Kamis, 07 Oktober 2010

Pabrikan di Probolinggo Didesak Beli Tembakau Jelek

Kamis, 7 Oktober 2010 | 10:20 WIB

DI Kabupaten Probolinggo, meski kualitas tembakau jeblok, pabrik rokok yang membuka gudang pembelian diminta tetap membeli tembakau tersebut. Petani berharap penjualan tembakau itu masih bisa balik modal.

’’Saya sudah keliling-keliling areal tembakau di Probolinggo, selama hujan masih turun, sulit menemukan tembakau dengan kualitas terbaik,” ujar Wakil Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kab. Probolinggo, H Muzammil, Kamis (7/10) pagi tadi.

Guyuran hujan mengakibatkan tembakau rajangan yang dijemur menghitam dan berjamur. “Petani tembakau di Probolinggo mengistilahkan tembakau tambelik,” ujarnya.

Harga tembakau tambelik (berubah warna menghitam) pun terjun bebas dibandingkan tembakau kualitas terbaik. “Tembakau kualitas terbaik di Probolinggo tahun ini tembus Rp 32 ribu per kilogram di tingkat petani, mengalahkan tembakau Pamekasan yang hanya Rp 26 ribu,” ujar Muzammil.

Sisi lain, begitu tembakau rajangan itu menghitam gara-gara diguyur hujan, harganya berubah total menjadi Rp 8 ribu/kg. “Hitung-hitung balik modal, kami tetap mendesak gudang tembakau mau membeli tembakau tambelik,” ujarnya.

Seperti diketahui, setiap tahun sebanyak 5 gudang tembakau dari perusahaan rokok (PR) besar beroperasi di Probolinggo. Yakni, gudang PT Gudang Garam (Kediri), PT Bentoel (Malang), PT Bhramara Esa Anosama (agen PT Sampoerna, Surabaya), CV Jaya Abadi (agen PT Djarum, Kudus), dan PT Norojono (Surabaya).

Di luar “the big five” (lima besar) pabrik rokok tersebut, masih ada 56 PR kecil milik warga Probolinggo yang menyerap tembakau petani. PR kelas “K-1.000” (kategori kecil) itu biasanya menyerap sisa tembakau yang tidak terbeli gudang pabrikan besar. Apalagi setiap tahun ada tren areal tembakau selalu membengkak.

Di akhir masa panen yang ditandai dengan jebloknya kualitas tembakau, APTI Kab. Probolinggo memetakan sebaran tanaman tembakau dan kualitasnya. “Kalau di Paiton dan Kotaanyar masih lumayan, harganya di atas Rp 20 ribu,” ujar Muzammil.

Sementara di Kec Besuk dan Kec Pakuniran harga tembakau di bawah Rp 20 ribu. “Selain dipengaruhi hujan, faktor tanah sangat mempengaruhi kualitas tembakau,” ujarnya.

Sementara itu, meski tahun ini kualitas tembakau jenis Paiton Voor Oogst di Probolinggo jeblok, Bupati Drs H Hasan Aminuddin MSi membuka peluang bagi masuknya investor. “Saya beri kemudahan bagi pabrik rokok (PR) besar untuk membangun pabrik rokok kretek di Probolinggo,” ujarnya.

Bupati mengakui, lima PR besar selama puluhan tahun membuka gudang pembelian tembakau di Probolinggo. “Jangan sebatas membeli tembakau, silakan kalau ada yang mau mendirikan pabrik rokok kretek,” ujarnya.

Selain kemudahan perizinan, kata bupati, areal tembakau melimpah sebagai jaminan keberlangsungan produksi rokok kretek. Bahkan, ada tren setiap tahun luas areal tembakau terus membengkak dari target. Pada tahun 2010 ini, misalnya, areal tembakau membengkak 1.000 hektare (Ha) dibandingkan tahun lalu. Areal tembakau yang pada masa tanam (MT) 2009 lalu seluas 6.923 Ha, pada MT 2010 ini menjadi 7.923 Ha.

Pada MT 2010 ini luas areal naik sekitar 14,4% (7.923 Ha), sementara target pembelian dari gudang tembakau 10.300 ton. Sisi lain, kelima gudang tembakau pabrikan besar itu menargetkan menyerap sekitar 10.300 ton tembakau. ”Tahun lalu 9.000 ton tembakau petani dengan areal 6.923 hektare terserap pasar,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab. Probolinggo, Ir Nanang Trijoko S.

Membuat pabrik rokok kretek di Probolinggo, kata bupati, dijamin biaya produksinya lebih murah daripada mengirimkan tembakau dari gudang ke pabrik rokok di luar Probolinggo.

Soal tenaga kerja wanita yang terampil membuat kretek juga melimpah jumlahnya. Mereka selama ini terlatih membuat rokok kretek di 56 pabrik rokok kecil di Kab Probolinggo. “PR besar tinggal menyulap gudang tembakau mereka menjadi pabrik yang memproduksi kretek. Selain itu mereka juga bisa menggandeng puluhan PR kecil di Probolinggo,” ujarnya.isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=e2329f7f72c45827d31e6bc2ffd51826&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Mesin Baru Honda Taklukkan Bromo

Wednesday, 06 October 2010

PTAstra Honda Motor menantang 99 rider dari berbagai klub di Pulau Jawa,jurnalis,dan blogger untuk menempuh 1.700 kilometer dari Jakarta ke Gunung Bromo di Jawa Timur.

Kegiatan dilakukan secara estafet sejak Jumat (1/10) hingga Minggu (4/10) menggunakan 15 unit motor sport teranyar Honda New Megapro. Harian Seputar Indonesia (SINDO) berkesempatan menjawab tantangan ini untuk etape pamungkas, Minggu (4/10),yaitu trek dari Surabaya menuju Gunung Bromo melewati Gempol, Pasuruan, dan Probolinggo.

Konon etape inilah yang merupakan klimaks dari touringJelajah Jawa Honda 2010. ”Rute terakhir ini yang paling menantang dan menjadi klimaks dari perjalanan ribuan kilometer ini,” ungkap Eksecutive Vice President Director AHM Johannes Loman. Setelah mengikuti hiburan seru di Surabaya Plaza,15 rider termasuk SINDO bersiap menuntaskan misi menaklukkan Gunung Bromo. Bagian paling seru yang penuh tantangan sekaligus paling mendebarkan.

Saat SINDO melakukan pengecekan awal,penunjuk waktu di panel digital motor telah menunjukkan pukul 22.00 WIB.Motor Honda New Megapro warna biru yang dinaiki sudah menempuh jarak 1.500 kilometer. Tantangan awal pun mengusik karena secara biologis waktu pemberangkatan ini memasuki waktu istirahat. Sementara pengendara membutuhkan konsentrasi penuh dan stamina fit. Untuk kendaraan performa mesin 150 cc dan hasrat menyaksikan sunrise di Gunung Bromo sudah cukup jadi modal awal.

Didukung kenyamanan posisi mengendarai motor Honda yang baru, rombongan berhasil menembus keramaian lalu lintas malam di Kota Surabaya.Suara mesin 150 cc empat tak yang sangat halus, layaknya penghibur saat melewati daerah Sidoarjo yang sepi akibat adanya luapan lumpur Lapindo. Saat rombongan menuju Probolinggo, riderbertemu jalur lurus, tetapi dipenuhi aktivitas truk-truk pengangkut barang.

Bobot motor 136 kilogram memudahkan para rider bermanuver saat melintas di antara truk di daerah Pasuruan. Pengecekan mesin terakhir dilakukan tim mekanik Honda di Probolinggo sebelum menuntaskan trek paling ekstrem di Gunung Bromo.Pencatat jarak tempuh motor sudah mencapai 1.600 kilometer dan waktu menunjukkan pukul 01.00 WIB. Para biker bersama-sama melakukan olahraga ringan sebelum berangkat ke Gunung Bromo. Pasalnya, selain trek berliku, suhu udara di Gunung Bromo sangat dingin sehingga membuat rasa kantuk semakin menjadi. Sementara di hadapan adalah perlintasan ektrem seperti tanjakan terjal, berliku-liku, dan gelap tanpa penerangan.

Performa mesin andal membuat motor dapat berakselerasi pada gigi tiga di tanjakan berkelok nan curam. Panel digital untuk bensin pun hanya menghabiskan tidak lebih dari dua bar sejak dari Probolinggo.Ketegangan dan rasa kantuk terhapus membayangkan keindahan pemandangan sunrisedi Bromo yang sudah di depan mata. Semerbak bau khas pohon cemara dan bunga-bunga pegunungan pun tercium menyegarkan.

Rasa puas muncul saat tim tiba di lautan pasir kaldera Gunung Bromo tanpa kekurangan apa pun. Pertunjukan tari garuda persembahan masyarakat Tengger dan pemberkatan pendeta pura suci menandai rombongan berhasil menuntaskan perjalanan. Loman menuturkan, kegiatan touring Jelajah Jawa adalah untuk membuktikan ketangguhan mesin baru Honda.

Termasuk membuktikan kenyamanan handling dan fitur baru.Terbukti setting posisi saat mengendarai New Megapro dan kelancaran performa mesin sangat membantu selama perjalanan. Para biker sebelumnya telah menempuh berbagai karakter rute dari jalan biasa,lurus,hingga jalan berkelok.

Di sepanjang jalur pantura Tegal—Semarang yang lurus, rombongan berkesempatan menguji kecepatan motor berjulukan The Real Street Fighter. Di Malang, kestabilan cengkeraman ban dan rem teruji saat melesat di bawah guyuran hujan. ”Pada etape terakhir Surabaya— Gunung Bromo,seluruh tantangan mesin Honda teruji sekaligus untuk segala medan,” ungkap Direktur Community Development PT AHM Nyoman Kesawa yang turut melakukan test drive. (isfari hikmat)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/355471/