Minggu, 15 Agustus 2010

Pejabat Pemkot Berbagi Takjil

[ Minggu, 15 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Di bulan penuh berkah ini pejabat di lingkungan pemkot Probolinggo ingin berbagi dengan sesama. Dari wali kota, wawali, sekda hingga pimpinan satker (satuan kerja) menyisihkan uang pribadinya untuk bagi-bagi takjil selama bulan Ramadan.

Inisiatif tersebut muncul dari Wali Kota Buchori pasca membuka bazar Ramadan di halaman museum beberapa waktu lalu. "Pak wali sendiri yang mengajak urunan dan uangnya ngumpul sekitar Rp 60 juta. Pak wali pribadi sekitar Rp 10 juta. Dana yang terkumpul itu dari kesadaran para pimpinan satker," tutur Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo.

Duit Rp 60 juta dirupakan nasi bungkus dan takjil berupa kurma serta air mineral. Dari dana pribadi itu setiap harinya pemkot bagi-bagi 200 nasi bungkus dan takjil di depan kantor wali kota Jl Panglima Sudirman.

Di bulan Ramadan ini, pemkot tidak hanya fokus pada pembagian sembako tetapi juga memikirkan para dhuafa, PKL (pedagang kaki lima), abang becak atau musafir yang kebetulan sedang berada di jalan. Supaya tidak kesulitan berbuka puasa, kebetulan di depan kantor wali kota bisa mendapat nasi dan takjil.

"Insyaallah 200 bungkus setiap harinya cukup. Untuk pengelolaannya diserahkan ke Bagian Umum. Pemesanan nasi juga memberdayakan mereka yang punya skill tetapi dari keluarga tidak mampu," pungkas Tiyok. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174954

Percantik Pasar Dengan Tenda

[ Minggu, 15 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO -Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Probolinggo bikin inovasi. Kumuhnya kondisi pasar bakal dipercantik dengan pemasangan tenda. Sekitar 22 tenda mulai dipasang di Pasar Wonoasih, Jumat (13/8) kemarin.

Di Pasar Wonoasih masih banyak pedagang yang berjualan di halaman pasar. Sebagai peneduh, pedagang yang jumlahnya diperkirakan 80 orang itu memasang terpal sendiri. Alhasil rupa terpal yang dipasang selama bertahun-tahun pun usang dan terkesan kotor serta kumuh.

Nah, meminimalisir pemandangan tidak sedap itulah DPPKA mempercantik kondisi pasar tersebut menggunakan tenda. Sekitar pukul 09.00 tenda mulai berdatangan di pasar kemudian langsung dipasang oleh petugas.

Kepala DPPKA Imam Suwoko mengatakan, Kota Probolinggo sudah mendapatkan piala Adipura selama berturut-turut namun pasar masih terlihat kumuh. "Bagaimana pasar terlihat cantik akhirnya menggunakan tenda. Kami memberdayakan perusahaan diminta partisipasinya, dan Bank Jatim welcome mau menyumbang tenda," katanya.

Disiapkannya tenda untuk para pedagang, lanjut Imam, tidak semata-mata pemerintah kota hanya menarik retribusi saja. Tetapi, disertai dengan memberikan pelayanan terbaik dan meningkatkan fasilitas di pasar supaya pedagang dan pengunjung nyaman. "Disamping itu diharapkan omzet bisa meningkat," imbuh Imam.

Saat ini yang menjadi fokus mempercantik pasar masih di Wonoasih. Selain itu, DPPKA juga punya program revitalisasi pasar dengan anggaran milyaran rupiah. Kenapa harus Wonoasih dulu? Imam Suwoko bilang, karena di anggaran revitalisasi pasar tidak ada alokasi untuk tenda dan di pasar itu dari luar kondisi pedagang terlihat sangat kumuh.

"Terpal yang biasa digunakan oleh pedagang diganti dengan tenda. Nantinya tenda itu akan tetap berada di sana bukan bongkar pasang dan menjadi aset pasar Wonoasih. Untuk pasar yang lain kami lihat dulu perkembangannya. Diharapkan bisa menyusul ke pasar-pasar lain," tutur Imam kepada Radar Bromo. Siang kemarin, tenda sudah terpasang semua dan ditempati para pedagang. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174955

Pemkot Warning Hotel Tak Berizin

[ Minggu, 15 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Pemkot Probolinggo akhirnya bertindak tegas. Dua hotel di Kota Probolinggo yaitu Kemayoran dan Rela Hati sudah diberi peringatan pertama. Intinya, sebelum kembali mengurus izin kedua hotel tersebut wajib menghentikan aktivitas untuk sementara waktu.

"Kami sudah memanggil kedua pemilik hotel Senin (9/8) lalu. Dari Kemayoran ada Baharudin dan Rela Hati diwakili Ahmad Hamzah," terang Kepala Badan Pelayanan Perizinan (BPP) Tartib Goenawan. Pertemuan tersebut dihadiri juga Kepala Satpol PP Sukam.

Seperti diberitakan, pada saat hearing dengan komisi A DPRD Kota Probolinggo ditemukan ada dua hotel yang tidak memperpanjang izin usahanya. Hotel Kemayoran dan Rela Hati disebut tak perpanjang izin sejak 2004 silam. Oleh karena itu komisi A merekomendasi agar kedua hotel tersebut ditutup sampai memperpanjang izinnya kembali.

Tartib mengatakan izin yang harus dimiliki usaha hotel adalah izin HO dan surat izin jasa pariwisata. Dalam pertemuan tersebut disebutkan ternyata habisnya izin kedua hotel itu jauh lebih lama. Terakhir hotel Kemayoran mengantongi izin di tahun 1989 sedangkan Rela Hati sekitar tahun 2003.

"Kami di perizinan, konsisten bahwa hanya berwenang dalam izinnya saja, bukan menutup usaha. Itu (menutup usaha) kerwenangan Satpol PP," ujar Tartib. Kepada kedua hotel yang telah habis masa izinnya itu, BPP telah melayangkan surat peringatan pertama.

Isinya, pihak hotel sementara menghentikan aktivitas operasional perhotelan sampai dengan terbitnya izin operasional yang baru. Dan mengajukan perizinan baru sesuai dengan perda nomor 5 tahun 2006 tentang izin gangguan (HO) dan perda nomor 3 tahun 2003 tentang izin usaha pariwisata. Surat peringatan pertama itu tertuang dalam surat BPP nomor 503/544/425.202/2010 tanggal 9 Agustus 2010.

"Langkah kami sudah memberikan peringatan pertama dan sudah disampaikan kepada pihak hotel. Saya sudah melaporkan peringatan itu juga kepada wali kota. Kalau soal mengurus izin baru atau tidak, itu hak mereka. Kami tetap memberi hak mereka untuk mengurus izin sesuai peraturan," jelas Tartib.

Masih kata Tartib, saat ditanya kenapa izin tidak diperpanjang sampai beberapa tahun, Tartib bilang itu menjadi urusan internal pihak hotel. Hanya dikabarkan hotel Kemayoran yang berada di Jl Panglima Sudirman bakal dijual. Jika jual beli itu dilaksanakan maka Kemayoran bakal tutup.

"Dari Kemayoran mengakui masalah ini karena keteledoran mereka. Rela Hati memang sempat akan dijual ke pemkot tahun 2003, rencana gagal karena pihak keluarga belum sepakat," terang mantan Asisten Administrasi ini.

Pasalnya, pengurusan izin untuk jenis usaha tersebut tidak rumit. Tinggal mengurus izin HO ke masyarakat setempat lalu mengurus izin usaha ke BPP. Untuk surat izin jasa pariwisata hanya dikenai biaya Rp 150 ribu, sedangkan untuk biaya HO (tergantung luas usaha) untuk kedua hotel ini hanya Rp 2 juta setiap 5 tahun. Selain itu, mereka juga dikenai pajak tiap bulannya.

"Saat ini kami (BPP) berkoordinasi dengan Satpol PP terus melakukan pengawasan. Kami juga sedang melakukan pendataan untuk semua izin usaha di Kota Probolinggo," kata Tartib yang tidak memberikan batas waktu kapan kedua hotel itu mengurus izin baru.

Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Kasi Pajak di Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Sugito P menjelaskan, selama ini kedua hotel tersebut masih tertib membayar pajak meskipun izinnya sudah habis.

"Pajak akan terus ditagihkan selama obyek usaha itu masih ada. Kalau soal perizinan itu menjadi domain BPP dan Satpol PP, bukan kami. Sejauh ini kami melihat mereka punya iktikad untuk melakukan pembayaran pajak," katanya.

Baik Kemayoran dan Rela Hati tidak pernah menunggak bayar pajak sampai hitungan bulan. "Paling-paling hanya beberapa hari saja menunggaknya, tapi tertib kok pembayarannya. Jumlah pajak yang dibayar berbeda, berdasarkan laporan rekap pengunjungnya," imbuh Sugito.

Jumlah pajak yang dibayar oleh Kemayoran dan Rela Hati berbeda-beda tergantung dari jumlah tamu yang datang. Dari data pajak, Rela Hati lebih besar bayar pajaknya, bulan ini sekitar Rp 501.500 dan Kemayoran hanya Rp 105 ribu. Sedangkan bulan lalu pajak Rela Hati lebih besar yaitu Rp 542 ribu. Kemayoran tetap dengan Rp 105 ribu. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174956

Mengais Rezeki di Ambang Berbuka

[ Minggu, 15 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Di bulan Ramadan ini penjual takjil dan menu berbuka puasa selalu menjamur di beberapa tempat. Di Kota Probolinggo misalnya, selain pemkot menyediakan bazar Ramadan di ruas Jl Pahlawan berjejer para pedagang dengan beragam menu.

Tidak perlu kaget jika Anda sedang melintas di Jl Pahlawan Kota Probolinggo. Sejak pukul 15.00 jalur lalu lintas mulai agak sedikit macet lantaran banyak kendaraan yang berhenti dan penumpangnya berbelanja makanan. Para pedagang dadakan itu bikin stan sendiri di sisi selatan jalan.

Pedagang ini tidak memiliki koordinator. Mereka berdiri secara individu. Hanya saja, ada beberapa meja yang terdiri dari keluarga besar yang berjualan menu berbuka. Salah seorang pedagang yang ikut mengais rezeki dengan berjualan adalah Haryono, warga Jl Pahlawan gang kenongo.

Sudah lima kali Ramadan ia berjualan berbagai macam takjil dan menu berbuka puasa atau sahur. "Yang masak makanan ini istri saya sendiri. Kalau kue-kue itu titipan dari orang," ujar Haryono yang juga punya usaha katering di rumahnya.

Menu masakan memang sengaja bikin sendiri karena Haryono tidak ingin pembeli kecewa. Masakan yang dimaksud seperti sayur asem, sayur bening dan sayur lode. Sedangkan lauknya ada ayam dan daging bumbu rujak atau dadar jagung. "Kalau kue semua titipan orang. Saya juga membuat gorengan, pesanan orang untuk di masjid," terangnya kepada Radar Bromo.

Pedagang lainnya, Fatimah mengaku harus izin dulu kepada si empunya rumah yang ketempatan berjualan. Dari berbagai makanan yang jual, yang paling laris seperti pelasan (pepes) tongkol atau bothokan.

"Semakin tahun semakin banyak yang berjualan. Tahun lalu tidak seperti sekarang ini (di Jl Pahlawan. Belum lagi di GBH (bazar Ramadan). Alhamdulillah setiap hari ada saja pembeli, namanya jualan ada laris dan tidaknya," tutur perempuan berkacamata itu. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174958

Pegawai Pemkot Jadi Tersangka

[ Minggu, 15 Agustus 2010 ]
Kasus Percobaan Pembobolan Kasda Rp 12,5 M

PROBOLINGGO- Setelah lama tak ada kabar, akhirnya Jumat (13/8) lalu polisi meringkus pelaku percobaan pembobolan kasda Kota Probolinggo senilai Rp 12,5 miliar. Polisi juga menetapkan menetapkan pegawai pemkot Rizal Nurdiansyah, 24, sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

Pegawai pemkot asal Kelurahan/Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo itu ditetapkan sebagai tersangka setelah menjalani pemeriksaan selama hampir 12 jam di Mapolresta.

Kemarin (14/8), Rizal sempat dihadapkan kepada wartawan oleh Polresta. Tapi, tak seorang pun yang dapat melihat wajahnya dengan jelas. Rizal terus menutupi wajahnya rapat-rapat dengan kedua tangannya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, Jumat (13/8) sekitar pukul 10.00, Rizal dipanggil sebagai saksi untuk menjalani pemeriksaan di mapolresta. Ia harus menjawab puluhan pertanyaan dari dua penyidik, Aipda Agus Zainuddin dan Aiptu Suyanto.

Setelah menjalani pemeriksaan itu, akhirnya sekitar pukul 21.00 Rizal ditetapkan sebagai tersangka. Dan, sejak itu pula ia harus mendekam dalam sel tahanan Mapolresta. Ia ditetapkan telah melangar pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen.

Diberitakan sebelumnya, 9 Juni lalu kasda pemkot Probolinggo nyaris kebobolan Rp 12,5 M. Ada seseorang yang diduga pegawai di lingkungan pemkot mencoba mencairkan dana untuk plafon anggaran belanja modal konstruksi jalan dari Bank Jatim.

Pelaku mengajukan SP2D (surat perintah pencairan dana) ke kas Bank Jatim di DPPKA, Rp 12,5 M. Padahal untuk anggaran belanja itu kasda hanya menyediakan dana sebesar Rp 7.723.113.000.

Kecurigaan petugas Bank Jatim muncul setelah berkoordinasi dengan pihak kasda. Ternyata SP2D itu palsu. Setelah pihak Inspektorat melakukan investigasi, kasus itu dilaporkan polisi.

Polisi pun bergerak. Setidaknya 7 saksi telah diperiksa. Pekan lalu polisi juga menyita rekaman CCTV yang terpasang di loket kasda di bank tersebut. Rekaman CCTV itu, disita sebagai bukti pendukung.

Kemarin (13/8) polisi sudah menetapkan dan membekuk tersangkanya. "Setelah dilakukan pemeriksaan dan cukup bukti, kami tetapkan sebagai tersangka," jelas Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto.

Dari hasil pemeriksaan itu menurut Kasatreskrim, Rizal mengaku melakukan perbuatan itu untuk coba-coba. Dan bila berhasil cair, hasilnya akan digunakan untuk memenuhi keperluan perekonomian keluarganya. "Katanya untuk keperluaan ekonomi," ujarnya.

Kini Rizal harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Karena dana yang hendak dibobol tidak sampai cair, maka Rizal hanya terjerat pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen. "Ancaman hukumannya, maksimal 6 tahun," jelas Kasatreskrim.

Kepada wartawan, Rizal mengakui semua perbuatannya. Tapi, ia tak mau menjelaskan modusnya apa. Rizal mengaku, aksi yang nyaris merugikan keuangan negara itu dilakukannya hanya sebatas coba-coba. "Untuk coba-coba, barang kali bisa cair," ujar lelaki asal Bandung itu.

Rizal juga mengakui, sebelum melakukan aksinya itu ia juga telah membuka rekening di bank Jatim atas nama Didik. Rizal mengaku, mendapatkan KTP (kartu tanda penduduk) atas nama Didik di laci kantornya. Dan, ia mengaku tidak kenal sama sekali dengan orang yang bernama Didik. "Saya menemukan KTP itu di laci kantor," ujarnya.

Selain itu, laki-laki yang menjadi PNS sejak empat tahun lalu itu mengatakan kalau dirinya sudah memalsu SP2D. Dan contoh dari "surat sakti" itu, ia copy dari sebuah laptop milik kantornya. "Ambli diarsip, di laptop milik kantor," jelasnya.

Ayah dari seorang anak ini mengaku tidak punya rencana apa-apa seandainya duit Rp 12,5 M itu bisa cair. Ia bersikukuh, kalau aksinya hanya sebatas coba-coba. "Tidak ada rencana apa-apa, hanya sebatas coba-coba saja," ujarnya sambil terus menutupi wajahnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174950

Patrol Sahur Berujung Carok

[ Sabtu, 14 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Patrol keliling untuk membangunkan orang sahur di Desa Curahtulis, Tongas Kabupaten Probolinggo pagi kemarin (13/8) berujung carok. Dua pemuda dari RT yang berbeda terpaksa harus dilarikan ke RSUD Tongas setelah terlibat carok.

Dua pemuda itu adalah Usman, 19, dari RT 5 dusun Krajan, Curahtulis, dan Machfud, 19, warga RT 8 dusun Mawar, Curahtulis. Usman mengalami dua luka tusukan di kepala sampai sepanjang 2 cm dan perut. Sedangkan Machfud terkena sabetan celurit di punggungnya.

Berdasar data yang dihimpun Radar Bromo di lapangan, insiden berdarah itu bermula dari patrol keliling untuk membangunkan orang sahur. Menurut Usman, ia bersama beberapa teman RT 5 berangkat dari kampung mereka sekitar pukul 01.30.

"Saat patrol itu kami bertemu dengan patrol keliling RT 6. Kebetulan di RT 6 itu ada musuh bebuyutan saya. Semalam sebelumnya, kami sempat kress. Tetapi pada saat itu meski sempat cekcok, tidak sampai berkelahi," aku Usman yang tidak mau menyebut nama musuhnya tersebut.

Meski sudah berdamai, persoalan belum berhenti. Salah seorang yang ikut patrol RT 6, yakni Mahfud (sebenarnya RT 8), menurut Usman saat itu berusaha memanas-manasi keadaan. Versi Usman, Machfud meminta berkelahi.

Tetapi saat itu Usman menolak. "Karena saya tidak menuruti, saya terus dipukuli. Pertamanya ia tidak membawa senjata. Saya mundur-mundur terus. Tetapi kemudian ia mengambil pisau dan mengarahkan ke saya," bebernya.

Serangan frontal Machfud itu mengakibatkan dua luka serius di kepala dan perut Usman. Darah segar langsung mengucur dari luka sabetan pisau tersebut. Mengetahui Usman sudah berdarah-darah, Machfud menghentikan serangannya.

Karena ketakutan, Machfud berniat untuk lari. Nah, saat Machfud berbalik badan itu, Usman langsung berusaha membalasnya. "Saya langsung ambil celurit untuk membalasnya. Tetapi sabetan saya cuma kena satu kali. Ia berhasil lari," terang Usman.

Sementara itu Machfud justru mengelak kalau ia dinyatakan menyerang Usman terlebih dahulu. "Saya ini berniat baik mau melerai. Saat itu saya ikut patrol RT 6 dan mau melerai Usman dan musuhnya itu. Eh, tetapi malah saya sendiri yang kena. Untung saya bisa lari," elak Machfud.

Setelah sempat dibawa ke Puskesmas Tongas, kedua pemuda itu langsung dilarikan ke RSUD Tongas untuk dirawat. Usman dilarikan ke UGD, sementara Machfud dirawat di ruang Melati.

Saat sama-sama dirawat di RSUD, istri Kades Curahtulis Suherman nampak berusaha menjadi mediasi kedua belah pihak. "Belum jelas siapa pelaku dan tersangkanya. Masing-masing pihak menganggap benar sendiri. Kami berharap masalah ini berakhir dengan damai," kata perempuan yang kemarin memakai jilbab hijau ini.

Setelah mendapatkan perawatan kedua pemuda itu langsung dibawa ke Mapolsek Tongas untuk diperiksa. Sampai kemarin sore, kedua pemuda itu masih ditahan di Mapolsek Tongas.

Kapolsek Tongas AKP Sugeng Piyanto mengatakan, kasus tersebut saat ini masih dalam penyelidikan. "Kami masih mengumpulkan data dan mencari keterangan. Yang terpenting kami berupaya untuk mendamaikan kedua belah pihak. Agar tidak terjadi pertikaian yang berkelanjutan," ungkap perwira dengan tiga strip di pundaknya tersebut.

Adanya tragedi patrol berdarah itu menurut Kapolsek harus diambil hikmahnya. Ia berharap ke depan patrol yang sedianya bertujuan baik untuk membangunkan orang sahur bisa dilaksanakan lebih tertib. "Jangan sampai ada keributan lagi," harapnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174796

Beri Catatan Merah SMAN 2

[ Sabtu, 14 Agustus 2010 ]
Buntut DO, Minta Adiwiyata Dicabut

PROBOLINGGO - Kasus DO (drop out) -bahasa versi sekolah: dikembalikan kepada orang tua- di SMAN 2 Kota Probolinggo- jadi perhatian Wakil Ketua FP2R (Fraksi Persatuan Pembangunan Reformasi) DPRD Jatim Mahdi. Ia memberi catatan merah untuk SMAN 2.

Mahdi bahkan mengatakan akan melaporkan hal tersebut ke Dispendik Provinsi Jatim. Berikutnya, Mahdi meminta pemerintah mencabut status sekolah Adiwiyata yang disandang SMAN 2.

Hal tersebut terungkap saat Mahdi yang juga ketua DPC PPP Kabupaten Probolinggo itu kemarin mengunjungi Devi Rizki di kediamannya di Gending. Diketahui, Devi adalah salah satu murid SMAN 2 yang di-DO gara-gara berkomentar di facebook (fb).

Mahdi mengunjungi rumah Devi sekitar pukul 13.15. Saat itu, ia langsung diterima oleh kedua orang tua Devi, yakni H Sunadi dan Hj Ruli, plus Devi sendiri. Kepada Mahdi, Devi menceritakan kronologis kejadian tersebut.

Menurut Defi, ia membuat status fb itu lantaran kecewa dengan sekolah. "Helm sahabat saya itu hilang. Sudah dilaporkan kepada sekolah, tetapi belum ada respon. Terus banyak teman yang mengeluh juga kalau sepatu dan jok sepeda disilet. Tetapi juga belum ada respon dari sekolah," ujar Defi menjelaskan.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, karena komentarnya di fb itu empat siswi SMAN 2 di-DO. Yakni Devi, Mega, Anisa dan Rosdiana. Berikutnya menyusul satu siswa yang ikut berkomentar di fb, menerima sanksi serupa. Tapi pihak sekolah tidak mau disebut men-DO, melainkan mengembalikan para siswa tersebut kepada orang tuanya untuk mencari sekolah lain.

Dalam fb itu, para siswa juga sempat mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang dianggap pihak sekolah sudah masuk kategori menghujat dan memfitnah. Karenanya, seperti terungkap dalam hearing yang digelar Komisi A DPRD kota sebelumnya, para murid itu dianggap sudah melakukan pelanggaran berat, tipe A.

Sampai saat ini Devi dan beberapa temannya itu masih belum bersekolah kembali. "Sekarang belajar di rumah dulu. Sambil menunggu proses kepindahannya," ungkap Sunadi, ayah Devi.

Devi sendiri mengaku sampai saat ini dirinya masih taruma akan insiden tersebut. "Sejak kejadian itu, sampai sekarang saya belum membuka fb lagi. Masih trauma," ungkap gadis berponi tersebut.

Usai mendengar penjelasan dari Devi sendiri, Mahdi yang mengaku sudah mengetahui kasus tersebut lewat media mengaku kecewa dengan keputusan SMAN 2. "Siswi yang menulis di fb itu adalah siswa cerdas yang kritis. Mereka kecewa karena sekolah tidak merespon laporan dan keluhan siswa," ujar Mahdi.

Yang disesalkan Mahdi adalah sekolah langsung membuat kebijakan untuk men-DO empat siswa tersebut. "Sama halnya kita kembali ke zaman orde baru. Sekolah tidak mau menerima kritikan. Dispendik harus mengusut tuntas soal keluhan-keluhan siswa yang di tulis di fb itu. Kalau anak itu mesti jujur, apalagi perempuan," jelas Mahdi.

"Terus terang saya sangat kecewa. Kota Probolinggo ini sudah cukup maju di bawah kepemimpinan Wali Kota Buchori. Anggaran untuk pendidikan juga sudah di atas 20 persen. Tetapi masih terjadi tindakan sewenang-wenang pada murid," sesal Mahdi.

Karena menganggap hal yang dilakukan ini tidak benar, Mahdi pun mengaku tidak akan tinggal diam. Selain berupaya mencarikan sekolah baru, Mahdi juga mengatakan akan melaporkan hal tersebut ke Dinas Pendidikan Provinsi Jatim.

"Saya akan laporkan kasus SMAN 2 ini dalam laporan reses saya. Sungguh disayangkan, kasus ini terjadi di SMAN 2 yang dapat Adiwiyata Mandiri. Kalau bisa gelar tersebut dicabut, karena SMAN 2 masih belum layak dapat gelar tersebut. Kasus ini buktinya," jelas Mahdi.

Menurutnya, gelar Adiwiyata Mandiri tidak hanya sebatas keberhasilan sekolah dalam menjaga lingkungan saja. Tetapi juga terkait upaya sekolah yang berkaitan dengan menciptakan suasana yang nyaman untuk proses belajar-mengajar.

"Di SMAN 2 ini kan siswa tidak mendapati kenyamanan. Ada insiden helm hilang, sepatu dan jok sepeda motor disileti, tetapi sekolah belum memproses. Terus ketika dikritik, juga tidak bisa," keluh Mahdi. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174797

Khoirul Anam, Anggota Satpol PP Pemkab Probolinggo yang Tewas Kesetrum

[ Sabtu, 14 Agustus 2010 ]

Wajah Berseri, Lebih Putih dan Ganteng

Qomariah Ulfa, 21, mendapat ujian berat. Seharusnya ia menjalani momen-momen bahagia menjadi calon ibu untuk bayi dalam kandungannya. Tapi, kini Qomariah Ulfa malah ditinggal pergi suaminya, Khoirul Anam, 25, untuk selamanya.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

Duka mendalam masih terasa kental ketika berkunjung di rumah Hasyim, mertua Khoirul Anam, di Sumberwetan, Kademangan Kota Probolinggo kemarin (13/8). Rumah yang di depannya terdapat musala sederhana itu nampak tak surut dikunjungi oleh warga dan kerabat yang mau melayat.

Karpet tergelar di dalam maupun di pelataran rumah. Qomariah Ulfa yang siang kemarin memakai daster warna biru nampak duduk bersandar di dinding. Meski raut kesedihan masih tergambar jelas di mukanya, ia masih terlihat tegar untuk menerima para petakziah.

Mereka yang datang berupaya menegarkan hati Qomariah yang sedang hamil tua. "Sabar ya Nak. Semoga amal suamimu diterima di sisi Allah," ujar salah seorang ibu yang terlihat tak muda lagi sambil mengelus-elus rambut Qomariah.

Nampak di sudut lain teras rumah itu seorang lelaki paro baya yang mengenakan baju koko dan peci putih menerima para peziarah lelaki. Sesekali lelaki itu menceritakan sekilas terkait keseharian Khoirul.

Lelaki itu adalah Hasyim, yang merupakan mertua Khoirul. Meski hanya ayah mertua, namun Hasyim ternyata mengenal betul sosok Khoirul. Maklum saja, sejak Khoirul menikah dengan putrinya, mereka tinggal dalam satu atap di Gg Durian desa Sumberwetan. "Mohon maaf mas. Kedua orang tua Alm Khoirul masih belum siap untuk cerita. Isterinya juga bakal menangis kembali kalau diajak menceritakan kembali tentang riwayat suaminya," ujar Hasyim menyambut Radar Bromo.

Hasyim bersyukur, meski sangat terpukul, namun Qomariah masih cukup tabah. Sehingga tidak sampai mengganggu kesehatan dirinya dan jabang bayi yang sudah berumur 9 bulan di perutnya. "Alhamdulillah isteri dan jabang bayinya sehat," ujarnya bersyukur.

Menurut Hasyim pihak keluarganya masih sangat terpukul dengan insiden tersebut. Maklum saja, mendiang Khoirul Anam dikenal sebagai sosok anak dan suami yang taat dan penuh tanggung jawab.

"Beliau (alm Khoirul Anam) itu adalah orang yang istimewa mas. Kalau berbicara tentang kebaikannya tidak bisa dijelaskan satu persatu. Baik kepada orang tua, isteri, teman dan saudara orangnya sangat ramah," sahut Bambang, salah satu petakziah asal Dringu yang masih kerabat Khoirul.

Selain dikenal sosok yang ramah, satu hal yang diingat Hasyim dari menantunya itu adalah sifatnya yang selalu taat beribadah. Khoirul menurut Hasyim tidak pernah telat menjalankan salat berjamaah bila ia sedang ada di rumah. "Biasanya salat di musala ini berjamaah," jelas Hasyim.

Khoirul juga dikenal sebagai orang yang dermawan sejak ia diterima menjadi pegawai honorer di Satpol PP Pemkab Probolinggo 8 bulan lalu. "Ia itu orangnya gemi. Meski gajinya sedikit, sekitar Rp 900 ribuan, tetapi selalu dibagikan rata. Untuk istri dan kedua orang tuanya," beber Hasyim.

Karena kebaikannya itulah, keluarga tidak menyangka kalau ternyata Tuhan begitu cepat "memanggilnya" kembali. "Sebelumnya tidak pernah ada firasat sama sekali. Kalau kami bakal kehilangan secepat ini," aku Hasyim.

Meski tidak mendapati firasat apa-apa, namun Hasyim sesaat sebelum Khoirul ditemukan tewas kesetrum sempat melihat Khoirul rada berbeda. Diceritakan Hasyim, Kamis (12/8) siang itu Khoirul pulang dari kerjanya sekitar pukul 14.00.

Sesaat sebelum keluar rumah, Hasyim sempat bertemu denganya. "Saat itu saya sempat tanya ia mau kemana. Katanya mau ke rumah orang tuanya. Yang agak aneh, saat itu saya melihat wajahnya itu terlihat bersih berseri-seri. Kelihatan lebih putih dan ganteng," katanya.

Khoirul saat itu pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai motor yamaha Mio. Hasyim sendiri kurang mengetahui persis kejadiannya. Namun dari cerita warag setempat, diketahui kalau siang itu Khoirul hendak mengambil daun lamtoro untuk pakan ternaknya.

Ya, bila di rumah, dan ada waktu lengang, Khoirul juga beternak hewan piaraan. Ia memiliki 2 ekor kambing di rumahnya. Nah, saat berniat mengambil daun lamtoro milik salah seorang temannya itulah peristiwa nahas tersebut terjadi.

Belum sempat menjatukan dedaunan itu, ternyata ada dahan yang menyentuh kabel listrik di atas pohon tersebut. Khoirul pun tak bisa menyelamatkan diri. Ia terjepit di antara pohon yang dinaikinya itu dan tersengat aliran listrik hingga membuat nyawanya melayang.

Jenazah Khorul baru ditemukan warga setempat sekitar sejam kemudian. Dan langsung dievakuasi oleh banyak warga. Saat Samad, ayah Khoirul sangat terpukul. "Saat ini kondisinya (Samad) sudah mendingan. Cuma belum bisa ditemui," jelas Hasyim.

Usai dibawa ke RSUD dr Moh Saleh, sore hari itu juga jasad Khoirul dikebumikan di belakang rumahnya sendiri. Karena dikenal sebagai sosok yang baik hati itulah, Hasyim menilai sangat wajar bila banyak warga yang melayat.

"Tadi malam, teman-teman kerjanya di Satpol PP banyak yang kesini. Sementara Pak Wali Kota baru tadi pagi (kemarin) ke sini," ungkap Hasyim.

Di mata rekan kerjanya, Khoirul dianggap sosok yang pendiam. "Dia bertugas di lingkungan kantor diklat BKD (Badan Kepegawaian Daerah) Dringu. Anaknya pendiam, tidak banyak bicara. Tetapi disiplin dalam bertugas," kata Arifin, salah satu personel Satpol PP. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174798

DPRD-KPU Belajar ke Surabaya

[ Sabtu, 14 Agustus 2010 ]
Untuk Bahas Anggaran Pilbup 2013

KRAKSAAN - Pemilihan kepala daerah (pilkada) Kabupaten Probolinggo baru dilaksanakan tiga tahun lagi, yakni tahun 2013. Namun saat ini DPRD dan KPU setempat mulai membahas rencana penganggaran pemilihan bupati (Pilbup) 2013 itu.

Untuk itu, tim anggaran DPRD bersama anggota KPU melakukan kunjungan ke KPU Surabaya, dua hari lalu (12/8). Kebetulan Surabaya baru melaksanakan pilkada. Rombongan berangkat pagi-pagi sekitar pukul 06.00 WIB.

Ketua DPRD Ahmad Badawi mengatakan, tujuan utama kunjungan ke Surabaya adalah untuk belajar dari KPU Surabaya yang usai menggelar pilkada. "Kami dan KPU mau konsultasi ke KPU Surabaya. Soalnya saat ini kami mulai bahas penganggaran Pilbup 2013," katanya saat dihubungi Radar Bromo, kemarin (13/8).

Menurut pria yang akrab disapa Memed tersebut, penyelenggaraan Pilbup 2013 membutuhkan anggaran yang lumayan besar. Karena itu, penganggarannya harus dicicil sejak tahun 2011.

Nah, sebelum membahas rencana penganggaran Pilbup itu, badan anggaran (Banggar) DPRD dan KPU berkonsultasi ke KPU Surabaya. "KPU Surabaya ini kemarin kan termasuk daerah yang menggelar coblos ulang. Jadi kami belajar untuk mengantisipasi soal itu juga," jelas politisi asal PKB tersebut.

Maraknya putusan coblos ulang oleh MK (Mahkamah Konstitusi) menurut Memed juga harus diantisipasi oleh Kabupaten Probolinggo. Termasuk dengan menyediakan anggaran cadangan untuk penyelenggaraan coblos ulang tersebut.

"Di beberapa daerah sekarang marak terjadi pencoblosan ulang. Karena itu, Kabupaten Probolinggo juga harus mengantisipasinya. Kebetulan di Surabaya yang kami tuju ini juga menggelar coblos ulang. Jadi kami belajar darinya. Termasuk antisipasi soal anggarannya," jelas Memed.

Saat ditanya soal nominal anggaran yang dibutuhkan untuk Pilbup, Memed mengaku belum tahu betul. "Kami belum tahu, soalnya baru akan kami bahas. Tetapi kalau mengacu Pilkada Surabaya, satu orang pemilih dianggarkan sekitar Rp 20 ribu. Itu termasuk coblos ulangnya. Tinggal dikali jumlah pemilihnya berapa saja," beber Memed.

Sementara pada Pilbup 2008 diketahui, pemkab menganggarkan Rp 18 Miliar. Namun realisasinya hanya terserap Rp 12 Miliar. Untuk menghitung besarnya anggaran Pilbup 2013 dijelaskan Memed, juga cukup bergantung pada jumlah pemilih di daerah tersebut. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174799

Bekali Anggota dengan Pengajian

[ Sabtu, 14 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Pembinaan rohani dan mental (binrohtal) terus dilakukan Polres Probolinggo pada para anggotanya. Memasuki Ramadan, kegiatan perdana binrohtal dilakukan dua hari lalu (13/8) di masjid Assalam mapolres.

Acara pengajian yang dikemas dalam bentuk ceramah agama itu diikuti seluruh anggota. Sebagai penceramahnya, yakni ustadz Sholeh dari Desa Sentong, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo.

Beragam ulasan menarik dan praktis disampaikan ustadz Sholeh selama hampir 2 jam. Dimulai sekitar pukul 08.00 WIB, kegiatan berakhir sekitar pukul 09.50 WIB.

Dalam ceramahnya, Sholeh banyak menyampaikan tentang keutamaan puasa. Sebelum menutup ceramah, Sholeh memberi kesempatan pada hadirin untuk mengajukan pertanyaan.

Seorang anggota polisi lantas menanyakan tentang hakikat surat Al-Fatihah. Terutama yang diniatkan sebagai hadiah bagi orang yang sudah meninggal. "Apakah hadiah surat itu sampai pada orang yang dimaksud? Misalnya orang tua," tanya anggota tersebut.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Sholeh lebih dulu menceritakan ihwal kematian manusia. Menurutnya, arwah tidak langsung menuju alam barzah saat meninggalkan tubuh seseorang. Sselama 40 hari, arwah itu masih berada di sekitar rumah tinggalnya. "Masih keluyuran dulu," ujar Sholeh bercanda.

Setelah 40 hari, barulah arwah menuju alam barzah. Setibanya di alam barzah, arwah memohon kepada Allah SWT agar bisa pulang ke rumahnya setiap malam. Namun Allah hanya mengabulkan setiap malam Jumat. "Ruh biasanya ada di pintu rumah," kata Sholeh.

Tujuannya menunggu hadiah doa beruapa surat Al-Fatihah. Oleh karena itu kata Sholeh, sebaiknya setiap malam mengirimkan hadiah surat Al-Fatihah pada yang meninggal.

"Nanti malah main PS (Play Station). Sambil pakai celana pendek. Wah, si arwah pasti kembali ke alam barzah dengan menangis," ujar Sholeh yang kemudian menyudahi ceramah dengan doa bersama.

Ditemui usai kegiatan, Wakapolres Probolinggo Kompol Sucahyo Hadi mengatakan, kegiatan itu sebenarnya sudah sering dilakukan. Namun selama Ramadan, kegiatan itu merupakan yang pertama. "Perdana di Ramadan," ujar Sucahyo.

Kegiatan itu kata Sucahyo merupakan program yang dicanangkan Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan. Yakni sejak Rastra mulai bertugas di Polres Probolinggo.

Tujuannya kata Sucahyo, sesuai dengan nama programnya. Yakni sebagai bekal bagi anggota kepolisian. Khususnya dalam menjalankan tugas. "Agar nilai ibadah anggota polisi tetap terisi. Kita tidak bisa meremehkan ibadah dengan alasan tugas," pungkas Sucahyo. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174800

Sesuaikan Program dengan Ramadan

[ Sabtu, 14 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Bromo FM kembali mendapat masukan penting. Khususnya dalam menyongsong Ramadan. Yakni dari FUIB (Forum Umat Islam Bersatu), melalui Ketua PD Muhammadiyah H. Ahmad Budiono dan Humas FUIB H. Yasin.

Menurut Budiono, mestinya Bromo FM menyesuaikan program yang disajikan. Sebab, sejauh ini program yang disajikan cukup monoton. Padahal, Bromo FM dipindah ke Kraksaan dengan resiko cukup tinggi. "Misalnya saja harus memulai semua dari awal," terangnya.

Budiono mengatakan, FUIB juga bertanggung jawab terhadap keberlangsungan Bromo FM. Sebab, FUIB yang mengusulkan Bromo FM agar dipindah ke Kraksaan. "Seiring dengan dipindahnya ibukota Kabupaten Probolinggo," ungkapnya serius.

Hal serupa diungkapkan H. Yasin. Menurut Yasin, mestinya pengelola Bromo FM menyesuaikan program yang disajikan. Apalagi, sekarang Ramadan. "Jadi harus dimanfaatkan baik-baik," kata Yasin.

Sementara saat dikonfirmasi, Kabag Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Probolinggo Sentot Dwi Hendriyono tidak menampik hal tersebut. Bahkan kata Sentot, masukan-masukan tersebut cukup berharga. "Itu berarti peduli pada radio ini. Lebih dulu saya sampaikan terima kasih," ujarnya.

Namun Sentot menolak dikatakan bahwa radio Bromo FM tidak melakukan perubahan program siar. Sebab menurutnya, selama Ramadan sudah banyak dilakukan penyesuaian siaran di Bromo FM.

Program pertama kata Sentot, yakni kuliah tujuh menit (kultum) setiap pukul 16.50 WIb-17.15 WIB.

Dikatakan Sentot, kultum tersebut diisi oleh para penceramah. Seperti Nyai Sholehah Zein, Najlatun Naqiyah, HA. Musayyib Nahrawi dan KH. Mahfud Syamsul Hadi. Tema yang disampaikan berbeda-beda. "Materinya sudah disiapkan masing-masing penceramah," katanya.

Total jumlah penceramah yang mengisi kultum ada 20 orang. Penceramah tersebut kata Sentot kebanyakan merupakan rekomendasi dari Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin. "Sudah disetujui beliau (Hasan Aminuddin)," katanya.

Selain kultum kata Sentot, pihaknya juga menyiarkan tadarus Alquran dari masjid Ar-Raudlah secara langsung. Lalu, mengurangi acara-acara lagu dangdut. Selanjutnya diganti dengan lagu-lagu bernuansa islami.

Sejumlah program juga sudah disesuaikan. Terutama kajian pengetahuan atau informasi yang biasanya dibacakan di sela-sela program. Jika sebelumnya informasi seputar masalah umuu, selama Ramadan sudah disesuaikan. "Jadi bukannya tidak disesuaikan. Bahkan sudah dilaksanakan," tutur Sentot.

Sentot juga menjelaskan program Bromo FM selepas Ramadan. Dikatakan Sentot, program Bromo FM akan lebih mengedepankan dialog interaktif. Yakni mendatangkan narasumber yang berkompeten di bidangnya.

"Teknik reportase juga kita kembangkan. Ini sudah kerjasama dengan Polres Probolinggo. Selain itu tentu saja sebagai corong Pemkab Probolinggo," pungkas Sentot. (eem/hn)

Tunjangan Sertifikasi Ditanyakan Guru

Supanut: Rencananya Cair Akhir Agustus

KRAKSAAN - Sebagian guru di Kabupaten Probolinggo mulai mempertanyakan TPP (Tunjangan Profesi Guru) atau lebih dikenal tunjangan sertifikasi. Sebab, tunjangan Januari-Juni 2010 belum diterima para guru. Padahal seharusnya, tunjangan cair paling lambat bulan Juli tahun ini.

Seperti dikatakan Ketua PGRI Kabupaten Probolinggo H. Alfan Wahid. Menurut Wahid, sejauh ini dirinya banyak menerima SMS (short message service) dari para guru. Isinya kebanyakan bertanya tentang jadwal pencairan TPP. "Saya ini bingung mau bilang apa," ujarnya.

TPP sendiri diberikan kepada guru di lingkungan Dinas Pendidikan Nasional (Dispendik). Khususnya bagi yang lolos sertifikasi. Baik guru PNS, maupun non PNS.

Menurut Wahid, PGRI sudah menyampaikan aspirasi guru pada Sekda Kabupaten Probolinggo Kusnadi tentang pencairan TPP itu. Sebab, sejak Januari-Juni tunjangan itu belum dibayarkan. "Karena memang dirapel. Untuk 2010 masih belum terima," tutur Wahid.

Dikatakan Wahid, jumlah penerima TPP ada 1.925 guru PNS. Sementara dari guru non PNS ada 204 orang. Menurut Wahid, para guru berharap TPP bisa diterima sebelum lebaran. "Sebagai bekal lebaran nanti," tuturnya.

Sementara itu anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kabupaten Probolinggo Sunarto saat dikonfirmasi Radar Bromo menuturkan, TPP sudah dianggarkan di PAK 2010. Saat ini PAK sudah dikirimkan ke Provinsi Jatim untuk mendapat persetujuan. "Ini sudah masuk wewenang provinsi," kata Sunarto.

Jumlah anggaran yang diajukan menurut Sunarto, untuk TPP yakni Rp 25.316.475.000 Miliar. Jumlah tersebut diperuntukkan bagi 1.925 guru PNS serta 204 guru non PNS di lingkungan Dispendik. "Ini bagi yang lulus sertifikasi," katanya.

Selain itu juga ada insentif untuk guru PNS yang tak lulus sertifikasi. Nominal insentif masing-masing guru menurut Sunarto sekitar Rp 250 ribu per orang. Sementara anggarannya sebesar Rp 57.176.985.600. "Ini sesuai yang tertera di catatan saya," kata Sunarto.

Dijelaskan Sunarto, pembahasan anggaran PAK itu melibatkan dua pihak. Yakni Banggar DPRD dengan tim anggaran pemkab. Hasilnya sudah didok pada 9 Agustus.. Selanjutnya kata Sunarto, disahkan sebagai perda. "Kemudian dikonsultasikan ke provinsi," tuturnya.

Kalau provinsi tidak mempersoalkan TPP itu, maka anggaran itu bisa dicairkan. "Artinya sudah bisa diberikan pada guru-guru yang berhak," kata Sunarto.

Hal itu dibenarkan Kepala Dispendik kabupaten Supanut. Menurut Supanut, perda PAK sudah dikirimkan ke provinsi untuk dipelajari. Namun Supanut mengaku tidak tahu kapan kira-kira pencairan TPP.

Sebab tergantung perkembangan di provinsi. "Kalau sudah positif disetujui (provinsi). Bahkan dicairkan (TPP) dua hari bisa selesai, Mas," kata Supanut.

Supanut mengatakan, sejauh ini rencana pencairan memang sudah ditetapkan. Yakni pada akhir Agustus. Namun itu sebatas rencana. "Prakteknya kita tak bisa memastikan. Tergantung provinsi," tegasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=174801