Minggu, 11 Juli 2010

Tabung Elpiji Bocor Digantung di Pohon

Minggu, 11 Juli 2010 | 10:56 WIB
PROBOLINGGO – Elpiji meledak membuat warga trauma, program konversi pun disambut ragu-ragu di Probolinggo. Kasus tabung elpiji bocor mewarnai digelindingkannya program konversi minyak tanah ke elpiji di Kota Probolinggo yang dimulai akhir pekan lalu. Beruntung tabung elpiji ukuran 3 Kg yang bocor di rumah Sukaryo (30), warga Jl Pattimura Gang V/7, Kota Probolinggo itu tidak sampai meledak.

’’Tetapi saya sempat panik, hingga tabung itu saya gantung di dahan pohon mangga setinggi sekitar 7 meter,’’ ujar Sukaryo di rumahnya, Sabtu (10/7). Setelah isi tabung benar-benar habis, barulah tabung tersebut diturunkan dari atas pohon.

Awalnya Sukaryo yang berdagang ayam panggang itu membeli tabung elpiji ukuran 3 Kg di dekat rumahnya. Baru dipergunakan sekitar setengah hari, terdengar bunyi desisan dari arah tabung. Dia kaget demi mengetahui tabung elpijinya bocor. Ia berusaha melepas tabung dari regulator. ’’Saya tutup dengan sabun mandi dan plastik masih juga ngowos, mungkin karena pentil-nya rusak,’’ ujarnya.

Dengan alasan takut meledak, tabung itu kemudian diletakkan di atas garasi mobil tetangga. Tetapi pemilik garasi mobil marah-marah karena takut tabung itu bakal meledak. Akhirnya tabung itu digantung di dahan pohon mangga. ’’Biar kalau meledak, paling-paling pohon mangganya tumbang,’’ ujar Sukaryo.

Namun ulah Sukaryo menggantung elpiji itu menjadi perhatian warga sekitar. Apalagi tabung elpiji itu digantung di pohon mangga di depan rumah Camat Mayangan, Hasan. Sejumlah warga pun mengaku ketakutan menyaksikan tabung itu digantung di pohon.

Sukaryo berterus terang, dirinya yang menggunakan elpiji sejak tiga bulan lalu ketakutan menyaksikan tabung elpiji ngowos (bocor). ’’Soalnya, sejumlah kasus ledakan elpiji di sejumlah daerah mengakibatkan rumah hancur, penghuninya luka bakar hingga tewas,’’ ujarnya.

Menyaksikan kasus tabung elpiji ngowos, Lilik, tetangga Sukaryo, juga mengaku ketakutan. ’’Kalau nanti dapat kompor dan tabung elpiji saya terima tetapi tidak saya gunakan,’’ ujarya.

Sementara itu kompor dan tabung elpiji mulai dibagikan kepada masyarakat di Kota Probolinggo sejak Jumat (9/7) lalu. Paket dari pemerintah itu mulai dibagikan di dua kelurahan yakni, Wiroborang dan Pohsangit Kidul. Pendistribusian di Wiroborang dihadiri Wawali Bandyk Soetrisno didampingi Kepala Dinas Koperindag Widiharto, Camat Mayangan Hasan, dan Lurah Wiroborang Endarwati. Hadir juga konsultan PT Intermedia Grafika dan pihak Pertamina Hanggowo.

Lurah Endarwati mengatakan, di wilayahnya tercatat ada 1.685 kepala keluarga (KK) yang dapat konversi. Sejumlah 92 di antaranya adalah usaha mikro.

Wawali Bandyk Soetrisno mengatakan, agar setiap pendistribusian dibarengi praktik atau simulasi langsung kepada masyarakat yang menerima paket konversi. Oleh karena itu RT dan RW harus mengetahui bagaimana cara membuka, memasang tabung hingga tingkat bahayanya.

Kalau sampai terjadinya hal-hal yang tidak baik itu karena ada kesalahan, Wawali menyarankan agar tabung gas diletakkan di tempat terbuka (ada ventilasinya) sehingga ketika terjadi kebocoran gasnya keluar ke udara, ’’Berat gas elpiji ini lebih berat dari udara. Jangan sampai karena khawatir lalu diletakkan di atas pohon,’’ ujar Bandyk.

Hanggowo, sales representative Pertamina wilayah Malang-Bayuwangi mengatakan, kasus tabung meledak karena kesalahan manusia (human error), meski banyak sekali fakta kasus juga akibat bocornya tabung. ’’Biasanya, warga lupa mematikan kompor, berakibat kebocoran gas lalu ditinggal pergi setelah pulang ke rumah menyalakan listrik langsung terjadi ledakan elpiji,’’ ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=6dbd51ab6d966757d093548fc95bfee5&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Satpol PP Tak Perlu Senpi

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
Kasatpol PP: Orang Pacaran Mau Ditembak...

PROBOLINGGO - Satpol PP kini sedang dalam sorotan menyusul polemik perlu tidaknya personel satuan ini dibekali senjata api (senpi). Di Kota Probolinggo, Kepala Satpol PP Sukam merasa tidak perlu senpi untuk menjalankan tugas.

"Tidak perlu senpi. Untuk apa senpi, wong kondusif. Di sini (Kota Probolinggo) yang ada hanya PKL (Pedagang Kaki Lima). Masak menghadapi PKL saja harus dengan senpi. Apalagi, PKL selama ini manut-manut," ujar Sukam kemarin (10/7).

Sebagaimana diketahui, belakangan ini dikeluarkan peraturan pemerintah (PP) no 6/2010 tentang Satpol-PP. Di dalamnya mengatur pula tentang penggunaan senjata. Bahkan peraturan ini, kemudian ditindaklanjuti dengan peraturan menteri dalam negeri (Permendagri) no 26/2010 yang dikeluarkan 25 Maret 2010 lalu.

Dalam Permendagri itu, kembali ditegaskan tentang perlunya memberikan sarana perlengkapan senjata bagi personel Satpol-PP. Hanya saja, menurut permendagri ini, senjata yang disyaratkan bukan lagi jenis senjata api dengan peluru tajam sebagaimana dulu pernah dibakukan. Tapi berupa senjata gas, semprotan gas, atau senjata kejut listrik.

Dan, senjata tersebut difungsikan untuk membela diri. "Sebenarnya, peraturan tentang itu (senpi untuk satpol PP) sudah ada sejak 2005. Tapi, tidak ada perdebatan. Dan, meski sudah ada aturannya kami tidak ada yang pakai," jelas Sukam.

Sukam juga mempertanyakan kenapa hal itu baru diperdebatkan sekarang. Sedangkan, mereka yang mempunyai jabatan di luar Satpol PP bisa menggunakan senpi. Meski jabatannya tidak berurusan dengan penegakan hokum. "Kenapa, kalau pengacara bahkan artis ada yang boleh pakai senpi," ujar Sukam.

Sukam mengaku tidak begitu tertarik meski ada peraturan korpnya bisa bersenpi. Pasalnya, pihaknya merasa tidak memerlukan senjata yang bisa mematikan tersebut. Apalagi yang boleh hanya sepertiga dari kekutannya. "Itu tidak bisa sembarangan, perlu latihan dulu (untuk pegang senpi). Dan, yang boleh hanya sepertiga, bisa kasat (kepala satuan), kasi (kepala seksi) dan ketua regu," ujarnya.

Tak hanya itu, sampai kemarin Sukam mengaku masih belum berpikir untuk menggunakan senpi. Apalagi, sampai melakukan pemesanan. Termasuk senpi tersebut akan didrop dari pusat atau harus beli sendiri. "Angan-angan saja belum. Tapi untuk apa senpi? Masak orang pacaran di alun-alun mau ditembak..." ujarnya.

Tapi kalau itu sudah ditetapkan dan diharuskan dari pusat, Sukam mengaku tidak bisa menolak. Dan, terpaksa dirinya menerima keputusan tersebut. "Tapi, kalau misalkan harus membeli sendiri itu tidak bisa kami realisasikan sekarang. Karena anggarannya tidak ada. Dan, kami masih perlu mengkoordinasikan dulu dengan wali kota," jelas Sukam. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169243

Tanaman Rusak, Petani Kubis Pasrah

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
SUMBER - Puluhan hektare tamanan kubis terancam gagal panen. Ini terjadi di Desa/Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo. Bulan depan petani di desa tersebut waktunya memanen tanaman kubisnya. Tapi, saat ini tanaman-tanaman kubis itu layu.

Para petani di desa Sumber menanam kubis mulai Juni lalu. Masa tanam kubis sekitar 90 hari. Itu berarti bulan depan para petani sudah bisa memanen kubisnya. Sayang, saat ini para petani resah. Tanamannya rusak.

Daun-daunnya layu. Bila didiamkan saja, bagian inti kubisnya juga akan terserang. Jika itu sampai terjadi, kubis tidak bakal laku dijual. Selain itu, akarnya juga tidak sempurna.

"Pertama hanya satu. Terus lama-kelamaan semakin banyak yang alum (layu, Red)," terang Bu Sukardi, salah satu petani kubis di Desa Sumber saat ditemui Radar Bromo, Rabu (7/7).

Menurut petani setempat, kejadian semacam ini sudah sering terjadi. Tapi, mereka tak kunjung mengetahui penyebabnya. Pemberian pupuk dan jenis-jenis obat antihama dirasa sudah dilakukan dengan benar. Tetapi, daun kubis jadi layu seperti sekarang ini tetap saja terjadi. "Tiba-tiba terjadi begitu saja," ungkap Nandasari, petani kubis lainnya.

Ia juga menjelaskan, "Sering dapat penjelasan dari insinyur pertanian yang datang ke sini untuk menanggulangi masalah itu. Tetapi hasilnya sama saja. Tetap rusak ".

Karena kerusakan ini, kerugian sudah ada di depan mata para petani. Ancaman kerugiannya mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, tergantung luas lahan yang ditanami kubis.

Dari data yang diperoleh Radar Bromo, petani yang memiliki luas lahan setengah hektare, bisa mendapatkan hasil panen 10-15 ton. Hasil itu jika dirupiahkan, petani bisa meraup hasil penjualan senilai Rp 60 juta.

Semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka kerugian yang diderita pun cukup besar. "Kalau punya saya hanya 7.500 meter persegi, tapi ada yang lebih luas lagi. Ya tinggal dikalikan saja harga pasar dengan hasil panen," ujar Nandasari.

Untuk mengatasi kerugian, para petani sudah mencoba menanam tanaman lain. Misalnya, kacang panjang dan kentang. Tetapi tetap juga ada yang gagal. "Hasilnya sama saja. Saya sudah ganti dengan kentang," kata Sukardi, petani kubis lainnya di Desa Sumber.

Atas kejadian ini, para petani hanya bisa pasrah. Mereka tetap tak tahu penyebabnya dan cara menanggulanginnya. "Bapak (saya) diamkan saja. Pasrah sama Yang di Atas," ujar petani lain dengan nada pasrah.

Para petani hanya bisa berharap pemerintah turun dan memberikan jalan keluar. Agar mereka tidak terus-terusan merugi.

Sementara itu saat dikonfirmasi, Ahmad Hasyim Ashari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo menyatakan, " Saya sudah terima laporan tersebut beberapa waktu lalu. Hal tersebut sudah langsung saya cek ke tempat kejadian. Hari ini (Kamis, Red) sudah teratasi masalah tersebut ".

Ia menambahkan, "UPTD ( Unit Pelaksanaan Teknis Daerah ) langsung saya instruksikan untuk melakukan pengendalian terhadap kerusakan tanaman petani".

Dalam kasus layu pada tanaman kubis disebabkan adanya jamur dan bakteri yang bersifat merusak. Pihak Dinas Pertanian sudah menanggulanginya dengan penggunaan agensia hayati ( jenis jamur antagonis ). Jenis jamur ini cukup efektif untuk menanggulangi masalah alum pada tanaman kubis.

Kejadian tanaman kentang yang juga rusak di Desa Sumber itu murni faktor alam. "Di Desa Sumber akhir-akhir ini curah hujannya tinggi, jadi kerusakan tanaman kentang itu murni faktor alam," terang Ahmad Hasyim Asyari.

Menanggapi masalah petani yang tidak mengetahui penyelesain kerusakan tanaman itu, Ahmad mengaku sudah melakukan pembinaan. "Seperti bagaimana cara menanam, perawatan tanaman yang benar, serta pemberian pupuk dan obat-obatan hingga mekanisme penjualan," katanya. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169242

Terminal Mangkrak, Rencanakan Pengembangan

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
KRAKSAAN - Keberadaan sub terminal non bus di Kraksaan Kabupaten Probolinggo cukup memprihatinkan. Terminal yang terletak di Desa Sumberlele itu tak dimanfaatkan angkutan. Alhasil, kini terminal itu mangkrak krak.

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Probolinggo Suheriyanto mengakui mangkraknya sub terminal di Kraksaan. Namun Suheriyanto enggan membicarakan sebab mangkraknya bangunan tersebut. "Yang penting sekarang pengembangannya," ujarnya.

Menurut Suheriyanto, pihaknya sudah merencanakan beberapa pengembangan. Bahkan rencana itu sudah diajukan ke pemkab. Yakni rencana pengembangan dan penambahan jumlah terminal. "Termasuk yang di situ (Kraksaan)," sebut Suheriyanto.

Saat ini ada dua terminal di Kabupaten Probolinggo. Meski demikian, keduanya masih berstatus sub terminal. Penggunaannya untuk terminal penumpang. Yakni sub terminal di Kecamatan Kraksaan dan Kecamatan Leces.

Untuk selanjutnya kata Suheriyanto, terminal di Kraksaan akan ditingkatkan menjadi terminal type B. Type ini kata Suheriyanto, setara dengan terminal Bayuangga Kota Probolinggo.

Sedangkan terminal Leces disiapkan untuk mengantisipasi penambahan jalur tol di Kabupaten Probolinggo. "Kalau yang itu (jalan tol), kami masih belum tahu rencananya. Itu wewenang (pemerintah) pusat dan provinsi," tutur Suheriyanto.

Selain itu, Dishub juga berencana membuat terminal angkutan barang. Rencananya akan ditempatkan di Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Terminal tersebut kata Suheriyanto, cukup diperlukan untuk mempermudah akses. Terutama untuk menampung pengalihan barang dari Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo.

Suheriyanto mengatakan, beberapa waktu lalu dirjen perhubungan darat berkunjung ke Kabupaten Probolinggo. Dalam kunjungan tersebut, dirjen menyempatkan diri meninjau terminal. Selain itu juga mengadakan hearing dengan Dishub Kabupaten Probolinggo. "Saat itu juga kami sampaikan mengenai rencana tersebut. Rupanya direspon positif," kata Suheriyanto.

Sementara itu Kasi Angkutan Dishub Kabupaten Probolinggo Teguh Budi Hartono menambahkan, biaya yang diperlukan untuk pengembangan tersebut sudah dihitung. Yakni sekitar 50 M. "Itu sudah mencakup pengembangan di tiga titik tersebut. Terutama di terminal angkutan barang di Sumberasih," ujar Teguh.

Lebih jauh Teguh mengatakan, dana itu sudah mulai diajukan saat ini meski peruntukannya pada 2011. Itu agar agar terminal terutama di Kraksaan segera bisa difungsikan. "Sementara masih kami upayakan ke atas. Eman-eman kalau dibiarkan mangkrak," pungkas Teguh. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169241

Bertamu, Berkelahi, Kabur, Ditangkap

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
KRAKSAAN - Hizbun Nadziri alias Bobon (29), warga Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo harus mendekam di tahanan Polsek Kraksaan. Ini setelah Bobon terbukti melakukan pemukulan pada Abdur Rohim, 22, warga Desa Jurangjeru Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo.

Bobon melakukan aksi pemukulan pada Kamis (1/7) di rumah kos Rohim di Desa Semampir, Kraksaan. Rohim menempati kos tesebut bersama beberapa orang temannya. Sementara Bobon adalah tamu. Dia datang di kos tersebut pada Rabu (30/6) dan sempat bermalam.

Tidak terjadi apa-apa hingga keesokan harinya. Namun pada Kamis, sekitar pukul 20.00, terjadilah pemukulan itu. Penyebabnya sederhana. Bobon merasa tersinggung karena topinya diinjak oleh Afan, teman kos Rohim. "Padahal saya sudah minta maaf, Mas. Apalagi saya tidak sengaja," ujar Afan.

Bobon lantas memukul Afan. Tak mau kalah, Afan membalas pukulan tersebut. Selanjutnya mereka berdua berkelahi. Untung ada Rohim. Dia melerai perkelahian tersebut. Namun, Afan terpaksa menyingkir. "Agar tidak terus (berkelahi)," ujar Afan.

Namun rupanya Bobon masih tetap tak terima. Karena Afan menyingkir, amarah Bobon dilimpahkan pada Rohim. Rohim yang tak siap tak mampu memberikan perlawanan apapun. Apalagi Bobon menggunakan sebongkah kayu. Bahkan kayu tersebut dipukulkan hingga patah.

Selanjutnya Bobon melarikan diri. Sementara teman-teman Rohim, termasuk Afan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kraksaan. Sedangkan Rohim dilarikan ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Dari situ, diketahui Rohim mengalami gegar otak. "Harus opname. Baru keluar kemarin (9/7)," kata Afan

Sementara Polsek Kraksaan sejak laporan masuk, terus berupaya mencari Bobon. Namun Bobon baru berhasil ditangkap di rumahnya di Situbondo, Senin (5/7) sekitar pukul 22.30. Saat dibekuk petugas, Bobon sedang duduk-duduk di depan rumahnya.

Kapolsek Kraksaan AKP Mulyono mengaku masih memeriksa Bobon. Menurutnya, sampai Jumat lalu tersangka masih belum mau mengaku. Padahal saksi dan bukti sudah cukup jelas. "Ini sedang kami periksa. Terutama apa alasan tersangka melakukan penganiayaan terhadap korban," tutur Mulyono. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169240

Adipura (Baru) Dikirab

[ Minggu, 11 Juli 2010 ] Rata Penuh

KRAKSAAN - Pemkab Probolinggo memang terkesan agak terlambat menggelar kirab piala Adipura 2010 untuk Kraksaan. Tapi, keterlambatan itu tak membuat kirab Adipura yang digelar di Kraksaan kemarin (10/7) kehilangan makna.

Tidak hanya piala Adipura yang dikirab kemarin. Tapi juga ada penghargaan Adiwiyata untuk SMPN 1 Sumberasih yang juga diterima pada 8 Juni lalu. Penghargaan-penghargaan bidang lingkungan itu kemarin dikirap dari alun-alun lalu keliling Kraksaan dan kembali finis di alun-alun.

Acara itu tidak hanya diikuti warga Kraksaan. Tapi, setiap kecamatan di Kabupaten Probolinggo juga ikut mengirimkan delegasinya. Kebetulan kirab Adipura ini dibarengkan dengan peringatan hari koperasi dan HUT Bhayangkara ke-64, plus launching program gerakan pelopor keluarga senang membaca, plus pelepasan Dandim 0820 Probolinggo.

Dari pantauan Radar Bromo, kirab dikemas dalam bentuk gerak jalan sehat. Kegiatan tersebut dimulai sekitar pukul 07.30. Namun peserta baru berangkat dari start sekitar pukul 08.00.

Sebelum itu, terlebih dulu dilakukan penyerahan piala Adipura dan Adiwiyata. Piala Adipura diserahkan pada Camat Kraksaan Happy. Sementara Adiwiyata diserahkan kepada Sri Hartini, Kepala SMPN 1 Sumberasih.

Selanjutnya kirab dilepas Bupati Hasan Aminuddin yang kemarin tampak didampingi istrinya, Tantri. Tampak juga saat itu Wabup Salim Qurays bareng istri. Tak hanya melepas kirab, empat orang itu juga berada di barisan terdepan kirab.

Selain membawa piala Adipura dan Adiwiyata 2010, piala Adipura 2008 dan 2009 juga ikut dipajang. Bahkan juga Piagam Adiwiyata 2009. Piala-piala tersebut dibawa dengan sebuah jeep terbuka di bagian depan.

Selanjutnya berurutan menyusul mobil yang ditumpangi jajaran Muspida. Tak hanya itu. Di bagian belakang rombongan ada kendaraan khusus yang membawa replika piala Adipura berukuran raksasa. Replika ini dikawal pasangan finalis Kakang Ayu 2008. Di belakang replika Adipura inilah, iring-iringan kendaraan hias dari berbagai instansi pemerintah.

Setidaknya terdapat beberapa rombongan lagi. Yakni Kantor Perpustakaan Umum Daerah dan Dinas Koperasi dan UKM, pasukan berkuda, dan suguhan tari glipang. Juga ada tampilan drum band dari PDBI Kabupaten Probolinggo. Sementara peserta jalan sehat berada di urutan paling akhir.

Dari alun-alun Kraksaan, kirab bergerak menuju timur menuju Stadion Gelora Merdeka Kraksaan. Selanjutnya berbelok ke selatan menuju perempatan RSUD Waluyo Jati. Dari sini, dilanjutkan menuju barat. Yakni melalui Desa Sumberlele, Rangkang, Sidomukti, hingga menuju arah pasar Semampir.

Selanjutnya, kirab menuju utara menuju. Yakni di pertigaan Semampir. Selanjutnya kirab langsung menuju alun-alun Kraksaan. Sepanjang rute perjalanan, kirab penghargaan istimewa tersebut mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat.

Kirab sempat terhenti ketika melewati sebuah swalayan di Sidomukti Kraksaan. Di situ Bupati Hasan Aminuddin mendapat kalungan bunga.

Sementara, dalam sambutannya Bupati mengatakan, prestasi yang diraih tersebut bukan hanya untuk Pemkab Probolinggo saja. Namun merupakan keberhasilan seluruh rakyat Kabupaten Probolinggo. "Terutama atas kepedulian dan partisipasinya," ujar Hasan.

Tak lupa Hasan menyampaikan ucapan selamat jalan kepada Dandim 0820 Probolinggo Letkol Arh. Budhi Rianto. Budi akan pindah ke Surabaya sebagai Kasilog Korem 084/Bhaskara Jaya. Sementara penggantinya, yakni Letkol Inf. Hery Sutiyono.

Sebelumnya Hery Sutiyono menjabat Pabandya Ops Kodam V Brawijaya. "Baru sekarang pisah kenal digelar di tempat terbuka. Ini menandakan, Muspida dekat dengan masyarakat," kata Hasan yang disambut tepuk tangan peserta.

Selanjutnya Letkol Arh. Budhi Rianto menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat Kabupaten Probolinggo. Menurut Budi, selama ini telah banyak dukungan yang diterimanya. Utamanya dalam menjalankan tugas.

Menurut Budi, tugasnya berjalan cukup baik. Terutama dari dukungan masyarakat. Meski demikian, kinerjanya masih kurang maksimal. "Mudah-mudahan pejabat yang baru bisa melaksanakan tugas dengan baik. Mohon kerja samanya," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Dewi Korina menyatakan, kirab tersebut memiliki banyak makna. Tak hanya perayaan. Namun, diharapkan bisa memunculkan spirit untuk menjaga kebersihan lingkungan. "Sehingga semangat kebersihan menjadi semangat keseharian," tutur Dewi. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169239

Komisi B Sidak Distribusi Paket Konversi

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Tak mau luput dalam mengawasi program konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji 3 kg di Kota Probolinggo, Komisi B DPRD setempat langsung turun ke lapangan. Mereka menyaksikan pendistribusian, sosialisasi sekaligus simulasi kepada masyarakat.

Ketua komisi B Sri Wahyuningsih bersama anggotanya Farina Churun Inin kemarin (10/7) tiba di kantor Kelurahan Ketapang sekira pukul 13.00. Kemarin memang ada dua kelurahan yang menjadi sasaran distribusi, Ketapang dan Sumberwetan.

Di Ketapang ada seorang warga yang menanyakan bagaimana cara memasang selang regulator ke kompor. Surveyor lapangan dari PT Intermedia Grafika langsung memberitahukan ke sekelompok ibu-ibu tersebut. Di tengah penjelasan itu ada warga bertanya,"Tak leduk? (tidak meledak)".

Surveyor tersebut mengatakan setiap rumah tangga akan menerima paket berupa regulator, klem, selang, kompor dan tabung elpiji. Apabila paket yang diterima klemnya tidak ada, warga diminta segera melaporkan ke RT untuk kemudian mendapat ganti dari konsultan.

"Di dalam elpiji ada seal atau karet, kalau nanti tabung yang diterima tidak ada itunya, segera kembalikan. Jangan takut dengan elpiji," kata surveyor yang banyak menggunakan bahasa Madura dalam sosialisasinya.

Sosialisasi dimulai dari proses pemasangan selang ke kompor. Kemudian memasang selang ke regulator, lalu regulator ke tabung gas elpiji. Untuk menghidupkan kompor berlawanan dengan arah jarum jam. Jika jarum jam berputar ke kanan, sedangkan kompor ke arah kiri.

"Kalau masih belum muncul, hidupkan selama beberapa kali, dipompa dulu," tutur surveyor yang juga didampingi oleh komisi B. Tak lama kemudian kompor pun hidup dan mengeluarkan api. Melihat simulasi itu masyarakat semakin antusias untuk menggunakan elpiji.

Sri Wahyuningsih juga meminta surveyor menyampaikan hal-hal yang bisa berakibat buruk atau membahayakan. Pasalnya, elpiji bisa meledak kalau salam memasang regulator. Indikasi awalnya warga harus mencium kebocoran elpiji. Kalau sudah tercium hindari memantik api atau menghidupkan listrik karena akan berakibat pada ledakan.

Setelah memperoleh sosialisasi, masyarakat dipersilakan bertanya. Ada banyak hal yang ditanyakan seperti membedakan tabung gas elpiji yang palsu hingga barang rusak. Tabung gas elpiji asli terdapat tanda timbul logo pertamina, berlogo SNI (standar nasional Indonesia) dan ada cap PT Pertamina. "Kalau barang diterima rusak, bisa diganti. Segera lapor ke RT-nya. Tapi, jangan dirusakkan sendiri," kata petugas.

Ditemui usai sidak, Ketua Komisi B Sri Wahyuningsih menilai teknis pendistribusiannya masih kurang terkoordinir secara matang. "Membaginya itu gampang tapi sosialisasi, biar masyarakat tahu itu lebih penting. Sebelum mengambil paket, masyarakat dikumpulkan dulu, diberi sosialisasi baru dibagikan," sarannya.

Sosialisasi meliputi tata cara pemasangan dan penggunaan yang baik, serta hal-hal yang bisa menyebabkan bahaya supaya masyarakat lebih berhati-hati. Sri menghimbau kepada masyarakat agar tidak ketakutan dulu. "Takut itu ada alasannya, apa karena tidak tahu atau trauma. Kalau tidak tahu masyarakat harusnya bertanya dan menerima penjelasan," himbaunya.

Sementara itu, anggota komisi B Farina Churun Inin menambahkan sasaran bantuan elpiji banyak yang belum tahu cara memasang atau menggunakan. Seharusnya sebelum dibagi ada sosialisasi yang intens, peragaan, praktik dan bertanya kalau belum mengerti.

"Tadi (kemarin) itu kurang sosialisasi. Saya berharap tetap diadakan sosialisasi per kelompok RT atau RW. Saya berharap semoga bantuan ini segera digunakan. Jangan karena ketidaktahuan, masyarakat menjadi ketakutan," ungkap Farina kepada Radar Bromo.

Masih di Ketapang, Tim Leader PT Intermedia Grafika Nur Sofyan juga mendapatkan komplain dari masyarakat. Ada seorang warga yang mengadu kalau klem selangnya tidak bisa dipakai. Bukan miliknya saja, tetapi punya kakaknya juga bermasalah pada klemnya.

Nur Sofyan mengecek klem menggunakan obeng. "Kalau barangnya rusak langsung saja lapor ke RW, nanti ada prosedur untuk mendapatkan ganti dari gudang kami. Ada juga elpiji yang bocor langsung kami ganti," ujarnya.

Dikonfirmasi secara terpisah, Koordinator Distribusi Sukardi Mitho mengaku sangat menyesalkan komentar Seklur Mangunharjo terkait peristiwa mangga "berbuah" elpiji". Kepada wartawan seklur menyatakan jika membahayakan bagi warga lebih baik konversi tidak dibagikan.

"Ini klarifikasi. Jangan mudah mengatakan begitu. Karena ini tanggung jawab bersama. Saya sangat menyesalkan pernyataan itu. Ini sebenarnya punyanya siapa sih? Kan punya pemerintah. Mestinya kalau dia (seklur) adalah bagian dari pemerintah, tidak menyatakan begitu," tegas Sukardi.

Tunggu Rumah Tangga

Para pengusaha mikro juga akan mendapat paket konversi mitan. Tapi, mereka masih harus bersabar. Lantaran saat ini pendistribusian masih terfokus bagi rumah tangga. Setelah paket untuk rumah tangga, konsultan dari PT Intermedia Grafika mendistribusikan paket konversi usaha mikro.

Distribusi paket konversi dilaksanakan mulai Jumat (9/7) lalu. Diketahui, dari 56.356 paket konversi di Kota Probolinggo, 2.346 diantaranya adalah usaha mikro. Jumlah usaha mikro yang mendapat paket konversi terbanyak di Kecamatan Mayangan (873), disusul Kecamatan Kanigaran (730) lalu Kecamatan Kademangan (343), Kecamatan Wonoasih (225) dan Kecamatan Kedupok (175).

Koordinator Distribusi PT Intermedia Grafika Sukardi Mitho membenarkan jika saat ini pihaknya masih mendistribusikan paket untuk rumah tangga. "Memang begitu. Tahap awal diutamakan paket rumah tangga dulu. Setelah seluruh rumah tangga selesai baru distribusi usaha mikro," katanya.

Pendistribusian dibedakan karena jenis kompor antara paket konversi rumah tangga dan usaha mikro berbeda. Usaha mikro jenis kompornya bertekanan tinggi, sedangkan rumah tangga bertekanan rendah. "Kalau bersamaan nanti agak repot teknisnya," ujar Sukardi.

Ia memperkirakan distribusi paket konversi rumah tangga selama 10 hari. Rencana itu lebih cepat karena PT Intermedia Grafika mengajukan pengambilan tabung dari SPPBE di Probolinggo. Usulan itu disetujui hingga logistik tabung tidak diambil di Pasuruan.

Dari verifikasi petugas surveyor lapangan, masyarakat di Kota Probolinggo kebanyakan punya usaha mikro seperti penjual gorengan, penjual nasi goreng, warung dan bakso. "Itu yang paling banyak masuk ke kami," imbuhnya.

Menurut Sukardi Mitho teknis pendistribusian paket usaha mikro sama seperti rumah tangga, melalui RW masing-masing. Pasalnya, jumlah penerima paket konversi usaha mikro tidak akan bertambah lagi.

"Sudah cukup lama kami memberikan informasi tersebut. Untuk usaha mikro sosialisasi sampai ke tingkat kota dan kelurahan. Kami rasa waktunya sudah cukup. Ya resiko tidak mengajukan karena kami sudah cukup membantu. Kami mengucapkan kalau sampai ada syang tidak dapat," jelas dia.

Disamping itu, lanjut Sukardi, banyak juga usaha mikro yang tidak mau menerima paket konversi saat dilakukan pendataan. Alasannya mereka tidak mau ribet mengurus administrasi berupa surat keterangan punya usaha mikro ke kantor kelurahan.

Jumlah sedikit banyaknya usaha mikro di Kota Probolinggo tergantung dari jumlah penduduk dan pusat ekonomi. Dari data yang ada, diperoleh keterangan jika di kawasan selatan sedikit usaha mikronya. Pelaku ekonomi banyak berada di pusat kota.

Sukardi Mitho berharap agar masyarakat usaha mikro yang memperoleh paket konversi supaya bersabar. "Pasti dapat. Sabar dulu menunggu pendistribusian berikutnya. Usaha mikro ini kan dapat dua, rumah tangga dan usahanya. Jadi, tunggu saja," pungkasnya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169237

Ingin Diterima, Bayar Rp 1,5 Juta

[ Minggu, 11 Juli 2010 ]
Kecewa "Pintu Belakang" di MTs Negeri

PROBOLINGGO - Kabar tak sedap beredar dari MTs Negeri di Kota Probolinggo yang berlokasi di Jl Citarum. Sekolah ini dikabarkan punya "pintu belakang" bagi calon murid baru. Yang sudah tidak diterima, bisa diterima lewat pintu tersebut dengan syarat membayar Rp 1,5 juta.

Cara semacam itu pun dianggap tidak adil oleh sejumlah wali murid. Mereka menganggap pihak sekolah sudah melakukan penjualan kursi alias berbisnis melalui sekolah. "Kalau ada cara semacam itu, jelas tidak adil. Berarti pendidikan berpihak kepada yang kaya," ujar salah seorang wali murid yang kemarin minta namanya tak dikorankan.

Menurutnya, murid reguler atau mereka yang lulus tes dikenakan biaya daftar ulang dan biaya pengembangan sekolah. Biaya daftar ulang sebesar Rp 147 ribu. Sedangkan untuk dana pengembangan sekolah sebesar Rp 750 ribu.

Wali murid merasa tak ada masalah dengan biaya tersebut. Tapi, mereka merasa tak nyaman ketika mengetahui ada murid yang tidak lulus tes tapi masih bisa masuk. Mereka ditarik dana pengembangan sekolah sebesar Rp 1,5 juta.

"Kalau ada jalan belakang begini, untuk apa ada tes? Ini kan sekolah negeri, seharusnya independen dan konsekuen. Kalau tidak lulus ya tidak lulus, jangan pakai pintu belakang semacam itu," tutur wali murid tersebut.

Selain itu, penetapan dana pengembangan sekolah itu pun dinilai terlalu mahal dan kaku. Apalagi, ada ketentuan semuanya harus dilunasi di muka alias harus lunas sebelum masuk. "Jangankan kurang Rp 100 ribu, kurang Rp 50 ribu saja tidak diterima dan dianggap gugur," jelas wali murid lainnya.

Hal lain yang dikeluhkan wali murid adalah, pihak sekolah beralasan hendak membuka kelas akselerasi. Tapi, pada kenyataannya kelas itu tidak ada. Karena itu, sejumlah wali murid hanya menganggap itu sebagai sebuah alasan.

"Hanya alasan saja, kenyataanya tidak ada. Yang kami sesalkan, kenapa harus ada pintu belakang. Itu pun jumlahnya tidak sedikit, sampai satu kelas. Seharusnya mereka (sekolah) harus konsekuen, kalau tidak lulus ya mereka harus ke swasta," ujar wali murid lainnya.

Kepala MTsN Kota Probolinggo Suhari saat dikonfirmasi kemarin mengakui ada mekanisme lain dalam penerimaan siswa baru. Tapi, Suhari menolak kalau mereka dikatakan masuk melalui "pintu belakang". "Kami buka enam kelas, semuanya sudah penuh," ujarnya.

Menurutnya, para murid yang harus membayar Rp 1,5 juta itu adalah mereka yang sebenarnya memang sudah tidak diterima. Tapi, mereka memaksa untuk bersekolah di MTs Negeri. "Satu kelas sekitar 40 anak. Uang itu untuk menanggulangi kebutuhan sekolah," jelas Suhari.

Suhari mengatakan untuk masalah pembayarannya, pihaknya tidak menekankan mereka harus bayar di muka. Semua itu bisa dibicarakan dengan pihak sekolah alias bisa dikredit. "Semua bisa dibicarakan. Mungkin itu (kurang Rp 50 ribu, gugur) hanya guyonan saja," katanya.

Dengan adanya tambahan murid itu, menurut Suhari jelas membuat pihak harus menambah kelas. Dari yang awalnya hanya 6 kelas kini menjadi 7 kelas. Dan, duit sebesar Rp 1,5 juta per siswa itulah yang akan digunakan untuk menambah satu ruang kelas. "Di ruang kelas itu kan butuh yang namanya kursi, meja baik untuk guru dan murid. Juga pembelian LCD Projector, papan tulis dan perlengkapan lainnya," jelasnya.

Sedangkan untuk kelas akselerasi, Suhari merencanakan akan mulai dibuka pada September nanti. Pada saat itu akan dipilih para murid yang bisa masuk di kelas tersebut. "Sekarang masih rintisan, belum akselerasi," jelas Suhari. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169235

Mangga "Berbuah" Tabung Elpiji

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Ada pohon mangga "berbuah" tabung elpiji 3 kg di Jl Pattimura Gg 5 Kelurahan Mangunharjo, Mayangan Kota Probolinggo. Tentu itu bukan buah betulan. Tabung itu sengaja digantung di pohon mangga tersebut oleh Sukaryo, seorang warga setempat karena dilanda kepanikan dan ketakutan.

Kontan saja ulah unik Sukaryo menarik perhatian warga. Kebetulan elpiji yang digantungkan itu tepat berada di depan rumah Camat Mayangan Hasan. Tidak sedikit warga yang semakin ketakutan dan trauma dengan tabung elpiji.

Ceritanya, Kamis (8/7) sekitar pukul 09.30 Sukaryo membeli tabung elpiji ukuran 3 kg di toko dekat rumahnya. Setelah digunakan untuk memasak, elpiji masih belum ada masalah. Lalu pukul 17.30 Sukaryo hendak berangkat ke warung tempatnya berjualan ayam bakar.

Sebelum meninggalkan rumah, Sukaryo melepas regulator elpiji seperti yang biasa dilakukannya setiap hari jika keluar rumah. "Waktu saya lepas, pentil yang ada di ujung tabungnya tidak bisa balik. Akhirnya mengeluarkan gas terus. Ngowos. Langsung saya bawa keluar rumah," jelasnya.

Di luar rumah justru para tetangga yang ikut panik. Ada yang membawa kayu untuk memukul ujung tabung. Sampai ada yang membawa sabun mandi ditempel ke tabung supaya gasnya tidak bocor. Terakhir, seorang tetangga bernama Darmaji membawa tampar dan menyarankan agar elpiji digantung ke pohon.

Sukaryo pun naik ke atas pohon mangga besar di sebuah pekarangan yang tepat berada di depan rumah pak camat. Rumah Sukaryo tepat berada dibelakang rumah camat Hasan. Mulanya ia letakkan di atas garasi mobil, tapi yang punya garasi marah-marah.

"Akhirnya saya gantung saya di atas. Dari pada di bawah nanti malah meledak dan kena banyak orang. Sore kemarin (kamis) banyak anak-anak juga di sini. Banyak orang merokok. Saya saja sampai pusing kena gasnya itu," ungkap Sukaryo yang sudah tiga bulan menggunakan elpiji ukuran 3 kg di rumahnya.

Kemarin, kabar digantungnya elpiji itu menjadi perhatian masyarakat dan pihak kelurahan. Sekretaris Lurah Mangunharjo Agus Joni Nirwana langsung mendatangi lokasi yang sudah dipadati oleh warga. Ia mengaku terkejut mendengar kejadian itu dari laporan pegawai kelurahan.

Menurutnya, wilayah Mangunharjo sudah ada pendataan untuk konversi mitan (minyak tanah) ke gas elpiji, tapi pendistribusian masih belum dilaksanakan. "Lebih baik tidak usah didistribusikan dari pada warganya jadi korban. Lebih baik tetap pakai minyak tanah saja. Nanti akan kami rapatkan dulu, apa warga masih mau menerima atau tidak," ujar Agus kepada Radar Bromo.

Sementara itu, seorang warga setempat Lilik mengatakan, ia mengaku trauma dengan kejadian tersebut. Jika mendapatkan jatah konversi dari pemerintah, ia akan menerimanya tapi tidak dipakai. "Saya trauma, banyak kejadian juga di televisi. Kalau dapat tetap saya terima tapi tidak dipakai atau nanti dijual. Enak pakai minyak tanah saja," keluh Lilik pagi itu. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169084

Paket Konversi Mulai Didistribusi

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Program konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji di Kota Probolinggo mulai dijalankan. Distribusi paket konversi kemarin (9/7) dilakukan di dua kelurahan, Wiroborang dan Pohsangit Kidul.

Pendistribusian di Kelurahan Wiroborang dihadiri oleh Wawali Bandyk Soetrisno didampingi Kepala Dinas Koperindag Widiharto, Camat Mayangan Hasan dan Lurah Wiroborang Endarwati. Hadir juga konsultan PT Intermedia Grafika dan pihak Pertamina Hanggowo.

Lurah Endarwati menyampaikan di wilayahnya tercatat ada 1685 KK yang dapat konversi. Sejumlah 92 di antaranya adalah usaha mikro. Di Kelurahan Wiroborang terdiri dari 4 RW dan 27 RT.

"Setelah dari kelurahan, RT dan RW kembali titik masing-masing tempat pembagian paket konversi. Yang bertanggungjawab membagikan paket konversi kepada warga adalah RT dan RW," katanya.

Pada kesempatan itu, Wawali Bandyk menyerahkan kompor kepada perwakilan warga. Perwakilan komisi B DPRD Moeasim juga menyerahkan tabung gas elpiji 3 kg.

Saat memberikan sambutan, Wawali Bandyk menegaskan pihak pertamina melalui konsultan yang ditunjuk sudah melaksanakan pendataan sejak pertengahan Mei lalu. Baru pada awal bulan Juli launching bisa terlaksana. "Mestinya sebelumnya. Tapi, mau bagaimana manusia hanya bisa berencana," tuturnya.

Pemerintah menekankan agar setiap pendistribusian dibarengi dengan praktik atau simulasi langsung kepada masyarakat yang menerima paket konversi. Oleh karena itu RT dan RW harus mengetahui bagaimana cara membuka, memasang tabung hingga tingkat bahayanya.

"Terjadinya hal-hal yang tidak baik itu karena ada kesalahan. Kalau gas berada di tempat terbuka, begitu gasnya keluar, pasti langsung hilang. Usahakan tempatnya (meletakkan) gas di tempat terbuka. Berat gas elpiji ini lebih berat dari udara. Jangan sampai karena khawatir lalu diletakkan di atas pohon," ujar wawali menyindir kejadian di Kelurahan Mangunharjo.

Barang-barang yang dibagikan oleh pemerintah dan diterima oleh masyarakat berlogo SNI (standar nasional Indonesia). Artinya, seluruh barang tersebut sudah dicek dan terbukti memenuhi standar yang telah ditentukan. "Dicek dulu, dicoba. Kalau tidak paham segera tanya ke RT," imbuh Bandyk.

Pihak Pertamina Hanggowo, menjelaskan terkait safety, banyak kejadian tabung meledak karena human error. Warga lupa mematikan kompor, berakibat kebocoran gas lalu ditinggal pergi setelah pulang ke rumah menyalakan listrik langsung terjadi ledakan elpiji.

Paket yang dibagikan berupa kompor, regulator, selang, klaim, tabung, kartu hijau dan leaflet. Ia menghimbau agar masyarakat membaca petunjuk penggunaan yang ada di dalam leaflet, jika perlu ditempelkan di dapur.

"Antisipasinya gampang. Dapur harus ada ventilasinya. Bisa dilihat contohnya UMKM (usaha) tidak pernah terjadi kebakaran karena tabung diletakkan di luar. Jika terjadi kebocoran gas akan hilang kena angin," beber Hanggowo.

Ia mengibaratkan naik sepeda motor juga berbahaya, tetapi jika warga tahu penggunaan yang benar maka tidak akan terjadi apa-apa. Demikian juga listrik yang termasuk berbahaya, apabila penggunaan sesuai listrik tidak bahaya. "Eman-eman sudah dapat jatah dari pemerintah hanya disimpan. Kalau ditanya jawabannya menyakitkan, katanya takut," ucap Hanggowo.

Ditemui usai launching, Hanggowo berkata masyarakat tidak perlu menambah aksesoris pada regulator atau tabung elpiji karena justru menambah berat. "Kalau tabung yang diterima rusak bisa dibawa ke pangkalan dan diganti," tuturnya.

Wahyu, salah satu warga yang menerima paket konversi mengaku sangat senang. Meskipun ia sudah menjadi pengguna elpiji 3 kg sejak setahun lalu. Ia mendapat jatah dua, karena punya usaha mikro berjualan keripik tales. "Senang, saya punya tambahan kompor. Tidak usah takut karena sudah biasa pakai elpiji," kata pemuda yang tinggal di Jl Serma Abdurrahman tersebut.

Diketahui, selain Kelurahan Wiroborang, kemarin distribusi juga dilaksanakan di Kelurahan Pohsangit Kidul. Jatah konversi di Pohsangit Kidul sebanyak 2004 paket. Hari ini giliran konversi di Kelurahan Ketapang dan Kelurahan Sumberwetan. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169083

Janda tapi Perawan Dituntut 7 Bulan

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Foni Ervi, 34, warga asal Bondowoso kembali disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Probolinggo. Kamis (8/7) lalu sidang memasuki babak tuntutan. Wanita yang didakwa memanipulasi status itu dituntut penjara 7 bulan.

Dalam sidang itu majelis hakim diketuai Nendi Rusnendi. Sedangkan jaksa penuntut umum (JPU)-nya IB Alit.

IB Alit dalam tuntutan yang dibacakannya menyebut terdakwa melanggar pasal 266 ayat 2 KUHP. JPU selanjutnya menuntut hukuman 7 bulan penjara dikurangi masa tahanan.

Diberitakan sebelumnya, Foni dimejahijaukan terkait pernikahannya dengan (alm) Handoko alias Ang Sien Tjhoen, warga Kelurahan Sukabumi, Mayangan Kota Probolinggo. Foni dipolisikan karena dinilai telah memanipulasi statusnya yang sudah janda, tapi saat menikah dengan Handoko mengaku masih perawan.

Pada sidang sebelumnya dengan agenda pemeriksaan terdakwa, Foni sempat mengaku mengaku tidak tahu kalau status jandanya berubah menjadi perawan. Foni mengaku, tahu statusnya berubah setelah diperiksa polisi pada Februari lalu.

Sementara dalam sidang Kamis siang itu, usai JPU membacakan tuntutannya, majelis hakim mempersilakan terdakwa untuk melakukan pembelaan. Foni pun menyampaikan pembelaanya secara lisan. Foni meminta dihukum ringan. "Saya mohon hukuman yang seringan-ringannya," ujar Foni dengan suara serak.

Mendengar itu, majelis hakim kembali menanyakan kepada JPU. IB Alit lalu menjawab tetap pada tuntutannya. "Kalau begitu, sidang ditunda sampai Senin (19/7) dengan agenda pembacaan putusan," ujar hakim Nendi Rusnendi. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169082

Sosialisasi Bahaya Narkoba Usai Jumatan

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Beberapa tahun terakhir ini kasus penyalahgunaan narkoba semakin marak di Kabupaten Probolinggo. Karena itulah Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Probolinggo semakin intens menyosialisasikan bahaya narkoba.

Sosialisasi bahaya narkoba dan itu dilakukan di berbagai kalangan dalam beberapa kesempatan. Salah satunya dengan menggelar sosialisasi di masjid, seperti yang dilakukan BNK Jumat (9/7) kemarin.

Dengan memanfaatkan momen usai salat Jumat, BNK menggelar sosialisasi di masjid Ar Rahman, Patalan kecamatan Wonomerto. Usai melakukan salat jumat, jemaah tidak langsung meninggalkan masjid.

Ketua BNK Salim Qurays yang berada di shaf paling depan belakang imam langsung berdiri memberikan sosialisasi terkait bahaya narkoba. "Sekarang ini peredaran narkoba sudah masuk sampai ke desa-desa. Jadi kita semua harus waspada," kata pria yang juga wabup Probolinggo tersebut.

Menurut Salim, saat ini sudah banyak korban jiwa yang meninggal sia-sia karena penyalahgunaan narkoba tersebut. Seperti remaja yang meninggal di Maron karena mengkonsumsi minuman beralkohol yang di oplos dengan pil dextro beberapa bulan lalu.

Karena itulah saat ini setiap warga harus ekstra waspada terkait penyebaran narkoba. "Mulai dari diri sendiri, keluarga kemudian ke masyarakat luas. Jangan biarkan barang haram itu beredar di sekitar kita," himbau Salim.

Karena itu bila mendapati peredaran narkoba di lingkungan sekitar, Salim menyarankan agar segera melapor ke petugas kepolisian setempat. "Pengguna maupun pengedar narkoba itu bisa berurusan dengan petugas kepolisian, karena telah melanggar hukum," jelasnya.

Selain harus berurusan dengan hukum, para pengguna narkoba menurut Salim juga berurusan dengan rumah sakit dan bisa bablas sampai ke kuburan. Karena pengaruh narkoba itu lama-lama bisa merusak jaringan organ tubuh manusia.

"Awalnya itu hanya diberi gratis, ketika sudah ketagihan sulit berhenti dan bisa sampai mati. Karena itu jangan sekali-kali mencoba yang namanya narkoba," tegas Salim. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169081

Terancam, 3 Perangkat yang Berjudi

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Karir tiga perangkat desa yang ketangkap petugas Polsek Leces karena bermain judi pada Rabu (7/7) malam, terancam. Ketiganya bisa saja diberhentikan dari jabatanya bila nantinya terbukti bersalah dan dijerat dengan hukuman yang berat.

Yulius Christian, Kasubag Pemerintahan Pemkab Probolinggo mengatakan, soal pemberhentian perangkat desa itu diatur dalam perda nomer 9 tahun 2006. Perda itu mengatur pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa.

Menurut Yulius, dalam perda tersebut dijelaskan keputusan pengangkatan dan pemberhentian perangkat kades itu merupakan wewenang kades setempat. "Kalau tentang pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa itu adalah wewenang kades setempat," ujar Yulius.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Apa yang dilakukan Holil yang merupakan perangkat desa Kerpangan-Leces, Sabar dan Abdul Hasan yang menjadi perangkat desa Kedungrejo-Bantaran tidak patut ditiru.

Bukannya memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, tiga perangkat desa ini malah ketangkap basah petugas kepolisian dari Polsek Leces lantaran berjudi kiu-kiu. Ketiga perangkat desa ini diamankan bersama dengan Mat Mahfud, ketua RT serta dua orang lainnya Slamet Riyadi dan Johan yang merupakan tukang ojek dan pekerja swasta.

Meski yang mengatur pemberhentian perangkat kades adalah kades, namun perda tersebut juga memberikan aturan jelas soal pemberhentian perangkat desa. "Dalam perda itu juga ada aturan kalau perangkat desa bisa diberhentikan bila dinyatakan bersalah dalam tindak pidana dengan hukuman paling singkat 5 tahun penjara berdasarkan putusan berkekuatan hukum tetap," kata Yulius.

Tiga perangkat desa itu sendiri diancam dengan pasal 303 tentang perjudian (bukan pencurian) yang ancamannya bisa sampai 10 tahun penjara. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169080

Adipura Dikirab Hari Ini

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]

PROBOLINGGO - Adipura 2010 yang berhasil diraih Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo untuk kategori kota kecil telah diterima pada Juni lalu. Tapi, baru hari ini pemkab bakal menggelar kirab piala bidang lingkungan itu.

Rencananya kirab itu digelar mulai pukul 06.30. "Sesuai rencana awal, kirab nanti bakal diisi dengan jalan sehat mengelilingi Kraksaan," kata Samari, salah satu panitia kirab yang juga sekretaris BLH.

Menurut Samari, agenda kirab hari ini tidak hanya untuk memperingati diraihnya Adipura untuk kali ketiga itu. "Acaranya sekaligus untuk memperingati hari koperasi, hari Bhayangkara dan hari keluarga gemar membaca," imbuhnya.

Kepala BLH Dewi Korina mengatakan, dengan kirab ini diharapkan masyarakat Kraksaan bisa lebih memiliki dan mencintai lingkungannya. Dab ke depannya, masyarakat diharapkan semakin berperan aktif menjaga kebersihan lingkungan.

Selain menggelar kirab, pemkab saat ini juga tengah menyiapkan pembangunan monumen replika piala Adipura. Monumen tersebut rencananya bakal ditempatkan di taman Rondoningo atau sebelah timur sungai Rondoningo.

"Adipura itu prestasi semua elemen masyarakat Kabupaten Probolinggo. Karena itu dibangun monument ini sebagai wujud keberhasilan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan," katanya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169079

Pending Sumbangan Daftar Ulang

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]
Dispendik Panggil Kepala

PROBOLINGGO - Keluhan beberapa wali murid SMAN 1 Tongas Probolinggo soal sumbangan daftar ulang ditanggapi serius oleh Dinas Pendidikan (Dispendik). Kemarin (9/7) pagi kepala sekolah SMAN 1 Tongas Mustari dan ketua panitia pendaftaran siswa Soleh Waqif dipanggil Kabid Pendidikan Menengah Dispendik Suwari.

Dalam pertemuan tersebut, Dispendik melakukan klarifikasi terkait kabar yang beredar di kalangan wali murid. "Tujuan kami memanggil kepala sekolah dan panitia itu untuk sharing dari hati ke hati," kata Suwari.

Dari hasil pertemuan tersebut, menurut Suwari pihak sekolah telah memutuskan untuk memending atau menunda penarikan sumbangan tersebut. "Untuk sumbangan ditangguhkan atau dipending dahulu. Menunggu kegiatan belajar-mengajar dimulai," jelas Suwari.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, sejumlah wali murid di SMAN 1 Tongas mengeluhkan sumbangan dalam biaya daftar ulang. Menurut keterangan beberapa wali murid, selain dikenai tarikan untuk kebutuhan dana pendamping dan peningkatan mutu siswa, wali murid juga dibebani sumbangan. Tapi, sumbangan itu bersifat wajib.

Dalam formulir pendaftaran siswa, wali murid diberi sebuah surat pernyataan yang Isinya: Dengan ini menyatakan bahwa untuk kepentingan pengembangan sekolah kami sanggup dan bersedia menyumbang (pilih salah satu dengan melingkari),

Ada tiga opsi sumbangan yang tertulis dalam surat pernyataan tersebut. Yakni Rp 500 ribu, Rp 600 ribu dan Rp 700 ribu. Pada bagian selanjutnya ada juga opsi pilihan pembayaran sumbangan tersebut. Mulai dari opsi pembayaran tunai, pembayaran 3 kali angsuran, 4 kali angsuran dan 5 kali angsuran. Semuanya terhitung mulai Agustus 2010.

Di akhir surat pernyataan itu, ada tanda tempat untuk tanda tangan wali murid dan tempat untuk materai Rp 6 ribu. "Kalau ada materai itu kan berketetapan hukum. Jadi wali murid harus membayar," keluh salah satu wali murid.

Menurut Suwari, sumbangan tersebut bertentangan dengan surat edaran dispendik 10 Juni lalu. Karena itu penarikan sumbangan tersebut dipending. "Pihak dinas meminta sekolah untuk mengutamakan pelayanan dahulu kepada masyarakat. Kalau ada sumbangan, harus dibicarakan dengan wali murid melalui musyawarah untuk mufakat. Itu pun usai dimulai proses belajar mengajar," jelas Suwari. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169078

Anggarkan Studi Kelayakan

[ Sabtu, 10 Juli 2010 ]
Tindak Lanjut Relokasi RSUD

PROBOLINGGO - Rencana relokasi RSUD Dr Moh. Saleh Kota Probolinggo diseriusi Komisi C DPRD setempat. Kamis (8/7) lalu Komisi C menggelar hearing kali kedua untuk membahas itu. Komisi C minta eksekutif segera menentukan lokasi relokasi, membuat master plan sekaligus penganggaran dananya.

"Menindaklanjuti relokasi RSUD, bagi kami di komisi C, ini adalah program mendesak. Jika bisa direalisasikan tahun depan karena kaitannya dengan grand design," ujar Ketua Komisi C Nasution di forum tersebut.

Sejalan dengan dewan, pemkot pun serius dengan rencana relokasi RSUD. Bappeda bahkan sudah siap mengajukan anggaran Rp 70 juta untuk kepentingan studi kelayakan. Anggaran itu akan diajukan pada PAK (perubahan anggaran keuangan).

Selanjutnya, ada tiga lahan yang bakal jadi tempat relokasi RSUD. Masing-masing berada di Sumbertaman, Kedungasem dan Jl Prof Hamka. Ketiga lokasi itu punya plus minus, mengingat lahan yang dibutuhkan luasnya harus lebih dari 3,5 hektare.

Sementara ini yang paling memungkinkan adalah lahan di Jl Prof Hamka. Selain milik aset, di sekelilingnya terdapat lahan milik masyarakat yang bisa ditukar guling. "Ini kaitannya dengan pengembangan wilayah selatan sesuai dengan program pemerintah. Hasil rapat koordinasi, kami sudah studi banding ke RSUD Bangil melihat DED (detail engginering desain) dan masterplannya," kata Kabid Fisik dan Prasarana Dwi Putranto saat hearing.

Kabid Perumahan dan Permukiman Amin Fredy menambahkan, pihaknya sempat studi banding ke RSUD Bangil yang gedungnya kini juga hasil relokasi. Kunjungan itu dilakukan bareng Bappeda, PU dan RSUD. Kunjungan tersebut diterima oleh Dinas Cipta Karya Kabupaten Pasuruan. Dari kunjungan itu didapat informasi jika RSUD Bangil berdiri di atas tanah 6,3 hektare.

Pembangunan RSUD Bangil dimulai pada 2006. Dana berasal dari APBN senilai Rp 600 juta untuk gedung kantor manajemen RSUD dan sekitar Rp 80,1 M dari APBD Kabupaten Pasuruan.

"Kami menilai RSUD Bangil terlalu luas areanya, penghuninya pun kurang. Ruang terbuka hijau terlalu banyak dan biaya perawatannya cukup besar," tutur Amin yang mencoba membandingkan jika model seperti RSUD Bangil dibuat di Kota Probolinggo.

Pernyataan Amin disanggah oleh Direktur RSUD Dr Mohammad Saleh dr Budi Purwohadi. Menurutnya untuk rumah sakit tipe B, luasan tanah yang dibutuhkan minimal 5 hektare. Sedangkan kondisi RSUD sekarang luas lahan 1,1 hektare. "Kita (RSUD) membutuhkan 5 hektare," kata dr Budi.

Dalam hearing tersebut, Kabag Pembangunan Nurkhamdani menyatakan relokasi harus memenuhi beberapa kriteria. Yaitu luas lokasi ada standar minimal, akses jalan tidak kalah dan ada studi kelayakan lokasi.

"Jangan hanya mencari itu tanah pemkot. Kalau memang luasnya tidak memungkinkan dan membutuhkan lahan milik masyarakat, ya harus berani beli tanah masyarakat. Masterplan juga penting karena ada kitannya dengan anggaran," ungkap mantan Kabid Binamarga di Dinas PU ini.

Ketua Komisi C yang karib disapa Cak Yon mengatakan, tindaklanjut dan keseriusan pelaksanaan relokasi RSUD ini perlu sosialisasi ke seluruh anggota dewan. Komisi C juga menanyakan anggaran yang dibutuhkan untuk relokasi rumah sakit. Diperkirakan proses persiapan hingga pelaksanaan butuh waktu sekitar tiga tahun.

Dwi Putranto menjawab, pada PAK nanti Bappeda mengajukan anggaran Rp 70 juta untuk studi kelayakan di lahan relokasi. Untuk masterplan dan DED ditangani oleh Dinas PU pada anggaran 2011 mendatang. "Dana fisik, mulai tahun ini kami akan roadshow proposal ke Menteri Kesehatan dan ke DPR RI untuk mendapatkan dana APBN," jelasnya.

"Studi kelayakan jangan main-main. Saya lihat anggarannya ini minim sekali hanya Rp 70 juta. Jangan sampai gara-gara anggaran, begitu keluar tidak ada solusinya," cetus Cak Yon menanggapi keterangan Bappeda.

Wakil ketua komisi C Hamid Rusdi menambahkan dinas terkait harus tegas dalam menentukan lokasi RSUD. "Jangan banyak pilihan. Kalau lahan milik pemkot kurang ya tukar guling. Mengingat banyak pengembang di Kota Probolinggo, jangan sampai kalah dengan pengembang. Di mana lokasinya, segera diamankan," tegas Hamid.

Usai hearing, komisi C meninjau lokasi yang bakal jadi dua lahan calon relokasi RSUD di Jl Prof Hamka dan Jl Bengawan Solo. Setelah meninjau, dua lokasi itu dianggap punya plus minus masing-masing. Untuk menentukannya, komisi C menyarankan dibutuhkan studi kelayakan dari universitas yang berkompeten dan kredibel di bidangnya.

Kali pertama dewan menuju ke Jl Prof Hamka. Di lokasi tersebut bagus karena terletak di jalan nasional, tetapi persoalannya lahan yang ada tidak berkelompok alias berpencar-pencar.

"Kalau di Bengawan Solo, lokasi tanahnya jadi satu. Tinggal melengkapi saja sesuai luas yang dibutuhkan. Hanya akses jalannya terlalu sempit. Oleh karena itu komisi C merekomendasikan supaya diturunkan tim studi kelayakan," tegas Cak Yon. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=169077