Sabtu, 23 Oktober 2010

Tiap Warga Meninggal Disantuni Rp 750 Ribu

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 11:13 WIB

PROBOLINGGO - Untuk kali pertama DPRD Kota Probolinggo menggunakan hak inisiatifnya untuk menelurkan Peraturan Daerah (Perda). Kini melalui Komisi A (bidang hukum dan pemerintahan), DPRD sedang menyiapkan draft rancangan Perda (Raperda) santunan kematian. Setiap warga yang meninggal dunia akan disantuni Rp 750 ribu, diambilkan dari Dana Abadi Pemkot Probolinggo.

Ketua Komisi A DPRD As’ad Anshari, Jumat (22/10) siang, mengatakan, usulan Perda ini digulirkan sejak akhir Maret 2010. ”Insya Allah, draft Raperdanya bakal dibahas November mendatang,” ujarnya. DPRD sudah melakukan studi banding di daerah yang sudah menyantuni warganya yang meninggal seperti di Depok, Februari lalu.

Dalam draft Raperda tentang santunan kematian, warga yang meninggal dunia disantuni Rp 750 ribu. ”Awalnya yang kami usulkan Rp 1 juta, setelah dihitung-hitung kemampuan APBD kita Rp 750 ribu,” ujar Ketua Komisi A DPRD As’ad Anshari.

Demi menyantuni warga Kota Probolinggo yang meninggal, sesuai draft, Pemkot bakal menganggarkan dana tersendiri. ”Sesuai draft, santunan kematian bersumber dari APBD dan dan bagi hasil Dana Abadi, yang besarnya sekitar Rp 12 miliar,” ujarnya.

As’ad mengakui, Dana Abadi sebesar Rp 12 miliar itu bakal dikumpulkan bertahap melalui APBD setiap tahun. ”Dana Abadi bakal disimpan di bank syariah, dikumpulkan bertahap. Tahap pertama, melalui APBD 2011 bakal dianggarkan Rp 5 miliar, APBD 2012 sebesar Rp 4 miliar, dan APBD 2013 dianggarkan Rp 3 miliar,” ujarnya.

Sebenarnya, pemberian santunan kematian sudah dilakukan Pemkot Probolinggo sejak 2008. Bahkan Walikota HM Buchori punya program melayat ke rumah duka sambil memberikan santunan. Sepengetahuan As’ad, selama ini saat takziah (melayat), walikota memberikan santunan Rp 500 ribu kepada ahli waris.

Pemkot pun menganggarkan dana Rp 1 miliar hingga Rp 1,5 miliar untuk pos santunan duka itu di APBD. Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Pemkot Probolinggo mencatat, pada 2008 santunan kematian yang dikeluarkan Rp 150 juta dan 2009 meningkat menjadi Rp 948 juta.

Masih terkait santunan kematian, walikota telah menerbitkan Perwali 59/2008 tentang pemberian santunan kematian bagi PNS, pegawai kontrak, tenaga pekerja pemerintah, berserta istri/suami hingga anaknya. Nilainya untuk kembatian PNS Rp 2,5 juta, pegawai kontrak Rp 2 juta, tenaga pekerja pemerintah Rp 1 juta. Istri/suami PNS, tenaga kontrak, atau pekerja pemerintah Rp 1,5 juta. Sementara anak-anak mereka Rp 1 juta.

Terkait rencana DPRD menggolkan Perda santunan kematian, Pemkot (eksekutif) pun melakukan pendataan warga yang meninggal setiap tahun. Tercatat, pada 2008 lalu sebanyak 1.089 warga Kota Probolinggo meninggal dunia. Pada 2009 warga yang meninggal meningkat menjadi 1.329 orang. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=752897afcefc0275da154f3811d6eed0&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc


Korban Elpiji 3 Kg Terbelit Biaya Rumah Sakit

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 11:13 WIB
SP/Ikhsan Mahmudi JUMADI (30), korban ledakan elpiji ditunggu ibunya, Ny Lianah di RSUD. Sementara adiknya, Abdurrohim (27), dirawat di bed lain. Rumah mereka hancur kena ledakan elpiji 3 kg.

Ledakan elpiji Jumat (22/10) lalu menyisakan duka mendalam bagi Ny Lianah (60), warga Sumbertaman, Kota Probolinggo. Keluarga janda miskin itu kesulitan biaya kedua anaknya yang dirawat di RSUD.

OLEH IKHSAN MAHMUDI

PEREMPUAN tua itu tampak sibuk di antara dua dipan (bed) di Ruang Bougenvile, RSUD Dr Moch. Saleh, Kota Probolinggo. Di bed pertama tergeletak Jumadi (30), anak keduanya yang mengalami luka bakar di sekujur tubuh akibat ledakan elpiji.

Sementara di bed kedua, Abdurrohim (27), anak bungsunya duduk sambil mengerang-erang, “Panas, panas, panas ...”. Perempuan yang biasa dipanggil Nyonya Lilik itu terus mengibaskan kipas bambu untuk menyegarkan tubuh anaknya.

Ia dibantu anak ketiganya, Muzdalifah terus mengipasi kedua korban ledakan gas elpiji. “Anak saya empat orang, semuanya berada di rumah sakit, kecuali Sholehudin (anak sulung, Red.) jaga rumah,” ujar Ny Lilik.

Janda yang ditinggal mati suaminya, Hasyim itu tidak menyangka bakal menerima cobaan hidup demikian berat. Saat kejadian ledakan elpiji, Kamis siang, perempuan itu sedang menjalankan salat zuhur.

“Saya mendengar bunyi keras seperti geledek menyambar. Takut mengenai televisi, kabel antena saya copot,” ujarnya. Namun tidak seberapa lama ia mendengar jeritan histeris kedua anaknya.

Ia semakin kaget demi menyaksikan api membakar tubuh dan pakaian Jumadi. Sementara, si bungsu Abdurrohim yang berada di dapur tampak berusaha memadamkan api yang menjilat tubuhnya dengan menuangkan air dari ember plastik.

Sambil mengerang-erang menahan luka bakar sekujur tubuhnya, Jumadi mengatakan kepada ibunya, terjadi ledakan elpiji di rumah sekaligus toko. Begitu dahsyatnya ledakan, sampai-sampai rumah Ny Lilik temboknya retak-retak, genteng dan atap berjatuhan. Perabotan di rumah-toko berukuran sekitar 10 x 2 meter itu juga hancur berantakan.

Rumah-toko itu menyambung dengan rumah di sisi timurnya yang ditempati Sholehudin, anak sulung Ny. Lilik. Di rumah sederhana yang kini nyaris roboh itulah Ny Lilik tinggal bersama Jumadi dan Abdurrohim.

Jumadi dan istrinya, Eva Nurdiana (29) dan anak semata wayangnya juga tinggal di rumah yang sama. “Kebetulan saat terjadi ledakan, saya sedang kerja jadi pelayan toko di Jl Dr Soetomo, sementara anak saya yang berusia 22 bulan saya titipkan di kerabat,” ujar Eva.

Pengakuan Jumadi dan Abdurrohim kepada Muzdalifah akhirnya membuka kronologis ledakan mirip bom itu. “Meski kondisi kakak saya, Jumadi parah tetapi ia tidak sampai pingsan, demikian juga adik saya Rohim yang kondisinya lebih ringan. Keduanya masih bisa bercerita,” ujar Muzdalifah.

Siang itu di toko penyalur tabung elpiji yang dikelola Jumadi dan adiknya, Abdurrohim terjadi kebocoran tabung gas. Jumadi berusaha mencari tabung gas yang bocor di antara tumpukan tabung elpiji berukuran 12 Kg dan 3 Kg di tokonya.

“Adik saya Rohin menderita polip sehingga hidungnya tidak peka kalau ada gas bocor, ia malah menyalakan kompor elpiji di dapur, untuk membuat kopi,” ujar Muzdalifah. Akhirnya api dari arah dapur menyambar gas yang diduga telah memenuhi ruang toko dan ruang tengah.

Bagi Ny Lilik, Jumadi dan Abdurrohim merupakan tulang punggung keluarga. Sejak sekitar setahun lalu, Jumadi menyopiri pikap dengan kenek adiknya, Abdurrohim untuk memasok tabung-tabung elpiji ke sejumlah toko pengecer.

Kini, kedua tulang punggung keluarga janda itu telah tergolek lemah di dipan RSUD. “Kami urunan, dibantu kerabat, hingga mencari utangan untuk biaya rumah sakit,” ujar Muzdalifah.

Disinggung apakah sudah mendapat santunan dari pemerintah terkait ledakan elpiji, Muzdalifah menggelengkan kepala. “Saya tidak tahu apakah memang ada bantuan bagi korban ledakan elpiji. Yang jelas hingga kini, kami belum terima bantuan apa-apa baik dari Pemda atau pun dari Pertamina,” ujar perempuan berjilbab itu.

Yang jelas, hingga hari kedua dalam perawatan RSUD, keluarga tersebut sudah mengeluarkan Rata Penuhbiaya sekitar Rp 3 juta. “Tidak tahu nanti berapa biaya total selama perawatan di rumah sakit,” ujar Muzdalifah. *

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=c74d57ee356e0e6e6f6854bbc0402167&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

DPRD Flortim menimba Ilmu di Probolinggo Kota

Jumat, 22 Oktober 2010

Pemerintah Kota Probolinggo kembali kedatangan tamu dari luar jawa. Kali ini (21/10) Kota Probolinggo kedatangan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dari Flores Timur (Flortim) yang disambut di Ruang Sabha Bina Praja Kantor Walikota Probolinggo.

Kedatangan DPRD Flortim ke Kota Probolinggo yang dipandu oleh 3 orang dari DKP provinsi Jawa Timur, bertujuan untuk menimba pengalaman tentang penataan, manajemen, dan kontrol perkotaan, sehingga dapat melengkapi Perda DPRD Flortim dalam pengembangan daerah di Flortim.

Dalam menyambut DPRD Flortim, pemerintah Kota Probolinggo, dipimpin oleh Sekda Kota Probolinggo, H. Johny Haryanto dan perwakilan masing – masing satker, DPRD Flortim yang berjumlah 15 orang, terdiri dari DPRD, Assisten II, Bappeda, Bagian Hukum, DKP dan Sekwan.

Acara penyambutan dibuka oleh H. Johny Haryanto, kemudian dilanjutkan sambutan oleh Wakil Ketua DPRD Flortim, Theodorus Wungubelen.

Selanjutnya kunjungan dilanjutkan ke Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan pantai (UPPPP) Mayangan Kota Probolinggo. Di UPPPP rombongan dari Flortim dipandu oleh timdari DKP provinsi diantaranya, Mustarom, bagian Program Perencanaan, M. Husni dan Joko Riyanto, Bagian Perikanan Tangkap, menuju ke Kantor UPPPP.

Di kantor UPPPP, rombongan disambut oleh beberapa staf UPPPP dan kabid Pengelolahan Swadaya Dinas Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Sudirman. Kemudian M. Husni dibantu Sudirman, memperesentasikan tentang seluk beluk Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan, diantaranya, jenis ikan dan jumlah yang diproduksi, pengembangan pelabuhan Mayangan dengan jumlah dana yang diperlukan dalam pembangunan PPP, serta omzet yang diperolah Pemerintah Kota Probolinggo atas PPP yang telah dibangun.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=366

Presentasi Mengakat Tentang Kredit

Jumat, 22 Oktober 2010

Untuk meningkatkan kwalitas SDM (Sumber Daya Manusia) pegawai, BAPPEDA Kota Probolinggo menyelengarakan kegitan rutinitas mingguan, presentasi staf yang dilaksasakan secara bergiliran untuk semua staf BAPPEDA yang terdiri dari Bidang Sekretariat, Ekonomi, Fisik dan Prasarana, Sosial dan Budaya serta Bidang Dalitbang.

Presentasi dilaksanakan (19/10) siang hari sekirtar pukul 13.30 diruang rapat BAPPEDA (Badan Perencanaan Pemabangunan Daerah) Kota Probolinggo yang diikuti oleh 16 orang. Staf lain yang tidak bisa hadir dalam forum diinformasikan karena adanya pekerjaan yang harus diselesaikan dan ada pula yang sedang menjalankan DL (Dinas Luar).

Dalam sesi presentasi, topik yang diusung tentang Kredit, lebih lengkapnya berjudul Kredit Sebagai Dinamika Kehidupan. Topik dipaparkan oleh staf Bidang Ekonomi, Mirza Ronald, menyampaikan, “yang namanya kredit tidak akan lepas dari kehidupan kita semua, karena sewaktu – waktu kita akan diposisikan dalam situasi yang terpojok sehingga kita tidak akan bisa mencari solusi yang lain selain mengambil kredit dari bank atau instansi yang lain dengan bunga yang telah ditentukan oleh bank atau instansi tersebut”, tegas Mirza Ronald.

Kemudian dijelaskan secara luas maksud dan tujuan adanya pengajuan kredit serta syarat – syarat yang perlu diperhatikan, mulai dari personal debitur (peminjam dana), syarat administrasi, penghasilan debitur, jumlah pinjaman yang diinginkan, dan bentuk jaminan yang dimiliki debitur sebagai penjamin atas pinjaman dana, sehingga diperlukan suatu pemprosesan olah bank selaku pemilik dana supaya proses pengangsuran kredit bagi debitur berjalan lancar dan tepat waktu.

“Sebenarnya mana yang lebih dahulu antara kebutuhan atau keinginan”, tanya Mirza Ronald sambil memberi kesempatan kepada staf yang lain untuk menyumbangkan uneg - uneg untuk menjawabnya. “kalau menurut saya dahuluan kebutuhan, karena kebutuhan dalam hal ini bersifat wajib sedangkan keingnginan hanya sebagai penyemangat, bisa dibilang nafsu”, ungkap Dodit Supriyanto, staf dari Bidang Fisik dan Prasarana.

“Memang benar apa yang diungkapkan oleh mas Dodit, dahuluan kebutuhan daripada keingnginan. Kita ambil contoh saja makan, makan adalah kebutuhan pokok dan kita pasti makan, tapi karena timbul suatu keinginan, maka akan ada pernyataan, kita akan makan pakai menu apa, itu yang menjadikan kita untuk memilih sehingga tercipta keingnginan yang beraneka ragam”, imbuh Mirza Ronald.

Selanjutnya hasil dari presentasi staf BAPPEDA ditarik kesimpulan, bahwa kita sebagai debitur harus selalu berhati – hati dalam mengambil kesimpulan menentukan nominal kredit yang diinginkan, harus disesuaikan dengan kemampuan kita untuk membayar, selain itu perlu dibaca secara jelas dan matang maksud dari akad kredit atau perjanjian tertulis oleh bank, tujuannya supaya kita sebagai debitur dapat memahami aturan pengkreditan yang berlaku, sehingga dengan begitu kerjasama antara debitur dan bank atau intansi lain pemberi dana bisa langgeng dan berkelanjutan.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=365

Sosialisasi Anjab dan ABK di Ruang Sabha Bina Praja

Kamis, 21 Oktober 2010

Rabu (20/10) diruang Sabha Bina Praja kantor Walikota Probolinggo, berkumpul 20 orang yang terdiri dari perwakilan 5 SKPD, yaitu Inspektorat, Sekretariat DPRD, Bappeda, DPPKA dan Bidang Organisasi sekaligus sebagai Leading Sector kegiatan Sosialisasi Analisa Jabatan dan Analisa Beban Kerja (Anjab dan ABK) yang diikuti dengan antusias oleh para undangan.

Sosialisasi mengundang nara sumber dari PT. KOKEK yang berkantor di jl. Jemursari No. 10F Surabaya, dihadiri bersama tim dengan diketuai Ganesyoni. Selain itu turut datang Assisten Administrasi, Setyo Utomo dan Sekda Kota Probolinggo, H. Johny Haryanto.

H. Johny Haryanto membuka acara sosialisasi, menyampaikan, “saya yang datang mewakili pak Walikota yang tidak bisa datang karena ada undangan kerja ke Jepang, menegaskan, pertama yang perlu diterapkan dan dikembangkan ke para pegawai adalah suatu kedisplinan. Karena kedisiplinan adalah modal utama dalam mewujudkan pegawai yang berkarakter, sehingga dengan begitu akan menghasilkan kinerja yang optimal”, ungkapnya.

Pemaparan dilanjutkan oleh Ganesyoni yang menjelaskan tentang Anjab dan ABK. Diambil contoh, Nama Jabatan, Pengolah Data Kesejahteraan Keluarga yang berpangkat / Golongan Pengatur (ll/c), pendidikan umum yang disandang, minimal D3 Administrasi dengan tugas yang telah ditetapkan sesuai dengan aturan Kepegawaian, mengumpulkan dan mengolah data dalam rangka mempersiapkan bahan guna menyusun rencana kerja, petunjuk teknis, pedoman pembinaan pada Sub Bidang Kesejahteraan Keluarga.

“Saya pernah mengetahui kasus pegawai yang bisa menjadikan momok dalam merusak citra birokrasi pemerintahan. Salah satunya penyakit yang terkadang masih melekat pada kinerja pegawai yaitu, Kudis (Kurang Disiplin) dan TBC (Tidak Bisa Computer). TBC dijabarkan seperti, Internetan atau lebih gamplangnya, bagaimana cara mengoperasikan komputer yang sangat berpengaruh untuk membantu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi)”, tegas Ganesyoni.

Ketua tim PT. KOKEK kemudian memperjelas lagi tentang ringkasan tugas, uraian jabatan dalam bentuk ringkas yang memberikan gambaran secara umum tentang ruang lingkup dan kompleksitas jabatan. Digambarkan dalam satu kalimat yang meliputi, Apa yang dikerjakan (What), Bagaimana cara mengerjakannya (How), dan Untuk tujuan apa pekerjaan tersebut dilakukan (Why).

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=364