Sabtu, 18 September 2010

Halal Bihalal, 3.000 Porsi Ludes

[ Sabtu, 18 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Masih dalam nuansa lebaran, kemarin (17/9) Pemkot Probolinggo menggeber halal bihalal bersama seluruh pegawai. Menu tiga ribu porsi lontong yang disediakan pun amblas. Pegawai yang tak kebagian hanya bisa gigit jari.

Sehari sebelumnya, DPRD setempat melaksanakan halal bihalal. Dan kemarin giliran eksekutif yang melakukannya. Sama seperti tahun sebelumnya, di halal bihalal kemarin, barisan pejabat berdiri di depan pintu masuk kantor wali kota lalu tembus ke lapangan parkir.

Pejabat yang hadir cukup lengkap. Wali Kota Buchori bersama istrinya, Rukmini Buchori, Wawali Bandyk Soetrisno (tanpa istri), Ketua DPRD Sulaiman, Kapolresta AKBP Agus Wijayanto dan Sekda Johny Haryanto bersama istri. Dandim 0820 Letkol Inf Heri Setyono sama seperti wawali tidak didampingi istri.

Selain pejabat dan muspida, nampak ikut berdiri dalam barisan para pimpinan DPRD Abdullah Zabut dan Dwi Laksmi Shynta serta pimpinan komisi dan fraksi di dewan. Halal bihalal yang dimulai pukul 08.00 diawali oleh para kepala satuan kerja (satker). Kemudian para satker ikut berbaris dengan muspida dan dewan.

Dalam sambutannya, Wali Kota Buchori menyampaikan tentang perubahan diri yang harus lebih baik setelah menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Dia juga meminta maaf atas segala perbuatan selama memimpin atau secara pribadi.

Antrean halal bihalal tidak sebanyak tahun lalu. Namun pegawai banyak yang ingin berebut bersalaman dengan "atasannya". Bahkan puluhan anggota Satpol PP disiagakan untuk mengatur ketertiban antrean halal bihalal tersebut.

Usai bersalaman melintasi semua pejabat, di halaman parkir, pegawai dihadapkan dengan menu makanan yang sudah disiapkan. Bagian umum telah menyediakan 1.000 lontong bakso, 1.000 lontong kikil dan 1.000 lontong soto. "Kalau yang di atas menunya sama, jumlahnya sekitar 150 porsi untuk pejabatnya," terang Kabag Umum Agus Effendi.

Namun ribuan menu yang disediakan ternyata tidak bisa mengcover seluruh pegawai yang hadir di halal bihalal. "Wah.. aku ga kebagian. Sudah habis semuanya tidak ada yang tersisa," kata seorang pegawai berjilbab. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179717

Nelayan Siap Melaut Lagi

[ Sabtu, 18 September 2010 ]

TONGAS - Lebaran juga menjadi masa liburan bagi para nelayan di pesisir Tongas Kabupaten Probolinggo. Setelah sepekan tak melaut untuk menikmati masa lebaran, kini para nelayan Tongas bersiap melaut lagi.

Dari pantauan Radar Bromo, kemarin (17/9) para nelayan di beberapa daerah di Tongas mulai menyiapkan perahu-perahu dan segala peralatan kerja lainnya. Seperti yang terlihat di dusun Jalit serta dusun Krobyokan.

Pagi kemarin terlihat para nelayan sibuk di perahunya. "Ya, sekarang kami lagi bersiap untuk berlayar besok (hari ini, Red)," jelas Wageanto, salah satu nelayan ikan di dusun Jalit.

Wageanto kemarin mengecek semua peralatan yang akan digunakan sebelum berlayar. Mulai dari kondisi perahu dan perlatan tangkap ikan. "Semua harus dicek, biar besok sudah siap untuk berangkat," terang Wageanto.

Pengecekan dilakukan, kata Wageanto, terutama karena usia perahu sudah tidak muda lagi. Selain perahu kayu, beberapa nelayan sudah beralih menggunakan perahu fiber. "Tapi saya belum," jelas Wageanto.

Kapal fiber perawatannya mudah. Beda dengan perahu kayu yang perawatan cukup rumit dan mahal. "Kapal fiber lebih murah dari pada kayu," ungkap Wageanto

Jaring untuk menangkap ikan juga dicek. "Ini saya lagi ngecek jaring," terang Dhofir, nelayan lainnya. Dia kemarin sibuk merajut lagi jaringnya yang rusak. "Dirajut kembali, biar bisa dipakai lagi," ulas Dhofir.

Sementara itu ketika ditanyai mengapa libur melaut saat lebaran, Dhofir menyatakan bahwa nelayan memang sengaja. Setelah setahun bekerja, lebaran menjadi saat yang tepat untuk berkumpul lagi dengan keluarga. "Ya hanya berkumpul dengan keluarga," jelas Wageanto.

Rata-rata nelayan libur melaut selama sepekan untuk merayakan lebaran. "Rata-rata nelayan di sini libur semua, paling sekitar 7 hari," jelas Dhofir.

Menurutnya, bila lebaran tetap melaut pun nelayan tidak mendapat banyak keuntungan. "Kan harga dipasar tidak stabil," lanjut Dhofir. (d7x/yud)

Sumbe: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179718

Keluhkan Pencurian Wuwu

[ Sabtu, 18 September 2010 ]

Ramadan lalu dikeluhkan para nelayan rajungan di daerah Tongas Kabupaten Probolinggo. Sebab, mereka banyak mengalami kehilangan wuwu atau alat tangkap rajungan.

Wuwu yang hilang tidak sedikit. Jumlahnya mencapai ratusan. Padahal, harga alat itu tidak murah. "Selama Ramadan, wuwu saya hilang 170 buah mas," ungkap Saiful Bahri, salah satu nelayan rajungan di dusun Krobyokan kepada Radar Bromo kemarin (17/9). Dari 330 wuwu yang dimilikinya, saat ini yang tersisa hanya 160 buah.

Menurut para nelayan, pencurian alat tangkap rajungan tersebut selama Ramadan terjadi setiap hari. Dalam satu hari nelayan bisa kehilangan wuwu sebanyak 20 sampai 50 buah.

Akibatnya, para nelayan harus merugi jutaan rupiah. Untuk satu buah wuwu mencapai harga Rp 15 ribu. Sedangkan untuk menangkap rajungan dibutuhkan minimal 150 buah wuwu. Jika ditotal, masing-masing nelayan mengalami kerugian setidaknya Rp 2 juta.

"Kerugian saya sampai Rp 2,5 juta," jelas Saiful. Hal itu diperparah lagi dengan tangkapan rajungan yang sempat mengalami penurunan akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung.

Sukam, nelayan rajungan lainnya, mengaku saat ini sampai tidak bisa mempersiapkan wuwunya untuk disebar ke laut. Hal itu dikarenakan jumlah wuwunya kurang dari jumlah minimal.

"Saya tidak bisa pakai wuwu. Jumlahnya kurang," keluh Sukam. Dari 150 wuwu yang dimilkinya, sekarang yang tersisa tinggal 55 buah saja. Selain itu, Sukam akan dirugikan jika tetap memaksakan menyebar alat itu.

Kerugian itu karena ia masih harus menanggung ongkos BBM untuk melaut. Dan ongkos itu tidak sebanding dengan hasil tangkapan menggunakan wuwu yang jumlahnya kurang. "Rugi lah, Mas. BBM lebih mahal dari pada rajungannya," terang Sukam.

Lalu siapa pelaku pencurian wuwu? Nelayan menduga pelakunya adalah nelayan daerah tetangga. "Sering kepergok aksi mereka," ungkap Basar, seorang nelayan lainnya.

Menurutnya, sudah ada beberapa pelaku yang diamankan aparat keamanan. Namun, aksi itu tetap saja berlangsung. "Mereka masih terus beraksi," keluh Basar.

Selama ini para nelayan Tongas lebih memilih diam atas kejadian pencurian-pencurian wuwu ini. Sebab, jika sampai bertindak keras, reaksi nelayan daerah tetangga itu bisa lebih keras lagi. "Dulu sempat ada kawan kami yang disandera," kata Basar.

Dari kejadian bayaknya wuwu yang hilang, ada beberapa nelayan yang harus berhenti total menangkap rajungan. Sedangkan nelayan lainnya, memilih menggunakan alat tangkap lainnya. "Lebih baik pakai jaring saja, tidak gampang dicuri," tutur Basar. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=179719