Jumat, 14 Mei 2010

Mr X Tewas Gantung Diri

[ Jum'at, 14 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Warga Desa Malasan Kulon, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo kemarin (13/5) dikejutkan oleh aksi bunuh diri seorang pria tak dikenal. Laki-laki yang diperkirakan berumur 35 tahun itu ditemukan tewas menggantung dengan jaket di pohon mangga dekat SPBU Desa Malasan Kulon.

Laki-laki itu (sebut saja Mr X) ditemukan tewas sekitar pukul 08.30 oleh warga setempat. Saat itu, pria berkumis itu mengenakan kaos warna merah dan bercelana warna biru tua. Mirip seperti seragam Satpam (Satuan pengamanan).

Tak ayal, kejadian itu mengundang perhatian warga. Mereka berdatangan untuk melihat kondisi lelaki tersebut dari dekat. Tapi, di antara warga yang datang itu, tidak seorang pun yang mengetahui siapa lelaki tersebut.

Tak lama kemudian, aparat kepolisian dari Polsek Leces mendatangi TKP (tempat kejadian perkara). Polisi langsung menurunkan mayat Mr X dari gantungannya. Lalu, polisi melakukan olah TKP. Ada juga, yang melarikan mayat Mr X ke Puskemas Leces.

"Coba lihat, mungkin ada yang kenal. Siapa tahu masih tetangganya atau keluarganya?" ujar salah seorang warga.

Warga yang datang tak hanya warga asal Desa Malasan. Ada juga warga dari Desa Tigasan. Tapi, mereka juga menyatakan tidak mengenal Mr X. "Bukan, bukan orang rumah," ujar Andi salah seorang warga Tigasan.

Saat ditemukan, mayat Mr X itu sudah dalam keadaan kaku. Diperkirakan, Mr. X meninggal 4-5 jam sebelum ditemukan. "Kalau dilihat dari kakunya (Mr X), kemungkinan dia meninggal antara 4-5 jam sebelum ditemukan," ujar Kapolsek Leces, AKP Sujianto.

Kapolsek menyatakan, setelah melakukan olah TKP pihaknya tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan. Atau hal-hal yang mengarah pada adanya sebuah perbuatan tindak pidana. Sehingga, Kapolsek menduga Mr X murni bunuh diri.

"Tidak ditemukan bekas-bekas penganiayaan. Sandalnya masih rapi, berada di bawah (bawah pohon mangga). Kalau misalkan dibunuh lalu digantung pasti lokasinya rusak," jelas Kapolsek.

Sampai sekitar pukul 13.00 kemarin, tidak ada seorang pun yang tahu siapa Mr X tersebut. "Sampai saat ini (kemarin), masih belum ada yang tahu, dia (Mr X) siapa dan dari mana?" ujar Kapolsek.

Sekitar pukul 12.30 kemarin jenazah Mr X diidentifikasi oleh tim identifikasi dari Mapolres Probolinggo. Kapolsek menyatakan, kalau misalkan tidak ada yang mengakui atau mengetahui siapa Mr X tersebut. Maka, Mr X akan dikirim ke rumah sakit.

"Saat ini, masih menunggu keluarganya siapa tahu ada yang mengakui. Tadi, rencanya akan langsung kami bawa ke rumah sakit. Tapi, karena pertimbangan khawatir warga sini (Malasan) kami bawa ke sini (puskesmas) dulu, sehingga keluarganya tidak telalu jauh," jelasnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158303

Wali Kota: Itu Pungutan Liar

[ Jum'at, 14 Mei 2010 ]
Berharap Retribusi Liar PPP Segera Ditertibkan

PROBOLINGGO-Adanya pungutan liar di pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan Kota Probolinggo terus memantik reaksi. Warga meminta pengelola PPP untuk menertibkan dan menindak tegas pelakunya.

Masyarakat yang meminta masalah tersebut segera diselesaikan sebelum benar-benar mengakar. "Saya juga heran kenapa masih ada tarikan (retribusi) lagi. Padahal, di pintu masuk sudah ada retribusi," ujar Haryanto salah seorang warga Probolinggo.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, sejumlah pihak menarik retribusi gelap di PPP Mayangan. Pungutan itu, dikemas dalam bentuk retribusi untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di PPP.

Tarikan itu dikenakan pada warga yang mengendarai motor, hendak masuk ke breakwater sisi timur. Tempat itu, sering dijadikan tempat mancing dan bersantai oleh warga.

Dalam kupon retribusi itu, tertera tulisan Retribusi jasa kebersihan dan ketertiban PPP Mayangan No Pol ...... barang hilang tanggung sendiri. Tidak ada stempel dan dari dinas mana dan dasar dari pungutan tersebut. Juga, tidak tertera berapa rupiah warga harus membayar. Hanya saja, rata-rata warga ditarik seribu rupiah.

Padahal, setiap warga yang masuk ke PPP, sudah dikenai retribusi di pintu masuk. Besarnya, sesuai dengan Perda No 9/2009 tentang Reribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Untuk kendaraan bermotor Rp 500, mobil (kendaraan roda empat) Rp 1.000 dan untuk truk Rp 1.500. Sedangkan untuk orang per orang Rp 200.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) juga mengaku tidak tahu dengan adanya pungutan tersebut. Usut punya usut ternyata, pengutan itu dikelola oleh Alpin (aliansi pedagang ikan).

Hasilnya, dikelola oleh Alpin untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di PPP. Juga, katanya sebagian disetor ke DKP. Tapi, DKP membantah kalau pihkanya menerima setoran dari hasil pengutan tersebut.

Haryanto mengatakan, pungutan itu jelas-jelas tidak berdasar. Tapi, dari pihak pengelola terkesan membiarkan adanya pungutan tersebut. "Mustahil jika pihak BP4 tidak mengetahui adanya pungutan itu. Jangan-jangan, mereka juga kebagian," ujarnya.

Menurutnya, seharusnya untuk menyelesaikan masalah tersebut jangan menunggu keluhan dari masyarakat. Hal semacam itu bisa segera diselesaikan sebelum diketahui oleh media. "Kalau parkir wajar, tapi ini kan bukan untuk retribusi parkir," ujarnya.

Selain Haryanto ada Hendra. Dia mengatakan, bukan kali ini saja permasalahan pungutan di PPP dikeluhkan oleh warga. Sebelumnya, pungutan yang dilakukan Alpin untuk parkir juga menjadi masalah. "Sebenarnya ini (adanya pungutan), sudah lama terjadi. Kami kira itu memang dari dinas (DKP atau BP4)," ujarnya.

Menurut Hendra, orang yang melakukan pungutan itu harus ditindak. Apalagi, sudah mencatut nama sebuah lembaga pemerintah untuk melancarkan aksinya. "Untuk menyelesaikan ini, tidak perlu menunggu masyarakat marah. Warga yang datang ke sana (breakwater) bukan orang kaya semua," ujarnya.

Dikonfirmasi mengenai retribusi gelap itu, Wali Kota Probolinggo Buchori mengaku gerah. Bahkan ia berjanji akan segera menyelesaikan masalah tersebut secepatnya.

Wali Kota menyatakan bakal menggelar pertemuan dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Sahbandar Badan Pengelola PPP (BP4) Mayangan, Senin (17/5) mendatang. Menurutnya, pungutan yang dilakukan oleh Aliansi Pedagang Ikan (Alpin) Kota Probolinggo tidak boleh diberlakukan.

"Pungutan pelabuhan itu liar. Pungutan yang diberlakukan bukan oleh pengelola ya tidak boleh. Harus (pungutan) satu pintu. Kalau selama ini mereka merasa berjasa, berdalih itu untuk kebersihan dan keamanan harus ada koordinasi. Jadi, ketika ada masyarakat yang komplain, pengelola bisa menjawab," ujar Buchori saat dikonformasi Radar Bromo, kemarin (13/5).

Wali Kota Buchori kembali menegaskan bahwa di dalam satu kapal tidak mungkin ada dua nakhoda. Karena di sana pengelolanya adalah BP4 maka semua yang berhubungan dengan PPP berada di bawah koordinasi badan tersebut.

Ia juga mengaku akan bertindak tegas dan tidak bisa diatur oleh pihak tertentu. "Saya berani, saya tidak mau diatur. Ini demi kenyamanan masyarakat di pelabuhan. Yang berwenang di sana adalah pengelola. Kalau ada masyarakat yang masih dimintai pungutan langsung laporkan saya," tegasnya.(rud/fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158299

Bappeda Setuju Retribusi Air Ronggojalu

[ Jum'at, 14 Mei 2010 ]
KRAKSAAN-Usulan ketua komisi C DPRD Kabupaten Probolinggo untuk menarik retribusi pada sumber air Ronggojalu mendapat sambutan baik Bappeda Kabupaten Probolinggo. Dalam waktu dekat ini usulan retribusi tersebut bakal segera dibahas.

Kepala Bappeda Tanto Walono mengatakan, momentum usulan retribusi untuk Ronggojalu ini datang pada saat yang tepat. "Kebetulan saat ini sudah ada undang-undang tentang perpajakan dan retribusi yang baru," katanya saat dikonfirmasi Radar Bromo kemarin (13/5).

Dalam undang-undang yang baru tersebut terdapat beberapa perubahan terkait perpajakan dan retribusi. "Jadi nantinya fokus kami bukan hanya pada sumber air seperti yang diusulkan dewan saja. Tetapi pada semua yang berkaitan dengan pajak dan retribusi akan kami tinjau ulang," beber Tanto.

Khusus untuk usulan retribusi Ronggojalu, Tanto membenarkan sampai sejauh ini keberadaan Ronggojalu memang belum signifikan dalam menyumbang Pendapatam Asli Daerah (PAD) Pemkab. Diakuinya Pemkab selama ini memang masih pasif dalam membahas soal konstribusi Ronggojalu ke PAD.

Hal itu dikarenakan selama ini dalam undang-undang yang lama disebutkan bahwa yang berhak mengatur soal air permukaan dan air bawah tanah adalah provinsi. Nah, karena ada undang-undang baru, maka soal Ronggojalu bisa dibahas kembali.

"Nantinya akan dibahas kembali. Yang jelas nanti akan disesuaikan dengan undang-undang soal retribusi dan perpajakan yang baru itu. Keputusan yang diambil tidak boleh bertentangan dengan undang-undang," jelasnya.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, air bersih dari mata air Ronggojalu di perbatasan Tegalsiwalan-Leces Kabupaten Probolinggo memang mengalir ke mana-mana. Masuk ke Kota Probolinggo, bahkan menyeberang laut sampai ke Pulau Gili Ketapang. Namun, mata air itu dinilai tidak memberikan konstribusi maksimal untuk PAD kabupaten.

Karena itulah DPRD Kabupaten Probolinggo saat ini serius membahas keberadaan Ronggojalu dan pemanfaatannya. "Sudah saatnya pemkab mendapatkan konstribusi dari aliran air Ronggojalu tersebut melalui retribusi," kata Agil Bafaqih, ketua komisi C.

Diketahui, debit air Ronggojalu saat ini mencapai 3 ribu liter per detik. Dari debit air tersebut hanya 30 liter per detik saja yang dimanfaatkan PDAM Kabupaten Probolinggo. Ironisnya PDAM Kota Probolinggo justru lebih banyak memanfaatkan sumber air Ronggojalu tersebut. Sumber air Ronggojalu menjadi pemasok air utama untuk PDAM Kota Probolinggo dengan serapan sekitar 420 liter per detik.

Sisa debit air Ronggojalu tersebut dimanfaatkan oleh PTKL dan pengairan irigasi wilayah setempat (dikelola dinas PU pengairan). Mendapati fakta tersebut, dewan berencana mengoptimalkan keberadaan Ronggojalu untuk mendongkrak PAD.

"Intinya kami menyambut baik usulan dewan. Dalam waktu dekat ini kami akan bahas bareng-bareng dengan dewan," kata Tanto. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158298

Bakal Tak Ada Mitan Bersubsidi

[ Jum'at, 14 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji 3 kg bakal didistribusikan di Kota Probolinggo akhir bulan Mei ini. Proses distribusi diperkirakan membutuhkan waktu hingga 13 Juni mendatang.

Menurut Kabid Perdagangan di Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Adi Purnomo, ketika konversi sudah didistribusikan secara menyeluruh pada lima kecamatan di Kota Probolinggo, mitan bersubsidi tidak akan ada lagi. Yang ada, mitan nonsubsidi, yang harganya sangat mahal.

"Mitan masih dijual tetapi tidak bersubsidi lagi. Ketika ada konversi, harga mitan nonsubsidi harga eceran tertinggi (HET) bisa-bisa mencapai Rp 7 ribu. Kalau sekarang, yang bersubsidi kan HET sekitar tiga ribu sekian," katanya.

Namun kebalikannya, jika dalam proses pendistribusian masih belum menyeluruh. Dari lima kecamatan baru terselesaikan empat kecamatan, maka pertamina masih akan memasok mitan bersubsidi agen di Kota Probolinggo. Sampai lima kecamatan benar-benar terselesaikan barulah mitan nonsubsidi dipasok oleh pertamina.

"Kabar yang kami peroleh dari pertamina dan agen seperti itu. Jatah mitan juga akan dikurangi, tidak sebanyak saat mitan bersubsidi. Intinya, meskipun sudah konversi mitan masih tetap ada tapi harganya tidak subsidi lagi," tegas Adi kepada Radar Bromo.

Sementara itu, Tim Leader Intermedia Nur Sofyan, sebagai konsultan distribusi konversi di Kota Probolinggo menambahkan mitan akan tetap dijual di pasaran tetapi jumlahnya terbatas dan tidak bersubsidi. "HET bisa sekitar Rp 7 ribu sampai Rp 8 ribu di pasaran," ujarnya.

Nur menyatakan persoalan konversi bukan layak atau tidak dilaksanakan di Kota Probolinggo. Konversi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Mau tidak mau, harus diketahui produksi minyak bumi sangat terbatas. Dengan dicabutnya subsidi mitan maka subsidi tersebut bisa dialokasikan untuk program masyarakat lainnya. Konversi ini mengurangi beban subsidi pemerintah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ungkap dia.

Ditanya soal persiapan konversi, saat ini Intermedia tengah melaksanakan pendataan kelayakan siapa saja yang perlu mendapatkan konversi. Nah, sambil pendataan berjalan tim bakal mulai mendistribusikan paket berupa elpiji 3 kg, kompor, selang dan regulator. Belum diketahui pasti kapan akan distribusi, yang jelas sekitar akhir bulan ini.

"Tanggal 13 Juni kami berharap semua (Kota Probolinggo) sudah konversi. Ada 42 surveyor yang disebar di kota. Hari ini sedang pemetaan wilayah, besok (hari ini) mulai pendataan. Misalnya ada satu kelurahan closing pendataan, langsung kami distribusikan ke kelurahan tersebut," terang Nur yang mengaku saat ini masih bersih-bersih gudang untuk penyimpanan paket konversi.

Nur bilang sampai saat ini paket konversi masih belum ada di gudang. Intermedia hanya bisa menimbun kompor, selang, dan regulator. Tabung elpiji tidak ditimbun melainkan langsung dikirim dari SPPBE ( Stasiun Pengisian dan Pengangkutan

Bulk Elpiji) yang telah ditunjuk oleh pertamina.

"Nanti yang menunjuk pertamina, entah dari Tongas atau dari mana. Tapi, kami rasa itu (asal SPPBE) tidak ada permasalahan. Intinya, menurut kami semakin cepat semakin baik," cetus Nur saat dihubungi, kemarin.

Konversi di kota ini telah disediakan 65 ribu paket. Data valid berapa warga yang akan menerima, konsultan masih belum bisa mengetahuinya. Data dari BPS (Badan Pusat Statistik) berdasarkan sensus ekonomi tahun 2007 ada sekitar 56 ribu KK. Sehingga ada ketersediaan sekitar 9 ribu paket untuk berjaga-jaga.

Selain KK (kepala keluarga), bagi usaha mikro yang membutuhkan pengapian juga akan mendapatkan paket. Jadi, tidak menuntut kemungkinan dalam satu KK mendapatkan lebih dari satu paket konversi.

Ia mencontohkan, di Kelurahan Curahgrinting misalnya ada 397 KK yang terdata, belum tentu yang layak dikonversi adalah 397 KK tersebut. "Belum tentu. Barang ada kali beberapa KK yang punya usaha mikro membutuhkan perapian, bisa mendapat lebih dari satu," pungkas Nur. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158297

Selain Pistol, Ada Sebelas Peluru

[ Jum'at, 14 Mei 2010 ]
Polisi Kesulitan Panggil Pemilik Hutan

KRAKSAAN - Polres Probolinggo bekerja keras mengungkap kasus mutilasi dengan korban Hartono, 30, warga Dusun Kongsi, Desa Andungsari, Tiris. Sampai kemarin, polisi mencari keterangan dari saksi-saksi dan barang bukti lain yang diharapkan bisa mengarahkan pada tersangka maupun motif.

"Kami masih terus menyelidiki dan terus mencari barang bukti serta keterangan dari saksi-saksi," ujar Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi yang siang kemarin menggelar jumpa pers di ruang kerjanya.

Diberitakan sebelumnya, Hartono 30, ditemukan tewas dengan tubuh termutilasi hingga jadi sembilan bagian. Tubuh lelaki yang bekerja sebagai petani dan pencari kayu itu ditemukan di tengah hutan kopi Dusun Segaran Duwes, Desa Andungsari. Potongan-potongan tubuhnya ditemukan pada Selasa (11/5) dan Rabu (12/5).

Sampai kemarin belum ada titik terang motif maupun pelaku mutilasi ini. Sepeda motor China yang sempat dipakai korban sebelum tewas, juga belum ditemukan.

Sementara, kemarin Kapolres juga membeberkan beberapa barang bukti yang ditemukan ikut dikubur bersama potongan tubuh Hartono. Kapolres merinci di lubang yang berisi potongan paha, ditemukan juga beberapa barang bukti yang terbungkus sapu tangan motif bunga-bunga berwarna biru.

Dalam satu bungkusan tersebut terdapat pistol jenis FN yang di batangnya tertulis Browning Hi-Fi power automatic cal 4,6 mm made in Belgium. Belum diketahui apakah di dalam pistol tersebut terdapat peluru atau tidak. "Semua barang buktinya juga langsung kami kirim ke Labfor Polda Jatim bersama mayatnya," kata Kapolres.

Masih dalam bungkusan tersebut juga terdapat 11 peluru. Selain itu ada beberapa pir (pegas) kecil yang diduga merupakan bagian dari pistol tersebut. Selanjutnya ada dua botol minuman suplemen yang isinya diduga merupakan minyak pelumas untuk pistol.

Selanjutnya ada juga beberapa obeng, dan kikir untuk gergaji. Untuk obeng dan kikir ini diperkirakan adalah milik korban. Karena selain sebagai petani, korban Hartono juga dikenal sebagai tukang kayu.

Dalam bungkusan tersebut juga ditemukan dua utas kain bermotif doreng yang potongannya seperti dibuat untuk tali. "Kami masih belum mengetahui secara pasti kegunaan kain (doreng) itu," ujar Kapolres.

Kasus mutilasi ini menjadi perhatian serius polres. Kemarin polres kembali melakukan olah TKP. Selain itu proses pengumpulan data juga terus dilakukan. Sampai kemarin sudah tujuh saksi diperiksa. Mereka adalah keluarga korban, warga setempat serta orang yang dikabarkan sempat berselisih paham dengan korban karena tudingan selingkuh.

"Total sudah 7 orang saksi yang kami periksa. Hari ini (kemarin) ada tiga saksi yang diperiksa di polres. Sehari sebelumnya di polres ada 3 orang, malam harinya di polsek Tiris ada 3 orang yang kami periksa. Ada beberapa orang yang diperiksa beberapa kali," kata sumber di Satreskrim Polres.

Sedianya ada seorang lagi yang diperlukan untuk dimintai keterangan. Yakni pemilik hutan kopi yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) mutilasi. Namun polres masih agak kesulitan untuk meminta keterangan yang bersangkutan. Sebab pemilik hutan kopi tersebut dikabarkan merupakan anggota tentara berinisial N. "Kami akan koordinasikan dengan pihak terkait (Kodim)," kata Kapolres.

Sementara, untuk mengungkap kasus mutilasi tersebut, polres masih menunggu hasil Labfor Polda Jatim. "Sampai saat ini (kemarin) hasil labfor belum turun," kata Kapolres.

Menurutnya, hasil penyelidikan labfor sangat penting. Sebab, dari hasil labfor tersebut nantinya akan diketahui apakah korban tewas karena langsung ditikam benda tajam, atau diracun terlebih dahulu. "Nantinya akan diketahui dari hasil labfor," jelas Kapolres.

Ia berharap kasus mutilasi di Tiris tersebut bisa segera terungkap. Terlebih karena dalam beberapa pekan ke depan ia bakal dapat promosi menjadi wadir lantas Polda Sulteng. "Minta doanya saja agar cepat terungkap," harap Kapolres. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158291

Dua Kali Ditampar Istrinya

[ Jum'at, 14 Mei 2010 ]
Setidaknya sudah tujuh orang saksi yang sampai kemarin telah diperiksa polisi untuk mengungkap kasus mutilasi Hartono. Dari keterangan beberapa saksi, tuduhan selingkuh pada Hartono banyak terungkap. Tuduhan itu bahkan membuat hubungan korban dengan sang istri, Misnati, 28, yang sedang hamil tua menjadi tidak harmonis.

Dari keterangan beberapa saksi, tudingan selingkuh kepada korban Hartono tersebut bermula sejak sekira sebulan lalu. Awalnya saat itu korban bapak satu anak ini bertandang ke rumah salah seorang tetangganya, Ali. Rumah Ali masih satu dusun dengan rumah korban.

Namun, saat itu bukan Ali yang ditemuinya, melainkan Fatimah, istri Ali. Saat itu kondisi rumah Ali sedang sepi. Rupanya keberadaan korban di rumah Ali dengan Fatimah tersebut diketahui oleh Misnati.

Misnati pun langsung melabrak Hartono yang sedang berduaan dengan Fatimah.

Karena dikabar api cemburu, Misnati pun langsung melayangkan tamparan ke pipi Hartono. "Tetapi saat ditampar itu, katanya si korban masih sempat tertawa. Ketika korban pulang ke rumahnya sendiri, korban sempat ditampar lagi oleh isterinya," kata Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi kemarin.

Usai insiden tamparan itu, korban langsung memutuskan meninggalkan rumahnya. Selama seminggu korban sempat pisah ranjang dengan sang istri. Selama seminggu itu korban tinggal di rumah orang tuanya Bu Surat yang masih terletak di Desa Andungsari, tapi beda dusun.

Namun usai seminggu setelah insiden tersebut, korban kembali ke rumah lagi. "Menurut keterangan beberapa saksi, usai kembali ke rumah itu sudah tidak terjadi apa-apa lagi. Sudah seperti biasa," jelas Kapolres.

Sementara itu keberadaan korban dengan Fatimah yang berduaan di rumah Ali juga membuat Ali, sang suami Fatimah, juga menjadi geram. Ia sempat tidak percaya dengan sangkalan yang disampaikan Fatimah ke Ali.

Bahkan saat itu Ali sempat mengacungkan celurit kepada Fatimah untuk berkata jujur. Namun Fatimah tetap bersikukuh kalau saat itu dirinya hanya mengobrol saja bersama Hartono.

Namun versi Ali yang juga sudah dimintai keterangan polisi berkata lain. Ali kepada petugas menjelaskan, ia tidak marah usai mengetahui istrinya berduaan bersama korban di dalam rumahnya sendiri. "Ia (Ali) juga mengelak telah mengacungkan celurit ke istrinya," beber Kapolres.

Dari keterangan beberapa saksi yang sudah diperiksa, polres belum sampai mengarahkan tersangka maupun motif kasus mutilasi ini. "Masih dalam peyelidikan," kata Kapolres. Artinya, dugaan bahwa pembunuhan keji ini dilatari kasus selingkuh, juga masih lemah.

Dari keterangan beberapa saksi juga diketahui pembunuhan tersebut terjadi sekira setelah maghrib. Sebelum maghrib korban sempat mampir ke konter HP. Setelah itu korban juga sempat terlihat oleh dua orang saat sedang berjalan. "Dari keterangan saksi, saat itu korban sendirian mengendarai motor, tidak berboncengan," kata Kapolres. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158290

Jazz Gunung 2010, Nikmati Jazz di Gunung Bromo

Jum'at, 14 Mei 2010 08:34

Kapanlagi.com - Jika biasanya perhelatan musik jazz dilakukan di tempat-tempat mewah, namun kali ini ada yang berbeda. Bertempat di kawasan gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur sebuah perhelatan jazz bertajuk Jazz Gunung 2010 pun siap digelar pada 3 Juli mendatang.

Perhelatan Jazz Gunung 2010 adalah pergelaran jazz tahun kedua setelah sebelumnya diselenggarakan di tempat yang sama. Sejumlah musisi jazz papan atas pun bakal ikut serta dalam acara yang tidak biasa ini. Di antaranya adalah ESQI: EF feat Syaharani dan Donny Suhendra, Balawan, komunitas jazz C26 Surabaya, Malang Jazz forum dan Monday Night Band Yogyakarta. Tak lupa acara ini juga dipandu oleh budayawan Butet Kertaredjasa dan Jaduk Ferianto.

"Kita memang selalu mengusahakan untuk tampil beda dengan pergelaran jazz yang seperti biasa. Kalau konsepnya memang diusahakan selalu ada unsur etniknya. Jangan bandingkan dengan Java Jazz, kita baru belajar," ujar penyelenggara acara, Sigit Pramono saat ditemui di gedung Perbanas Jakarta, Selasa (11/5)

Acara Jazz Gunung 2010 itu memang tak selamanya murni diisi oleh musisi jazz. Kelompok musik tradisional akan tampil untuk berkolaborasi dengan Jaduk Ferianto dan kesenian Jathilan-Reog setempat yang juga akan menjadi pembuka acara jazz gunung.

Ide dari pembuatan acara ini selain karena ingin memperkenalkan musik jazz juga sebagai bagian dari pengenalan kawasan wisata gunung Bromo agar tak hanya dikenal sebagai tempat dengan keindahan matahari terbitnya.

"Kalau ada tempat wisata 3 B, yakni Bali, Borobudur dan Bromo, maka kita harus memanfaatkannya. Setidaknya selain untuk menyaksikan acara ini, penonton bisa menyaksikan panorama sekitar," ujar Sigit yang dikenal sebagai gubernur Bromo ini.

Pihak penyelenggara pun mempersilakan jika ada peminat yang ingin menyaksikan acara tersebut untuk dapat mengunjungi situs www.jazzgunung.com. (kpl/adt/dar)

Sumber: http://www.kapanlagi.com/h/jazz-gunung-2010-nikmati-jazz-di-gunung-bromo.html

Petani Mangga Temui Kendala Ekspor Mangga

Jumat, 14 Mei 2010 | 08:30

JAKARTA. Jenis mangga dari Probolinggo maupun Cirebon merupakan varian yang paling diburu di pasar internasional. Diantaranya Malaysia, Singapura, dan negara-negara Timur Tengah.

Namun, petani menemui sejumlah kendala, salah satunya adanya serbuan lalat buah yang sulit dibasmi karena perkebunan di Indonesia tidak bisa diisolasi. Lain halnya dengan mangga Selandia Baru yang bisa dikarantina karena dikembangkan di satu pulau tertentu. Dus, mangga Indonesia sulit menembus pasar Jepang dan Amerika Serikat.

Eksportir terbesar mangga adalah India. Namun, musim mangga di negara itu hanya tiga bulan dalam setahun. Peluang ini mestinya bisa dimanfaatkan oleh petani mangga Indonesia.

Data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian menunjukkan, produksi buah mangga nasional meningkat saban tahunnya. Tahun 2005, produksi mangga nasional 1,4 juta ton, tahun 2006 1,6 juta ton, tahun 2007 1,8 juta ton, tahun 2008 2,1 juta ton, dan tahun 2009 2,3 juta ton.

Amailia Putri Hasniawati

Sumber: http://www.kontan.co.id/index.php/bisnis/news/36421/Petani-Mangga-Temui-Kendala-Ekspor-Mangga

Pasar Lokal Butuh Pasokan Mangga

Jumat, 14 Mei 2010 | 07:24

JAKARTA. Apapun varian mangga yang tumbuh dari tanah Indonesia, nyatanya diburu oleh konsumen di pasar domestik maupun internasional. Kendati lebih dari separo hasil panenan mangga di Indonesia diserap di pasar lokal, nyatanya permintaan di pasar dalam negeri tetap saja tak bisa terpenuhi.

Ketua Asosiasi Eksportir-Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (ASSIBSINDO) Kafi Kurnia menyatakan, jika musim panen raya mangga tiba, buah lain akan kehilangan pamornya; termasuk buah-buah impor.

"Pasar mangga dalam negeri besar, karenanya tidak usah dilempar ke pasar ekspor juga tak masalah," tukas Kafi, Kamis (13/5).

Sentra pengembangan mangga nasional ada di Gresik, Madiun, Probolinggo di Jawa Timur, maupun di Indramayu, Cirebon dan Majalengka di Jawa Barat.

Data yang dirilis oleh Kementerian Pertanian menunjukkan, produksi buah mangga nasional meningkat saban tahunnya. Tahun 2005, produksi mangga nasional 1,4 juta ton, tahun 2006 1,6 juta ton, tahun 2007 1,8 juta ton, tahun 2008 2,1 juta ton, dan tahun 2009 2,3 juta ton.

Amailia Putri Hasniawati

Sumber: http://www.kontan.co.id/index.php/bisnis/news/36411/Pasar-Lokal-Butuh-Pasokan-Mangga

Pencuri Berkedok Penarik Sumbangan Ditembak

Agus Ainul Yaqin, 13/05/2010 21:47 | Pencurian
Liputan6.com, Lumajang: Achmad Fauzin, pemuda asal Jember ditembak personel Kepolisian Resor Lumajang, Jawa Timur, karena berusaha kabur saat akan ditangkap. Ia kedapatan mencuri komputer jinjing dan telepon genggam, Kamis (13/5).

Saat beraksi, tersangka berpura-pura menarik sumbangan untuk pembangunan masjid. Setelah dilumpuhkan dengan timah panas, warga Desa Rampaksari, Jember, itu hanya bisa meringis kesakitan saat dibawa ke ruang unit gawat darurat Rumah Sakit Bhayangkara, Lumajang.

Aksinya di sebuah toko telepon seluler, kepergok pemiliknya. Sang pemilik toko langsung meneriakinya maling. Petugas patroli Polres Lumajang yang melintas di dekat lokasi kejadian pun langsung mengejar.

Di hadapan polisi, tersangka mengaku mencuri karena tak memiliki pekerjaan alias menganggur. "Waktu itu saya minta sumbangan, orangnya menjahit, dan laptop ada di ruangan tengah dan saya ambil," katanya.

Biasanya, tersangka beraksi bersama kelompoknya yang berjumlah empat orang dan tersebar di wilayah Jember, Probolinggo, dan Lumajang.

Selain menangkap tersangka, polisi menyita satu komputer jinjing dan telepon genggam milik korban. Kini tersangka harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut di kantor polisi. Ia terancam hukuman penjara lima tahun.(PAG/ANS)

Sumber: http://buser.liputan6.com/berita/201005/276868/Pencuri.Berkedok.Penarik.Sumbangan.Ditembak

Korban Mutilasi Probolinggo Diduga Bermotif Asmara

Kamis, 13/05/2010 14:13 WIB
Sugianto - detikSurabaya

Probolinggo - Polres Probolinggo terus berupaya membongkar kasus mutilasi korban Harianto (30) sebelumnya disebut Hartono, warga Desa Andungsari, Kecamatan Tiris. Polisi menduga pembunuhan ini diduga bermotif asmara.

"Dugaan kuat seperti itu. Namun kita masih terus melakukan penyelidikan untuk membongkar kasus ini," tegas Kapolres Probolinggo, AKBP Ai Afriandi saat dikonfirmasi detiksurabaya.com melalui telpon, Kamis (13/5/2010).

Dari hasil penyelidikan, polisi menemukan 9 potong anggota tubuh korban yang tercecer di seputar lokasi kejadian. "9 Potong bagian tubuh korban itu kita temukan berceceran sekitar 100 meter dari TKP dekat sungai hutan setempat," ujar Afriandi.

Potongan-potongan tubuh korban itu berupa 2 tangan, 1 kaki, kepala, anggota tubuh yang dibagi 2, paha dibagi menjadi dua bagian dan bagian tubuh lainnya. "Jadi total potongan bagian tubuh korban itu semuanya 9," katanya.

Afriandi menjelaskan, diperkirakan korban dibunuh oleh pelaku saat korban akan pulang ke rumah orangtuanya di desa setempat. Korban saat itu sedang mengendarai motor merk Tosa.

"Sepeda motor korban sampai sekarang masih belum ditemukan. Begitu juga sebuah handphone milik korban," imbuhnya.

Seperti diberitakan, warga Desa Andungsari, Kecamatan Tiris geger adanya penemuan sosok mayat tanpa kepala, tangan dan kaki di tengah hutan dekat kawasan itu. Potongan tubuh itu ditemukan warga saat melintas di semak belukar.

(fat/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/05/13/141327/1356565/475/korban-mutilasi-probolinggo-diduga-bermotif-asmara