Senin, 26 Juli 2010

Dikira Menculik, Katon Dikepung Massa

Dikira Menculik, Katon Dikepung Massa

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Inilah potret sebagian dari masyarakat kita yang tak menganggap penting verifikasi informasi. Berawal dari keresahan soal isu penculikan anak, kecurigaan bisa muncul kepada siapa saja.

Katon (37), warga RT 2/RW 6, Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Jawa Timur, nyaris menjadi bulan-bulanan massa.

Usai menghadiri undangan perkawinan kerabatnya, tiba-tiba ia dihadang warga yang dipimpin Sandiyo, Ketua RT 1/RW 1, Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok, Minggu (25/07/2010).

Ia disangka akan menculik Nur Ali Fardika (11), warga Muneng, Kecamatan Sumberasih, yang saat itu di rumah Haderi, kakeknya di kelurahan setempat.

Padahal, tuduhan itu hanya berdasarkan kecurigaan ketika Katon bertanya kepada Nur Ali Fardika. Katon bertanya soal rumah kerabatnya yang sedang punya hajat bernama Jatim alias Topo di Kelurahan Jrebeng Kulon.

Karena bocah cilik itu mengaku tidak tahu, Katon yang berbusana batik itu pun meneruskan perjalanannya. Begitu Katon hilang dari pandangan, sejumlah warga langsung bertanya ke Nur Ali soal pembicaraannya dengan orang asing tersebut.

Kepada warga, Nur Ali mengaku hendak diajak ke tempat pencucian motor, namun ia menolak ajakan orang yang belum dikenalnya itu. Mendengar pengakuan seperti itu, tanpa dikomando warga menghadang Katon sepulang dari undangan.

Begitu yang ditunggu muncul, warga kemudian mennghentikan dan terjadilah adu mulut. Karena tidak ada titik temu, oleh Sadiyo, ketua RT setempat, Katon diamankan di rumah Haderi.

Salah satu dari mereka melaporkan penangkapan orang asing yang diduga akan menculik Nur Ali itu kepada Lurah, sebagian lain menghubungi polisi.

Tak lama kemudian, kabar tentang tertangkapnya seorang penculik anak menyebar begitu cepat. Warga sekitar kelurahan dan para pengguna jalan pun berbondong-bondong mencari tahu kebenaran kabar itu dan sekaligus ingin melihat wajah sang tersangka penculik.

Tak berselang lama, ratusan orang berkumpul. Mereka mulai terlihat beringas, meski duduk perkara sebenarnya belum jelas. Untunglah, polisi datang pada saat yang tepat, bahkan dipimpin langsung Kapolresta Probolinggo, AKBP Agus Wijanarko.

Tetapi bukan perkara gampang untuk mengamankan Katon dari gebukan massa. Mereka sudah terlihat mencoba menerobos barikade polisi untuk masuk rumah. Kapolresta bersama Lurah Sandiyo, Ketua RT Haderi, dan tokoh masyarakat meminta agar massa membubarkan diri.

Melalui mikrofon, mereka bergantian mengajak dan membujuknya, namun massa tidak beranjak dari tempatnya. Suasana baru reda setelah A Haris Nasution, anggota DPRD Kota Probolinggo, didatangkan ke lokasi karena masih bertetangga dengan Katon.

Dengan penjagaan 100 polisi, Katon kemudian coba dievakuasi. Pandangan massa tentu saja saja tertuju pada sosok yang diapit polisi. Maka, mereka pun langsung menghampiri dan hendak memukul Katon.

Ada pula yang melempar batu dan kayu. Beruntung, tidak ada polisi dan massa yang cedera. Katon pun selamat sampai di Mapolresta Probolinggo.

Tapi semua orang di situ sebetulnya tidak tahu, polisi sengaja mengelabui massa. Saat itu, Katon disuruh memakai seragam polisi plus rompi hijau polisi lalu lintas. Katon yang sudah tidak dikenali lagi itu berjalan santai.

Lalu, siapa lelaki yang diapit polisi dan jadi sasaran amuk tadi?

Dia juga seorang polisi yang bertukar baju dengan Katon. Untungnya, polisi baik hati itu berhasil dilindungi kawan-kawannya sehingga aman sama sekali.

Kapolresta menjelaskan, Katon sudah dipertemukan dengan Jamin alias Topo. Jamin pun membenarkan Katon menghadiri pesta perkawinan sebelum kejadian. Kapolresta pun berharap agar masyarakat tidak mudah terpancing dengan informasi yang belum dipastikan kebenarannya. (st35)

Sumber: http://id.news.yahoo.com/kmps/20100726/tid-dikira-menculik-katon-dikepung-massa-376aae3.html

Warga Marah dan Serang Tersangka Penculik

26-Jul-2010
FOKUS
Aksi Massa

Indosiar.com, Probolinggo - Kampung di Kelurahan Drebek Kulon, Probolinggo, Minggu (25/07/10) kemarin, betul-betul ramai. Warga tumpah ruwah memadati sebuah rumah dimana seorang pria yang diduga penculik sedang diamankan oleh polisi. Warga kesal dan bermaksud menghakimi tersangka yang bernama Katon. Bahkan polisi kewalahan menghalau warga agar jangan sampai masuk kedalam rumah.

Setelah beberapa jam menahan Katon, polisi akhirnya harus membawa dia keluar, tentu dengan pengawalan ekstra ketat. Tidak lupa memakaikan rompi kepada Katon, untuk mengelabuhi warga. Namun, warga rupanya mengetahui dan mereka akhirnya melempari Katon dengan batu. Polisi pun mau tak mau menjadi sasaran, akibatnya polisi kehilangan kesabaran, dan akhirnya terlibat bentrok dengan warga, sehingga suasana menjadi kacau.

Parahnya lagi, kabarnya Katon bukanlah penculik. Ia hanya kebetulan melewati kampung tersebut, setelah menghadiri sebuah acara pernikahan. Namun, isu penculikan langsung menyebar lantaran Katon sempat mengajak seorang anak warga setempat bernama Andika, dimana Andika sendiri tidak mengenal Katon.

Kini tinggal polisi membuktikan apakah Katon penculik atau bukan, sebagaimana yang dituduhkan warga. Untuk kepentingan penyelidikan, hingga Minggu petang polisi masih memeriksa Katon secara intensif di Mapolresta Probolinggo. (Tommy Iskandar/Sup)

Sumber: http://www.indosiar.com/fokus/86832/warga-marah-dan-serang-tersangka-penculik

Hasan Aminuddin Pimpin Nasdem Jatim

[ Senin, 26 Juli 2010 ]

SURABAYA - Ormas Nasdem (Nasional Demokrat) yang dimotori Surya Paloh dan Sri Sultan HB X kemarin resmi melebarkan sayap di Jawa Timur. Sejumlah tokoh di Jatim ikut bergabung dalam deklarasi yang dihadiri ribuan simpatisan di Jatim Expo, Surabaya itu.

Hasan Aminuddin yang masih menjabat bupati Probolinggo dipercaya menjadi ketua wilayah Nasdem Jatim. Sedangkan mantan Gubernur Jatim Basofi Sudirman didapuk menjadi ketua Dewan Pertimbangan Wilayah. Untuk memperkuat dukungan di tingkat akademisi, Rektor Universitas Surabaya (Ubaya) Prof Wibisono Hardjopranoto sebagai ketua Dewan Pakar.

Penunjukan Hasan yang juga ketua DPW PKB Jatim Pro Gus Dur oleh PP (Pengurus Pusat) Nasdem membalikkan rencana penunjukan Khofifah Indar Parawansa. Di PP, Khofifah sudah menduduki jabatan ketua bidang pemberdayaan dan pelayanan masyarakat. ''Gak ada yang perlu dipersoalkan,'' tegas Surya Paloh, ketua umum PP Nasdem.

Sejumlah politikus dan profesional hadir. Di antaranya, anggota DPR Effendi Choiri dan Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih. Sedangkan petinggi Nasdem yang terlihat, selain Khofifah, adalah Ketua Bidang Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Didik J. Rachbini, serta Ketua Bidang Perempuan, Pemuda, dan Mahasiswa Meutya Viada Hafid.

Hadir pula Sekretaris Jenderal Syamsul Mu'arif, anggota Dewan Pakar O.C. Kaligis, dan anggota Dewan Pertimbangan Bachtiar Aly. Nasdem Jatim merupakan provinsi ke-10 untuk kegiatan deklarasi di wilayah. Sembilan provinsi sebelumnya adalah Jakarta, Sulsel, NTT, Bangka Belitung, Aceh, Lampung, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur.

Surya Paloh menegaskan, ormas tersebut pantang menjadi tunggangan politik. Mereka bertekad menjadi lembaga swadaya yang menjembatani aspirasi rakyat. Dia malah mengakui organisasinya tidak akan berjalan dinamis jika dipaksa menjadi parpol menjelang Pemilu 2014. ''Jumlah parpol sudah terlalu banyak,'' seru Surya disambut gegap gempita massa berpakaian biru. Dia menilai, banyaknya parpol di tanah air menunjukkan kondisi perpolitikan yang tidak sehat jika tidak segera dipangkas. (sep/c2)

Sumber: http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=147045

Baru Lulus Tentara Menghajar Kepala Desa

Senin, 26 Juli 2010 | 08:26 WIB

PROBOLINGGOBaru lulus pendidikan militer dan mendapat strip merah satu alias pangkat prajurit dua (prada), Zaini warga Desa Pesisir, Kec. Gending, Kab. Probolinggo sudah berkacak pinggang. Petantang petenteng konvoi di desanya.

Tragisnya dia berani memukuli kepala desanya, Sanemo. Kontan saja dia langsung ditangkap Subdenpom V/3.

”Saya tidak terima, dipukuli sampai mulut saya nyonyor,” ujar Kades Pesisir, Sanemo, Senin (26/7) pagi tadi.

Apalagi, kata dia, pemukulan itu dilakukan di hadapan banyak orang yang membuat ia merasa dijatuhkan wibawanya sebagai Kades Pesisir.

Kades Sanemo didampingi pengurus Asosiasi Pemerintahan Desa (Apdesi) Kab. Probolinggo dan Camat Gending, Sukarno, melaporkan kasus itu ke Subdenpom dan Polsek Gending.

Peristiwa itu Sabtu (24/7) lalu. Prada Zaini baru lulus dari pendidikan militer di Malang. Ia pun disambut teman-temannya dengan konvoi sepeda motor sejak di pertigaan Desa Pesisir.

Iring-iringan konvoi motor berhenti di depan rumah Kades Sanemo. Kebetulan Sanemo saat itu tidak ada di rumah. Prada Zaini lantas mengucapkan kalimat bernada sesumbar. ”Saya sekarang sudah punya pangkat dan punya senjata, jangan macam-macam dengan saya,” ujarnya.

Istri dan anak-anak Sanemo ketakutan mendengar ucapan bernada mengancam itu. ”Istri saya sampai menangis karena ketakutan,” ujar Sanemo.

Malam itu juga setelah dilapori anggota keluarganya, Sanemo dengan bersepeda motor mendatangi rumah Prada Zaini, yang berjarak sekitar 400 meter dari rumahnya. Ia ingin menanyakan, apa maksud Prada Zaini dan konvoi motor meluruk rumahnya.

”Namun baru saja saya menjagrak sepeda motor, saya sudah dipithing oleh kakak Zaini. Zaini kemudian memukuli mulut saya sampai nyonyor,” ujar Sanemo.

Akui Pukul

Sabtu malam itu juga Prada Zaini dijemput polisi militer dari Subdenpom V/3 Probolinggo. Dengan berpakaian dinas militer, Prada Zaini dicecar sejumlah pertanyaan.

Kepada wartawan yang menemuinya di Markas Subdenpom V/3 Probolinggo, Jl. Suroyo, Kota Probolinggo, Prada Zaini mengakui, keluarganya ada masalah lama dengan Kades Sanemo. Dikatakan hubungan keluarganya renggang dengan Kades Sanemo pasca pemilihan kepala desa (Pilkades) sekitar 4 tahun lalu.

Pemicunya, saat Pilkades, kakak kandung Prada Zaini menjadi tim sukses Sanemo. Sanemo menjanjikan bakal memberikan sesuatu jika kelak terpilih menjadi Kades. Ternyata setelah terpilih menjadi Kades, hingga kini pun bonus itu tidak pernah diberikan kepada kakak kandung Prada Zaini.

Prada Zaini mengakui, dirinya emosi sehingga memukul Kades Sanemo. “Soalnya dia (Kades Sanemo) mengancam akan memberhentikan saya. Ya langsung saya pukul,” ujarnya.

Selain Prada Zaini, tiga warga sipil yang diduga ikut memukul Kades Sanemo ikut diproses hukum. “Tiga warga sipil itu yang disangka ikut memukul Kades Sanemo, sedang kami proses,” ujar Kapolsek Gending, AKP Tri Joko. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=077634601aceeca8f23d118414476e0d&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

KB Ancam Pecat Anggotanya di Nasional Demokrat

Senin, 26 Juli 2010 | 07:29 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) secara resmi telah melarang anggotanya aktif di organisasi massa Nasional Demokrat. PKB mengatakan akan bersikap tegas terhadap anggotanya yang membandel dan tetap bergabung di organisasi yang didirikan dan diketuai Surya Paloh itu.

"Akan kami suruh pilih, kamu mau di sana (Nasional Demokrat) atau mau tetap di PKB," kata Ketua Dewan Syuro PKB Aziz Mansyur.

Menurut Aziz, sikap partai melarang anggotanya itu didasari keyakinan mereka bahwa Nasional Demokrat bakal berubah menjadi partai politik. "Kalau sudah di PKB, jangan masuk ke tempat lain. Silakan aktif di ormas-ormas yang ada di bawah PKB.”

Ia menjelaskan, pelarangan resmi itu merupakan salah satu hasil Musyawarah Kerja Nasional PKB pada 21-23 Juli di Jakarta. Aziz meminta kader yang telanjur aktif untuk segera keluar. "Kalau tetap mengikuti (Nasional Demokrat), itu namanya munafik," katanya.

Larangan PKB ini memperpanjang daftar partai politik yang melarang anggotanya aktif di Nasional Demokrat. Sebelumnya, Partai Golkar telah secara tegas melarang anggotanya masuk Nasional Demokrat dengan alasan yang kurang-lebih sama.

Namun, di tengah larangan itu, kemarin sore Bupati Probolinggo sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jawa Timur (kubu Gus Dur), Hasan Aminuddin, ditetapkan sebagai Ketua DPW Nasional Demokrat Jawa Timur. Penetapan sekaligus pelantikannya dipimpin langsung oleh Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh, dalam deklarasi di Jatim Expo, Surabaya.

Dalam struktur kepengurusannya, DPW Nasional Demokrat Jawa Timur juga diisi para tokoh setempat. Mereka antara lain Muhammad Mirdasy (mantan Sekretaris PPP Jawa Timur) sebagai sekretaris; dan M. Naji (pengusaha asal Gresik) sebagai bendahara.

Mantan Gubernur Jawa Timur Basofi Sudirman didaulat jadi Ketua Dewan Pertimbangan dan Ketua DPP PKNU Choirul Anam sebagai Wakil Dewan Pertimbangan. Adapun untuk Dewan Pakar, Wibisono Haryo ditunjuk sebagai ketua dan Syamsul Arifin sebagai sekretaris.

"Di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh ini, saya yakin Nasional Demokrat Jawa Timur bisa solid membangun Indonesia," kata Surya Paloh.

Dalam deklarasi kali ini, hadir pula Sultan Hamengku Buwono X, Khofifah Indar Parawansa, beberapa ketua partai politik di Jawa Timur, Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron, Bupati Bojonegoro Suyoto, serta kiai karismatik Muchid Muzadi. Tampak pula sekitar 10 ribu simpatisan datang meramaikan acara.

Surya Paloh juga sempat meminta pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Salahuddin Wahid alias Gus Sholah, untuk bergabung. Namun, meski mengaku punya tujuan sama, Gus Sholah menolak dan menyatakan memilih jadi kiai.

ROHMAN TAUFIQ | MUHAMMAD TAUFIK

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/07/26/brk,20100726-266188,id.html

Menanyakan Lokasi Hajatan, Malah Dituduh Penculik

26/07/2010 03:22
Liputan6.com, Probolinggo: Seorang lelaki hampir menjadi sasaran amukan ratusan warga lantaran dituduh hendak menculik anak di Desa Jrebeng Kulon, Kadopok, Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (25/7). Padahal laki-laki tersebut hendak menghadiri hajatan.

Peristiwa berawal saat pria yang bernama Katon mendekati anak kecil untuk menanyakan lokasi hajatan yang akan dihadirinya. Bukannya menjawab, sang anak lari ketakutan. Kejadian ini dilihat oleh warga sekitar serta menduga Katon seorang penculik.

Warga makin emosi karena isu penculikan sedang santer terdengar di kawasan ini. Tahu menjadi sasaran amuk massa, Katon pun memilih bersembunyi di rumah seorang warga. Saat bersamaan, tokoh masyarakat menghubungi polisi untuk menenangkan warga.

Polisi sempat kesulitan mengeluarkan Katon dari rumah. Begitu Katon keluar dari rumah, warga merangsek maju. Sejumlah warga melempar rombongan pengawalan dengan batu dan kayu. Suasana makin panas saat polisi menangkap warga yang diduga provokator.

Sejumlah warga meminta polisi melepasnya. Warga juga sempat menyerang mobil polisi yang membawa tertuduh. Evakuasi akhirnya berhasil dilakukan. Katon langsung dilarikan ke Markas Kepolisian Resor Kota Probolinggo untuk dimintai keterangannya.(JUM)

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201007/287987/Menanyakan.Lokasi.Hajatan.Malah.Dituduh.Penculik

Pencuri Ejek PLN-Polres

Minggu, 25 Juli 2010 | 11:11 WIB

PROBOLINGGO - PLN Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Probolinggo dan Polres Probolinggo selama tujuh bulan terakhir seperti diejek pencuri trafo. Soalnya, selama kurun waktu Januari-Juli, sebanyak 9 trafo dicuri tetapi tidak satu pun pencuri berhasil ditangkap.

“Kami tidak habis pikir, betapa lihai komplotan ini beraksi sehingga tidak satu pun yang bisa dibekuk,” ujar Manager PLN UPJ Probolinggo, Rustam Efendi, Sabtu (24/7) malam. Dikatakan dampak pencurian trafo itu tidak sebatas kerugian material tetapi juga ratusan rumah pelanggan gelap gulita.

“Hingga kini, listrik di sebagian Desa Sumberklidung masih belum menyala, karena kami masih menunggu kedatangan trafo pengganti,” ujar Rustam. Sebelumnya, Senin (19/7) dinihari lalu, trafo berkapasitas 50 KVA di Dusun Sumberklidung I, Desa Sumberklidung, Kec. Tegalsiwalan, Kab. Probolinggo amblas dicuri komplotan pencuri.

Padahal trafo itu sudah dilengkapi pengaman berupa teralis besi yang dilas. “Rupanya masih bisa dicuri, teralis besi itu digergaji. Tentu saja memakan waktu lebih lama,” ujarnya.

Bahkan komplotan ini seolah-olah mengejek PLN dan jajaran polisi. “Soalnya, mur dan baut dari trafo dijejer di selembar daun pisang,” ujar Rustam. Ia menambahkan, selama Januari-Juli ini sebanyak 9 trafo PLN jadi sasaran pencurian. “Memang ada dua trafo yang gagal dicuri, tetapi tetap saja kedua trafo itu rusak karena dijatuhkan dari ketinggian,” ujarnya.

Pada 1 Mei lalu, trafo di Dusun Sulur, Desa Purut, Kec. Lumbang gagal dicuri. Komplotan pencuri kabur setelah dipergoki warga desa. Beberapa bulan sebelumnya, aksi pencurian trafo di Desa Wonorejo, Kec. Wonomerto, juga gagal.

Sisi lain, kasus pencurian trafo lainnya di Kab. Probolinggo tergolong ”sukses”. Yakni, 1 April lalu, trafo distribusi di Desa Sumberkare, Kec. Wonomerto, Kab. Probolinggo dicuri. Dan pada 21 April lalu, trafo PLN di Desa Wonoasri, Kec. Kuripan, Kab. Probolinggo juga hilang. Kasus pencurian trafo juga terjadi di Desa Gunungbekel, Kec. Tegalsiwalan, Desa Tigasan Kulon, Kec. Leces, dan Desa Legundi, Kec. Bantaran.

Disinggung soal kerugian material akibat pencurian trafo, Rustam mengatakan, trafo berkapasitas 100 KVA kerugian materialnya sekitar Rp 70 juta. “Kalau di Sumberklidung kerugiannya separonya, karena kapasitasnya 50 KVA,” ujarnya.

Rustam yang baru 12 April lalu menjabat Manager UPJ PLN Probolinggo berharap Polres segera membekuk komplotan pencuri trafo. Soalnya tidak hanya berdampak kerugian material, tetapi ratusan warga rumahnya bakal gelap sekitar dua minggu selama menunggu trafo pengganti datang. “Kami harus menunggu datangnya trafo pengganti yang kami ajukan melalui APJ (Area Pelayanan dan Jaringan) Pasuruan,” ujarnya.

Trafo sering menjadi sasaran pencurian karena kabel tembaganya relatif mahal. Pencuri biasanya menjatuhkan trafo kemudian “dijagal” utuk diambil kumparan kawat tembaganya saja.

Sementara bagian trafo seperti wadah (casing) digeletakkan begitu saja. Seperti diketahui, dalam setiap trafo ada kawat tembaga seberat 1 kuintal lebih. ”Dengan harga tembaga Rp 60 ribu per kilogram, komplotan pencuri menangguk sekitar Rp 6 juta,” ujar Rustam.

Komplotan Profesional

Wakapolres Probolinggo, Kompol Sucahyo Hadi menduga, komplotan yang mencuri trafo tergolong profesional. “Pencurian dilakukan secara terorganisir dan rapi sehingga sulit dilacak,” ujarnya.

Pencuri juga memilih waktu dinihari ketika sebagian besar warga di sekitar trafo tertidur lelap. Ketika listrik tiba-tiba padam, warga justru mengira sedang terjadi pemadaman, padahal karena trafo dicuri.

Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP) di sejumlah lokasi trafo dicuri, Wakapolres menemukan sejumlah indikasi. “Kelompok pencuri trafo ini lebih dari satu kelompok,” ujarnya.

Yang jelas, Polres tidak tinggal diam menyikapi maraknya aksi pencurian trafo. “Pencurian ini harus diungkap karena tidak hanya merugikan PLN, tetapi juga warga yang menjadi pelanggan PLN,” ujarnya.

Sebenarnya setelah beberapa kali trafonya digondol pencuri, PLN melakukan berbagai upaya. Di antaranya memasang teralis besi yang melindungi trafo. “Kenyataannya trafo di Sumberklidung yang dilengkapi teralis besi masih bisa digondol,” ujar Rustam Efendi. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=66812ae75018a6ef1e4b8a2efe46c416&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

‘Penculik’ Anak

Supaya Lolos dari Amukan Massa

Probolinggo - Surya- Katon, 37, warga Kelurahan Kebonsari Kulon, Kanigaran, Kota Probolinggo, menjadi korban isu penculikan anak yang sedang marak. Seusai menghadiri undangan perkawinan kerabatnya di lain kecamatan, Minggu (25/7) siang, Katon hendak dikeroyok massa karena dikira penculik anak.

Jumlah warga yang hendak main hakim sendiri terhadap Katon ratusan orang. Bahkan untuk menyelamatkan Katon, polisi terpaksa mengelabui massa dengan memakaikan kaos dan rompi polisi lalu lintas ke badan Katon.

Informasi yang diperoleh Surya, seusai menghadiri undangan perkawinan di rumah kerabatnya, Katon dihadang sejumlah warga yang didampingi Sandiyo, ketua RT1/RW1 Kelurahan Jrebeng Kulon, Kedopok, Kota Probolinggo. Ia dituduh akan menculik Nur Ali Fardika, 11, warga Muneng, Sumberasih, Kabupaten Probolinggo, yang sedang di rumah kakeknya, Haderi, di Jrebeng Kulon.

Tuduhan muncul lantaran warga terpengaruh isu penculikan anak yang sedang marak di Jatim. Tatkala Katon, Minggu (25/7) pagi, datang naik sepeda motor menanyakan alamat tempat pernikahan yang hendak dituju, banyak warga curiga, kemudian mencegat Katon bila melewati lagi tempat tersebut.

Begitu Katon muncul usai buwuh, Minggu siang, massa pun menghentikan pria berbaju batik itu. Katon membantah hendak menculik anak, namun massa tak percaya. Setelah terjadi adu mulut, Sandiyo selaku ketua RT berinisiatif mengamankan Katon ke rumah Haderi. Sesudah itu sebagian warga melapor ke lurah setempat, Sukiman, sebagian lainnya menghubungi polisi.

Sejurus kemudian beredar kabar bahwa seorang penculik anak tertangkap, sehingga ratusan warga berbondong-bondong datang. Sebagian ingin melihat wajah sang ‘penculik’, sebagian lagi hendak menghajarnya.

Polisi sempat kesulitan menghadapi mereka. Untuk menenangkan massa yang beringas itu, Kapolresta Probolinggo, AKBP Agus Wijanarko, didampingi Sukirman, Sandiyo dan Haderi meminta massa membubarkan diri. Namun massa menolak.

Suasana bisa agak reda setelah Haris Nasution –anggota DPRD Kota Probolinggo yang juga tetangga Katon– didatangkan. Sesudah itu, dengan penjagaan ketat polisi, Katon dievakuasi. Massa, yang mengetahui ‘penculik’ keluar rumah diapit polisi, mencoba memukul Katon. Sebagian lainnya melempari dengan batu dan kayu. Berkat kesigapan polisi, tak ada yang cerdera, dan Katon bisa dibawa ke Mapolresta Probolinggo.

Dalam drama evakuasi itu polisi sebenarnya mengelabui massa. Sebelum dibawa keluar rumah, baju batik yang dikenakan Katon dilepas, kemudian Katon disuruh memakai kaos oblong warna biru dan rompi hijau milik polisi lalu lintas. Adapun seorang polisi didandani seolah-olah Katon.

Maka, Katon bisa berjalan santai keluar rumah. Sebaliknya, polisi yang berpakaian batik milik Katon, dan dikawal dua polisi berseragam, menjadi sasaran kemarahan massa namun akhirnya tak cedera.

Kapolresta Probolinggo yang mengerahkan 100 personel untuk menyelesaikan kasus Katon, menyesalkan kejadian itu. Dia mengingatkan warga agar tak gampang terpengaruh isu menyesatkan.nst35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/26/penculik-anak-didandani-bak-polisi.html

Disangka Penculik, Nyaris Dimassa

[ Senin, 26 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Isu penculikan anak benar-benar menjadi masalah sensitif di tengah masyarakat Probolinggo saat ini. Simak saja yang terjadi kemarin (25/7) siang. Seorang warga Kebonsari Kulon RT 2/RW VI yakni Katon, 37, nyaris dihajar massa karena disangka menculik anak di Jl Musi, Kelurahan Jrebeng Kulon, Kedopok.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, kejadian tersebut bermula dari kunjungan Katon kemarin ke sebuah acara nikahan di Jrebeng Kulon. Temannya, Topo punya hajat menikahkan putrinya.

Topo melalui saudaranya, Jatim, mengundang Katon agar hadir di acara itu. "Saya yang mengundang sendiri tiga minggu sebelumnya. Saya kenal akrab. Ia datang pagi-pagi karena ingin saat sepi," jelas Jatim.

Tapi, sebelum sampai ke tempat hajatan itu, Katon bertemu seorang bocah bernama Nur Ali F. Sebenarnya, Nur Ali warga Muneng, Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Tapi, kebetulan siang itu dia sedang berkunjung di rumah kakeknya, Khadiri, di Jrebeng Kulon blok Karangbulu RT 1/RW I, Kedopok.

Nah, Nur Ali mengaku saat itu sempat diminta Katon untuk mencucikan motor Supra X 125 milik Katon di tempat pencucian mobil yang ada di jalan raya. Mendengar ajakan tersebut, Nur Ali yang takut langsung pulang ke rumahnya dan menceritakan kepada orang tua dan keluarganya.

Pengakuan Nur Ali ditanggapi dengan kecurigaan luar biasa. Apalagi belakangan isu penculikan anak yang beredar melalui SMS (Short Message Service) sudah beredar luas di masyarakat Probolinggo. Warga setempat lalu menghubung-hubungkan isu itu dengan pengakuan Nur Ali.

Selanjutnya, warga setempat bergerak cepat mengamankan Katon. Katon langsung diamankan dulu ke rumah Khadiri. Saat dimintai KTP, Katon mengaku tidak bawa. Katon menyatakan KTP-nya ketinggalan di rumah.

Kabar penangkapan Katon cepat menyebar. Dan yang tersebar adalah kabar: penculik anak tertangkap! Tak ayal, dalam waktu sekejap massa langsung membanjiri rumah Khadari dan berniat menghakimi Katon.

Sekitar pukul 12.15 ribuan orang berduyun-duyun mendatangi rumah Khadiri, tempat Katon diamankan. Warga berniat menghakimi sendiri Katon. Tapi syukur saja aksi massa berhasil dicegah. Itu setelah sekitar seratus personel Polresta Probolinggo diturunkan untuk menenangkan massa.

Tapi, upaya polisi menenangkan massa sungguh tidak mudah. Massa seperti sudah kalap, ingin menghakimi seorang penculik. "Mohon sabar, serahkan semuanya pada petugas kepolisian. Tolong berikan jalan," teriak seorang petugas di depan rumah Khadiri.

Sekitar pukul 13.00, massa sudah menyemut memenuhi ruas jalan desa setempat. Karena kondisi kurang kondusif, Katon yang diamankan di dalam rumah Khadari pun harus menunggu hingga situasi benar-benar aman untuk dievakuasi.

Kapolresta AKBP Agus Wijayanto yang kemarin turun langsung ke lokasi, ikut serta menenangkan warga. Namun, warga terus merangsek mendekati rumah Khadiri.

Polisi memberikan kesempatan kepada pemilik rumah, Khadari, ketua RT setempat, lurah Jrebeng Kulon untuk memberikan penjelasan kepada massa.

Bahkan anggota DPRD kota asal Kebonsari Haris Nasution juga terlihat turun untuk menenangkan massa. Lelaki yang biasa disapa Cak Yon itu meminta warga untuk pulang. "Tolong tenang. Serahkan kepada petugas berwajib," kata Cak Yon melalui pengeras suara.

Ketika massa sudah mulai lengah, petugas pun langsung mengevakuasi Katon keluar dari rumah Khadari menuju mobil dinas Kapolresta. Mobil itu sudah diparkir di depan rumah Khadari. Tapi, polisi harus mengelabui massa. Saat dibawa keluar dari rumah menuju mobil, Katon disuruh memakai rompi polisi. Dengan begitu, ia terselamatkan dari amuk massa.

Tapi, sempat ada beberapa orang yang nekat melempari mobil Kapolresta itu dengan batu berukuran cukup besar. Beruntung petugas berhasil mengamankannya.

Selanjutnya, Katon dilarikan ke Mapolreta Probolinggo sekitar pukul 14.30. Dan selanjutnya dimintai keterangan oleh petugas kepolisian.

Dalidi, ketua RT 2/RW VI Kebonsari Kulon yang ikut ke lokasi mengaku kalau Katon merupakan salah satu warganya. "Dia itu bukan penculik anak. Ia adalah warga saya," katanya.

Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto mengatakan kejadian tersebut karena masyarakat di Jrebeng Kulon termakan isu penculikan anak. "Apalagi ia (Katon) warga dari daerah lain, tidak dikenal warga Jrebeng Kulon, maka ada isu berkembang bahwa ia adalah pelaku penculikan," katanya.

Ia bersyukur kejadian itu bisa diatasi. "Berkat bantuan Pak RT, Lurah, tokoh masyarakat setempat korban akhirnya bisa dievakuasi dengan selemat. Kejadian itu tidak sampai membawa korban dan situasi bisa terkendali kembali," imbuh Kapolresta. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Pukul Kades, Dilaporkan Denpom

[ Senin, 26 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Pesta menyambut kedatangan Prada Zaini, 19, setelah lulus dari pendidikan militer, Sabtu (24/7) malam, berubah menjadi hari yang kelam baginya. Prada Zaini dilaporkan ke Sub Denpom V/3 Probolinggo karena memukul Kepala Desa Pesisir, Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo Sanemo.

Setelah kejadian itu, Prada Zaini dilaporkan Sanemo ke Sub Denpom dengan didampingi oleh pengurus APDESI dan Camat Gending Sukarno. Prada Zaini pun langsung diperiksa dan harus bermalam di markas Sub Denpom.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo di lapangan, Sabtu (24/7) malam itu Prada Zaini pulang dari pendidikan militernya di Malang. Ia pun disambut beberapa teman desanya dengan konvoi menaiki motor usai turun dari bus di pertigaan jalan raya desa Pesisir, Gending ke rumahnya.

Nah, rombongan konvoi itu melewati depan rumah Kades Sanemo. Tepat di depan rumah kades, rombongan berhenti. Saat itu Kades Sanemo sedang tidak ada di rumah.

Ketika berhenti di depan rumah Kades Sanemo, Prada Zaini lantas berteriak-teriak. "Saat itu ia bilang 'Saya sekarang sudah punya pangkat dan sudah punya senjata. Jadi jangan macam-macam sama saya'," kata Sanemo menirukan perkataan Zaini.

Di dalam rumah, ada istri, keponakan-keponakan Sanemo yang sedang nonton televisi. "Mereka langsung menangis mendengar hujatan itu," jelas Sanemo.

Setelah itu rombongan konvoi melanjutkan perjalanan ke rumah Prada Zaini. Jaraknya sekitar 400 meter dari rumah Kades Sanemo.

Tak berselang lama, istri Sanemo menelpon Sanemo. "Usai ditelepon, saya langsung datang. Dan berangkat ke rumah Zaini untuk menanyakan ada apa kok dia menghina saya di depan keluarga saya," jelas Sanemo.

Saat itu Sanemo ke rumah Zaini dengan menggunakan motor. Ia berangkat seorang diri. "Saat saya sampai, saya baru njagang motor saya. Lalu ada kakaknya Zaini yang miting saya. Tak berselang lama Zaini datang terus memukul saya tepat kena mulut saya," aku Sanemo.

Tak berselang lama, beberapa teman Zaini yang ikut konvoi juga ikut mendaratkan beberapa pukulan ke wajah dan tubuh Sanemo. "Beruntung saya berhasil dilerai warga. Usai dibawa ke puskesmas Gending untuk divisum, saya kemudian laporkan ke Polsek dan Subdenpom ini," jelas Sanemo.

Sanemo mengaku tidak terima perlakuan kasar Zaini tersebut. "Saya dilecehkan. Dipukuli di depan orang banyak. Coba kalau sampeyan jadi saya, apa yang akan sampeyan lakukan?" katanya Sanemo.

Sementara Prada Zaini langsung disusul anggota PM (Polisi Militer). Saat ditemui Radar Bromo di Sub Denpom V/3 Zaini kemarin, tentara muda itu masih mengenakan seragam lengkapnya.

Prada Zaini terang-terangan mengakui telah memukul sang kades. Menurutnya, keluarganya memang ada sedikit masalah dengan Kades Sanemo. Hubungan mereka renggang sejak pemilihan kepala desa (Pilkades) empat tahun lalu.

Zaini menceritakan, saat sebelum terpilih, kakak kandungnya merupakan salah satu tim sukses (TS) Kades Sanemo. "Kakak saya itu termasuk penyandang danannya," jelas Zaini.

Bila terpilih, keluarga Zaini dijanjikan sesuatu oleh Kades Sanemo. "Tetapi saat sudah terpilih, ia tidak menepati janjinya. Sejak itulah hubungan keluarga kami mulai renggang," ceritanya.

Nah, Sabtu malam itu menjadi puncak ketegangan tersebut. Menurut Zaini, sang kades sempat mengeluarkan ancaman kepadanya saat mendatangi rumahnya malam itu. "Ia bilang mau memberhentikan saya. Karena itu langsung saya pukul," akunya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171715

Tegangan Naik Turun, Warga Protes

[ Senin, 26 Juli 2010 ]
Barang Elektronik Rusak, Minta Ganti PLN

PROBOLINGGO-Warga Kelurahan Jrebeng Kidul, Wonoasih, Kota Probolinggo sedang resah gara-gara listrik. Dalam beberapa hari terakhir tegangan listrik di daerah tersebut naik turun.

Akibatnya sejumlah barang elektronik milik warga menjadi rusak. Puluhan warga itu lalu menuntut PLN untuk mengganti barang mereka yang rusak karena ketidakstabilan tegangan listrik itu.

Rochman, ketua RT 6 RW II kelurahan Jrebeng mengatakan, tegangan di daerah tersebut mulai tidak stabil selama dua hari belakangan ini. "Kadang tegangannya tinggi, kadang rendah," gerutunya.

Tak jarang, menurut Rochman, dalam selang dua hari itu listrik juga sempat beberapa kali padam. Tentu saja hal itu dikeluhkan warga. "Kebetulan saya lagi punya gawe. Karena itu saya yang awalnya ngelos listrik, terus diganti pakai diesel," jelas Rochman.

Hal yang paling dikeluhkan warga menurut Rochman, tidak stabilnya aliran listrik itu berpotensi besar perabotan elektronik milik warga. "Karena naik turun, beberapa barang elektronik kami rusak," jelas Rochman.

"Mulai dari TV, kulkas, sanyo (pompa air) dan ada juga yang komputer. Semuanya rusak pak. Tegangannya itu naik turun, jadi langsung dampaknya ke barang elektronik," timpal Marsum, 56 warga setempat lainnya.

Menurut Rohman warga yang mengalami kerusakan pada beberapa barang elektroniknya lumayan banyak, yakni sekitar puluhan. "Usai saya punya gawe, nanti saya akan mendata. Siapa saja yang barang-barangnya rusak," jelas Rochman.

Rochman mengatakan usai didata itu, beberapa warga kelurahan setempat bakal mendatangi kantor UPJ (Unit Pelayanan Jaringan) PLN Probolinggo untuk meminta ganti rugi. "Kami minta PLN mengganti kerugian kami," jelasnya.

"Barang-barang kami itu dibeli dengan harga yang tidak murah. Saya saja kumpulkan beberapa tahun untuk beli TV dan kulkas," jelas Marsum.

Sementara itu manajer UPJ PLN Probolinggo Rustam Efendi mengakui kalau beberapa hari ini memang sedikit ada gangguan listrik di daerah tersebut. "Betul pak, sudah 2 hari ini kami mencari penyebabnya belum selesai," katanya.

"Akibat tegangan naik, trafo sampai rusak. Hari ini (kemarin) dilanjut perburuan penyebab trafo rusak tersebut. Konfirmasi teknisnya bisa ke spv teknik saya, karena baru pulang raker di Sarangan," kata Rustam melalui pesan pendek kepada Radar Bromo. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171707

PKNU Gelar Muscab Pertama

[ Senin, 26 Juli 2010 ]
Asad Kembali Jadi Ketua Tanfidz

PROBOLINGGO -Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Kota Probolinggo kemarin (25/7) menggelar musyawarah cabang (Muscab) yang pertama. Acaranya berlangsung di rumah makan Mbok Te.

Muscab itu dihadiri Pengurus Anak Cabang (PAC), ranting-ranting PKNU se Kota Probolinggo serta tamu-tamu undangan dari beberapa parpol dan pejabat pemkot."Dari masing-masing PAC mengirimkan 5 orang, sedangkan untuk ranting sebanyak 4 orang pengurus, " terang Pujianto ketua panitia Muscab.

Hadir dalam acara kemarin Ketua DPP PKNU KH Hamid Baidowi, Ketua DPW Jawa Timur Arif Junaidi. Hadir juga Wawali Bandyk Soetrisno dan ketua DPRD Kota H Sulaiman.

Selain itu tampak pula sejumlah tokoh parpol di Kota Probolinggo. Antara lain, ketua DPC Demokrat Sri Wahyuningsih, Suwarsono dari Barisan Nasional (Barnas), H Saifudin dari PKB, Zailani AK dari PAN, Zulkifli Chalik dari Golkar, Abdul Kadir dari PKS.

Dalam sambutannya ketua DPC PKNU kota Probolinggo Asad Anshari berharap partainya tidak lagi dipandang sebelah mata." Kami jangan dianggap enteng," tuturnya.

Sementara ketua DPW PKNU Jatim Arif Junaidi menjelaskan bahwa persatuan di internal dan eksternal partai sangat penting. Selain itu Arif juga berharap PKNU bisa maksimal menyosialisasikan diri agar masyarakat lebih mengenal dan mengetahui PKNU.

Wawali Bandyk mewakili pemkot menyatakan harapan agar ada penilaian terhadap pertanggungjawaban penggurus. Pemkot Juga berharap program kerja partai bisa bersinergi dengan program pemerintah. Terakhir ia berharap agar parpol tetap melakukan kontrol terhadap pemerintah.

Dalam muscab kemarin Asad Anshari kembali terpilih sebagai ketua Dewan Tanfidz. Sementara posisi ketua Dewan Syura diduduki oleh Habib Abdurahman.

Terpilihnya kembali Asad terlihat sejak pembacaan LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) sebagai ketua DPC PKNU periode 2008-2010. Laporan pertanggungjawaban itu diterima secara aklamasi dan sama sekali tak dimasalahkan oleh peserta Muscab.

Di akhir acara ketua DPC PKNU periode 2010-2015, Asad Anshori mengungkapakan rencana k edepan partainya. Di antaranya melalukan konsolidasi organisasi. Selain itu, agar bisa terus eksis, PKNU harus tetap bekerja sama dengan pihak lain. Yang terenting, menurut Asad, terus mengoptimalkan peran PKNU, sehingga nama PKNU bisa dikenal masyarakat. (d7x/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171705

Lagi, SMS Penculikan Meresahkan

[ Senin, 26 Juli 2010 ]
Sebut dari Polres Probolinggo

KRAKSAAN - Keresahan tentang penculikan anak di bawah umur terus menyebar. Bahkan kini warga Kraksaan dan sekitarnya makin resah, karena SMS (short message service) bernada himbauan tentang penculikan tersebut.

SMS yang kini banyak beredar di kalangan masyarakat itu ditulis dengan beberapa macam tulisan. Namun pada intinya isinya sama. Salah satu isi SMS itu sebagai berikut.

"Dari POLRES PROBOLINGGO: Dihimbau kpd masyarakat yg punya Anak kecil, hati2 dg mobil APV warna SILVER dgn plat L 1857 GU, tolong diwaspadai dan disebarluaskan ke TK & SD. Sudah hampir terjadi penculikan di wringin rampak rakkarak, kmarin lusa sudah menaikkan 2 anak kecil & 1 diantaranya ditemukan kepalanya dgn organ tubuh hilang mengenaskan. Info ini dr POLRES PROBOLINGGO ke paiton hrp disikapi.Waspada.trims,dr KANIT SERSE,POLRESDA. Sebarkan sgera".

Maimun Maksum, 33, Kepala SMK Ad-Dasuqi, Desa Liprak Kulon, Kecamatan Banyuanyar mengaku menerima SMS tersebut. Setelah mendapat SMS, Maimun bertanya kepada beberapa orang yang dikenalnya. "Termasuk (tanya) ke polisi. Katanya jangan langsung percaya," ujar Maimun.

Meski demikian, Maimun mengaku resah. Sebab, SMS itu ternyata tidak hanya diterima dirinya. Beberapa kepala sekolah juga mengatakan hal serupa pada Maimun. "Bagaimana tidak khawatir? Banyak orang yang menerima SMS itu," katanya.

Demikian juga dengan Hasan, penjaga salah satu SDN di Kecamatan Paiton. Bahkan kata Hasan, beberapa waktu lalu seorang siswa di sekolahnya dikabarkan hilang. Sebab sepulang sekolah anak tersebut tidak langsung pulang ke rumahnya. Ternyata kabar itu tak benar. Sebab malam harinya anak itu pulang. "Main ke rumah temannya," kata Hasan.

Sementara Wakapolres Probolinggo Kompol Sucahyo Hadi mengakui adanya SMS tersebut. Bahkan Sucahyo mengaku juga menerima SMS serupa. Meski dengan redaksi berbeda, namun isinya sama. "Saya dapat dari teman saya," ujar Sucahyo.

Sucahyo menyangkal pihak kepolisian yang menyebarkan SMS itu. Sebab menurut Sucahyo polisi tidak pernah menyosialisasikan sesuatu melalui SMS. Apalagi jika isinya malah meresahkan masyarakat.

Sebaliknya, polisi biasa menyosialisasikan sesuatu langsung pada masyarakat. "Tata bahasa SMS-nya kacau. Jadi masyarakat jangan langsung percaya. Nama jabatan dan nama lembaga kami juga salah (di SMS itu)" kata Sucahyo mengomentari isi SMS.

Sucahyo mengatakan, ada dua kemungkinan alasan penyebaran SMS tersebut. Pertama, penculikan itu memang benar terjadi. "Namun di sini (Probolinggo) belum ada. Dan kami harapkan tidak ada," tuturnya.

Kedua lanjut Sucahyo, SMS itu disebar memang dibuat untuk meresahkan masyarakat. Kemungkinan ini cukup terbuka. Menurut Sucahyo, begitu masyarakat resah, pengirim SMS memanfaatkan hal tersebut. "Bisa bermacam-macam modusnya," tutur Sucahyo.

Modusnya kata Sucahyo, bisa berupa penipuan dan pemerasan. Kedua modus itu bisa terjadi, jika masyarakat tidak berhati-hati. Misalnya anak tidak dipantau aktifitasnya. "Kemudian diculik sementara, lalu diperas," ujarnya.

Sejauh ini menurut Sucahyo, Polres Probolinggo terus memantau penyebaran SMS tersebut. Memang belum ada penculikan di Kabupaten Probolinggo. Namun Polres kata Sucahyo berupaya mengantisipasi penculikan itu. "Setiap polsek selalu siaga. Tidak harus ada (SMS) ini," imbuhnya.

Lebih jauh Sucahyo menghimbau agar masyarakat selalu waspada. Terpenting kata Sucahyo, putra-putri mereka benar-benar dipantau aktifitasnya. Sebab, peran orang tua tetap yang utama. Ketika orang tua tidak memperhatikan hal itu, yang muncul adalah dampak negatif. "Saya pikir wajib bagi orang tua untuk hal itu," pungkasnya. (eem/hn)

Kraksaan Punya Lapangan Futsal

KRAKSAAN - Kini masyarakat Kraksaan dan sekitarnya tak perlu jauh-jauh mencari lapangan futsal. Sebab kini di Kraksaan tersedia lapangan futsal yang beroperasi sejak Kamis (22/7).

Lapangan itu terletak di JL PB Sudirman. Saat Radar Bromo mengunjungi lapangan tersebut, ada dua tim yang sedang bertanding. Mereka berasal dari Kraksaan. Tak lazim, beberapa di antara pemain itu malah tidak memakai sepatu futsal. Meski demikian, itu tidak menjadi masalah. Sebab lapangan dilapisi rumput sintetis. "Enak kok, Mas," ujar Andi, seorang pemain.

Hal serupa dikatakan Riki. Bahkan riki mengaku gembira dengan lapangan tersebut. Sebab biasanya Riki harus pergi ke Probolinggo untuk main futsal. "Kalau sekarang kan sudah ada di sini. Jadi bisa irit bensin," ujarnya.

Menurut Riki, keberadaan lapangan tersebut juga mendukung pertumbuhan Kraksaan sebagai ibukota kabupaten. Sebab, banyak syarat yang harus dimiliki untuk menjadi ibukota kabupaten. Tidak hanya banyak swalayan, maupun kantor pemerintahan. "Tapi juga ada fasilitas semacam ini," sebut Riki.

Ali Zainal Abidin, pengelola lapangan mengatakan, futsal saat ini salah satu olahraga yang sedang digandrungi masyarakat Indonesia. Tingkat kegemarannya bahkan menyamai sepakbola. Sebab sepakbola memang embrio dari futsal. "Ya sama saja. Konsepnya saja yang berbeda. Futsal kan lebih kecil lapangannya. Selain itu jumlah pemainnya tidak sebanyak sepakbola," ujar Ali.

Ali mengatakan, animo masyarakat Kraksaan terhadap futsal cukup tinggi. Hal itu kata Ali bisa diukur dari jumlah pengguna lapangan tersebut. Khususnya sejak dibuka beberapa hari lalu.

Selain itu kata Ali, sebenarnya banyak masyarakat Kraksaan bermain futsal. Namun mereka terpaksa harus pergi ke Probolinggo. Sebab sebelumnya tidak ada lapangan futsal di Probolinggo bagian Timur. Khususnya di Kraksaan. "Akhirnya terkesan tidak ada yang suka futsal di sini. Padahal hampir semua kalangan (suka futsal)," tutur Ali.

Ali berharap, futsal berkembang menjadi olahraga yang disukai masyarakat. Tidak hanya untuk kalangan tertentu. Namun juga bagi seluruh lapisan masyarakat. Sebab kata Ali, futsal memiliki banyak manfaat. "Tidak hanya untuk olahraga saja. Kita juga bisa fun dan refreshing," pungkas Ali. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171698

POSSI Gelar Diklat Selam

[ Senin, 26 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Setelah dikukuhkan beberapa bulan lalu, Pengurus Kota (Pengkot) Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Kota Probolinggo akhirnya menggelar event. Diklat selam bakal digelar enam hari, meliputi teori, praktik kolam, dan praktik laut.

Pembukaan diklat selam dilaksanakan Jumat (23/7) di ruang pertemuan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat. Dihadiri oleh Wali Kota Buchori, Wawali Bandyk Soetrisno, Ketua KONI Heru Jhudiarto, dan Ketua Pengkot POSSI Wirasmo.

Ketua panitia diklat, dr Taufik mengatakan diklat selam dilaksanakan untuk memberi pengetahuan dan keterampilan dalam menyelam menggunakan snorcle dan scuba. Diklat teori bertempat di kantor DKP.

"Dilanjutkan praktik selam di kolam selama dua hari di kolam TRA (taman rekreasi anak). Setelah di kolam di laut lepas yang akan dilaksanakan di pasir putih, Situbondo pada 30 Juli sampai 1 Agustus," ujar dr Taufik.

Untuk peralatan selam sudah dipersiapkan oleh para penyelam. Instruktur selam sudah bersertifikat dari POSSI wilayah Jawa Timur. Peserta diklat perdana bagi POSSI kota ini terdiri dari 15 orang. 2 di antaranya dari Batu, 2 peserta lagi dari Surabaya dan sisanya dari Kota Probolinggo.

Sebelum membuka diklat, Wali Kota Buchori mengatakan olahraga selam ini bisa membantu menjaga lingkungan berkaitan penyelamatan terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem yang unik yang ada di Indonesia. Penyelamatannya bergantung pada aktivitas laut.

Soal dana, Buchori menjelaskan pemkot memberikan dana kepada 24 pengcab yang aktif melalui anggaran di KONI. Tentunya anggaran itu disesuaikan dengan anggaran yang ada. Namun sementara ini anggaran paling banyak ada di sepak bola.

"Dalam olahraga, pembinaan harus dilakukan. Latih tanding untuk mengukur sampai dimana kemampuan. Jangan di Probolinggo terus. Kalau bicara itu memang tidak lepas dari dana," kata Ketua PASI Jawa Timur ini. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171693