Selasa, 20 Juli 2010

Dijual Rp 80-100 Ribu

[ Selasa, 20 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Konversi minyak tanah (mitan) ke gas di Kota Probolinggo telah dijalankan. Paket-paket konversi yang dibagikan diperlakukan berbeda. Ada yang dikembalikan untuk ditukar karena rusak, dipakai atau disimpan saja di rumah, dan ada juga yang sudah dijual.

Pemkot Probolinggo sebenarnya sudah punya kebijakan bernada mengancam. Terutama bagi warga penerima paket konversi. Warga yang nekat menjual paket itu, kelak bila pemkot memberikan bantuan lain, tidak bakal diberi.

Selain itu, warga yang nekat menjual paket konversi juga diingatkan akan mendapatkan sanksi dengan sendirinya. Berupa, mahalnya harga mitan pada saat konversi sudah terealisasi. Diperkirakan, harganya mitan akan berkisar antara Rp 7 ribu sampai Rp 8 ribu per liter.

Tapi, kebijakan itu tak terlalu berpengaruh. Banyak warga yang telah menjual kompor dan elpiji paket konversi. Salah satunya adalah Tn, seorang warga Kelurahan Mayangan. Menurutnya, banyak warga yang telah menjual paket bantuan tersebut, termasuk dirinya sendiri.

Yang jadi alasan, warga takut terjadi ledakan bila memakai kompor gas. "Pakai minyak tanah saja, kalau pakai elpiji takut meledak," ujar wanita yang juga pedagang kaki lima ini.

Tn mengaku menjual paket konversi tersebut buka karena tidak mengindahkan ancaman pemkot. Tapi, itu lebih didorong oleh rasa takut terhadap dampak yang bisa ditimbulkan oleh elpiji.

Karena itu, Tn mengaku sudah menjualnya seharga Rp 100 ribu. "Saya juga tidak tahu siapa namanya (pembelinya). Dia datang ke sini memang mencari orang yang mau menjual kompornya," jelasnya.

Hal senada diungkapkan AS, juga warga Mayangan. Menurutnya, banyak warga yang telah menjual paket bantuan tersebut. Itu, dikarenakan takut meledak. Apalagi, telah banyak di daerah lain yang meledak. "Ya pakai minyak tanah. Kalau tidak ada minyak tanah, pakai kayu bakar," ujarnya kemarin.

AS mengatakan, kalau harga penjualan paket konversi itu beragam. Dari harga Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu. Itu, tergantung dari paket bantuan yang dimiliki oleh warga. "Kalau masih lengkap dengan kardusnya, harganya bisa Rp 100 ribu. Tapi, kalau kardusnya sudah tidak ada, tidak sampai segitu (Rp 100 ribu)," jelasnya.

Mereka bisa dikatakan nekat, padahal mereka terancam tidak dapat bantuan dari pemkot. Itu, bila ketahuan menjual paket bantuan tersebut. "Kalau bantuan lain saya mau. Tapi, kalau bantuan ini (elpiji) kami takut," ujar AS.

Selain mereka yang nekat menjual bantuan dan melawan ancaman pemkot, ada juga yang lebih kreatif. Yakni, mereka hanya menjual isi tabungnya saja alias gas elpijinya. Sedangkan, tabung dan kompornya tetap utuh.

Caranya, adalah mereka menukar tabung penuh dengan tabung kosong. Harganya pun cukup murah, hanya Rp 10 ribu pertabung. "Itu, mereka yang takut ketahuan kalau bantuan tersebut dijual. Karena khawatir tidak dapat bantuan lagi," ujar Fr, warga lainnya.

Menurutnya, warga yang hendak menjual gas elpijinya itu tidak begitu sulit. Pasalnya, ada banyak toko yang mau menampungnya. Yakni, dengan cara menukar tabung kosong dengan tabung penuh milik warga. "Ada toko yang mau menerima, tapi kalau dijual tabungnya toko tidak mau membelinya. Kalau ditukar mau," jelas Fr.

Banyak Ditukar

Sementara, sampai hari ke sembilan pendistribusian paket konversi di Kota Probolinggo, konsultan pelaksana PT Intermedia Grafika sudah menerima banyak penukaran barang rusak. Di antaranya 47 tabung elpiji bocor, 88 kompor dan 39 regulator rusak.

"Rata-rata kompor. Jadi, kompor itu ada yang nyalanya tidak sempurna. Masalahnya hanya di magnit atau pemantiknya. Kalau regulator, itu satu plastik dengan selang dan klem. Klem juga banyak yang kurang, mestinya ada dua tapi dapatnya cuma satu," ungkap Koordinator Pendistribusian Sukardi Mitho.

Tabung elpiji dikembalikan oleh warga karena ada kerusakan di seal (karet) atau las-lasan tabung. Untuk mengetahui elpiji bocor atau tidak, tinggal dicelupkan ke air. Bila ada gelembung yang keluar maka dipastikan elpiji tersebut bocor dan segera dikembalikan. Mekanisme pengembalian harus ada surat dan stempel dari RW setempat.

Menurut Sukardi, kerusakan pada paket konversi itu di luar kemampuan dari pihak konsultan. "Kami tidak mengecek karena semua barang sudah ada di dalam kardus. Tabung elpiji juga dari SPPBE. Itu yang kami tidak tahu ada kerusakan atau tidak," imbuhnya.

Setelah dibawa ke gudang konsultan, kerusakan kompor biasanya di tombol on - off (putaran untuk menghidupkan kompor). Mestinya menghidupkan kompor diputar ke arah kiri, beberapa wargaa justru memutarnya ke kanan, hingga membuat tombolnya putus.

Pasalnya, masyarakat punya waktu dua sampai tiga hari mengembalikan paket yang rusak. Lebih dari itu, masyarakat tidak akan mendapatkan gantinya. "Selama dua sampai tiga hari akan kami ganti. Stok (paket konversi) kami sangat mencukupi. Stok pengganti masih ada 4 ribu paket. Jadi, tidak usah khawatir," tutur Sukardi.

Di luar batas waktu dua sampai tiga hari (dari pelaksanaan konversi di daerah tersebut), pihak konsultan tidak akan bertanggungjawab. Paket konversi nanti akan dikembalikan ke pemerinah oleh konsultan menggunakan berita acara. Sedangkan tabungnya dikembalikan ke SPPBE.

Kata Sukardi, di Kota Probolinggo hanya tinggal lima kelurahan yang masih belum terdistribusi. Yaitu Kelurahan Kebonsari Kulon (3.617), Kanigaran (4.225), Kareng Lor (1.127), Jrebeng Lor (2.370) dan Triwung Kidul (2.000). Sisa paket distribusi hingga kemarin sekitar 14.500. Artinya jumlah itu masih cukup mengcover lima kelurahan dan retur dari warga. (rud/fa)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=170741

Tidak ada komentar:

Posting Komentar