Minggu, 04 Juli 2010

Pawai Budaya Nusantara Hibur Warga Probolinggo

Liputan 6 - Senin, 5 Juli

Liputan6.com, Probolinggo: Di musim liburan sekolah, Pawai Budaya Nusantara yang berlangsung di Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (4/7), menarik perhatian warga dan wisatawan. Selain tuan rumah Probolinggo, kontingen dari 18 kota dan kabupaten di Indonesia bagian timur turut memeriahkan pawai tahunan ini. Antara lain dari Jember, Mataram dan Bima, Nusa Tenggara Barat, serta Sampang, Madura.

Bagi warga, pawai budaya ini menjadi hiburan menarik yang ditunggu-tunggu lantaran hanya digelar setahun sekali. Warga bisa melihat langsung berbagai kesenian daerah tanpa harus jauh-jauh datang ke daerah asal budaya itu. Dengan pawai budaya ini, Pemerintah Kota Probolinggo berharap sektor pariwisata di daerahnya bisa berkembang pesat.(ANS)

Sumber: http://id.news.yahoo.com/lptn/20100704/tpl-pawai-budaya-nusantara-hibur-warga-p-9c562ac.html

Anak Pengasong Lahir Tanpa Dubur

Minggu, 4 Juli 2010 | 13:04 WIB

Probolinggo - Gembira bercampur duka. Itulah yang kini dialami pasangan suami-istri Hartono dan Hanifah, warga Dusun Lori, Desa Sumurmati, Kec. Sumberasih, Kab. Probolinggo. Gembira karena Selasa lalu anak pertamanya, seorang perempuan lahir selamat di RSUD Dr Moch. Saleh, Kota Probolinggo. Namun, mereka sedih karena dubur bayi mungil itu ternyata tertutup.

Oleh RS, bayi yang belum diberi nama itu disarankan dirujuk ke RS dr Saiful Anwar (RSSA) Malang. Seketika Hartono yang sehari-hari menjadi pedagang asongan di Terminal Banyuangga itu terpikirkan biaya.

“Saya sempat bertanya berapa biaya pengobatan anak saya. Kata dokter, sementara dibuatkan anus buatan dari selang biayanya Rp 3,5 juta, setelah itu harus dioperasi yang biayanya sekitar Rp 20 juta. Darimana saya mendapatkan biaya sebesar itu?” keluh Hartono, Sabtu (3/7).

Jangankan biaya puluhan juta, biaya persalinan anaknya di RSUD sebesar sekitar Rp 3 juta pun harus didapat dengan utang ke sejumlah kerabatnya.

“Saya sebenarnya ingin cucu saya sembuh, normal seperti anak-anak lainnya, hanya saja masih kebingungan mencari dana,” ujar Usman, kakek si bayi yang sehari-hari menjalankan mesin traktor milik orang lain.

Bayi perempuan yang belum berumur sepekan itu lubang duburnya tidak tampak. “Memang ada sedikit lubang, seukuran lubang jarum, letaknya di atas lubang dubur biasanya,” ujar Sulimah, nenek si bayi.

Ya dari lubang seukuran jarum itulah si bayi buang air besar. “Mungkin karena lubang anusnya kecil, sehingga perut cucu saya sering kembung,” ujar Sulimah.

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=ce21254dd4a3896852fdcb391311cbe0&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Bayi Perempuan tanpa Anus

[ Minggu, 04 Juli 2010 ]
Orang Tua Tak Punya Biaya Operasi

PROBOLINGGO - Pasangan suami istri (pasutri) Hartono, 30, dan Hanifah, 18, sedang mendapat cobaan. Putri yang mereka harapkan sejak dua tahun lalu, terlahir tanpa anus. Lebih menyedihkan lagi, keluarga ini tak punya biaya untuk mengobatkannya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, Selasa (29/6) lalu Hanifah melahirkan di RUSD Dr Moh Saloh Kota Probolinggo. Warga Desa Sumurmati, Sumberasih, Kabupaten Probolinggo itu melahirkan seorang bayi perempuan.

Sayangnya kebahagiaan atas kelahiran bayi perempuan itu tak berlangsung lama. Setelah dilahirkan sekitar pukul 13.00 dokter mengabarkan bahwa bayi tersebut terlahir tanpa anus.

Kesedihan mulai menyelimuti pasutri tersebut dan keluarganya. Terlebih, ketika dokter menyatakan bahwa harus dilakukan operasi untuk membuatkan dubur buatan. Keluarga pasutri yang menikah pada 2008 itu setuju. Namun mereka kebingungan soal biaya. "Kata dokter, biayanya sekitar Rp 20 juta," ujar Hanifah.

Pasutri yang sama-sama tidak mempunyai pekerjaan tetap itu mengaku tidak sangggup membayar biaya pengobatan putrinya. Sambil memikirkan dari mana mendapatkan uang, Hanifah dan anaknya sempat menjalani perawatan di RSUD.

Hanifa menjalani perawatan di ruang Melati, sedangkan putrinya dirawat di ruang Dahlia. Kamis (1/7) lalu Hanifah sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Namun tidak begitu dengan putri mereka.

Pihak rumah sakit masih belum memperbolehkan putri mereka dibawa pulang. Sebab masih harus menjalani perawatan. Tapi, mereka memaksa untuk membawa pulang putrinya itu. Karena memaksa, akhirnya pihak rumah sakit mengizinkan juga.

Hartono mengatakan selama masa persalinan dan menjalani perawatan di RSUD, sudah mengeluarkan duit sekitar Rp 3 juta. Untuk melunasi biaya itu saja, Hartono harus mencari utangan kesana kemari. Apalagi, harus mengeluarkan duit sebesar Rp 20 juta. "Biaya persalinannya sudah kami bayar, tapi masih utang," jelasnya.

Menurut Hartono, sebenarnya putrinya bukan tidak mempunyai dubur secara total. Ada tapi tidak normal, besarnya hanya sebesar jarum. Karena itulah, dokter menyarankan untuk dilakukan operasi demi masa depan putrinya. "Kami mau dapat dari mana uang sebanyak itu (Rp 20 juta). Perutnya juga mulai kembung dan sering nangis," ujarnya.

Hartono menjelaskan, pihak RSUD juga sudah merujuk putrinya ke Malang. Dan, sebelum dirujuk ke Malang rumah sakit hendak melakukan operasi. Yakni, dengan memasang selang pembuangan. Tapi tawaran itu juga ditolak, alasannya juga karena biaya. "Kami dimintai Rp 3,5 juta, tapi kami tidak sanggup karena tidak ada uang," ujar lelaki yang bekerja sebagai pedagang asongan itu.

Kini Hartono dan Hanifah tidak tahu lagi bagaimana nasib putri pertamanya itu bila tidak dioperasi. Padahal, mereka masih ingin melihat bayinya normal seperti manusia pada umumnya. Keduanya berharap belas kasihan dari para dermawan. Terutama dari pemerintah. "Kami sudah tidak punya apa-apa. Harapan kami ada yang membantu, karena kalau mengandalkan pekerjaan suami jelas tidak mungkin," ujar Hanifah.

Hal senada juga diakui oleh Usman, 41, kakek bayi yang belum berusia sepekan itu. Usman mengakui banyak warga yang menyarankan untuk segera dilakukan operasi terhadap cucunya. Usman mengaku semua saran itu sama dengan keinginannya. Tapi, apalah daya biaya untuk melakukan operasi itu tidak ada.

"Katanya kami harus menyediakan minimal Rp 20 juta. Dari mana mau dapat uang sebanyak itu? Untuk biaya yang di sana (persalinan) saja kami masih ngutang," ujarnya.

Kesedihan Usman dan keluarganya semakin dalam, itu ketika ada warga yang mengatakan kalau tidak cepat dioperasi sama saja dengan mengharap cucunya mati.

"Harapan saya, ya ada yang membantu cucu saya supaya bisa lekas sembuh. Terutama dari pemerintah. Kalau kami mau dapat dari mana? Keluarga sudah tidak mampu, untuk mendapatkan Rp 10 ribu saja repot. Hasil kerja kami hanya cukup untuk dimakan," keluhnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168023

Peserta Apeksi Kunjungi TWSL

[ Minggu, 04 Juli 2010 ]
Lepas Burung dan Tanam Pohon

PROBOLINGGO - Rapat Koordinasi (rakor) Komisariat Wilayah (komwil) IV Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke 7 di Kota Probolinggo sudah selesai. Rekomendasi dari rakor itu bakal dibawa ke Rapat Kerja Nasional (rakernas) Apeksi di Bandung 25 Juni mendatang.

Penutupan rakor Apeksi berubah dari jadwal yang ditentukan. Mestinya penutupan dilaksanakan Sabtu (3/7) malam, tapi diubah siang hari tepatnya pukul 13.30 di hall Bayuangga hotel Bromo View.

Saat penutupan sejumlah delegasi sudah banyak yang meninggalkan Kota Probolinggo. Yang terlihat hanya dari Kota Blitar, Kota Madiun, Kota Kediri, Kota Kupang, dan Kota Bima. Serta Direktur Apeksi Sarimun Hadi Saputro, Ketua Komwil IV Daniel Adoe dan Wali Kota Probolinggo Buchori.

Direktur Apeksi Sarimun Hadi Saputro menyatakan, setelah rakor akan ada rakernas di Bandung. Sarimun juga menyampaikan banyak hal kaitan dengan reformasi birokrasi, pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat.

Menurutnya, apabila di suatu daerah terjadi aksi demonstrasi atau bentuk aksi dari masyarakat, itu tandanya masyarakat tidak terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintahnya.

"Oleh karena itu kita harus mengantisipasi, istilah lamanya itu deteksi dini untuk mengetahui apa yang diresahkan oleh masyarakat. Keresahan itu terjadi karena kebutuhan dan kepentingan mereka dihalang-halangi. Makanya kalau di daerah ada yang sering demo, bikin macet, itu bukti pemberian pelayanan belum seperti yang diharapkan oleh masyarakat," tegasnya.

Sarimun ternyata tidak hanya datang ke Kota Probolinggo untuk menghadiri Apeksi. Selama beberapa hari di Kota Probolinggo ia sering keluar malam untuk melakukan penelitian langsung kepada masyarakat. Ia mengaku bertanya langsung ke pedagang dan tukang becak mengenai kegiatan yang dilaksanakan pemkot.

"Mereka mendapat berkah dengan kegiatan satu minggu ini. Katanya dagangannya laris. Tukang becak itu sampai tahu kalau di Kota Probolinggo ini ada Apeksi. Itu adalah sesuatu yang membanggakan bagi kami karena Apeksi dikenal oleh masyarakat dan bermanfaat. Saya ini tidak memuji, tapi memang itu kenyataan yang saya temui," kata Sarimun saat memberi sambutan dalam penutupan Apeksi.

Kepada peserta Apeksi, Sarimun bilang bahwa kota-kota yang tergabung bisa saling belajar dengan program yang dimiliki oleh pemkot lain. Mana yang bisa diterapkan maka itu yang bisa diadopsi oleh daerah tersebut.

Di ujung sambutannya Direktur Apeksi mengatakan, pemerintah pusat memiliki program DAK (dana alokasi khusus) Lingkungan Hidup. Melalui program tersebut kota-kota bisa mengajukan program lingkungan hidup supaya mendapatkannya.

"Kami akan bertemu untuk membahas itu dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Semoga anggaran DAK LH pada tahun 2011 bisa turun ke kota masing-masing," ungkapnya.

Sebelum acara penutupan pagi harinya peserta rakor menikmati agenda di lapangan. Mereka melakukan penanaman pohon, pelepasan burung, tinjau lokasi industri, berkunjung ke TWSL (Taman Wisata Studi Lingkungan) dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Pohon persahabatan ditanam di sisi barat Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). Penanaman pohon dilakukan oleh Wali Kota Probolinggo Buchori, Direktur Apeksi Sarimun Hadi Saputro, Ketua Komwil IV Daniel Adoe, peserta rakor dan muspida.

"Menanam pohon adalah sebagian dari ibadah. Acara penanaman pohon ini juga disertai pelepasan burung. Sekarang jarang ada burung berkicau, ini tandanya udara sudah tidak steril. Dengan pelepasan burung diharapkan bisa melestarikan ekosistem yang ada," ujar Buchori saat membuka acara pagi itu.

Diawali pelepasan burung secara bersama-sama dilanjut penanaman pohon. Setelah itu peserta Apeksi menuju ke pabrik PT Kutai Timber Indonesia (KTI) lalu ke TWSL. Di TWSL atau dikenal masyarakat kebun binatang mini, peserta Apeksi mendapatkan hiburan dari wali kota.

Buchori menunjukkan keberaniannya memegang ular kobra dan menenteng ular weling selama di kawasan tersebut. Ketika Buchori memegang ular weling kecil, Asisten Perekonomian Matalil dan Ketua DPRD Kota Probolinggo Sulaiman langsung berlari sekencang-kecangnya meninggalkan kerumunan.

Istri Wali Kota Kupang pun demikian. Melihat ular kobra diangkat keluar oleh pawang ular dan Buchori, ia memilih buru-buru menjauh. Ia sempat meneriaki suaminya, Daniel Adoe agar tidak terlalu dekat dengan ular tersebut.

"Saya kalau siang-siang, setiap hari kadang ke sini ya mainan dengan ular ini," kata Buchori. Puas bermain-main dengan ular, rombongan menuju ke kandang lutung, macan tutul dan beruang. Wali Kota Kupang Daniel Adoe juga sempat berfoto dengan ular sanca yang sudah jinak. Daniel juga penasaran melihat koleksi ikan di TWSL.

Kepada Radar Bromo, Daniel mengaku sangat kagum dan banyak yang bisa ia pelajari selama berada di Kota Probolinggo. "Banyak sekali ini yang kami dapat di Kota Probolinggo. Kami juga punya lahan barang kali bisa dibuat tempat semacam ini (TWSL). Mungkin bisa kami kembangkan," katanya.

Saat berkunjung di KTI, Daniel sempat terkejut karena bahan baku particle board berasal dari limbah kayu. Di Kupang limbah seperti itu sangat banyak tetapi tidak dimanfaatkan seperti perusahaan di Probolinggo. Kupang juga mengaku cukup banyak punya kayu sengon.

"Kami sudah punya tanah seluas 26 ha, siap untuk langsung dipakai. Makanya saya ingin presentasi jika ada kesempatan. Silakan berinvestasi di kota kami, soal tanah sudah kami sediakan tidak usah beli. Pengalaman kami, investor banyak yang keberatan karena tidak ada tanah. Sekarang tanah sudah ada," jelas Daniel. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168031

Nasi Basi, Aniaya Anak Tiri

[ Minggu, 04 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO-Gara-gara nasi basi Yani, 12, dianianya ibu tirinya, Berta, Sabtu kemarin (3/7). Akibatnya, warga Kelurahan Jrebeng Lor Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo itu, harus berurusan dengan polisi. Itu, setelah warga melaporkan kasus tersebut kepada polisi.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, kemarin (3/7) sekitar pukul 10.00 seperti biasanya Berta hendak memasak. Sebelum memasak, Berta bertanya kepada Yani nasinya ada apa tidak. Mendapat pertanyaan itu, Yani menjawab kalau nasinya ada di dalam magic jar.

Tanpa mengecek, Berta percaya saja dengan omogan Yani. Alhasil Berta tidak memasak nasi, hanya membuat sayur saja. Sedangkan Yani, waktu itu sudah selesai makan. Ia memakan nasi bungkus yang diperoleh dari rumah tetangganya yang ada selamatan.

Nah, setelah sayur dan lauk-pauknya matang Berta hendak makan. Saat hendak mengambil nasi di magic jar. ternyata, nasinya sudah basi. Mendapati itu, Berta langsung memarahi Yani habis-habisan.

Tak hanya itu, Berta yang pernah belajar karate sewaktu masih gadis ini memukul Yani dengan gayung. "Entah, saya tidak tahu (memukul Yani) berapa kali. Saya juga geregetan. Entahlah tangan saya ini, mungkin karena saya punya (ilmu bela diri) karate," ujarnya.

Menurut Berta, Yani bukanlah anak kandungnya. Melainkan anak tiri yang mulai tinggal bersama dengannya sejak usianya masih sekitar 8 bulan. Kambo, ayah Yani berada di Papua. "Dia (Yani) memang sering ngelawan saya. Juga sering mengadu domba saya dengan tetangga," jelas Berta.

Saking kesalnya, Berta pernah mengusir Yani dari rumah. Tapi, Yani tetap bandel. "Sering dia menyakiti saya. Bapaknya, juga sudah berpesan kalau Yani nakal disuruh cubit atau diikat," jelas Berta. "Saya heran kenapa masalah ini sampai ke sini (polisi). Mungkin ini karena ada orang-orang yang benci kepada saya," lanjut Berta.

Saat ditemui wartawan, bocah yang masih duduk dibangku kelas 5 SD itu mengakui kalau dipukul dengan gayung. Yani juga mengaku tidak tahu berapa kali Berta memukul dirinya. "Tidak tahu berapa kali. Kena mulut dan badan," jelas Yani.

Yani mengaku, saat itu tidak tahu kalau nasi yang ada di dalam magic jar sudah basi. Ketika ditanya oleh Berta, ia hanya mengatakan nasinya ada. Bukan basi atau tidak. "Ketika mama (Berta) mau makan, ternyata nasi yang ada di magic jar basi," ujar Yani.

Apalagi, waktu itu Yani tidak memakan nasi yang ada di dalam magic jar. Ia memakan nasi yang diperolehnya dari rumah tetangganya, Jumat (2/7). "Saya makan nasi bungkus yang diperoleh dari rumah orang meninggal," ujar Yani.

Meski mendapat perlakukan kasar dari Berta, Yani mengaku tidak mau kalau mamanya itu ditahan. Karena, Yani mengaku masih sayang kepada mamanya. "Saya tidak mau mama ditahan. Saya masih sayang sama dia (Berta)," ujar Yani.

Dengan adanya kasus tersebut, Kapolresta AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus I Wijayanto menyatakan, sampai kemarin (3/7) pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan terhadap korban dan pelaku. "Kami juga masih akan meminta keterangan dari para saksi," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168028

Tiga Atlet Badminton Probolinggo Jadi Wakil Jatim dalam O2SN

[ Minggu, 04 Juli 2010 ]
Rajin Berlatih dan Rajin Nyekar

Selain menjadi wakil Jatim untuk olimpiade sains, ada juga pelajar dari Probolinggo yang jadi duta Jatim di arena O2SN. Ini olimpiade untuk bidang olahraga. Mereka adalah tiga pelajar yang menjadi atlet badminton.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

KAMIS (17) pukul 14.30, PB Abadi, sebuah klub bulu tangkis di Probolinggo sedianya melakukan latihan rutin. Tapi, saat jarum jam menunjuk pukul 13.30, sudah ada beberapa atlet yang datang lebih dulu dan melakukan latihan sendiri.

Di antaranya adalah Richa Widi Purnamasari,12, dan Sri Fatmawati, 11.

Kedua atlet yang masih bocah itu asyik berlatih sendiri memainkan fun game untuk pemanasan. Walau hanya pemanasan, keduanya tetap serius melatih gerakan-gerakan smash dan drop shot.

Dua anak-anak itu memang bukanlah atlet semabarangan. Mereka saat ini tercatat sebagai pemain dari Probolinggo yang bakal mewakili Jatim di ajang O2SN pada 18 Juli mendatang.

Pada ajang O2SN tingkat Jatim yang digelar Juni lalu di Surabaya , Sri Fatmawai yang mewakil Kabupaten Probolinggo berhasil menjadi juaranya untuk kelas putri. Sementara Richa yang mewakili Kota Probolinggo menjadi runner up-nya, setelah dikalahkan Sri Fatmawati di babak final.

Selain dua atlet tersebut, masih ada atlet asal Probolinggo lainnya yang juga mewakili Jatim. Yakni Arif Dwiyanto, 12 yang mewakili kontingen Kota Probolinggo. Pelajar asal SDN Wonoasih 1 ini berhasil menjadi juara di O2SN nomor putra. Nah, juara dan runner up O2SN tingkat provinsi ini secara otomatis bakal mewakili provinsinya untuk berlaga di O2SN tingkat nasional.

Sekira pukul 14.30 pelatih kepala PB Abadi, Harianto, datang. Beberapa atlet yang sempat berlatih sendiri sesaat sebelum latihan dimulai pun beristirahat sejenak. "Setiap ada waktu ya latihan," ujar Sri Fatmawati, yang masih sekolah di SDN Tamansari IV saat ditemui disela-sela istirahatnya.

Meski keringat bercucuran di dahinya, namun gadis berambut cepak ini nampak masih cukup semangat. "Belum capek. Kan latihannya baru dimulai," kata gadis kelahiran 1 Juni 1999 ini.

Sri Fatmawati dan Richa sejak kecil sudah bergelut dengan bulu tangkis. Persisnya mereka berlatih bulutangkis sejak masih Taman Kanak-kanak (TK). Alasan keduanya bermain bulutangkis juga sama.

Sri awalnya sering diajak ke tempat latihan bulutangkis oleh sang kakak Hendra. Sementara Richa tertarik dengan bulutangkis lantaran mempunyai bude atlet bulutangkis. "Awalnya dulu diajak bude," kata Richa.

Bermula dari ajakan orang terdekat tersebut, baik Richa maupun Sri akhirnya tertarik dengan olahraga Bulutangkis. Akhirnya mereka pun bergabung dengan PB Abadi ketika masih TK.

Sementara Arif Dwiyanto mempunyai cerita yang sedikit berbeda. Bergabungnya Arif dengan PB Abadi lantaran ketidaksengajaan. Arif dinilai mempunyai bakat alam. Arif sendiri merupakan tetangga Harianto sang pelatih.

Awalnya Harianto tidak sengaja melihat Arif yang bermain bulutangkis dengan teman satu angkatannya di lapangan desa. "Saat bermain asal teplok saja itu, , ia (Arif) bermain baik. Karena itu saya memintanya untuk berlatih di klub," jelas Harianto.

Dengan tangan kanan dingin Harianto, ketiga atlet tersebut menjelma menjadi atlet yang berprestasi. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini ketiga atlet ini sudah meraih beragam medali dari berbagai kejuaraan.

"Saya tak ingat meraih berapa medali. Soalnya tidak dihitung. Tapi kira-kira lebih dari 10 medali. Semuanya ditaruh di rumah saya. Disimpan oleh ibu di rumah," kata Sri Fatmawati polos.

Dari seabrek medali dan pengalaman tersebut, salah satu pengalaman paling menariknya adalah saat berhasil menjuarai kejuaraan tingkat Jatim kali pertama tahun 2008 lalu. "Itu adalah medali pertama saya di tingkat Jatim. Sebelumnya hanya di tingkat cabang," ceritanya.

Selain meraih medali, salah satu pengalaman yang paling tak terlupakan adalah bisa mengalahkan lawan bebuyutan. "Kalau lawan bebuyutan saya yang berat itu Rivano dari Surabaya," ungkapnya.

Setiap pertandingan menurut Arif selalu mempunyai cerita sendiri. "Kata pelatih harus selalu konsentrasi di tiap pertandingan. Dan tak boleh mengentengkan lawan," kata Arif menirukan ucapan sang pelatih.

Karena itu jelang O2SN nasional mendatang ketiga atlet tersebut semakin giat berlatih. "Kalau saya setiap hari terus berlatih. Biasanya setiap pagi dan sore. Paling dalam seminggu libur sehari," kata Sri Fatmawati.

Selain giat berlatih, ketiga atlet ini juga mengaku selalu berdoa setiap kali sebelum berlaga. Khusus untuk Arif, ia mempunyai ritual khusus sebelum berlaga di sebuah turnamen.

Beberapa hari jelang pertandingan, biasanya Arif selalu menyempatkan dirinya nyekar di makam kakeknya untuk berdoa. "Kebetulan makam kakek saya berada di belakang rumah," celetuknya.

Sejauh ini ketiga atlet tersebut sudah dipersiapkan untuk tampil. Hanya saja hantu cedera saat ini masih mengganggu. Saat ini kondisi Richa masih belum fit karena belum sembuh dari cedera lutut yang dideranya dari ajang O2SN tingkat Jatim lalu.

Karena itu Richa pun tidak diturunkan pada ajang KONI Pamekasan cup pada 2-5 Juli ini. "Richa masih dalam tahap pemulihan. Kami berharap kondisinya terus membaik dalam beberapa hari terakhir," harap Harianto.

Harianto berharap ketiga atletnya itu tampil maksimal dalam ajang O2SN di Jakarta nanti. Rata Penuh"Kalau bisa menjadi juara di O2SN, nanti bisa dikirim di Athena, Yunani untuk O2SN internasional," katanya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=168024

Petani Makin Minat Tembakau

Sabtu, 3 Juli 2010 | 07:53 WIB

PROBOLINGGO-Dibandingkan setahun lalu, areal tembakau Paiton VO di Kab. Probolinggo pada musim tanam 2010 ini membengkak sekitar 1.000 hektare. Areal tembakau yang pada musim tanam 2009 lalu seluas 6.923 hektare pada MT 2010 ini menjadi 7.923 Ha.

”Meskipun areal bertambah luas 1.000 hektare mudah-mudahan dengan rencana pembelian oleh gudang-gudang tembakau sebesar 10.300 ton, semua tembakau petani bisa terserap pasar,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab. Probolinggo, Ir Nanang Trijoko S, Sabtu (3/7).

Nanang menambahkan, tahun lalu 9.000 ton tembakau petani dengan areal 6.923 hektare terserap pasar. ”Pada MT ini luas areal naik sekitar 14,4 persen (7.923 ha) sementara target pembelian dari gudang tembakau 10.300 ton,” ujarnya.

Nanang juga menunjukkan grafik yang menggambarkan tren harga tembakau naik dari tahun ke tahun. Tahun 2004 harga tembakau Rp 8-10 ribu/Kg, 2005 menjadi Rp 10-12 ribu, dan pada 2006 Rp 12-16 ribu.

Pada 2007 harga tembakau mencapai Rp 17-22 ribu/kg, pada 2008 Rp 18-27 ribu, dan pada 2009 Rp 18-30 ribu. ”Mudah-mudahan pada 2010 ini harga tembakau naik lebih tinggi lagi,” ujar Nanang.

Meski pada MT 2010 ini areal tembakau meluas menjadi 7.923 Ha, Pemkab Probolinggo pun menetapkan rambu-rambu. ”Daerah yang kurang dan tidak potensial untuk ditanami tembakau diharapkan tidak ditanami. Sebaiknya ditanami komoditas lain seperti padi, jagung, atau kedelai,” ujarnya.

Ada tujuh kecamatan di Kab. Probolinggo yang potensial ditanami tembakau. Hal itu mengacu pada kultur budidaya tembakau sejak lama terkait faktor agroklimat. Mengacu pada faktor agroklimat itu tujuh kecamatan diplot untuk tanaman tembakau. Yakni, Kec. Paiton (1.268 ha), Pakuniran (1.030 ha), Kotaanyar (1.820 ha), Besuk (1.507 ha), Gading (1.598 ha), Krejengan (1.385 ha), dan Kec. Kraksaan (754 ha). isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=af9bfe19638f7951a9158a1ab1c67c8a&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Musim Tanam, Bibit Tembakau Naik

Sabtu, 3 Juli 2010 | 07:32 WIB

PROBOLINGGO - Musim tanam (MT) tembakau jenis Paiton Voor Oogst (Paiton VO) di Kab. Probolinggo diwarnai dengan melonjaknya harga bibit tembakau. Kenaikan bibit hingga 100% lebih itu dikeluhkan para petani yang mulai menanam tembakau sejak akhir Juni-awal Juli ini.

“Awal hingga pertengahan Juni lalu bibit tembakau masih berkisar Rp 20-30 ribu per 1.000 batang, tetapi akhir-akhir ini melonjak menjadi Rp 50 ribu,” ujar H Taufik Djam’an, petani tembakau dari Kec. Besuk, Kab. Probolinggo, Sabtu (3/7).

Untuk lahan 1 hektare dibutuhkan sekitar 15.000 bibit tembakau. “Itu kalau bibit hidup semua. Kalau ada yang mati masih harus beli bibit tambahan,” ujarnya.

Taufik yang mengaku, menamam sekitar 2 hektare tembakau sejak akhir Juni lalu terpaksa merogoh sakunya lebih dalam karena harga bibit melonjak. “Sehingga untuk bibit saja perlu uang Rp 1,5 juta, belum biaya pengolahan tanah, perawatan, dan pemupukan,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Andi, warga Kec. Paiton, Kab. Probolinggo. “Merawat tembakau semasa masih muda seperti merawat bayi, susahnya bukan main. Seringkali bibit yang ditanam mati sehingga harus disulami (diganti) tanaman baru,” ujarnya.

Sisi lain, kata Andi, petani sering kelabakan saat mencari bibit. Kalaupun ada harus berebut sehingga harganya pun melambung.

Mahalnya bibit tembakau diduga karena saat MT tembakau Juni lalu hujan masih mengguyur kawasan timur Kab. Probolinggo. “Banyak bibit tembakau yang baru ditanam mati karena diguyur hujan,” ujar Andi.

Dikatakan, tembakau baru tanam tidak sama dengan jagung yang memang tambah subur saat diguyur hujan. “Tembakau muda kalau terkena hujan deras gampang mati. Bahkan tembakau menjelang panen pun kalau terkena hujan daunnya rusak, rasanya pahit, aromanya kurang,” ujar Andi.

Ketika banyak bibit tembakau yang mati di awal MT Juni lalu, harga bibit pun menganut hukum ekonomi. “Saat akhir Juni dan awal Juli hujan reda, beramai-ramai petani menanam tembakau, harga bibit langsung melejit,” ujar H Taufik.

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=cb6c79472566e769552b29d91babc932&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Dien Peluang Pimpin Muhammadiyah Lagi

Sabtu, 3 Juli 2010 | 07:17 WIB

PROBOLINGGO - Menjelang Muktamar Muhammadiyah ke-64 di Jogjakarta yang dibuka Sabtu (3/7) nama Dien Syamsuddin diprediksi masih bakal menduduki kembali jabatan Ketua Umum PP Muhammadiyah. Selain tanpa saingan setelah Amien Rais menyatakan lebih memilih berkiprah di PAN daripada di Muhammadiyah, Dien dinilai mempunyai dukungan kuat di akar rumput.

”Kami mendengar informasi, PDM-PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) di kota/kabupaten di Jatim masih mengunggulkan Pak Dien,” ujar Ketua Umum PDM Kota Probolinggo, HM. Nurhasan SH MHum, Sabtu (3/6).

Bahkan informasi yang diperoleh dari PW Muhammadiyah Jatim, seluruh Jawa bisa dikatakan bakal mengusung Dien Syamsuddin. ”Dulu mungkin masih banyak PDM yang mendukung Pak Amien, tetapi setelah Pak Amien menyatakan lebih memilih berkiprah di PAN, semua dukungan mengarah ke Pak Dien,” ujar Nurhasan.

Disinggung mengapa dukungan ke Dien masih kuat, Nurhasan mengemukakan sejumlah alasan. ”Pak Dien orangnya istiqomah memperjuangkan Muhammadiyah. Diundang ranting (tingkat desa/kelurahan) Muhammadiyah pun Pak Dien datang,” ujarnya.

Dari sisi eksternal, kata Nurhasan, Dien bisa diterima berbagai kalangan. Mulai MUI, NU, Al Irsyad, Persis, dan berbagai ormas Islam. ”Bahkan di kalangan artis, Pak Dien dikenal sebagai kiai-nya artis karena sering berdakwah di kalangan selebritis,” ujarnya.

Selain mengusung Dien, PDM-PDM di Jatim diprediksi bakal membawa sejumlah nama dari Jatim. Ada sejumlah nama kandidat dari PW Muhammadiyah Jatim yang layak diusung di antaranya, Prof. Dr Syafiq A. Mughni (Ketua PW), Prof. Dr Thohir Luth (Majelis Tarjih dan Tajdid), dan Prof. Dr Muhadjir Effendi (Rektor Universitas Muhammadiyah Malang/UMM), dan Dr Zainuddin Maliki.

”Idealnya ada dua sosok dari Jawa Timur yang masuk ke PP Muhammadiyah, tetapi yang kami usulkan mungkin hanya Pak Syafiq. Kalau Pak Muhadjir yang mengusulkan PP,” ujar Nurhasan. Dikatakan kalau sejumlah tokoh Muhammadiyah Jatim terlalu banyak menempati struktur di PP, dikhawatirkan PW Muhammadiyah Jatim kurang terurus.

Sekadar diketahui, menjelang Muktamar Muhammadiyah tepat 1 abad usia ormas Islam itu sudah ada 124 nama yang diusulkan menempati jajaran PP Muhammadiyah. Delegasi (peserta) muktamar bakal menyeleksi menjadi 39 nama calon tetap.

“Selanjutnya 39 nama itu dipilih menjadi 13 formatur, yang akan menyusun struktur PP,” ujar Nurhasan. Calon yang mendapatkan suara terbanyak (diranking) bakal menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=2fbbc583d9dcde9fd4eb022e25f3fa37&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c