Minggu, 16 Mei 2010

Kakak Ipar Korban Mutilasi Gantung Diri

Minggu, 16 Mei 2010 | 12:24 WIB
SP/Ikhsan Mahmudi SEJUMLAH warga yang penasaran melihat tempat korban mutilasi di kebun kopi.

PROBOLINGGO - Ketika polisi disibukkan mengungkap identitas pembunuh Hartono (30) yang tubuhnya ditemukan terpotong-potong (dimutilasi), secara mengejutkan kakak iparnya ditemukan bunuh diri. Busa alias Sunambro (45), warga Desa Andungsari, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo itu ditemukan gantung diri di pohon kopi, Sabtu (15/5) pagi.

Disinggung soal kemungkinan keterkaitan Busa gantung diri dan kasus pembunuhan Hartono, Kapolres mengaku sedang didalami. “Sepertinya ada kaitannya, sedang kami ungkap,” Kapolres Probolinggo, AKBP A.I. Afriandi, Sabtu (15/5) sore.

Jasad Busa ditemukan menggelantung di pohon kopi setinggi sekitar 3,5 meter. Lehernya terjerat tali dari anyaman karung plastik (glangsing), Sabtu pagi sekitar pukul 07.00. Hayi (20), warga Desa Andungsari yang menemukan jasad petani itu langsung menghubungi warga lainnya.

Sebelumnya, sekitar pukul 05.30 Busa keluar rumahnya dan sempat mampir di rumah anaknya, Siman (25) di Dusun Segaran Duwas. Kepada anaknya, Busa mengatakan mencari tali untuk mengambil pisang di kebun. Ia kemudian berjalan ke pekarangan belakang rumah anaknya. Sejam kemudian jasad Busa ditemukan menggantung di pohon kopi yang berjarak sekitar 400 meter dari rumah anaknya.

Busa merupakan kakak kandung Misnati (28), istri Hartono. Ditanya kemungkinan Busa merupakan tersangka pembunuhan terhadap Hartono, yang karena stres memilih bunuh diri, Kapolres mengatakan belum bisa menyimpulkan. Dugaan Busa sebagai pembunuh Hartono dilandasi kebiasaan sebagian masyarakat dalam ”membela” kehormatan keluarga. Perselingkuhan dianggap dosa yang secara sosial tak termaafkan.

Hubungan almarhum Hartono dengan istrinya, Misnati sekitar sebulan lalu sempat retak. Misnati yang sedang hamil tua sempat menempeleng suaminya disertai tudingan suaminya berselingkuh. Pemicunya, kata sejumlah saksi, sekitar sebulan lalu Hartono ditemukan berkunjung ke rumah Gatimah yang saat itu tak ditemani suaminya, Ali. Mengetahui hal itu, Misnati langsung melabrak Hartono dan menamparnya. Hartono yang bersikukuh tidak berselingkuh, hanya tertawa menerima tamparan istrinya. ”Sesampai di rumahnya, Hartono kembali ditempeleng istrinya,” ujar Kapolres.

Usai dua kali ”dihadiahi” tempeleng tangan istrinya, Hartono ngambek. Sekitar seminggu ia pulang dan tinggal di rumah ibunya, Ny. Surat, juga di Desa Andungsari. Setelah kemarahan istrinya mereda, Hartono pun kembali ke rumahnya.

Bukan Pistol TNI

Meski penyelidikan mengarah pada motif asmara, namun polisi juga terus menyelidiki teka-teki keberadaan sepucuk pistol FN, 11 butir peluru, dua utas tali dari kain doreng yang semuanya bercirikan militer. Kapolres tidak habis pikir mengapa pelaku meninggalkan atribut militer di antara potongan tubuh Hartono.

Serma Niman, pemilik kebun kopi tempat mayat Hartono ditemukan sudah diperiksa Kodim 0820. “Kami sudah memeriksa Serma Niman yang menggarap lahan Perhutani untuk ditanami kopi di Desa Andungsari,” ujar Pasi Intel Kodim, Kapten Inf. Matali kepada wartawan.

Pasi Intel juga menanyakan aktivitas Serma Niman pada 9-13 Mei lalu. Hasilnya, tidak dijumpai aktivitas mencurigakan yang dilakukan Serma Niman.

Saat diperiksa, Serma Niman juga mengaku tidak mempunyai musuh di desanya. "Termasuk dengan korban (Hartono, Red.) yang memang masih tetangga di Dusun Kongsi,” ujar Kapten Matali.

Soal pistol FN berkaliber 4,5 mm, Kapten Matali memastikan itu bukan milik anggota TNI. ”Pistol anggota TNI berkaliber 9 milimeter, bukan 4,5 milimeter,” ujarnya.

Pasi Intel menambahkan, pistol anggota TNI juga dilengkapi nomor indeks. Padahal, pistol FN 4,5 mm yang ditemukan di antara potongan jasad Hartono tidak disertai nomor indeks di bagian luarnya.

Kapten Matali pun menduga, ada pihak yang sengaja menjatuhkan korps TNI terkait dengan kasus mutilasi itu. ”Untuk mengungkap kasus ini, kami akan bekerja sama dengan Polres,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7b10a219afad0ca706d67c42a787f487&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a

Banjir Probolinggo Mulai Surut

Minggu, 16 Mei 2010 | 11:34 WIB

Probolinggo - Banjir di beberapa Probolinggo mulai surut. Warga menjemur perabot mereka dan membenahi sejumlah fasilitas umum yang rusak.

“Curah hujan tinggi dibarengi air laut pasang mengakibatkan terjadi banjir di Kota Probolinggo,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Probolinggo, Bambang Sulistiyono, Minggu (16/5) pagi tadi.

Seperti diketahui, hujan turun deras sejak Jumat (14/5) sekitar pukul 23.00. Hujan yang terus mengguyur hingga Sabtu (15/5) menjelang subuh mengakibatkan sejumlah sungai dan drainase di Kota Bayuangga meluap. ”Genangan tidak segera surut karena hingga Sabtu siang ketinggian air laut hingga 170 cm, padahal normalnya 130 cm,” ujar Bambang.

Daerah yang terparah dilanda banjir adalah daerah aliran sungai (DAS) Kali Umbulan, yang terletak di sebelah timur pabrik tekstil PT Eratex Djaja, Jl. Soekarno-Hatta. Air dari sempalan Kali Kedunggaleng mengalir ke Kali Umbulan, ditambah dari aliran sungai dari Kali Talang yang berasal dari muntahan persawahan di kawasan Ungup-Ungup, membuat banjir membesar.

Kondisi jembatan di depan Eratex yang relatif rendah dari permukaan air, ditambah keberadaan sejumlah pipa, membuat air meluap ke jalan raya. Sampah dari permukiman warga juga terlihat menyangkut di bawah jembatan.

Gerusan air di atas jembatan depan Eratex juga menjebol pagar sepanjang sekitar 10 meter di Perumahan Perhutani, Jl. Soekarno-Hatta. Lalu lintas di jalan protokol itu juga macet hingga maghrib.

Meski tidak terlalu parah, tembok di kantor BPN Kab. Probolinggo di Jl. Soekarno-Hatta juga roboh. Di belakang BPN, Panti Asuhan Putera Muhammadiyah juga sempat terendam banjir. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=d1558eb865d438135f4eabde0e4eab55&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Dirampas di Probolinggo, Toyota Inova Ditemukan di Sidoarjo

Minggu, 16/05/2010 09:50 WIB
Budi Hartadi - detikSurabaya


Foto: Budi Hartadi
Sidoarjo - Kijang Inova N 600 YB yang menjadi korban perampasan di Probolinggo ditemukan teronggok di Desa Sidokepung, Buduran, Sidoarjo. Inova warna silver tersebut oleh para perampas ditinggal begitu saja di pinggir jalan, tepatnya di depan SMPN 2 Sidokepung.

Dari pengamatan detiksurabaya.com, pukul 09.15 WIB, Minggu (16/5/2010), mobil tersebut saat ini sudah diderek oleh petugas kepolisian dari Polsek Buduran untuk diamankan ke mapolsek.

Sebelum dilaporkan warga ke polisi, mobil tersebut ditinggal begitu saja di pinggir jalan sejak, Sabtu (15/5/2010) siang. Awalnya warga menduga jika mobil tersebut ditinggal pemiliknya karena kehabisan bensin.

Namun, hingga pagi tadi, ternyata mobil tersebut masih berada di lokasi, dengan pintu depan sebelah kanan dalam keadaaan sedikit terbuka. Melihat kondisi tersebut, warga pun akhirnya melaporkan ke polisi tentang temuan mobil yang dianggap mencurigakan.

"Siang kemarin saya kira mobil itu kehabisan bensin, lalu ditinggal. Tapi, sampai pagi tadi kok mobil itu masih ada. Kami curiga lalu lapor polisi," kata Pangat, salah seorang warga yang memiliki warung di sekitar lokasi.

Dari informasi yang dihimpun, Kijang Inova milik Meri, warga Jalan Suwandal, Lumajang tersebut dirampas pelaku, Sabtu (15/5/2010) sekitar pukul 04.30 WIB di kawasan Malasan, Probilnggo. Setelah mobil berhasil dirampas, pelaku kemudian membuang pemilik Inova di Lumajang.

(bdh/bdh)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/05/16/095040/1357783/475/dirampas-di-probolinggo-toyota-inova-ditemukan-di-sidoarjo

RSUD Probolinggo Kemasukan Banjir

Minggu, 16 Mei 2010 | 15:11 WIB

TAK GENDONG - Seorang buruh nekat masuk kerja. Karena takut pakaiannya basah, dia minta gendong satpam pabrik. Foto: SURYA/Agus Purwoko

PROBOLINGGO | SURYA - Banjir yang disebabkan hujan semalaman, Jumat (14/5), juga melanda sejumlah tempat di Probolinggo. Di antaranya Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kelurahan Sukabumi, dan Mayangan, Kecamatan Mayangan dan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran.

Banjir yang melanda Kota Probolinggo, nampaknya tidak mengenal kompromi. Sejumlah ruangan bagian dalam RSUD dr Saleh ikut terendam. Meski tidak ada pengungsian pasien, aktivitas di RSUD tersebut sempat terganggu.

Di Kelurahan Sukabumi dan Pilang, banjir tidak hanya masuk ke rumah, tetapi juga menggenangi jalan raya Soekarno-Hatta. Ketinggiannya mencapai satu meter, bahkan lebih. Jalan beraspal sejauh satu kilometer itu berubah menjadi sungai. Tidak sedikit motor dan mobil yang nekat lewat jalur tersebut, mogok di tengah jalan.

Karenanya Polantas Polresta Probolinggo mengalihkan seluruh kendaraan agar lewat jalur alternatif. Kendaraan yang dari arah barat dihalau melewati Jalan Brantas, sedang yang dari timur, lewat jalan Cokroaminoto atau jalan Lumajang.

Sejumlah lembaga kemanusiaan seperti PMI dan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) turut terjun membantu warga yang terkena banjir ini. Mereka mendirikan posko-posko darurat. Aktivis Partai Golkar juga ikut membantu membagi-bagikan nasi bungkus dan mi instan dalam kemasan. Pemkot menyalurkan beras.

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/05/16/rsud-probolinggo-kemasukan-banjir.html

Berniat Kunjungi Anak, Dirampok

[ Minggu, 16 Mei 2010 ]
Mobil, Uang dan Perhiasan Amblas

LECES-Aksi kejahatan kembali terjadi di jalur Lumajang Probolinggo. Setelah beberapa waktu lalu dua pelajar dirampas motornya, kemarin (15/5) kawanan perampok merampas mobil, uang, dan perhiasan milik Mery, 45, warga Lumajang yang sedang melintas di jalan itu.

Tidak tanggung-tanggung, gara-gara aksi kejahatan itu Mery harus merelakan mobil Innova, uang Rp 5 juta, serta cincin kawinnya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, kemarin Mery berniat pergi mengunjungi anaknya yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Mey berangkat dari rumahnya, sekitar pukul 04.00, dengan mengendari mobil Toyota Innova nopol N 600 YB.

Mery tidak sendirian, ia ditemani oleh sopirnya, Bambang. Dari arah lumajang mereka dengan tenang melintas di jalan raya Lumajang menuju Probolinggo. Mereka tak pernah merasa ada yang mengincar atau membuntutinya.

Begitu masuk Desa Malasan Kulon, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo apes menimpa mereka. Tiba-tiba, ada sebuah mobil Avanza memotong jalannya. Mobil Mery pun berhenti. Dari dalam mobil itu, keluarlah tiga orang lelaki dan langsung menghampiri mereka berdua yang pada saat itu masih berada di dalam mobil.

Dari tiga orang pelaku itu, salah satunya mendekat di pintu depan dekat Bambang. Orang itu, meminta Bambang untuk membuka kaca pintu mobilnya. Begitu kaca mobil terbuka, seorang pelaku tersebut langsung mengalungkan celurit ke leher Bambang.

Bambang pun tak berkutik. Lalu, pelaku menyuruh Bambang menggeser tempat duduknya. Begitu pelaku tersebut sudah pegang kendali, akhirnya dua temannya menyusul masuk ke dalam mobil.

Begitu sudah berada di dalam mobil semua. Para pelaku kemudian mengikat tangan Mery dan Bambang serta menutup mata keduanya dengan lakban. "Begitu (kedua korban) berhasil dilumpuhkan, mereka (para pelaku dan korban) langsung balik arah. Mereka balik ke Lumajang," jelas Kapolsek Leces AKP Sujianto.

Selama dalam perjalanan itulah, para pelaku memereteli perhiasan Mery. Cincin kawinnya seberat 5 gram juga diembat pelaku. Begitu berhasil menggasak harta benda korban, Mery dan Bambang di buang di tengah kebun tebu di Kedungjajang Lumajang.

Beruntung mereka bisa menyelamatkan diri dan langsung melapor ke polisi. Begitu mendapat laporan tersebut, polisi Lumajang berkoordinasi dengan kepolisian Kabupaten Probolinggo. Karena, tempat kejadian perkaranya di Probolinggo.

Menurut Kapolsek, bila melihat kronologisnya sepertinya para pelaku itu sudah mengincar targetnya sejak masih di Lumajang. Hanya saja, kesempatan itu baru muncul ketika berada di Leces. "Ada kemungkinan sudah diikuti sejak dari Lumajang. Tapi, baru ada kesempatan di Malasan (Masalan Kulon Kecamatan Leces)," ujarnya.

Kapolsek mengimbau kepada para pengendara mobil atau motor untuk berhati-hati ketika melintas di jalan raya Leces-Lumajang. Pasalnya, hal yang sama bukan tidak mungkin bisa terjadi lagi.

"Hati-hati, jangan berhenti atau mudah membuka kaca pintu untuk orang-orang yang tidak dikenal. Sebenarnya, kejadian ini bisa dihindari kalau tidak dibuka kacanya," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158669

Giliran Probolinggo Terendam Banjir

[ Minggu, 16 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Setelah Pasuruan, kemarin (15/5) giliran Kota Probolinggo terserang banjir. Akibat hujan turun sejak Sabtu dini hari, sekitar 75 persen wilayah pemukiman di wilayah Kota Probolinggo terendam air. Sedikitnya 1.030 rumah warga tergenang air hingga sore kemarin.

Berdasar pengamatan Radar Bromo di lapangan, luapan banjir ke rumah-rumah itu sudah menyibukkan warga sejak subuh. Salah satunya terlihat di Jl Supriyadi dan asrama polisi Umbulan yang kerap jadi langganan banjir ketika air sungai meluap.

Bukan hanya itu, lalu lintas menuju tengah kota juga sempat terganggu lantaran Jl Soekarno Hatta (depan SMAN 1 hingga kantor Badan Pertanahan Nasional) juga terkena banjir. Akibarnya, arus lalu lintas dialihkan ke jalan lingkar utara (JLU) dan Jl Brantas tembus belakang pabrik Eratex.

Padahal di JLU yang tembus dengan Jl Flamboyan juga terjadi banjir. Kendala itu membuat kendaraan yang melintas di JLU harus berhati-hati karena banyak jalan berlubang.

Dari informasi yang diterima koran ini, Jl KH Mansyur juga menjadi sasaran banjir. Tempat rias pengantin Citra Ayu juga kebanjiran sampai selutut orang dewasa. Alhasil sejumlah kebaya dan pakaian yang berada di lemari kaca terendam air."Masuk sedengkul. Awalnya itu dengar orang-orang teriak banjir sekitar jam setengah tiga-an, akhirnya yo menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan. Padahal selama aku hidup di Probolinggo ga ada namanya banjir kayak gini lho. Sebagian pakaian ada yang kena dan langsung dicuci," keluh Ira pemilik tempat rias yang juga guru SMKN 3 itu.

Kawasan pemukiman Jl Panglima Sudirman (tembusan KH Ahmad Dahlan) juga diserang banjir. Sebuah usaha konveksi harus merelakan semua bahan kainnya terendam air. "Gara-gara hujan semalaman ini. Pesanan kaos yang sudah saya potong dan siap jahit basah semua. Padahal itu kan pesanan orang-orang," ujar Suswati pemilik konveksi.

Suswati juga mengaku keheranan karena tidak biasanya tempat konveksinya bisa kebanjiran seperti itu. Biasanya jalan banjir tapi tidak sampai di rumah. Tetapi yang terjadi air masuk rumah hingga setinggi lutut. "Kerugian (kain) masuk sampai Rp 25 jutaan. Kalau sudah begini bagaimana kainnya, harus pesan lagi. Jemur ya terlalu lama, dan apa bisa?" keluhnya.

Kampung Dok Mayangan juga mengalami hal yang sama. Pemukiman yang diapit oleh pabrik itu tenggelam oleh banjir dengan kedalaman 1 meter. Kondisi serupa juga dialami oleh warga RW 3 di Jl Flamboyan (armada). Beberapa rumah dilaporkan rusak dan petani ikan harus merugi.

"Kedalaman air lebih satu meter. Sehingga bibit petani itu hanyut kena banjir. Dari 75 persen wilayah yang kena banjir ada yang cepat surut ada ada yang lambat karena menunggu air laut surut," ujar Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Probolinggo Bambang Sulistiyono.

Selain melanda rumah-rumah warga banjir juga menerjang fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit. Di antaranya SMAN 1, MAN 2 dan RSUD Dr Moh Saleh juga kena.

Hampir semua ruangan di RSUD tergenang air. Di antaranya, ruang Bougenvile, ruang Mawar, ruang Melati dan beberapa ruang lainhya. Bahkan, tak ketinggalan ruang direktur juga sempat tergenang air.

"Waduh, Mas. Akibat hujan tak henti-henti, saya harus kerja mulai jam 03.00," ujar salah seorang petugas kebersihan di RSUD yang saat itu sedang membersihkan sisa-sisa akibat banjir.

Bambang menuturkan, sejak Sabtu pukul 01.30 BPBD sudah bersiaga di sungai Kedunggaleng, Kecamatan Wonoasih. Karena yang diduga bakal terjadi banjir adalah di sungai tersebut. Tetapi, banjir justru terjadi di tengah kota.

Hasil koordinasi Bambang dengan mantan BMKG Edi Waluyo, banjir terjadi karena hujan deras yang terjadi selama tiga jam berturut-turut sejak sore kemudian disambung malam hari. Hujan tersebut berpotensi banjir diiringi angin kencang dan guntur.

Ditanya soal penyebab banjir yang terjadi kali Umbulan (sungai di timur Eratex), Bambang menjelaskan, terjadinya hujan selama tiga jam berturut-turut dengan curah hujan tinggi berpotensi banjir. Ditambah lagi kondisi jembatan di Jl Soekarno Hatta (depan taman manula) terhalang berbagai jenis pipa. Kali umbulan itu sempalan Kedunggaleng dan aliran dari Gladakserang.

Keberadaan pipa itu menghambat jalannya air yang ditambah dengan tumpukan sampah yang nyangkut di antara pipa-pipa tersebut. Ditambah lagi pasangnya air laut yang tak kunjung surut. Normalnya air laut 130 cm, siang kemarin masih 170 cm.

Bambang mengaku banyak mendapatkan laporan dari masyarakat, mereka meminta agar BPBD segera menyedot genangan air yang ada di sana. Kendalanya, BPBD yang baru dibentuk pada Januari 2010 itu belum punya peralatan seperti alat penyedot.

Namun BPBD bersama tagana, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial, Pramuka dan PMI berkoordinasi menangani bencana banjir tersebut. Wawali Bandyk Soetrisno yang sempat turun langsung ke lapangan juga memerintahkan PMK menyemprot jalanan yang dipenuhi lumpur dan tanah akibat terbawa banjir.

Bukan hanya di wilayah kota, banjir kemarin juga melanda sejumlah daerah di Kabupaten Probolinggo. Lokasi banjir yang paling parah adalah Kecamatan Dringu. Tepatnya di Desa Kalirejo, Kali Salam, Tamansari, Dringu, dan Pabean.

Berdasarkan data sementara dari Kominfo Pemkab Probolinggo, setidaknya di Desa Pabean ada 78 rumah dan 24 hektar sawah terendam. Di Desa Dringu ada 38 hektar sawah tergenang. Kali Salam ada 82 rumah tergenang, Desa Kalirejo ada 196 rumah dan sawah 4 hektar. Sementara di Desa Tamansari hanya 4 hektar sawah yang tergenang.

Dari informasi yang diperoleh di lapangan, banjir yang menimpa desa-desa itu mulai menerjang Sabtu (15/5) dini hari. Sejak itu warga tidak bisa tidur tenang. Mereka juga mulai memindah barang-brangnya ke tempat yang lebih tinggi.

Ketinggian air pun beragam, ada yang hanya 20 cm ada juga yang sampai 1 meter lebih. "Airnya sampai masuk ke dapur, tingginya sekitar 20 sentimeter," ujar Agus warga Desa Tamansari.

Karena itulah, Agus mengaku kerepotan untuk memasak. Pasalnya, dia masih menggunakan kayu bakar untuk menanak nasi. "Karena tidak bisa nanak, ya untuk sementara beli," jelasnya.

Banjir itu, tak hanya masuk ke dalam dapur atau rumah warga. Bahkan ada yang sampai dapurnya runtuh diterjang air. Maklum, dapur itu berada persis di atas sungai. Jarangnya sekitar 2 meter. "Biasanya, tidak sampai besar seperti itu," jelas Bagong seorang warga Blok Blokkon Desa Tamansari Dringu, yang dapurnya ambrol.

Hal yang lebih parah juga terjadi di Dusun Bengkingan Desa Kalirejo. Di dusun ini, dikatakan air sempat mencapai ketinggian 1 meter lebih. Tapi, itu tidak berlangsung lama. Sekira pukul, 06.00 air sudah mulai surut dan tinggal setinggi setengah betis orang dewasa. "Kalau tadi, jam 03.00 sampean ke sini, airnya masih tinggi. Sampai segini," kata Suhriyah, warga setempat sambil menunjuk dadanya.

Sementara, Kabag Kominfo Sentot Dwi H, menyatakan dengan adanya banjir itu warganya langsung mengambil langkah cepat. Yakni, dengan membersihkan rumah masing-masing yang tergenang air. "Warga sudah langsung membersihkan sendiri. Itu juga untuk mencegah timbulnya penyakit," ujarnya.

Banjir tidak hanya masuk ke dalam rumah-rumah warga. Tapi, juga menggenangi jalan hingga membuat memaksa kendaraan harus berjalan merambat. Genangan air di jalan, terparah terjadi di jalan raya Dringu.

Beberapa personel dari Satlantas Polres Kabupaten pun turun mengatur lalu lintas. Meski tidak sampai terjadi kemacetan, tapi akibat tingginya air banyak juga kendaraan yang mesinnya ngadat.

"Alhamdulillah tidak sampai macet dan korban jiwa. Hnaya saja jalannya harus hati-hati dan jalannya merambat," ujar Kanit Laka Ipda Istono saat ditemui, di sela-sela kesibukannya mengatur lalu lintas. (rud/fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158664

Transportasi Kota Lumpuh

[ Minggu, 16 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Selain menyibukkan warga yang rumahnya terendam air banjir kemarin juga melumpuhkan jalur transportasi dalam kota. Hampir semua angkutan kota, kemarin tidak bisa melewati jalur atau trayek normal.

Sebab, banjir parah terjadi di satu-satunya jalur utama di Jl Soekarno-Hatta. Jalan ini sekaligus merupakan satu-satunya jalur menuju terminal Bayuangga. Sementara hampir semua angkutan kota bertujuan ke terminal.

Banjir terparah terjadi di depat PT Eratex Djaya dan Taman Manula atau La Tangkring. Bahkan, air masih menggenang cukup tinggi sampai sekitar pukul 12.00 WIB, kemarin siang.

Akibatnya, sampai siang hampir semua angkutan kota harus berjalan memutar untuk menghindari banjir. Praktis, jalur utama hanya digunakan oleh kendaraan besar. Seperti truk yang tidak terganggu dengan banjir di tempat itu.

Pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB, angkutan kota memilih lewat Sumber Pacar dan tembus ke jalan di lingkungan Perumahan Asabri. Kemudian berjalan lurus menuju belakang pabrik Eratex, tembus ke Jl Brantas dan kembali lewat jalur normal di Jl Soekarno-Hatta.

Siang sekitar pukul 12.00, angkutan kota sudah bisa melewati simpang tiga di depan Kasbah. Yakni, Jl Supriyadi. Sebuah mobil patroli Polres Probolinggo bahkan membimbing pengguna jalan untuk melewati jalan itu.

"Ayo yang mau ke arah Surabaya, silakan belok. Terus lurus, jangan terlalu minggir," jelas seorang petugas melalui mobil patroli.

Namun, itu menyebabkan semua pengguna jalan tumplek blek di tempat itu. Mulai mobil, motor, sepeda, becak dan kendaraan roda tiga. Akibatnya, kemarin siang jalan luar biasa macet. Sebab, saat itu juga bersamaan dengan jam para karyawan Eratex pulang.

Langsung Buka Dapur Umum

Sejumlah pihak langsung turun tangan begitu banjir terjadi. Beberapa instansi dan parpol langsung membuka posko atau dapur umum.

DPD Golkar Kota Probolinggo misalnya, membuat dapur umum di simpang empat Kampung Dok, Mayangan. Dapur umum juga didirikan Tagana Provinsi Jatim di sekitar Jl Flamboyan.

Dapur umum Tagana provinsi ini menyediakan makanan untuk semua korban banjir. Namun, dapur umum didirikan di sekitar Kampung Dok dan Flamboyan, karena dua tempat ini merupakan lokasi terparah banjir.

Lalu, PMI dan Pramuka juga menurunkan personelnya di titik-titik banjir. Termasuk di Flamboyan dan Kampung Dok. Personel dari dua organisasi ini juga membantu di dapur umum Tagana.

Ada juga RMS (Relawan Mbak Syntha / Dwi Laksmi Syntha K), juga langsung turun ke Kelurahan Jati Gang Sunggi dan Kampung Sentono, Kelurahan Mangunharjo. Di sana, selain membantu warga membersihkan rumahnya. Mereka juga membagi-bagikan nasi bungkus kepada warga yang ikut bekerja bakti dan rumahnya terendam banjir.

Dapur umum Golkar sendiri didirikan khusus untuk warga Kampung Dok. "Dapur umum sengaja kami dirikan di Kampung Dok, karena banjir di daerah ini tergolong parah," terang Sekretaris Golkar Muchlas Kurniawan didampingi ketua kegiatan posko yang juga Wakil Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga Fernanda Zulkarnaen.

Menurut keduanya, Golkar langsung meninjau beberapa lokasi banjir. Salah satunya, Kampung Dok. Mereka menjelaskan, sekitar pukul 08.00 WIB kemarin, air di bagian depan Kampung Dok mencapai lutut. Sementara di bagian yang berbatasan langsung dengan pesisir, air mencapai dada.

Akibatnya, aktivitas warga sehari-sehari lumpuh. Termasuk kegiatan di dapur atau memasak. Karena itu, Golkar memutuskan untuk mendirikan dapur umum. Sehingga, kebutuhan makan warga sekitar tetap terpenuhi.

Rencananya, dapur umum ini akan dibuka sepanjang hari. Yakni, mulai pagi sampai sore. "Untuk besok kami belum bisa memutuskan. Apakah akan tetap dibuka atau tidak. Kita lihat keadaan dulu," tambah Nanda, panggilan Fernanda Zulkarnaen.

Selama buka menurut Muchlas, dapur umum ini bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Syarat hanya tercatat sebagai warga Kampung Dok atau masyarakat di sepanjang pesisir tersebut. Karena itu, dapur umum menyiapkan makanan yang cukup banyak. Yakni, untuk 500 orang lebih.

"Ini merupakan partisipasi kami dan wujud kepedulian pada masyarakat yang menjadi korban banjir," lanjut Muchlas.

Lalu sore hari, sekitar 30 pengurus Golkar kembali turun ke lapangan. Mereka membagi-bagikan nasi bungkus dan 100 dos mie instan pada warga di beberapa titik yang terkena banjir. Tepat pukul 14.30 misalnya, mereka turun ke Armada.

Nasi bungkus dan mi instan itu diberikan pada ketua RW masing-masing lokasi yang didatangi. "Nasi bungkus ini sengaja kami bagikan sekarang. Karena kalau pagi, mereka kan sudah dapat jatah juga," terang Muchlas.

Selain membuat posko atau dapur umum, Golkar bersama AMPG juga berencana melakukan kerja bakti masal di beberapa titik. Salah satunya di Kelurahan Kebonsari Kulon.

Sebab tempat ini menurut Nanda yang juga ketua AMPG dilewati sungai yang fungsinya tidak lagi normal. Nanda mengatakan, di daerah itu ada selokan yang lebarnya sekitar 2 meter.

Namun, tidak sampai satu meter yang bisa dilewati air. Sementara sisanya berupa tanah dengan posisi lebih tinggi yang ditumbuhi beragam tanaman. Akibatnya, air yang melalui tempat itu tidak tertampung sempurna. Keadaan ini menurutnya perlu dinormalkan. "Nanti akan kita keruk supaya aliran airnya menjadi normal," lanjutnya.

Rencananya, kerja bakti masal itu akan melibatkan beberapa pihak sekaligus. Yakni, panitia sendiri, warga dan TNI. "Untuk TNI masih kita koordinasikan bagaimana nanti pelaksanaannya," jelasnya. (hn/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=158665