Selasa, 24 Agustus 2010

Sidak Mamin, DPRD Iris Daging di Giant

Selasa, 24 Agustus 2010 | 10:59 WIB

PROBOLINGGO - Tengara adanya makanan dan minuman (mamin) bermasalah di Probolinggo menjelang Lebaran ternyata benar. Komisi A DPRD Kota Probolinggo dalam inspeksi mendadak (sidak)-nya, Senin (23/8), menemukan sejumlah mamin bermasalah.

Sidak diikuti instansi terkait seperti Dinkes, Diskoperindag, dan Satpol PP. Bahkan LSM Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Kota Probolinggo mengerahkan sejumlah personelnya dalam sidak Senin (23/8) siang itu.

Saat sidak di pusat penjualan oleh-oleh di Kel Ketapang, Kec Kademangan, misalnya, ditemukan sejumlah mamin tanpa label kadaluwarsa. Makanan ringan seperti kerupuk beragam jenis dan merek tanpa ditempeli tanggal kadaluwarsa. “Mungkin kalau sudah melempem, dianggap kadaluwarsa,” ujar Ketua Komisi A DPRD As’ad Anshari.

Selain itu juga ditemukan makanan yang expired date-nya sudah lewat alias kadaluwarsa. “Juga ada minuman kaleng yang kalengnya penyok,” ujarnya.

Politisi PKNU itu meminta Diskoperindag dan Dinkes membina para pedagang di sentra oleh-oleh di Ketapang. Soalnya kawasan simpang tiga menuju Situbondo, Surabaya, Gunung Bromo, itu menjadi sasaran penglaju (warga bepergian) yang ingin membeli mamin.

Saat sidak di Giant hypermarket, Komisi A DPRD langsung tertuju pada tumpukan parsel Lebaran yang diletakkan di selasar pusat perbelanjaan di Jl Soekarno-Hatta itu. Kepada pengelola Giant, Agus Soedarjono, As’ad meminta izin membongkar bungkusan parsel.

Satu per satu barang di dalam parsel diteliti. ’’Tolong parsel diberi label, pihak mana yang memproduksi. Dalam hal ini tentu saja produksi Giant,” ujar As’ad.

Label tersebut untuk melindungi konsumen agar menerima barang bermutu. ’’Sehingga kalau misalnya ada barang dalam parsel yang kadaluwarsa, penerima parsel bisa meminta pertanggungjawaban pembuat parsel,” ujarnya.

Sejumlah anggota Komisi A DPRD juga mencermati daging sapi yang dijual di Giant. ’’Kami menjual daging sapi impor segar. Kami simpan tidak lebih dari dua hari,” ujar seorang karyawan Giant.

Sugiono, anggota Komisi A, kemudian meminta izin mengiris hati sapi. “Untuk diperiksa di laboratorium,” ujarnya.

Komisi A DPRD juga mendatangi Rumah Makan Sumber Hidup di Jl. Panglima Sudirman. Di rumah makan yang berdekatan dengan kantor Walikota Probolinggo itu, As’ad menanyakan kehalalan makanan yang disajikan.

Bahkan sejumlah anggota Komisi A DPRD pun sampai blusukan ke dapur rumah makan itu. “Jadi di sini juga memasak dan menyajikan makanan dari daging babi?” ujar As’ad.

Salah seorang koki mengangguk. As’ad kemudian menanyakan bagaimana para koki mengolah daging babi. “Untuk pengolahan daging babi, wajan, sutil, hingga pisau kami sendirikan, tidak dicampur dengan masakan yang lain,” ujar seorang koki.

Termasuk asal-usul ayam potong di rumah makan tersebut juga disentil As’ad. “Kami membeli ayam yang sudah dipotong dari pemotongan ayam milik Haji Rudi,” ujar seorang koki.

As’ad menegaskan, blusukan ke dapur rumah makan itu bukan karena didasari perasaan curiga. “Ini penting untuk memberikan jaminan halal bagi konsumen muslim,” ujarnya.isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=8d806bbec8ab9ba5235e121c05e3154a&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Bocah 2,5 Tahun, Tewas di Kamar Mandi

Selasa, 24 Agustus 2010

PROBOLINGGO - Surya- Oktaviana Safitri, bocah imut yang masih berusia 2,5 tahun, ditemukan mengambang di bak kamar mandi dalam keadaan tidak bernyawa, Minggu (22/8) petang sekitar pukul 16.00 WIB.

Ia ditemukan dalam keadaan tidak bernapas lagi oleh Sugeng, ayahnya. Saat itu, lelaki yang berprofesi sebagai sales ini, sedang beristirahat di rumahnya. Karena Safitri tidak kelihatan, iapun berusaha mencarinya.

Setelah dicari ke sana kemari tidak ada, iapun mencari ke halaman Supardi, tetangganya. Kelihatan anak ketiganya tidak ada di tempat biasanya, Sugeng meneruskan pencariannya ke kamar mandi milik Supardi. Bagai disambar petir, dia melihat anak kesayangannya itu mengambang di bak kamar mandi milik Supardi.

Sugeng dalam kondisi sedih langsung mengangkat tubuh anaknya yang tak bernyawa itu sendiri. Belum sampai di rumahnya, ia roboh. Beruntung, korban lalu digotong warga setempat. Sedang jenazah Safitri langsung dilarikan ke RSUD dr Muhammad Saleh Kota Probolinggo.

Setelah mendapat visum dari RSUD, jenazah dibawa ke rumah duka. Sehabis magrib, jenazah langsung dikebumikan.

Sugeng kepada petugas Polsek Mayangan yang mendatangi lokasi kejadian mengaku, dia tidak tahu, mengapa anaknya sampai masuk ke dalam bak mandi di kamar mandi tetangga. “Saya tidak menduga kalau anak saya bernasib seperti itu. Biasanya bermain di sini, sambil menyiram bunga. Saya gak tahu mengapa anak saya masuk ke kamar mandi,” jelas Sugeng . Kamar mandi tersebut berjarak sekitar 50 meter dari rumah korban.nst35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/08/24/bocah-25-tahun-tewas-di-kamar-mandi.html

Memindahkan Raskin, Lurah Dipolisikan

Selasa, 24 Agustus 2010 | 07:51 WIB

PROBOLINGGO - Perbuatan Rukayat, Lurah Pohsangit Kidul, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo ini memang mencurigakan. Ia berusaha memindahkan beras untuk warga miskin sekitar 31 sak (6 kuintal) ke rumah Ketua RT, Senin (23/8) sekitar pukul 00.30 dinihari.

Lurah yang baru menjabat sekitar 6 bulan di Pohsangit itu pun akhirnya “ditangkap” oleh sejumlah warga yang sedang berpatroli. Selanjutnya sang lurah dan barang bukti berupa 31 sak beras diserahkan ke Polsek Kademangan.

Penangkapan terhadap Lurah Rukayat itu bermula ketika Senin dinihari, Misnadi dan 4 rekannya masing-masing, Mulyadi, Saiful, Muis, dan Sutaman sedang berpatroli keamanan. Malam itu Misnadi dan kawan-kawan itu menjumpai seseorang membawa gledekan (gerobak dorong) yang memuat beras.

Gerobak dorong itu memuat beras dari kantor Kel. Pohsangit Kidul. Tujuannya, rumah Ketua RT 3/RW 3, Sugito. Misnadi pun awalnya mengaku tidak tahu siapa yang mendorong gerobak malam-malam.

”Sempat saya kalungi celurit dan saya tanya, Mau dibawa kemana beras sebanyak ini?,” ujar Misnadi. Pendorong gerobak akhirnya mengaku sebagai Lurah Rukayat.

Lurah Rukayat mengatakan, ingin memindahkan beras-beras itu ke rumah RT 3, Sugito. Sempat terjadi adu mulut terkait “aksi malam-malam” memindahkah beras itu.

Lurah Rukayat pun sempat meminta maaf. “Pak Lurah mengatakan, beras itu bantuan dari Pramuka untuk warga miskin,” ujar Misnadi.

Karena tetap memendam kecurigaan, Lurah Rukayat pun dinihari itu juga langsung dilaporkan ke Polsek Kademangan. Hingga Senin subuh, Rukayat diperiksa di Polsek Kademangan.

“Waduh ini masalah sensitif, menyangkut hubungan Pemkot dengan polisi. Biar Kapolresta saja yang menjelaskan,” ujar Kapolsek Kademangan, AKP Mahmud.

Kapolsek mengatakan, kasus Lurah Rukayat itu kini masih dalam pemeriksaan polisi. “Sekarang masih dilakukan pemeriksaan,” ujarnya.

Disinggung apakah polisi bakal menahan Rukayat, AKP Mahmud belum bisa memastikan. Yang jelas, penahanan bisa dilakukan terhadap seseorang jika berpotensi melarikan diri, menghilangkan barang bukti, dan ancaman pasalnya lebih dari 5 tahun.

Sementara itu karena nama Pramuka disebut-sebut, Wawali Bandyk Soetrisno yang juga Ketua Kwartir Pramuka Kota Probolinggo pun angkat bicara. “Beras itu bukan bantuan dari Pramuka,” ujarnya kepada wartawan.

Bandyk menduga, beras tersebut merupakan beras untuk rakyat miskin (raskin), yang dananya dari APBD. “Itu raskin bukan beras dari bantuan Pramuka,” ujarnya.

Disinggung soal perbuatan Lurah Rukayat memindahkan beras ke rumah RT malam-malam, wawali mengaku masih mempelajari kasusnya. “Kalau ada indikasi beras itu akan digelapkan, tentu saja akan kami beri sanksi,” ujarnya.

Sejumlah anggota DPRD pun berkomentar soal “evakuasi” beras tengah malam itu. “Tolong polisi mengungkap tuntas kasus ini. Kalau memang lurah bersalah ya harus ditindak tegas,” ujar Abdul Aziz, anggota FKB DPRD.

Hal senada diungkapkan Ketua Komisi A DPRD, As’ad Anshari. “Silakan polisi memprosesnya. Kami dari DPRD juga bakal menggelar hearing terkait beras untuk rakyat miskin,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=69f70f047a89f7e43c6f20ef402a252b&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Lurah Tilep Raskin

Selasa, 24 Agustus 2010

Tertangkap Basah Warganya
PROBOLINGGO - SURYA-
Bagi seorang pemimpin, keteladanan adalah syarat mutlak, namun tidak dengan Rukayat, 42, Lurah Pohsangit Kidul, Kademangan, Kota Probolinggo. Ia ditangkap warganya sendiri saat berusaha menjual beras untuk warga miskin 31 karung.

Akibatnya, pria yang baru enam bulan menjadi lurah Pohsangit Kidul ini, oleh puluhan warganya digelandang ke Mapolsekta Kademangan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Peristiwa menggemparkan ini, berlangsung Senin (23/8), sekitar pukul 00.30 WIB dini hari, saat warga sedang tertidur lelap. Ceritanya, malam itu, Misnadi bersama empat rekannya, masing-masing Mulyadi, Saiful, Muis, dan Sateman, sedang melakukan ronda.

Saat berkeliling, kelima warga RT 3/RW 3, kelurahan setempat itu, memergoki dua orang yang sedang menarik gerobak memuat beberapa karung beras. Tahu kejadian itu, mereka berlima menyelinap di balik pohon untuk memastikan dibawa ke mana beras tersebut. Ternyata, kedua orang yang diketahui bernama Sugito ketua RT 3 /RW3, dan Jumat, warga setempat, memasukkan puluhan karung beras itu ke rumah ketua RT.

Mengetahui hal itu, mereka membiarkan aksi kedua orang tersebut. Rupanya, pengintaian Misnadi bersama keempat rekannya, diketahui istri Sugito dari dalam rumahnya. Tahu aksi suaminya ada yang mengintai, tanpa pikir panjang istri Sugito, keluar rumah dan menemui Rukayat, lurahnya di masjid.

Menerima laporan seperti itu, tanpa berlama-lama Rukayat menuju rumah Sugito. Sebelum sampai ke tempat yang dituju, Rukayat dicegat oleh Misnadi. Dengan gesitnya, celurit yang dibawa Misnadi dikalungkan ke leher bagian belakang lurahnya, sedang tangan kiri Misnadi, memegang erat kerah baju Rukayat. “Karena gelap saya tidak tahu kalau yang saya tangkap itu lurah saya,” tandas Misnadi.

Beruntung, dalam peristiwa di kegelapan malam itu, Rukayat cepat mengaku kalau dirinya lurahnya, sehingga pertumpahan darah dapat dicegah. Kemudian Misnadi menanyakan hendak dibawa kemana beras tersebut. Awalnya, Rukayat mengaku bahwaa beras tersebut hanya dipindah tempat dari kantor kelurahan rumah Sugito. Namun, setelah didesak, Rukayat mengaku bahwa beras bantuan dari Pramuka itu, hendak dijual.

Misnadi juga menjelaskan, malam itu, Rukayat meminta agar apa yang ia lakukan bersama dua warganya tidak dilaporkan ke polisi. Setelah bernegosiasi dengan keempat rekannya, diputuskan permasalahan ini harus diproses secara hukum. “Pak lurah mengajak kita untuk berdamai. Yah kami tolak, karena ini menyangkut beras orang miskin. Lantas apa kata warga, kalau kami melindungi orang salah,” tepis Misnadi.

Misnadi bersama puluhan warga membawa ketiga orang yang tertangkap tangan memindah beras dari kantor kelurahan itu ke kantor kelurahan. Taklama kemudian, dua orang petugas dari Polsekta Kademangan, datang. Kemudian mereka beramai-ramai membawa ketiganya berikut barang buktinya 31 karung beras ke Mapolsekta Kademangan.

Sanemo, sekretaris lurah dan Sugiono, perangkat Pohsangit Kademangan membenarkan bahwa beras yang digondol lurahnya beras bantuan dari Pramuka. Namun, mereka tidak tahu mengapa beras tersebut dipindah.

AKP Mahmud, Kapolsekta Kademangan mengatakan, kasus Lurah Rukayat masih dalam pemeriksaan petugas penyidik.

“Sekarang ketiganya masih diperiksa. ” katanya di Mapolsekta Kademangan. n st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/08/24/lurah-tilep-raskin.html


Suku Tengger Gelar Upacara Yadnya Kasada di Bromo

Selasa, 24 Agustus 2010 11:18 WIB

JEMBER--MI: Sebagian besar masyarakat suku Tengger di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (24/8), mulai berangkat ke Gunung Bromo (2392) untuk mengikuti upacara Yadnya Kasada Bromo yang digelar 25-26 Agustus 2010.

"Sebagian warga Tengger di Desa Argosari berangkat mulai hari ini untuk persiapan upacara Yadnya Kasada Bromo," kata Kepala Desa Argosari, Martiam, di Lumajang.

Menurut dia, jumlah warga Tengger di Lumajang yang akan mengikuti upacara Yadnya Kasada Bromo mencapai seribu orang lebih, sebagian warga Tengger Lumajang berada di Desa Ranupani dan Argosari.

"Sebagian warga Tengger berjalan kaki dengan berkelompok menuju Gunung Bromo melalui Dusun Gedog di Desa Argosari, namun sebagian lagi menggunakan kendaraan bermotor melewati Desa Ranupani menuju ke Bromo," paparnya.

Ia mengemukakan, jumlah warga Tengger yang berjalan kaki menuju Bromo tiap tahun menurun karena sebagian besar warga Tengger lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor untuk mengikuti upacara Kasada tersebut.

"Sebagian kecil suku Tengger yang memilih berjalan kaki menuju ke Gunung Bromo secara berkelompok, namun komunitas itu masih ada," tuturnya.

Ribuan warga Tengger di Lumajang, lanjut dia, membawa sesajen yang berisi hasil bumi mereka untuk upacara Yadnya Kasada Bromo.

"Sisa sesajen yang sudah diberi doa akan dibawa pulang oleh suku Tengger di Lumajang, selanjutnya akan diletakkan di sejumlah sumber mata air di Desa Argosari," paparnya.

Ia menjelaskan, sisa sesajen yang dibawa dari upacara Kasada Bromo dipercaya membawa berkah untuk meningkatkan hasil panen suku Tengger di Lumajang.

"Sesajen yang diletakkan di sejumlah mata air dipercaya memberikan kemakmuran dan kesejahteraan suku Tengger di Lumajang," ucapnya.

Ia menegaskan, upacara Yadnya Kasada Bromo merupakan salah satu kegiatan untuk menyatukan suku Tengger di empat kabupaten yakni Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang.

"Suku Tengger masih melestarikan budaya dan tradisi Tengger sepanjang waktu, meski mereka berbeda agama," ujarnya. (Ant/OL-9)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/24/164233/125/101/Suku-Tengger-Gelar-Upacara-Yadnya-Kasada-di-Bromo

Lurah Digerebek Warganya

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
Gelapkan Raskin, Dikira Maling dan Dikalungi Celurit

PROBOLINGGO -Lurah Pohsangit Kidul Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo Rokayat, 48, nyaris menjadi korban amuk warganya sendiri, Senin (23/8) dini hari. Mantan lurah Sumberwetan itu tertangkap basah saat menggelapkan beras bantuan untuk rakyat miskin (raskin).

Warga sampai mengalungkan celurit pada Rokayat. Pasalnya, warga mengira Rokayat adalah maling yang telah mencuri di kantor kelurahan. Maklum, waktu itu kondisi tempat kejadian perkara (TKP) gelap.

Untung saja akhirnya warga mengenali wajah pelaku yang ternyata lurahnya sendiri. Tapi, warga tak memberi ampun setelah Rokayat ketahuan hendak menggelapkan raskin. Warga pun melaporkan kejadian tersebut kepada polisi. Dan, akhirnya polisi menggelandang Rokayat ke Polsekta Kademangan.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, waktu itu Rokayat tidak sendirian dalam melakukan aksinya membawa beras raskin dari kantor desar untuk dijual. Ia bersama perangkatnya, Sugito, 43, yang menjabat sebagai ketua RT 3/RW 3 Kelurahan Pohsangit Kidul dan Jumain, 35, warga Kelurahan Sumberwetan Kecamatan Kademangan.

Tiga orang itu mulai beraksi sejak Minggu (22/8) sekitar pukul 23.30 sampai Senin (23/8) dini hari. Tapi, aksi mereka diketahui oleh sekelompok warga yang sedang ronda. Mereka adalah Misnadi, Faishol, Mulyadi, Sutaman, dan Muis.

Nah, sampai di dekat kantor kelurahan Misnadi dkk mendapati ada dua orang mengangkut beras menggunakan gerobak besi. Mendapati itu, Misnadi dkk membiarkan dua orang yang kemudian diketahui adalah Sugito dan Jumain itu melakukan aksinya.

Tapi, tak lama kemudian ada seseorang lagi yang menyusul Sugito dan Jumain. Ternyata, orang itu adalah Rokayat. Tapi, pada saat itu Misnadi dkk masih belum mengetahui kalau orang ketiga itu adalah Rokayat.

Misnadi dkk merasa malam itu harus menangkap tiga kawanan pencuri tersebut. Rupanya, Rokayat dkk semakin mendekati persembunyian Misnadi dkk. Akibatnya, Misnadi menghunus celuritnya bersiap menangkap tiga orang yang diduga maling itu.

Begitu jaraknya semakin dekat, Misnadi langsung meloncat dan memegang kerah baju salah seorang diantara mereka. Misnadi juga langsung mengalungkan celuritnya, sambil bertanya hendak dikemanakan beras tersebut.

Mendapat pertanyaan itu, Rokayat menjawab kalau akan dibagikan kepada rakyat. Mendapat jawaban itu, Misnadi jadi heran dan mengamati wajah musuhnya. Ternyata, orang telah dikalunginya celurit tak lain adalah lurahnya sendiri, Rokayat. "Waktu itulah saya baru tahu kalau Pak Lurah," ujar Misnadi, saat ditemui dirumahnya kemarin.

Mendapati itu, Misnadi pun melepaskannya. Dan, menanyakan secara baik-baik hendak dikemanakan beras tersebut. Saat itulah, Rokayat menjawab hendak dibawa ke rumah Pak RT, Sugito dan akan dibagikan kepada rakyat.

Tapi, setelah didesak ternyata Rokayat mengakui kalau akan menjual beras tersebut. Dan, malam itu beras masih hendak dibawa ke rumah Sugito dulu. "Setelah saya tanya lagi, eh dia jawab mau dijual," ujar Misnadi.

Pada saat itu pula, Rokayat mengajak Misnadi berdamai. Mereka duduk di teras masjid kelurahan setempat. Waktu itu, menurut Misnadi, Rokayat minta kejadian itu tidak dibocorkan. Rokayat pun bersedia memberi Misnadi uang tutup mulut.

Tapi, tawaran itu ditolak oleh Misnadi dkk. Pasalnya, mereka mengaku tidak berani berkongkalikong merampas hak-hak rakyat. "Kami tidak mau. Ini ada buktinya. Apalagi, bulan puasa. Kok masih ada yang berbuat seperti itu," ujarnya.

Lalu tanpa dikomando, warga kian banyak berdatangan. Mereka pun sama-sama menuntut supaya Rokayat dkk dilaporkan kepada polisi. Akhirnya, warga pun sepakat untuk melaporkan kasus tersebut kepada polisi. "Waktu itu, Sugito dan Jumain hanya diam. Wajahnya kelihatan pucat. Setelah ditanya, katanya hanya disuruh Rokayat," jelas Misnadi.

Tak lama kemudian, polisi juga mendatangi TKP. Polisi langsung menggelandang Rokayat, Sugito dan Jumain ke Mapolsek Kademangan. Begitu juga barag buktinya berupa beras sebanyak 31 karung, dengan berat masing-masing 25 kg.

Sampai di mapolsek, perbuatan Rokayat dkk langsung dibuatkan surat laporan oleh polisi. Dalam surat laporan itu, tercantum Rokayat dkk telah melakukan tindak pidana penggelapan raskin sebagaimana pasal 372 KUHP dan mengakibatkan warga mengalami kerugian sebesar Rp 4,6 juta.

Kemarin Rokayat, Sugito dan Jumain kemarin masih dalam pemeriksaan polisi. Kapolsek Kademangan AKP Mahmud mengatakan kasus tersebut sangat sensitif. Penanganannya harus hati-hati. "Setelah kami periksa, nanti kasusnya akan kami limpahkan ke polresta. Hasilnya, sama antara keterangan warga dan keterangan Rokayat," jelas Mahmud.

Sementara, Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto mengakui kalau kasus tersebut akan ditarik ke polresta. Tapi, sampai kemarin masih dilakukan pemeriksaan di mapolsek Kademangan. "Kami periksa dulu, nanti kalau sudah memenuhi unsur-unsurnya kami lakukan penahanan," jelas Kapolresta.

Tuntut Diproses Hukum

Perbuatan Rokayat mengejutkan seklur Sanamo. "Saya baru tahu tadi pagi (kemarin, red)," ujar Sanamo kemarin. Ia tak menduga lurahnya sampai melakukan itu.

Selama ini, Sanamo mengaku tak tahu kapan beras raskin itu bakal disalurkan kepada rakya. Kebijakan itu tergantung kepada lurahnya. "Mau dibagikan kapan, saya juga tidak tahu," jelanya.

Menurut Sanamo, beras itu berasal dari tiga bantuan dan sudah lama berada di kantor kelurahan. Yakni, hasil dari cangkrukan yang digelar sekitar sebulan lalu banyaknya 200 bungkus dengan masing-masing seberat 5 kg.

Ada juga bantuan dari pemerintah kota sebanyak 200 bungkus, beratnya sama per bungkus juga 5 kg. Itu juga diperoleh sekitar sebulan lalu. Kemudian 150 bungkus yang diperoleh dari bantuan Pramuka. Bantuan dari pramuka itu, diperoleh sekitar 2 bulan lalu.

Terakhir, beras-beras itu sudah tak lagi berada dalam kemasan 5 kg-an. Tapi, sudah dikumpulkan dalam zak bekas oleh Rokayat dkk. Dan, tentu saja itu belum bisa disalurkan kepada yang berhak menerimanya. Pasalnya, beras yang mestinya sudah diterima itu kini dijadikan barang bukti. "Kalau (raskin) ini, warga tidak usah membayar. Gratis," jelas Sanamo.

Atas kejadian ini, warga hanya minta diproses seusai prosedur hukum. Pasalnya, warga tidak mau hal tersebut terulang di kemudian hari. "Kami tidak menuntut dia (Rokayat, red) mundur. Kami hanya meminta supaya dihukum," ujar Misnadi.

Hal senada diutrakan oleh Musari, warga setempat. Ia meminta polisi harus bertindak tegas terhadap Rokayat dkk. Pasalnya, ia telah merampas hak-hak orang miskin. "Mau tidak mau, harus ditahan. Itu kan uangnya rakyat," ujarnya.

Tirto, warga lainnya juga bersikap sama. Malah Tirto menganggap perbuatan Rokayat lebih terhina dari PSK (pekerja seks komersial) dan pembeli togel. "Kalau seperti itu tidak dihukum, wong PSK saja dihukum. Orang beli nomor (togel, Red) juga dihukum. Apalagi itu (Rokayat, red), sudah jelas-jelas salah," katanya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176217

Pemkot Langsung Siapkan Pengganti

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
Pasca ditangkapnya Lurah Pohsangit Kidul Rokayat karena diduga menggelapkan raskin, Wali Kota Buchori kemarin (23/8) langsung menggelar rapat terbatas. Rapat itu dilakukan Wali Kota Buchori dengan Wawali Bandyk Soetrisno dan Sekda Johny Haryanto.

Wali Kota Buchori dalam rapat terbatas itu mengambil kesimpulan bahwa selama proses hukum tetap berjalan, status Rokayat sebagai Lurah Pohsangit Kidul bakal ditarik. "Saya tarik ke dalam, Pak Lurah (Rokayat, Red) akan jadi staf sampai proses hukum selesai. Rabu (25/8) akan ada pergantian lurah baru," kata Buchori, siang kemarin.

Tidak disebutkan siapa yang bakal menggantikan Rokayat. Yang jelas, lurah baru itu dekat dan dikenal oleh masyarakatnya. Selain itu, bakal ada beberapa lurah yang disesuaikan dan kena rotasi, sebagai buntut distafkannya Rokayat.

Saat ditanya kenapa dirinya mengambil keputusan tersebut, Buchori bilang ingin suasana tetap kondusif di Kota Probolinggo. Pasalnya, keputusan yang telah dibuat ini belum final karena proses hukum sedang berjalan.

"Penggantian ini saya lakukan agar pelayanan masyarakat tidak terhambat dan tidak ada gejolak di masyarakat. Saya tidak memvonis lurah bersalah, saya juga tidak pro pada masyarakat. Kita lihat saja proses hukumnya. Saya tidak mau masalah ini berlarut-larut dan berimbas pada pelayanan," tegasnya.

Wali Kota mengaku mendengar kabar ditangkapnya Rokayat pada Senin (23/8) sekira pukul 02.30. Yang diketahuinya, Rokayat tidak membagikan bantuan beras dari pemerintah. Program pemkot yang ada kaitannya dengan masyarakat miskin bisa ternoda karena ulah pak lurah tersebut.

"Penangkapan itu memang benar dan saya tidak menyangka. Di bulan puasa ini saya tidak mau menggebu-gebu dan meledak-ledak menangani permasalahan ini. Saya tidak akan mengintervensi proses hukumnya. Serahkan sepenuhnya pada polisi," ucap Buchori.

Dia menegaskan, persoalan yang melibatkan pegawai di pemkot memang bukan kali ini saja. Sebelum Rokayat ada Rizal, tersangka pemalsuan dokumen untuk membobol kasda senilai Rp 12,5 M dan kasus perselingkuhan guru SD Jrebeng Lor 5.

Wali kota berharap di bulan Ramadan ini semua pihak melakukan introspeksi diri. Khusunya para pimpinan satuan kerja kepada anak buahnya. Evaluasi diri diperlukan sebelum mendahulukan sebuah kepentingan berdasarkan nafsu.

"Saya mengambil tindakan tegas sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi). Pak Lurah (Rokayat) sudah saya tarik dari jabatannya. Untuk kasusnya menjadi tupoksi polisi. Soal sanksi untuk Pak Lurah nunggu prosesnya nanti," tuturnya.

Wali Kota Buchori menginformasikan pelantikan lurah bakal dilaksanakan oleh Sekda pada Rabu (25/8) pagi. "Besok (hari ini) SK (surat keputusannya) sudah jadi. Rabu nanti Pak Sekda yang melantik, mungkin sekitar enam orang (lurah)," ujarnya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176216

Bocah Diimingi Duit, Geger

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Isu penculikan bocah belum sepenuhnya hilang. Sabtu (21/8) sore lalu di kampung Armada, tepatnya di RT 3 / RW 3, Jl Flamboyan Gg 3 Kelurahan Pilang Kota Probolinggo seorang bocah dikabarkan nyaris diculik. Bocah bernama Hanifuddin, kelas IV SD, itu sempat diimingi duit oleh orang tak dikenal.

Ceritanya, Sabtu sore sekitar pukul 15.00, Hanifuddin sedang bermain di depan rumah neneknya, Satupa. Tidak ada teman sebaya atau orang lain yang bersamanya. Ia asyik bermain sepeda onthel sendirian.

Nah, di tengah-tengah keasyikannya bermain itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki berlagak mencurigakan. Di depan Hanifuddin, lelaki tak dikenal itu berlagak menghitung duit puluhan ribu rupiah. "Ada Rp 50 ribu, ada Rp 5 ribu, ada Rp 1 ribu. Pokoknya banyak," ujar Hanifuddin kepada Radar Bromo.

Tapi, tidak ada kata-kata dari laki-laki mencurigakan itu. Penampilan laki-laki itu, semakin sangar dengan busana serba hitamnya. Dari celana jins, baju dan topinya semuanya serba hitam. "Saya tidak kenal, dan baru sekali itu bertemu," ujarnya.

Meski merasa diiming-imingi duit, Hanifuddin tak tertarik. Malah, ia semakin ketakutan. Apalagi, selama ini sudah sering diberitakan tentang adanya isu penculikan anak. "Deg-degan, karena takut diculik," ujarnya.

Beruntung Satupa segera muncul. Lelaki asing itu langsung menjauh. Ia pergi melewati gang-gang kecil di antara rumah padat penduduk itu. Ternyata, tak hanya Satupa yang memperhatikan aksi lelaki misterius itu. Nyai Paidi juga memperhatikannya dari jauh.

Begitu lelaki itu menjauh dari Hanifuddin, Nyai Paidi langsung mengejarnya. Nah, kepada Nyai Paindi inilah menurt Hanifuddin lelaki misterius itu mengaku sebagai sales. Anehnya, sales yang satu itu tidak membawa barang apapun hanya membawa tas warna hitam juga.

"Nenek tidak sempat ngomong apa-apa, ia hanya bengong," ujar Hanifuddin, yang putra pertama dari pasangan suami istri (pasutri) Misnaji dan Hartatik itu.

Apa yang dialami Hanifuddin sontak beredar cepat ke penjuru kampung tersebut. Dalam pembicaraan warga, yang disayangkan saat itu kampung sedang sepi. Terutama para lelakinya.

"Kalau waktu itu ada bapak-bapaknya mungkin sudah babak belur orang itu, Mas. Wong orang-orang sini sudah geregetan semua," ujar Iwan, salah satu kerabat Hanifuddin. "Isu penculikan itu, memang sudah meresahkan," lanjutnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176212

Tersangka Curwan, Minta Dua Kasun Diganti

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
Warga Ngelurug Kantor Desa

TEGALSIWALAN - Puluhan warga Desa Bulujaran Kidul, Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo ngelurug kantor desa setempat, kemarin (23/8). Mereka menuntut dua kepala dusun yang terlibat tindakan kriminal untuk segera diberhentikan.

Warga yang berjumlah 22 orang itu mendatangi kantor desa sekitar pukul 10.30 WIB. Sebelum ke kantor kepala desa, mereka mendatangi rumah Alim, salah satu anggota DPRD Kabupaten Pasuruan. Massa lantas mengajak Alim untuk menyampaikan aspirasi mereka ke kantor desa.

Sesampai di kantor desa, massa sempat kecewa lantaran Kades Bulujaran Kidul H Luthfi sedang tidak ada di tempat. Puluhan massa itu akhirnya ditemui dua perangkat desa dan beberapa perwakilan BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Sekretaris BPD semtempat Marzuki akhirnya memimpin pertemuan itu. Marzuki lantas menanyakan maksud kedatangan warga ke kantor desa. Alim yang diberi kesempatan lantas menyampaikan uneg-uneg warga. "Masyarakat ini menanyakan soal dua pamong desa yang terlibat masalah hukum," jawab Alim yang juga anggota dewan asal PKNU tersebut.

Menurut Alim, masyarakat yang datang itu bertanya-tanya tentang status dua pamong desa yang terjerat kasus kriminal itu. "Kami sudah dapatkan bukti otentik berupa surat dari Polsek. Pak Imam dan Sulaiman itu sudah dipanggil Polsek sebagai tersangka untuk kasus 363 (pencurian)," jelas Alim.

Dengan surat itu, maka jabatan kepala dusun (Kasun) Plerenan Kidul yang dipegang Sulaiman dan kasun Plerenan Lor yang dipangku Iman patut dipertanyakan. Sesuai dengan perda (peraturan daerah) yang ada.

"Di perda soal pengaturan perangkat desa ada pada pasal VIII. Perangkat desa bisa diberhentikan apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam pidana penjara paling singkat 5 tahun. Nah, dua perangkat itu sudah kena pasal 363 yang diancam 7 tahun penjara," jelas Alim.

Mendapat penjelasan seperti itu, Marzuki mengaku sedikit kecewa. Pasalnya selama ini masyarakat tidak pernah menyampaikan uneg-uneg itu kepada BPD. "Kami belum pernah dilapori sama sekali," akunya.

Meskipun begitu, Marzuki mengaku bakal tetap menampung aspirasi masyarakat. "Kalau keputusan memberhentikan perangkat itu wewenang kades. Karena sekarang ini kadesnya tidak ada, nanti kami dari BPD akan menyampaikannya ke kades," janjinya.

Marzuki pun meminta waktu 5 hari kepada warga untuk menyampaikan aspirasi itu. Massa sempat keberatan dengan janji Marzuki itu. "Abit, abit sarah Pak (terlalu lama Pak, Red)," celetuk beberapa warga dengan nada tinggi.

Kanit Reskrim Polsek Tegalsiwalan Aipda Lukman Wahyudi yang saat itu juga hadir akhirnya menengahi. Menurut Kanit reskrim, BPD sudah mempunyai itikad baik menyampaikan aspirasi masyarakat ke kades.

"Nggak apa-apa agak lama. Yang terpenting aspirasi itu bisa diterima oleh kades. Daripada disampaikan dalam waktu cepat, tetapi grusa-grusu," kata Kanit Reskrim.

Massa akhirnya menerima janji tersebut. Lima hari ke depan massa bakal menagih janji yang disampaikan BPD tersebut. "Tetapi saya ingatkan, keputusan ada di kades. Kami dari BPD hanya berupaya menyampaikan aspirasi ini," jelas Marzuki. Usai mendengar janji tersebut, masyarakat pun bersedia meninggalkan kantor desa.

Terjerat Curwan

Amarah masyarakat Desa Bulujaran Kidul, Kecamatan Tegalsiwalan terhadap Kasun Plerenan Lor Imam dan Kasun Plerenan Kidul Sulaiman tak terlepas dari kasus curwan yang menjerat keduanya. "Kami tidak ingin kampung kami jadi kampung maling," celetuk salah satu warga, kemarin.

Saat ini status kedua pamong itu memang tersangka. Keduanya terlibat sindikat curwan (pencurian hewan) di desa setempat pada Desember 2009.

Menurut Kanitreskrim Polsek Tegalsiwalan Aipda Lukman Wahyudi, terjeratnya dua kasun tersebut merupakan hasil pengembangan kasus yang dilakukan Polsek. Mulanya Polsek berhasil menangkap dua pelaku curwan.

Lantas dua pelaku curwan itu menyebut beberapa nama yang ikut terlibat curwan. Nah, pamong Sulaiman dan Imam itu disebut-sebut sebagai aktor intelektualnya.

"Jadi pelaku yang kami tangkap menyebut nama lain. Pelaku D dan E yang kami tangkap itu menyebut nama C (saat ini masih buron) dan dua orang lainnya A (Imam) dan B (Sulaiman). Dari keterangan itu, A dan B sudah kami sidik dan jadi tersangka," jelas Kanit Reskrim.

Saat ini kasus tersebut masih dalam penyidikan Polsek Tegalsiwalan. "Sejauh ini berkas sudah 90 persen. Selanjutnya akan kami kirim," kata Aipda Lukman. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176210

Perketat Aturan, Tak Berizin Dibongkar

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
Satpol PP akan Tandai Baliho Legal

TONGAS - Pemkab Probolinggo kembali bersikap tegas terhadap bangunan liar dan tak berizin yang berdiri di sepanjang jalur Pantura (pantai Utara) di wilayahnya. Kemarin (23/8), 75 baliho liar yang berdiri di sepanjang jalur Tongas-Gending diturunkan.

Operasi penertiban baliho tanpa izin ini dimulai sekitar pukul 08.00 WIB. Kawasan wisata pantai Bentar menjadi perhatian utama petugas Satpol PP (Pamong Praja) yang menggelar operasi.

Begitu sampai di lokasi, petugas Satpol PP langsung menurunkan sejumlah baliho iklan merek sebuah operator seluler. Rupanya Satpol PP sudah mengincar baliho tersebut untuk diturunkan.

"Kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait (Dispenda dan Kantor Penanaman Modal dan Perizinan, Red). Semua baliho IM3 itu masih belum berizin," kata Kepala Satpol PP, Sjaiful. Karena itu, puluhan baliho IM3 yang terbuat dari besi itu langsung diturunkan satu persatu.

Dari sini petugas Satpol PP beranjak ke jalur Pantura di wilayah Barat. Yakni, mulai Sumberasih sampai Tongas. Di dua kecamatan ini petugas Satpol PP kembali membongkar puluhan baliho IM3. Puluhan baliho tersebut dinyatakan belum mengajukan izin pemasangan ke pemkab.

"Total ada 75 baliho. Kami hanya mengamankan baliho-baliho itu karena masih belum berizin. Kalau mau diambil kembali, silahkan saja datang ke kantor kami. Kalau mau memasang kembali, harus ada izinnya dulu," tegas Sjaiful.

Rencananya, hari ini (24/8) petugas Satpol PP bakal kembali menyisir sepanjang jalur Pantura wilayah Timur untuk menertibkan beberapa baliho lagi. "Upaya ini akan terus kami lakukan," jelas Sjaiful.

Sementara itu Kepala Indosat area Situbondo Joko Widianto mengatakan, dalam waktu dekat pihaknya bakal berkoordinasi dengan pemkab terkait masalah tersebut. "Kami beranggapan pemasangan itu jadi satu paket dengan konter di tiap-tiap wilayah," katanya.

Karena itu pihaknya tidak mengajukan izin secara spesifik untuk memasang baliho tersebut. "Kami menganggapnya umbul-umbul. Kalau dipandang membutuhkan pajak, nanti kami akan berkoordinasi dengan pemkab lagi," jelasnya.

Menurut Joko, beberapa baliho dari besi itu baru terpasang beberapa hari lalu. "Mungkin baru 3-4 hari yang lalu," terangnya.

Sjaiful sendiri menegaskan, pemkab akan semakin memperketat perizinan. Dalam beberapa hari ini rencananya pemkab bakal menandai baliho-baliho yang sudah berizin atau legal. "Kalau teridentifikasi akan lebih enak. Begitu mendapati ada bangunan tanpa izin, langsung akan kami amankan," lanjutnya.

Selain mengamankan sejumlah baliho liar, Satpol PP juga memberikan warning kepada beberapa hotel nakal. Salah satunya sebuah hotel di kecamatan Tongas. Sebab di hotel tersebut sering ditemui pasangan mesum, ketika Polres dan Satpol PP menggelar razia.

"Kami sudah meminta pengelola hotel untuk melihat kembali aturan pendirian hotel yang telah disepakati. Kalau tetap ada yang mbalela, akan kami tindak. Khusus untuk hotel di Tongas itu sudah kami beri peringatan yang kedua kalinya. Sudah dua kali ini didapati pasangan mesum di sana," jelas Sjaiful. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176209

Mendak Tirta Dimulai

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
SUKAPURA - Mulai kemarin (23/8) ritual menjelang Yadnya Kasada dimulai. Salah satunya adalah Mendak Tirta atau pengambilan air suci untuk upacara di Pura Luhur Poten (Lautan Pasir).

Air suci diambil dari air terjun Makadipura di Kecamatan Lumbang. "Kami dari wilayah Probolinggo ambil air suci di sini (Makadipura)," ungkap Doyoadi, salah satu pemangku air suci. Ia bersama tujuh orang bertugas melaksanakan ritual pengambilan air suci.

Ritual itu sendiri dilaksanakan di sumber air Madakaripura, tepatnya di air terjun yang terdapat di lokasi wisata tersebut. Dari tempat masuk, para pemangku harus berjalan sekitar 1 km menuju lokasi air terjun.

Sebelumnya menurut Doyoadi, pihaknya melakukan beberapa persiapan. "Kami persiapkan sesaji dan Gumbeng (tempat dari bambu untuk mengambil air suci, Red)," ungkapnya. Sesaji itu terdiri dari 2 tandan pisang, 2 lembar sirih, sedikit pinang, sedikit kapur dan dua uang gepeng. "Itu namanya Gedang Ayu," jelas Doyoadi.

Mereka semua memakin dua jenis seragam. Ada yang berseragam hitam dan ada yang putih. "Yang berpakaian hitam itu baju suku Tengger dan yang putih itu baju untuk upacara keagamaan," jelas Doyoadi. Total ada 5 orang yang berbaju hitam dan 3 sisanya berbaju putih.

Selama mengambil air suci, perjalanan yang dilalui menuju sumber cukup sulit. Sebab, jalan setapak di beberapa titik yang terdapat di Makadipura rusak. Total ada 3 titik yang rusak dan kerusakan terparah di titik kedua. Akibatnya, para pemangku dan pengikutnya sesekali harus berjalan menelusuri pinggiran sungai.

Setelah berjalan sekitar 45 menit, mereka tiba di lokasi air terjun. Persiapan ritual pun dimulai. Para pemangku menyiapkan sesaji di atas sebuah bangku yang terbuat dari bambu.

Para pemangku lantas membacakan doa-doa dan membakar beberapa serabut kelapa. Sekitar 15 menit kemudian, beberapa pemangku dan pengikutnya masuk ke air terjun dan mengambil air suci. Dilanjutkan dengan ritual pembacaan doa-doa. Baru setelah itu sesaji dilarung di aliran sungai yang mengalir dari sumber air terjun tersebut.

Dari informasi yang diterima Radar Bromo, prosesi tersebut sudah dua tahun terakhir dilaksanakan di Probolinggo. Sebelumnya, pengambilan air suci hanya dilaksanakan di Widodaren (Pasuruan).

Setelah Mendak Tirta di empat wilayah suku Tengger (Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Malang), mereka langsung menuju Pura Luhur Poten (Lautan Pasir). Di sini mereka akan melakukan upacara agama bersama. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176208

Pengedar Dextro Divonis 9 Bulan

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO- Majelis hakim PN Kota Probolinggo kembali memvonis pengedar pil dextro. Kemarin (23/8), PN memvonis Rahmad Shalichin bin Senal, 33, warga Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.

Dalam sidang yang diketua Majelas Hakim Nendi Rusdendi itu, terdakwa dinyatakan bersalah telah melanggar pasal 196 UU No 36/2009 tentang kesehatan. Majelis hakim memvonis terdakwa dengan hukuman 9 bulan penjara dan denda Rp 1 juta subsider 2 bulan kurungan.

Vonis itu lebih ringan dibandingkan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) GA Surya Yunita. Sebelumnya, JPU menuntut terdakwa dengan hukuman penjara 1 tahun dan denda Rp 1 juta subsider 3 bulan kurungan.

Saat mendengar putusan majelis hakim, terdakwa yang mengenakan celana hitam, kemeja putih dan songkok hitam hanya terdiam. Majelis hakim menyatakan, dengan putusan tersebut terdakwa bisa melakukan tiga hal. Yakni menerima, pikir-pikir atau menyatakan banding.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, terdakwa berususan dengan polisi sejak April lalu. Ia tertangkap basah saat bertransaksi pil dextro di salah satu warung di Timur pos polisi Randupanger.

Saat itu polisi menggeledah terdakwa dan menemukan barang bukti (BB) berupa pil dextro. Pil itu berada dalam 6 kemasan. Yakni, 2 kemasan berisi 40 butir dan 4 bungkus masing-masing berisi 80 butir. Jadi total ada 400 butir.

Polisi juga menyita sebuah HP nokia 2310 yang digunakan terdakwa untuk bertransaksi. Juga uang hasil transaksi sebesar Rp 10 ribu. Dari hasil pemeriksaan, terdakwa mengakui telah mengedarkan pil dextro kepada sebagian pengamen di Kota Probolinggo.

Barang ilegal itu menurut terdakwa didapat dari seorang temannya berinisial M. Bahkan sebelum ditangkap, dirinya sempat bertransaksi dengan M. Yakni, membeli dextro sebanyak 20 ribu butir dengan harga Rp 1,4 juta.

Kasus itulah yang telah mengantarkan terdakwa tinggal di hotel prodeo. "Tidak ada jawaban pasti ketika ia mendengar putusan itu. Tapi, masih ada waktu untuk pikir-pikir, menerima atau tidak terhadap putusan hakim," jelas panitera pengganti, Harisiswantoro. (rud/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176207

Bekuk Warga Kota Pengedar SS

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Polres Probolinggo kembali membekuk pengedar narkotika. Kali ini yang berhasil dibekuk yakni Adi atau Ahmad alias Aeng, 38, pengedar sabu-sabu asal Kelurahan Jati, Kota Probolinggo.

Pelaku ditangkap sesaat setelah mengedarkan barang terlarang tersebut pada Sabtu (14/8). Namun, baru kemarin (23/8) Polres merilis penangkapan tersebut. Dia ditangkap di jalan raya saat hendak naik bis. Saat itu pelaku baru keluar dari sebuah hotel di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Yakni di sekitar Desa Curah Sawo.

Kasubag Humas Polres AKP Bambang Sutarno mengatakan, penangkapan tersebut meneruskan informasi dari masyarakat. Penangkapan sendiri dilakukan tim Sat Reskoba yang dipimpin Kasat Reskoba AKP Didik Suhardi. Karena penangkapan dilakukan dengan rapi, saat itu pelaku tak bisa melarikan diri.

Sat Reskoba juga berhasil mengamankan sejumlah barang bukti (BB) dari tangan pelaku. Yakni, 7 poket sabu-sabu berikut plastik pembungkus. D buah dompet, uang Rp 160 ribu, sebuah korek api, sebuah gunting dan seperangkat alat hisap.

Lalu, 4 buah handphone miliki korban juga ditemukan. "BB cukup banyak. Namun kami tak tahu berapa nilai masing-masing BB," terang Bambang.

Atas tindak pidana tersebut, pelaku diancam melanggar pasal 112 Undang-Undang Kesehatan nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. "Seperti yang tertera di undang-undang," ujarnya.

Ancaman hukumannya, yakni 4-12 tahun penjara. Selain itu, pelaku juga dikenakan denda cukup besar. "Minimal Rp 800 juta, maksimal Rp 8 miliar," sebut Bambang.

Sementara Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan mengatakan, peredaran narkotika sejatinya selalu dipantau oleh Polres. Namun, banyak hambatan yang dihadapi Polres. Sebabnya, jaringan narkotika yang ada bukan lagi skala lokal. "Namun sudah meluas jaringannya. Yakni antar kabupaten, bahkan antar provinsi," kata Rastra.

Dikatakan Rastra, pihaknya terus menggali informasi terkait jaringan narkoba tersebut. Rastra menduga, jaringan narkotika yang berkembang di Probolinggo tidak lepas dari kota sekitar. "Sejauh ini kita pantau terus. Sebab peredarannya bisa cukup mengkhawatirkan," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176206

Banyak Kemudahan

Selasa, 24 Agustus 2010 ]

Ramadan benar-benar membawa berkah bagi semua kalangan. Salah satunya pedagang, mulai pedagang makanan maupun kebutuhan hidup yang lain. Seperti yang dialami Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mina Melati, Kelurahan Kraksaan Wetan, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.

Ketua KUB Mina Melati Suharti mengatakan, Ramadan memberi kemudahan bagi anggotanya untuk mengembangkan usaha masing-masing. Yakni dengan membuka stand untuk menjual takjil Ramadan di sebelah Timur Alun-alun Kraksaan. "Banyak yang bisa dilakukan selama Ramadan ini. Anggota kami juga bisa menambah penghasilan," kata Suharti.

Menurut Suharti, KUB memiliki tujuh unit kerja. Yakni unit produk dendeng ikan laut, abon ikan tongkol, bandeng presto, krupuk ikan tenggiri, bahan baku dapur dan kunyit asam. Sementara produk unggulan yang dihasilkan KUB, yakni Matorama. "Kepanjangan dari manisan tomat rasa kurma. Sudah tiga tahun Matorama menjadi makanan olahan andalan. Terutama di bulan Ramadan," ujarnya.

Sejauh ini kata Suharti, KUB memiliki anggota 41 orang. Melonjak cukup banyak dari sebelumnya yang hanya 15 orang. Seiring kesuksesan KUB dalam mengembangkan usaha, banyak anggota mulai bergabung. "Ini buah kesuksesan selama bertahun-tahun," sebutnya.

Dia mengatakan, ide pengembangan matorama itu berawal dari coba-coba saja. "Awalnya hanya mencoba 5 kilogram. Ternyata kok laris. Akhirnya saya perbanyak membuatnya. Ternyata ide ini juga diadopsi anggota lain. Sehingga sekarang banyak pembuatnya juga, meski masih terbatas," terangnya.

Tak lupa, Suharti berharap partisipasi KUB semakin berkembang. Apalagi setelah mendapat bantuan modal dari pemerintah melalui koperasi wanita. Hal itu membuat produk KUB semakin bertambah. Tak hanya enam produk saja yang dibuat. "Sekarang hampir setiap anggota memiliki produk kreatif," pungkas Suharti. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176205

Sidak Mamin, Temukan Kemasan Penyok

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Menjelang Lebaran komisi A DPRD Kota Probolinggo melakukan sidak produk makanan dan minuman (mamin). Dalam sidak yang dilakukan kemarin (23/8) banyak ditemui kemasan mamin yang penyok, tidak bermerek, hingga sudah kedaluarsa.

Sidak kali ini komisi A melibatkan beberapa instansi yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Koperindag, Satpol PP dan Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Probolinggo. Tidak hanya di pusat oleh-oleh dan hypermarket, sidak di bulan puasa ini juga merambah restoran.

Sasaran pertama ke kios oleh-oleh di Ketapang, perbatasan antara kota dan Kabupaten Probolinggo. Di kios tersebut didapati produk mamin yang tidak diperhatikan kondisinya oleh penjualnya. Tape bakar yang mestinya kedaluarsa tanggal 22 Agustus kemarin masih dijual oleh pedagang.

Dewan juga menemukan banyak makanan yang tidak bermerek dan tidak dilengkapi tanggal kedaluarsa. Ketua komisi A Asad Anshari menemukan banyak kaleng soft drink yang penyok tapi tetap dijual. "Kemasan kalau seperti itu tidak boleh dijual," sahut Kepala Dinas Kesehatan dr Bambang Agus.

Selesai ngobok-ngobok kios di Ketapang sidak dilanjutkan ke Giant Hypermarket. Baru masuk ke hypermarket, tim langsung melihat tumpukan kemasan parcel Ramadan yang sudah siap jual. Bahkan komisi A tidak tanggung-tanggung untuk membuka parsel tersebut.

Produk mamin yang jadi paket parsel itu diteliti oleh tim sidak. Meski tanggal kedaluarsa tidak bermasalah namun tidak adaya identitas di parsel justru dikritisi oleh Asad. "Mestinya dalam setiap parsel ada identitas siapa yang membuat. Sehingga kalau ada apa-apa bisa diketahui parsel bikinan siapa itu," sarannya.

Selain makanan beku, komoditas daging juga tidak luput dari perhatian dewan dan tim lainnya. Menurut Yan Kristanto, salah seorang pegawai di Giant, daging yang mereka jual didatangkan dari Jakarta. Daging tersebut bakal dijual selama dua hari, jika tidak laku maka dibuang.

Petugas dari LPK Probolinggo Alex menemukan paru sapi beku yang kondisinya agak meragukan. "Ini seperti menjamur dan tidak layak,"ucap Alex. Di label harga tertera kedaluarsa 13 September 2010 mendatang. Pihak Giant mengatakan bentuk paru beku tersebut seperti itu karena disimpan di lemari pendingin.

Anggota komisi A Sugiono yang disebut-sebut ahli daging sapi sempat mengecek hati sapi yang terlihat masih segar. Caranya dengan menyentuh hati sapi dan dilihat teksturnya. "Hati sapi itu mengeluarkan lendir diduga sudah beberapa hari disimpan. Untuk membuktikan layak tidaknya harus uji lab dulu," ujar dewan dari PDIP itu. Sampel paru beku dan hati akhirnya dibawa oleh tim sidak.

Ketua LPK Djoko Hardiyo juga menemukan biskuit kaleng yang kemasannya penyok di Giant. "Ini sudah melanggar aturan Badan POM. Seharusnya kalau kemasannya rusak begini tidak boleh dijual," ungkapnya.

Sementara itu, di rumah makan Sumber Hidup, tim sidak sampai masuk ke dapur rumah makan tersebut. Di Sumber Hidup tim ingin melihat tentang halal haramnya makanan. Nyatanya di tempat tersebut tempat memasak antara babi dan daging lainnya menggunakan alat berbeda mulai dari sutil, wajan dan alat pemotongnya. Di Jatiluhur ada parsel yang tidak dipasang nama pembuatnya.

Asad Anshari menegaskan menjelang Lebaran mendatang dewan ingin agar tidak ada permasalahan dalam produk mamin yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sasarannya halal, haram, kedaluarsa hingga harga.

"Ternyata banyak makanan kedaluarsa dijual, makanan tidak ada label mereknya dan kemasan rusak. Kami juga membawa sampel paru dan hati untuk dilakukan uji lab. Soal sanksinya kami belum tahu. Yang jelas jangan ada praktik usaha yang membahayakan konsumen," ujarnya.

Ada yang menarik saat tim sidak berada di Giant. Seorang wanita berjilbab yang mengaku guru dari SMAN 3 merajuk ke petugas Satpol PP. "Pak, saya sudah pulang lho.. Saya tidak membolos. Kalau belum pulang tidak mungkin saya ke sini," kata guru itu. Petugas Satpol PP yang diwaduli hanya tersenyum dan mengatakan kalau kedatangannya bukan sidak PNS bolos, melainkan sidak mamin. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176195

Gelar Safari Pasar Murah

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO-Memasuki pertengahan bulan Ramadan, Pemkab Probolinggo mulai menggelar safari pasar murah. Pasar murah Pemkab itu bakal digelar bergiliran setiap hari di 17 Kecamatan.

Hadi Prayitno, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mengatakan, dalam setiap hari bakal digelar pasar murah di dua titik 2 titik.

Acara pembukaan safari pasar murah itu digelar kemarin (23/8) di kantor Kecamatan Dringu. Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin berkesempatan membuka langsung acaranya.

Menurut Hadi, kemarin kegiatan pasar murah juga yang dilaksanakan di dua titik. Yakni Dringu dan Pajarakan. "Kami memang sengaja menggelar pasar murah ini di beberapa kecamatan, itu untuk pemerataan daerah. Semua daerah akan menikmati pasar murah," katanya.

Selain dua kecamatan itu, rencananya pasar murah juga bakal digelar di Maron, Paiton, Sumber, Sukapura, Krejengan, Gading, Tegalsiwalan, Krucil, Tiris, Kotaanyar, Pakuniran, Lumbang, Sumberasih, Kuripan dan Kraksaan.

Dalam pasar murah tersebut, yang berjualan adalah orang-orang yang sama. "Yang terdiri dari 6 dinas, ada juga perwakilan dari BUMN dan BUMD, serta beberapa perusahaan besar seperti Giant dan Indomaret," jelas Hadi.

Karena bertajuk pasar murah, Hadi menjamin barang-barang yang dijual harganya lebih miring. "Sebab kami menyubsidi 15-20 persen. Sementara untuk perusahaan memakai subsidi dari program CSR (Civil Social Responbility)," beber Hadi.

Sementara itu Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin dalam sambutannya berharap, kehadiran pasar murah bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. "Saya berharap semua kepala desa mengajak masyarakatnya untuk memanfaatkan pasar murah ini," katanya.

Dalam kesempatan itu, Hasan mewanti-wanti agar program pasar murah ini tidak disalahgunakan. Ia berharap tidak ada pedagang yang memanfaatkan pasar murah tersebut untuk kulakan. "Kalau tujuannya untuk dijual kembali haram. Walau MUI tidak mengeluarkan fatwa, tetapi ini fatwa bupati. Membelinya yang wajar saja," jelas Hasan.

Usai acara seremonial, acara dilanjutkan dengan meninjau beberapa lokasi stan penjual. Dari pantauan Radar Bromo, pasar murah ini kebanyakan dihuni oleh para pedagang yang menjajakan sembako (sembilan bahan pokok). (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176194

Training Manajemen Zakat

[ Selasa, 24 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Lembaga Manajemen Infaq (LMI) cabang Probolinggo, Minggu (22/8) menggelar training manajemen zakat, infak, sedekah dan wakaf. Acara itu, mulai digelar sekitar pukul 10.00, di gedung pengajian wanita Probolinggo. Ketua Ikadi Jember Abu Hasan, hadir sebagai pembicara.

Dalam acara yang dikuti 100 orang peserta itu, Abu Hasan mampu membawakan materinya dengan sangat cair. Membuat peserta nyaman menyimaknya. "Masalah zakat bukan masalah biasa. Dalam alquran, masalah salat selalu digandengkan dengan masalah zakat," ujarnya.

Menurutnya, dalam setiap harta seseorang itu ada harta orang lain yang dititipkan oleh Allah. Oleh karena itu, maka Allah mewajibkan setiap manusia untuk berzakat. "Dalam hartaku ada bagian untukmu, dalam hartamu ada bagian untukku," ujarnya.

Menurut Abu Hasan, tidaklah baik menahan sesuatu. Seperti, harta yang harusnya dikeluarkan maka keluarkanlah. Jangan menunda-nunda karena itu akan berdampak tidak baik pada harta lainnya.

Abu Hasan mengibaratkan, dengan seseorang yang harus buang air. Baik air besar maupun air kecil. "Kenapa kita harus buang air? Betapa pun sudah diserap semua kebaikannya, pasti masih ada ampasnya. Maka dari itu, kalau hendak pipis masih ditahan itu akan merusak. Tapi, terlalu sering pipis alias cercer juga tidak baik," ujarnya.

Menurutnya, tidak ada ceritanya orang yang rajin zakat dan sedekah akan menjadi miskin. Bahkan, orang-orang yang demikian itu akan lebih dimudahkan rezekinya oleh Allah. "Tidak ada ceritanya, orang berzakat akan jatuh miskin," ujarnya.

Malah, menurut Abu Hasan, orang yang sering berzakat dan bersedekah itu hartanya akan makin barokah. Pasalnya, sudah tidak ada lagi hak orang lain di dalam harta tersebut. Yang mana, hak orang lain yang tidak dikeluarkan itu akan menjadi kotoran yang akan merusak kepada seluruh hartanya.

"Ibaratnya sumur, setiap hari ditimba maka kotorannya akan terangkat sedikit demi sedikit. Kalau ada kotoran yang besar, maka akan segera diketahui. Coba kalau sumur tidak sering ditimba, pasti kotor," ujarnya.

"Untuk menjadi amil yang produktif, lebih dulu kita harus berani menargetkan berapa yang kita butuhkan? Beranikan dulu untuk menentukan besaran angkanya. Itu, hanya menuntut kita untuk berani membayangkan. Semua itu hanya berawal dari bayangan," lanjutnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176193

Jelang Kasada, Wisman Berdatangan

[ Senin, 23 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Yadnya Kasada sudah di depan mata. Hari besar umat Hindu Tengger itu bakal digelar 25-26 Agustus. Gunung Bromo plus momen Kasada itu masih jadi magnet kuat bagi wisatawan mancanegara (wisman). Simak saja, saat ini para wisman sudah ramai berdatangan di kawasan Bromo.

Itu tercermin dari kesibukan biro-biro travel di Kota Probolinggo dalam melayani paket wisata, termasuk ke Bromo. Seperti diungkapkan Sugianto, pemilik travel Mahkota yang berkantor di ruas Jl Raya Bromo.

Menurutnya, beberapa minggu terakhir ini kedatangan wisman memang meningkat pesat. "Sebenarnya sudah terlihat sejak Juli. Tapi,beberapa minggu belakangan ini semakin melonjak grafiknya. Sampai mencapai 80 persen dibanding hari biasa," kata Sugianto saat ditemui Radar Bromo kemarin (22/8).

Pria bertubuh subur tersebut mengatakan momen digelarnya Yadnya Kasada tahun ini sangat pas. "Karena bulan-bulan ini adalah high seasons. Banyak-banyaknya turis asing yang berlibur ke Indonesia," ungkapnya.

Kebanyakan turis yang sudah berdatangan ke Indonesia itu berasal dari Eropa. Karena saat ini di Eropa sedang memasuki musim liburan panjang. "Yang paling banyak itu dari Prancis," jelasnya.

Kebetulan saat kemarin Radar Bromo bertandang ke Mahkota travel ada beberapa turis asal Prancis yang sedang transit. Mereka juga dalam perjalanan ke Gunung Bromo. Beberapa diantaranya mengaku sudah pernah ke Bromo. "Very beautiful," ucap Pierre, salah satu turis asal Prancis itu. Ia tidak sendirian. Ada beberapa orang lagi dalam rombongan Pierre.

Bahkan Sugianto memprediksikan, tahun ini jumlah wisatawan manca bakal lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. "Tahun lalu itu sedikit sepi karena adanya beberapa gempa bumi. Tetapi tahun ini kabar dari Indonesia yang ke luar negeri itu baik-baik saja. Jadi banyak turis yang datang," papar Sugianto.

Lonjakan wisatawan mancanegara juga sudah dirasakan oleh para pengelola hotel di kawasan Bromo. Digdoyo DP, ketua Persatuan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo mengatakan, saat ini sebagian besar hotel-hotel di Bromo sudah full booked. "Hampir semua hotel. Itu sudah sejak jauh-jauh hari yang lalu," kata pemilik Yoschi's Hotel, juga di kawasan Bromo, itu.

Pria yang akrab disapa Yoyok tersebut membenarkan kalau saat ini masih memasuki high seasons liburan wisatawan asal Eropa. "Karena itu sekarang ini wisatawan yang banyak adalah dari mancanegara. Utamanya Eropa," jelasnya.

"Karena itu saya menyarankan agar pemkab atau media-media seperti Radar Bromo bisa membuatkan berita yang memakai bahasa Inggris. Dengan begitu bisa membantu wisatawan manca," harap Yoyok.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tutug Edi Utomo mengatakan, pihaknya juga mengagendakan beberapa kegiatan penunjang untuk menyemarakkan kasada tahun ini.

"Selain jelajah budaya, festival lomba puisi dan kidung yang sudah digelar kemarin (21-22/8). Juga akan digelar lomba baca kitab suci (23/8) dan pawai obor (24/8). Tanggal 25 ada reog Tengger, festival rawon. Dan malam harinya dilanjutkan dengan resepsi," kata Tutug saat dihubungi Radar Bromo kemarin.

Tutug menjelaskan rangkaian kegiatan itu digelar untuk membuat Kasada jadi lebih berwarna. "Juga untuk memuaskan all wisatawan karena ada pagelaran seni budaya dalam Kasada tahun ini. Ini juga sebagai dukungan upaya rebranding Bromo yang sudah dimulai," imbuh Tutug.

Rencananya untuk semakin memeriahkan resepsi upacara Kasada, pemkab bakal berkoordinasi dengan manajemen hotel sekitar pendopo Agung untuk memfasilitasi wisatawan mancanegaranya. "Kami meminta wisman hadiri resepsi Kasada, biar berwarna-warni. Asyik kan?" kata Tutug berpromosi.

Sementara untuk prosesi ritualnya pada 23 Agustus besok bakal digelar mendhak tirta dan sepeninga serta makemit. Keesokan harinya (24/8) bakal digelar piodalan pura luhur poten atau ulang tahun pura luhur poten. Hari selanjutnya (25/8) dilanjutkan dengan resepsi yadnya Kasada yang dimulai pukul 20.00.

Dan pada 26 Agustus dinihari sekitar pukul 02.00 jadi puncak ritual Yadnya kasada. Semua umat Tengger bakal berangkat dari pintu gerbang lawang masing-masing daerah. Malam harinya bakal digelar pujan kasada di tiap-tiap rumah kepala desa. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176047

Pertanyakan Profesionalisme Kemenag

[ Senin, 23 Agustus 2010 ]
Soal BOS, TF dan BMS Tak Kunjung Cair

PROBOLINGGO - Komisi D DPRD Kabupaten Probolinggo semakin serius mengawasi masalah tak kunjung cairnya sejumlah dana bantuan untuk kalangan madrasah. Komisi D bahkan meminta kantor kementerian agama (Kemenag) bertanggung jawab atas molornya pencairan dana tersebut.

Anggota Komisi D Husnan Taufik mengatakan, usai melakukan klarifikasi ke kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo Jumat (20/8) lalu, pihaknya langsung menggelar rapat internal. Dalam rapat komisi D menilai alasan dari kepala kantor kemenag saat klarifikasi itu dinilai kurang memuaskan.

Karena itu, Komisi D berencana dalam waktu dekat akan berkoordinasi lagi dengan pihak-pihak terkait. "Yang terdekat ke pimpinan dewan dulu," kata Husnan yang jadi juru bicara Komisi D.

Usai dari pimpinan dewan, Komisi D rencananya melaporkan keterlambatan pencairan sejumlah bantuan tersebut ke kanwil Kemenag Jatim. "Bantuan itu menyangkut kemaslahatan umat. Jadi harus segera dipikirkan solusinya," jelas juga ketua fraksi Hanura tersebut.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, bantuan dana BOS untuk madrasah di Kabupaten Probolinggo mengalami keterlambatan pencairan. Yang terlambat dicairkan adalah dana BOS periode kedua. Yakni untuk bulan April, Mei dan Juni. Sementara dana periode pertama tahun 2010, yakni Januari-Februari-Maret sudah tuntas pada Juni lalu.

Diketahui, pada triwulan kedua ini penerima bantuan BOS tidak berbeda dengan triwulan pertama. Rinciannya, MI yang terdiri dari 366 lembaga mendapatkan kucuran bantuan Rp 3.347.206.250. Untuk MTs yang terdiri dari 130 lembaga mendapatkan kucuran Rp 2.475.082.500.

Selain dana BOS, dana TF (Tunjangan Fungsional) untuk guru dan BSM (Bantuan Siswa Miskin) untuk murid yang tidak mampu juga belum cair.

Dana TF ini diberikan tiap satu semester atau 6 bulan sekali (Januari-Juni). Pada semester pertama ini ada 6.035 guru yang mendapatkan bantuan itu. Tiap guru satu bulannya mendapatkan TF sebesar Rp 250 ribu.

Sementara BSM diberikan untuk tiga jenjang pendidikan Madrasah. Yakni MI, MTs dan MA. Untuk MI pada semester ini yang mendapatkan bantuan sebanyak 6.776 siswa, MTs ada 3.530 siswa dan MA sebanyak 3.095 siswa.

Saat klarifikasi dengan komisi D, Kepala Kemenag M. Sirajuddin mengatakan keterlambatan tersebut dikarenakan ada beberapa faktor. Yang paling utama adalah soal banyaknya kesalahan administrasi yang dilakukan oleh sejumlah lembaga.

Sampai Jumat (20/8) lalu, masalah administrasi tersebut baru beres di 6 kecamatan saja. Sementara 16 kecamatan lainnya (2 kecamatan melebur dengan kecamatan lain) masih dalam proses penyesuaian administrasi.

Nah, komisi D sendiri rupanya sudah tak sabar melihat lambatnya pencairan tersebut. Sebelum melakukan klarifikasi, komisi D sempat menggelar hearing dengan kemenag dan sempat dijanjikan sejumlah bantuan tersebut bakal cair sebelum puasa lalu.

"Yang jelas dengan terlambatnya pencairan ini, menujukkan kalau kinerja dan profesionalisme kemenag sini (kabupaten Probolinggo) patut dipertanyakan. Pasalnya daerah lain sudah rampung semua," jelas Husnan.

Komisi D menurut Husnan pun meminta kemenag bertanggung jawab atas keterlambatan bantuan yang membuat sejumlah madrasah kolaps. "Apapun alasannya, kalau memang merasa tidak mampu, maka sebagai bentuk tanggung jawab moral, mengundurkan diri sebagai kepala kemenag Kabupaten Probolinggo adalah salah satu pilihan terbaik," kritiknya.

Sementara itu kepala Kemenag M Sirajuddin sampai berita ini diturunkan belum berhasil dikonfirmasi Radar Bromo. Saat dihubungi beberapa kali, ia tidak mengangkat.

Cuma saat ditemui saat klarifikasi Jumat (20/8) lalu, Sirajuddin mengatakan pencairan bantuan itu bakal terealisasi dalam waktu dekat ini tanpa menyebutkan pastinya. "Sekarang sudah di KPPN Bondowoso. Dalam waktu dekat ini sudah beres semua," ujarnya saat itu. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=176046