Senin, 18 Oktober 2010

Nomor Rekening Bermasalah, Tunjangan Sertifikasi Tertunda

PROBOLINGGO – Sebanyak 200 lebih guru di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Probolinggo belum menerima tunjangan profesi yang menjadi hak mereka. Tunjangan itu diperkirakan baru diterima pada Rabu (20/10).

Kasi Mapenda Kemenag Kabupaten Probolinggo Taufik mengatakan, keterlambatan itu terjadi karena nomor rekening para guru berma salah. Bisa karena mati, terblokir, dan sebagainya. Dengan demikian, tunjangan tidak bisa masuk ke rekening yang bersangkutan.

Taufik menambahkan, 200 lebih guru yang belum menerima tunjangan itu sebenarnya adalah sisa saja. Sebab, berdasar catatan Mapenda, ada 3.065 guru di lingkungan Kemenag yang berhak mendapat tunjangan. ’’Untuk jumlah pastinya, saya lupa. Yang jelas 200 lebih. Hampir 300,” katanya kemarin (17/10).

Taufik kemudian menjelaskan tentang prosedur penerimaan tunjangan fungsional. Awalnya, Kemenag mengirimkan usul calon penerima ke Kantor Perwakilan Perbendaharaan Negara (KPPN) di Bondowoso. Selanjutnya, KPPN memverifikasi usul Kemenag. Apakah telah valid atau belum.

Menurut Taufik, tunjangan 3.065 guru yang diusulkan Kemenag telah dicairkan. Namun kemudian dike tahui, ada 200 lebih rekening yang bermasalah sehingga tunjangan belum masuk. (qb/jpnn/c7/zen)

Sumber: http://www.jpnn.com

Pajak Untuk Guru Diskriminatif

Senin, 18 Oktober 2010

Tunjangan Dipotong Diknas
Probolinggo - SURYA-
Sebagian guru dari 5.816 orang di Kabupaten Probolinggo mengeluhkan potongan berkedok pajak penghasilan sebesar 15 persen terhadap tunjangan tambahan penghasilan (nonsertifikasi).

Besarnya Rp 250.000 per bulan yang dibayarkan tiap semester atau enam bulan sekali. Pemotongan itu, dianggap sepihak lantaran para wajib pajak tidak diberi blangko bukti SSP. “Setiap bayar pajak, pasti ada SSP. Ini aneh,” ujar salah satu guru SD berinisial Za kepada Surya, Minggu (17/10).

Ada dua kelompok guru penerima tunjangan profesi atau sertifikasi sebesar satu kali gaji tiap bulan. Kelompok pertama jumlah penerimanya sekitar 2.110 guru. Pembayarannya dilakukan tiap satu semester atau enam bulan sekali.

Kelompok kedua, sekitar 3.706 guru hanya menerima tunjangan tambahan penghasilan (nonsertifikasi). Besarnya hanya Rp 250.000 per bulan. Pembayarannya juga dibayarkan tiap semester atau enam bulan sekali.

Guru yang melakukan protes adalah kelompok kedua, karena dari total tunjangan tambahan penghasilan selama satu semester, Rp 1,5 juta, masih dipotong oleh bendahara Diknas Rp 250.000.

Mereka menganggap hal ini janggal, tunjangan penghasilan tersebut diperlakukan sama dengan tunjangan profesi atau tunjangan sertifikasi, yang diatur dengan peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.07/2010 Tentang Pedoman umum dan alokasi sementara tunjangan profesi guru PNSD provinsi, kabupaten dan kota tahun anggaran 2010.

Pada pasal 5 di dalamnya, memang diatur soal pengenaan pajak penghasilan sesuai PP 21 sebesar 15 persen dari tunjangan profesi atau tunjangan sertifikasi yang diterima para guru. “Kalau tunjangan profesi, besarnya satu kali gaji. Wajar jika dikenakan pajak, karena penghasilannya melebihi Rp 1 juta,” imbuh Da, guru lainnya kepada Surya.

Kejanggalan lainnya, ada kebijakan dari Diknas, untuk guru golongan II ke bawah, tidak dikenakan pajak 15 persen. Tapi untuk golongan guru III ke atas, dikenakan. “Kok bisa ada perlakuan berbeda untuk wajib pajak?” imbuh Da.

Kepala Diknas Kabupaten Probolinggo Supanut belum berhasil dikonfirmasi Surya. Sedang Kabid SMP dan SMA Suwari maupun Kabid SD Hamzah, ketika keduanya dikonfirmasi terkesan enggan menjelaskan. Namun, keduanya tidak menampik soal adanya potongan berdalih pajak tersebut. “No comment,” ujar Suwari.

Secara terpisah, Sekretaris Komisi D DPRD M Amin Al Haddar mengaku terkejut dengan adanya pemotongan pajak yang tidak merata kepada setiap wajib pajak di lingkungan Diknas. “Ini perlu diselidiki. Apakah benar itu masuk ke kas negara. Karena, yang namanya pajak, semua wajib pajak harus bayar,” tegasnya.ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/18/pajak-untuk-guru-diskriminatif.html


TIRIS bike Tracking

Monday, October 18, 2010

Sejak jadi tuan rumah SEJAWAT seri 11, beberapa waktu yang lalu, cukup banyak permintaan dari teman-2 biker khususnya dari Jawa Timur untuk mengulang track tersebut.

Terutama dari biker yang waktu itu tidak ikut serta.

Dan pada tanggal 10 Oktober 2010, mas Syaifullah Toha cs yang kita kenal waktu gowes di Ngadas bersama dengan 8 orang temannya ingin mencoba track ini.

Kami pun janjian untuk nguumpul di masjid Ar-rahmah waktu subuh, kita sendiri dibantu oleh 7 orang personal GSS.

Rute yang dilalui tak jauh beda seperti waktu SEJAWAT 11, hanya saja sesuai permintaan, rute diminta agak lebih berat sehingga diputuskan untuk melalui sungai pekalen yang cukup deras..
Sebetulnya rute ini sempat disurvey untuk SEJAWAT, namun karena pertimbangan safety dan kenyamanan untuk ratusan peserta akhirnya track ini dibatalkan.

Start dan finish di Ranu Segaran, karena pertimbangan sarana untuk istirahat yang paling memadai, disamping lokasi ini tak jauh dari akhir tujuan kita yaitu sumber air panas yang berada di aliran sungai pekalen.

Kendati start agak molor karena ada 1 sepeda yang mengalami masalah, semua peserta bisa menikmati track dengan baik + ngos-ngosan karena beban meskipun berat namun pemandangan disekitar sedikit bisa melupakan kepenatan.

Siapa lagi yang mau mencoba...? kita akan bantu mengaturnya..

Sumber: http://gss-leces.blogspot.com/2010/10/tiris-bike-tracking.html