Sabtu, 02 Oktober 2010

Eksportir Krisis Mangga Bermutu

Sabtu, 2 Oktober 2010 | 09:57 WIB

PROBOLINGGO – Hujan terus-menerus pada musim kemarau mengakibatkan produksi mangga di beberapa daerah seperti Sumba, Bali, dan Jawa jeblok. “Saya sudah keliling mulai Mataram, Bali, hingga Cirebon untuk kulakan mangga. Ternyata tahun ini sulit mencari mangga berkualitas ekspor,” ujar Suli Artawi, petani sekaligus eksportir mangga asal Probolinggo, Sabtu (2/10) pagi tadi.

Pemilik UD Sumber Bumi di Desa Alaskandang, Kec Besuk, Kab Probolinggo itu setiap tahun kulak ribuan ton mangga untuk dijual kembali di pasar lokal dan ekspor. Tahun lalu, misalnya, ia kulak sekitar 300 ton mangga dari Buleleng, Bali. Selain itu ia menampung sekitar 400 ton mangga arumanis dari Probolinggo.

Mangga sebanyak itu ia kirim ke sejumlah kota besar seperti Bandung, Jakarta, hingga Medan. Ia juga mengekspor mangga ke Singapura, Malaysia, hingga Arab Saudi. “Sekarang ini jangankan menampung ratusan ton mangga, mengumpulkan 1 ton mangga sulitnya luar biasa,” ujar Suli. Menurut dia, tidak hanya langka, kualitas mangga juga rusak akibat guyuran hujan saat mangga berbunga.

Suli pun mengaku sudah keluyuran hingga ujung timur, Mataram untuk mencari mangga. “Di Mataram tidak ada mangga, saya ke barat hingga Cirebon, juga sama, mangga langka,” ujarnya.

Tahun lalu, kata Ketua Kelompok Tani Sumber Bumi itu, untuk mendapatkan mangga dalam jumlah puluhan ton tidak sulit. Sebab kelompok tani mempunyai areal tanaman mangga 62 hektare yang tersebar di sejumlah desa di Kab Probolinggo.

Di kalangan petani, Suli dikenal sebagai “dokter mangga”. “Saya pernah memecahkan rekor, satu batang mangga arumanis di Buleleng, Bali, yang saya rawat bisa menghasilkan 1,2 ton mangga,” ujarnya.

Rekor lainnya, mangga arumanis di Probolinggo yang ia panen “hanya” menghasilkan 700 kuintal per batang. Keberhasilan Suli mengembangkan mangga di Buleleng itu menjadi teladan ratusan petani mangga lainnya.

Sebagai pedagang, Suli pun dengan mudah mendapatkan pasokan mangga dari Buleleng. Bahkan dengan pertimbangan mangga Probolinggo sudah punya nama, mangga Buleleng itu pun ditempeli stiker “UD Sumber Bumi” Probolinggo. “Kalau ditempeli stiker mangga Bali, pasti tidak laku di pasaran, yang punya nama kan mangga Probolinggo,” ujarnya.

Tahun-tahun sebelumnya, Suli juga rutin mengirim mangga 2-3 ton/hari ke pasar lokal dan ekspor. “Kalau lagi tidak musim, paling sedikit 1,5 ton. Kalau dirupiahkan ya sekitar Rp 50 juta per hari,” ujarnya.

Kesibukan sekitar 30 pekerja yang menyortir dan mengepak mangga tampak di gudang di sebelah rumah Suli setiap hari. Tetapi tahun ini, gudang penyortiran mangga tersebut tampak sepi. “Sekarang saya hanya bisa mengirimkan mangga 2 kali per minggu, sekali kirim 4 ton,” ujar Suli.

Suli mengaku, karena mangga arumanis sangat langka, harganya melambung sampai Rp 10.000/kg, padahal harga tertinggi tahun lalu Rp 4.000/kg. Selain langka, mangga arumanis juga jeblok kualitasnya. “Dalam 1 ton mangga yang saya kulak, setelah disortir yang layak untuk diekspor hanya 1 kuintal atau 10 persernnya,” ujar Suli.

Tahun lalu, kata Suli, mangga yang ia kulak kemudian disortir masih menyisakan 40% yang berkualitas ekspor. Sementara 60% mangga sortiran masih bisa dijual ke pasar lokal. Mangga yang dipilih untuk ekspor adalah yang bentuknya besar, montok, aromanya kuat, dan rasanya manis.

Jika produksi dan kualitas mangga jeblok, pasar ekspor mangga masih terbuka luas. “Importer teriak-teriak terus, minta kiriman mangga ditambah. Tetapi saya yang kelabakan karena kesulitan cari mangga,” ujar Suli.

Sulitnya mendapatkan mangga berkualitas juga diakui Maridjo, pedagang buah mangga di Kota Probolinggo. “Saya sekarang juga sulit memenuhi kiriman mangga ke sejumlah kota seperti Jakarta dan Bandung,” ujarnya.

Selain menjual mangga arumanis dan manalagi di kiosnya di Jl Panglima Sudirman, Maridjo biasa melayani kiriman mangga melalui paket kilat via kereta api dan bus antar kota. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=c9b61a2292fc05f975d48146c584ffcc&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

100 Orang Tertipu Bisnis Walet

Sabtu, 2 Oktober 2010 | 08:09 WIB

PROBOLINGGO - Sekitar 100 orang di Probolinggo diduga menjadi korban bisnis sarang burung walet. Mereka telanjur menyetorkan dana kepada A Ayung alias Toni Wijaya yang mengaku dari PT Liur, Surabaya untuk biaya pelatihan bisnis walet.

“Saya jadi tidak enak sama teman-teman karena menjadi koordinator bisnis yang ternyata penipuan,” ujar Eko, warga Jl. Hayam Wuruk, Kel. Jati, Kec. Mayangan, Kota Probolinggo, Jumat (1/10). Dia sudah mengadu Polresta Probolinggo, Kamis (30/9) bersama enam temannya, yakni Gigit Puji Santoso, Hariadi, Dedy, Wawan, Yudho, dan Mulyono.

Eko menceritakan, dirinya tertarik bisnis sarang walet setelah membaca iklan di sebuah harian lokal Probolinggo. Pengusaha yang memasang iklan menawarkan, jasa pencucian sarang walet. “Intinya kami dilatih membersihkan 1 ons sarang walet dengan upah Rp 100 ribu. Selain itu setiap bulan kami dijanjikan gaji Rp 2 juta,” ujar Eko.

Eko pun kemudian mengumpulkan sejumlah rekannya untuk diajak berbisnis yang menggiurkan itu. Akhirnya terkumpul sekitar 100 orang yakni, 70 orang dari Kota Probolinggo dan 30 orang dari Kraksaan.

A Yung pun akhirnya datang untuk memberikan tips bisnis waletnya di hadapan 100 orang. Rumah Eko di Kel. Jati pun menjadi sentra pelatihan bisnis pembersihan sarang walet. “Setiap peserta harus membayar biaya pelatihan sebesar Rp 300 ribu,” ujar Eko.

Di hari pertama, minggu (26/9) semua peserta mendapat jatah 0,5 ons sarang walet yang masih kotor. Sesuai perjanjian setiap 1 ons sarang walet, peserta diberi upah Rp 100 ribu dipotong biaya Rp 25 ribu untuk koordinator sehingga setiap peserta menerima upah bersih Rp 75 ribu.

“Di hari pertama, karena hanya setengah ons, kami menerima upah bersih Rp 37.500,” ujar Wawan. Di hari kedua, setiap peserta mendapatkan jatah 1 ons sarang walet untuk dibersihkan, dan dijanjikan upah bersih Rp 75 ribu.

Sejumlah peserta juga ditawari untuk menyetorkan dana lebih besar dengan bisnis walet yang lebih menggiurkan. “Saya sempat setor Rp 750 ribu, Wawan Rp 500 ribu,” ujar Eko.

Belakangan, A Yung ternyata tidak kembali lagi. Sejumlah peserta kemudian melacak hotel di Jl. Raya Bromo, Kota Probolinggo yang menjadi tempat A Yung dan seorang perempuan menginap selama pelatihan. Ternyata A Yung sudah check out dari hotel di sebelah utara terminal Bayuangga, Kota Probolinggo itu.

Nomor telepon A Yung juga tidak aktif lagi. Bahkan PT Liur, Surabaya setelah dicek juga fiktif. “Baru tahu, kami semua menjadi korban penipuan,” ujar Eko.

Mereka semakin yakin menjadi korban penipuan setelah mengecek “sarang burung walet” yang ditinggalkan A Yung ternyata sarang burung sriti yang tidak jadi. “Kalau sarang sriti apalagi belum jadi ya gak laku dijual,” ujar Wawan. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=8cd6b7833e686c13ae1c62aa2d5cb78c&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Tuding Laporan Dipetieskan, Warga Ngeluruk Polres

Sabtu, 2 Oktober 2010

PROBOLINGGO | SURYA - Korban penipuan bernilai miliaran rupiah berkedok air kemasan merek Viand ngeluruk ke Polres Probolinggo, Jumat (1/10). Sudah setahun lalu mereka melapor, namun belum ada kabar penanganannya.

Mereka bahkan berprasangka, kasus itu terkesan dipetieskan, karena tersangka tak kunjung ditangkap dan berkas acara pemeriksaan (BAP) juga tak segera dilimpahkan ke kejaksaan.

Meski sudah nunggu sekitar dua jam, mereka gagal bertemu Kasat Reskrim AKP Heri Mulyanto. “Katanya beliau sedang keluar. Kami tidak ingin, kasus ini dipetieskan,” ujar Khusnul Humaidi setengah menggerutu.

Kasus penipuan ini, mulai mencuat setahun lalu, ketika kasat reskrim masih dijabat AKP Sunardi Riyono. Saat itu, kasat menyatakan akan menangkap tersangka Fathul Bahri.

Kasus ini bermula dari laporan beberapa korban dari perwakilan 22 warga Kab Probolinggo dan Lumajang. Mereka mengaku menjadi korban penipuan berkedok investasi bisnis air mineral yang menawarkan keuntungan besar dengan persentase 10 sampai 12,5 persen per bulan. Mereka mengaku tertipu sekitar Rp 2,25 miliar.

Penipuan itu diduga didalangi Fathul Bahri, pegawai Dinkes Kab Probolinggo. Sehari-hari, Fathul bertugas di Puskesmas Leces.

Korban Khusnul Humaidi, 30, warga Kertosono, Kec Gading, Kab Probolinggo, bersama kawan-kawan melaporkan Fathul ke Mapolres Probolinggo. “Paling kecil uang yang disetorkan sekitar Rp 40 juta dan ada yang setor Rp 200 juta,” katanya.

Kasat Reskrim AKP Heri Mulyanto menyatakan akan memberikan penjelasan langsung kepada para korban jika mereka kembali lagi ke polres. “Nanti akan saya jelaskan, jika mereka datang,” katanya singkat.

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/02/tuding-laporan-dipetieskan-warga-ngeluruk-polres.html

Bayi Bertelinga dengan Lafal Allah

Jumat, 1 Oktober 2010

Probolinggo - Surya- Bayi yang lahir dari rahim Hj Dewi Khoirunnisa, 36, warga Desa Kalibuntu, Kec Kraksaan, Kab Probolinggo, membuat kerabatnya terkesima. Salah satu daun telinganya, jika dilihat dari samping menyerupai lafal (ejaan tulisan) Allah.

Melihat ada sesuatu yang istimewa, HM Fatoni Syukron, 38, ayah si bayi, langsung mengabarkan kepada teman dan kerabat.

Tak ada firasat apapun. Namun, saat mengandung, Dewi selalu mengurung diri di rumah dan sulit tidur nyenyak di malam hari. Dua hari sebelum persalinan, posisi kepala bayi sudah masuk ke lubang rahim. Namun, beberapa jam sebelum dilahirkan posisinya sungsang. Tak pelak, Dewi harus dirujuk ke RSAB Siti Fatimah. Di RS ini, dia tetap melahirkan dengan cara normal, kendati posisi bayi sungsang.

Bayi benama Ahmad Daffa Hafidul Ahkam lahir dengan berat 3,4 kilogram dan panjang 51 centimeter.

Sementara itu, bentuk lafal bahasa Arab itu, terlihat tegas, karena adanya tulang rawan yang cenderung menonjol dan melintang dengan posisi vertikal, di dalam daun telinga. “Ini memang bentuk yang tidak lazim. Kami sekeluarga mensyukurinya,” ujar H Fatoni kepada Surya, Kamis (30/9).

Menurut ayah dari tiga anak ini, ketika Daffa dalam kandungan, dia kerap didatangi alim ulama di rumahnya. “Ada sekitar empat habaib yang silaturrohim ke rumah saya,” katanya.n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/01/bayi-bertelinga-dengan-lafal-allah.html

Pria Tegap Gali Makam Ibunya

Cari Wangsit Usai dari Aceh
PROBOLINGGO - SURYA-
Kesunyian di Kelurahan Curahgrinting, Kec Kanigaran, Kota Probolinggo, pecah, Kamis (30/9) siang. Seorang pria berbadan tegap menggali makam almarhum ibunya. Tentu saja hal ini merepotkan aparat keamanan. Warga pun menutup kembali makam itu.

Pria yang dikabarkan sebagai anggota Kodim Pamekasan itu adalah Muhammad Chonis, 36 warga RT 1/RW 3 Kelurahan Curahgrinting. Sedangkan yang digali adalah makam almarhum Ny Hamila, ibunya.

Beruntung, sejumlah anggota TNI segera datang. Sejumlah aparat CPM dan Kodim 0820 Probolinggo dan Babinsa Kelurahan Pilang berhasil membujuk M Chonis sehingga menghentikan perbuatan anehnya. Meski dialog sempat berjalan alot, pria itu akhirnya bersedia meninggalkan pemakaman. Ia kembali ke rumahnya yang berjarak hanya beberapa meter dari pemakaman umum itu.

Setelah M Chonis dan petugas meninggalkan area makam yang dibongkar, puluhan warga yang menonton dari kejauhan, langsung menyerbu kuburan yang digali. Mereka penasaran ingin menyaksikan dari dekat. Ternyata, makam itu sudah digali sedalam pusar orang dewasa. Telisip (telisip) atau dinding kayu penahan tanah bahkan sudah kelihatan.

Berdasar persetujuan pihak keluarga, warga bergotong-royong menutup kembali kuburan Ny Hamila yang meninggal sekitar Februari 2010. Kendati demikian, masih banyak warga yang berdatangan menyaksikan kejadian langka ini.

Tak ada yang tahu persis mengapa M Chonis yang dikabarkan berpangkat serka ini menggali makam ibunya. Sejumlah warga dan Samsuri, paman M Chonis, menyatakan, pria berambut cepak ini pernah mengungkapkan akan mencari wangsit di kuburan ibunya. “Pihak keluarga sudah berupaya mencegah,” ungkapnya.

Menurut Samsuri, keponakannya stres sejak pulang dari tugas di Aceh. Namun, ada juga yang menyatakan M Chonis stres gara-gara memperdalam ilmu. ”Saya tidak tahu ilmu apa,” tuturnya. Yang jelas, katanya, pria bertubuh kekar itu stres sebelum ayahnya, M Syarief, meninggal 24 Juni 1999. Makam M Syarief bersebelahan dengan istrinya, Ny Hamila.

Sejak lama pihak keluarga berupaya mengobati M Chonis. “Terutama saat bapaknya masih ada. Sudah kemana-mana, tapi tidak ada hasilnya,” jelas Samsuri. Tak hanya pihak keluarga, lanjutnya, pihak institusi TNI juga berkali-kali membawa M Chonis ke Malang dan Surabaya. “Dia pernah bertugas di Surabaya dan Malang,” jelas Samsuri.

Sehari-hari, anak pertama dari empat bersaudara terlihat normal. Namun, saat stres kambuh, ia sering bertingkah aneh. Selain menjerit, juga pernah memecah kaca rumah. Menurut Pasi Intel Kodim 0820 Probolinggo Kapten Matali, M Chonis adalah anggota Kodim Pamekasan. Ini memperkuat penjelasan pria atletis berambut cepak berkaus singlet yang turut mengamankan warga yang sibuk menutupi makam Ny Hamila. “Dia aktif,” ujarnya.

Singgih, warga, mengaku sering bercengkerama dengan M Chonis. Namun, saat stres, tidak ada warga yang berani mendekat. Cangkul yang dipakai menggali makam Ny Hamila dipinjam dari tetangga. “Saya dan warga tidak berani menghalangi, apalagi melarangnya,” ungkap Singgih. nst 35

Sumber:http://www.surya.co.id/2010/10/01/pria-tegap-gali-makam-ibunya.html

Dapat Bisikan Gaib, Oknum TNI Gali Kuburan Ibu

30/09/2010 - 23:13


(beritajatim.com)

INILAH.COM, Probolinggo - Warga yang tinggal di seputar lokasi kuburan di Jalan Brantas, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo geger.

Pasalnya, salah seorang anggota TNI bernama M. Holis (37) nekat menggali kuburan ibunya sendiri, Hamila, Kamis (30/9).

Aksi gali kuburan yang dilakukan oleh M. Holis itu, tentu saja mengundang perhatian warga setempat. Bahkan, warga mengaku takut untuk menghalanginya. Karena orang yang telah menggali kuburan itu seorang anggota TNI.

Informasi menyebutkan, nekatnya M. Holis yang berdinas di Madura itu menggali kuburan orangtuanya sendiri, karena telah mendapatkan bisikan gaib.

Entah apa isi bisikan gaib itu sehingga membuat anggota TNI yang pernah dikirim ke Aceh itu sampai berbuat aneh seperti itu. "Katanya begitu. Dia mendapatkan bisikan gaib," ungkap salah seorang warga setempat, Samsuri kepada wartawan.

Menurut pengakuan Samsuri, selama ini M. Holis memang seringkali berbicara sendirian. Bahkan, tidak jarang juga sering teriak-teriak tanpa sebab. "Kondisinya memang tidak labil. Orangtuanya dulu bahkan sampai mencari obat kemana-mana untuk menyembuhkan kondisinya," terang dia.

Melihat kelakuan aneh M. Holis, salah seorang Babinsa Kelurahan Pilang, Serka Muksin bersama beberapa anggota TNI lainnya dan seorang mantan Ketua RT Siswoko lalu mendatangi lokasi kuburan itu.

Mereka berusaha mencegah agar M. Holis tidak melanjutkan kelakuan anehnya yang sempat menggegerkan warga sekitar. [beritajatim.com/bar/mah]

Sumber: http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/09/30/856541/dapat-bisikan-gaib-oknum-tni-gali-kuburan-ibu/

Tak Mampu Beli Masker, Keuangan RSUD Disorot

Kamis, 30 September 2010 | 10:42 WIB

PROBOLINGGO - Kinerja RSUD Dr Moch Saleh, Kota Probolinggo, terus dikritisi DPRD setempat bergolaknya karyawan karena uang jasa medis (JM) jatah mereka tidak cair menjelang Lebaran lalu. Setelah Komisi C menyoroti layanannya, giliran Komisi B mengupas manajemen keuangan RS pelat merah itu.

Sekadar diketahui, tahun ini terbelit kasus keuangan. JM yang menjadi hak karyawan sempat tertunda pembayarannya hingga terjadi gejolak menjelang Lebaran lalu. Selain jasa medis, RSUD sempat mengaku tidak bisa membeli obat dalam jumlah memadai.

Mosok sampai beli masker untuk perawat saja sampai tidak bisa, ini aneh,” ujar Murniati Rahayu, anggota Komisi B, dalam dengar pendapat (hearing) di kantor DPRD, Rabu (29/9) siang itu. Terkait anggaran RSUD yang tidak sesuai plafon, Umil S, anggota Komisi B lainnya menilai ada yang tidak beres di RSUD.

Wakil Direktur RSUD dr Ernowo membeberkan, tahun 2010 ini RSUD mengeluarkan belanja langsung sekitar Rp 17 miliar dari Rp 18 miliar yang diusulkan. Nilai belanja itu belum termasuk dana alokasi khusus (DAK) dan dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) .

Dari DAK, RSUD dipasok dana sekitar Rp 3 miliar. Juga 10 persen dana pendampingan Pemkot dan DBHCT Rp 2,18 miliar. “Jumlah keseluruhan sekitar Rp 5,26 miliar,” ujar dr Ernowo.

DAK dan DBHCT tidak termasuk pendapatan RSUD karena langsung masuk PAD Pemkot. Selanjutnya DAK digunakan untuk pembelian alat-alat kesehatan. Sedangkan DHBCT sesuai aturannya digunakan untuk pembelian peralatan operasi yang berhubungan dengan penyakit akibat rokok.

Sementara melalui PAK (perubahan anggaran keuangan) biaya langsung disetujui Rp 29,62 miliar. Padahal yang sudah terealisasi hanya Rp 25,66 miliar. “Usulan dari RSUD meningkat mengingat pendapatan kami juga meningkat,” ujarnya.

Pendapatan RSUD saat PAK, kata Hernowo, Rp 22,72 miliar. “Dana sebesar itu sudah terealisasi Agustus 2010,” ujarnya. Sumber pendapatan RSUD didapat dari administrasi karcis (retribusi), tindakan operasi, rawat jalan, rawat inap, obat-obatan, Askes, laboratorium, radiologi, ambulans, parkir, dan jaminan kesehatan. “Income tertinggi didapat dari rawat inap Rp 5,24 miliar, obat-obatan Rp 5,05 miliar, dan tindakan operasi Rp 1,65 miliar,” ujarnya.

Diakui Ernowo, kesulitan keuangan terjadi sejak RSUD itu berubah status dari lembaga swadana menjadi satuan kerja perangkat daerah (SKPD). “Idealnya, RSUD menjadi BLUD (badan layanan umum daerah), yang bisa mengelola keuangan secara mandiri,” ujar Ernowo.

Ernowo berkilah, RSUD mendapatkan alokasi dana yang tidak sesuai dengan yang diusulkan. Namun, ungkapan Ernowo langsung dibantah Kepala DPPKA (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah) Imam Suwoko. “Plafon anggaran sudah dibahas dan disetujui. Kalau sekarang dibahas lagi bukan pada tempatnya,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=67f48a010d7e008d897ab8eecfe5dc94&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc