapun, baru tabung itu akan dia gunakan. "Lihat saja hasilnya dulu. Nanti kan bisa kelihatan," terangnya.

Selain Mahmud, ada juga Ahmad, 39. Ahmad pun mengaku takut tabung gas miliknya meledak. Sebab, dirinya sering menonton tayangan berita. "Di situ kan sering bocor, lalu meledak. Bayangkan seisi rumah bisa hangus," kata Ahmad.

Selain keduanya, ada sekitar 14 warga yang melakukan hal serupa. Tabung-tabung tersebut diletakkan tersusun. Posisinya persis di pinggir sungai. Kebetulan air sungai itu sedang surut. Sehingga, tabung-tabung itu terlihat dari jembatan di atas sungai itu. "Selain takut, ini juga uji coba," tambah Ahmad.

Mohammad Suraji, 35, tokoh warga setempat mengatakan, warga masih khawatir terhadap kompor gas tersebut. Sebab kata Suraji, disinyalir banyak terjadi kebocoran pada tabung tersebut.

Namun Suraji mengatakan, dirinya sudah memberikan penjelasan pada warga. Dia menjelaskan pada warga, tabung gas tersebut sebenarnya tidak berbahaya. Sebab sebelum dibagikan, tabung sudah dicek. Yakni, dengan cara dimasukkan ke dalam air. "Ternyata tidak ada kebocoran," ujar Suraji.

Kholilurrahman, 30, tokoh setempat lainnya juga mengaku sudah memberi pengertian pada 16 warga tersebut. Namun apa mau dikata, ketakutan warga lebih kuat. Sehingga 16 warga itu berkeras mengamankan tabung tersebut. "Saya kan tidak bisa melarang," lanjutnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169883

Elpiji Ngowos Gegerkan Warga

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
PROBOLINGO - Gas elpiji kembali bikin geger warga Kota Probolinggo. Kemarin (14/5) tabung elpiji 12 kg di rumah Samudro, warga Jl Mawar Putih Kelurahan Sukabumi, ngowos dan sempat terbakar. Kejadian itu langsung membuat warga sekitar panik dan ramai mendatangi rumah Samudro.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 08.30. Informasinya, saat itu Putri, pembantu keluarga Samudro, memasak sayur asem. Saat menggodok air untuk sayur itu, Putri meninggalkan kompor yang berbahan bakar elpiji.

Putri nyambi mencuci pakaian. Lalu tiba-tiba Putri melihat kompornya menyemburkan api cukup tinggi. Spontan Putri keluar rumah dan berteriak minta tolong. Mendengar teriakan Putri, warga sekitar berdatangan. Mereka kemudian berusaha memadamkan api yang terus berkobar. Ada yang menggunakan selang, ada pula yang menggunakan tabung pemadam kebakaran.

"Saya juga kaget, karena tiba-tiba muncul api. Padahal sebelumnya tak pernah seperti itu. Saya langsung teriak minta tolong. Lalu, banyak orang datang membantu memadamkan api. Orang-orang yang di dalam (rumah) juga keluar karena takut," ujar Putri.

Tak hanya itu. Warga juga memecah kaca jendela dapur tempat api berkobar. Itu, dikarenakan warga kesulitan memadamkan api. Tujuan lainnya, agar gasnya dapat keluar. Tidak lama kemudian, api dapat dijinakkan. "Kaca jendela sengaja kami pecahkan, supaya udaranya masuk dan gasnya keluar. Juga untuk mempermudah pemadaman api," jelas Adi, salah seorang warga.

Sutrisno, salah seorang tetangga mengatakan, munculnya api itu akibat dari selang gas di dekat kompor bocor. Bukan masalah regulator, seperti kerap terjadi di daerah lain.

Menurutnya, dalam kejadian itu tidak sampai menimbulkan ledakan. Itu, diduga gas keluar lewat selang yang bocor (ngowos) setelah api dinyalakan. "Gasnya keluar sesudah apinya dinyalakan, sehingga langsung disambar api," jelasnya.

Kebetulan saat kejadian Samudro dan istrinya, Rinawati sedang tidak di rumah. Saat semburan gas dari tabung elpiji 12 kg itu terjadi, mereka sedang pergi ke pasar. Begitu datang, mereka sudah mendapati rumahnya dikerumuni warga. "Saya tidak tahu seperti apa, saya waktu itu pergi ke pasar bersama istri," jelas Samudro.

Beruntung dalam peristiwa itu, tidak sampai terjadi ledakan atau kebaran yang cukup hebat. Kalau tidak, acara ulang tahun putra ke tiga mereka, Wawan, 6, bisa gagal. "Kebetulan juga lagi mau ulang tahunnya Wawan," ujar Putri.

Selain mengundang perhatian warga, jajaran kepolisian dari Mapolsek Mayangan dan Polresta Probolinggo kemarin juga langsung merapat ke TKP (tempat kejadian perkara). Mereka langsung melakukan olah TKP. Dalam kegiatan itu, terlihat pula Kapolsek Mayangan AKP Noer Choiri dan Kasatreskrim Polresta AKP Agus I Supriyanto.

Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto, mengaku meski kejadian tersebut tidak sampai mengakibatkan korban jiwa, pihaknya akan tetap melakukan penyelidikan. "Kami akan tetap melakukan penyelidikan. Apa ada unsur-unsur kesengajaan dari pihak lain atau tidak," ujar Kasatreskrim.

Menurutnya, untuk sementara kejadian tersebut disebutkan karena selang pada sisi kompor mengalami pemekaran. Sehingga, gasnya dengan mudah keluar dan disambar oleh api. "Kemungkinan pemasangan di selang mekar atau longggar," ujarnya.

Untuk mengantisipasi kejadian yang sama, Kasatreskrim meminta pihak pertamina untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Utamanya, tentang bagaimana cara penggunaan elpiji yang benar dan aman. "Itu untuk mencegah kejadian-kejadian berikutnya," jelasnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169886

Jadi Mayat dalam Kamar

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Yustina Maria Kustiyah, 80, seorang pensiunan guru, Selasa (13/7) malam mengejutkan warga Perumahan Kopian, Ketapang Kota Probolinggo. Wanita yang tinggal sebatang kara itu, ditemukan sudah jadi mayat di dalam kamar rumahnya di Jl Argopuro Gg III/32 Perum Kopian.

Setelah mendengar kabar itu sekitar pukul 19.00, dalam sekejap warga berdatangan ke rumah Yustina. Beberapa puluh menit kemudian aparat kepolisian dari Polsek Kademangan dan Polresta Probolinggo mendatangi tempat kejadian perkara (TKP).

Polisi langsung memasang police line di depan rumah korban. Sebagian yang lain, berusaha masuk ke dalam rumah korban yang saat itu terkunci dari dalam. Tak mudah polisi untuk masuk ke dalam rumahnya, apalagi keadanya gelap tanpa penerangan.

Di tengah-tengah upaya wartawan melakukan peliputan, seorang perwira dari Polsek Kademangan langsung membentak. Dia meminta wartawan menjauh. "Mas-mas, keluar (dari dalam garis polisi). Nanti saja," ujar perwira tersebut dengan nada sedikit berteriak.

Wartawan pun mundur. Tapi polisi belum juga berhasil masuk rumah korban. Sampai-sampai ada warga yang menggerutu. "Kok lama. Panggil bulldozer aja," ujarnya.

Tapi, tak lama kemudian polisi berhasil menembus masuk rumah korban. Dan, polisi menemukan Yustina sudah tak bernyawa di dalam kamarnya. Poisisinya telentang dengan berselimut kain sewek. Tubuh korban, juga sudah mulai membiru dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Tak lama kemudian, polisi mengevakuasi jenazah Yustina ke kamar mayat RSUD Dr Moh Saleh untuk divisum. Meninggalnya warga yang tinggal di RT 3 / RW IV itu, jelas mengagetkan warga sekitar. "Orangnya memang sakit-sakitan, tapi pada Minggu (11/7) dia masih sempat ke gereja," ujar M Lutfi, ketua RT 3.

Menurut Lutfi, malam itu dirinya mendapat laporan dari salah seorang warganya kalau rumah Yustina sudah dua hari gelap-gelapan. Dan, Yustina tidak pernah lagi terlihat keluar rumah. "Mendapat laporan itu, saya langsung ke sini (TKP). Tenyata sudah banyak warga," jelasnya.

Menurut Lutfi, Yustina tidak mempunyai anak kandung dan sudah lama tinggal sendirian. Yustina mempunyai anak angkat, tapi tinggal di luar kota. "Sudah saya hubungi anaknya, tapi masih belum datang," jelasnya malam itu.

Kapolreta Probolinggo AKP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto mengatakan, dari hasil olah TKP dan pemeriksaan semntara tidak ditemukan adanya bekas-bekas penganiayaan pada jenazah korban. Dan, diduga korban meninggal karena memang sudah sepuh dan sakit.

"Tidak ditemukan bekas-bekas adanya penganiayaan atau yang mengarah pada adanya tindak pidana. Tapi, kami masih menunggu hasil visum," jelasnya.

Menurut Kasatreskrim, hasil visum itu nantinya akan dipadukan dengan hasil lidik di TKP. Itu, untuk lebih memastikan penyebab tewasnya Yustina. "Diduga, sudah lebih dari dua hari (meninggal)," jelas Kasatreskrim. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169891

Tolak Statemen Silaturahmi PAC

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
Ada Yang Tetap Dukung Hasan

PROBOLINGGO - Suhu politik internal DPC PKB Kabupaten Probolinggo mulai menghangat jelang digelarnya muscab 20-21 Juli. Terlebih setelah ada komentar dari panitia silaturahmi PAC yang menyatakan telah mengerucutkan dukungan sebagai ketua dewan tanfidz kepada satu orang. Yakni KH Hafidz Aminuddin.

Beberapa PAC menyatakan statemen tersebut hanya klaim politik. "Saat pertemuan silaturahmi PAC di ponpes Syech Abdul Qodir Al-Jaelani (Saqo) beberapa hari lalu (12/7) itu belum menghasilkan sebuah keputusan. Karena masih ada perbedaan di PAC-PAC," kata Khusnu Milad, ketua tanfidz PAC Tegalsiwalan.

Milad yang mengaku juga mengikuti forum tersebut mengatakan dalam forum tersebut tidak semua PAC sudah mengarahkan dukungan kepada satu orang. Ia mencontohkan PAC Tegalsiwalan yang ia pimpin.

Menurutnya, PAC Tegalsiwalan masih condong kepada incumbent, Hasan Aminuddin yang notabene adalah adik dari Hafidz Aminuddin. "Beliau (Hasan Aminuddin) sudah teruji kepemimpinannya dalam dunia politik," kata Milad yang mantan anggota DPRD Kabupaten Probolinggo tersebut.

Sosok Hasan dianggapnya masih sangat layak untuk kembali terpilih menjadi ketua DPC. "Ke depan tantangan jauh lebih berat. Jadi butuh pemimpin bersifat petarung yang sangat berpengalaman dan punya strategi politik yang handal," beber Milad.

Milad menjabarkan, selama ini kepemimpinan Hasan Aminuddin yang juga menjadi Bupati Probolinggo cukup sukses. Hal itu bisa dilihat dari perolehan pemilu lalu. Meski partai berlambang bola dunia dengan sembilan bintang itu dirundung masalah internal di jajaran atasnya, namun PKB tetap menjadi partai pemenang di Kabupaten Probolinggo.

"Jangan lupa, kemenangan partai pada pemilu lalu itu merupakan sumbangsih dari perananan Bapak H Hasan yang sangat besar lho. Politik itu sangat dinamis, jadi masih bisa berubah. Sekali lagi saya ingatkan, pertemuan di Rangkang lalu belum ada titik temu karena masih ada perbedaan di PAC-PAC.," jelas Milad.

"Saya berharap teman-teman PAC bisa memilih pemimpin yang terbaik untuk partai ini. Inilah demokrasi yang indah. Apalagi pak Hasan dan kiai Hafidz masih satu rumpun (saudara)," imbuhnya.

Hasan sendiri yang juga incumbent menurut Milad juga masih bisa dicalonkan kembali. Karena tidak bertentangan denagn AD/ART partai.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, ketua panitia silaturahmi PAC Sofwan Huzami menyatakan, dukungan beberapa PAC untuk suksesi muscab sudah mengerucut pada Kiai Hafidz Aminuddin untuk terpilih menjadi ketua dewan tanfdiz DPC kedepan.

Diketahui, dalam muscab PKB, PAC merupakan pemegang hak suara. Pemilihan ketua dewan tanfidz dan dewan Syura didasari dari perolehan jumlah suara dukungan dari PAC-PAC.

Menurut Sofwan, sosok Kiai Hafidz merupakan orang yang tepat untuk memimpin DPC PKB kedepan. "Beliau itu adalah sosok pemimpin yang mempunyai banyak kelebihan," kata Sofwan.

Sementara itu penolakan statemen atas komentar Sofwan juga meluncur dari ketua dewan tanfidz PAC Dringu Nurul Aziz. "Jujur saya juga sedikit kecewa dengan pertemuan silaturrahim PAC lalu. Rapat itu seperti bukan rapatnya PAC, karena ada pengurus DPC yang terlalu banyak mengarahkan," keluhnya.

"Saya sangat menaruh rasa hormat kepada Pak Kiai (Hafidz Aminuddin). Tetapi dengan melihat perjuangan dan apa yang telah dilakukan oleh Pak Bupati (Hasan Aminuddin-ketua DPC sekarang) maka saya tetap mendukung pak Hasan," imbuh Aziz.

Aziz menilai sosok Hasan memang sudah sangat layak untuk dimajukan ke jajaran lebih tinggi seperti DPW atau DPP. "Tetapi itu urusan nanti. Selama belum ke sana, kami berharap ke DPC dulu," harapnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169892

Siapkan Langkah Bangkitkan Koperasi

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Selasa (13/7) malam Wali Kota Probolinggo Buchori resmi menyandang predikat sebagai tokoh penggerak koperasi. Predikat itu diberikan di Surabaya oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM Syarif Hasan sebagai penghargaan kepada Wali Kota Buchori karena langkahnya membangkitkan koperasi.

"Penghargaan ini adalah karena semangat membangun koperasi di Jawa Timur khususnya Kota Probolinggo," kata Buchori saat dihubungi Radar Bromo kemarin (14/7).

Buchori menjelaskan, Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi pada 1998-1999. Dalam kondisi seperti itu yang bisa bertahan hanya koperasi. "Itu artinya Indonesia masih punya modal bagaimana melawan ekonomi liberal yang semakin kuat," katanya.

Langkah yang tengah dipersiapkan oleh wali kota yakni memberikan kekuatan modal terhadap koperasi, meningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia) insan koperasi. Selain itu juga membangun kebersamaan untuk sinergitas pemerintah dengan lembaga koperasi.

Wali kota menilai, selama beberapa tahun terakhir ada pergerakan naik terhadap dunia koperasi di Kota Probolinggo. Katanya, tidak ada koperasi yang mati. Yang ada koperasi diam karena tidak bisa berbuat apa-apa akibat keterbatasan modal atau SDM.

"Itu yang harus disentuh. Ibaratnya kalau ada orang duduk, kita bantu agar bisa berdiri. Setelah bisa berdiri, disemangati supaya mau jalan. Sudah jalan, lalu didorong untuk berlari. Kemudian kalau bisa lari diusahakan maraton. Ini adalah kewajiban pemerintah untuk masyarakat adil sejahtera," jelas Buchori.

Apabila ada koperasi yang diam, lanjut wali kota, harus dicari apa permasalahan dan bagaimana solusinya. Menurutnya ada beberapa hal yang membuat koperasi diam, yaitu permasalahan permodalan, kepengurusan pasif (tidak nyambung antara pengelola dan anggota) atau keterbatasan SDM.

"Bapak Menteri (Syarif Hasan) juga mengatakan waktu sambutan, meminta pihak perbankan mau membantu koperasi. Tahun 2011 mendatang, koperasi akan menjadi salah satu program prioritas saya untuk menjalankan tiga langkah yang saya katakan tadi. Selama ini pemkot sudah memberikan perhatian kepada koperasi, hanya saja belum maksimal betul," ungkap Buchori. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169893

Heran Kemajuan Probolinggo

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
Hari Pisah Kenal Dandim 0820

PROBOLINGGO - Pucuk pimpinan Kodim 0820 Probolinggo telah berganti. Komandan Kodim (Dandim) 0820 yang sebelumnya dijabat Letkol Arh Budhi Rianto kini digantikan oleh Letkol Inf Heri Setiyono.

Kemarin (14/7) digelar acara pisah kenal di aula makodim 0820. Hadir saat itu antara lain Wawali Bandyk Soetrisno, Ketua DPRD Sulaiman, Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto dan Wabup Salim Qurays.

Dalam acara yang dimulai sekitar pukul 09.00 itu, Letkol Arh Budi Rianto sempat memberikan kata sambutan. Menurutnya, pergantian itu adalah bentuk kaderisasi di tubuh tentara. Dari segi usia, Budi mengaku lebih senior dibanding dengan Letkol Inf Heri Setiyono.

Budi juga berharap, Heri menjaga baik ikatan silaturrahim yang selama ini sudah terjalin dengan seluruh element masyarakat Probolinggo. Utamanya dengan pihak muspida, baik kota maupun kabupaten. "Itu, untuk menciptakan Probolinggo tetap tertib dan kondusif," ujarnya.

Berikutnya Letkol Inf Heri Setiyono memberikan sambutan. Ia menyambut baik harapan Budi. Heri mengaku ingin mengabdikan diri dengan baik di Probolinggo. Dan salah satu tugasnya adalah melakukan pemberdayaan wilayah. "Situasi yang sudah kondusif ini, akan kami manfaatkan dengan baik," ujarnya.

Heri sempat bercerita tentang perjalanan tugasnya. Dia pernah bertugas di Aceh selama satu tahun, Papua satu tahun. Dia juga pernah menjadi Dandim 527 dan Danyon 516 selama 3 tahun.

Saat kini menjadi Dandim 0820 Probolinggo, Heri mengaku heran. Menurutnya, Probolinggo telah maju pesat. Jauh berbeda dibanding lima tahun lalu saat dirinya pernah datang di kota ini. "Saat ini, saya telah melihat perkembangan pembangunan yang sangat pesat," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169894

Konversi di Kabupaten Terancam Molor

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
Karena Kuota Tidak Mencukupi

PROBOLINGGO - Program konversi minyah tanah (mitan) ke gas di Kabupaten Probolinggo terancam molor. Itu lantaran kuota yang telah dijatah kementerian tidak sesuai dengan hasil pencacahan yang dilakukan oleh tim surveyor.

Hal tersebut terungkap dalam rapat kerja pemkab dengan mengundang Komisi B DPRD setempat, perwakilan dari Pertamina dan rekanan pendistribusian paket konversi. "Dari hasil pencacahan yang dilakukan oleh tim konversi, ternyata kuota yang telah ditetapkan kementerian ESDM masih belum mencukupi," kata Aggowo Wicaksono, Sales Representative LPG rayon III dalam kesempatan itu.

Menurutnya, sebelum proses pendistribusian, kementerian ESDM telah memberikan kuota untuk tiap-tiap daerah. Kabupaten Probolinggo sendiri mendapatkan kuota paket konversi untuk 212 ribu (kepala keluarga dan UKM).

Namun, saat dilakukan pencacahan jelang konversi oleh tim dari Pertamina, ternyata didapati jumlah KK dan UKM yang berhak mendapatkan konversi mencapai 380 ribu. Kini, dari 380 ribu tersebut, 60 ribu diantaranya sudah menerima paket konversi.

Tapi, yang terjadi sekarang kuotanya kurang. Maka solusinya adalah menambah alokasi. "Oleh karena itu kami meminta pemkab mengajukan surat permohonan untuk menambah kuota tersebut," kata Anggowo.

Selanjutnya akan ada penambahan kuota. "Tidak mungkin tidak di-acc (disetujui), karena konversi ini adalah program pemerintah. Kalau toh benar tidak di-acc, akan kami carikan jalan lain," jelasnya.

Karena masalah ini, ada 6 kecamatan di kabupaten yang bakal molor menerima paket konversi. "Untuk 6 kecamatan itu kami targetkan akhir 2010 sudah close. Untuk daerah lainnya kami perkirakan selesai dalam dua bulan ini," katanya tanpa menyebut enam kecamatan yang dimaksud.

Selain itu, pertemuan kemarin juga dimanfaatkan pemkab untuk mengklarifikasi soal minimnya koordinasi dalam distribusi paket konversi. "Terus terang pembagian di beberapa wilayah kami tidak tahu. Kami juga bingung kenapa kok tidak ada laporan yang masuk," tanya Asisten Ekonomi dan Pembangunan Ibrahim Muhammad.

Anggowo sendiri mengaku masalah tersebut hanya masalah komunikasi. Selanjutnya, pihak rekanan yang hadir saat itu berjanji akan selalu meng-up date informasi dan perkembangan konversi kepada pemkab. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169895

Melihat MAN 1 Kota Probolinggo, yang Target Jumlah Murid Barunya Belum Terpenuhi

[ Kamis, 15 Juli 2010 ]
Ada Ruang Kelas Baru, Terancam Tak Terpakai

Umumnya sekolah negeri diburu, hingga tak ada ceritanya sampai kekurangan murid. Tapi itu tidak terjadi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Probolinggo. Sampai batas waktu pendaftaran terlewati, target jumlah murid baru belum juga terpenuhi. Benarkah letak geografis dan prestasi masalahnya?

RUDIANTO, Probolinggo

Selasa (13/7) lalu suasana di MAN 1 Kota Probolinggo jelas mencerminkan hari-hari awal masuk sekolah tahun ajaran 2010-2011. Terlihat sejumlah murid sibuk meminta tanda tangan kepada para guru dan karyawan madrasah. Di antara para murid itu sebagian masih mengenakan seragam putih biru. Ya, mereka adalah para murid baru MAN 1 yang sedang menjalani masa orientasi siswa (MOS).

Di sekolah ini kabarnya masih kekurangan murid. Sekolah yang didirikan sejak 1980 itu sejatinya pada tahun ajaran ini punya pagu 200 murid. Tapi, sampai masa pendaftaran berlalu (1-7 Juli), pagu itu belum terpenuhi. "Sampai sekarang (Selasa, Red) sudah ada 150 murid," kata Yusdi, waka kesiswaan MAN 1.

Sampai Kamis (8/7), ada 165 pendaftar. Lalu, mereka harus mengikuti tes tulis dan wawancara. Setelah menjalani serangkaian tes, mereka dinyatakan diterima dan diminta segera mendaftar ulang.

Yang tidak melakukan daftar ulang sampai batas waktu yang telah ditentukan, yakni Sabtu (10/7), dianggap mengundurkan diri. Tapi, kemudian peraturan itu melunak. Calon siswa baru yang dinyatakan diterima bisa mendaftar ulang sampai kemarin (14/7).

Yusdi mengaku, taget 200 siswa pada tahun ajaran kali ini adalah sebuah mimpi. Mimpi itu muncul ketika melihat ada ruang kelas baru yang direncakan bisa dipakai. "Dua ratus itu dengan asumsi ruang kelas baru bisa dipakai. Tapi, yang terpenuhi baru 150 siswa," ujarnya.

Tidak tercapainya target tersebut menurut Yusdi bukan berarti MAN 1 mengalami penurunan. Pasalnya, pada tahun ajaran 2009-2010 lulusan MAN 1 ada 118 siswa dari empat kelas. "Kemarin meluluskan 118 siswa, sekarang 150 siswa, berarti nambah siswa," ujarnya.

Yusdi mengaku, untuk menjaring siswa baru telah banyak cara yang dilakukan pihaknya. Seperti, rajin melakukan sosialisasi dan menyebar brosus. Tapi, targetnya masih belum terpenuhi juga.

Bila target 200 siswa tidak bisa terpenuhi, berarti angan-angan untuk membuka 5 kelas bisa jadi gagal. Meski, sebenarnya kelas baru itu pembangunannya masih 70 persen selesai. "Kalau melihat jumlah siswanya sekian (150), bisa tidak terpakai. Tapi, kalau siswanya terus bertambah, bisa terpakai juga," jelas Yusdi.

MAN 1 sebelumnya berada di tengah kota. Tepatnya di Jl Dipenogoro. Lalu sejak 1995 pindah ke tempatnya sekarang, di kawasan kecamatan Wonoasih. Perpindahan ke daerah selatan itu juga dirasa jadi faktor berkurangnya minat calon peserta didik.

Menurut Yusdi, letak geografis MAN 1 juga jauh dari sekolah-sekolah pendukung semacam MTs dan SMP. Sehingga, panitia penerimaan siswa baru (P2DB) harus ekstra kerja keras untuk menjaring siswa baru. "Letak geografis sangat berpengaruh. Akan beda dengan sekolah yang berada di tengah kota dan di pinggir kota," jelasnya.

Dengan letaknya sekarang, MAN 1 justru menjadi sasaran murid dari wilayah kabupaten Probolinggo. Berdasar data sekolah tersebut, jumlah murid MAN 1 yang dari kota Probolinggo sekarang hanya berkisar antara 30-40 persen.

Dan kini sekolah itu merasa ada kendala baru lagi. "Salah satu kendalanya, sekarang ada SMK baru di daerah Bantaran," jelas Yusdi.

Yusdi menolak jika ada yang mengatakan tidak tercapainya target 200 itu, dikarenakan sekolahnya tidak bisa menjual diri alias kualitasnya masih perlu dipertanyakan. Ia lalu menunjukkan bukti bahwa sejak 1985 sudah ada 98 juara yang telah diperoleh oleh murid-murid MAN 1.

Misalnya, pada 2009 berhasil menggondol 7 juara. Salah satunya adalah juara I lomba buat cerpen tingkat fresh 3 se-Jawa Timur BDM Al Himkah Universitas Malang.

Begitu juga pada 2010, ada tiga juara yang sudah digondol siswa siswinya. Di antaranya adalah juara I lomba cipta puisi tingkat Jatim, juara harapan I lomba menulis cerpen tingkat Jatim dan lomba lari 10 km tingkat kota. "Kalau masalah prestasi kami juga banyak. Kami bangun dengan sudah payah, kalau ada statement menuyudutkan, kami tidak terima," ujar Yusdi. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169896