Jumat, 18 Juni 2010

Panggil Saksi dan Sita CCTV

[ Jum'at, 18 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Setelah mendapat laporan dari Pemkot Probolinggo, polresta bergerak cepat mengusut kasus percobaan pembobolan kasda pemkot Rp 12,5 M. Polresta sudah mengagendakan pemanggilan saksi dan menyita barang-barang bukti.

Saksi yang akan dipanggil berasal dari lingkungan pemkot maupun pihak bank. "Kami akan memulai langkah dengan memanggil saksi-saksi. Terutama orang-orang yang merasa tanda tangannya dipalsukan," ujar Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto kemarin (17/6).

Ia mengatakan, meski selama ini pihaknya sudah melakukan investigasi terhadap kasus tersebut, tapi belum membuahkan hasil signifikan. Termasuk siapa orang yang mencoba melakukan pembobolan tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Rabu (9/6) lalu, kasda pemkot nyaris kebobolan duit untuk plafon anggaran belanja modal konstruksi jalan. Pelaku yang diduga adalah PNS pemkot sendiri, RZ, mencoba mencairkan dana dari bank Jatim.

Dia mengajukan SP2D (surat perintah pencairan dana) ke kas Bank Jatim di DPPKA sebesar Rp 12,5 M atas nama CV Altor Jaya. Padahal untuk anggaran belanja itu kasda hanya menyediakan Rp 7.723.113.000. Percobaan pembobolan kasda itu digagalkan setelah petugas Bank Jatim curiga dan berkoordinasi dengan bagian kasda.

Ternyata SP2D itu palsu. Pelaku memalsukan tandatangan para pejabat yang berwenang mencairkan dana termasuk Kepala DPPKA, Imam Suwoko. Pelaku juga memalsukan form aplikasi milik BPKP.

Atas kasus ini Inspektorat pemkot telah bergerak melakukan pemeriksaan internal. Terutama kepada RZ. Sementara, RZ hanya berdalih menemukan map dan menyerahkannya ke kasda. Selain itu, pemkot juga telah melaporkan secara resmi kasus itu ke polresta. Begitu mendapat laporan, polresta kemudian melakukan koordinasi.

Koordinasi itu untuk mencocokkan data yang telah diperoleh polisi dengan data yang ada di pemkot. Diharapkan ada temuan-temuan baru yang lebih mengarah terhadap pelakunya.

"Dalam laporannya itu, adalah penemuan berkas yang diduga palsu. Yang melaporkan salah seorang staf dari bagian keuangan pemkot," jelas Kasatreskrim yang mantas Katim Riksa Densus 88 itu.

Selain akan segera memanggil para saksi, polisi juga akan segera melakukan penyitaan CCTV yang dipasang di loket kasda. Kamera itu merekam jejak aktivitas siapapun yang bertransaksi di kantor tersebut pada saat kejadian. "Rekaman di CCTV juga akan kami sita sebagai bukti petunjuk," ujar Kasatreskrim.

Tapi, Kasatreskrim masih belum bisa memastikan kapan saksi-saksi akan dipanggil, dan kapan CCTV disita. "Kami tidak bisa memastikan kapan, pokoknya secepatnya," katanya.

Menurut Kasatreskrim, apabila nanti terbukti memalsukan data dan dokument-dokumen lainnya, pelaku terancam dengan pasal 263 KUHP tentang pemalsuan surat-surat. Ancaman hukuman selama enam tahun. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Pendidikan Sekarang Banyak Menyimpang

[ Jum'at, 18 Juni 2010 ]
KRAKSAAN - Banyak faktor yang bisa mendukung peningkatan pendidikan. Faktor-faktor tersebut harus terkait satu sama lain. Jika salah satu faktor tak dipenuhi, maka mutu pendidikan akan berjalan tak seimbang.

Hal itu disampaikan Nur Hidayat, narasumber tunggal pada seminar refleksi pendidikan dalam perspektif Nahdlatul Ulama. Seminar dilaksanakan di gedung serba guna pertokoan Soponyono, Kraksaan, kemarin (17/6).

Acara diawali dengan pelantikan PC. IPNU Kraksaan masa bakti 2010-2011. selnajutnya, digelar seminar pukul 09.00 WIB dan berlangsung sekitar 2 jam

Menurut Hidayat, faktor-faktor pendukung peningkatan pendidikan, di antaranya sumber daya manusia (SDM) tenaga pengajar. Ada juga biaya atau anggaran, bimbingan orang tua dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut menurut Hidayat mutlak dipenuhi. "Kurang satu, ada saja efeknya," ujar Hidayat.

Hidayat lantas mencontohkan masalah biaya. Sekarang menurutnya semua warga negara Indonesia sudah bisa menikmati pendidikan. Terutama pada masa SD/MI dan SLTP. Sebab, pendidikan di tingkat itu sudah gratis. "Jadi masalah biaya bukan lagi problem utama," ujar Hidayat.

Yang paling penting menurut Hidayat adalah faktor lingkungan. Saat ini pendidikan dia katakan sudah banyak menyimpang dari tujuan awal terbentuknya pendidikan itu sendiri.

Hidayat mengatakan, lingkungan yang ada sangat tidak menunjang terhadap hasil pendidikan. "Sebab masih banyak siswa yang terpengaruh lingkungan yang kehidupannya negatif," sebutnya.

Solusinya menurut Hidayat, ada pada bimbingan orang tua dan guru. Dia berpendapat, orang tua dan guru harus memantau perilaku anak dengan baik. Sebab, anak harus bisa dituntun keduanya. "Orang tua dan guru punya peran penting," ujar wakil sekretaris Tanfidziyah PWNU Jawa Timur itu.

Sementara ketua panitia Muhammad Amin menegaskan, seminar dihadiri sekitar 100 peserta. Di antaranya, PW IPNU Jawa Timur, ketua PC NU Kraksaan, DPD KNPI Kabupaten Probolinggo, IPPNU Cabang Kraksaan dan sejumlah organisasi pendidikan dan kepemudaan. Selain itu, organisasi siswa se-cabang Kraksaan juga turut serta.

Sementara ketua Cabang IPNU Kraksaan A. Muzammil mengatakan, seminar tersebut bertujuan sebagai bahan refleksi terhadap dunia pendidikan. Utamanya dalam menyikapi perkembangan pendidikan dan pelajar. "Sekarang pelajar mengalami kehilangan haluan," sebut Muzammil.

Muzammil berharap, seminar tersebut akan menguatkan eksistensi dunia pendidikan. Dengan demikian akan muncul semangat dari para pelajar untuk meningkatkan kemampuan. "Kemampuan dan skill pelajar harus bisa ditingkatkan," pungkas Muzammil. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165042

Kapolres Baru Tinjau Mapolres

[ Jum'at, 18 Juni 2010 ]
Hari Sertijab, Sabtu Pelepasan

PAJARAKAN - Jelang acara serah terima jabatan (sertijab), Polres Probolinggo menggelar kegiatan laporan satuan (lapsat). Yang berbeda pada lapsat tersebut, ada dua Kapolres yang hadir. Yakni, Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi dan calon penggantinya, AKBP Rastra Gunawan.

Lapsat bertempat di ruang eksekutif Polres Probolinggo dan berlangsung pukul 09.00-11.00. Kegiatan tersebut diikuti oleh semua kasat, kabag, kanit dan dipimpin Kapolres Afriandi.

Setelah kegiatan selesai, Afriandi dan Rastra salat jamaah di masjid Polres. Selanjutnya, Afriandi mengajak Rastra keliling Mapolres. Afriandi menunjukkan setiap ruangan di Mapolres.

Acara jalan-jalan itu berlangsung sekitar 30 menit. Afriandi lantas mengajak Rastra ke ruang Kapolres. "Sertijab saya besok (hari ini, Red) ya," ujar Afriandi sebelum masuk ruangannya.

Sebenarnya, sertijab ini mengalami beberapa kali penundaan. Namun, akhirnya dipastikan berlangsung hari ini. Kepastian tersebut disampaikan ketua panitia pisah kenal Kapolres Probolinggo, Wakapolres Kompol Sucahyo Hadi.

Menurut Sucahyo, sertijab akan dilaksanakan di Mapolwil Malang pada pukul 07.00 WIB. "Rombongan dari Probolinggo akan berangkat malam ini (tadi malam, Red)," kata Sucahyo.

Sertijab tersebut menurut Sucahyo sekaligus menandakan berakhirnya masa tugas Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi. Afriandi akan diganti oleh AKBP Rastra Gunawan yang sebelumnya Kapolres Kediri.

Meski demikian, dirinya belum tahu pasti kapan Kapolres baru akan mulai bertugas. "Nanti sajalah, kita lihat persiapan beliau," ujar Sucahyo.

Setelah sertijab di Mapolwil Malang, acara dilanjutkan dengan pisah kenal di aula Polres Kota Probolinggo. "Malam hari pukul 19.00," kata Sucahyo.

Lalu, pada Sabtu akan dilakukan upacara pelepasan kapolres lama dan penyambutan kapolres baru. Kegiatan itu kata Sucahyo merupakan tradisi di Polri. Menurut Sucahyo acara pelepasan dan penyambutan dikemas dengan kegiatan pedang pora. "Persiapannya sudah 100 persen," sebut Sucahyo. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165041

Pembahasan Perda-Perda Mandul

[ Jum'at, 18 Juni 2010 ]
Banleg Masih Terganjal PP
KRAKSAAN - Rencana DPRD Kabupaten Probolinggo untuk membahas kembali beberapa perda soal retribusi dan pajak yang dianggap mandul mengalami hambatan. Sebab, sejauh ini PP terbaru yang membahas retribusi dan pajak belum disahkan.

Ketua Badan Legislatif (Banleg) Slamet Riyadi menyatakan, sedianya pihaknya siap mengkaji beberapa perda mandul. Tetapi karena PP terbaru belum disahkan, otomatis pembahasan perda mandul kesulitan dilaksanakan.

"Saat menggelar hearing dengan Bagian Hukum beberapa hari lalu, saya juga sempat bahas soal itu (beberapa perda mandul, Red). Tetapi Kabag Hukum menjelaskan kalau saat ini belum bisa dilakukan lantaran PP-nya belum disahkan," terang Slamet Riyadi.

Seperti diberitakan Radar Bromo, beberapa peraturan daerah (Perda) Kabupaten Probolinggo saat ini dalam sorotan DPRD setempat. Beberapa perda yang dipakai saat ini dinilai masih banyak yang mandul dan perlu ditinjau ulang.

Hal tersebut terungkap saat hearing Komisi C dengan Bappeda pemkab setempat, kemarin (15/6). Dari hasil hearing diketahui bahwa beberapa Perda saat ini ada yang belum optimal dalam implementasinya di lapangan.

Ketua Komisi C Agil Bafaqih menconothkan, yakni Perta tentang Retribusi Ikan di PPI Paiton. Meski sudah ada Perdanya, namun sampai sejauh ini Perda tersebut belum diterapkan di lapangan.

Selain mengkritisi keberadaan perda-perda mandul, DPRD juga menilai perlu peninjauan ulang atas beberapa perda. Terutama Perda yang berkaitan dengan penarikan retribusi.

Menurut Agil, semua Perda yang berkaitan dengan retribusi sekarang ini harus disesuaikan dengan perundang-undangan baru. Yakni UU nomor 28 tahun 2009 tentang Retribusi Pajak Daerah.

Nah, meski sudah ada UU yang baru, namun menurut Slamet Riyadi dalam pembahasan Perda itu juga diperlukan pengesahan PP. "Saat ini kami inventarisir dulu perda-perda yang perlu ditinjau ulang. Usai PP disahkan, baru kami bahas lebih lanjut," ulas Slamet.

Peninjauan kembali perda-perda yang berkaitan dengan retribusi itu diharapkan bisa semakin menguntungkan pemkab. Slamet mencontohkan soal keberadaan sumber air Ronggojalu.

Menurut Slamet, bila merujuk pada UU yang baru itu, seharusnya sumber air Ronggojalu bisa menambah PAD yang cukup signifikan bagi pemkab. Pasalnya, air bersih dari mata air Ronggojalu di perbatasan Tegalsiwalan-Leces, Kabupaten Probolinggo itu mengalir ke mana-mana.

Yakni, digunakan untuk Kota Probolinggo. Bahkan menyeberang laut sampai ke Pulau Gili Ketapang. Namun, mata air itu tidak memberikan konstribusi maksimal untuk PAD kabupaten.

Padahal, debit air Ronggojalu sendiri mencapai 3 ribu liter per detik. Dari debit air tersebut hanya 30 liter per detik saja yang dimanfaatkan PDAM Kabupaten Probolinggo.

Ironisnya, PDAM Kota Probolinggo justru lebih banyak memanfaatkan sumber air Ronggojalu tersebut. Sumber air Ronggojalu menjadi pemasok air utama untuk PDAM Kota Probolinggo dengan serapan sekitar 420 liter per detik. Sisa debit air Ronggojalu tersebut dimanfaatkan oleh PTKL dan pengairan irigasi wilayah setempat (dikelola Dinas PU Pengairan).

Kenyataannya, saat ini pemkab hanya mendapatkan retribusi yang cukup kecil. Itu dari bagi hasil ABT (air bawah tanah) dari Pemprov Jatim. Mendapati fakta tersebut, dewan berencana mengoptimalkan keberadaan sumber air Ronggojalu untuk mendongkrak PAD. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165040

Semipro Diramaikan Tari Tradisional

[ Jum'at, 18 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Gelaran Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo) 2010 nanti bakal dimeriahkan kesenian tari tradisional dan seni pertunjukan. Rencananya sajian kesenian itu akan ditampilkan dalam acara pembukaan dan penutupan.

Saat ini, salah satu sanggar yang tengah menyiapkan diri untuk acara tersebut adalah Bina Tari Bayu Kencana (BTBK). Saat ini mereka tengah serius berlatih untuk memantapkan teknik dan materi yang akan ditampilkan dalam Semipro.

Di tengah sibuk persiapan tampil di Semipro, penari BTBK pimpinan Peni Priyono juga bakal berangkat ke Lamongan mengikuti Festival Pesisir Utara Jawa Timur. Kabarnya rencana pemberangkatan itu digagalkan Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dispobpar).

"Tapi anak-anak sudah terlanjur latihan sejak lama. Kami sudah menyatakan kesanggupan untuk berangkat ke Lamongan. Alasan penggagalannya karena tidak ada dana. Kalau saya, ada atau tidak ada dana tetap berangkat karena sudah ditunjuk," tegas Peni saat ditemui di kantor pengawas sekolah di SD Tisnonegaran 1, kemarin.

Persiapan sudah fix dan semangat para penari BTBK yang akhirnya membuat Peni tetap berupaya bisa berangkat. Rencananya ada 50 personel yang bakal berangkat. Di Festival Pesisir Utara personel mengikuti pawai budaya dan seni pertunjukan (meliputi teater, tari dan vokal). Seni petunjukkan yang ditampilkan berjudul Jeghe (bangun).

Tidak hanya disibukkan ikut festival, BTBK juga dipercaya mengisi tari di acara pembukaan pekan KIM (kelompok informasi masyarakat) pada 1 Juli dan penutupan Semipro tanggal 3 Juli.

Pembukaan nanti Jegeh bakal ditampilkan dengan melibatkan 35 personel. Sedangkan sebanyak 20 penari bakal membawakan tarian kiprah lengger sebagai tari khas Kota Probolinggo dan 20 penari tari Remo Bolet (Jombang) saat penutupan. "Kaitannya dengan rangkaian Semipro, sudah siap (personel). Hanya dananya yang belum siap," kata Peni lagi.

Menurut Peni, tari kiprah lengger dan remo yang bakal ditampilkan nantinya bukan asal pilih. Kiprah lengger dipakai karena sebagai salah satu tarian yang menjadi ciri khas kota ini, selain Jaran Bodhag atau Re Re Re. Sedangkan pemilihan tari remo disesuaikan permintaan panita pelaksana.

"Durasi waktu sedang kami persiapkan. Pakaian untuk kiprah lengger dan remo sedang dibuat. Karena sebelumnya sanggar cuma punya lima, sekarang yang tampil lebih lebih dari 20 orang," ungkap seniman yang punya kepribadian tegas itu.

Usai Semipro, BTBK masih punya pekerjaan lain. Sanggar tersebut diberi kepercayaan maju ke Misi Duta Seni Pelajar mewakili Provinsi Jawa Timur antara 7 sampai 10 Juli mendatang. Penari sanggar itu jadi perwakilan setelah berhasil menang di Malang dalam acara Peminat Seni Tradisi. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165034

Hanya Perlu Mengubah Shaf

[ Jum'at, 18 Juni 2010 ]
Masalah Pergeseran Arah Kiblat

PROBOLINGGO- Polemik soal pergeseran arah kiblat yang sempat menjadi perdebatan akhir-akhir ini ternyata tidak terjadi di Probolinggo. Adanya pergeseran arah kiblat itu tidak sampai membuat ramai para takmir masjid.

Mifftahorrahman, ketua Badan Hisab Rukyat (BHR) Kabupaten Probolinggo mengatakan, adanya pergeseran arah kiblat di Kabupaten Probolinggo tidak sampai ramai karena sosialisasi yang cukup massif dari BHR.

"Kami memang telah mengantisipasi agar masalah penentuan kembali arah kiblat itu tidak sampai membuat ramai. Usai mengetahui ada sedikit pergeseran arah kiblat, tim hisab langsung sosialisasikan secara massif ke masjid-masjid," jelas Miftahorrahman.

Menurut Miftahorahman, dari hasil hisab timnya, arah kiblat untuk Kabupaten Probolinggo memang ada sedikit pergeseran. Itu setelah perwakilan BHR melihat langsung kondisi arah matahari dari Kakbah di Mekah pada 16 Mei lalu ada sedikit pergeseran bayangan. "Tetapi Cuma sedikit, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya," ungkapnya.

Dijabarkannya pergeseran itu tidak sampai membuat masjid-masjid harus membongkar kembali arahnya. "Hanya saja cat untuk shafnya sedikit diubah. Beberapa masjid sudah melakukannya. Termasuk masjid Agung Kraksaan," bebernya.

"Intinya di Kabupaten Probolinggo sudah ada kesepakatan bahwa sedikit pergeseran itu dan tidak perlu diperdebatkan. Masjid baru di PLTU Paiton yang baru dibangun juga sudah menyesuaikan dengan arah kiblat yang baru," beber Miftahorrahman.

Ukur Lima Masjid

Di Kota Probolinggo lima masjid sudah dilakukan pengukuran arah kiblat. Hasilnya, Hanya perlu menggeser shaf, tanpa perlu mengubah bangunan masjid.

Masjid-masjid yang diukur itu tersebar di Kelurahan Jrebeng Kulon dan Kelurahan Wonoasih. "tidak ada yang sampai mengubah bentuk atau bangunan masjid. hanya merubah shafnya saja, karena memang pergeserannya hanya sedikit," ujar Taufieq, Kepala TU Kementriaan Agama Kota Probolinggo.

Menurut Taufieq, adanya pengukuran ulang itu sesuai surat perintah dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama di Jakarta. Menurutnya, itu akibat dari sering terjadinya bencana alam berupa gempa di Indonesia.

"Awal Juli nanti kami akan melakukan pertemuan dengan para takmir masjid dan ormas (organisasi kemasyarakatan) untuk membicarakan itu (pengukuran kembali arah kiblat)," ujar Taufieq, Kepala TU Kementerian Agama Kota Probolinggo.

Taufieq menyatakan, bagi para takmir yang mau masjidnya di ukur ulang tidak perlu menunggu sampai Juli. Tapi, cukup mengajukan permohonan kepada Kantor Kementerian Agama Kota Probolinggo untuk dilakukan pengukuran. "Kalau ada yang minta diukur sekarang, juga kami layani," ujarnya.

Untuk meluruskan masalah kiblat ini, kata Taufieq, Kementerian Agama telah membentuk sebuah tim yang siap turun ke daerah-daerah untuk mengukur kembali arah kiblat itu. Tim pengukuran arah kiblat ini gratis. Adapun peralatan yang digunakan adalah teodolit, GPS, dan kompas serta paling utama pengamatan terhadap Matahari.

Taufieq mengimbau semua pengurus masjid apabila mengetahui kalau masjid yang diigunakan bergeser agar cukup dibetulkan arah shafnya saja dan tidak harus membongkar semua bangunan.

Perubahan arah tersebut terjadi akibat gempa bumi sehingga menimbulkan pergeseran tanah. "Sebagai langkah awal, masjid dulu yang akan kami ukur. Setelah itu, baru musala-musala," ujar Taufieq. (mie/rud/nyo)

Sumber: http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4603951795410269508

Ada Indikasi Pembunuhan Berencana

[ Jum'at, 18 Juni 2010 ]
KRAKSAAN - Polres Probolinggo bekerja keras mengusut kasus tewasnya Mohammad Saiful Bahri, 45, warga Perumahan Semampir Indah Kelurahan Semampir Kecamatan Kraksaan. Dugaan bahwa guru MAN Pajarakan sekaligus sekretaris MUI Kraksaan itu dibunuh kian menguat. Bahkan polres mencium indikasi Saiful Bahri manjadi korban pembunuhan berencana.

Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi melalui Kasatrekrim AKP Heri Mulyanto mengatakan, pihaknya sudah melakukan gelar perkara. Kegiatan tersebut dilaksanakan kemarin (17/6) di gedung eksekutif Polres Probolinggo. "Baru saja selesai," kata AKP Heri saat ditemui Radar Bromo di ruang kerjanya kemarin siang.

Dalam gelar perkara yang berlangsung pukul 11.00 hingga pukul 13.30 itu, polres membahas beberapa persoalan seputar kasus tewasnya Saiful Bahri. Menurut Kasatreskrim, polres sampai kemarin belum menerima hasil otopsi yang dilakuan tim medis RSUD Waluyo Jati Kraksaan.

Tapi, menurut Kasatreskrim, dugaan bahwa Saiful Bahri dibunuh sudah sangat kuat. Heri juga menyebut kemungkinan korban ditusuk dengan pisau. "Itu dilihat dari bekas luka di perut," kata AKP Heri lalu menunjukkan foto mayat korban di ponselnya.

Seperti diberitakan Radar Bromo kemarin, Saiful Bahri dikabarkan sudah menghilang dari rumahnya pada Selasa (15/6) pagi. Lalu pada Rabu (16/6) sekitar pukul 06.00, tubuh Saiful Bahri ditemukan tak bernyawa di sungai Rondoningo. Tepatnya bawah jembatan Desa Sentong, Krejengan.

Saiful Bahri tewas dengan tujuh luka tusuk dan bacok di sekujur tubuh. Kasatreskrim merinci, luka tusuk ada di dua bagian. Yakni di perut dan dada sebelah kanan. Sedangkan luka akibat bacokan terdapat di 4 bagian. Yakni di bagian dagu, 2 bacokan di dahi sebelah kiri, dan 1 bacokan di pelipis mata kiri. Bahkan kata Heri, bacokan di dahi bagian atas tembus hingga tempurung kepala terlihat.

Sementara 1 luka lainnya kata Heri, terdapat di ubun-ubun korban. Luka ini masih belum dipastikan penyebabnya. Sebab kata Heri, sepertinya bukan bekas tusukan. "Mungkin terbentur benda keras," sebut Heri.

Namun heri belum bisa memastikan hal tersebut. Sebab kata Heri, pihaknya masih belum menerima hasil otopsi. "Nanti lah, mudah-mudahan bisa cepat (hasil otopsi)," ujar Heri.

Sejauh ini, polres belum bisa memastikan motif pembunuhan ini. Sebab kata Heri, saat keluar rumah Saiful membawa sepeda motor dan HP. Padahal lanjut AKP Heri, kedua barang itu dinyatakan hilang. "Kalau dari situ motifnya adalah perampokan," ujar Kasatreskrim.

Namun, itu bukan kesimpulan. Sebab, menurut Kasatreskrim, polres justru mencium ada indikasi pembunuhan berencana dalam kasus ini. Menurutnya, jika motifnya perampokan, korban tidak perlu dibunuh setragis itu. "Diambil saja motornya, lalu kabur. Tapi yang ini korban malah dianiaya hingga tewas," tutur AKP Heri.

Berdasarkan pengamatan tersebut, AKP Heri menyebut ada indikasi pembunuhan berencana. Terlebih dengan adanya beberapa kejanggalan yang ditemukan. "Sementara alasannya masih belum bisa kami ungkap," terang Kasatreskrim.

Sampai kemarin, polres telah memeriksa sejumlah saksi. Yakni Ninik Maisaroh, istri korban, guru MAN Pajarakan dan seorang saksi yang menemukan mayat korban di TKP. "Prosesnya masih terus berlanjut," ujar AKP Heri.

Urung Bercerai

Sementara itu, di balik peristiwa ini terungkap bahwa korban dan istrinya sempat ada masalah dalam rumah tangganya. Kasatreskrim AKP Heri menyebut korban dan istrinya sempat akan bercerai.

Kasatreskrim mengaku mendapat informasi tentang itu dari unit PPA (perlindungan perempuan dan anak) polres. Namun, menurutnya, permasalah korban dengan istrinya itu terjadi bulan lalu. Dan masalah itu bahkan sudah didamaikan oleh polres. "Sudah didamaikan oleh pihak polres. Sekitar sebulan lalu. Jadi urung cerai," ujar AKP Heri.

Di luar itu, Radar Bromo juga mendapat informasi dari seorang advokat di Kabupaten Probolinggo. Menurutnya, sekitar 10 hari lalu dirinya bertemu dengan istri korban. Dalam pertemuan itu, istri korban minta bantuan. "Untuk membantu pengurusan perceraiaan dengan korban," kata sumber tersebut.

Untuk mendapat kejelasan soal itu, sekitar pukul 14.30 kemarin Radar Bromo menemui Ninik Maisaroh, istri mendiang Saiful Bahri. Siang itu di kediamannya, Ninik tampak menemui beberapa pelayat yang datang.

Kepada Radar Bromo Ninik mengatakan, sementara ini dirinya memilih menutup diri. Dirinya masih terguncang akibat kematian suaminya. Selanjutnya Ninik mengatakan menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus kematian suaminya pada Polres Probolinggo. "Mohon maaf ya, Mas," ujar Ninik.

Sementara itu, ucapan prihatin atas tewasnya Saiful Bahri terus meluncur dari kalangan pengurus MUI. Kemarin Ketua MUI Kabupaten Probolinggo KH Moh. Hasan Saiful Islam menyatakan kehilangan salah satu pengurus terbaiknya. Menurutnya, korban adalah pengurus yang aktif.

Atas kasus ini, kiai Saiful Islam berharap Polres Probolinggo menanganinya secara serius. Terutama kepada Kapolres Probolinggo yang baru, AKBP Rastra Gunawan, kiai Saiful Islam menyatakan dukungan dalam pengungkapan kasus ini. "Nanti kami akan menghadap Kapolres secara resmi," sebut Saiful Islam. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=165031