Sabtu, 22 Mei 2010

Bakrieland Bangun Tol Ciawi-Lido

Sabtu, 22/5/2010 | 10:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Bakrieland Development Tbk segera membangun infrastruktur jalan arteri ataupun jalan tol baru untuk menghubungkan beberapa perumahan yang sahamnya telah diakuisisi. Dananya dari penerbitan saham baru (rights issue) sebesar Rp 5,42 triliun.

"Kami tak menunggu pemerintah atau investor tol lainnya, kami bangun sendiri jalan," kata Presiden Direktur Bakrieland Hiramsyah S Thaib, Jumat (21/5/2010) di Jakarta. Jalan arteri dan tol itu dibangun di selatan Jakarta, tepatnya di Bogor dan sekitarnya.

"Desember 2011 ditargetkan Ciawi sampai Lido sudah selesai dibangun. Tol sepanjang 12 kilometer itu sebagai akses jalan ke Hotel Lido Lakes yang sudah kami akuisisi," ujar Hiramsyah.

Awal Mei lalu, PT Bakrie Toll Road, anak perusahaan Bakrieland, telah mempercepat pembebasan tanah tol Ciawi-Sukabumi. Pembayaran awal lahan dikerjakan di Desa Ciherang, Pondoh, Kabupaten Bogor.

"Sebenarnya kami dijanjikan dana pembebasan lahan dari Badan Layanan Umum. Namun, ternyata berbulan-bulan tidak turun, ya sudah, kami gunakan dana internal," ujar Hiramsyah.

Lahan Bakrieland di daerah Lido sudah mencapai 1.000 hektar. "Nantinya, kami akan bangun kota mandiri dengan harapan penghuninya bekerja di Sukabumi atau Bogor. Namun, untuk menuju Jakarta, selain tol juga ada kereta dari Sukabumi-Bogor-Jakarta," ujar Hiramsyah.

Sejalan pembangunan tol Ciawi-Sukabumi, kini PT Bakrie Toll juga mempercepat pembangunan tol Pejagan-Pemalang, Batang-Semarang, dan Pasuruan-Probolinggo.

Arteri Jonggol
Sementara itu, Bakrieland akan membangun jalan akses menuju Jonggol sepanjang 12 kilometer. "Jalan arteri itu akan dibangun selebar 60 meter, nantinya menghubungkan perumahan Bukit Jonggol dengan Tol Jagorawi," kata Hiramsyah. Di Bukit Jonggol dan Sentul City, total lahan yang telah siap untuk dibangun seluas 11.000 hektar.

"Kami akuisisi lahan besar-besaran, dengan perkiraan melonjaknya permintaan perumahan pada tahun 2010 dan dalam lima tahun ke depan," ujar Hiramsyah.

Menurut Hiramsyah, booming properti akan terjadi karena tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) rendah.

Perbankan di Indonesia pun, kata Hiramsyah, menargetkan pertumbuhan rata-rata KPR sebesar 45 persen pada tahun ini.

Hiramsyah menegaskan, meski membangun di selatan Jakarta, Bakrieland tidak melupakan pembangunan Rasuna Epicentrum di Kuningan dan di Sentra Timur, Jakarta. (Haryo Damardono/KOMPAS Cetak)

RYO

Sumber : http://properti.kompas.com/read/xml/2010/05/22/1008531/Bakrieland.Bangun.Tol.Ciawi-Lido..-3

Pemkot Buka Peluang Negosiasi

[ Sabtu, 22 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO-Dukungan agar pemkot bernegosiasi dengan PT Avila Prima terkait sengketa bangunan Plaza Probolinggo mendapat dukungan penuh dari dewan. Komisi A DPRD meminta pemkot mempertimbangkan penukaran aset dengan sejumlah uang sesuai harga tawar-menawar.

Sejauh ini PT Avila telah membuka angka Rp 550 juta untuk menyerahkan pengelolaan kawasan pertokoan itu ke pemkot.

Sekda Johny Haryanto mengaku pemkot siap melakukan negosiasi dengan pihak pengelola plaza. "Kami berupaya agar tidak terkatung-katung dan masalahnya tidak berkepanjangan. Saran dewan itu baik. Sebenarnya sejak awal kami juga berpikir begitu, melakaukan pendekatan kepada pengelola," ungkapnya.

Sayangnya belum bisa dipastikan kapan pertemuan dengan PT Avila Prima bakal dilaksanakan. Sekda hanya berharap bisa segera dilaksanakan. Anggaran negosiasi bisa saja dimasukkan dalam PAK (perubahan anggaran keuangan).

"Itu kalau sudah deal. Pasti akan kami prioritaskan. Pemda sudah memiliki iktikad baik untuk bertemu dan bernegosiasi, seharusnya pengelola juga punya niatan yang sama. Biar ketemu kesepakatannya," terang Johny saat ditemui di kantornya, Jumat (21/5) kemarin.

Apabila plaza bisa kembali dikelola, pemkot sudah memiliki program ke depan untuk plaza yang dikelilingi empat ruas jalan berbeda itu. Di antaranya Jl Panglima Sudirman dan Jl Dr Soetomo. Terkait program tersebut pemkot sudah melakukan pembahasan secara internal.

"Yang penting semuanya dipertimbangkan masak-masak. Pemkot tidak mau kehilangan asetnya. Susahnya kan ini dikelola oleh dua pengusaha, makanya penyelesaian harus dilakukan bertahap. Mudah-mudahan saja bisa tawar menawar. Tidak mungkin permasalahan ini digantung seumur hidup," tegas dia.

Seperti diberitakan, pengelolaan Plaza Probolinggo ini di bawah kewenangan PT Avila Prima berdasarkan kerjasama dengan pemerintah saat dipimpin Wali Kota Latief Anwar. Perjanjian itu tidak ada batas waktunya dan pengelola mengantongi surat izin menempati bangunan.

Keganjilan surat perjanjian itu membuat pemkot menempuh jalur hukum dengan mengugat pihak PT Avila Prima di pengadilan negeri (PN) setempat. Namun, dalam pengadilan itu pemkot kalah, lalu mengajukan banding ke pengadilan tinggi (PT) di Surabaya. Sampai sekarang putusan banding itu masih belum turun. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159864

BKSM Dinilai Tak Adil, MA Hanya Dijatah 76 Siswa

[ Sabtu, 22 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO -Bantuan Khusus Siswa Miskin (BKSM) untuk SMA/SMK/MA negeri dan swasta tahun 2010 mendapat sorotan dari wakil ketua DPRD Kota Probolinggo Abdullah Zabut.

Distribusi program tersebut dinilai tidak adil bagi Madrasah Aliyah (MA). Sebab, dari 2.059 paket bantuan bersumber APBD provinsi dan kota itu, siswa MA di Kota Probolinggo hanya kebagian 76 paket.

"Sangat tidak memenuhi rasa keadilan bagi aliyah (MA). Banyak bantuan yang digelontorkan baik dari pusat, provinsi, dan daerah di Kota Probolinggo hanya 76 siswa MA yang mendapatkan BKSM," keluh Wakil Abdullah Zabut.

Menurut Zabut, BKSM dari APBD provinsi sebanyak 983 paket. Sedangkan BKSM dari APBD kota ada 1.076. "Dari sekian banyaknya MA di kota, yang menerima hanya 76 siswa. Jumlah MA di kota sekitar 7 MA, masing-masing aliyah hanya 10 siswa yang dapat," ujarnya.

Nominal BKSM baik dari APBD provinsi dan APBD kota masing-masing siswa mendapat Rp 65 ribu per bulan. Zabut menganggap pembagian bantuan itu tidak merata dan tidak adil bagi lembaga seperti MA. Padahal seharusnya MA mendapatkan hak yang sama.

Oleh karena itu, Zabut meminta kepada pemkot dalam hal ini Dinas Pendidikan melakukan revisi data bantuan BKSM untuk SMA/MK dan Aliyah negeri swasta. "Ini sangat tidak adil. Bagaimanapun status MA itu sama dengan SMA menurut UU sistem pendidikan nasional (sisdiknas). Sama seperti pendidikan umum yang lain," terang dia.

Kepada Radar Bromo Zabut menegaskan kalau pondok pesantren juga masuk dalam sisdiknas. Yang berarti ponpes atau aliyah merupakan lembaga formal yang dijamin oleh undang-undang. Realisasi yang terjadi saat ini, kebijakan BKSM tidak memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat.

"Ketidakadilan ini terjadi karena Dinas Pendidikan sering mendikotomi, antara madrasah dan sekolah umum. Padahal kami sudah menekankan berkali-kali agar tidak melakukan dikotomi lembaga pendidikan. Yang menentukan penerima bantuan adalah Dinas Pendidikan," ujar wakil rakyat yang juga pengelola ponpes Roudlotut Tholibin itu.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani menjelaskan bahwa penyebab sedikitnya siswa penerima BKSM itu karena anggaran dari pusat memang dikurangi. Sedangkan lembaga yang berada di bawah Departemen Agama atau yang kini berganti nama Kementerian Agama menjadi tanggungjawab instansi tersebut.

"Mosok arep dapat dobel ta? Pengurangan anggaran itu tidak hanya di MA. Dinas pendidikan tidak membedakan. Rekening satu untuk dua lembaga itu tidak diperkenankan. Kebijakan (kementerian agama) tidak hanya untuk BKSM, DAK (dana alokasi khusus) juga demikian. Anggarannya tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya," tegas Maksum yang mengelak penentuan data penerima BKSM untuk MA dari Dinas Pendidikan. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159863

Kapolres Surati Denpom Malang

[ Sabtu, 22 Mei 2010 ]
Tanyakan Hasil Pemeriksaan Serma Niman


KRAKSAAN
- Polres Probolinggo terus berupaya mengusut kasus mutilasi Hartono alias To, 30, warga Dusun Kongsi Desa Andungsari, Tiris Kabupaten Probolinggo. Usai memeriksa 12 saksi, polres mengirim surat ke Komandan Denpom Malang untuk menanyakan hasil pemeriksaan atas serma Niman.

Surat dari Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi itu dikirim pada Kamis (20/5) lalu. "Garis besarnya, kami menyanyakan hasil pemeriksaan atas serma Niman yang saat ini telah diperiksa di Denpom Malang," kata Kapolres AKBP AI Afriandi kemarin (21/5).

Hasil pemeriksaan terhadap Serma Niman dirasa penting untuk menguak kasus mutilasi Tiris. Terutama untuk mengetahui apa ada kaitan Serma Niman yang anggota TNI dari Koramil 0820/12 Kraksaan itu dengan kasus mutilasi Hartono.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Hartono alias To, 30, ditemukan tewas dengan tubuh termutilasi hingga jadi sembilan bagian. Hartono adalah warga Dusun Kongsi, Desa Andungsari. Tapi, tubuh bapak satu anak -istrinya kini hamil anak kedua- itu ditemukan termutilasi di tengah hutan kopi di Dusun Segaran Duwes, Desa Andungsari.

Sembilan bagian tubuh Hartono ditemukan dikubur terpisah di lima lubang. Potongan-potongan tubuhnya ditemukan pada Selasa (11/5) sebanyak enam potongan dan Rabu (12/5) sebanyak 3 potongan.

Meski sudah mendapatkan hasil otopsi dari jenazah korban, namun Polres Probolinggo sampai sejauh ini juga masih belum menentukan siapa tersangka mutilasi yang menggegerkan Tiris tersebut. Motor bermerek Tossa yang dipakai korban saat terakhir kali terlihat, juga masih belum ditemukan keberadaannya.

Sementara, nama Serma Niman jadi perhatian dalam kasus ini. Sebab, tempat kejadian perkara (TKP) ditemukannya potongan-potongan tubuh Hartono adalah kebun kopi Perhutani yang dikelola keluarga Serma Niman. Selain itu, di antara barang-barang bukti (BB) yang ditemukan polisi di TKP, ada juga fotokopi KTP milik Serma Niman.

Sebelumnya, Serma Niman sebelumnya telah diperiksa di Korem Malang dan Kodim 0820 Probolinggo. Dan kini Serma Niman diperiksa di Denpom Malang. Hanya, belum diketahui apa hasil pemeriksaan tersebut. Karenanya polres merasa perlu mendapat hasil pemeriksaan itu.

Di sisi lain, untuk mengungkap kasus mutilasi ini, polres juga masih menunggu hasil pemeriksaan tim labfor Mabes Polri cabang Jatim. Terutama hasil pemeriksaan beberapa barang bukti yang ditemukan, termasuk pistol jenis FN dan sebelas butir peluru.

Dari hasil labfor tersebut nantinya bakal diketahui apakah dalam barang bukti tersebut ditemukan sidik jari. "Kemungkinan hasil labfor dari pemeriksaan BB bakal turun Senin (24/5) depan," beber Kapolres.

Kasatreskrim AKP Heri Mulyanto menambahkan, hasil labfor atas BB tersebut bisa memberi petunjuk yang cukup signifikan untuk mengungkap kasus mutilasi Tiris tersebut. "Minta doanya saja, tolong dibantu," ujarnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159860

Kapolres Surati Denpom Malang
Sabtu, 22 Mei 2010 | 10:33 WIB

PROBOLINGGO - Guna mengungkap kasus di balik pembunuhan Hartono (30), warga Desa Andungsari, Kec. Tiris, Polres Probolinggo menyurati Denpom Malang. Soalnya, sejak beberapa hari terakhir, Serma Niman, anggota Koramil Kraksaan, Probolinggo diperiksa di Markas Denpom Malang.

”Benar, kemarin (Kamis, 20/5, Red.) kami mengirimkan surat ke Komandan Denpom Malang. Tujuannya, meminta perkembangan terkait pemeriksaan terhadap Serma Niman,” ujar Kapolres, AKBP A.I. Afriandi dihubungi, Jumat (21/5).

Namun hingga kini belum ada jawaban dari Denpom Malang terkait pemeriksaan terhadap Serma Niman. Dikatakan Polres hanya bisa menunggu sambil memeriksa sejumlah saksi.

”Kami juga berharap, hasil Labfor (Laboratorium Forensik, Red.) Mabes Polri Cabang Surabaya terhadap pistol FN bisa membantu pengungkapan kasus ini,” ujar AKBP Afriandi yang segera dipromosikan sebagai Wadirlantas Polda Sulteng.

Seperti diketahui, pistol FN dan 12 pelurunya ditemukan pada potongan mayat Hartono. Mayat yang dipotong-potong (dimutilasi) menjadi 9 bagian itu ditemukan di kebun kopi milik Serma Niman di Dusun Segaran Duwas, Desa Andungsari.

Yang mengejutkan tidak hanya pistol FN dan 12 pelurunya yang ditemukan. Selembar fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama Niman dengan pekerjaan sebagai TNI.

Pada KTP ber-NIK (nomor induk kependudukan) 3574031512670005 itu tertera nama Niman dengan alamat Jl. KH Samanhudi, Kel. Wiroborang, Kec. Mayangan, Kota Probolinggo.

Selain fotokopi KTP, dalam bungkusan kain berwarna biru itu juga ditemukan identitas lain milik Niman. Yakni selembar bukti setoran tunai bank BCA senilai Rp 900 ribu. Setoran itu juga atas nama Niman, tertanggal 15 Maret 2010.

Meski ada beberapa barang bukti yang beridentitas Serma Niman, Polres belum berani mengambil kesimpulan. ”Kami masih mendalami temuan itu sambil menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan Denpom Malang,” ujar Kapolres.

Terkait keberadaan fotokopi Serma Niman pada mayat Hartono, Pasi Intel Kodim 0820 Probolinggo, Kapten Matali mengatakan, belum tentu Serma Niman terlibat pembunuhan. Dikatakan bisa saja fotokopi itu diletakkan oleh orang yang ingin menyudutkan korps TNI.

Dalam pemeriksaan di Makodim, 13-15 Mei lalu, Serma Niman mengatakan, dirinya sering dimintai warga Andungsari yang mendapat kiriman uang dari luar negeri. Sejumlah warga desa memang menjadi TKI/TKW di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Arab Saudi. ”Serma Niman sering dimintai tolong mencairkan uang kiriman itu di bank,” ujar Kapten Matali.

Agar warga percaya, kata Kapten Matali, Serma Niman pun meninggalkan fotokopi KTP kepada sejumlah warga. ”Saat diperiksa Serma Niman pun mengaku, sejumlah warga memegang fotokopi KTP-nya,” ujar Pasi Intel Kodim.

Sisi lain, dalam pemeriksaan terhadap Serma Niman, juga istrinya di Makodim juga terungkap, hubungan suami-istri itu sudah tidak harmonis. Keduanya sejak beberapa bulan lalu pisah ranjang.

Polisi pun kini berusaha memperdalami hubungan keseharian istri Serma Niman itu dengan Hartono-Misnati. Juga aksi Misnati yang dua kali menampar pipi suaminya (Hartono) gara-gara Hartono dipergoki berduaan di rumah Fatimah, istri Ali. Tiga pasang suami-istri itu memang tinggal bertetangga di Dusun Kongsi, Desa Andungsari. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=1e93a9e455f77c12ee3365c92871082b&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc



Suparmo Ditemukan Tewas Mengambang

[ Sabtu, 22 Mei 2010 ]
KREJENGAN - Dugaan bahwa Suparmo hilang terseret arus akhirnya terbukti. Setelah dicari sejak Rabu malam (19/5), warga Dusun Kasengan, Desa Sumberkatimoho, Krejengan itu ditemukan tewas mengambang, kemarin (21/5).

Dia ditemukan mengambang di sungai Rondoningo, Dusun Kedungwringin, Sentong, Krejengan. Tepatnya, sedikit di luar perbatasan Desa Bulu-Sentong. Yakni, sekitar 3 kilometer dari lokasi korban diperkirakan hanyut pada Rabu malam.

Mayat korban sendiri ditemukan sekira pukul 09.00 WIB dalam kondisi telungkup. Dia ditemukan empat warga Dusun Krajan, Sentong. Yakni Supandi, Ririn, Hasan dan Pak Su.

Mereka berempat sudah melakukan pencarian sejak Rabu malam. Namun tidak membawa hasil. Sebab meski tinggi air sudah diturunkan, arus masih tetap deras. Apalagi di beberapa bagian sungai ada tempat yang cukup dalam. Yakni, sekitar 5-6 meter.

Dan kemarin, mereka akhirnya melihat sesosok mayat mengapung yang diyakini sebagai tubuh korban. Keempatnya langsung berenang menghampiri mayat tersebut. Mayat lantas dibawa ke pinggir sungai. Setelah dilihat, empat warga memastikan mayat tersebut adalah korban.

Saat itu juga, tubuh korban langsung diangkut dengan mobil ambulans oleh tim PMI. Rencananya, tubuh korban dibawa ke RSUD Waluyojati Kraksaan. Namun, aparat desa tidak berkenan.

Setelah dirembug, akhirnya mayat korban langsung dibawa ke rumahnya. "Ini sesuai permintaan pihak keluarga," ujar Koordinator PMI Kabupaten Probolinggo, Haryanto.

Seperti diberitakan Radar Bromo, korban hilang mulai Rabu. Saat itu sekira pukul 16.30 WIB, Rusmina istri korban bingung mencari suaminya itu. Sebab, korban belum juga pulang setelah bekerja membuat bedeng di sawah milik Zaini.

Sementara Zaini sudah pulang. Padahal, Zaini pulang bersama korban. Saat itu, korban dan Zaini pulang dengan melintasi sungai Pandan Laras. Karena itu, diduga korban hilang terseret arus.

Kabar itu langsung terdengar cepat. Saat itu juga, warga Sumberkatimoho langsung melakukan pencarian. Polsek dan Koramil Kecamatan Krejengan juga langsung menyisir jalur sungai Pandan Laras. Bahkan, pencarian dilakukan hingga sungai Rondoningo dan laut.

Namun, hingga Kamis (20/5) korban belum ditemukan. Padahal untuk memudahkan pencarian, saat itu tinggi air sungai sudah diturunkan oleh penjaga air.

Kamis sekitar pukul 16.00 WIB, tim SAR dan PMI Kabupaten Probolinggo datang membantu. "Sebenarnya telat Mas. Masak baru tiba 24 jam kemudian," ujar Kades Sentong, Rekso Ijoyo.

Rekso sendiri mengaku langsung menurunkan warga Sentong untuk melakukan pencarian sejak Rabu malam. Itu dilakukan sebagai bentuk rasa kemanusiaan. Hingga akhirnya mayat korban ditemukan warga Sentong. "Apalagi tetangga desa, Mas," ujar Rekso. (eem/hn)

Keluarga Tak Mau Diotopsi

Sementara itu rumah korban di Dusun Kasengan, Desa Sumberkatimoho, Krejengan, kemarin dipenuhi warga. Begitu ada berita tubuh korban ditemukan tewas mengambang, warga menunggu kedatangan mayat korban di rumah itu.

Ambulans yang membawa tubuh korban tiba, tidak lama setelah ada berita korban ditemukan. Begitu tiba di rumah korban, mayat langsung dibawa masuk. Di rumah itu sudah menunggu istri dan anak korban, yakni Rusmina, 42, dan Misnadi, 25.

Namun, petugas sempat kesulitan membawa tubuh korban masuk. Sebab, saat itu warga berjubel ingin menyaksikan mayat korban. Tak sedikit pula yang menangis.

Beberapa saat kemudian, petugas medis Puskesmas Krejengan tiba di rumah korban. Mereka langsung memeriksa mayat korban.

Kepala Puskesmas Krejengan dr. Agus Cipto Santoso saat dikonfirmasi mengatakan, korban ditemukan sudah meninggal. Di sekujur tubuhnya terdapat banyak luka. Yang paling parah, yakni di bagian mulut dan pelipis. Sebagian lagi di dada.

Luka itu menurut Agus terjadi, karena dimakan biota sungai. Misalnya ikan sungai. Sebab menurutnya, sebagian ikan di sungai memang makan daging. Kemungkinan lanjut Agus, tubuh Suparmo dimakan oleh ikan-ikan tersebut. "Selain itu, juga karena terbentur batu-batu sungai," lanjutnya.

Namun dari hasil visum luar, Agus memastikan korban meninggal karena hanyut. Menurutnya, kematian korban tidak ada disebabkan oleh hal lain. "Kalau visum dalam, saya tunggu keputusan keluarga," katanya.

Keluarga akhirnya sepakat tidak melakukan visum dalam pada korban. Keputusan keluarga ini disampaikan Kades Sumberkatimoho Mohammad Dapir. "Biarlah. Cukup sampai ini saja," ujar Dapir.

Untuk memperkuat kemauan keluarga, pihak desa membuatkan surat pernyataan. Isinya, keluarga menyatakan tidak mau mayat korban diotopsi. Surat tersebut ditanda tangani istri dan anak korban, Rusmina dan Misnadi. Juga Kades Sumberkatimoho Mohammad Dapir. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159857

Juli PKB Gelar Muscab

[ Sabtu, 22 Mei 2010 ]
Belum Bicarakan Suksesi Pemimpin

KRAKSAAN - Masa kepengurusan DPC PKB Kabupaten Probolinggo periode 2005-2010 akan segera berakhir. Karena itu, DPC PKB sudah menyiapkan musyawarah cabang (Muscab) yang akan dihelat Juli depan.

Rencana ini disampaikan Ketua Dewan Syura DPC PKB Kabupaten Probolinggo KH. Abdul Wasik Hannan. Menurut Wasik, agenda tersebut merupakan hasil rapat pleno pengurus PKB dari semua unsur. Yakni dewan syura dan dewan tanfidz dari unsur DPC maupun DPAC. "Sudah diputuskan bersama," katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, Muscab dijadwalkan tanggal 10-11 Juli 2010. Rencananya, Muscab dilaksanakan di pondok pesantrennya (Ponpes) sendiri. Yakni, Ponpes Miftahul Ulum, Desa Jatiurip, Krejengan.

Jadwal itu sudah dikirimkan ke DPP PKB pimpinan Muhaimin Iskandar. Sebab lanjut Wasik, menurut pemerintah DPP PKB yang sah adalah DPP PKB pimpinan Muhaimin Iskandar. "Kita ikut yang disahkan pemerintah," katanya.

Meski begitu Wasik mengatakan, jadwal Muscab bisa berubah. Sebab, DPP punya kewenangan menetapkan jadwal Muscab. "Itu hanya opsi dari DPC," tuturnya.

Muscab sendiri jelas Wasik, adalah agenda rutin yang diselenggarakan setiap lima tahun. "Salah satu agendanya yakni pergantian pengurus," terangnya.

Selain itu, Muscab akan mengevaluasi kepengurusan periode 2005-2010. Selanjutnya, akan dibahas program partai untuk periode 2010-2015.

Walau jadwal sudah ditetapkan, sejauh suksesi kepemimpinan menurut Wasik belum dibicarakan oleh DPC PKB. Yang jelas menurutnya, banyak tokoh PKB yang layak menjadi ketua dewan syura maupun tanfidz. "Banyak yang layak," katanya.

Untuk ketua dewan syura misalnya, KH. Mohammad Ghazali, pengasuh salah satu pesantren di Desa Bladu, Kecamatan Banyuanyar. Juga ada KH. Mas Bahar Thoyyib asal Desa Banjarsari, Sumberasih. "Saya sendiri tidak mencalonkan. Sebab dari dulu memang tidak pernah. Tapi selalu dicalonkan," ujar Wasik.

Sementara untuk ketua dewan tanfidz, Wasik menyebut nama ketua DPC PKB saat ini, Hasan Aminuddin. Hasan yang juga bupati Probolinggo menurut Wasik masih bisa mencalonkan lagi.

Sebab tidak ada batasan masa kepengurusan di PKB. "Meski berkali-kali menjabat, tidak ada masalah. Sebab begitu petunjuk AD/ART partai," katanya.

Selain itu, Wasik juga menyebut nama Ahmad Badawi, ketua DPRD Kabupaten Probolinggo dan Farid Wajdi, anggota DPRD Kabupaten Probolinggo. Keduanya menurut Wasik layak menjadi ketua dewan tanfidz. "Pengalaman dan kemampuannya membuat keduanya layak," tuturnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159855

Umur 30 Tahun, Berat 33 Kg

[ Sabtu, 22 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Kondisi Nur Indah Lia, wRata Penuharga RT 3 RW 2 Jl Wilis Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan sungguh memprihatinkan. Tubuhnya kurus kering tinggal berbalut tulang dan kulit. Di usianya yang ke 30 tahun bobot tubuhnya hanya 33 kg.

Mulutnya selalu mengeluarkan air liur. Kemana-mana istri dari Mawardi itu membawa timba berukuran kecil yang didalamnya terdapat pasir. Di timba itu Iin, panggilannya, membuang air liur dan lendir yang terus keluar.

Ia masih kuat berjalan. Tapi, ia sudah tidak bisa lagi berbicara dengan jelas. Iin berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dan sedikit nggremeng. Iin kesulitan berbicara karena lidahnya terkikis. Hanya tinggal seruas jari.

Tidak ada yang tahu apa penyakit yang diderita Iin. Keterbatasan kemampuan ekonomi membuat Iin berhenti berobat ke dokter sejak dua bulan lalu. Menurut cerita kakak ipar Iin, Rifa, keluhan penyakit yang dialami Iin dirasakan mulai Februari 2009 silam.

Anak ke empat dari tujuh bersaudara ini mengeluh sakit di lidah, dikiranya hanya sariawan biasa. Kemudian ia ikut suaminya di Situbondo. Ketika tinggal di Situbondo, Mawardi telah membawa istrinya ke dokter. Namun hasil pemeriksaan dokter tidak jelas, ia hanya dibilang sakit sariawan.

Beberapa bulan kemudian, sakit yang dialami Iin semakin parah. Ia pun diboyong kembali ke tempat asalnya di Ketapang, Kota Probolinggo. "Kami sudah membawanya ke dokter umum dan spesialis. Tapi ya itu, tidak tahu apa penyakitnya. Ada yang bilang kena sariawan atau amandel," tutur Rifa.

Ia pernah ke puskesmas di Triwung, ke dr Farida mengatakan Iin kena amandel. Tidak cukup ke dokter, keluarga membawanya ke mantri sekitar Juni 2009. Tidak ada yang berubah dengan penyakit Iin, ia lalu diperiksakan ke dr Muis. dr Muis bilang Iin kena sariawan.

Perjuangan memperoleh kesembuhan tdak berhenti disitu saja. Iin dibawa ke mantri, mantri itu menyarankan Iin dibawa ke dokter spesialis gigi dan mulut. Lalu keluarga ke dr Fenti, dokter tersebut tidak berani memastikan penyakit Iin. Dokter hanya memberi rujukan Iin segera dibawa ke rumah sakit di Jember atau Surabaya.

Tidak punya biaya untuk rujukan rumah sakit Iin kembali diperiksakan ke dokter di Kota Probolinggo. Diantaranya dr Taufik dan dr Sugianto. Pengobatan alternatif dan tradisional juga sudah pernah dicoba tapi nihil. Bahkan ada yang bilang kalau Iin kena santet.

"Kami memang ingin mengurus apa itu namanya, jamkesmas untuk rujukan ke rumah sakit di Surabaya. Tapi, yang kami pikirkan adalah biayanya. Walaupun biaya pengobatan katanya gratis, bagaimana dengan transportasinya? Biaya keluarga yang menjaga disana," tutur Rifa.

Tidak ada diagnosa jelas dari dokter dan tidak mendapatkan penanganan medis secara intensif, kondisi Iin semakin memburuk. Awal tahun 2009 lalu berat badanya masih 57 kg tetapi sekarang turun menjadi 33 kg. Sejak lima bulan terakhir Iin sudah tidak bisa berbicara. Dua bulan lalu pengobatan dihentikan karena keluarganya tidak mampu lagi.

Ishak, kakak Iin merasa heran karena jika adiknya sakit sariawan tidak akan memakan waktu yang lama. "Sariawan tapi lidahnya kok bisa habis? Lidahnya itu tidak ada lukanya, tapi tiba-tiba habis begitu. Ada dokter yang bilang lidahnya bisa begitu karena sakinya itu," ungkap dia.

Awalnya hanya lidah sebelah kanan yang terkikis. Lalu ganti sebelah kiri dan sekarang sudah menjalar ke tengah. Radar Bromo mencoba berkomunikasi dengan Iin, menanyakan apa yang ia rasakan dengan sakit yang dideritanya saat ini.

Anak pasangan Nasir dan almarhumah Halipah itu merasakan sakit sampai dibagian lehernya. Cenut-cenut. Tubuh Iin makin kurus kering karena ia tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi. Untuk makan pun lidahnya sakit. Ia hanya mengonsumsi sereal energen setiap hari, sesekali makan bubur.

Iin sendiri tidak menyangka kalau ia bisa sakit. Ia menikah dengan Mawardi sejak tahun 1999 lalu, hingga kini belum dikaruniai anak. Mereka mengambil anak asuh. Pekerjaan Mawardi sebagai tenaga serabutan tidak bisa mendukung pengobatan yang layak untuk istrinya.

"Saya ingin segera sembuh, tapi tidak pakai operasi, takut," ujar Iin dengan bahasa yang kurang jelas. Rifa yang yang berusaha untuk menjelaskan apa yang dimaksud oleh Iin. Anehnya, Iin merasa kalau ia kena kanker. Saat ditanya bagaimana ia bisa berkesimpulan begitu, Iin langsung memberi isyarat kalau kepalanya selalu sakit dan rambutnya rontok.

Keluarga tidak tega saat sakitnya kambuh. Iin akan terus mengerang kesakitan dan memegang bagian kepalanya. Biasanya semua kakak dan adik Iin patungan sekitar Rp 5.000 sampai Rp 20 ribu kalau Iin mau dibawa berobat. Tetapi, sekarang keluarga sudah tidak mampu lagi.

"Kami harap ada bantuan berupa penanganan kesehatan sampai Iin bisa sembuh. Karena terus terang, selama periksa ke dokter Iin tidak pernah diminta periksa darah atau rawat inap. Semoga pemerintah bisa membantu adik kami," ujar Ishak diamini oleh istrinya, Rifa. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159851

Tawur, Siswa SMP Dijebloskan Sel

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO-Gara-gara terlibat tawuran MF, 16, siswa kelas IX sebuah SMP di Kabupaten Probolinggo harus berurusan dengan polisi. Rabu malam (19/5) lalu, MF dicokok polisi dengan jeratan pasal penganiayaan terhadap Teguh, 25, dan Saiful, 20.

Berdasar informasi yang dihimpun koran ini, Rabu malam sekitar pukul 20.00 MF bersama beberapa orang temannya melintas di Jl Soekarno Hatta. Mereka datang dari arah timur dan berada di sisi selatan jalan.

Pada saat bersamaan di sisi jalan sebelah utara melintas Teguh dan Saiful berserta teman-temannya. Entah apa sebabnya, begitu mereka berpapasan di dekat La Tangkring, antara dua kubu itu saling mengolok-olok.

Akhirnya, terjadilah perang mulut di antara mereka dari seberang jalan. Selanjutnya tak hanya perang mulut, MF juga melempari Teguh dkk dengan batu. Beberapa kali lemparan MF itu mengenai kepala Teguh dan Saiful. Kontan, kepala Teguh dan Saiful bocor dan berdarah.

Beruntung kejadian tersebut, segera tercium oleh aparat kepolisian. Sehingga, tidak sampai menyebabkan tawuran kian parah. Mereka pun diamankan dan digelandang ke Mapolresta. Setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya polisi melakukan penahan terhadap MF.

Kasatreskrim Polresta Probolinggo, AKP Hardyn Sihombing mengatakan atas perbuatannya itu, pelaku terancam pasal 351 KUHP. "Penganiayaan mengakibatkan luka, ancamannya 5 tahun penjara," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159591



Teatrikal Peringati Harkitnas

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Siswa SDN Sumberwetan 2 Kota Probolinggo punya cara berbeda memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei, kemarin. Mereka membuat sebuah aksi teatrikal bangkitnya semangat pendidikan dalam Harkitnas.

Teatrikal yang melibatkan 40 siswa mulai kelas 3, 4 dan 5 itu berlangsung singkat. Aksi itu menceritakan tentang anjal nusantara, anak-anak jalanan yang ada di Indonesia, yang mayoritas dari mereka lebih asyik mencari duit dengan berjualan atau mengamen dari pada mendapat pendidikan yang layak.

Anjal bukanlah sebuah pilihan. Tetapi anjal merupakan sebuah keterpaksaan untuk menjalani hidup. Sebenarnya, tidak sedikit anjal yang ingin bersekolah dan mengenyam pendidikan. Bercerita tentang itulah, teaterikal itu dibuat untuk membangkitkan semangat pendidikan anjal.

Puluhan anak yang berperan sebagai anjal sibuk dengan aktivitasnya. Ada yang hanya bermain-main, mengamen hingga berjualan. Sampai muncul sebuah kebaikan yang mengajak mereka bersekolah. Ajakan itu tidak serta merta diikuti oleh anjal nusantara.

Beberapa anak yang tidak suka dengan ajakan itu saling memengaruhi. Tapi, pada akhirnya semangat pendidikan anjal nusantara bangkit dan mau bersekolah lagi. Chindy Kana Amalia, siswa kelas 3 berperan sebagai seorang perempuan yang membangkitkan semangat anjal nusantara.

"Saya membacakan puisi untuk menyemangati teman-teman (anjal). Supaya tidak ada di jalanan dan ikut bersekolah. Karena bagaimanapun juga pendidikan sangat penting bagi kami," kata bocah perempuan yang kemarin berpakaian adat Bali itu.

Khotib, guru SDN Sumberwetan 2 menambahkan bahwa cerita ini diilhami dari nasib para anjal dan semangat yang dimiliki oleh Bung Tomo. "Di dalam UUD 45 itu jelas tertulis, bahwa fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara. Itu teorinya, tapi realisasinya tidak tahu. Tidak dapat dipungkiri anjal adalah bagian dari bangsa Indonesia," ungkapnya. (fa/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159590

Lomba Hansip Ajang Evaluasi

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

Untuk meningkatkan keamanan di tingkat kecamatan, Kecamatan Krejengan melalui Seksi Kesbang Linmas akan menggelar lomba hansip (pertahanan sipil). Lomba tersebut juga dilaksanakan untuk menyambut HUT ke-65 RI.

Kasi Kesbang linmas Kecamatan Krejengan Mashuri mengatakan, keberadaan hansip sangat penting untuk menjaga stabilitas keamanan di setiap desa. Sebab, hansip berasal dari unsur sipil yang bertugas menjaga keamanan.

Karena itu, lomba ini juga diharapkan sebagai ajang evaluasi kinerja dan kemampuan hansip. "Lebih-lebih sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mereka," ujar Mashuri.

Lebih jauh Mashuri mengatakan, di setiap desa terdapat 31 hansip. Terdiri dari 1 komandan dan 30 anggota. Dengan jumlah tersebut, keberadaan hansip cukup membantu keamanan desa. Terutama ketika menghadapi momen-momen tertentu.

Kecamatan Krejengan sendiri mempunyai 17 desa. Setiap desa menurut Mashuri, harus mendelegasikan satu hansip sebagai peserta lomba. Format penilaian yang dipakai yakni, kekompakan membangun tim, gerakan, kesigapan dan ketelitian.

Sementara tim juri berasal dari Kesbang Linmas Kabupaten Probolinggo. "Agar juaranya tidak pilih-pilih," katanya.

Selanjutnya Mashuri berencana untuk menggelar lomba tersebut setiap tahun, diawali tahun ini. Harapannya, kegiatan itu bisa memotivasi para hansip untuk meningkatkan kemampuan mereka di bidang pertahanan. "Sebab keberadaan mereka cukup vital," tuturnya. (eem/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159589

Tabung Gas Meledak, Satu Kritis

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

Juga Ludeskan Dua Motor

PURWODADI- Kebakaran hebat terjadi di Dusun Putuk, Desa Lebakrejo, Kecamatan Purwodadi, kemarin (20/5). Sebuah rumah yang juga sarang burung walet terbakar setelah sebuah tabung gas meledak. Akibatnya, dua korban harus dilarikan ke rumah sakit.

Keduanya, yakni pasangan suami istri Sukadar, 40 dan Tini, 30. Mereka biasa berjaga di rumah tersebut. Dan saat rumah itu terbakar sekitar pukul 07.00 WIB, keduanya juga turut menjadi korban. Bahkan, satu di antaranya dikabarkan kritis.

Informasi yang dihimpun Radar Bromo menyebutkan, peristiwa itu bermula saat Tini bermaksud memasak. Namun, saat baru menyalakan kompor, tabung gas dengan kapasitas 12 kilogram itu tiba-tiba meledak.

"Data yang kami himpun, sementara dari ledakan elpiji," kata Kapolosek Purwodadi AKP. I Nengah Darsana saat ditemui di lokasi kejadian, kemarin.

Api pun menyambar dengan cepat. Benda-benda yang ada di sekitar langsung ludes dilalap api. Tak terkecuali Tini. Bahkan, menurut keterangan warga, nyaris sebagian tubuh wanita ini melepuh dilalap si jago merah.

Sukandar yang mengetahui kejadian itu berusaha menolong. Tapi nahas. Tanpa peralatan yang memadai, ia pun tak luput dari jilatan api. Kendati demikian, upayanya untuk menyelamatkan Tini akhirnya membuahkan hasil.

Beberapa warga yang mengetahui peristiwa itu bergegas menuju lokasi. Sebagian warga langsung memberi pertolongan kepada pasutri yang menderita luka bakar tersebut. Mereka dilarikan ke Puskesmas Purwodadi. Namun, lantaran luka yang mereka alami cukup parah, keduanya akhirnya dirujuk ke RSSA Malang.

Sementara itu, sebagian warga yang lain langsung berusaha memadamkan api dengan peralatan seadanya. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil. Kobaran api justru membesar dan merembet ke bagian tengah rumah. Akibatnya, dua unit motor yang ada di salah satu kamar rumah tersebut habis terbakar.

Beruntung, satu unit mobil pemadam kebakaran dari PT. HM. Sampoerna tiba di lokasi untuk membantu proses pemadaman. Meski begitu, upaya itu tidak langsung berhasil. Besarnya kobaran api serta sulitnya medan membuat petugas sempat kesulitan.

Api baru bisa dipadamkan dua jam kemudian. Saat itu, api yang sebelumnya berkobar mulai bisa dijinakkan. Meski begitu, petugas terus membasahi seluruh sisi bangunan yang diketahui milik Lukas, warga Malang.

Suriptio, salah satu saksi di lokasi kejadian menyatakan, peristiwa itu berlangsung begitu cepat. Menurutnya, kobaran api mulai terlihat begitu terdengar ledakan. "Pokoknya, tabung meledak dan langsung terbakar," ujarnya dengan logat Jawa yang kental.

Kapolsek Purwodadi AKP. I Nengah Darsana membenarkan penuturan itu. Meski begitu, untuk memastikan penyebab kebakaran pihaknya akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Termasuk, melibatkan tim dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) cabang Surabaya. "Kepastiannya nanti. Kita tunggu penyelidikan selanjutnya dari Puslabfor juga," jelasnya. (aad/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159585

Tol Pasuruan-Probolinggo 2011

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]
Rata Penuh
Wagub: Tahun Ini Mulai Pembebasan Lahan

PASURUAN - Untuk mengatasi kepadatan arus lalu lintas Pasuruan-Probolinggo, Pemprov Jatim serius merencanakan pembangunan tol. Wagub Saifullah Yusuf bahkan menyebut tahun ini diusahakan sudah dimulai pembebasan lahannya. Dan pembangunan fisiknya diperkirakan dilakukan pada 2011.

Wagub Saifullah Yusuf yang karib disapa Gus Ipul menyatakan hal itu kemarin (20/5) saat menghadiri acara seminar dalam rangka hari kebangkitan nasional ke-102. Seminar itu digeber di pendapa kabupaten Pasuruan dengan tema aktualisasi kebangkitan nasional di era otoda.

Seusai memberikan sambutan di seminar yang dihadiri Bupati Dade Angga dan jajaran Muspida, Wagub menjelaskan soal tol Pasuruan-Probolinggo. Rencana itu menurutnya sudah matang. "Jadi nantinya di Pasuruan bakal ada dua jalan tol. Yakni jalan tol di Gempol dan jalan tol untuk akses Pasuruan-Probolinggo," ujarnya.

Dia menambahkan, setelah jalan tol Pasuruan-Probolinggo dibuat, bisa diteruskan pembangunan jalan tol Probolinggo-Banyuwangi. Untuk pembangunan jalan tol Pasuruan-Probolinggo sendiri Pemprov Jatim merencanakan pembangunannya sudah bisa direalisasikan pada 2011 nanti.

"Saat ini sendiri kami bersama bupati Pasuruan sudah mulai melakukan pembebasan lahan. Nantinya pemprov akan terus meminta bupati agar mengawasi pembebasan lahan yang akan dibangun jalan," kata Wagub.

Ia berharap terobosan pembangunan jalan tol itu bisa direalisasi secepatnya. Sebab, jalan tol Pasuruan-Probolinggo itu memang vital untuk mengurangi kepadatan arus. "Semua kan sudah tahu bahwa kendaraan yang melewati jalan Pasuruan-Probolinggo kian hari kian padat. Dengan adanya jalan tol, kepadatan bisa dikurangi," tuturnya.

Meski demikian ia menyebut, jalan raya utama yang kini banyak ditemukan kerusakan, masih tetap dipergunakan. Dan kerusakan-kerusakan jalan itu tetap diperbaiki. Misalnya menambal bagian yang lubang-lubang. "Penambalan jalan masih terus berjalan," katanya.

Sementara, sebelum membeber rencana jalan tol Pasuruan-Probolinggo, kemarin Gus Ipul memberikan sambutan berkaitan dengan hari kebangkitan nasional. Menurutnya, Indonesia terus melakukan perbaikan. Tapi, yang perlu dititikberatkan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

"Dengan iptek yang maju, perekonomian akan terus maju. Misalnya di Amerika. Dengan ilmu yang maju, bangsanya juga maju," ujar dia.

Ia juga menyinggung soal kemiskinan yang kini masih banyak ditemui. Kemiskinan membuat bangsa jadi rapuh. Berkaitan dengan kemiskinan, Pemprov Jatim sudah melakukan pendataan. "Data-data orang miskin di Jawa Timur sudah didata, lengkap dengan gambar orang dan tempat tinggalnya. Totalnya ada sekitar 3 juta keluarga miskin," katanya.

Kategori miskin dipecah jadi tiga. Yakni keluarga sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Menurut Gus Ipul, Pemprov Jatim akan memberikan bantuan berupa cash transfer terhadap keluarga yang masuk dalam kategori sangat miskin. "Jika keluarga miskin ini dapat diangkat perekonomiannya, maka bangsa akan terus bangkit, menuju bangsa yang kuat perekonomiannya," katanya. (fun/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159582

Tidak Pulang, Diduga Hanyut

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

KREJENGAN - Suparmo, 45, warga Dusun Kasengan, Desa Sumberkatimoho, Kecamatan Krejengan hilang. Sejak Rabu (19/5), Suparmo tidak pulang ke rumahnya. Diduga, Suparmo terseret arus sungai Pandan Laras di desa setempat.

Zaini, 50, warga setempat menjelaskan, hari itu sekitar pukul 14.00 dirinya dan Suparmo berangkat ke sawah miliknya. Sawah tersebut terletak di dusun Sumber Bendo. Yakni sebelah Selatan Dusun Kasengan desa setempat. Sedangkan Sawah tersebut berjarak sekitar 400 meter sebelah Selatan sungai Pandan Laras desa setempat.

Rumah Suparmo dan Zaini sendiri berada di sebelah Utara sungai Pandan Laras. Untuk berangkat ke sawah, mereka melintasi sungai tersebut. Kedalaman air sungai waktu itu sebatas dada atau atau sekitar 1,5 meter. Saat berangkat, keduanya bisa melintasi sungai dengan lancar. "Biasanya tidak sedalam itu," ujar Zaini.

Selain Suparmo dan Zaini, ada empat temannya yang lain. Keempatnya berasal dari Desa Sumber Bendo. Mereka berenam bekerja membuat bedeng sawah. Sekira pukul 16.30, pekerjaan tersebut selesai. Merekapun beranjak pulang.

Suparmo dan Zaini kembali melintasi sungai. Zaini berada sekira 20 meter di depan Suparmo. "Saya tidak tolah-toleh ke Suparmo. Nyelonong saja langsung pulang," ujar Zaini. Zaini pun langsung pulang ke rumahnya.

Sementara Rusmina, istri Suparmo kebingungan menunggu Suparmo pulang. Karena yang ditunggu tidak juga pulang, sekitar pukul 18.00 WIB Rusmina datang ke rumah Zaini.

Dia menanyakan keberadaan Suparmo. Zaini pun bingung. Sebab, dia merasa pulang bersama Suparmo. Dia menduga, Suparmo terseret arus atau hanyut.

Khawatir asumsinya benar, Zaini langsung mengajak tetangganya untuk mencari Suparmo di sungai tersebut. "Sepertinya memang terseret arus, Mas," kata Zaini.

Kabar cepat menyebar. Meski belum tentu terseret arus, warga langsung mendatangi sungai Pandan Laras. Sebagian langsung terjun ke sungai dan melakukan pencarian.

Sementara anggota Satpol PP Kecamatan Krejengan Kusno langsung menghubungi petugas pengairan. Kusno meminta agar tinggi air di sungai tersebut diturunkan. Sekitar pukul 18.30 WIB, tinggi air turun sekitar satu meter. "Untuk memudahkan pencarian," ujar Kusno.

Pencarian sendiri tidak hanya dilakukan di Desa Sumberkatimoho, namun juga dilakukan di Desa Krejengan, Desa Sentong, Kelurahan Semampir, hingga laut.

Untuk pencarian itu Kapolsek Krejengan AKP Sunaryo langsung menyebar tim di sepanjang sungai tersebut. "Kami lepas 10 tim," terang Sunaryo.

Sayang, sampai berita ini diturunkan Suparmo belum ditemukan. Kusno, anggota Satpol PP kecamatan Krejengan mengatakan, pihaknya mencari dengan maksimal. Namun hasilnya nihil. "Kami sudah berupaya maksimal," ujar Kusno.

Dalam pantauan Radar Bromo, hingga kemarin (20/5) pencarian masih tetap dilakukan. Kali ini warga dan petugas yang turun ke sungai lebih banyak jumlahnya. Namun tetap saja hasilnya nihil. "Padahal tim sudah saya sebar. Sebanyak 14 orang," ujar Koramil Krejengan Pelda Gatot W.

Radar Bromo juga menerima kabar, sekitar pukul 16.00 WIB, kemarin tim SAR dan PMI Kabupaten Probolinggo tiba di Desa Sumberkatimoho. Namun menurut Kusno, karena beberapa alasan pencarian akan dilanjutkan besok pagi. (eem/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159581

38 Orang Gila Diobati

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]
Libatkan Tim Visitasi RSJ Lawang

KREJENGAN - Sekitar 38 orang gila diobati, kemarin (20/5). Pengobatan dilakukan di Puskesmas Krejengan dengan melibatkan tim visitasi RSJ Lawang Malang.

Kepala Puskesmas Krejengan dr. Agus Ciptosantoso mengatakan, kegiatan itu merupakan kegiatan kedua. Sebulan sebelumnya menurut Agus, dilakukan kegiatan serupa. "Kalau sekarang lebih banyak dan lebih sistematis," katanya.

Bulan lalu kata Agus, ada 11 orang gila yang diobati. Kali ini meningkat menjadi 38 orang. Dari jumlah itu, 15 orang akan dirujuk ke RSJ Lawang Malang. Sementara 23 lainnya hanya menjelani rawat jalan. "Hari ini langsung dibawa," lanjutnya.

Kegiatan itu sendiri dimulai sekitar pukul 11.00 WIB dan diperkirakan selesai pukul 14.30 WIB. Pasien yang diobati berasal dari 6 kecamatan. Yakni Kraksaan, Krejengan, Maron, Gading, Paiton dan Besuk. "Kalau dari Krejengan hanya 1 orang," terang Agus.

Sempat terjadi salah paham selama pengobatan berlangsung. Saat itu sekitar pukul 13.30 WIB seorang petugas Kecamatan Krejengan bernama Nur Hasan tiba-tiba datang ke puskemas. Dia menanyakan pengobatan untuk Syakur, 28, warga Desa Karangren, Krejengan.

Menurut lelaki yang menjabat kasi kesra itu, mestinya Syakur juga berhak mendapat perawatan. Namun Syakur justru diabaikan. Padahal Syakur adalah warga Krejengan sendiri. "Kok malah ngurusin warga kecamatan lain. Padahal lebih penting warga sendiri," katanya dengan nada tinggi.

dr. Agus saat dikonfirmasi membenarkan pengaduan Nur Hasan. Namun Agus menyangkal jika pihaknya mengabaikan Syakur. Menurutnya, pihaknya sudah berkali-kali mengirimkan surat pada keluarga Syakur.

Sayangnya, keluarga Syakur tidak pernah memberi respon. Selain itu menurut Agus, Syakur tidak memiliki kartu Jamkesmas. "Tentunya harus diproses dulu, Mas," lanjutnya.

Namun, Nur Hasan berkata lain. Menurutnya, Syakur sudah memiliki kartu Jamkesmas. Kartu itu bahkan dipegang Nur Hasan. "Kok dibilang tidak punya jamkesmas," katanya.

Karena pengaduan yang disampaikan Nur Hasan mendadak, Agus mengaku tidak bisa menangani Syakur, kemarin. Namun Agus berjanji, besok pihaknya akan mengobati Syakur. "Insya Allah besok pagi," tutur Agus. (eem/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159580

Kasus PNPM Mandiri Desa Prasi

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]
Kades Akhirnya Bayar Kekurangan Biaya


GADING - Laporan LSM AMPP (Aliansi Masyarakat Peduli Probolinggo) tentang dugaan penyalahgunaan PNPM Mandiri di Desa Prasi langsung disikapi DPRD setempat. Kemarin (20/5), Komisi A DPRD datang ke Desa Prasi untuk mengkroscek laporan itu.

Kades Prasi Sumadi dipanggil ke kantor Kecamatan Gading dan dituntut membayar sisa biaya administrasi tim pengelola keuangan (TPK) PNPM Mandiri Desa Prasi. Pertemuan dihelat setelah TPK melayangkan surat pada Komisi A.

Isi surat tersebut, yakni melaporkan Kades Prasi yang diduga memegang uang sisa biaya administrasi TPK. Jumlahnya sebesar Rp 886 ribu.

Pertemuan itu sendiri dihadiri para anggota Komisi A. Yakni, Ketua Komisi A Suhud, Lukman Hakim, Nanang Hudan Dardiri, Heni Triastuti, Sukarman, Mohammad Ruhullah, H. Mohammad Said, Joko Wahyudi dan Slamet Riyadi. "Untuk menanggapi surat yang dilayangkan pada kami," ujar Suhud.

Hadir pula Kepala Bapemas kabupaten Hadi Prayitno dan Misnoto mewakili pihak kecamatan sebagai penanggung jawab operasional kegiatan (PJOK) Kecamatan Gading. Fasilitator kabupaten (faskab) PNPM juga hadir di situ.

Sementara dari pihak desa hadir Kades Sumadi dan tiga pengurus TPK. Yakni Ketua TPK Miftahul Jannah dan dua anggotanya, Imam Zarkasi dan Anwar Riyadi.

Pada pertemuan itu Suhud menegaskan, Komisi A harus menindaklanjuti surat tersebut. Sebab, sisa dana operasional tersebut wajib dibayar oleh Sumadi. "Bagaimanapun harus dibayar," kata Suhud.

Diketahui, uang administrasi 3 persen untuk TPK sempat macet. Seharusnya uang yang dibayarkan Rp 5.366.000. Namun, yang diterima TPK hanya Rp 4,6 juta.

Rinciannya, ketua TPK mendapatkan Rp 1,6 juta, sekretaris TPK mendapat Rp 2,1 juta dan bendahara mendapat Rp 900 ribu. Jadi masih ada sisa Rp 866 ribu yang menjadi hak TPK. Sisa inilah yang diminta untuk diserahkan atau dibayarkan.

Kedua pihak, yakni Kades dan TPK akhirnya sepakat menyelesaikan sisa biaya operasional sebesar Rp 886 ribu rupiah. Selanjutnya uang tersebut diserahkan oleh Kades Sumadi kepada Ketua TPK Miftahul Jannah hari itu juga.

"Setelah sempat alot, kades akhirnya bersedia mengembalikan sisa uang Rp 866 ribu itu, karena memang pelaksanaan PNPM sudah beres. Jadi harus dibayar," kata Joko, anggota Komisi A.

Seperti diberitakan Radar Bromo, Kades Prasi Sumadi berada dalam sorotan LSM AMPP. Aktivis LSM AMPP melaporkan Kades ke Kejari Kraksaan dengan dugaan penyelewengan anggaran PNPM Mandiri pedesaan tahun 2009.

Ketua LSM AMPP H. Luthfi mengatakan, proses penyelenggaraan pembangunan melalui PNPM Mandiri di desa itu tidak berjalan sesuai prosedur. Ada empat poin yang disoal AMPP.

Pertama, kegiatan sarana dan prasarana pembangunan gedung PAUD dan plengsengan tidak sesuai juklak dan teknis program PNPM yang telah disusun. Kedua, program pembangunan plengsengan dengan volume 0,5 x 705 meter juga dianggap sarat dengan markup dan tidak sesuai dengan bestek pelaksanaan.

Ketiga, ada laporan Kades dianggap melebihi wewenang dalam pelaksanaan PNPM Mandiri. Keempat, administrasi 3 persen untuk TPK (Tim Pengelola Keuangan) PNPM Mandiri juga belum dibayar penuh.

Meski sudah dibuat surat pernyataan, bukan berarti persoalan tersebut tuntas. Sebab, LSM AMPP tidak akan mencabut laporannya ke Kejari. "Nggak masalah. Perbuatan melawan hukumnya (Kades) bagaimana? Dan masih ada lagi yang akan saya laporkan. Tunggu saja babak berikutnya," tutur Luthfi. (mie/eem/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159579

Janji Jual Aset Koperasi MBS

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Setelah kantornya yang terletak di Jl Hayam Wuruk Kota Probolinggo dilurug nasabah pada Rabu (19/5) lalu, manajer sekaligus pemilik koperasi Mulyo Bubaring Sengsoro (MBS) Krisdaryanto mereaksi positif. Manajer sekaligus pemilik koperasi MBS itu berjanji menjual asetnya untuk menyelesaikan masalah saat ini.

Saat ditemui wartawan kemarin (20/5), Krisdaryanto menegaskan tidak akan lari dari tanggung jawab. Ia berjanji akan segera menyelesaikan masalah tersebut. "Memang keadaan di dalam (koperasi) sedang tidak sehat. Tapi, itu sudah kami selesaikan secara bertahap," ujarnya.

Menurutnya, uang anggota yang ada dikoperasi itu sekitar Rp 400 juta. Dari uang sebanyak itu, tidak semuanya jatuh tempo. Sedangkan uang yang berada di tangan anggota yang lain, jumlahnya mencapai Rp 360 juta. "Sebetulnya, yang sudah jatuh tempo hanya beberapa orang saja," ujarnya.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, koperasi MBS pada Rabu lalu dilurug sejumlah nasabahnya. Mereka menuntut uang tabungannya dicairkan. Tapi, permintaan puluhan nasabah itu tidak terpenuhi. Akibatnya, para nasabah itu emosi dan mengamuk pada para karyawan yang saat itu berada di kantor.

Di antara para nasabah yang datang hari itu, salah satunya adalah Cuplik. Ia mempunyai tabungan sekitar Rp 30 juta. Uang itu terbagi dalam beberapa bentuk tabungan. Sebesar Rp 25 juta disimpan dalam bentuk deposito, selebihnya berupa tabungan biasa.

Ada juga Salamah, nasabah lainnya. Janda purnawirawan TNI ini, mempunyai deposito sebesar Rp 9 juta. Tabungan dua nasabah ini sudah jatuh tempo sejak awal Mei. Tapi, koperasi tersebut belum bisa mencairkan duit milik Salamah dan Cuplik dengan alasan belum ada uang.

Nah, Krisdaryanto berjanji akan segera menyelesaikan masalah tersebut. Tapi, Krisdaryanto tidak mau menjanjikan kapan uang para nasabah itu bisa dicairkan. "Kami masih mau menjual aset koperasi. Kalau itu, sudah laku pasti kami cairkan," ujarnya.

Menurutnya, sedikitnya ada tiga aset yang sudah direncakan akan dijual. Bila diuangkan, nilainya diperkirakan mencapai Rp 600 juta. Tiga aset itu berupa dua rumah dan satu bangunan yang kini jadi kantor MBS. "Target kami, salah satu dari tiga aset itu bisa terjual dalam bulan ini," ujarnya.

Krisdaryanto menyatakan, dengan dijualnya aset koperasi itu bukan berarti pihaknya akan menutup usahanya. Tapi, itu demi memenuhi kewajibannya kepada para anggotanya. "Tidak akan berhenti, tapi kami akan membuka di kantor yang lebih kecil, sesuai dengan sisa modal," ujarnya.

Dengan peristiwa itu, Krisdaryanto mengaku juga banyak kehilangan barang. Berupa komputer, kipas angin dan televisi. Tapi, mereka yang membawa kabur barang-barang dari kantor MBS dan dari rumahnya di Jl Nusa Indah itu, tidak jelas.

"Entah itu anggota atau bukan, saya tidak bisa memastikan. Kalau saya katakana mereka (yang mengambil) itu nasabah, saya khawatir keliru. Yang jelas, saya tidak akan lari dari tanggung jawab. Saya akan bayar semuanya, tapi saya minta waktu," ujarnya.

Menurutnya, bentuk tanggung jawabanya itu bisa dilihat dari keberadaanya saat ini dan masih tetap beroperasinya MBS. "Kalau memang saya mau lari, sudah dari kemarin. Kemarin saja saya tidak lari, saya di antara teman-teman. Sekarang koperasi tetap buka dan beroperasi," ujarnya kemarin.

Krisdaryanto mengatakan, kalau koperasinya itu beroperasi mulai pukul 08.00 dan tutup sekitar pukul 16.30. Tapi, saat Radar Bromo berkunjung ke MBS sekitar pukul 08.30 dan pukul 14.30, kantor MBS tertutup rapat. (rud/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159578

Dendam Satpol PP, Rusak Plang

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Tiga pengamen di Kota Probolinggo berbuat nekat. Karena merasa dendam pada Satpol PP setempat, mereka merusak sebuah plang atau papan sosialisasi yang dipasang pemkot di pertigaan Ketapang. Alhasil, dua di antaranya ditangkap.

Yang berhasil ditangkap adalah Ek, 16, warga Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan dan Toni, 21, warga Kelurahan/Kecamatan Kanigaran. Sedangkan seorang pelaku lainnya, Kh berhasil melarikan diri. "Saya tidak tahu, dia (Kh) lari ke mana," ujar Ek kemarin.

Perusakan papan sosialisasi milik pemkot itu terjadi kemarin (20/5) sekitar pukul 05.00. Saat itu, Ek, Kh dan Toni hendak menjalankan aktifitasnya mengamen di pertigaan Ketapang.

Nah, saat itu mereka melihat ada papan warna kuning berisi tulisan: Pasal 405 (1) KUHP Barang siapa, mengemis di muka umum, diancam karena melakukan pengemisan dengan pidana kurungan paling lama enam (6) minggu. Informasinya, papan itu dipasang oleh Dinas Sosial.

Lalu, tiga pemuda itu merusak papan sosialisasi yang disanggah dengan sebuah tiang besi tersebut. Tak perlu waktu lama. Beberapa kali digoyang, besi itu pun patah. Tapi, aksi mereka dipergoki polisi. Ketiganya kabur. Tapi, dua di antaranya berhasil ditangkap dan langsung digelandang ke mapolresta.

Dua pelaku itu terancam hukuman maksimal 4 tahun penjara, sebagaimana diatur dalam pasal 406 KUHP. "Hukumannya maksimal 4 tahun penjara," jelas Kasatreskrim Polresta AKP Hardyn Sihombing.

Saat ditemui wartawan, Ek mengaku melakukan perusakan papan itu karena kesal dan merasa dendam kepada Satpol PP. Pasalnya, ia pernah terjaring razia yang dilakukan Satpol PP. Pada saat tertangkap dia diperlakukan kasar oleh petugas Satpol PP. "Saya dibentak-bentak. Makanya saya kesal," ujarnya polos.

Dia merasa puas setelah melakukan perusakan itu. Baginya, dengan merusak papan tersebut rasa dendamnya kepada Satpol PP telah terlampiaskan. "Saya tidak tahu itu (papan nama) yang masang siapa. Tapi biasanya itu, peraturannya satpol PP," ujarnya.

Ek mengaku tidak hanya karena sering dimarahi yang membuatnya mangkel pada Satpol PP. Tapi, juga karena dia sering dikejar-kejar. "Kami juga sering dioperasi (dirazia) dan diuber-uber," tutur Ek dengan kepala tertunduk lesu. (rud/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159576

Tekan Kematian Ibu Hamil

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Tingkat kematian ibu hamil di Kota Probolinggo tahun ini hingga Mei, tercatat ada tiga orang. Jumlah ini mendekati angka kematian ibu hamil pada 2009 yang mencapai empat orang.

Berbagai upaya dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk menekan angka kematian ibu hamil. Termasuk menjalin kemitraan dengan dukun bayi dan menganjurkan senam bagi ibu hamil. Seperti terlihat kemarin (20/5), Dinas Kesehatan menggelar senam masal yang diikuti ratusan ibu hamil se-Kota Probolinggo sekaligus sosialisasi kader gizi.

Acara itu dipusatkan di alun-alun kota. Para ibu dengan usia kehamilan bervariatif berkumpul dan senam bersama. Senam untuk ibu hamil dapat menekan angka kematian dan melancarkan proses persalinan. Senam juga bisa mengurangi kekakuan otot dan cedera pada bayi.

Sekira pukul 06.00 senam yang diinstrukturi oleh 3 orang dari Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dispobpar) dan 6 orang dari Dinkes. Senam ibu hamil tidak memakan waktu lama. Hanya sekitar 10 sampai 15 menit. Senam ini tidak hanya dilaksanakan setahun sekali, tetapi di masing-masing puskesmas juga dilakukan seminggu sekali.

Penyebab meninggalnya ibu hamil di antaranya karena terjadi pendarahan hebat, kram pada kandungan dan sistemik jantung. "Tidak menutup kemungkinan juga karena rujukan yang salah, keterlambatan dibawa ke puskesmas atau bidan oleh dukun bayi atau keterlambatan penanganan," kata Kabid Kesehatan Keluarga dr Nurul Qomariyah.

Menurutnya, sekitar 10 persen ibu hamil di Kota Probolinggo masih menggunakan jasa dukun bayi saat proses melahirkan. Inilah yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi Dinas Kesehatan. Sejauh ini persentasenya menurun tapi belum mencapai nol.

"Seharusnya nol. Kami sudah sepakat dan menjalin kemitraan dengan dukun bayi. Dukun bayi tidak boleh melakukan persalinan, hanya diperbolehkan perawatan bayi saja. Masih ada ibu yang melahirkan ke dukun mungkin karena dukun itu sampai (perawatan) nifas. Kalau ke bidan atau puskesmas kan tidak," jelasnya saat ditemui di sela-sela acara senam masal.

Sementara itu, dalam sambutan acara kemarin Wawali Bandyk Soetrisno mengatakan kesehatan ibu hamil perlu mendapat perhatian khusus. Wawali juga membeberkan data ibu hamil yang meninggal dunia. Pada 2008 ada 6 orang meninggal. Pada 2009 ada 4 meninggal. Dan tahun ini sampai Mei, 3 orang meninggal.

Tidak hanya fokus pada ibu hamil, kemarin Dinas Kesehatan juga memberi sosialisasi pada kader gizi. Sebab, Dinkes memiliki data cukup mengejutkan. Di Kota Probolinggo saat ini terdapat 410 balita kurang gizi. Cirinya, bayi yang lahir dengan berat badan bayi rendah yaitu kurang dari 2.500 gram.

Menurut dr Nurul, dari 410 balita kurang gizi, 200 diantaranya termasuk keluarga miskin (gakin). Mereka telah dibantu PMT (pemberian makanan tambahan) selama 90 hari atau tiga bulan terhitung sejak bulan Mei hingga Juli.

Identifikasi balita kurang gizi dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan, atau berat badan dan umur. Penyebab kurang gizi antara lain karena salah asupan gizi dari makanan yang di konsumsi, infeksi dan SDM (sumber daya manusia) orang tua yang minim.

"Sejumlah 410 balita itu tidak semuanya berasal dari keluarga miskin. Beberapa diantaranya justru dari keluarga yang tergolong mampu. Sejumlah 200 balita bisa kami bantu melalui PMT, tapi sisanya itu kan harus dari kesadaran orang tua. Setelah PMT selama tiga bulan, perkembangan gizi anak bisa dilihat," terangnya. (fa/yud)


Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159575

Disebut Bekas Meteor Jatuh, Ada Yang Menyebut Radiasi SUTET

[ Jum'at, 21 Mei 2010 ]
Geger Lubang di Pesawahan Wonomerto

PROBOLINGGO - Warga dusun Gedangan Desa Sumberkare, Wonomerto Kabupaten Probolinggo kini sedang geger oleh sebuah lubang di areal pesawahan desa setempat. Lubang itu muncul setelah terdengar ledakan pada Kamis (20/5) dini hari.

Lubang itu kedalamannnya sekitar setengah meter, panjang sekitar satu meter.

Belum diketahui secara pasti sebenarnya apa penyebab lubang itu. Yang ada hanya dugaan-dugaan. Ada yang menyebut lubang itu bekas jatuhnya benda angkasa, meteor.

Riyadi, 45, seorang warga setempat mengaku melihat langsung kejadian tersebut. Menurutnya, sebelum ada ledakan, ada sebuah benda yang dipenuhi api jatuh dari atas. "Seperti kembang api. Jatuhnya cukup cepat," katanya kemarin dalam bahasa Madura.

Kejadian itu diperkiraan Riyadi berlangsung sekira pukul 01.30. Saat itu Riyadi sedang di sawah. Ia menjaga sawahnya dari hama burung yang menyerang dalam beberapa hari terakhir.

Ia melihat ada benda jatuh dari langit seperti kembang api. Dan benda itu langsung menghantam daerah sawah, tepatnya sekitar rerimbunan bambu. "Suaranya keras, tanah juga bergetar. Bagian atas bambunya itu langsung terbakar," jelas Riyadi.

Karena takut akan terjadi ledakan yang lebih keras, Riyadi akhirnya memutuskan untuk pergi dari areal pesawahan tersebut. Sekira sejam kemudian, ia bersama beberapa warga yang terbangun usai mendengar ledakan itu langsung kembali ke sawah karena penasaran.

Menurut Riyadi, saat itu sudah tidak terlihat lagi bara apinya. "Usai satu jam, hanya tinggal asap. Tempat ini langsung dikerubuti banyak orang yang ingin tahu," jelas Riyadi saat ditemui di areal pesawahan siang kemarin.

Warga pun langsung menduga ledakan itu disebabkan oleh jatuhnya benda langit ke areal pesawahan. "Secara jelasnya kami tidak tahu, karena kami ini tidak sekolah tinggi. Tetapi benda itu dari langit, karena itu banyak yang bilang meteor," jelas Riyadi.

Kabar tersebut langsung menyebar ke warga lainnya. Kemarin siang saat Radar Bromo ke areal pesawahan tersebut, tempat itu juga masih dipenuhi warga. Beberapa diantaranya adalah guru-guru di madrasah desa setempat yang juga penasaran.

"Kalau dengar ceritanya sangat mungkin kalau yang jatuh itu meteor. Di beberapa daerah kan sudah banyak ditemukan meteor. Beruntung yang disini tidak menimpa rumah warga," ujar Fathur Rozi, salah satu guru di MI Miftahul Huda.

Siang kemarin, Fathur Rozi datang ke tempat lokasi beserta beberapa guru lainnya. "Masih simpang siur. Untuk mengetahui pastinya, harus ada pemeriksaan dari badan yang meneliti benda-benda luar angkasa," jelas Ahmad, kepala sekolah MI Miftahul Huda.

Cuma beberapa guru tersebut sedikit kecewa saat datang ke tempat lokasi. Sebab warga sudah mengeksplorasi lubang bekas jatuhnya benda asing tersebut. "Sudah tidak 'perawan'. Bongkahan tanahnya ada yang dibawa warga," celetuk salah seorang guru.

Ledakan itu juga menjadi perhatian petugas kepolisian dari Polsek Wonomerto. Agak berbeda dengan dugaan warga, Kapolsek Wonomerto AKP Kusmidi memastikan lubang itu bukan karena ada benda langit yang jatuh.

Menurut Kapolsek, ledakan di areal pesawahan tersebut terjadi karena adanya radiasi dari aliran listrik SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi). "Bukan meteor, tetapi radiasi SUTET," jelas Kapolsek.

Seorang anggota intel polres wilayah barat juga berpendapat serupa. Menurutnya ledakan itu dikarenakan ada arus konslet listrik yang menimbulkan pecahan yang akhirnya jatuh kea real pesawahan.

Di areal pesawahan tersebut memang masih dalam kawasan aliran listrik SUTET. "Karena saat ini sedang ramai-ramainya meteor jatuh, jadi disangka meteor," ujarnya. (mie/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=159573