Sabtu, 15 Mei 2010

SMA 7 Yk dikunjungi SMAN 3 Probolinggo

Saturday Pon, 15 May 2010 — Lain-lain


Sabtu Pon tanggal 15 Mei 2010 SMA Negeri 3 Probolinggo Jawa Timur dipimpin langsung kepala sekolah didampingi wakil kepala sekolah dan guru dan Tata Usaha kurang lebih 45 orang berkunjung ke SMA Negeri 7 Yogyakarta dalam rangka studi banding ingin melihar secara dekat tentang pelaksanaan pembelajaran dan melihat sarana pendukung yang dimiliki oleh seveners. Warga besar SMA Negeri 3 Problinggo Jawa Timue diterima diruang pertemuan whorkshop diterima oleh Bapak Drs Mawardi kepala sekolah SMA Negeri 7 Yogyakarta didampingi waka kurikulum (Dra. Baniyah), dan sarana prasarana (Lilik Lina Heni, S.Pd.) dan Koordinator ICT seveners Drs. Bandono, MM dan sebagai pemandu acara Waka Humas (Supardjo, SP,S.Pd.)


Sebelum diskusi mendapat penjelasan secara umum oleh Koordinator TIK Seveners (Pak B) tentang manajemen administrasi sekolah, proses pembelajaran dan sistem evaluasi, manajemen penyelenggaraan kurikulum, manajemen sistem informasi sekolah dan pemanfaatan ICT, manajemen perpustakaan sekolah serta hal-hal lain, peran dan fungsi komite sekolah dalam penyelenggaraan program sekolah. Model Pelaporan, Pembinaan Olimpiade, Hubungan lintas sektoral, Mitra kerja pendukung pembelajaran, Kegiatan ekstrakulikuler, Sistem pendanaan dan penggajian, Jenis kegiatan, Pengembangan sarana dan prasarana sumber dana, Prestasi Akademik, Output, Renstra dalam rangka pelakanaan SKM.


Dalam pertemuan antara SMA Negeri 7 Yogyakarta dan SMA Negeri 3 Probolinggo Jawa Timur setelah diskusi diruang whorksop dilanjutkan peninjauan ke lokasi dan dibagi dalam kelompok sesuai dengan tim pencari data diantaranya 1) kurikulum meliputi KBM, pembinaan olympiade dan remedi maupun pengayaan diantaranya; Dra. Eko Andiyani S, Amanah, S.Ag, Drs. Surip, Drs.Mukarji dipandu oleh Ibu Dra. baniyah selaku waka kurikulum SMA N 7 Yogyakarta 2) Kelompok kesiswaan meliputi kegiatan OSIS, Ekstrakurikuler, Tata Tertib diantaranya: Erfan Rosyidi, S.Pd., Bambang SUharyadi, S.Pd., Dra. Nunuk Sri M, Dra. Ririn Suryantini yang dipandu waka kesiswaan Bapak Drs. Suharno 3) Kelompok Bimbingan dan Konseling meliputi pembinaan siswa dan biasiswa, diantaranya: Drs. Sudjelan, Dra. Yuyun Juhaeriyah, Shinta Ayu, S.Pd. dipandu Ibu Dra. Sumiyati 4) Sarana dan Prasarana meliputi Perpustakaan, Laboratorium dan fasilitas komputer diantaraya; Rudi Eko R, S.Pd.,Ishakul Fatoni, S.Kom, Reny Windy A, S.Pd., Suciati, S.Pd., Yusia Agustin, S.Pd., Lilik Asriyah, S.Pd. dipandu oleh waka sarpras Ibu Hj. Lilik Lina Heni , 5) Adiwiyata meliputi Sekolah sehat, pengelolaan sampah diantaranya; Iskandar Wijayadi, S.Pd., Murnianto, S.Pd., Widy Santoso, S.Pd., M.Dipo islam S.Sos, Aminiyatun, BA. dipandu oleh penanggung jawab UKS ibu Ernawati 6) Administrasi meliputi kepegawaian, kesiswaan dan kurikulum diantaranya Akhmadun, A.Md.Kom, Baharudin, S>Ag, gatot Bambang Arianto, Chusnul Chotimah, Arik Kusumawati, S.Sos dipandu Kepala Tata Usaha SMA Negeri 7 Yogyakarta.


Dalam akhir kunjungan dilanjutkan penyerahan cindera mata dan foto bareng di depan gedung induk Bangsal Wiyata Mandala. Semoga dengan kunjungan ini akan saling tukar informasi.

Sumber: http://bandono.web.id/2010/05/15/sma-7-yk-dikunjungi-sman-3-probolinggo.php

Karya Prestisius dari Probolinggo


Menutup 2009, Adhi Wicaksono Danukusuma menyodorkan karya modifikasi yang bisa dibilang sebagai gebrakan. Basis yang dipilih pemodifikasi dari Lent Automodified Probolinggo, Jawa Timur, ini adalah Honda Blade 2009. "Ini pasti karya yang fenomenal, jadi saya support habis," ungkap Budiono, pemilik motor yang juga juragan dealer Honda Merpati 2 di Probolinggo.

Karena Honda Blade, Adhi memilih konsep modifikasi mengacu pada Honda CBR600. Jadi, genre sport yang menjadi ciri kental CBR600 dipindahkan ke Blade. Namun, ia tidak menjiplak total konsep dan acuannya saja karena dia menegaskan bahwa total modifikasi ini murni hasil improvisasi dan pemikirannya.

Siwe—penggilan sehari-hari Adhi—tidak asal cuap. Buktinya, bodi Blade yang ceking berubah layaknya moge, berisi dan kokoh. Bahkan harmonisasi dan detail terjaga baik.

Dengan baju baru, tentu efek pada kaki-kaki jadi kurang seimbang jika masih mempertahankan peranti-peranti orisinal. Solusinya, satu set kaki-kaki dari Honda NSR-SP dipasang. Lalu, sistem pro-arm yang diapakai sangat sepadan jika disanding dengan bodywork.

Dominasi warna kuning dengan motif grafis ala CBR600 membuat besutan Budi terlihat garang. Hal itu diperkuat dengan model lampu utama dari Honda Airblade yang cocok. Meski bentuknya tidak sama persis, paling tidak, motor ini mendekati miriplah. Pada bagian atas lampu dipasang semacam visor berwarna gelap.

"Ini merupakan variasi yang sering diaplikasi komunitas Ninja 250," komentar Adhi. Bagian belakang dibuat tipis dan meruncing panjang untuk menyeimbangi depan yang tampak seperti maju.

Selain harmonisasi, detailnya pun terjaga.

Sumber: http://blogmobilmotor.blogspot.com/2010/05/karya-prestisius-dari-probolinggo.html

Jalur Probolinggo-Pasuruan Sudah Normal

Kelana Kota

15 Mei 2010, 15:39:58| Laporan Eddy Prastyo

suarasurabaya.net| Jalur Probolinggo-Pasuruan yang sempat tergenang banjir sekitar setengah meter di jalur Ngopak sudah normal, Sabtu (15/05) sejak pukul 15.00 WIB. Sebelumnya, kawasan Ngopak dan tengah Kota Probolinggo ditutup akibat banjir.

AKP HARDONO Kepala Induk PJR Jatim 5 Probolinggo pada Suara Surabaya melaporkan genangan air di Jl. Soekarno-Hatta, Probolinggo sudah surut dari 50 cm siang tadi, sekarang tinggal 20 cm.

Dengan kondisi ini, kendaraan yang siang tadi dialihkan lewat Pilang – Wonoasih, sekarang sudah normal kembali. Sementara di Ngopak, masih ada sisa sedikit genangan namun jalur juga sudah tidak lagi dialihkan ke Grati, Pasuruan.

Meski begitu, petugas PJR gabungan Lantas Polres Probolinggo dan Pasuruan tetap mengatur untuk antisipasi kepadatan arus karena jalur Pasuruan-Probolinggo terpantau banyak jalan yang berlubang.(gk/edy)

Sumber: http://kelanakota.suarasurabaya.net/?id=1e2708b95c97d7f8886845199724141f201076603

Ribuan Rumah Terendam, Sekolah Diliburkan

Sabtu, 15 Mei 2010 | 12:56 WIB
MOBIL minibus mogok dan didorong saat melintasi Jl. Soekarno-Hatta, Probolinggo.

PROBOLINGGO - Hujan deras Sabtu (15/5) dinihari mengakibatkan ribuan rumah dan sejumlah ruas jalan di Kota Probolinggo terendam banjir. Walikota H M. Buchori SH MSi melalui radio milik Pemkot Probolinggo, Suara Kota FM menyerukan sekolah-sekolah dilburkan.

Ribuan rumah yang terendam banjir itu tersebar di sejumlah kelurahan di belahan utara Kota Probolinggo. “Saya kaget begitu menjelang subuh, genangan air menggelontor ke dalam rumah, sampai-sampai kulkas saya ngambang,” ujar Matalil, warga Jl. Ir Djuanda, Kel. Tisnonegaran, Kec. Kanigaran, Sabtu (15/5) pagi.

Air yang menjelang subuh setinggi paha orang dewasa pada pukul 07.00 pagi tadi surut menjadi selutut. Dengan pompa diesel, Matali berusaha menyedot dan membuang air yang menggenangi rumahnya.

“Saya panik begitu air di saluran drainase di depan rumah meluap dan masuk ke dalam rumah,” ujar Ny. Umar, warga Jl. Tjokroaminoto, Kota Probolinggo. Meja-kursi dan sejumlah perabotan ikut terendam air setinggi lutut.

Genangan air juga menggenangi ratusan rumah di Jl. Tjokroaminoto Gang I, Gang II, Gang Kapuran, hingga Gang Istiharoh, Kel. Kebonsari Kulon, Kec. Kanigaran. Sejumlah rumah di Kel. Jrebeng Lor juga tidak luput dari genangan air.

Genangan paling dalam terjadi di permukiman Jl. Armada (Jl. Flamboyan) yang letaknya memang rendah. ”Subuh tadi ketinggian air sampai sepinggang orang dewasa, saat matahari terbit sedikit surut hingga sepaha,” ujar Sunar, warga Jl. Armada, Kel. Pilang.

Sejumlah fasilitas umum di Kel. Pilang juga terendam banjir. Di antaranya, pasar tradisional (pasar krempyeng) yang berubah menjadi danau. Demikian juga sekolah, SMA Negeri Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 di Jl. Soekarno-Hatta, Kel. Surahgrinting yang letaknya di seberang pasar tersebut.

”Sejumlah murid memang ada yang sudah telanjur datang, tetapi tadi Pak Wali mengumumkan di radio, semua sekolah diliburkan,” ujar Su’ud, penjaga SMAN 1. Walikota melalui radio milik Pemkot itu meminta, sekolah-sekolah terutama yang terendam banjir agar meliburkan para siswanya. Demikian juga sekolah yang jalan aksesnya terendam banjir, sebaiknya diliburkan karena bisa membahayakan siswa.

Beberapa siswa yang celana dan roknya basah pun akhir meninggalkan gedung sekolah yang terendam air hingga ketinggian sekitar 50 cm itu.

”Karena tidak tahu kalau sekolah diliburkan mendadak saya tetap berangkat ke sekolah dengan sepeda pancal,” ujar Astunur, siswa SMAN 1. Ia mengaku sempat kesulitan menggenjot sepedanya di ruas Jl. Soekarno-Hatta yang dilanda banjir.

MAN 2 yang gedungnya berhimpitan dengan SMAN 1, juga terendam banjir. ”Banyak dokumen sekolah seperti rapor siswa dan buku-buku yang terendam. Mudah-mudahan masih bisa dikeringkan,” ujar Lis Dawam, guru MAN 2.

Sejumlah guru di SMAN 1 juga ketir-ketir, soalnya sejumlah SK kenaikan pangkat yang disimpan di lemari sekolah terendam. ”Waduh mudah-mudahan SK itu tidak rusak. Buku-buku juga banyak yang terendam,” ujar Su’ud.

Arus lalulintas di sejumlah ruas jalan di Kota Probolinggo seperti di Jl. Tjokroaminoto, Jl. Pahlawan, Jl. Panglima Sudirman, dan Jl. Soekarno-Hatta juga terendam banjir. Banjir terparah menggenangi Jl. Soekarno-Hatta tepatnya mulai depan kantor PMI hingga SMAN 1 (sekitar 300 meter).

Puluhan sepeda motor dan mobil tampak mogok akibat terendam banjir saat melintasi jalan protokol itu. Sejumlah kendaraan besar seperti truk dan bus pariwisata memang masih aman.

Kampung Dok di Kel. Mayangan, Kec. Mayangan yang berdekatan dengan kawasan pelabuhan Tanjung Tembaga, juga tergenang air hingga setinggi paha. Pemicunya, saluran drainase dari kampung itu menuju laut lepas terganggu proyek Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan.

Masih di Kec. Mayangan, RSUD Dr Moch. Saleh juga sempat disapa banjir. ”Tidak sebera dalam, di beberapa bagian ada yang sampai setumit,” ujar seorang petugas kebersihan sambil mengepel lantai, Sabtu pagi tadi.

Di sebelah utara RSUD, sebuah TK IT Permata juga terendam banjir. ”Syukurlah, sekarang anak-anak sedang libur,” ujar seorang guru sambil menyelamatkan buku-buku dan alat permainan pada TK di Jl. Pandjaitan itu.

Banjir Pacitan

Tak hanya Probolinggo, banjir juga menerjang Kecamatan Arjosari, Pacitan, menyebabkan genangan di sejumlah ruas jalur Pacitan-Ponorogo. Di lingkungan Pajaran, Desa Pagutan luapan air sungai yang naik ke jalan raya mencapai paha orang dewasa. Akibatnya, kemacetan panjang tak dapat dihindari.

"Saya mau ke Pasar Arjosari, baru sampai Pajaran ternyata airnya sangat tinggi. Daripada mobil saya mogok mending parkir disini," ungkap Purwadi (48), sopir angkutan umum, Sabtu (15/5).

Selain kendaraan kecil tertahan, ratusan sepeda motor yang hendak melintasi jalur tersebut juga terjebak macet. Sementara beberapa kendaraan baik mobil maupun motor yang nekat menyeberang akhirnya mogok di tengah genangan air. Hanya kendaraan besar seperti truk dan bus yang lolos dari kemacetan. Kemacetan yang terjadi juga memaksa sebagian pengguna jalan menempuh jalur alternatif. Yakni melalui Kecamatan Tulakan-Tegalombo-Ponorogo dan sebaliknya.

"Saya pilih kembali ke Pacitan dan lewat Tulakan saja," kata Ahmad Farhan, pengemudi yang hendak menuju ke Nganjuk. isa, dtc

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=13d7bacaeffaa43f1d6e5fa886547670&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a

Pistol Militer di Tubuh Korban Mutilasi

Pipiet Tri Noorastuti
Sabtu, 15 Mei 2010, 17:13 WIB

SURABAYA POST - Kapolres Probolinggo, AKBP AI Afriandi yang sebentar lagi dipromosikan sebagai Wadirlantas Polda Sulawesi Tengah agaknya harus berat langkah meninggalkan Probolinggo. Di ujung jabatannya, ia harus secepatnya mengungkapkan kasus pembunuhan sadis dengan korban Hartono (30), warga Desa Andungsari, Kecamatan Tiris.

Ada dua motif yang paling dicurigai: motif asmara dan perampokan. ”Motif ini semakin kompleks karena di antara mayat ditemukan sepucuk pistol FN buatan Belgia beserta 11 butir peluru,” ujar Kapolres, Jumat, 14 Mei 2010. pera

Pistol yang biasa digunakan kalangan TNI itu dikubur dalam lubang yang juga berisi potongan paha korban. Keduanya terbungkus sapu tangan motif bunga-bunga warna biru.

Dalam bungkusan itu juga terdapat 11 peluru dan beberapa pegas kecil yang diduga suku cadang pistol. Ada pula dua botol minuman suplemen yang isinya diduga minyak pelumas untuk pistol dan dua utas tali dari kain bermotif doreng.

Yang membuat Kapolres mengernyitkan dahi dan tidak habis pikir, mengapa benda-benda 'militer' itu diletakkan di antara potongan mayat? “Sekadar menduga, kalau pelaku pembunuhan kemudian meninggalkan barang-barangnya di situ, rasanya tidak masuk akal,” ujarnya.

Kalau bukan milik pelaku, untuk apa 'identitas militer' itu diletakkan pada potongan mayat? Untuk tujuan kamuflase, menutupi identitas pelaku yang sebenarnya, atau untuk menyudutkan pihak tertentu?

Teka-teki itu semakin rumit setelah diketahui, kebun kopi bercampur pisang itu milik seorang prajurit TNI, Serma Nim, yang berdinas di sebuah Koramil di Probolinggo. ”Yang bersangkutan anggota TNI, jadi kami tidak berhak memeriksanya,” ujarnya.

Sementara itu Komandan Sub Denpom V/3 Probolinggo, Lettu CPM Samat, mengatakan, pihaknya belum memeriksa Serma Nim. ”Mungkin masih diperiksa di internal Kodim, belum dilimpahkan kepada kami,” ujarnya.

Komandan Kodim 0820 Probolinggo, Letkol Arh. Budhi Rianto yang dihubungi lewat telepon selularnya tidak merespons. Namun, menurut seorang sumber, Serma Nim sudah diperiksa Pasi Intel di Makodim.

Motif Asmara?
Selain disibukkan mengungkap teka-teki keberadaan pistol FN dan sejumlah 'benda militer', polisi menduga ada motif asmara di balik pembunuhan Hartono. Hal itu berdasarkan keterangan sejumlah saksi yang telah diperiksa di Polsek Tiris dan Mapolres Probolinggo.

”Sambil menunggu hasil Labfor (laboratorium forensik) yang memeriksa mayat dan pistol FN, kami sudah memeriksa tujuh saksi,” ujar Kapolres. Dikatakan, dari keterangan sejumlah saksi, dugaan selingkuh pada Hartono mengemuka.

Hubungan Hartono dengan istrinya, Misnati (28), sekitar sebulan lalu sempat tidak harmonis. Misnati yang sedang hamil tua itu pun sempat menempeleng suaminya disertai tudingan lelaki itu berselingkuh.

Sejumlah saksi menceritakan sekitar sebulan lalu Hartono bertandang ke rumah tetangganya, Ali. Ternyata, Ali tidak ada dan dia hanya ditemui Fatimah, istri Ali. Keberadaan Hartono di rumah Fatimah itu terendus Misnati. Ibu satu anak itu langsung melabrak Hartono. Karena dibakar api cemburu, Misnati sempat menampar pipi Hartono.

Hartono yang bersikukuh tidak berselingkuh, hanya tertawa menerima tamparan istrinya. ”Sesampai di rumahnya, Hartono kembali ditempeleng istrinya,” ujar Kapolres.

Usai dua kali 'dihadiahi' tempeleng tangan istrinya, Hartono ngambek. Sekitar seminggu ia pulang dan tinggal di rumah ibunya, Ny. Surat, juga di Desa Andungsari. Ia baru kembali ke rumah istrinya setelah kemarahan Misnati reda.

Tidak hanya rumah tangga Hartono-Misnati yang terguncang. Ali pun sempat mengancam istrinya dengan celurit agar perempuan itu berkata jujur, apakah benar-benar berselingkuh atau tidak. Namun Fatimah bersikukuh, dirinya hanya menemani mengobrol Hartono, bukan berselingkuh.

Memang saat diperiksa penyidik (polisi), Ali membantah dirinya pernah mengancam istrinya dengan sebilah celurit. ”Ali juga membantah pernah memarahi istrinya gara-gara berduaan dengan Hartono,” ujar Kapolres.

Benarkah motif asmara di balik pembunuhan Hartono? ”Hanya dugaan, motif ini sedang kami dalami,” ujar AKBP Afriandi.

Meski kadarnya lebih rendah, muncul dugaan motif perampokan di balik mutilasi terhadap Hartono. Soalnya, sepeda motor merek Tossa dan sebuah HP milik Hartono hingga kini belum ditemukan.

Sejumlah saksi mengatakan, Senin, 10 Mei 2010, sekitar pukul 15.00, Hartono pulang dari rumah ibunya mengendarai Tossa. Rupanya Hartono tidak langsung pulang, tetapi masih berputar-putar di Desa Andungsari. Bahkan sekitar pukul 17.00, menjelang maghrib, seorang saksi, Agus, menjumpai Hartono singgah di sebuah kios telepon selular di Andungsari. Namun hingga Selasa pagi Hartono belum menampakkan batang hidungnya.

Akhirnya keluarga Hartono melakukan pencarian beramai-ramai. Kawasan pedesaan di lereng Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan yang berbukit-bukit itu disisir. Selasa sore sekitar pukul 17.00, seorang kerabat Hartono menemukan gundukan tanah mencurigakan di kebun kopi milik Serma Nim di Dusun Segaran Duwas, Desa Andungsari. Tampak sebuah rusuk –diduga rusuk manusia- menyembul dari timbunan tanah di kawasan kebun kopi dan sejumlah batang pisang itu di tepi Kali Salak itu.

Polsek Tiris dan Polres Probolinggo pun kemudian dihubungi. Polisi kemudian menggali lubang di mana potongan tubuh itu menyembul. Akhirnya ditemukan dada yang terbelah dua dan kepala manusia dalam lubang tersebut. (umi)

Laporan: Ikhsan Mahmudi

Sumber:http://jatim.vivanews.com/print_detail/printing/151209-pistol_militer_di_tubuh_korban_mutilasi

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=726c44e5b573700a55d76d4e8dde9044&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a


Setahun, Traffic light Belum Maksimal

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Meski sudah lama dipasang, namun keberadaan traffic light atau lampu lalu lintas di Kraksaan belum optimal. Sejak dipasang pada akhir 2009, masih banyak pengguna jalan yang menerobos traffic light tersebut.

Traffic light di sekitar Kraksaan sendiri ada di tiga titik. Yakni di simpang tiga Pajarakan, simpang empat kampung melayu Jl PB Sudirman, Kraksaan dan simpang tiga Kandang Jati, Kraksaan.

Dalam pantauan Radar Bromo, banyak pengguna jalan yang menerobos traffic light saat lampu merah sedang menyala. Nanang, 24, warga Desa Jatiurip, Krejengan mengatakan, jika tidak ada petugas, pengguna jalan biasanya menerobos lampu merah. Lalu saat jalanan sedang sepi, pengguna jalan juga biasa menerobos lampu merah. "Terobos saja, Mas. Lha wong sepi," ujar Nanang.

Hal senada diungkapkan Nur Cahyono, 28, warga Desa Ketompen, Pajarakan. Nur mengatakan, masih banyak pengguna jalan yang menerobos traffic light. Misalnya, traffic light di simpang tiga Pajarakan.

Menurut dia, belum banyak pengguna jalan yang mematuhi rambu-rambu tersebut. "Pengguna menganggap enteng. Karena tidak setiap saat dijaga polisi," kata Nur.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Probolinggo Suheriyanto saat dikonfirmasi mengatakan, Dishub memiliki kewewenangan terbatas. Yakni, manajemen rekayasa lalu lintas.

Manajemen tersebut kata Suheriyanto berkaitan dengan pengadaan marka, rambu-rambu, traffic light dan perlengkapan jalan lainnya.

Sementara penanganan pelanggaran merupakan wewenang Satuan Lalu Lintas Polres Probolinggo. "Pembagian wewenangnya begitu," jelasnya.

Meski demikian, tahun depan Dishub menurut Suheriyanto akan menambah fasilitas jalan. Yakni, dua traffic light. Masing-masing di simpang tiga Pajarakan dan simpang tiga Desa Sumber Lele.

Di kedua titik tersebut menurut Suheriyanto, dibutuhkan traffic light tambahan. Sebab ada jalan dari Utara. Jalan tersebut awalnya tidak diperhitungkan. "Namun ternyata malah membuat lalu lintas semrawut," terangnya.

Karena itu kata Suheriyanto, penambahan traffic light sangat penting. Selain untuk lebih menertibkan lalu lintas, juga meringankan tugas polisi lalu lintas.

Sementara Kasatlantas Polres Probolinggo AKP Dwi Agung Setyono membenarkan penjelasan Kadishub Suheriyanto. Menurutnya, pihaknya berwenang untuk melakukan tindakan hukum pada pelanggar rambu lalu lintas. Misalnya, pelanggar traffic light tersebut. "Kalau pengadaannya, itu wewenang Dishub," ujar Agung.

Agung menambahkan, selama ini pihaknya sudah berupaya mengoptimalkan fungsi traffic light. Salah satunya dengan menyebar kekuatan personil tiap pagi. Terutama di titik-titik rawan kecelakaan. Yakni, di setiap simpang tiga dan simpang empat jalur pantura. "Agar resiko kecelakaan berkurang," lanjutnya.

Menurut Agung, terjadinya pelanggaran biasanya menyebabkan terjadinya kecelakaan. Solusinya, di antaranya membuat pos lalu lintas di tiga traffic light tersebut. Namun solusi itu terkendala.

Sebab kata Agung, pembuatan pos harus tercantum dalam anggaran pemerintah. Artinya, pos polisi bisa dibuat bila sudah dianggarkan oleh pemerintah. Selain itu, juga atas partisipasi warga.

Agung berharap, pembuatan pos polisi bisa dianggarkan tahun depan. "Agar keamanan berlalu lintas bis ditingkatkan," katanya.

Namun menurut Agung, meski fasilitas jalan sudah lengkap, tidak berarti masalah selesai. Agung mengatakan, kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas tetap menjadi faktor utama. "Senantiasa hati-hati di jalan," ujarnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158472

Pemkab Soal Pembayaran Gaji Melalui Rekening

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ]

KRAKSAAN-Usulan pembayaran gaji pegawai negeri sipil (PNS) melalui rekening mendapat tanggapan dari Pemkab Probolinggo. Bahkan usulan tersebut saat ini sejatinya memang tengah digodok oleh pemkab.

Sekda Kusnadi mengatakan, usulan pembayaran gaji melalui rekening tersebut bukanlah hal yang baru lagi. "Saat ini itu sudah ada beberapa karyawan pemkab yang sudah membuat akun di bank," katanya saat dikonfirmasi kemarin (14/5).

Dijelaskan Sekda, usulan pembayaran gaji melalui rekening sejatinya sudah diwacanakan sejak lama. Bahkan di pemerintah daerah tingkat I atau pemprov sudah pernah melaunching pembayaran karyawan melalui nomor rekening itu.

Namun di Kabupaten Probolinggo sampai sejauh ini proses pembayaran gaji karyawan melalui rekening masih belum diterapkan secara keseluruhan. "Kami masih belum temukan teknis pelaksanaannya," kata Kusnadi.

Masalah teknis pelaksanaan memang menjadi permasalahan tersendiri. Sebab kebanyakan pegawai di pemda banyak yang memiliki tangunggan lain-lain seperti koperasi atau tanggungan lainnya.

Biasanya tanggungan itu diambil tiap bulan dengan memotong dari gaji pegawai. Nah, bila pembayaran dilakukan melalui rekening, potongan untuk hal-hal itulah yang masih belum bisa dicarikan solusinya.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, pembayaran gaji PNS yang masih dilakukan dengan cara konvensional mendapat perhatian dari anggota DPRD Jatim Mahdi. Politisi asal PPP itu menyarankan, sudah saatnya pemkab atau pemkot di tiap daerah membayar gaji PNS melalui rekening.

Saat ini, gaji PNS memang masih dibayar dengan cara lama. Yakni, mengambil gaji langsung di bagian keuangan atau instansi yang diberi mandat. Cara ini menurutnya sangat rawan. Karena tidak menutup kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti dirampok.

Antisipasi yang diusulkan oleh Mahdi, yakni pembayaran gaji PNS melalui rekening. Pembayaran cara ini menurutnya akan jauh lebih efektif. "Itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan juga," lanjut kakak kandung Wabup Probolinggo Salim Qurays ini.

Selain itu kata Mahdi, pembayaran gaji melalui rekening juga memungkinkan pegawai menerima gajinya secara utuh. Sebab sudah menjadi rahasia umum, selama ini PNS menyisihkan sedikit gajinya sebagai uang lelah untuk pegawai yang mendapat tugas mengambilkan gaji bagi pegawai lain. Maklum, beban yang ditanggung pegawai ini sangat besar.

Jika gaji PNS dibayarkan dengan sistem online atau melalui rekening, maka kondisi-kondisi seperti itu bisa diminimalisir. Para pegawai otomatis bisa menerima langsung gajinya tanpa perantara. Sehingga, potongan sedikit untuk uang lelah juga tidak diperlukan lagi.

Dengan adanya usulan tersebut, pemkab menurut Sekda akan terus mengkaji untuk masalah teknis pembayaran gaji melalui rekening tersebut. "Kami pikir dahulu teknis pelaksanaannya," beber Sekda Kusnadi.(mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158467

Terserang Diare, Tewas di Terminal

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Terminal Bayuangga Kota Probolinggo Kamis (13/5) malam lalu gempar. Seorang lelaki ditemukan tewas dalam kondisi telungkup di depan pos peron, tepatnya di depan pemberhentian bus untuk penurunan penumpang.

Dari dompet yang dibawa di saku celana belakangnya, identitas mayat tersebut diketahui bernama Busri, 60. Ia tercatat sebagai warga Dusun Gua Panas, Desa Tancak, Kecamatan Omben, Sampang.

Dari informasi yang dihimpur Radar Bromo, malam itu Busri turun dari sebuah bus jurusan Banyuwangi-Madura. Sekitar pukul 21.30, lelaki yang sudah sepuh tersebut turun dari bus. Ia terlihat mondar-mandir sambil memegang perutnya. "Lalu ia pergi ke toilet. Katanya di sana buang air besar," ujar Ingmas, petugas peron.

Sekembalinya dari toilet, Busri terlihat sempoyongan kemudian duduk bersandar di tembok sekitar 5 meter dari pos peron. Oleh pedagang asongan dan petugas, Busri sudah sempat dinasihati agar duduk di kursi terminal bagian dalam. Karena di terminal dalam tempat duduknya lebih nyaman dan tidak basah karena malam itu Kota Probolinggo habis duguyur hujan. Namun saat itu Busri menolak. Sekitar 30 menit kemudian, Busri ambruk tertelungkup.

Melihat Busri ambruk, beberapa orang yang saat itu ada di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) langsung datang untuk melihat. Saat itu diketahui Busri sudah tidak bernyawa. "Waktu dari toilet, ia juga sempat buang air besar di lantai," ujar seorang warga.

Penemuan mayat tersebut kemudian dilaporkan ke petugas Polsek Kademangan dan Polresta Probolinggo. Mayat Busri kemudian dikirim ke kamar jenazah RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo. Sampai kemarin (14/5) siang, keluarga Busri masih belum ada yang datang.

Sumber dari Polantas Polresta Probolinggo mengatakan, pihak Polresta sudah menghubungi nomor telepon keluarga Busri untuk segera menjemput mayat Busri. Namun keluarga Busri saat itu menjelaskan masih belum bisa mengambil mayat Busri karena masih belum mempunyai uang untuk ongkos transportasinya.

Sementara petugas kamar mayat Abdul Bahri mengatakan, penyebab Busri meninggal karena kekurangan cairan akibat serangan diare yang menimpanya. "Diarenya lumayan parah, jadi cairannya habis," katanya. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158466

Notaris Sudutkan Bagian Aset

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ]
Mbuletnya Proses Sertifikat Kampung Dok

PROBOLINGGO - Simpang siur pengurusan sertifikat tanah milik 37 warga Kampung Dok Baru Mayangan Kota Probolinggo terus menjadi perhatian komisi A DPRD setempat. Kemarin (14/5), dewan kembali menggelar hearing terkait kasus tersebut.

Dalam hearing itu notaris Hernowo yang kebagian tugas mengurus sertifikat-sertifikat itu cenderung menuding Bagian Aset Pemkot sebagai biang keladi. Bagian Aset dituding tidak segera memberikan surat kuasa sehingga memperlambat proses pembuatan akta tanah.

Notaris Hernowo menuturkan tahun 2005 sekitar bulan November dan Desember terjadi tukar guling tanah. Dalam prosesnya ada persyaratan yang harus dipenuhi. Katanya, program itu gawat darurat. Jika tidak dilakukan, pabrik particle board tidak ada di sana. Nah, masalahnya luas tanah warga (untuk pabrik) sudah ada tapi tanah penggantinya belum ada.

Tahun 2007 Hernowo meminta ada persetujuan dewan. Tahun 2008 baru proses ukur dan peta bidang dari BPN. Ia minta semua pihak memaklumi lamanya proses itu karena dokumennya masih dicicil. Hernowo kemudian mencontohkan proses sertifikat tanah dengan perumnas yang ditanganinya sangat cepat karena dokumen lengkap.

"Istilahnya saya ini penjahit, tetapi pemkot tidak memberikan kainnya ke saya. Jadi, saya harus mencari sendiri. Implikasinya luar biasa. Tidak semudah orang awam membeli tanah kavling," katanya.

Hernowo mengaku, dokumen yang ia maksud adalah surat kuasa dari aset yang menyebutkan kalau tanah itu adalah milik pemkot. Akhirnya penyelesaiannya pun ngecer dan berlarut-larut. Oleh karena itu, ketika ada warga yang tanya kepada dirinya, Hernowo mengatakan agar menanyakannya ke Bagian Aset.

Menurutnya, setiap langkah yang dikerjakan sudah disampaikan kepada warga. Karena Hernowo takut dianggap tidak bekerja. Hernowo juga bilang sempat diundang oleh pemkot membahas soal sertifikat dan semua orang dimarahi oleh Sekda.

"Kalau ada surat kuasa dari wali kota ke Bagian Aset, tinggal saya menandatangani dan menempelkan materai di beberapa akta yang sudah siap, selesai. Pengantarnya juga sudah saya buat. Jadi, hanya tinggal menunggu itu saja. Dokumen yang diperlukan itu ada surat tukar menukar, pelepasan dari warga, pelepasan dari pemkot dan surat kuasa," jelasnya.

Kembali Hernowo memberikan pernyataan, kalau tugasnya hanya membuat akta berupa alat bukti dokumen. Kelengkapan dikumen membutuhkan antara lain KTP terbaru, surat nikah, kartu keluarga (KK) dan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB).

"Biar sama-sama jalan, peta bidang sudah ada, kumpulkan dokumennya. Aset melok ngetik po'o seh, sambil menunggu. Biar connect antara saya dan Bagian Aset," cetus Hernowo.

Perwakilan Bidang Aset yang hadir dalam hearing kemarin hanya menyatakan ada 37 akta di notaris Ernowo dan sudah ditandatangani oleh Sawie, Kepala Bagian Aset dulu. Posisi akta tersebut saat ini masih ada di notaris dan belum diserahkan kepada Aset.

Hernowo langsung menyikapi, tanpa menunggu instruksi dari pimpinan rapat. "Benar. Itu dokumen negara, saya bikin salinannya. Tapi, ada dokumen yang harus dilengkapi. Surat kuasa. Itu yang saya minta belum dipenuhi sampai sekarang oleh Aset," sahutnya.

Selain notaris dan DPPKA hearing kemarin juga dihadiri perwakilan warga dan perwakilan Badan Pertanahan Nasional.

Ketua RW 6 Kelurahan Mayangan Yugo Sasmito mempertanyakan penyelesaian sertifikat tanah Kampung Dok Baru yang molor-molor terus itu. Padahal masalah itu sudah terjadi sejak warga direlokasi karena ada pendirian pabrik particle board PT Kutai Timber Indonesia (KTI) beberapa tahun lalu.

"Mulai tahun 2005 sampai sekarang belum selesai. Kok sepertinya adem ayem saja, dari pemkot dan notaris tidak ada kabar," keluhnya.

"Urusan sertifikat ini tidak boleh tidak sempat. Harus dikerjakan. Jangan sampai masyarakat memberikan deadline. Pertemuan ini dalam rangka mencari siapa yang mbulet," sahut ketua komisi A As'ad Anshari.

Sukardi dari staf BPN mengatakan, peta bidang untuk Kampung Dok Baru sudah ada. Data di BPN ada 42 sertifikat. Sebenarnya ada 37 sertifikat, tapi ada beberapa warga yang minta dalam satu bidang tanah dibuat dua sertifikat. Sukardi menginformasikan untuk 37 sertifikat hanya butuh waktu 1,5 sampai 2 bulan.

Dikonfirmasi secara terpisah, Kabid Aset Rachmadeta membantah jika pihaknya dikatakan tidak pernah memberikan surat kuasa kepada notaris. Menurutnya surat kuasa yang dimaksud oleh Hernowo sudah diterbitkan pada tahun 2005 lalu. Saat itu Kabag Aset dijabat oleh Abdul Hadi Sawie, kini Sekretaris DPRD.

"Kalau sampai notaris bilang tidak ada surat kuasa, kami sudah menyerahkan kok. Saat ada pertemuan dengan Pak Sawie dan Pak Sekda, notaris bilang surat kuasa tidak ketemu alias hilang. Nah, kalau hilang mestinya ada surat laporan polisi. Pak Sawie waktu itu juga bilang sudah tanda tangan surat kuasa dan diserahkan kepada notaris," jelas Deta, saat dihubungi via ponsel. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158465

PDAM Kota Sikapi Retribusi Air Ronggojalu

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ]
Siap Ikut Aturan Main
PROBOLINGGO-Rencana pemberlakuan retribusi sumber air Ronggojalu Kabupaten Probolinggo mendapat respons positif dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kota Probolinggo.

Hal itu dikarenakan sebagian kebutuhan air bersih warga di Kota Probolinggo terpenuhi dari sumber air permukaan Ronggojalu. Maka, ketika muncul wacana retribusi pada sumber air tersebut, mau tidak mau setempat harus mengikuti aturan main pemkab Probolinggo.

Direktur PDAM Kota Probolinggo Lukman Tjahyono menjelaskan kalau pihaknya akan mengikuti regulasi yang ada. Selama ini PDAM mengikuti perda Provinsi Jawa Timur tentang pemanfaatan sumber daya air bawah tanah dan permukaan.

"Sekarang ada aturan dan undang-undang baru, ya monggo. Pasti nanti akan ada pembicaraan dan duduk bersama antara bupati dan wali kota, sebelum aturan itu dilaksanakan," kata Lukman.

Seperti dikorankan sebelumnya, komisi C DPRD Kabupaten Probolinggo mengusulkan agar Pemkab Probolinggo menarik retribusi air bersih dari mata air Ronggojalu di perbatasan Tegalsiwalan - Leces Kabupaten Probolinggo. Sebab, meski mata air itu mengalir kemana-mana (termasuk ke Kota Probolinggo) belum ada kontribusi maksimal untuk PAD (pendapatan asli daerah) kabupaten.

Karena itu DPRD Kabupaten Probolinggo serius membahas keberadaan Ronggojalu dan pemanfaatannya. Kepala Bappeda Pemkab Tanto Walono pun menyambut baik pembahasan tersebut karena ada undang-undang baru menyangkut perpajakan dan retribusi.

Selama ini PDAM Kota Probolinggo membayar retribusi berdasarkan berapa kubik yang dieksplorasi dari sumber air di Ronggojalu. Setiap bulannya PDAM mengekplorasi 380 ribu meter kubik. Saat ditanya nominal yang dibayarkan, Lukman enggan mengeksposenya, yang jelasnya hingga jutaan rupiah.

Jika pemkab jadi memberlakukan retribusi tersebut, maka PDAM kota diwajibkan membayar dua retribusi, yaitu retribusi ke pemkab dan retribusi ke provinsi. Menurut Lukman, adanya retribusi pemkab itu nantinya tidak akan berdampak luar biasa bagi PDAM setempat.

"Yang penting retribusinya terjangkau, tidak masalah. Nanti kan ada nego. Pokoknya regulasi yang dikeluarkan oleh pemkab akan kami ikuti. Kami sportif saja, karena memang suplai air untuk Kota Probolinggo ya dari sana. Kami tinggal menunggu perkembangannya bagaimana," pungkas Lukman, kemarin siang. Pasalnya, sejak PDAM berdiri di tahun 1945 Probolinggo sudah memanfaatkan sumber air di Ronggojalu tersebut. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158464

Tutup Akses ke Breakwater PPP Mayangan

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ] Rata Penuh
Pastikan Tak Ada Lagi Pungli

PROBOLINGGO - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo Wirasmo menegaskan sudah tidak ada lagi pungutan tanpa dasar atau pungutan liar di pelabuhan perikanan pantai (PPP) Mayangan. Tepatnya pungutan di akses masuk kawasan breakwater PPP Mayangan.

Persis setelah Radar Bromo memberitakan adanya pungutan liar di PPP Mayangan, DKP langsung bergerak. Mereka melarang beredarnya karcis ilegal di akses masuk kawasan breakwater.

"Saya sudah menegaskan dan meminta karcis ilegal itu beredar lagi disana. Pemkot tidak pernah mengeluarkan karcis seperti itu untuk retribusi kebersihan dan keamanan. Mereka (Alpin) mau mematuhi. Tinggal Senin (17/5), Pak Wali akan adakan pertemuan membahas soal itu," jelas Wirasmo.

Diketahui, sebelumnya ada pungutan liar di PPP Mayangan. Pungutan itu diberlakukan kepada orang-orang yang hendak masuk kawasan breakwater. Tempat itu biasanya jadi tempat nyantai warga, termasuk memancing.

Pungutan dilakukan oleh Alpin (aliansi pedagang ikan). Dalihnya, duitnya untuk kebersihan dan keamanan. Atas masalah pungli itu, Wali Kota Buchori sempat geram. Ia berjanji menertibkannya.

Sementara, menurut Wirasmo, setelah pungli diberitakan di media, keesokan harinya, ia bersama Badan Pengelola PPP (BP4) dan Alpin mengadakan pertemuan. Langkah tindak lanjut sudah diambil oleh BP4 berkoordinasi dengan DKP bahwa breakwater ditutup dan tidak boleh ada orang masuk.

Walaupun orang itu sekedar jalan-jalan atau memancing. Pasalnya, jika breakwater itu ditempati orang maka tatanan bebatuan bisa berpengaruh dan membahayakan fisik breakwater.

"Hari ini (kemarin) pun masyarakat tidak akan bisa kesana. Wong disana itu bukannya tempat untuk rekreasi. Kalau pun ada yang bisa menyusup ke breakwater, itu berdasarkan ketidaktahuan saja, mereka bisa masuk pasti nyerobot. Kami sudah bekerjasama dengan Kamladu (Keamanan Laut Terpadu) untuk menangani ini," ungkap Wirasmo.

Terkait retribusi parkir dan pasar, Alpin memang sudah berkoordinasi dengan DKP. Karcis sudah disediakan oleh pemkot. Setiap minggunya, terhitung sejak 1 April lalu Alpin menyetor duit sebesar Rp 100 ribu kepada DKP untuk dua retribusi, pasar dan parkir.

Dalam pertemuan dengan Wali Kota, Senin depan, Wirasmo menyatakan juga akan dibahas soal karcis retribusi. Ada dua opsi. Nantinya bakal dipihak-ketigakan, seperti di areal sejumlah departemen store. Di situ ada negosiasi pembagian pendapatan dan berapa yang disetor ke pemkot.

"Opsi kedua, semua diserahkan ke Dinas Perhubungan (Dishub). Pemkot hanya menerima setorannya saja. Itu nanti akan dibahas, katanya pak wali mau ada pertemuan hari Senin," ujar Wirasmo.

Banyak Rusak

Penutupan akses ke breakwater untuk masyarakat umum dibenarkan Syahbandar BP4 Goentoro. Menurutnya, breakwater cepat rusak dan longsor karena ulah warga yang tidak bertanggung jawab.

Menurut Goentoro, kerusakan itu karena banyak batu pengunci dari tatanan batu yang dijadikan breakwater tersebut, lepas. Dan itu bukan lepas sendiri, melainkan sengaja dilepas oleh warga. "Terkadang warga seenaknya melepas (batu pengunci) dan dijadikan tempat duduk," jelasnya.

Padahal, menurutnya, bila batu penguncinya itu sudah dilepas, maka akan membuat tatanan batu tersebut jadi gampang ambrol. "Batu-batu kecil itu sebagai pengunci dari batu-batu yang besar-besar. Kalau sampai itu (batu kecil) dilepas, kan bahaya. Itu kan memang ditata, ada batu kecil ada juga batu besar," jelasnya.

Akibatnya, breakwater menjadi berbahaya bagi warga. Lebih-lebih kalau ada gelombang besar. Itu bisa menyebabkan breakwater ambrol. "Sebetulnya, memang sudah ada larangan warga masuk ke sana, karena berbahaya," ujar Goentoro. (fa/rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158459

Kodim Pastikan Pistol Bukan Milik Anggotanya

[ Sabtu, 15 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Langkah Polres Probolinggo menyelidiki kasus mutilasi Hartono alias To, 30, warga Dusun Kongsi Desa Andungsari, Tiris, belum membuahkan hasil signifikan. Tersangka pelaku maupun motifnya sampai kemarin (14/5) belum juga terungkap.

Untuk itu, kemarin petugas polres kembali naik ke Desa Andungsari, Tiris. Mereka kembali melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara). Selain itu, mereka juga kembali minta keterangan pada beberapa saksi baru, di luar tujuh orang yang telah diperiksa sebelumnya.

"Kami cari keterangan sebanyak-banyaknya," kata Kapolres AKBP AI Afriandi kepada Radar Bromo kemarin (14/5). Menurutnya, beberapa saksi tersebut adalah orang-orang yang masih ada hubungannya dengan korban, atau mengetahui kondisi terakhir korban.

Kapolres mengakui kali ini pihaknya tidak memanggil para saksi itu agar datang ke mapolres. Tapi, polres memakai strategi jemput bola. Saksi-saksi itu didatangi langsung.

Usai salat Jumat kemarin, beberapa anggota polres naik ke Desa Andungsari. Selain memeriksa saksi-saksi baru, mereka juga kembali melakukan olah TKP. "Kami terus mencari barang bukti baru yang bisa memberikan gambaran untuk ungkap kasus," ujar Kapolres yang bakal dapat promosi menjadi Wadir Lantas Polda Sulteng.

Seperti diberitakan sebelumnya, Hartono alias To, 30, ditemukan tewas dengan tubuh termutilasi hingga jadi sembilan bagian. Lelaki yang saban harinya bekerja sebagai petani dan pencari kayu itu adalah warga Dusun Kongsi, Desa Andungsari. Tapi, tubuh bapak satu anak -istrinya kini hamil anak kedua- itu ditemukan termutilasi di tengah hutan kopi di Dusun Segaran Duwes, Desa Andungsari.

Sembilan bagian tubuh Hartono ditemukan dikubur terpisah di lima lubang. Potongan-potongan tubuhnya ditemukan pada Selasa (11/5) sebanyak enam potongan dan Rabu (12/5) sebanyak 3 potongan.

Sampai kemarin belum ada titik terang motif maupun pelaku mutilasi ini. Sepeda motor China yang sempat dipakai korban sebelum tewas, juga belum ditemukan. Selain terus mencari keterangan baru, Polres juga masih harus menunggu hasil penyelidikan oleh Labfor Mabes Polri cabang Jatim di Surabaya. Sampai kemarin sore hasil labfor tersebut masih belum turun.

"Untuk mengetahui langsung perkembangan hasil labfor itu, Kasatreskrim langsung ke Surabaya untuk memantau perkembangannya. Cuma sampai sekarang masih belum ada informasi. Saya juga masih belum dihubungi," kata Kapolres Afriandi.

Hasil labfor tersebut dirasa cukup penting. Karena dari hasil labfor tersebut dapat diketahui penyebab kematian korban. Apakah korban tewas karena disabet benda tajam, atau diracun terlebih dahulu atau ada luka tembak di tubuh korban.

Termasuk juga karena di TKP polisi juga menemukan sebelas butir peluru dan pistol jenis FN yang di batangnya tertulis Browning Hi-Fi power automatic cal 4,6 mm made in Belgium. "Kami memang sengaja langsung mengirim barang bukti dan mayat korban ke Labfor agar kondisi BB tersebut tidak rusak," jelas Kapolres.

Saat ditanya soal motif, sampai sejauh ini menurut Kapolres dugaan paling kuat memang masih berkaitan dengan asmara. "Itu (motif cemburu yang berkembang) terus kami dalami. Untuk perampokan, mungkin masih kecil kemungkinannya," jelas Kapolres.

Kodim Periksa Anggotanya

Dalam kasus mutilasi ini ada satu anggota TNI yang ikut disebut-sebut. Yakni Serma Niman. Dia adalah anggota TNI yang menggarap kebun kopi milik Perhutani di Dusun

Segaran Duwes, Desa Andungsari, Tiris, tempat ditemukannya potongan-potongan tubuh Hartono.

Sebelumnya, polres memang berniat memeriksa Serma Niman sebagai pengelola hutan kopi tersebut. Tapi, itu tidak bisa dilakukan karena Niman anggota TNI. Kodim 0820 Probolinggo pun bergerak cepat. Selama dua hari terakhir (13-14/5) Kodim telah meminta keterangan pada Serma Niman.

Selama dua hari ini Serma Niman yang asli warga Andungsari, Tiris, diperiksa di ruang Pasi Intel Kodim 0820. Dari hasil pemeriksaan tersebut diketahui bahwa hutan tersebut sedianya bukan milik Niman.

"Tanah hutan tersebut adalah milik Perhutani. Cuma selama beberapa tahun ini memang digarap oleh kedua orang tua Niman. Hasilnya itu beberapa persen nanti untuk perhutani," terang Pasi Intel Kapten Inf. Matali kepada Radar Bromo petang kemarin.

Karena lahan tersebut bukan milik Niman, polres bisa memeriksa kedua orang tua Niman. Namun, kedua orang tua Niman sudah sepuh.

Sementara, dalam pemeriksaan, Pasi Intel juga menanyakan aktivitas Niman sejak tanggal 9 sampai tanggal 13 Mei lalu. Menurut Pasi Intel, selama rentang itu tidak ada aktivitas mencurigakan yang dilakukan Serma Niman.

Niman juga mengaku tidak mempunyai musuh selama di desanya. "Termasuk dengan korban," kata Pasi Intel. Sekedar diketahui, Niman masih bertetangga dengan Hartono di dusun Kongsi.

Selain itu, istri Niman juga ikut dimintai keterangan oleh Pasi Intel sejak kemarin. Tapi, belum bisa diperoleh keterangan hasil pemeriksaan terhadap istri Niman itu.

Sedangkan soal pistol FN yang ditemukan bersama potongan tubuh korban, Pasi Intel memastikan itu bukan milik anggota TNI. Sebab pistol tersebut berkaliber 4,5 mm, sementara pistol anggota TNI berkaliber 9 mm.

Selain itu, menurut Pasi Intel, pistol milik anggota TNI juga terdapat nomor indeksnya. Sementara pistol yang ditemukan di TKP sama sekali tidak terdapat nomor indeks di bagian luarnya. "Jadi itu bukan pistol anggota," tegasnya.

Ada dugaan, beberapa pihak sengaja menjatuhkan korps TNI terkait dengan kasus mutilasi tersebut. Lantaran di TKP juga terdapat kain doreng yang selama ini identik dengan korps TNI. "Tetapi kami tetap akan cari ketarangan di lapangan," beber Pasi intel.

Ia menegaskan bahwa Kodim juga serius membantu polres mengusut kasus mutilasi tersebut. "Kami telah kerja sama dengan polres," ujarnya. (mie/yud)

Source: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158458