Kamis, 21 Oktober 2010

Bangun PG, Leces Rangkul PTPN XI

Kamis, 21 Oktober 2010 | 10:28 WIB

PROBOLINGGO – Kekurangjelasan informasi tentang Pabrik Gula (PG) Leces yang akan didirikan pabrik kertas PT Kertas Leces (KL) Probolinggo akhirnya terjawab, Rabu (20/10). Ternyata, PG yang teritengrasi dengan pabrik kertas di Desa Leces, Kec Leces, Kab Probolinggo itu merupakan hasil patungan dua BUMN, yaitu PT KL dan PT Perkebunan Nusantara (PT PN) XI.

’’PG baru ini nantinya merupakan sinergi antara PT PN XI dan PT Kertas Leces setelah 3 PG di Probolinggo dibekukan,” ujar Direktur Perencanaan dan Pengembangan (Renbang) PT PN XI, Suyitno saat menerima pabrikan dari China di ruang pertemuan PT KL, Rabu (20/10) siang.

Saat itu hadir perwakilan Guangxi Research of Mechanical Industry dipimpin Lin Xing Sheng (Vice Section Chief Engineer) yang melakukan paparan dan penawaran mesin pabrik gula. Dalam pertemuan yang dipimpin Direktur Pemasaran PT KL Syarif Hidayat itu, Suyitno didampingi tiga administrator PG di Probolinggo, yaitu PG Wonolangan, PG Pajarakan, dan PG Gending.

Terkait ungkapan bakal membekukan 3 PG di Kab Probolinggo, Suyitno buru-buru memberikan peringatan. “Soal pembekuan 3 PG ini cukup kita bicarakan di sini, jangan keluar. Tapi percuma juga, beberapa waktu lalu dalam pertemuan dengan bupati, masalah ini sudah telanjur diekspos wartawan,” ujarnya.

Meski 3 PG di Probolinggo bakal dibekukan, Suyitno menjamin tidak akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK). Soalnya, sumber daya manusia di 3 PG itu bakal dialihkan ke PG Leces.

Mantan Administrator PG Wonolangan itu kemudian memaparkan kondisi 3 PG di Kab. Probolinggo. “Tiga PG di Probolinggo ini kapasitasnya kecil, masing-masing 1.500 TCD (ton cane per day/ton tebu per hari, Red.),” ujar Suyitno.

Sisi lain, sinergi PT PN XI dengan PT KL bakal menelurkan PG dengan kapasitas 6.000 TCD. “Yang menjadi masalah adalah tersedianya bahan baku tebu. Kalau sampai kekurangan tebu ya kita nanti menagih dan menangis ke Pak Bupati,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, selama ini 3 PG di Kab Probolinggo dengan kapasitas total 4.500 TCD selalu kekurangan tebu. Solusinya, ketiga PG itu “mengimpor” tebu dari Lumajang yang memang surplus tebu setiap tahun.

Soal sinergi pendirian PG, Suyitno mengatakan, PT PN XI tidak hanya menyiapkan SDM yang sudah bertahun-tahun menggeluti industri gula. “Kami juga punya 1 set gilingan dan 1 set evaporator yang diperlukan PG,” ujarnya.

Sementara itu PT KL sudah menyiapkan lahan untuk pendirian PG lengkap dengan unit pengolah limbah (UPL). “Kami juga mempunyai boiler batubara yang sebentar lagi rampung pembangunannya,” ujar Direktur Pemasaran PT KL Syarif Hidayat.

Administrator PG Pajarakan Wahyu Murdayat yang mendampingi Suyitno sempat mempertanyakan ketersediaan lahan tebu yang memadai di Kab Probolinggo. “Mendirikan PG, setahun sampai satu setengah tahun selesai, tetapi menyediakan lahan tebu yang memadai bukan perkara setahun, dua tahun,” ujarnya.

Wahyu memberi gambaran, untuk menyiapkan lahan tebu 10.000 hektare tidak bisa dipenuhi dalam waktu setahun. Padahal lahan tebu seluas itu bakal habis digiling dalam waktu 110-120 hari, jika PG berkapasitas 6.000 TCD.

“Hitungannya, dengan perkiraan 1 hektare menghasilkan 70 ton, maka 10.000 hektare menghasilkan 7 juta ton tebu,” ujarnya. Dan dalam waktu sekitar 3 bulan, tebu sebanyak itu akan habis tergiling.

Terkait ketersediaan lahan, Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT KL Prof Dr Ir H Abdul Haris mengatakan, berdasarkan survei lahan, di Kab Probolinggo ada sekitar 43.000 hektare lahan kritis potensial yang bisa ditanami tebu. “Setelah kami cek di lapangan dengan petugas dari PG Wonolangan, riil ada 35.000 hektare lahan, siap ditanami tebu,” ujarnya.

‘Beauty Contest’

Terkait pemaparan dan penawaran mesin PG dari Guangxi Research of Mechanical Industry, China, Suyitno merespon positif. “Sebenarnya mesin PG tidak hanya dari China, masih banyak yang lain seperti dari India, Taiwan, Thailand. Bahkan ada yang dari Jepang, tetapi harganya mahal,” ujarnya.

Suyitno yang pernah ke China pun mengaku, mengetahui persis kualifikasi mesin PG made in China. “Yang ngomong orang sana (China, Red.) sendiri Katanya di China ada mesin nomor 1 sampai 10. Tinggal sebutkan mau ‘Kw’ (kwalitas, Red.) berapa, semua ada!” ujar mantan Administrator PG Jatiroto, Lumajang itu.

Karena itu, Suyitno menyarankan, siapa pun yang ingin bermitra dengan PT PN XI dan PT KL terkait pendirian PG baru, harus melalui seleksi. “Istilahnya ada ‘beauty contest’,” ujarnya.

Soal bahan baku tebu, kata Suyitno, tidak hanya soal keterbatasan lahan, tetapi juga menyangkut varitas tebu. “Di China ada varitas tebu yang rendemen (kadar gula, Red.)-nya sampai 12 persen,” ujar Suyitno. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b21ab29d136b3172a2d34952c0938caa&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Balita Kecemplung Air Panas

Kamis, 21 Oktober 2010 | 09:01 WIB

Probolinggo – Keteledoran Sulastri (30) mengakibatkan anaknya, Fairus Fatmawati (3) tercebur air bak berisi air mendidih. Akibatnya, bayi asal Kel Triwung Kidul, Kec Kademangan, Kota Probolinggo, hingga Kamis (21/10) masih dirawat di RSUD Dr Moch Saleh Kota Probolinggo.

Kulit di sekujur punggung, pantat, paha, hingga perut bocah itu melepuh dan mengelupas. Bocah itu sering menangis karena menahan luka di tubuhnya. Ia hanya bisa tengkurap sambil terus memegangi tangan ibunya. “Anak saya sering menangis, mungkin menahan rasa perih dan panas akibat terkena air panas,” ujar Sulastri di sela-sela menjaga anaknya di RSUD.

Sulastri menceritakan, sekitar seminggu lalu, tepatnya Jumat (15/10) sore, dia merebus nasi aking. “Nasi karak atau cengkaruk itu bukan untuk dimakan keluarga saya, tetapi untuk pakan kambing,” ujarnya. Setelah direbus hingga mendidih, nasi aking beserta air rebusan itu dimasukkan bak plastik. “Karena ada ipar saya minta diambilkan jambu, bak berisi cengkaruk panas itu saya letakkan di halaman,” ujar Sulastri.

Saat asyik mengambil jambu, Sulastri tak memperhatikan tingkah si Fairus, anak keduanya dari M Adhim. Anaknya itu berjalan mundur lalu tercebur bak plastik berisi air panas bercampur nasi aking tersebut. Sulastri pun sangat bersedih dan merasa bersalah. Suaminya tak bisa menjenguk anaknya karena masih kerja di kapal di Papua. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=ab69e81104955a94f5a064594621067e&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Money Politics Warnai Konfercab Anshor Probolinggo

Kamis, 21 Oktober 2010

Probolinggo - Surya- Konferensi Pengurus Cabang (Konfercab) Anshor Kabupaten Probolinggo diwarnai isu money politics (politik uang).

Bahkan, sejumlah pengurus kecamatan yang memiliki hak pilih, mengancam tidak akan menggunakan hak pilihnya, jika tidak diberi sejumlah uang oleh calon ketua yang akan maju.

Rencananya, Konfercab Anshor akan digelar 23 Oktober 2010. Calon mulai mengerucut kepada satu nama yakni, Habibullah yang merupakan anggota KPUD Kabupaten Probolinggo.

Sekretaris Caretaker Pengurus Cabang Anshor Hanafi tidak menampik soal adanya isu money politics itu. “Sebagian pengurus kecamatan memang mengancam begitu,” katanya kepada Surya, Rabu (10/10).

Menurutnya, sikap sebagian pengurus kecamatan itu merupakan dampak dari pemilu dan pilkades.

Sudah menjadi rahasia umum, calon kades banyak yang menyebarkan uang supaya dipilih. Sekarang yang terkena imbas, Anshor yang notabene organisasi kemasyarakatan.

Sementara itu, konferensi serupa juga akan dilakukan di lingkungan PCNU Kraksaan. Pengurus Cabang Anshor juga akan dibentuk, untuk membawahi 13 kecamatan. Sedangkan di Pengurus Cabang Anshor Kabupaten Probolinggo membawahi 11 kecamatan.

“Di sini ada dua PCNU yakni PCNU Kraksaan dan PCNU Kabupaten Probolinggo. Sehingga Pengurus Anshor juga ada dua,” imbuh Hanafi.

Secara terpisah, Habibullah yang disebut-sebut akan menjadi calon tunggal ketika didatangi ke kantornya tidak berada di tempat. Ketika dihubungi melalui teleponnya juga tidak tersambung. ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/21/money-politics-warnai-konfercab-anshor-probolinggo.html

Geger Dengan Anak, Kiai Usir 300 Santriwati

Kamis, 21 Oktober 2010

PROBOLINGGO - Surya-
Sedikitnya 300 santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Assulthoniyah, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, berhamburan keluar pondok. Mereka lari ketakutan setelah diusir KH Nur Hasan, pendiri sekaligus ketua yayasan ponpes tersebut.

Yang membuat ratusan santriwati itu ketakutan, karena selain marah, KH Nur Hasan juga membawa pentungan kayu sebesar lengan orang dewasa.

Peristiwa yang sempat mengejutkan para pengajar, santri, dan warga sekitar pondok itu terjadi Rabu (20/10) sekitar pukul 13.00 WIB. Beberapa ustad dan ustadah yang kaget langsung mencegat dan menggiring para santriwati ke rumah warga.

Namun banyak santriwati ketakutan kemudian memasuki perkampungan. Bahkan ada yang menuju ke terminal Bayuangga yang jauhnya satu kilometer dari ponpes.

Pada saat yang sama, para ustad dan ustadah mencari santri yang bersembunyi di rumah warga dan menjemput mereka yang sudah sampai di terminal untuk kembali ke ponpes.

Sementara di dalam pondok, KH Nur Hasan masih meluapkan kemarahannya sambil membawa pentungan kayu memeriksa tiap kamar santriwati untuk memastikan mereka sudah keluar dari kamar masing-masing.

Karena KH Nur Hasan masih marah, maka para santriwati yang berhasil dibujuk ustad dan ustadah untuk kembali, sementara dititipkan di rumah-rumah warga hingga situasinya aman.

Situasi baru reda pukul 15.30 WIB, ketika petugas dari Polsekta Kademangan, Babinsa dan sejumlah perangkat kelurahan datang, sekaligus meredakan kemarahan KH Nur Hasan.

Oleh para petugas itu bersama Ustad Syaifullah Islam, putra kedua KH Nur Hasan, diyakinkan kepada para santriwati bahwa situasi sudah aman.

Ketika situasi reda itulah, diketahui bahwa masalah ini muncul dipicu oleh konflik dan saling berebut pengaruh di ponpes antara KH Nur Hasan dengan putri ketiganya, Ustadah Nur Fadillah yang sehari-hari mengelola Madrasah Aliyah (MA/setingkat SMA) di kompleks ponpes tersebut.

Konflik itu terlihat, karena pada saat situasi reda itu semua santriwati mengatakan lebih memilih ikut Ustadah Nur Fadillah ketimbang ikut Ustadah Siti ‘Aisyah, istri KH Nur Hasan. Siti Aisyah adalah Kepala SMA di kompleks ponpes tersebut. Ia merupakan istri kedua KH Nur Hasan yang dinikahi dua tahun lalu, setelah istri pertama meninggal dunia tiga tahun lalu.

Syaifullah Islam, pengajar sekaligus pewaris Ponpes Assulthoniyah mengakui ratusan santri itu lari ketakutan karena diusir abah (ayah)-nya. Ia mengaku bingung mengapa abahnya berbuat seperti itu. Padahal ia bersama abahnya sudah puluhan tahun merintis pondok yang kini telah memiliki 8.000 santri. ”Kalau begini caranya, santri kami bisa habis,” kata Syaiful.

Menurutnya, abahnya bersikap seperti itu terhadap santrinya karena pengaruh dari Siti Aisyah, istri keduanya. Dikatakan Syaifullah, awalnya umi (ibu) tirinya ini bersikap baik terhadap abah dan anak-anaknya. Namun setelah usia perkawinan berjalan setahun lebih, mendadak sikap uminya berubah drastis kepada Syaifullah dan saudara-saudaranya.

“Karena umi seperti itu, abah kemudian lebih mengutamakan keinginan umi ketimbang anak-anaknya. Nggak tahu kenapa kok umi begitu, padahal dia juga sudah diangkat menjadi kepala sekolah SMA di ponpes ini,” kata Syaifullah, anak kedua dari empat bersaudara ini.

Selain itu, kata Syaiful, umi juga berubah menjadi pencemburu, terutama terhadap santriwati pondok maupun siswi MA.

Sejak perubahan sikap itu, kata Syaifullah, abahnya keluar dari pondok dan tinggal di rumah yang berada satu kompleks dengan ruang atau gedung sekolah SMA Assulthoniyah. “Pindahnya itu juga atas kemauan abah sendiri, bukan diusir anak-anaknya. Walaupun ada ketidakcocokan dengan umi, kami tidak memusuhi abah dan umi,” kata Syaifullah.

Disuruh Pindah Sekolah

Ditemui terpisah, KH Nur Hasan mengatakan persoalan ini dipicu ulah anak ketiganya, Ustadah Nur Fadillah. Ia menceritakan bahwa Rabu (20/10) sekitar pukul 10.00 WIB, ada dua siswa istrinya mengeluh dan menangis. Kepada KH Nur Hasan dan Ustadah Siti Aisyah, dua muridnya itu mengaku disuruh oleh Ustadah Nur Fadillah agar berhenti sekolah di SMA yang dikepalai Ustadah Siti Aisyah dan diajak masuk sekolah di MA.

Mendengar pengaduan tersebut, KH Nur Hasan marah kemudian dengan pentungan kayu mendatangi pondok yang dikelola Nur Fadillah di utara rumah KH Nur Hasan. Ia kemudian mengumpulkan seluruh santriwati dan mengusir mereka.

“Saya sudah tidak sabar. Masak santri saya disuruh berhenti dan diajak pindah ke sekolahnya. Selain itu saya juga diusir dari rumah utara. Itu milik siapa, kan milik saya,” ujar KH Nur Hasan emosional.

KH Nur menegaskan akan mengusirnya lagi apabila ia melihat santriwati Ustadah Nur Fadillah kembali ke pondok. “Kalau kembali, akan saya usir lagi. Itu kan pondok saya,” tegasnya.

Sedangkan Syaifullah Islam mengatakan akan menyelesaikan permasalahan ini dengan seluruh keluarga, Ia juga berjanji akan menjemput para santriwati yang telanjur meninggalkan pondok. Hingga kemarin, sebagian santri sudah kembali ke kamar masing-masing, tapi ada juga yang masih numpang di rumah warga, bahkan ada yang sudah pulang ke rumahnya.st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/21/geger-dengan-anak-kiai-usir-300-santriwati.html

Mau Nikah Curi Perhiasan Majikan

Kamis, 21 Oktober 2010

Surabaya -SURYA- Rencana nikah pasangan Juleka, 27, asal Dringu, Probolinggo, dan Ichamita, 28, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Jl Manyar Jaya bisa tertunda. Keduanya diamankan Polsek Sukolilo karena mencuri perhiasan milik majikannya senilai Rp 120 juta.

“Keduanya kami tangkap berikut barang buktinya yang sebagian telah dijual di Probolinggo,” kata Kapolsek Sukolilo AKP Purwanto, Rabu (20/10).

Pencurian barang berharga ini dilakukan oleh Juleka saat sedang wakuncar ke Icha, yang tinggal di rumah majikannya Anak Agung Ayu, 40 di Jl Manyar Jaya.

Polisi yang mendapat laporan dari korban langsung melakukan penyelidikan. “Kami mencurigai adanya keterlibatan orang dalam,” terang Kanitreskrim Polsek Sukolilo, Iptu Sunadji. Dugaan petugas benar setelah memeriksa Ichamita diketahui pencuri perhiasan itu adalah pacarnya sendiri.

Pengejaran dilakukan karena Juleka sudah di Probolinggo. Setelah menemukan Juleka petugas memburu barang buktinya yang sebagian sudah dijual. niit

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/21/mau-nikah-curi-perhiasan-majikan.html

Balita Tercebur Bak Air Mendidih

Nusantara / Rabu, 20 Oktober 2010 19:50 WIB

Metrotvnews.com, Probolinggo: Pilu nasib Fairus Fatmawati. Balita berusia tiga tahun itu tercebur ke bak air mendidih yang tadinya untuk campuran makanan kambing. Sekujur tubuhnya luka bakar serius.

Fairus Fatmawati, putri pasangan Adim-Sulastri, warga Triwung Kidul, Probolinggo, Jawa Timur. Fairus terkulai lemas di Rumah Sakit Probolinggo, Rabu (20/10). Tubuhnya melepuh.

Sulastri menceritakan saat itu ia mempersiapkan makanan kambing. Kakak Fairus datang meminta buah jambu. Sulastri memenuhi keinginan anak sulungnya itu. Tak sadar ia tinggalkan Fairus begitu saja. Fairus pun bermain tanpa penjagaan. Ia berjalan mundur hingga tercebut ke bak air mendidih.

Sulastri kaget bukan kepalang. Ia berusaha meraih tubuh anaknya. Terlambat, Fairus telanjur tercebur. Sulastri menyesal. Sang balita dirawat intensif di rumah sakit. (Krisna Misbach/*****)

Sumber: http://www.metrotvnews.com/read/news/2010/10/20/31978/Balita-Tercebur-Bak-Air-Mendidih/


Balita Tercebur Bak Air Mendidih

Nusantara / Rabu, 20 Oktober 2010 19:50 WIB

Metrotvnews.com, Probolinggo: Pilu nasib Fairus Fatmawati. Balita berusia tiga tahun itu tercebur ke bak air mendidih yang tadinya untuk campuran makanan kambing. Sekujur tubuhnya luka bakar serius.

Fairus Fatmawati, putri pasangan Adim-Sulastri, warga Triwung Kidul, Probolinggo, Jawa Timur. Fairus terkulai lemas di Rumah Sakit Probolinggo, Rabu (20/10). Tubuhnya melepuh.

Sulastri menceritakan saat itu ia mempersiapkan makanan kambing. Kakak Fairus datang meminta buah jambu. Sulastri memenuhi keinginan anak sulungnya itu. Tak sadar ia tinggalkan Fairus begitu saja. Fairus pun bermain tanpa penjagaan. Ia berjalan mundur hingga tercebut ke bak air mendidih.

Sulastri kaget bukan kepalang. Ia berusaha meraih tubuh anaknya. Terlambat, Fairus telanjur tercebur. Sulastri menyesal. Sang balita dirawat intensif di rumah sakit. (Krisna Misbach/*****)

Sumber: http://www.metrotvnews.com/read/news/2010/10/20/31978/Balita-Tercebur-Bak-Air-Mendidih/


Balita Nyemplung Air Panas

NASIB Fairus Fatmawati, bocah perempuan tiga tahun asal Kelurahan Triwung Kidul, Kademangan, Kota Probolinggo, sungguh malang. Dia kini dirawat di RSUD dr Moh. Saleh karena kulit tubuhnya melepuh setelah nyemplung (masuk) ke bak berisi air panas.

Putri pasangan Sulastri dan M. Adim itu mengalami luka bakar sampai 28 persen. Kulit tubuhnya mulai punggung ke bawah melepuh. Sampai kemarin, Fairus masih dirawat di RS.

Menurut informasi, peristiwa nahas itu terjadi pada Jumat (15/10) sekitar pukul 15.00. Sang ibu, Sulastri, saat itu menggodok karak yang akan diberikan kepada kambing mereka. Begitu karak dirasa sudah
matang dan airnya sudah mendidih, Sulastri pun memasukkannya ke dalam bak berukuran cukup besar. Lalu, bak berisi air dan karak itu dibawa ke halaman rumah untuk pakan kambing.

Tapi, belum sampai bak itu dibawa ke kandang kambing, ada seorang kerabat yang datang untuk meminta jambu. ’’Ada ipar minta jambu. Saya taruh dulu (bak, Red) di tanah,’’ tutur Sulastri kemarin (20/10).

Saat itu, Fairus sedang bermain di halaman rumah. Namun, tak lama kemudian, Sulastri melihat Fairus berjalan mundur mendekati bak itu. Dia pun langsung berlari dan berteriak mencegah Fairus. Tapi, usaha Sulastri sia-sia karena larinya kalah cepat. Fairus terlanjur masuk ke dalam bak berisi air panas tersebut. Sulastri langsung mengangkat dan melarikannya ke Puskesmas Ketapang. Selanjutnya, Fairus dirujuk ke RSUD. (rud/jpnn/c5/end)

Sumber: http://www.jpnn.com

Dukun Sanjipak Kibuli Pak Haji

20 Oktober 2010, 18:52:32| Laporan Sentral FM Lumajang

Dijanjikan Batangan Emas Secara Ghoib

suarasurabaya.net| Ngakunya sebagai dukun sakti yang mampu mengambil batangan emas secara ghaib, namun belakangan malah hanya dijadikan kedok untuk melakoni aksi penipuan.

Ulah NGATENO alias IMRON (29) warga Desa Kropyak, Kecamatan Bantaran Kabupaten Probolinggo sebagai dukun palsu alias dukun sanjipak ini, Rabu (20/10), membuat Haji BAGONG kehilangan uang Rp 8,7 juta.

NGATENO ditangkap aparat Polsek Senduro setelah aksi penipuannya terbongkar. Ia dijebloskan ke tahanan Mapolsek setempat, setelah mendapatkan laporan dari BAGONG warga Desa/Kecamatan Senduro.

BAGONG diminta Dukun NGATENO alias IMRON menyerahkan uang Rp 8,7 juta yang diberikan kepada sang dukun dengan dijanjikan batangan emas senilai ratusan juta rupiah. Uang itu dijanjikan akan berlipat ganda dalam tempo beberapa hari saja.

Dengan iming-iming kekayaan berlipat ganda itulah, H BAGONG terpedaya oleh janji manis sang dukun, hingga akhirnya ia manut saja menyerahkan uang yang diminta. ”Kejadiannya pada 17 Mei 2010 lalu, sekitar pukul 14.00,”ungkap H BAGONG dalam laporannya.

Berdasarkan laporan ini, petugas pun melakukan penangkapan terhadap dukun NGATENO di rumahnya. Dari penyidikan sementara, ternyata muncul dugaan jika H BAGONG bukan satu-satunya korban.

”Dimungkinkan masih ada korban lainnya yang menjadi sasaran aksi penipuannya. Diantaranya dari wilayah Kecamatan Senduro dan di wilayah Kecamatan lainnya. Kini, kami masih menunggu mereka untuk melapor,”kata Aiptu RUDI SULISTYO Kanit Reskrim Polsek Senduro mendampingi AKP EDI SANTOSO Kapolsek saat dikonfirmasi DIDI reporter Sentral FM Lumajang. (her/tin)

Teks foto :
- Tersangka NGATENO alias IMRON diperiksa petugas.
Foto : Sentral FM

Sumber: http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=24352ddb3c6f7d7d78f45e8b2cbd6313201083846