Selasa, 04 Mei 2010

Bupati dan Wabup Giliran Disensus

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
KRAKSAAN-Pelaksanaan sensus penduduk (SP) 2010 ternyata memakan biaya yang tidak sedikit. Di tingkatan nasional anggarannya mencapai Rp 3,3 T. Sementara di tingkatan Kabupaten Proboliggo anggarannya mencapai Rp 10-13 M.

Hal tersebut diungkapkan oleh kepala BPS Sutomo di sela-sela kesibukannya mendampingi proses sensus penduduk di rumah sejumlah pejabat Pemkab Probolinggo. Anggaran tersebut merupakan biaya operasional secara keseluruhan sensus.

Di Kabupaten Probolinggo ini petugas sensusnya mencapai 2.349 orang. "Kebanyakan anggota BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Probolinggo sendiri, 24 di antaranya adalah pegawai kontrak," kata Sutomo.

Sensus di Kabupaten mulai digelar sejak 1 Mei lalu dan direncanakan selama sebulan penuh atau sampai 31 Mei. Nah, kemarin giliran pejabat teras Pemkab Probolinggo yang disensus. Diantaranya Bupati dan Wakil Bupati Probolinggo.

"Sebenarnya kami berniat melakukan sensus kepada Pak Bupati dan Wabup pada hari pertama. Cuma karena kesibukan beliau, baru hari ini kami bisa melakukan sensus. Orang pertama yang disensus di Kabupaten adalah Pak Ketua DPRD (Ahmad Badawi)," ungkap Sutomo.

Kemarin (3/5) wakil Bupati Probolinggo mendapat giliran sensus sekira pukul 09.00. Sebelum disensus, Wabup Salim sempat memberikan beberapa saran terhadap tim sensus agar lebih valid dalam mengorek data.

Wabup menjelaskan selama ini masih banyak warga di desa-desa yang memakai nama alias. "Misalnya ada orang bernama Ahmad, ia memiliki anak bernama Eni. Biasanya malah lebih dikenal orang dengan nama Pak Eni. Jangan sampai keliru," pesannya.

Dalam kesempatan tersebut Wabup menjelaskan keluarganya sedang tidak full team. "Anak-anak masih sekolah," katanya. Tim sensus pun menyadarinya. Cuma tim sensus meminta wabup untuk memanggil sang istri untuk disensus juga. Tak berselang lama Fatimah Tuzzahrah istri wabup pun datang dengan memakai baju serba hitam. "Perkenalkan ini istri tercinta saya," ujar Wabup sambil memperkenalkan istrinya.

Tim sensus yang didampingi kepala BPS pun langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada wabup beserta isteri. Siang harinya sekira pukul 13.30, giliran Bupati Probolinggo disensus.

Bupati Hasan Aminuddin yang didampingi sang istri Tantry Hasan Aminuddin pun menerima tim sensus tersebut. Hasan menyampaikan agenda sensus tersebut cukup penting. Karena itu Hasan berharap agar pendataan sensus dilakukan lebih akurat. "Jangan hanya mengejar target saja. Tetapi harus benar-benar valid," pesannya.

Menanggapi hal tersebut Sutomo pun menjelaskan proses pelaksanaan sensus tahun ini dilaksanakan lebih teliti. Dalam setiap kali sensus ada 4 orang yang melakukannya. Dengan begitu, sensus yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156403

Pintu Pasar Ditutup, Wadul Dewan

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO
- Paguyuban pedagang pasar Wonoasih bergejolak. Mereka memrotes langkah pemkot yang menutup pintu masuk alternatif ke dalam pasar. Akhirnya, permasalahan itu sampai ke komisi C DPRD Kota Probolinggo.

Kemarin (3/5) komisi C menggelar hearing. Kesimpulannya, dewan meminta pemkot segera melakukan evaluasi. Pintu masuk yang kini sudah ditembok agar diganti dengan pintu buka tutup. Tembok dibongkar, diganti pintu buka tutup pada jam tertentu khusus untuk pembeli.

Sejumlah satuan kerja (satker) dihadirkan dalam hearing. Yakni, Asisten Pemerintahan Agus Subagyono, Kepala Dinas Perhubungan Sunardi, Kepala Satpol PP Sukam, dan Kepala Bidang di Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Asset (DPPKA).

Imam dari perwakilan paguyuban menjelaskan, langkah pemkot yang menutup pintu kecil di sebelah timur pasar Wonoasih, dianggap telah mengurangi akses jalan dan pendapatan pedagang dari 100 persen menjad 30 persen.

"Satpol PP dan Dishub sudah arogan. Yang tidak tertib itu becak, mengapa pedagang yang kena imbasnya. Penutupannya juga mendatangkan polresta, masalah pintu saja seperti dibikin ribet seperti mau menangkap teroris," tegas Imam.

"Yang kena dampaknya ini pedagang. Aparat seharusnya bisa melayani kami. Kami ini sudah susah kok dibuat susah lagi," sambung Junaedi, salah satu anggota paguyuban yang ikut dalam hearing.

Asisten Pemerintahan Agus Subagyono menyatakan bahwa dasar dari penutupan itu adalah perintah pimpinan. Pasalnya, Wali Kota Buchori pernah lewat empat kali tetapi selalu terjebak macet di perempatan traffic light Wonoasih. Biang keroknya ada di pintu alternatif tersebut.

Kemudian wali kota memerintahkan Dishub dan Satpol PP untuk melakukan penertiban. Sebelum penertiban dilaksanakan, pemkot sudah rapat dengan pihak kepolisian. Bahkan petugas UPTD pasar sudah menyampaikan rencana penutupan itu kepada pedagang pasar.

Pemkot lantas memulai uji coba menutup pintu menggunakan gembok. Tapi, keesokan harinya gembok sudah dibongkar. Lalu turun perintah baru jika pintu itu ditutup. Pintu itu tidak hanya untuk para pembeli, namun jadi tempat bongkar muat. Itulah yang menyebabkan kemacetan.

"Tadi (rapat) ada yang bilang kok seperti menangkap teroris? Itu memang betul. Karena ada indikasi terhadap keamanan di sana. Ada tulisan kalau pintu ditutup maka massa akan ngamuk. Ada juga yang mengancam terkait kejadian Tanjung Priok," timpal Agus.

Kepala Dishub Sunardi menambahkan berjualan di dekat traffic light memang tidak boleh. Pihaknya telah menyampaikan kepada juru parkir untuk parkir dan bongkar muat harus ke terminal. "Setelah ditutup, (jalan) lancar. Tidak macet. Di pasar baru juga demikian, kami tutup di salah satu sisi jalan untuk sementara waktu supaya tidak macet," terangnya.

Mendengar keterangan eksekutif, wakil ketua komisi C Hamid Rusdi berpendapat bahwa adanya ancaman itu mungkin terjadi karena pihak ketiga yang sengaja ingin memancing (masalah).

"Melawan lalu lintas jangan menghambat rezeki pedagang. Harus ada solusi. Jangan menggunakan bangunan permanen. Buka tutup saja pada jam tertentu," sarannya. Asisten menanggapi kalau sebenarnya pemkot sudah pernah menyampaikan sebelum jalan itu ditutup. Ia menduga warga di sana belum terbiasa dengan kondisi seperti itu.

Ketua komisi C Nasution menegaskan solusinya adalah pintu alternatif itu khusus untuk pembeli, bukan untuk bongkar muat seperti yang terjadi sekarang ini. Ia juga meminta pedagang punya pikiran yang proaktif. Artinya, pedagang juga harus punya keinginan untuk melancarkan lalu lintas.

"Jangan malah berjualan di traffic light begitu. Saya juga meminta eksekutif untuk merenungkan kebijakannya," tegas Cak Yon. Eksekutif lalu berjanji secepatnya akan melakukan evaluasi dan menyelesaikan permasalahan pintu di pasar Wonoasih tersebut. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156432

Residivis Curanmor Babak Belur

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Kholik Parno, 30, seorang residivis curanmor (pencurian kendaraan bermotor) Sabtu (1/5) lalu babak belur dihajar massa. Warga Tigasan Kulon Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo itu tertangkap setelah mencuri motor milik Bahrul Ulum, warga Kelurahan Kedunggaleng, Wonoasih, Kota Probolinggo.

Kasatreskrim Polresta AKP Hardyn Sihombing saat mendampingi Kapolresta AKBP Agus Wijayanto menyatakan, akibat dari hajaran massa, tersangka mengalami luka-luka. "Informasinya dia (Kholik) seorang residivis dan pernah dihukum di Lumajang karena kasus yang sama," jelas AKP Hardyn, Senin kemarin (3/5).

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, malam itu tersangka berangkat bersama temannya sekira pukul 20.00. Kholik bersama seorang temannya yang kini masih buron berangkat menuju Kota Probolinggo. Dengan mengendarai motor, mereka berjalan-jalan.

Saat melintas di Jl Raya Prof Hamka di Kelurahan Kedunggaleng, Kecamatan Wonoasih, Kholik melihat sepeda motor korban. Motor itu, sedang diparkir di depan rumah korban. Dan, pada saat itu suasana rumah korban sedang sepi. "Motornya, sudah dikunci setir," ujar AKP Hardyn.

Saat itu, korban bertamu ke rumah salah seorang tetanggnya. Ia meninggalkan kunci motornya itu di atas meja di ruang tamu. Sedangkan istri korban sedang nonton TV di ruang tengah rumahnya.

Melihat kondisi rumah korban sepi, Kholik merasa ada peluang untuk melakukan aksinya. Otak malingnya langsung bereaksi. Kholik turun dari boncengan motornya dan masuk ke pekarangan rumah korban.

Sedangkan temannya menunggunya di kejauhan. Kholik yang diketahui pernah dihukum karena masalah pencurian motor itu, tak menemui kesulitan saat membawa kabur motor korban. Meski pada saat itu, motor yang hendak dicurinya itu, dalam keadaan terkunci, Kholik dengan lancar bisa membawa kabur motor tersebut.

Tak lama kemudian, Bahrul pulang dari rumah tetangganya. Begitu sampai di rumahnya, Bahrul kaget melihat motornya tidak ada di tempatnya semula. Ia pun menanyakan kepada keluarganya. Tapi, tidak ada yang mengetahui keberadaan motor bernopol N 4551 RI itu.

Kholik semakin heran ketika mengetahui kontak motornya tetap berada di tempatnya semula. Melihat itu, Kholik keluar rumah dan menanyakan kepada para tetangganya. Termasuk, pada warga yang saat itu berada di pinggir jalan.

Dari warga itulah, Bahrul mengetahui kalau baru saja ada seseorang lewat dengan menuntun motor miliknya. Orang itu, membawa kabur motor Bahrul ke arah timur. Bersama dengan puluhan warga, Bahrul mengejar pelakunya.

Ternyata, usaha Bahrul dan warga berhasil. Kholik diketahui sedang membawa motor hasil curiannya. Tapi, Kholik pun menyadari kalau dirinya sedang diburu warga. Melihat banyak warga mengejarnya, Kholik kabur meninggalkan barang curiannya.

Tapi, pada saat itu sudah terlambat. Kholik sudah terkepung oleh warga. Satu-satunya jalan adalah dengan cara menyeberang sungai. Ternyata, nyali Kholik benar-benar gede. Ia nekad meloncat ke sungai Kedunggaleng agar bisa meloloskan diri.

Sayang, usaha itu pun berhasil digagalkan oleh warga. Kholik berhasil ditangkap. Kemudian, entah siapa yang mengomando, warga langsung menghujani Kholik dengan bogem mentah. Kholik pun babak belur akibat "hadiah" warga atas perbutannya.

Beruntung pada saat itu, ada warga yang melaporkan kejadian tersebut kepada polisi. Mendapat laporan itu, jajaran kepolisian dari Mapolresta langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP). Mereka langsung mengamankan tersangka.

Karena tersangka mengalami luka cukup parah. Akhirnya, ia dilarikan ke RSUD untuk menjalani perwatan medis. Pada Minggu pagi (2/5), tersangka digelandang ke Mapolresta untuk mempertanggungjawabkan perbutannya.

Akibat dari perbuatannya itu, Kholik kini harus meringkuk dalam sel tahanan Mapolresta Probolinggo. Kholik terjerat pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. "Ancaman maksimal 7 tahun penjara," ujar Kasatreskrim AKP Hardyn. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156431

Karyawan-Manajemen BPPC Sepakati Tujuh Item

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
Setelah Berunding Sampai Tiga Kali

PAITON - Perundingan antara karyawan dengan manajemen Beijing Electric Power Construction Company (BPCC) akhirnya menemui kata sepakat. Setelah melalui tiga kali perundingan secara maraton, karyawan-manajemen BPPC sama-sama menyepakati tujuh item hasil perundingan.

Peundingan itu diperoleh setelah pertemuan ketiga pada Minggu (2/5) di rumah makan Blitar, Desa Sumberejo, Paiton. Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Bromo, perundingan kali ketiga itu berlangsung cukup alot.

Selama tiga jam berunding sejak pukul 14.00 WIB, belum juga ditemukan kata sepakat. Namun setelah melalui proses lobi-lobi, akhirnya kedua pihak sama-sama mengeluarkan kata sepakat. Yakni, karyawan dan CV Triyudha Karya sebagai sub kontraktor BPCC dalam bidang perekrutan tenaga kerja.

Seperti sebelumnya, perundingan dihadiri Direktur CV Triyudha Karya Andry Lintanto, perwakilan PT BPCC Mr. Lui dan Mr. Guo, dan empat orang sebagai perwakilan karyawan. Yakni Hadi Wardoyo, Marini, Makmur dan Suhri.

Kesepakatan yang dicapai pada pertemuan tersebut dituangkan dalam surat kesepakatan bersama. Ada tujuh kesepakatan yang tertuang dalam surat itu. Termasuk masalah pesangon, berikut rumusan pesangon untuk karyawan. Yakni, 85 persen UMK ditambah 15 persen gaji pokok.

Karyawan dengan masa kerja 0-3 bulan mendapat pesangon sebesar 0,5 UMK. Masa kerja 3-12 bulan mendapat satu kali pesangon sesuai rumusan yang ada. Masa kerja 1 tahun-2 tahun mendapat dua kali pesangon. Dan masa kerja 2 tahun lebih mendapat 3 kali pesangon.

Penandatanganan kesepakatan bersama dilakukan oleh Direktur CV Triyudha Karya Andry Lintanto dan empat perwakilan karyawan. Sebagai saksi, yakni mediator hubungan industrial kabupaten Probolinggo Nurahman.

Seperti diberitakan Radar Bromo,perundingan manajemen-karyawan BPCC berlangsung alot. Perundingan dilangsungkan hingga tiga kali sejak karyawan melakukan demonstrasi pada Rabu (28/4).

Perundingan pertama dilakukan pada Kamis (29/4) di kafe Ramsya's Corner di kompleks pertokoan Diva Swalayan di Kraksaan. Perundingan tersebut tidak berhasil. Lantas, dilakukan perundingan kedua di rumah makan Blitar, Desa Sumberrejo, Paiton pada Jumat (30/4).

Seperti pertemuan pertama, perundingan kedua juga tidak menemui hasil. Namun, kedua pihak sepakat untuk kembali bertemu pada perundingan ketiga. Pelaksanaannya pada Minggu (2/5) di tempat yang sama. Dan saat itu, perundingan tersebut berakhir dengan kata sepakat antara kedua pihak.

Sementara itu Kepala Disnakertrans Kabupaten Probolinggo Windu Aswad mengatakan, persoalan antara manajemen-karyawan BPCC sudah tuntas. "Tuntas dengan kesepakatan bersama tersebut," ujar Windu.

Windu menyebut, kesepakatan tersebut diputuskan seobjektif mungkin. perusahaan mau menerima tuntutan karyawan. Sementara karyawan menerima besarnya pesangon yang akan diberikan perusahaan. "Dengan demikian persoalan sudah tuntas," lanjutnya.

Salah seorang perwakilan karyawan Marini mengaku legowo dengan kesepakatan tersebut. Menurut Marini, yang terpenting semua karyawan bisa menerima pesangon sesuai kesepakatan tersebut. "Saya legowo. Yang jelas keputusan tersebut merupakan keputusan bersama," terang Marini.

Sementara Camat Paiton Mahbub Maliki menyatakan senang dengan hasil tersebut. Menurut Mahbub, kesepakatan itu akan berdampak positif. Mahbub mengatakan, dampak kesepakatan tersebut terutama bisa dirasakan pada stabilitas keamanan dan sosial. "Agar ke depan tidak ada kesalahpahaman lagi," imbuhnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156421

Melawan Polisi, Pelaku Curas Ditembak

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
Melawan Polisi, Pelaku Curas Ditembak
KRAKSAAN - Eko Basuki, 23, warga dusun Randu desa Gunung Tugel kecamatan Bantaran harus meringkuk di penjara polres Probolinggo. Tak hanya dipenjara, Eko juga harus merasakan sakitnya ditembus peluru di kakinya. Tembakan tersebut harus diterima Eko karena melawan dan kabur.

Penangkapan dilakukan pada Sabtu (1/5) dini hari. Sekitar pukul 02.00. Eko ditangkap di rumahnya. Saat itu Eko sedang beristirahat. Proses penangkapan berlangsung cukup menegangkan.

Ketika hendak ditangkap, Eko berusaha melawan polisi. Adegan selanjutnya, Eko berhasil kabur. Dia berlari keluar rumahnya. Terjadilah aksi kejar-kejaran. Karena eko kabur, pihak polisi memberi tembakan peringatan.

Namun karena Eko tidak mau menyerah. Akhirnya polisi terpaksa menembak kaki Eko. Setelah berhasil dilumpuhkan, Eko akhirnya digelandang ke polres Probolinggo. Eko lantas ditetapkan sebagai tahanan.

Eko ditangkap karena melakukan pencurian dengan kekerasan (curas). Eko mencuri sebuah sepeda motor milik Jatimah, 25, warga desa Gejugan kecamatan Pajarakan. Dalam aksinya tersebut, Eko berhasil membawa kabur sepeda motor milik Jatimah. Peristiwa itu dilakukan Eko di jalan desa Klaseman kecamatan Gending.

Penangkapan Eko dibenarkan oleh KBO reskrim polres Probolinggo Ipda Moh. Dugel. Ipda Dugel mengatakan, Toli melanggar pasal 365 KUHP jo pasal 56 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan. Ancamannya adalah hukuman penjara maksimal 7 tahun.

Menurut Ipda Dugel, Eko berada dalam di tahanan polres Probolinggo Sejauh ini, kata Ipda Dugel, pihak polres masih melakukan pemeriksaan terhadap Eko. "Kami masih menyelidiki tersangka. Prosesnya masih dalam pengembangan. Tersangka diproses sesuai prosedur yang berlaku," ujar Ipda Dugel. (eem)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156420

Juni, DPW PPP Gelar Muswilub

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
KRAKSAAN-Setelah beberapa saat mengambang, kepengurusan DPW PPP Jatim bakal diperjelas dalam waktu dekat ini. Rencananya, pertengahan Juni ini partai berlambang Kakbah itu bakal menggelar muswilub (musyawarah luar biasa).

Salim Qurays, anggota tim Plt DPW PPP Jatim mengatakan, agenda muswilub itu merupakan wujud pelaksanaan AD/ ART partai. "Dari rapat muskerwil (musyawarah kerja wilayah) sepekan lalu, akhirnya diputuskan akan menggelar muswilub," kata pria yang juga menjadi wakil Bupati Probolinggo tersebut.

"Tetapi sampai sejauh ini masih belum diputuskan tempatnya dan waktu pelaksanaan muswilub. Yang jelas pertengahan bulan Juni, tidak sampai tanggal 30 Juni kok," imbuh Salim. Kabar yang diterima Radar Bromo, muswilub kemungkinan besar digelar 15-20 Juni mendatang.

Menurut Salim, muswilub tersebut bertujuan untuk melegitimasi kepengurusan baru selama setahun mendatang. Seperti diketahui, sejak kepengurusan Farid Fauzi dibekukan, DPW PPP Jatim diambil alih oleh tim Plt.

Tim Plt tersebut berjumlah tujuh orang yang diketuai oleh Musyafa' Noer. Nah, kebetulan SK tim Plt tersebut juga habis sejak 2009 lalu. Karena itulah dalam muskerwil lalu tim Plt akhirnya memutuskan untuk menggelar muswilub.

Masa kepengurusan muswilub nanti hanya setahun. "Secara keseluruhan periodesasi kepengurusan tetap. Berarti pada 2011 nanti akan ada muswil. Secara otomatis kepengurusan muswilub ini hanya setahun saja," beber politisi asal Brani, Maron tersebut.

Nah, karena masa kepengurusan yang pendek itulah, sampai sejauh ini bursa calon ketua umum DPW PPP dalam muswilub belum menghangat. Musyafa' Noer yang sekarang menjadi ketua tim Plt menjadi satu-satunya kandidat kuat dalam muswilub nanti.

"Jadi seperti yang saya sebutkan tadi, muswilub kali ini agendanya itu seperti melegitimasi Plt DPW sekarang ini menjadi kepengurusan definitif," jelas Salim.

Meski hanya setahun, namun menurut Salim tugas pengurus baru hasil muswilub nanti juga lumayan berat. Sebab harus mengawal beberapa Pilkada yang dalam bulan-bulan ini banyak digelar di beberapa daerah di Jatim.

Menurut Salim, proses suksesi PPP di daerah-daerah selama ini tengah berlangsung. Nah, dibentuknya pengurus definitif nanti diharapkan semakin melapangkan langkah suksesi PPP dalam pilkada.

Saat ditanya soal kemungkinannya untuk masuk ke kepengurusan DPW yang baru Salim masih enggan berkomentar banyak. Ia hanya menjelaskan akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengemban amanah partai. "Amanah partai harus dilaksanakan," tegasnya. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156419

DB Masih Mengancam

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Jumlah penderita demam berdarah (DB) di Kota Probolinggo belum juga menyurut. Hingga hari ketiga Mei (kemarin, Red) jumlah penderita mencapai 10 pasien. Semuanya, masih menjalani perawatan di RSUD dr Moh Saleh.

Jumlah ini memang relatif kecil bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada April lalu, penderita DB mencapai angka yang sangat tinggi, yakni ada 81 pasien.

Dari sekian banyak pasien pada bulan sebelumnya, ada seorang pasien yang masih belum sembuh. Ia adalah Anggi, 22, warga Kelurahan Sukabumi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Dia mulai menjalani perawatan di ruang Flamboyan sejak 28 April lalu.

Surestri, ibu Anggi menyatakan, Anggi mulai sakit sejak Senin (26/4) lalu. Sebelum masuk ke rumah sakit, terlebih dahulu dia menjalani perawatan di puskesmas Sukabumi. Tapi, kemudian pada (28/4) ia pindah ke RSUD dr Moh Saleh. "Tidak langsung ke sini (RSUD), sebelumya dirawat di puskesmas Sukabumi," ujarnya.

Sejak menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi Anggi terus membaik. Apalagi, bila dibandingkan dengan kondisi pertama kali diserang penyakit yang disebarkan dengan perantara nyamuk ini. "Dulu, badannya sempat membiru, sekarang tidak lagi," ujar Surestri.

Selain Anggi di ruang Flamboyan, ada juga pasien yang juga bernama Anggi yang menjalani perawatan di ruang Mawar. Warga Kelurahan Wiroborang Kecamatan Mayangan itu, menjalani perawatan di RSUD sejak Sabtu lalu (1/5), dengan penyakit yang sama. "Langsung ke sini (RSUD), sekarang keadaannya sudah membaik," ujar Srikanti ibu Anggi.

Di ruang Mawar, ada empat pasien yang sedang menajalani perawatan dengan penyakit yang sama. Selain Anggi, ada juga Mita, 10, warga Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Mayangan; Feri, 10, warga Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo; dan Hasan, 8, warga Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo.

Dari lima pasien itu, Anggi, Anggi, Mita, Feri, dan Hasan sudah dinyatakan positif terserang DB. Mereka kini terus menjalani perawatan intensif dari tim medis di RSUD. Selain mereka, ada juga enam pasien yang kini sedang menjalani perawatan dengan gejala mirip DB.

Keenam pasien itu, kini menjalani perawatan di ruang Wijaya Kusuma. Bedanya, mereka masih dinyatakan abservasi febris "Ada enam pasien, tapi mereka masih belum positif DB, tapi gejalanya sama," ujar salah seorang perawat di ruang Wijaya Kusuma.

Sementara direktur RSUD dr Budi Poerwohadi menyatakan, kalau jumlah pasien DB pada bulan ini masih belum ada peningkatan. Apalagi, bila dibandingkan dengan bulan kemarin. "Sekarang mendingan, tidak begitu banyak penderintanya (DB). Kalau bulan kemarin (April) memang banyak," ujar dr Budi.

Meski jumlah pasien semakin hari semakin meningkat, itu belum berdampak fatal. Artinya, semua pasien masih bisa ditangani dengan baik. Sehingga tidak sampai ada yang meningal. "Tidak ada, tidak ada yang sampai meninggal," ujar dr Budi.

Untuk mengurangi adanya nyamuk penyebar penyakit tersebut, dr Budi menyarankan untuk melakukan 3 M; menguras, menutup dan mengubur. "Juga jangan lupa, darling (sadar lingkungan)," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156418

Curi Burung, Ditangkap Massa

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Warga Jl Cempaka, RT 5 RW III, Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo, Senin siang (3/5) mendadak geger. Pasalnya, Taufiq, 21, warga Kelurahan Kedunggaleng Kecamatan Wonoasih melakukan pencurian di kelurahan tersebut.

Sebelum berhasil dibekuk, empat terjadi kejar-kejaran antara Taufiq dengan warga. Begitu berhasil ditangkap, warga sempat naik pitam dan hendak menghajar tersangka. Beruntung, emosi warga dapat diredam. Sehingga, tidak sampai terjadi aksi main hakim sendiri.

Berdasar informasi yang dihimpun Radar Bomo, sebelum melancarkan aksinya Taufiq yang membawa sepeda pancal itu terlihat duduk-duduk di pinggir jalan, tepat di depan rumah korban, Rendra, 32.

Bahkan, pelaku sempat ditegur oleh ibu korban. "Dia (Taufiq) sempat ditanya oleh ibu saya. Apa kepentingannya duduk di sana (depan rumah korban). Ia (pelaku) bilang kalau sedang menunggu temannya," ujar Rendra.

Mendapat jawaban itu, ibu korban langsung masuk ke dalam rumahnya. Tanpa curiga, ia membiarkan Taufiq berada di depan rumahnya. Tak berselang lama, Taufiq melakukan aksinya. Taufiq mengambil burung jenis crucuk berikut sangkarnya yang digantung di teras rumah korban.

Begitu mendapatkan barang yang diincarnya itu, Taufik membawa kabur dengan sepeda pancalnya ke arah barat. Namun nahas menimpanya. Taufiq berpapasan dengan Rendra yang saat itu, hendak pulang dari tempat kerjanya. "Waktu itu, saya pulang hendak istirahat," ujar Rendra.

Melihat burung dan sangkarnya dibawa orang, Rendra menegur Taufiq. Ia menanyakan dari mana mendapatkan burung dan sangkar tersebut. mendapat pertanyaan itu, Taufiq mengaku membelinya dari seorang bocah di kelurahan tersebut.

Mendapat jawaban itu, Rendra terus mendesaknya. Siapa bocah tersebut dan membeli dengan harga berapa. Tak hanya itu, Rendra juga meminta kepada Taufiq untuk mengantarkannya kepada bocah yang disebutnya.

Pada saat itu, Rendra juga bilang kepada Taufiq kalau burung itu adalah miliknya. Mendapat pernyataan itu, akhirnya Taufiq tak bisa mengelak. Dia pun mengakui perbutannya telah mencuri burung dalam sangkar itu.

"Awalnya, dia (Taufiq) tidak ngaku kalau mencuri. Dia mengaku membeli kepada anak-anak. Setelah didesak, akhirnya dia ngaku dan minta maaf," jelas Rendra.

Nah, setelah mengakui perbuatannya, Rendra meminta Taufiq untuk mengembalikan ke tempatnya semula. Taufiq pun menurut dan mengembalikan burung dalam sangkar itu ke tempatnya semula.

Meski burung curiannya sudah dikembalikan, tak membuat Taufik lolos dari jerat hukum. Kebetulan pada saat itu, ada seorang tetangga korban yang menyarankan untuk melaporkan Taufiq kepada polisi.

Mendengar kata-kata itu, Taufik langsung keder. Spontan, dia berbalik arah ke arah timur mengambil langkah seribu. Ia memancal sepedanya sekuat tenaga dan kabur.

Warga yang melihat Taufiq Kabur langsung melakukan pengejaran. Sambil berteriak maling warga terus memburu Taufiq. Nah, pada saat itu dari arah berlawanan melintas Kopka Rachmad, anggota Kodim 0820 Probolinggo, dengan mengendarai motor.

Melihat pelaku dikejar massa, Rachmad langsung menerjangnya. Apalagi, pada saat itu Rachmad dan Taufiq hampir bertubrukan. "Dia mau menabrak motor saya. Saya pancal, jatuh. Setelah jatuh, dia (Taufiq) masih lari ke arah utara," jelas Rachmad saat ditemui di TKP (tempat kejadian perkara).

Melihat Taufiq kabur, warga ramai-ramai mengejarnya. Akhirnya Taufiq berhasil ditangkap di sekitar kuburan di kelurahan setempat. Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diiginkan, Taufiq langsung diamankan ke rumah Briptu Aryo, seorang anggota Polantas Polres Probolinggo, yang masih tetangga korban.

Tak lama kemudian, jajaran kepolisan dari Mapolresta mendatangi TKP. Taufiq pun diserahkan ke polisi untuk diproses lebih lanjut. Kini, Taufiq mendekan di dalam hotel prodeo Mapolresta. "Dia (pelaku) terjerat pasal 362 KUHP dengan ancaman di atas 5 tahun," tegas Kasat Reskrim AKP Hardyn Sihombing saat mendampingi Kapolresta AKBP Agus Wijayanto. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156417

Tari Masal plus Rebutan Burung

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Peringatan hari pendidikan nasional (hardiknas) di Kota Probolinggo kemarin (3/5) dipusatkan di alun-alun. Bak sebuah perayaan besar, momen itu diisi dengan tari masal dan pelepasan ratusan burung berkicau.

Sejak pukul 07.00 alun-alun kota sudah dipadati manusia. Bukan hanya peserta upacara, penari dan undangan. Masyarakat umum sekitar begitu antusias menyaksikan perayaan hardiknas tersebut.

Selain ingin menyaksikan tampilan tarian, banyak orang punya maksud lain dengan kedatangannya. Yaitu berebut ratusan burung yang sengaja dilepas dalam rangkaian kegiatan tersebut.

Sekitar pukul 07.30 Wali Kota Buchori beserta muspida tiba di alun-alun. Seketika itu juga upacara dimulai, wali kota menjadi inspektur upacara. Diawali dengan penampilan tari massal dari seluruh siswa-siswi SD/MI negeri dan swasta di Kota Probolinggo. Tak kurang dari 1.922 pelajar menarikan tari baru berjudul tari repang.

Lagu dimulai, ribuan penari berduyun-duyun menuju tengah lapangan dengan mengikuti irama. Secara simbolis, wali kota menyematkan udeng kepada perwakilan penari. Lalu penekanan tombol pembukaan tirai baliho bertemakan hardiknas 2010.

Tari dimulai diiringi kelompok karawitan Dinas Pendidikan Kota Probolinggo. Gerakan pertama banyak penari yang semburat. Mereka lupa gerakan dan lupa dimana seharusnya mereka berbaris.

Dalam sinopsisnya, tari yang digarap oleh guru-guru seni tari SD se Kota Probolinggo merupakan ide dasar dari Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani. Tari repang adalah perpaduan antara tari remo khas Jawa Timur dan tari glipang milik Kota Probolinggo.

Tari repang menunjukkan ketangkasan dan tarian yang bernafaskan daerah kota seribu taman ini. Menariknya, dalam menampilkan tari, 1.922 penari menggunakan sampur batik khas Kota Probolinggo. Sekitar 15 menit tarian itu dipertontonkan.

Usai upacara, Wali Kota Buchori juga menyerahkan hadiah lomba mulai tingkat SD/MI hingga SMA/MA dan SMK yang digelar memperingati hardiknas. Antara lain lomba matematika, lomba IPA, siswa teladan, lomba kerajinan tangan, lomba mengarang bahasa Indonesia, lomba komputer film dokumenter, lomba melukis, lomba menulis artikel Kota Probolinggo masa depan dan kepala sekolah berprestasi.

Puncak acara ditandai dengan pelepasan burung secara bersamaan oleh wali kota, muspida dan semua kepala sekolah. Melihat banyaknya burung yang berterbangan memang menyenangkan. Tetapi, tidak dengan nasib burung yang terbang rendah atau hanya berdiam di rerumputan lapangan.

Masyarakat yang datang ke alun-alun dari segala lapisan. Dewasa atau anak-anak, lelaki dan perempuan. Mereka langsung berlarian ke tengah lapangan berebut burung. Mereka juga mengejar burung sampai dapat. Berulang kali diperingatkan oleh petugas, agar masyarakat sadar dan tidak menangkap burung yang baru dilepas. Tapi, imbauan itu tidak mempan.

Meski sudah diusir oleh petugas Satpol PP, masyarakat terutama anak-anak tetap rebutan burung. Tidak sedikit burung yang mati kena injak. Seorang kepala sekolah juga menegur bapak-bapak yang mengambili burung. Tetapi, yang ditegur cuek saja.

Agar tidak diketahui petugas, anak-anak pun langsung memasukkan burung tangkapannya ke balik baju.

Saat ditanya untuk apa berebut burung, mereka tidak menjawab, hanya tersenyum dan meninggalkan alun-alun. Ada yang tak sungkan-sungkan malah memasukkan tangan ke sangkar saat seorang kepala sekolah membuka pintu sangkar dan hendak melepaskan burung.

Dalam peringatan kemarin juga ada baliho hardiknas yang sempat menjadi perbincangan. Apa maksud dari baliho tersebut. Baliho berukuran 4x6 meter itu bergambar Wali Kota Buchori bersama istrinya yang juga anggota DPR RI Rukmini Buchori. Di dalamnya juga ada gambar Maksum Subani.

Di baliho tersebut menggambarkan kalau wali kota memberikan wejangan kepada kepala dinas pendidikan. "Kepala Dinas Pendidikan.. ! Pendidikan murah, tetapi jangan murahan. Maksum menjawab, "Siap! Mengerti, Pak Wali."

Menurut Maksum, arti dari tulisan dalam baliho itu adalah wali kota menekankan kepada dirinya bahwa pendidikan murah harus disertai dengan mutu dan kualitas pendidikan yang baik pula. "Mendapat penekanan begitu, ya saya harus siap. Pendidikan tidak boleh ecek-ecek," kata saat ditemui usai upacara.

Dalam perayaan tersebut juga dilaksanakan pelepasan burung. Meskipun yang ditekankan adalah burung berkicau, tetapi masih ada sekolah yang melepas burung dara alias merpati. "Mungkin terbatas barangnya atau habis. Ini kan satu guru satu burung. Tapi yang bawa burung dara itu sebagian kecil saja," tuturnya.

Sementara itu, soal masyarakat yang berebut burung, Maksum sangat memahaminya. Dia bilang pelepasan dilakukan sebagai wujud kepedulian lingkungan. Masyarakat yang mengambil burung itu sebagian dari kepedulian lingkungannya. "Mereka itu punya rasa memiliki burung, makanya terus diambili," jawab Maksum enteng. (fa/yud)

http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156412

Pansus LKPJ Melancong ke Bali

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO-Tim panitia khusus (pansus) DPRD Kota Probolinggo yang membahas Laporan Keuangan dan Pertanggungjawaban (LPKJ) Wali Kota TA 2009 saat ini melancong ke Bali.

Selain 12 anggota pansus, ketua DPRD Sulaiman juga turut serta dalam rombongan tersebut.

Menurut Ketua Pansus LKPJ Nasution, rombongannya berangkat ke Bali sore kemarin (3/5) dari kantor dewan. Perjalanan ke Bali ditempuh dengan bus dari Kota Probolinggo.

"Saat ini LKPJ tidak sama dengan LKPJ tahun-tahun sebelumnya. Sesuai dengan PP nomor 3 tahun 2007 bahwa LKPJ hanya penjabaran programnya saja. Untuk itu kami membutuhkan studi referensi," kata Cak Yon.

Tahun lalu, pembahasan LKPJ tidak melalui pansus tetapi langsung ke panggar (panitia anggaran). Mulai tahun ini LKPJ hanya dibeberkan secara global, sehingga pansus harus mencari tahu program satker (satuan kerja) mana yang dirasa kurang maksimal, harus dievaluasi.

Sebelum membentuk kesimpulan dan rekomendasi kepada eksekutif, pembahasan LKPJ harus dilaksanakan secara matang. Adanya perbedaan antara LKPJ tahun lalu dengan sekarang inilah yang membuat pansus tidak PD (percaya diri) dan harus kunker ke daerah lain.

Desakan atas kebutuhan referensi terhadap aturan baru yang akhirnya membuat pansus mencari daerah mana yang sudah membahas LPKJ. Setelah bagian persidangan di Sekretariat DPRD mencari daerah, ternyata Jembrana Bali merupakan daerah yang sudah membahas LKPJ sejak sebulan lalu.

"Yang kami cari adalah metode dalam pembahasan LKPJ. Kami harus tahu langkah-langkah yang dilakukan bagaimana. Jangan sampai ada kesalahan sekelumit malah jadi runyam. Kunker ini untuk kebaikan semuanya, termasuk kinerja pansus melaksanakan pembahasan," tegas Cak Yon saat ditemui, kemarin.

Politisi PDIP ini menambahkan kunker tidak bisa diwakilkan, hanya satu atau dua anggota saja yang berangkat. Sebanyak 12 orang pansus dipastikan berangkat ke Jembrana.

Jika harus melakukan koordinasi dengan DPRD Jembrana melalui via telepon, menurut Cak Yon tidak mungkin. Oleh karena itu semua anggota pansus harus ikut supaya paham metode pembahasan LKPJ tersebut.

Menurutnya, pansus tidak akan berlama-lama di Jembrana. Senin (3/5) sore berangkat ke Bali, Selasa (hari ini) bertemu dengan DPRD Jembrana. Malam harinya langsung kembali ke Probolinggo. Karena Kamis (6/5) ada rapat internal membahas kesimpulan.

Saat ditanya soal uang saku, Cak Yon tidak menjawabnya dengan gamblang. "Saya tidak pernah mikir kesana (uang saku). Yang penting tugasnya itu dijalankan dulu. Tidak semata-mata untuk mencari uang saku," cetusnya kepada Radar Bromo. (fa/nyo)

Sumber: http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4603951795410269508

Ketika Para Guru di Kota Probolinggo Diharuskan Dapat Burung untuk Dilepas di Hardiknas

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]
Sagu Sarung, Burung Dara Bikin Cemburu

Gerakan Kota Probolinggo berkicau yang dicanangkan pemkot setempat, terus bergulir. Berbagai momen diwarnai acara pelepasan burung berkicau. Kemarin (3/5) di peringatan hari pendidikan nasional (hardiknas), para guru melepas ratusan burung. Melepasnya memang mudah. Tapi untuk mendapatkan burung itu dirasa penuh perjuangan.

FAMY DECTA MAULIDA., Probolinggo

Jalan setapak sisi barat dan timur menuju pendapa alun-alun Kota Probolinggo pagi kemarin berjejer sangkar burung. Lebih dari 500 burung siap dilepas dalam upacara peringatan hardiknas.

Guna menunjukkan si pemiliknya, masing-masing sekolah menuliskan nama sekolahnya pada secarik kertas lalu ditempel di sangkar. Jenis burungnya antara lain kutilang, crucukan dan perkutut. Tapi, tidak hanya burung berkicau, beberapa sekolah malah melepas burung dara atau merpati.

Melihat ada sekolah yang membawa burung dara, sejumlah sekolah lainnya malah jealous. Mereka mengaku kalau sekolah tersebut tidak sportif lantaran yang diimbau adalah jenis burung kerkicau.

"Kalau tahu begitu ikut bawa burung dara saja, tidak perlu mencari sampai jauh-jauh. Jangan-jangan itu nyewa terus nanti burungnya kembali ke pemiliknya," ujar salah seorang guru dengan nada kesal.

Bermacam perjuangan yang dihadapi guru ketika harus mencari burung. Dinas Pendidikan membuat kebijakan saat acara hardiknas. Setiap satu orang guru, membawa satu burung, atau sagu sarung. Jadi, wajib bagi setiap guru untuk membeli burung demi suksesnya program menuju Kota Probolinggo berkicau.

Kepala SMA Negeri 1 Abdullah menceritakan sekitar 50 burung berkicau jenis kutilang dan jarak yang dibawanya. Lima puluh burung itu sesuai dengan jumlah guru dan staf di SMAN 1. Abdullah menunjuk satu orang guru untuk jadi koordinator burung. Lalu ada guru yang bersedia ikut mencarikan.

Mencari bukan berarti mencari di hutan sendiri. Tetapi mencari burung ke pengepul atau pedagang. "Kami sampai mencari di Pasuruan, Muneng dan Krucil. Ada guru yang sudah siap (punya) tetapi ada yang tidak ada. Karena jumlahnya banyak harus beli ke beberapa tempat," ujarnya.

Sejak tiga hari yang lalu (Kamis), SMAN 1 berhasil mengumpulkan burung sesuai dengan jumlah guru yang ada. Tapi carinya sudah sekitar seminggu lalu. "Kalau terlalu lama didiamkan di sekolah, makannya sulit," imbuh Abdullah.

Abdullah mengaku sangat mendukung program pemerintah dalam kepedulian lingkungan. Salah satu pelepasan burung. Ditanya soal anggaran, Abdullah mengatakan kalau satu burung budget-nya Rp 10 ribu. "Uangnya dibayari sekolah dulu," tambahnya.

Sedangkan Kepala SD Manungharjo 1 Nur Kholiq bilang sejak mendapatkan sosialisasi dari Diknas (Dinas Pendidikan), ia berhasil mendapat 15 burung kutilang. Itu dari seorang pedagang di Kebonsari Kulon.

"Mulanya setiap lembaga 20 burung. Tapi kemudian diganti satu guru satu burung. Saya minta tolong ke teman-teman, tanya informasi penjual burung dapatnya di sana (Kebonsari Kulon)," katanya.

Saat ada rekannya bertanya tempat beli burung berkicau. Nur langsung merekomendasikan di mana tempat dia pernah beli burung. Tapi sayangnya, temannya itu tidak kebagian karena di Kebonsari Kulon barangnya sudah tidak ada. Akhirnya mereka terpaksa mencari sampai ke Lumajang.

Perjuangan berat dirasakan pula oleh guru olahraga SMK Negeri 4 Yudha Kurniawan. "Kami sampai mencari ke pengepulnya di Maron dan Tiris. Tetap tidak ada. Di pedagang pasar juga tidak ada. Biasanya di pengepul itu harganya cuma Rp 5 ribu, sekarang malah jadi Rp 17.500," cerita dia.

Yudha terpaksa mencari sampai ke pengepul karena badget yang disiapkan oleh sekolah hanya Rp 10 ribu. Sementara harga jual di pasaran melebihi budget. Usaha mencari harga burung lebih murah ke pengepul pun gagal. Mau tidak mau akhirnya dapat di pedagang dengan harga melambung.

Pesan ke pedagang pun harus pandai-pandai. Jika tidak, hanya sekedar diberi janji. Itu terjadi ketika duit panjer yang diberikan kepada pedagang lebih kecil dari pembeli lainnya.

"Harus ada panjer dulu. Kalau misalnya panjernya Rp 12 ribu, terus ada pembeli lain yang berani harga Rp 15 ribu, sama pedagangnya dikasihkan orang itu. Bilangnya ke kami barangnya belum ada. Padahal sudah ada, tapi dijual ke orang lain," aku Yudha yang sempat ketar-ketir karena kesulitan mendapat burung.

Baru Minggu (2/5) pagi, SMKN 4 mendapatkan burung berkicau sebanyak 50 ekor. Ada kutilang, crucukan dan cendet. "50 ekor, mati lima. Ada yang tidak mau makan. Terus terang sulit sekali mencari burungnya," ujar Yudha.

Kesulitan mendapatkan burung berkicau juga dialami Kepala SD Sumberwetan 2 Agus Lithanta dan Kepala SMPN 8 Eko Cahyono. Dari jumlah guru yang ada, Agus kekurangan burung berkicau dan menggantinya dengan burung dara. Itu terpaksa dilakukan karena sulit dan waktunya mepet.

"Satu burung, diganti dengan burung dara. Tapi, itu beli asli. Bukan punya orang lain yang saya sewa. Bukan burung andokan," cetus Agus.

Eko, rekannya mengaku mencarinya sampai ke luar kota, di Lumajang. "Karena kan rumah saya di sana," tuturnya setelah melepaskan burung dari sangkarnya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156410

Lagi, SBSI PTKL Wadul Dewan

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]

Sambat soal Kesenjangan Karyawan

KRAKSAAN - Perwakilan Serikat Buruh Indonesia (SBSI) PT Kertas Leces kembali mendatangi kantor DPRD Kabupaten Probolinggo. Kemarin (3/5), mereka kembali sambat soal kesenjangan pegawai di tubuh perusahaan BUMN tersebut.

Perwakilan SBSI itu berjumlah tujuh orang. Mereka datang ke kantor dewan sekira pukul 12.30 WIB. Begitu sampai di depan, mereka ditemui Ketua DPRD Ahmad Badawi dan Ketua Komisi D Izzul Islam di ruang ketua dewan.

Kedatangan mereka kemarin itu merupakan kali kedua. Sebab beberapa bulan lalu, SBSI juga sempat ke DPRD untuk mengadukan masalah ketenagakerjaan juga.

Pada kedatangan yang kedua itu, Ketua SBSI Nikeuba (Niaga, Informatika, Keuangan dan Perbankan) PTKL Suyono mengatakan, saat ini masih terjadi kesenjangan antara karyawan tetap (T) dan tidak tetap atau yang disebut AT.

"Jenjang karyawan AT itu tidak jelas. Tingkat kesejahteraannya juga sangat timpang dengan karyawan T," katanya. Suyono lantas mencontohkan perbedaan kebijakan pada karyawan T dan AT tentang masa pension.

"Soal masa pensiun misalnya. Karyawan AT laki-laki batas pensiun 53 tahun, untuk perempuannya 50 tahun. Sementara karyawan T masa pension laki dan perempuan sama saja. 56 tahun," keluh Suyono.

Aktivis SBSI lainnya, Agus Salim menambahkan, masalah tersebut sudah pernah dibawa sampai ke kementrian BUMN pada 2008. "Yang mengejutkan, saat saya bersama teman-teman ke kementrian, ketika nama saya dicari di database, nama saya tidak ada," katanya.

Padahal menurut Agus Salim, semua karyawan BUMN seharusnya ada di data kementrian BUMN. "Ini kan aneh. Padahal kami karyawan AT kerjanya sama, memakai seragam yang sama, tetapi kenapa kok dibedakan?" keluh Agus.

Suyono menjabarkan, status karyawan AT ini sebenarnya sudah lama mencuat. Yakni, sekitar 2006 lalu. Jajaran manajemen pun sudah pernah berjanji untuk mengatasi masalah tersebut. "Manajemen menjanjikan 2009 sudah akan diselesaikan," katanya dengan membawa surat kesepakatan antara manajemen dengan karyawan tentang pergantian karyawan AT menjadi T.

Namun surat tersebut ternyata tidak terlalu berpengaruh. Sampai sekarang status karyawan AT masih tidak jelas. "Sebenarnya waktu Mayday (peringatan hari buruh) kami mau menggelar demo. Tetapi kami mencoba menyelesaikan dengan baik," lanjut Suyono.

Suyono menjelaskan, pihaknya akan lebih dahulu menyelesaikan masalah tersebut dengan biacara langsung ke jajaran manajemen. Kebetulan, beberapa minggu belakangan jajaran manajemen menggelar PKB (Perjanjian Kerja Bersama). "Kami masih menunggu PKB dulu," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Suyono juga menyoroti kebijakan jajaran manajemen yang akan merekrut karyawan anyar. Sebelum ada perekrutan karyawan anyar, Suyono berharap PTKL mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan tidak melakukan diskriminasi kepada karyawan tetap atau tidak tetap.

Sementara Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo Ahmad Badawi menjelaskan, pihaknya sangat merespon masukan SBSI tersebut. Menurutnya, dalam waktu dekat dewan akan segera mengkoordinasikan masalah itu dengan jajaran manajemen PTKL. "Kami masih mencari pintu untuk masuk ke PTKL," katanya.

Pria yang akrab disapa Memed tersebut menjelaskan, DPRD akan berupaya mencari jalan terbaik. "Agar kebijakan nanti menguntungkan semua pihak," bebernya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156408

SMK Cocok untuk Besuk

[ Selasa, 04 Mei 2010 ]

Pendidikan gratis sejauh ini berlaku untuk sekolah tingkat dasar dan menengah. Namun belum berlaku untuk tingkat atas. Padahal, sangat banyak siswa SMA dan sederajat yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Terutama di Kecamatan Besuk.

Menyikapi hal itu, Camat Besuk AR Qomarullah berpendapat, perlu dibangun SMK di wilayah kerjanya. Ditinjau dari sisi ekonomi menurut Qomarullah, pendirian SMK di Besuk sangat besar peluangnya. Sebab, kebanyakan warga Besuk adalah warga menengah ke bawah secara ekonomi.

Keyakinan Qomarullah tersebut juga berangkat dari keinginan masyarakat. Menurutnya, masyarakat terutama masyarakat miskin lebih memilih menyekolahkan anaknya ke SMK. "Karena orientasinya jelas (baca: kerja)," ujarnya.

Qomarullah lantas menjelaskan, SMK mampu membuka peluang bagi siswa tidak mampu untuk mengembangkan potensinya. "Jika tidak melanjutkan, siswa bisa membuka lapangan kerja sendiri. Jika mampu melanjutkan, maka itu lebih baik," terangnya.

Untuk mewujudkan cita-cita itu, pihak kecamatan Besuk berupaya membangun komunikasi yang baik dengan lembaga pendidikan swasta di Besuk. Tujuannya, mendorong mereka untuk mendirikan SMK. "Sejauh ini sudah kami upayakan," tutur Qomarullah.

Namun bukan berarti upaya itu tanpa hambatan. Beberapa pemilik sekolah menurut Qomarullah, sebenarnya juga menginginkan hal yang sama. Namun masih agak ragu. "Terutama karena dana operasionalnya," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156407

Warga Sandera Mobil PLN

Liputan6.com, Probolinggo: Ratusan warga di Probolinggo, Jawa Timur, Senin (3/5), menyandera satu unit truk milik rekanan Perusahaan Listrik Negara atau PLN yang sedang memperbaikan instalasi listrik. Aksi ini dilakukan lantaran warga kesal sudah sepekan aliran listrik terputus. Akibat putusnya aliran listrik, kegiatan warga tiga ini menjadi terganggu.

Aksi ini mendapat pengawalan polisi. Dalam pertemuan dengan tokoh masyarakat, PLN berjanji segera memperbaiki jaringan yang rusak dan pekan depan pelayanan dijanjikan normal kembali.

Sementara itu, unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Pemerhati Keadilan (Garapan) Maluku di kantor PLN cabang Ambon berlangsung ricuh. Baku hantam terjadi akibat pegawai PLN tak terima dengan perlakukan mahasiswa yang merusak pagar kantor.

Aksi mahasiswa ini untuk mempertanyakan tuntutan mereka pada unjuk rasa pertama yang hingga kini belum ditanggapi. Mahasiswa menuntut agar kepala PLN Ranting Luhu segera dicopot karena listrik di wilayah Huamual Belakang sudah enam bulan padam [baca: Ratusan Mahasiswa Sandera Mobil Tangki Minyak].(BOG)

Sumber: http://id.news.yahoo.com/lptn/20100503/tid-warga-sandera-mobil-pln-e390447.html


KENAIKAN HARGA BAWANG PUTIH PICU INFLASI JATIM

Tuesday, 04 May 2010 03:28

Kenaikan harga komoditi bawang putih dan cabai merah besar merupakan sejumlah faktor yang memicu terjadinya inflasi di wilayah Jawa Timur pada April 2010 sebesar 0,19 persen.

Surabaya, 3/5 (Antara/FINROLL News) - Kenaikan harga komoditi bawang putih dan cabai merah besar merupakan sejumlah faktor yang memicu terjadinya inflasi di wilayah Jawa Timur pada April 2010 sebesar 0,19 persen.

"Pada bulan Maret harga bawang putih masih Rp14 ribu dan naik menjadi Rp18 ribu perkilogram pada April, sementara harga cabai merah besar juga naik dari Rp9.600 menjadi sekitar Rp 13 ribu perkilogram," kata Kepala Badan Pusat Statistik Jatim Irlan Indrocahyo di Surabaya, Senin.

Menurut ia, kenaikan harga yang cukup tinggi terhadap bahan makanan tersebut, lebih banyak dipengaruhi faktor musim hujan yang mengakibatkan hasil produksi pertanian di sejumlah daerah turun.

Selain bawang putih dan cabai merah besar, inflasi Jatim selama April juga dipicu kenaikan beberapa komoditi lain, seperti tomat sayur, bawang merah, jagung muda, besi beton, kacang panjang, nangka muda, apel, dan emas perhiasan.

Irlan Indrocahyo menjelaskan dari 10 kota utama di Jatim, inflasi tertinggi dicatat Kabupaten Tulungagung sebesar 0,48 persen dan terendah dibukukan Kabupaten Probolinggo 0,02 persen.

"Namun, dari sejumlah kota besar di Pulau Jawa, inflasi tertinggi April 2010 terjadi di Semarang 0,37 persen, diikuti Yogyakarta 0,25 persen, Jakarta 0,22 persen, Surabaya 0,15 persen, Bandung 0,14 persen, dan Serang 0,03 persen," kata Irlan.

Ia menambahkan secara nasional inflasi April 2010 sebesar 0,15 persen atau lebih rendah dibandingkan inflasi Jatim.

"Tapi secara kumulatif, inflasi nasional justru lebih tinggi, yakni mencapai 3,91 persen, sementara Jatim 3,86 persen," tambahnya.

Sumber: http://www.news.id.finroll.com/ekonomi/ekonomi-a-keuangan/260688-kenaikan-harga-bawang-putih-picu-inflasi-jatim.html