Rabu, 04 Agustus 2010

Proyek Umbulan Rp 2,5 T Tanpa Investor

Rabu, 4 Agustus 2010 | 10:29 WIB

PROBOLINGGO – Proyek air bersih Umbulan senilai sekitar Rp 2,5 miliar yang mangkrak sejak 1990-an dijadwalkan mulai digarap pada tahun 2010 ini. Pemprov Jatim menyatakan akan mengerjakan megaproyek itu melalui BUMD, dengan bantuan pemerintah pusat dan kabupaten/kota, tanpa melibatkan investor swasta.

Hal itu diungkapkan Wagub Saifullah Yusuf saat berkunjung ke Pesantren Raudlatul Thalibin, Kademangan, Kota Probolinggo, Selasa (3/8). ’’Tahun ini dimulai dengan membangun instalasi dulu. Pipa-pipa dibenerin, anggarannya sekitar Rp 300 miliar dari pemerintah pusat (APBN, red),” ujar Gus Ipul, panggilan Saifullah Yusuf.

Proyek senilai Rp 2,5 triliun itu bakal memasok kebutuhan air bersih warga Kota/Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya, hingga Gresik. Gus Ipul mengatakan, proyek Umbulan butuh investasi sangat besar karena banyak di antara pipa air primer untuk distribusi yang harus diperbarui. Berdasarkan perhitungan tim audit independen dari Australia, biaya transmisi air dari sumber mata air Umbulan hingga Surabaya sekitar Rp10.000/meter kubik.

Sisi lain, kemampuan masyarakat (untuk membeli air) sekitar Rp 3.000-4.000/meter kubik. ’’Karena itu perlu subsidi dari pemerintah,” ujar Gus Ipul. Dengan pola subsidi itu, proyek Umbulan tidak perlu ditawarkan kepada investor. Tetapi bisa dikelola Pemprov Jatim sendiri melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Dengan adanya subsidi pemerintah pusat, kata Gus Ipul, harga air bersih dari Umbulan nanti lebih terjangkau, yakni Rp 5.000-6.0000/meter kubik. Bahkan jika pemerintah daerah ikut memberikan subsidi Rp 1.000/meter kubik, harga air di tingkat warga menjadi lebih rendah lagi, Rp 4.000/meter kubik.

Sementara jika melibatkan investor swasta, jatuhnya harga air bakal sangat mahal dan tidak terjangkau oleh warga miskin.

Soal pelibatan swasta dalam proyek ini sempat jadi tarik ulur. Dinas PU Cipta Karya pusat menginginkan pelibatan swasta karena besarnya investasi. Namun, Pemprov Jatim menginginkan proyek itu dikerjakan sendiri oleh Pemprov bekerja sama dengan Pemda yang bakal mendapat pasokan air Umbulan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jatim Budi Susilo sekitar Februari lalu menjelaskan, Pemprov berkeinginan pembangunan proyek umbulan digarap pemerintah, dengan sharing dari APBN, APBD dan APBD Kab/kota yang akan menikmati airnya.

Menurut Budi, kurang lebih dana yang dibutuhkan untuk membangun proyek umbulan ini sebesar Rp 2,2 trilliun hingga Rp 2,5 trilliun. Pemprov Jatim dan Pemda yang akan menikmati mata air Umbulan rencananya akan mendanai pendistribusiannya yang diperkirakan butuh dana Rp 700 miliar–­Rp 850 miliar. ’’Rencananya pembangunan ini masuk dalam anggaran multi years dari 2010 dan diharapkan selesai pada 2013 mendatang,” ungkapnya.

Megapproyek Umbulan diperkirakan menelan dana sekitar Rp 1,5 triliun. Dana sebesar itu sebagian besar untuk membangun perpipaan dari Pasuruan-Gresik. Namun bila ditambah biaya distribusi hingga ke rumah-rumah pelanggan, proyek ini bakal menelan dana hingga Rp 2,5 triliun.

Mata air Umbulan sudah dimanfaatkan sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Sejumlah bangunan penampungan air baik di Umbulan hingga di Kota Pasuruan merupakan peninggalan Belanda. Namun, sumber air di Desa Kedungrejo dan Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan itu lebih banyak yang terbuang. Dari debit air 4.400 liter/detik, baru sebagian kecil yang didistribusikan untuk air bersih.

Sejak 1990, pengaliran air Umbulan ke Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik sudah diupayakan. Lalu Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Jatim kembali merintis proyek itu pada 1997. Tetapi proyek itu tidak bisa berjalan lancar karena investor keberatan soal harga produksi.isa

Tabel

Estimasi Distribusi Air Umbulan

Setelah Proyek Rp 2,5 T Terealisasi

Kabupaten Pasuruan 420 liter/detik

Kota Pasuruan 110 liter/detik

Sidoarjo 1.370 liter/detik

Surabaya 1.000 liter/detik

Gresik 1.000 liter/detik

Kawasan PIER 100 liter/detik


Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=3e809dd3c1d77abd77fbf386586e89e4&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Dua Pengedar SS Ditangkap

Rabu, 4 Agustus 2010 | 08:46 WIB

PROBOLINGGO - Kota Probolinggo kembali menjadi incaran peredaran narkotika jenis sabu-sabu (SS). Kali ini, dua pengedar SS, DR (20) asal Sidoarjo dan JK (24) asal Mojosari, Kab. Mojokerto ditangkap jajaran Satuan Narkoba Polresta Probolinggo.

”Kedua tersangka kami tangkap di dua tempat berbeda di Probolinggo,” ujar Kasar Narkoba Polresta, AKP M. Logo Todu mendampingi Kapolresta, AKBP Agus Wijayanto, Selasa (3/8).

Dikatakan, DR ditangkap di Terminal Bayuangga, Kota Probolinggo. ”Ia ditangkap saat melakukan transaksi, menjual SS kepada seseorang di terminal bus,” ujar AKP Logo.

Tersangka DR diketahui menyimpan SS di dalam spons helm yang ia kenakan. Diduga untuk mengelabui polisi, ia sengaja berangkat dari Sidoarjo dengan bersepeda motor dan menyembunyikan SS pada helmnya.

Kepada polisi ia mengaku, SS tersebut diperoleh dari JK. ”JK kemudian kami tangkap di kawasan Sepanjang, Sidoarjo,” ujar AKP Logo.

Polisi akhirnya mengamankan 0,8 gram SS, alat isap, dan sejumlah uang tunai. ”Keduanya tidak hanya mengedarkan tetapi juga memakai SS,” ujarnya.

Keduanya juga mengaku, mengedarkan SS di kawasan tapal kuda Jatim. Kini, kedua tersangka yang ditahan di Mapolresta itu terancam Pasal 112 dan 114 Undang-Undang Narkotika 35/2009. “Ancamannya maksimal 12 tahun penjara,” ujar AKP Logo. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=a07a3f343e7fa4ce2f8460855e7858ad&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Bekuk Pengedar SS Antarkota

[ Rabu, 04 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Kota Probolinggo memang daerah rawan peredaran narkoba. Dan terminal Bayuangga kerap dijadikan tempat transaksinya. Seperti terjadi pada Sabtu (31/7) lalu, polresta berhasil membekuk tersangka pengedar narkoba jenis sabu-sabu (SS) saat hendak bertransaksi di terminal.

Ada dua tersangka yang ditangkap, yakni Difla, 20, warga Wonocolo, Taman, Sidoarjo dan Joko, 24, warga Mojosari, Mojokerto. Dari tersangka, polisi berhasil mengamankan barang bukti (BB) utama berupa sabu-sabu seberat 0,6 gram, duit Rp 37 ribu, 3 korek api, serta alat-alat untuk nyabu.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, mulanya Difla berhasil ditangkap sekitar pukul 23.30 di terminal Bayuangga. Saat itu Difla hendak melakukan transaksi dengan salah seorang pembelinya. Tapi, keberadaan dan rencana transaksi yang akan dilakukan Difla sudah terendus polisi.

Difla pun dibekuk beserta BB berupa SS seberat 0,6 gram yang dibungkus plastik dan disimpan di dalam helm teropong. Selanjutnya, Difla digelandang ke mapolresta. Hasilnya, Difla mengaku mendapatkan barang haram tersebut dari salah seorang temannya, Joko, warga Mojosari, Mojokerto.

Mendapati itu, polisi langsung memburu Joko. Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk meringkus Joko. Minggu (1/8) sekitar pukul 23.30, polisi berhasil membekuk Joko di rumahnya. Dari tangan Joko, polisi berhasil menemukan barang bukti berupa duit Rp 12 ribu, 3 korek api, dan alat-alat memakainya. Polisi pun menggelandang Joko ke Mapolresta.

"Mereka merupakan TO (taget operasi) lama," jelas Kapolresta AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskoba AKP ML Tadu, kemarin (3/8).

Dalam pemeriksaan, Joko mengakui mendapat barang dari salah seorang temannya berinisial T. Sampai kemarin, T masih dalam buruan polisi. Joko juga mengaku sudah melakukan 11 kali transaksi dengan T dan Difla.

"Katanya, dalam transaksi terakhir dia (Difla, red) mengambil barang senilai Rp 1,9 juta kepada Joko. Daerah edar mereka, setapal kuda. Bisa dikatakan jaringan antarkota," jelas AKP ML.

Ketika ditanya wartawan, Joko mengakui kalau dirinya pemakai yang sekaligus menjadi pengedar. Dia juga membenarkan telah melakukan sebanyak 11 kali transaksi. Tapi, tidak pernah sampai ke luar kota. Joko mengaku hanya beroperasi didaerahnya saja.

"Tidak sampai ke luar kota, hanya di daerah saya saja," jelas lelaki yang mengaku bekerja sebagai sopir angkot ini.

Sedangkan Difla menolak dikatakan sebagai pengedar. Dia mengaku, saat ditangkap dia diajak oleh seorang temannya ke Probolinggo. Kedatangannya, hanya mengikuti ajakan temannya. Bukan untuk melakukan transaksi sabu-sabu.

Tapi, Difla mengakui selama ini pernah melakukan transaksi sebanyak 10 kali dengan Joko. "Bukan untuk transaksi, tapi saya hanya diajak teman," ujar Difla sambil menutup mukanya.

Apapun alasannya, mereka berdua harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kini, mereka terancam pasal 112 dan 114 UU No 35/2009 tentang narkotika. "Ancaman hukumannya, minimal 4 tahun maksimal 12 tahun. Dendanya minimal Rp 800 juta," jelas Kasatreskoba AKP ML Tadu. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173322

Keluhkan Akses Jalan

[ Rabu, 04 Agustus 2010 ]
SUKAPURA- Warga Dusun Gadungan, Desa Kedasih, Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo senang karena di daerah mereka kini adalah sekolah SD dan SMP Satu Atap. Namun mereka mengeluhkan sukarnya akses jalan menuju sekolah tersebut.

Berdasar informasi yang diterima Radar Bromo, jumlah siswa SD/SMP Satu Atap berkisar 170 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 50 siswa SMP dan 120 siswa SD.

Dengan kondisi geografis yang berbukit, jalan di desa itu banyak yang menanjak. Kondisi makan parah karena jalan-jalan tersebut belum diaspal. " Kondisi jalan macadam dan menanjak,"jelas Kepala Desa Kedasih, Musiyanto saat ditemui kemarin (3/8) di kantor kecamatan.

Ia menyayangkan kondisi tersebut. Sebab, "jalan tersebut biasa digunakan para pelajar," katanya. Ia merasa minat belajar para siswa cukup tinggi. Namun, sayangnya mereka harus berjuang lebih keras untuk menuju ke sekolah.

Menurut Musiyanto, hadirnya sekolah tersebut adalah kebanggan tersendiri bagi warga Kedasih. Warga sudah mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

Karena kondisi jalan di desa seperti itu, pihak desa sering menerima keluhan warga, terutama para wali murid. Mereka mengeluhkan akses jalan yang parah, tidak hanya itu para pelajar juga harus menempuh jalan sejauh 4 Km.

Jalan sejauh 4 Km itu ditempuh dari Dusun Bobor menuju Dusun Gadungan. Jalan tersebut satu-satunya akses dari Dusun Bobor menuju ke sekolah SD/SMP Satu Atap,

Salah satu murid SMP Satu Atap, Sugiarto,16, mengatakan, bahwa setiap hari ia harus berangkat lebih awal. "Berangkat Jam 05.30," jelasnya. Dengan menempuh jarak 4 Km, ia membutuhkan waktu sekitar 1,5 -2 jam menuju sekolah.

Sugiarto mempunyai harapan, suatu saat jalan menuju sekolahnya bisa diaspal." Minta diaspal, jadi kalau jalan tidak susah, "harapnya.

Rata-rata pelajar sekolah Satu Atap berjalan kaki menuju sekolah. Hanya beberapa orang saja yang terkadang diantarkan dengan menggunakan sepeda motor.

Mereka memilih berjalan kaki, karena tidak ada transportasi umum di Desa Kedasih. "Tranportasi umum ada, namun untuk ke lokasi wisata saja," jelas Musiyanto. Transportasi umum itu hanya melayani rute dari Bromo menuju ke Kota Probolinggo.

Musiyanto juga menambahkan, terkadang para pelajar tersebut menggandol ke truk yang akan mengambil sayuran di Dusun Gadungan. Hal itu tidak berlangsung setiap hari, karena truk pengangkut sayuran hanya datang ketika sayuran sudah siap panen.

Melihat kondisi tersebut, Kades Kedasih ini berupaya menyampaikan aspirasi warga kepada pihak Pemkab Probolinggo.

Tidak hanya sampai ke pemda, dirinya juga meminta bantuan dari anggota dewan. "Mulai dari Ribut Fadilah Fraksi PKB serta Lis Indrawati dari Fraksi Hanura," jelas Musiyanto. Namun, hasilnya sampai sekarang belum ada realisasi.

Selain itu ia juga menjelaskan, bahwa sebetulnya sebelumnya, aspirasi tersebut pernah masuk dalam sidang paripurna DPRD. Hasilnya saat itu sudah diterima dan disahkan untuk direalisasikan. Tetapi lagi-lagi sampai sekarang belum ada bentuk realisasi tersebut.

Selanjutnya, Musiyanto berharap agar Bupati Probolinggo, Hasan Aminudin mau datang dan melihat kondisi di lokasi. Dengan harapan perbaikan jalan itu bisa segera terealisasi. (d7x/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173320

Dibuka dengan Festival Rawon

[ Rabu, 04 Agustus 2010 ]
Puncak Yadnya Kasada 26 Agustus

PROBOLINGGO-Rangkaian peringatan Yadnya Kasada tahun ini sudah mulai digelar. Dimulai dengan acara penunjang, yakni festival rawon pada Jumat (30/7) dan Senin (2/8) lalu.

Menurut kalender Saka, Yadnya Kasada tahun ini jatuh pada tanggal 26 Agustus sekitar pukul 02.00 dini hari. Namun resepsinya sudah dimulai pada pukul 20.00 tanggal 25 Agustus.

Kepala Dinas Kebudyaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Probolinggo Tutug Edi Utomo mengatakan, agenda peringatan Yadnya Kasada tahun ini dibagi menjadi dua. Yakni agenda penunjang dan ritual peringatan Yadnya Kasada.

Menurut Tutug, agenda penunjang Yadnya Kasada merupakan salah satu upaya untuk memeriahkan ritual hari raya suku Tengger itu. "Agenda penunjangnya macam-macam. Mulai festival rawon, reog Tengger, pacuan kuda, dan layang sambitan," kata Tutug.

Dijelaskan Tutug, agenda penunjang rangkaian Yadnya Kasada ini merupakan agenda tambahan. Tidak wajib dilakukan, karena bukan termasuk ritual upacara prosesi Yadnya Kasada.

Untuk festival rawon sendiri kegiatannya digelar selama dua hari. Dalam festival tersebut, tiap-tiap warung yang sudah ditunjuk bakal menyuguhkan rawon spesial khas warung tersebut. Nantinya ada tim juri yang bakal mendatangi warung rawon tersebut. Usai dinilai oleh tim juri, rawon yang dianggap paling enak bakal disajikan di resepsi perayaan Yadnya Kasada.

Secara keseluruhan untuk agenda penunjang wisata, saat ini jadwalnya masih dikoordinasikan antara pihak pemerintah desa maupun pemkab setempat. "Sekarang ini masih koordinasi," terang Tutug.

Karena agenda peringatan Yadnya Kasada tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadan dan berdempetan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI, maka panitia akan menyesuaikan rangkaian acara tersebut. "Ada semangat untuk memeriahkan Yadnya Kasada tahun ini dengan mengindahkan bulan Ramadan dan agustusan," jelas Tutug.

Sementara untuk rangkaian rituan Yadnya Kasada sendiri bakal dimulai pada 21 Agustus dengan acara kerja bakti di Pura Luhur Poten. Keesokan harinya (22/8) bakal dilanjutkan dengan pemasangan penjor dan umbul-umbul.

Pada tanggal 23 Agustus bakal dilanjutkan mendak tirta yang dimulai pukul 13.00. Keesokan harinya (24/8) bakal digelar slasa piodalan atau ulang tahun Pura Luhur Poten. Hari selanjutnya (25/8) dilanjutkan dengan resepsi Yadnya Kasada yang dimulai pukul 20.00.

Dan pada 26 Agustus dini hari sekitar pukul 02.00 bakal dimulai puncak ritual Yadnya Kasada. Semua warga Tengger bakal berangkat dari pintu gerbang lawang masing-masing daerah (Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Malang). Malam harinya bakal digelar pujan kasada di tiap-tiap rumah kepala desa. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173319

Atlet Silat Cedera saat Tanding

[ Rabu, 04 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Atlet pencak silat pelajar Kota Probolinggo Lailatul Mukaromah harus menelan pil pahit. Bukannya meraih prestasi gemilang, dalam ajang Popda (pekan olahraga pelajar daerah) siswi MTs Raudlatul Hasaniyah ini justru mengalami cedera berat saat bertanding.

Dalam pertandingan melawan atlet dari Mojokerto waktu itu, Lailatul mengalami patah tulang di kaki kanan sehingga harus dioperasi.

Saat dijumpai kemarin (3/8), Lailatul yang kini dirawat di ruang bougenvile kelas 1A RSUD Dr Mohammad Saleh Kota Probolinggo itu didampingi kedua orang tuanya, Sanapi dan Tila.

Kepada Radar Bromo, Lailatul menceritakan cedera yang dialami saat pertandingan berlangsung pada tanggal 29 Juli. Sebenarnya skor antara Lailatul dan atlet Mojokerto beda tipis. Sebelumnya Lailatul menang saat melawan atlet Bojonegoro.

"Pertandingannya mau selesai, skor hampir sama. Saya saling tendang sama dia (atlet Mojokerto), lalu kaki saya turun terus ditendang lagi sama dia. Akhirnya saya tidak bisa jalan dan dibawa ke RSUD Nganjuk," cerita atlet yang bercita-cita menang dan membawa pulang medali emas itu.

Setelah sempat dibawa ke RSUD Nganjuk, keesokan harinya tanggal 30 Juli, Lailatul dirujuk ke RSUD Dr Mohammad Saleh. Dokter kemudian menyatakan jika Lailatul harus menjalani operasi karena dua tulang keringnya patah kena tendangan lawan.

Senin (2/8) Lailatul masuk ruang operasi dan kakinya dipasang pen. Atas kejadian itu, atlet pencak silat yang bergabung dengan klub Macan Ulung itu harus beristirahat dari aktivitasnya untuk sementara. "Kata dokter, setahun tidak boleh tanding. Tapi kalau hanya latihan-latihan tidak apa-apa," kata Sanapi, saat mendampingi putrinya. Sanapi juga mengatakan biaya pengobatan bakal ditanggung oleh pemerintah.

Meski sudah mengalami cedera berat, atlet sabuk biru itu tidak akan kapok. "Ini sudah risiko dan saya tidak akan kapok. Saya akan terus latihan. Waktu pertama kali ikut silat sudah tahu risikonya," ujar juara pertama Wali Kota Cup tahun 2010 itu.

Selain Lailatul, diperoleh informasi ada atlet senam yang juga mengalami cedera tapi tidak saat pertandingan. Ialah Febrianti, atlet senam terbaik kota yang bersekolah di SMA Muhammadiyah. Sebelum bertanding, atlet mendapatkan kesempatan untuk pemanasan.

Nah, saat pemanasan itulah Febrianti berlatih sambil melemparkan simpai (holahop) ke atas lalu jatuh kena hidungnya. Hidung atlet tersebut langsung berdarah tapi tidak sampai terluka parah.

"Tidak apa-apa. Sudah ditangani oleh tim kesehatan dari Kota Probolinggo. Setelah itu dia melanjutkan pertandingan dan dapat medali perunggu untuk senam ritmik beregu," kata si pelatih, Adi Caraka.

Adi sempat menyayangkan karena event sebesar Popda tidak diasuransikan melainkan dibebankan ke daerah masing-masing. "Mestinya event besar itu ada asuransinya kan lebih bagus. Contohnya di kejurnas, ada asuransi dan di-back up oleh panitia," keluhnya.

Sekretaris Kontingen Popda Kota Probolinggo Pribawono menjelaskan, Kota Probolinggo sudah mencetak prestasi di beberapa cabang olahraga dalam Popda yang digelar 26 Juli sampai 2 Agustus kemarin. Senam berhasil mendapat 2 emas, 4 perak, dan 3 perunggu. Atletik 1 emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Basket putri meraih 1 perunggu.

Pribawono membenarkan jika salah satu atlet pencak silat ada yang cedera saat bertanding. "Soal biaya kesehatan akan ditanggung oleh pemerintah kota. Selama di RSUD Nganjuk sampai dirujuk ke rumah sakit sini, kami juga yang mengurus," ujarnya. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173318

Penjemput Harus Tanda Tangan

[ Rabu, 04 Agustus 2010 ]
TKIT Antisipasi Penculikan Anak

PROBOLINGGO- Merebaknya isu penculikan anak akhir-akhir ini, membuat TK Islam Terpadu (TK IT) Permata Kota Probolinggo esktrawaspada. Salah satunya, mewajibkan setiap wali murid yang hendak menjemput putra-putrinya untuk membubuhkan tanda tangan.

Tujuannya, tiada lain untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi, akhir-akhir ini banyak beredar isu penculikan anak. "Harus tanda tangan dulu sebelum menjemput anaknya. Karena adanya isu penculikan itu, katanya sudah banyak kejadiannya," ujar Watik Trisian, salah seorang guru kelas di TK tersebut.

Watik mengatakan, kewajiban tanda tangan itu dimulai sejak Juli lalu. Menurutnya, keputusan itu berdasarkan rapat dengan para wali murid sebelum dimulainya tahun pelajaran baru. "Meskipun isu itu tidak benar, tidak ada salahnya kita mengantisipasi," jelasnya.

Sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini merebak isu penculikan anak. Konon dalam isu tersebut, penculik akan mengambil organ tubuh seperti mata, hati dan lain sebagainya. Tentu saja hal itu membuat warga resah. Terutama orang tua yang memiliki anak kecil yang sekolah.

Buktinya, beberapa pekan lalu, Katon, 37, warga Kebonsari Kulon, Kanigaran Kota Probolinggo hampir menjadi bulan-bulan massa. Ia dicurigai sebagai penculik anak. Beruntung emosi massa berhasil diredam, dan ternyata dugaan warga tidak benar.

Meski belum terjadi penculikan anak di Probolinggo, isu itu juga menimbulkan dampak psikologis bagi para wali murid. Kebanyakan mereka mengaku takut dengan adanya isu tersebut. Banyak wali murid yang biasanya tidak menjemput anaknya, kini ikut menjemput.

Karena itulah, ada sekolah yang berinisiatif untuk membuat para wali muridnya tidak cemas. Sebagaimana dilakukan oleh TK IT Permata, yang mewajibkan setiap orang yang menjemput muridnya harus membubuhkan tanda tangan.

"Biar para orang tua tidak cemas. Kalau orang tua tidak cemas, muridnya juga enjoy," ujar Kepala TK IT Permata, Nunuk Julaicha.

Nurwahyudi, salah seorang wali murid menyatakan sangat setuju dengan apa yang dilakukan pihak sekolah. Utamanya, untuk menghilangkan kecemasan pada wali muridnya. Termasuk dengan merapkan sistem tanda tangan tersebut. "Dengan seperti itu, diketahui dengan jelas identitas penjemputnya. Anak juga tahu siapa yang menjemput," ujarnya.

Menurutnya, meski penculikan di daerah hanya sebatas isu, tapi kehati-hatian tetap sangat penting. "Langkah sekolah itu, juga merupakan bagian dari langkah antisipasi yang harus kita dukung," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173317

Tuntut Bubarkan Pengurus Dewan Kesenian

[ Rabu, 04 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Eksistensi Dewan Kesenian Kota Probolinggo tengah disoroti oleh para seniman setempat. Terutama soal belum bergantinya kepengurusan Dewan Kesenian periode sebelumnya. Padahal masa pengurusan sudah habis sejak 2009.

"Dewan Kesenian sekarang sudah kedaluarsa sejak tahun 2009 tapi kok sampai sekarang belum ganti-ganti. Ini kan malah ada tanda tanya, ada apa sebenarnya? Di mata saya, Dewan Kesenian lupa akan kata-katanya yang mengaku lebih maju dari Dewan Kesenian Jawa Timur. Nyatanya apa? Nol," ujar pelukis Joko Sudarto.

Joko merupakan salah satu pengurus di Dewan Kesenian selama empat periode. Ia menjadi koordinator di bidang seni rupa. "Kami sudah menyerahkan program kerja tapi tidak dijalankan oleh Dewan Kesenian. Mereka itu penjilat-penjilat. Dewan Kesenian banyak kebohongan di mata saya," tegasnya.

Sebagai salah satu seniman di kota ini, Joko menginginkan ada perubahan dalam organisasi Dewan Kesenian. Beberapa kali berbincang dengan rekan seniman, kata Joko, Dewan Kesenian harus segera diganti dan dilantik oleh wali kota. Karena dulu, saat pembentukan Dewan Kesenian, wali kota yang melantik.

Begitu keras Joko membeberkan mengenai organisasi yang mestinya bisa menjadi jembatan antara pemerintah dan seniman. Menurutnya, kepengurusan Dewan Kesenian periode kemarin adalah hasil kudeta. Tidak ada pergantian nama secara fair dan pemilihannya tidak demokratis.

"Moro-moro onok jenenge, pokoke kudu gelem. Mulane saiki kerjane ra bener. (tiba-tiba ada namanya, pokoknya harus mau. Makanya sekarang kerjanya tidak baik). Parahnya lagi Dewan Kesenian kok tidak punya sekretariat? Tempat menyimpan inventaris juga tidak ada. Mereka (pengurus) itu tidak pernah turun ke bawah. Aneh, anggaran gede itu untuk apa? Sampai sekarang belum lihat program kerjanya," cetus Joko saat ditemui Senin (2/8) malam di pameran lukisnya di lapangan Kopian.

Lucunya, lanjut Joko, ia pernah diajak masuk dalam panitia kecil untuk membahas mengenai pemilihan pengurus. Yang membuat Joko tergelitik, pemilihan nama-nama calon minta dilaksanakan di salah satu rumah makan ternama di Kota Probolinggo.

"Lha wong cuma membahas ngono kok di sana (rumah makan). Itu justru akan menghambur-hamburkan anggaran. Makanya saya ingin ada reformasi total. Di dalamnya sudah ada kebohongan dan manipulasi anggaran," gerutu tetua Sanggar Hasta Kencana itu.

Ketua Dewan Kesenian Suparjono pernah mengatakan kepada Radar Bromo bahwa pergantian pengurus akan dilakukan tapi menunggu laporan dari pengurus lain, yaitu sekretaris. Joko pun kembali tertawa mendengar alasan tersebut.

"Laporan kok sampai sekarang tidak tahu juntrungannya. Tidak ada transparansi anggaran. Saya tidak ingin menjelekkan tapi harus ada pembenahan ke depan. Buyar ae (bubar saja) pengurusnya, tapi organisasinya harus tetap ada," pungkasnya.

Sementara itu, seniman tari dari Sanggar Tari Bayu Kencana Peni Priyono mengatakan sesungguhnya Dewan Kesenian itu perlu ada untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian di Kota Probolinggo. Tapi, kalau pemerintah tidak membutuhkan bantuan maka Dewan Kesenian tidak perlu ada.

Tinggal tergantung bagaimana para seniman, mau berkumpul untuk memikirkan kondisi kesenian di kota ini atau berfikir sendiri-sendiri untuk memikirkan keseniannya sendiri. Jika Dewan Kesenian ada, harus punya program jelas dan anggaran yang memadai. Harus mewadahi seluruh kesenian yang mewarnai kota dan mengangkat kualitas penyajian.

"Dewan Kesenian harus diisi orang-orang yang mau dan mampu berfikir kesenian. Terlebih kalau mereka mampu berkarya seni. Jangan diisi oleh orang yang hanya bisa sekedar nabuh saron apalagi hanya sekedar untuk mencari nama," cetus seniman yang juga berprofesi sebagai PNS itu. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173316