Minggu, 22 Agustus 2010

Bawa Celurit, Dijebloskan Sel

[ Minggu, 22 Agustus 2010 ] Rata Penuh
PROBOLINGGO- Maraknya aksi kejahatan belakangan ini membuat polisi selalu siaga. Jumat (20/8) malam, polisi membekuk dua pemuda yang diduga hendak melakukan tidak pidana di Indomaret, di Jl Raya Bromo Kelurahan Ketapang, Kota Probolinggo.

Dua pemuda itu adalah, Sandi, 23, warga Desa Pohsangit Lor, Wonomerto Kabupaten Probolinggo dan, Ikram warga Desa Legundi, Bantaran Kabupaten Probolinggo.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, saat itu, sejak sekitar pukul 18.00 Sandi dan Ikram berada di depan Indomaret. Mereka terlihat gelisah, mondar mandir tak jelas. Ternyata, gerak-gerik mereka termonitor oleh Wakapolsek Kademangan, Aiptu Arifin.

Sekitar sejam lamanya, Wakapolsek memerhatikan gerak-gerik mereka. Dua remaja itu pun terus bergelagat mencurigakan. Akhirnya, Wakapolsek melihat ada yang aneh dari dua remaja itu. Arfin pun, mendekati dan menggeledah mereka.

Ternyata, kecurigaan Arifin benar. Sandi menyembunyikan sebuah celurit di balik bajunya. Mendapati itu, mereka berdua digelandang ke Mapolsek Kademangan untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

"Ini, untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti perampokan yang belakang ini marak terjadi di daerah lain. Apalagi, mendekati Lebaran," ujar Wakapolsek.

Setelah dilakukan pemeriksaan, Sandi mengakui membawa celurit tersebut dari rumahnya. Celurit itu dibawanya untuk berjaga-jaga. "Katanya, sudah biasa dia membawa celurit itu. Untuk berjaga-jaga," ujar Arifin.

Kini Sandi harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Menurut Wakapolsek, Sandi sudah melanggar pasal 2 UU Darurta No 12/1951. Dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara. Sedangkan Ikram, tidak terbukti telah melakukan pelanggaran. "Karena ia (Ikram, red) tidak terbukti kami pulangkan," jelas Aiptu Arifin.

Saat ditemui wartawan, Sandi mengaku sudah biasa dirinya membawa celurit setiap keluar rumah. Terlebih bila keluar rumah pada malam hari. Menurutnya, itu untuk menjaga diri dari aksi jahat orang lain. "Takut kemalaman pulangnya," ujarnya.

Sandi mengaku tak pernah menyangka kalau kebiasaannya itu akan berdampak buruk. Yakni, berurusan dengan polisi dan mengantarkannya ke dalam sel tahanan. Dan, Sandi menolak dikatakan hendak melakukan kejahatan. "Tidak. Saya tidak pernah melakukan itu (kejahatan, red)," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Pupuk Cair Tumpah, Jalan Licin

[ Minggu, 22 Agustus 2010 ]

PROBOLINGGO- Para pengguna jalan Jl Raya Gending Kabupaten Probolinggo kemarin (21/8) sempat terganggu. Jalan yang berada tepat di depan PT Sasa Inti itu dibanjiri pupuk cair yang mengakibatkan jalan menjadi licin. Akibatnya, tak sedikit penggendara motor terjatuh di jalan protokol tersebut.

Dari infomasi yang dihimpun Radar Bromo, pupuk cair itu tumpah dari sebuah truk tangki yang hendak mengantarkan pupuk ke Situbondo, sekitar pukul 01.00. Saat keluar dari pabrik, gandengan truk yang mengangkut ribuan liter pupuk itu lepas.

Lalu, gandengan truk itu menubruk truk di depannya. Akibatnya, kelep penutup truk tangki di depannya patah. Kontan, pupuk cair itu mengucur dari tangki yang sudah patah penutupnya itu.

Pupuk cair yang berceceran di aspal jalan itu membuat banyak pengendara motor jatuh terpeleset. Tak hanya itu, jalanan pun jadi terganggu dan kendaraan harus berjalan merambat. Aparat kepolisian pun turun ke TKP (tempat kejadian perkara) untuk mengatur arus lalu lintas.

Sugeng Nufindarko General Affair PT Sasa Inti mengaku, pihaknya baru mendapat laporan kejadian tersebut pagi kemarin. Begitu mendapat info, Sungeng mengaku langsung menurunkan tenaganya untuk mengatasi masalah tersebut. "Kasihan pengendara sampai ada yang jatuh," ujarnya.

Dengan kejadian itu, puluhan orang dari PT Sasa Inti langsung membersihkan jalan. Mereka berbagi tugas, ada yang menyemprot menggunakan air. Ada pula yang menaburkan kapur sebagai penawar dari pupuk tersebut supaya tidak menimbulkan bau. "Kalau tidak disiram dan dikasih kapur biasanya bau," jelas Sugeng.

Karena itulah, sedikitnya dua unit truk tangki berisi air kemarin dikerahkan. Dan, puluhan sak kapur untuk menetralkan pupuk cair itu, agar jalan tidak licin dan menimbulkan bau. "Pengiriman dilakukan malam hari, karena jalan lebih lancar," jelas Sugeng.

Menurut Sugeng, setiap harinya PT Sasa Inti mampu mengirim pupuk cair hingga 1.300-1.400 kiloliter. Itu, tersebar hampir ke seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur. "Hampir seluruh Jawa Timur, kecuali Madura," ujarnya.

Sampai sekira pukul 09.30, para pekerja masih sibuk menyelesaikan tugasnya. Begitu pula dengan polisi yang mengatur arus lalu lintas. Kanit Laka Polres Probolinggo, Ipda Istono saat ditemui di TKP mengatakan, akibat pupuk cair itu tak sedikit pengendara motor yang jatuh.

Termasuk dua anggotanya. "Kalau yang jatuh banyak, termasuk dua anggota saya. Tapi, tidak sampai memakan korban jiwa. Hanya kepeleset saja. Mungkin, mereka kaget dan ngerem mendadak akhirnya jatuh," jelas Istono.

Istono pun berharap agar hal tersebut tidak terulang lagi. Pasalnya, selain membahayakan pengendara juga mengganggu arus lalu lintas. "Paling tidak dari perusahaan harus memperbaiki truk tangkinya. Termasuk masih layak dipakai atau tidak. Supaya tidak terjadi lagi, apalagi diparkir dipinggir jalan. Jangan sampai, sudah keropos-keropos masih dipakai," harapnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175948

Angin Gending Datang, Ikan pun Menjauh

Sabtu, 21 Agustus 2010 | 11:17 WIB

PROBOLINGGO - Bertiupnya angin Gending sejak sebulan lalu berakibat pada pendapatan nelayan di Probolinggo karena ikan semakin menjauh. Sebagian nelayan akhirnya berburu ikan hingga perairan Madura dan Bali.

”Angin Gending memang mengakibatkan ikan-ikan menjauh dari peraian Probolinggo. Kami pun terpaksa melaut ke luar daerah,” ujar H Hambali, Ketua Paguyuban Nelayan ”Putera Samudera” Mayangan, Kota Probolinggo, Sabtu (21/8) pagi tadi.

Selain itu, kata Hambali, sepinya ikan di peraian dangkal antara Probolinggo-Giliketapang diduga juga karena terumbu karang di kawasan itu sudah banyak yang rusak.

Hal senada diungkapkan Agus, nelayan Mayangan lainnya. ”Sekali jalan biasa kami mendapatkan 1 ton ikan, sejak sekitar sebulan lalu hanya dapat 3-4 kuintal,” ujarnya.

Guna menghindari tiupan angin Gending, sejumlah nelayan besar melaut ke perairan Madura dan Bali. Dari sebanyak 110 perahu milik 60 anggota paguyuban ”Putera Samudera” misalnya, sebagian besar kini menjadi nelayan andon di beberapa daerah. ”Kalau berkutat di Probolinggo ya tidak dapat tangkapan,” ujar Hambali.

Karena terpaksa menempuh jarak relatif jauh saat menangkap ikan, biaya operasional perahu nelayan pun membengkak. Hambali mencontohkan, biaya operasional perahu nelayan dengan tonase 10-20 gross tons (GT) bisa mencapai Rp 4-5 juta untuk 2 hari penangkapan ikan.

”Untuk berangkat menangkap ikan di utara Bali saja jaraknya sekitar 500 kilometer dari Probolinggo, tentu saja butuh solar cukup banyak,” ujarnya.

Awalnya nelayan menyiasati dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk mesin dieselnya. ”Lha sekarang minyak tanah harganya Rp 7.500 per liter, ya kami kembali menggunakan solar,” ujar Hambali.

Disinggung dengan biaya operasional Rp 4-5 juta untuk pergi pulang (PP), apakah pendapatannya sepadan, Hambali mengatakan, kadang-kadang balik balik modal. ”Yang sering ya hanya dapat ikan yang kalau dijual laku Rp 2-3 juta,” ujarnya.

Guna menghemat bahan bakar minyak (BBM) solar, sebagian awak perahu tidak pulang ke daratan. ”ABK perahu saya ada yang tidur di atas perahu di tengah laut sampai 3 hari,” ujar Hambali yang mengaku punya 3 perahu.

Beberapa pemilik perahu yang tidak kuat lagi menjalankan usahanya terpaksa menjual perahunya. ”Dari sebanyak 60 pemilik perahu anggota paguyuban, sekitar seperempatnya sudah menjual perahunya,” ujar Hambali.

Sementara itu Kasubsi Lalulintas Angkutan Laut dan Kepelabuhan, Adpel Probolinggo, Hermanto mengatakan, angin Gending tidak sampai menimbulkan gelombang besar. ”Masih aman bagi nelayan untuk berlayar. Kalau dampaknya ikan-ikan menjauh, bisa saja,” ujarnya.

Hal itu bisa disiasati, nelayan menangkap ikan di luar perairan Probolinggo. ”Mungkin bisa ke Pasuruan, Situbondo, atau ke perairan Madura,” ujar Hermanto. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b31378bbfb701dc33efdb269aa01e844&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Polisi Razia Bahan Peledak dan Senjata Api di Kota Probolinggo

TEMPO Interaktif, Lumajang - Kepolisian Resor Kota Probolinggo, Jumat (20/8) malam menggelar razia bahan peledak dan senjata api di Jalan Pahlawan Kota Probolinggo, Jawa Timur.

Ratusan pengendara sepeda motor dan mobil angkutan umum dihadang puluhan polisi untuk diperiksa demi kepentingan antisipasi tindak kejahatan selama Ramadan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Probolinggo Ajun Komisaris Noerijanto kepada Tempo mengatakan, angka kriminalitas terutama pencurian kendaraan bermotor selama Ramadhan hingga menjelang Lebaran ini diperkirakan cukup tinggi.

“Operasi Patuh yang rutin digelar setiap malam sejak beberapa hari terakhir ini diharapkan bisa mencegah lonjakan curanmor di Kota Probolinggo,” kata Noerijanto. "Dengan operasi yang dilakukan tiap hari, pelaku akan berpikir seribu kali untuk melakukan tindak kejahatan curanmor."

Selain mengantisipasi aksi curanmor, polisi juga melakukan razia bahan peledak, senjata api serta senjata tajam. “Ini dilakukan untuk cipta kondisi,” kata Noerijanto. Berdasarkan pantauan tadi malam, seluruh kendaraan bermotor serta mobil angkutran umum yang melewati Jalah Pahlawan harus menjalani pemeriksaan oleh polisi baik surat-surat maupun isi mutannya.

Dua truk tangki gandeng juga menjadi sasaran operasi lantaran melanggar kelas jalan dan rambu lalu lintas. Puluhan sepeda motor terjaring lantaran pengendaranya tidak bisa menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

Dari 35 pengendara yang rata-rata masih berusia muda ini, 22 orang di antaranya tidak bisa menunjukkan STNK, 12 orang tidak memiliki STNK dan satu orang tidak menggunkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Pantauan Tempo, belasan pemuda yang kebetulan tidak membawa STNK ini harus menunggu keluarganya yang hendak membawakan STNK.

“Kalau sudah bisa memberitahukan STNK, kami lepas,” katanya. Namun, kalau tidak, polisi membawa sepeda motor tersebut hingga pengendaranya bisa menunjukkan STNK.

Data Satlantas Polresta Probolinggo menunjukkan, dalam sebulan terakhir ini terdapat 1.278 pengendara motor ditindak lantaran melakukan pelanggaran seperti kepemilikan surat kendaraan bermotor hingga pelanggaran lalu lintas lainnya. “Jumlah itu pada bulan Juli saja,” katanya. Noerijanto menambahkan, Operasi Patuh ini akan digelar hingga menjelang Operasi Ketupat nanti.

DAVID PRIYASIDHARTA

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2010/08/21/brk,20100821-272887,id.html

Kompor Oplosan Dapat Dukungan DPRD

Sabtu, 21 Agustus 2010 | 20:54 WIB
DPRD Probolinggo mengunjungi rumah Khodijah.

PROBOLINGGO - Kompor berbahan bakar oplosan solar-detergen temuan Siti Khodidjah (35), ibu rumah tangga di Jl. Abdul Hamid Kota Probolinggo mendapat apresiasi dari Komisi B DPRD setempat. Kompor tersebut menjadi solusi bagi keluarga miskin (gakin) yang tidak mampu membeli minyak tanah (mitan) non-subsidi.

“Mitan non-subsidi kan mahal, Rp 7.500-8.000 per liter, sementara sebagian warga takut menggunakan elpiji. Sehingga kompor solar-detergen ini sebagai solusi,” ujar Ketua Komisi B DPRD, Sri Wahyuningsih, Sabtu (21/8) pagi tadi.

Politisi Partai Demokrat itu juga menyaranka agar Diskoperindag menindaklanjuti temuan Khodijah itu. “Kalau perlu diteliti keamanan bahan bakar oplosan solor-detergen itu,” ujarnya.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi B, Agus Riyanto menilai, temuan kompor solar itu mengindikasikan, program konversi mitan ke elpiji kurang berhasil. “Buktinya, warga masih ketakutan menggunakan kompor elpiji yang rawan meledak,” ujarnya.

Khodijah sendiri mengaku, menerima paket bantuan kompor dan tabung elpiji. Namun setelah itu dijual dengan harga Rp 70 ribu. “Terus terang saya takut menggunakan kompor elpiji. Daripada nganggur ya saya jual,” ujarnya.

Terkait temuan kompor solar, Komisi B DPRD pun menyempatkan diri mengunjungi rumah Khodijah, Kamis (19/8) lalu. Kunjungan mendadak itu diikuti Sri Wahyuningsih, Agus Riyanto, Farina Churun Inin, Syaifudin dan Eko Laksono.

Di hadapan anggota komisi DPRD yang membidangi perekonomian itu, Khodijah diminta menerangkan asal-muasal temuannya. Diceritakan menjelang digelindingkannya program konversi mitan ke elpiji, harga mitan sudah melambung di atas Rp 5.000.

“Saya dapat ide ketika menyaksikan sejumlah perahu nelayan menggunakan bahan bakar solar dioplos minyak tanah,” ujar Khodijah. Ia berpikir solar sifatnya mirip minyak tanah, sehingga kemungkinan bisa digunakan untuk bahan bakar kompor.

Awalnya Khodijah mengaku menghadapi kendala ketika kompor solar itu menimbulkan bau menyengat. “Bau solar menyengat, nasi pun ikut terkena baunya,” ujarnya.

Ia pun mencoba menambahkan sabun colek ke dalam solar, ternyata baunya tetap menyengat. Akhirnya ia mendapatkan formula yang pas, 1-1,5 liter solar dicampur dengan satu sendok makan bubuk detergen. Hasilnya, kompor tidak lagi menimbulkan bau.

“Kompor ini irit, satu liter solar bisa sampai tiga hari, sementara dengan minyak tanah hanya dua hari,” ujar Khodijah.

Komisi B DPRD pun sampai meminta Khodijah mempraktikkan bagaimana cara mengoplos solar dengan detergen. Khodijah kemudian menuangkan sesendok makan detergen ke dalam 1,5 liter solar di dalam botol. Botol kemudian dikocok sekitar setengah menit.

Sejak temuan Khodijah diberitakan media, sejumlah warga mendatangi rumah ibu dua anak itu. Mereka menanyakan penggunaan kompor berbahan bakar solar-detergen. “Silakan kalau ada warga yang ingin mengikuti jejak saya,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=38b65e39dbba7f1cee249cb1c9ff6305&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c


Komisaris Sebut Surat Dibuat Dirut

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Kasus dugaan pembuatan surat palsu BPR Antar Parama Kraksaan berlanjut di luar sidang. Komisaris BPR, Edi Yuswono dan Direkturnya, Suwoko menolak dikatakan tak konsisten dalam memberikan keterangan di persidangan.

Ucapan itu sempat dilontarkan Ismail Modal, pengacara terdakwa Faustinus Budianto usai sidang kedua pada Rabu (18/8) di PN Kraksaan. Saat itu Ismail menegaskan, kliennya tidak melakukan pemalsuan tersebut. Sebab, kliennya tak tahu kalau ada surat yang dipalsu.

"Klien saya baru tahu ada surat yang dipalsu, ketika diperiksa di Polres. Jadi klien saya tidak tahu tentang surat itu sebelumnya. Siapa yang memalsu, wallahu a'lam" tutur Ismail.

Ismail mengatakan, justru saat sidang Edi tak berani memastikan siapa yang memalsukan surat itu. Sikap itu kata Ismail menguatkan bahwa Edi tak berani mengatakan Budianto sebagai pemalsu surat.

Bahkan ketika ditanyakan hakim, Edi menjawab tidak tahu. "Ini berarti saksi (Edi) tak konsisten dengan keterangannya sendiri sebelumnya. Padahal yang dilaporkan ke polisi adalah klien saya," jelasnya.

Intinya kata Ismail, keterangan Edi di persidangan kontras dengan keterangan di BAP. Misalnya tentang siapa pembuat surat palsu tersebut. Diduga Ismail, surat dibuat oleh Direktur BPR Suwoko. Bukan dibuat kliennya yang mantan direktur utama (dirut) BPR.

Edi saat dikonfirmasi menegaskan, dirinya memang tidak mengatakan bahwa terdakwa yang membuat surat itu. Namun jika mengacu pada tugas dan tanggung jawab, maka surat itu mestinya dibuat terdakwa yang saat itu masih bertugas sebagai dirut.

"Tidak mungkin direktur (Suwoko) melangkahi wewenang direktur utama. Jadi penanggung jawab setiap kebijakan yang diambil adalah direktur utama," terangnya.

Dikatakan Edi, setiap hal yang membutuhkan persetujuan komisaris harus melalui dirut. Bahkan yang berhak menghadap komisaris adalah dirut. Sekaligus kata Edi, dirut juga bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya. Termasuk perihal surat yang dipalsu itu. "Di sidang kedua, saya juga menjawab seperti itu," tegas Edi.

Selanjutnya kata Edi, setiap surat persetujuan untuk komisaris harus dibuat oleh dirut. Jadi kata Edi, keliru jika dikatakan bahwa pembuat surat adalah Direktur Suwoko. Apalagi jika hal itu harus mendapat persetujuan komisaris. "Ini aturan yang berlaku di BPR. Jadi yang saya sampaikan ini ada dasarnya," katanya.

Tugas komisaris sendiri dijelaskan Edi, salah satunya adalah mengawasi kinerja dirut. Sebab dirut adalah pimpinan tertinggi di BPR. Sementara direktur adalah pelaksana operasional. Namun jika ada kebijakan yang harus diketahui komisaris, dirut harus menghadap. "Kalau komisaris utama berhalangan, maka dirut bisa menghadap komisaris lain," jelas Edi.

Sementara itu Suwoko menyangkal telah membuat surat palsu itu. Bahkan Suwoko mengaku tidak tahu menahu tentang surat itu. Dirinya menurut Suwoko hanya menjalankan tugas operasional. Dan tidak mencakup pembuatan surat palsu itu. "Itu tidak benar. Saya tidak membuat surat itu," ujar Suwoko.

Pengacara terdakwa Ismail Modal sendiri menegaskan, apa yang dia sampaikan adalah hal yang terjadi di sidang. Jadi, pihaknya tidak mengambil asumsi dari hal lain. "Itu (yang disampaikan) yang terjadi selama sidang," ujarnya singkat.

Sedangkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Endang Surati saat dihubungi Radar Bromo memberikan penjelasan singkat. Menurut Endang, putusan majelis hakim sejauh ini belum ada masalah. Terkait masa tahanan Endang mengatakan, hal itu merupakan wewenang majelis hakim untuk menentukan. "Saya bertugas sesuai BAP kasus tersebut," katanya.

Lebih jauh kata Endang, pada sidang selanjutnya juga tidak ada masalah. Sebab kesaksian sudah disampaikan dua saksi, yakni Edi Yuswono dan Suwoko. "Sidang kedua kan sudah selesai. Jadi tinggal dilanjutkan dengan agenda sidang selanjutnya," pungkas Endang. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

DAK Terbatas, Kelas Mangkrak

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
DRINGU - Sudah dua tahun ini dua ruangan di SDN Sumber Agung 1, Dringu mangkrak. Sekolah itu sebenarnya sudah mendapat DAK pada 2009. Namun karena jumlah DAK terbatas, hanya dua ruang yang bisa direnovasi.

Yakni, dua ruangan di lokal bagian Selatan yang kondisinya parah. "Gedung tersebut tidak layak untuk digunakan. Selain itu membahayakan siswa," jelas penjaga sekolah SDN Sumber Agung 1, Ahmad kepada Radar Bromo.

Lokal itu sendiri terdiri dari empat ruangan. Tiga ruangan untuk kelas dan satu ruangan guru. Dua ruangan kelas sudah direnovasi dengan DAK 2009. Sementara sisanya satu ruang kelas dan satu ruang guru belum bisa direnovasi hingga saat ini.

Akibatnya, sebagian siswa harus bergantian menggunakan ruang kelas yang ada."Siswa kelas 2 bergantian dengan siswa kelas 1," jelas Kepala SDN Sumber Agung 1, Mistari.

Sedangkan ruangan guru yang juga digunakan untuk ruangan kepala sekolah dipindah ke rumah dinas kepala sekolah. Tempatnya masih di komplek SD tersebut.

Kondisi bangunan itu sendiri saat ini hanya 40 persen baik. Sebagian tembok sudah rengat. Belum lagi plafon yang rata-rata sudah pecah, sehingga terlihat jelas rangka atap rumah.

Dari informasi Radar Bromo, ruangan kelas yang bisa digunakan di SDN Sumber Agung 1 sendiri saat ini berjumlah lima kelas. Tiga ruangan kelas merupakan bangunan lama dengan kondisi sekitar 60 persen bagus. Dan dua ruangan lainnya merupakan ruangan baru, hasil DAK tahun 2009.

Semua kelas itu digunakan untuk menampung murid yang jumlahnya 133 siswa. Lalu, 4 guru kelas, 1 guru mata pelajaran, 6 GTT (Guru Tidak Tetap) dan 1 penjaga sekolah.

Ahmad yang sudah 30 tahun bekerja sebagai penjaga sekolah tersebut menjelaskan, gedung SDN Sumber Agung 1 jarang direnovasi. Kondisinya tambah parah saat salah satu lokal sekolah itu rusak.

"Plafon sudah pecah semua dan kayu-kayu penyangga sudah putus," ungkap Ahmad. Karena itu, lokal tersebut tidak digunakan karena dinilai membahayakan siswa.

Selain lokal di bagian Selatan yang rusak, di komplek SDN Sumber Agung 1 ini juga ada perumahan guru yang 100 persen tidak bisa digunakan. "Itu mangkrak sekitar tahun 2005 lalu," jelas Ahmad.

Kepala SDN 1 Sumber Agung, Mistari menambahkan, saat ini dirinya sudah berusaha untuk merenovasi dua ruangan yang mangkrak. Namun, dana untuk renovasi tidak ada.

Bahkan informasi yang didengar Mistari, tahun ini DAK untuk bangunan sekolah tidak ada. "Yang ada kalau tidak salah DAK untuk pembangunan perpustakaan," ungkapnya.

Jalan lain sedang diupayakan oleh Mistari, "Saya sudah rapat dengan komite." Hasil rapat itu, komite menyetujui untuk membangun gedung baru. Baik itu untuk ruangan kelas, maupun untuk gedung perpustakaan.

Dari rapat komite itu juga disepakati, masalah pendanaan akan diserahkan kepada wali murid. "Itu juga akan dirapatkan lagi dengan wali murid," ungkap Mistari. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175833

Tidur, Janda Tua Tewas Dikepruk

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
Motif Masih Diselidiki

KURIPAN - Tindak kriminal kini benar-benar tidak mengenal belas kasihan. Seperti yang dialami Mastur, 55, warga Dusun Kaligundek, Desa Menyono, Kuripan, Kabupaten Probolinggo. Ia tewas setelah kepalanya dikepruk dengan cor-coran beton oleh tiga orang tak dikenal yang menyatroni rumahnya pada Rabu dini hari (18/8).

Korban yang seorang janda itu sempat dilarikan ke RSUD dr Subandi Jember. Namun ia akhirnya menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 21.00 malam itu juga (18/8).

Motif pengeprukan itu sendiri sampai kemarin (21/8) masih menjadi tanda tanya pihak kepolisian. Sebab di rumah korban sama sekali tidak ada satupun barang yang hilang. Sementara korban juga dikenal tidak mempunyai musuh.

Dari data yang dihimpun Radar Bromo, korban sehari-harinya tinggal bersama anaknya, Mistiya dan keluarganya. Malam itu korban tidur bersama cucunya, Riski, 4, yang tak lain anak Mistiya. Korban tidur di kamar yang ada di belakang ruang tamu.

Sekitar pukul 02.00 WIB, tiga orang tak dikenal masuk melalui pintu jendela kamar. "Entah mengapa, tiba-tiba tiga orang asing yang memakai topeng itu langsung memukul ibu saya dengan cor-coran batu yang biasanya dipakai untuk sandaran jembatan," kata Sutikno, salah satu anak korban.

Korban sendiri saat itu sedang tidur. Usai memukul kepala korban beberapa kali, tiga orang tak dikenal itu langsung lari. Juga melalui jendela kamar.

Melihat kejadian itu, Riski cucu korban yang tidur satu amben hanya tertegun. Ia tidak bereaksi apa-apa sesaat usai mendapati neneknya bersimbah darah. "Namanya juga anak kecil. Mungkin takut," beber Sutikno.

Sayangnya, korban yang terluka tak langsung tertangani. Sebab, anaknya Mistiya baru mengetahui kondisi korban sekitar pukul 04.00 WIB. "Mistiya itu sehari-harinya yang tinggal dengan ibu," jelas Sutikno yang mengaku tidak serumah dengan Mastur.

Usai insiden tersebut, keluarga langsung memeriksa barang di rumah. Karena sempat beranggapan bahwa kejadian itu adalah perampokan. Namun, saat diperiksa seluruh rumah, ternyata tidak ada satu barang pun yang hilang. "Jadi kalau perampok, nggak mungkin. Wong barang-barang di rumah ibu tidak ada yang hilang," beber Sutikno.

Menurut Sutikno ibunya dikenal orang yang baik dan cukup supel dengan warga lainnya. "Ibu juga tidak pernah mempunyai musuh dengan orang lain. Beliau itu orang yang baik," kenangnya.

Sementara Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan melalui Kapolsek Kuripan AKP Subadar membenarkan kejadian itu. Menurut perwira dengan tiga strip di lengan itu, usai mendapat laporan pihaknya langsung melakukan olah TKP dan mengumpulkan sejumlah barang bukti.

Namun sampai kemarin Kapolsek belum bisa menjelaskan motif dan latar belakang insiden kepruk berdarah itu. "Sampai saat ini kasus tersebut masih dalam penyelidikan kami," katanya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175832

BOS Enam Kecamatan Segera Cair

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
Sudah Dikirim ke KPPN Bondowoso

KRAKSAAN - Para pengelola madrasah di Kabupaten Probolinggo harus lebih bersabar. Sebab pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) madrasah masih menunggu waktu.

Hal itu terungkap saat Komisi D DPRD setempat melakukan klarifikasi ke kantor Kemenag kabupaten, kemarin (20/8). Dalam kesempatan itu Komisi D menanyakan alasan tak kunjung cairnya sejumlah dana bantuan untuk madrasah di Kabupaten Probolinggo.

Ada tiga anggota yang mewakili Komisi D saat klarifikasi. Yakni, Ribut Fadilah, Misnaji dan Alim. Mereka ditemui Kepala Kantor Kemenag M Sirajuddin di ruangannya.

Kepada perwakilan Komisi D itu Sirajuddin menjelaskan, keterlambatan pencairan sejumlah bantuan disebabkan oleh beberapa faktor. Kebanyakan adalah soal teknis administrasi.

Menurut Sirajuddin, pada pencairan dana BOS triwulan kedua ini ada sedikit perbedaan. Sebelumnya pencairan bantuan dilakukan langsung oleh Kanwil Jatim. Namun mulai triwulan kedua pencairannya dilakukan oleh Kemenag setempat.

Karena baru pertama mengurusi pencairan itulah, Kemenag belum maksimal menyelesaikannya. "Kendala yang banyak ditemui di lapangan itu adalah kesalahan administrasi," keluh Sirajuddin saat ditemui usai pertemuan kemarin.

Menurut Sirajuddin, tidak sedikit madrasah yang mengalami salah penulisan berkaitan dengan administrasi. "Misalnya kesalahan menuliskan nama madrasahnya sendiri. Hal itu sangat berpengaruh. Karena ini soal administrasi," bebernya.

Kendala lain yang ditemui adalah banyak lembaga yang sudah berganti pucuk pimpinan. Namun, pergantian itu tidak diikuti dengan pergantian berkas-berkas lembaga itu sendiri. Sehingga saat dikroscek, data-data lembaga tersebut tidak cocok.

"Padahal kalau satu lembaga saja belum beres, maka bisa mempengaruhi pencairan secara keseluruhan. Sebelum dicairkan itu, semua lembaga harus beres proses administrasinya," jelas Sirajuddin.

Sampai kemarin (20/8) menurut Sirajuddin, masalah administrasi tersebut baru beres di 6 kecamatan saja. Sementara 16 kecamatan lainnya (2 kecamatan melebur dengan kecamatan lain) masih dalam proses penyesuaian administrasi.

"Yang enam kecamatan itu saat ini sudah sampai di KPPN (Kantor Perwakilan Perbendaharaan Negara) Bondowoso. Mungkin dalam waktu dekat ini sudah bisa dicairkan ke madrasah," jelas Sirajuddin.

Sirajuddin lantas menjelaskan, proses pencairan dana BOS itu dimulai dengan pengiriman data-data lembaga dari Kmenag ke KPPN. Selanjutnya KPPN memasukkannya ke Bank Jatim, baru disalurkan ke lembaga-lembaga madrasah.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, bantuan dana BOS untuk madrasah di Kabupaten Probolinggo mengalami keterlambatan pencairan. Dan yang terlambat dicairkan adalah dana BOS periode kedua. Yakni untuk bulan April, Mei dan Juni. Sementara dana periode pertama tahun 2010, yakni Januari-Februari-Maret sudah tuntas pada Juni lalu.

Dari klarifikasi tersebut juga diketahui, pada triwulan kedua ini penerima bantuan BOS tidak berbeda dengan triwulan pertama. Rinciannya, MI yang terdiri dari 366 lembaga mendapatkan kucuran bantuan Rp 3.347.206.250. Untuk MTs yang terdiri dari 130 lembaga mendapatkan kucuran Rp 2.475.082.500.

Selain dana BOS, dana TF (Tunjangan Fungsional) untuk guru dan BSM (Bantuan Siswa Miskin) untuk murid yang tidak mampu juga belum cair.

Dana TF ini diberikan tiap satu semester atau 6 bulan sekali (Januari-Juni). Pada semester pertama ini ada 6.035 guru yang mendapatkan bantuan itu. Tiap guru satu bulannya mendapatkan TF sebesar Rp 250 ribu.

Sementara BSM diberikan untuk tiga jenjang pendidikan Madrasah. Yakni MI, MTs dan MA. Untuk MI pada semester ini yang mendapatkan bantuan sebanyak 6.776 siswa, MTs ada 3.530 siswa dan MA sebanyak 3.095 siswa. (selengkapnya lihat grafis).

Alim, salah salah satu anggota Komisi D mengatakan, DPRD tidak bisa mencari kambing hitam atas keterlambatan pencairan sejumlah bantuan itu. "Sekarang ini tidak perlu berdebat yang salah Depag atau lembaganya," katanya.

Cuma yang ia soroti adalah kinerja kali pertama kantor Kemenag dalam menyalurkan bantuan dari APBN tersebut. "Yang perlu dipertanyakan adalah profesionalisme pegawai Kemenag. Karena pencairannya sampai terlambat cukup lama," keluhnya.

"Dalam pertemuan tadi (kemarin), kami meminta agar secepat mungkin bantuan tersebut dapat dicairkan. Karena saat ini kondisi beberapa lembaga sudah sangat limbung. Saat ini lembaga hanya mengandalkan bantuan itu," ungkapnya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175831

Inilah Hisbullah, Warga Probolinggo yang Sedang Membuat Alquran Tulisan Tangan

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
Dimulai 2009, Kini Tinggal Tujuh Juz

Orang yang punya kemampuan menulis kaligrafi bisa jadi jamak. Tapi, sedikit sekali penulis kaligrafi yang sampai membuat Alquran secara utuh dengan tulisan tangannya. Di Kabupaten Probolinggo ada Hisbullah yang melakukan pekerjaan itu.

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

HISBULLAH adalah warga Desa Sukomulyo, Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Lelaki 30 tahun itu sejak 2009 lalu punya kesibukan istimewa. Membuat Alquran dengan tulisan tangannya. Dan sampai saat ini pekerjaan itu belum rampung. Hisbullah menyebut Alquran tulisannya itu bakal jadi Alquran pertama yang ditulis tangan orang Probolinggo.

Kemarin saat Radar Bromo bertandang ke rumahnya, Hisbullah terlihat tekun melakoni pekerjaan istimewanya itu. Dia hanya mengenakan sarung dan kaus warna putih. "Santai saja, Mas. Sambil nunggu waktu buka puasa," kata Hisbullah.

Hisbullah mengerjakan tugasnya itu dengan cara lesehan. Peralatan lengkap tersedia di sisi kanan dan kirinya. Sebagian peralatan juga ada di depan meja tulisnya. Ada boks yang penuh dengan tinta dan beragam jenis pena, berikut sebuah penggaris.

Menurutnya jenis tulisannya yakni Alquran pojok dengan rasm (ilmu penulisan mushaf Alquran) Ustmani, standar yang ada di Indonesia. Dikatakan pojok karena di setiap halaman dipastikan selesai dengan akhir bacaan sebuah ayat. Sementara rasm ustmani adalah sebuah aliran penulisan. "Ada ciri-ciri khusus. Misalnya penanda panjang pendek tulisan. Berbeda dengan standar Makkah," jelas Hisbullah.

Hisbullah mulai menulis Alquran tersebut sejak 1 Januari 2009. Saat itu Hisbullah mendapat tugas pesanan dari H Fais Abdur Rozaq, guru Hisbullah di bidang khath (seni kaligrafi) asal Bangil.

Padahal kata Hisbullah, dirinya belum pernah sekalipun menulis Alquran. "Tapi saya terima saja. Sebab saya yakin bisa melakukan. Apalagi beliau (H. Fais) adalah kaligrafer kesohor di Indonesia," tutur Hisbullah.

Untuk menulis, Hisbullah menggunakan 6 jenis pena. Ukuran mata penanya beragam. Dari 0,5 milimeter hingga 3 milimeter. Sementara kertas yang digunakan adalah kertas ukuran A3 dengan ukuran 42 x 30 cm. Sementara tinta yang digunakan adalah tinta China. "Tinta jenis ini tidak bisa luntur kena air," tutur Hisbullah.

Menurut Hisbullah, Alquran itu direncanakan berjumlah setebal 610 halaman. Hingga kemarin, Hisbullah sudah berhasil menulis setebal 435 halaman. Yakni sampai surat Yasin, juz 23. "Tersisa 7 Juz lagi," ujar Hisbullah.

Kapan rencananya diselesaikan? Hisbullah memperkirakan pekerjaan itu kelar akhir tahun ini. Pengerjaannya jadi lama karena Hisbullah memiliki cukup banyak kegiatan. Selain menulis Alquran, Hisbullah juga mengajar kaligrafi di tiga tempat. Yakni di Ponpes Raudlatul Jannah Gending, TPQ Al-Ikhlas Maron, dan Ponpes Robithatul Islam Krejengan. Hal itu sudah dilakoni Hisbullah sejak beberapa tahun lalu.

Selain kesibukan itu, sejak Desember 2009, Hisbulah harus konsentrasi mengikuti pembinaan. Sebab Hisbullah harus mewakili Jawa Timur pada kejuaraan nasional MTQ 2010 di Bengkulu. Pelaksanaannya pada Juli lalu.

Berikutnya, sejak Desember, setiap bulan Hisbullah harus ikut pembinaan selama 4 hari. Tempatnya di Bangil dan Tretes. Hasilnya? "Tidak tembus jadi juara, Mas," tuturnya.

Hisbullah belajar pertama kali sejak usia 17 tahun. Secara otodidak, Hisbullah berhasil mengembangkan kemampuannya itu. Tapi, Hisbullah sudah berhasil menjuarai banyak lomba khath.

Prestasinya antara lain menjuarai lomba MTQ tingkat Kabupaten Probolinggo cabang khath 4 kali berturut-turut. Yakni sejak 2000 hingga 2004. Selanjutnya juara II tingkat Jawa Timur 2005 di Kabupaten Sumenep. Selanjutnya juara 1 pada kejuaraan yang sama pada 2007.

Di tingkat nasional, Hisbullah menjadi juara harapan 1 tingkat nasional 2006 di Kendari Sulawesi Utara. Penghargaan paling berkesan adalah menerima penghargaan sagu hati dari negara Brunei Darussalam. Yakni pada peraduan menulis khath ASEAN pada 2007 lalu. "Waktu itu saya tinggal sementara di Brunei Darussalam. Ikut kejuaraan," kata Hisbullah.

Hisbullah adalah lulusan MA NU Kraksaan pada 1999. Sayang, ia tak bisa meneruskan kuliah karena terkendala biaya. Namun, berkat prestasinya dari lomba-lomba khath, sejak 2006 ia bisa kuliah di sebuah perguruan tinggi di Probolinggo. "Biaya kuliah saya dapat dari menjuarai lomba-lomba tersebut," tuturnya.

Menurut Hisbullah, kaligrafer penulis percetakan yang ada di Kabupaten Probolinggo hanya ada 4 orang. Namun yang sampai menulis Alquran hanya dirinya. Untuk "proyek" ini, Hisbullah mengaku tak pernah melakukan persiapan khusus.

Dalam batinnya, Hisbullah punya keinginan lebih besar. Yakni menulis Alquran dalam lembaran lebih besar. "Entah kapan. Masih belum bisa terlaksana. Masih berupa keinginan saja," katanya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175830

Kostas Pamit ke Wali Kota

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]

PROBOLINGGO - Sebulan sudah Kostas Retsikas berada di Kota Probolinggo. Pagi ini (21/8) doktor asal Yunani itu bakal pulang ke London, tempatnya menjadi dosen antropologi di School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London. Nah, kemarin Kostas sempat beraudiensi sekaligus pamitan dengan Wali Kota Buchori.

Selepas salat Jumat kemarin Kostas diterima Wali Kota di rumah dinas. Kostas tidak sendiri, ia didampingi Kepala Bappeda Budi Krisyanto, Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtiyo, serta Ade Sidiq dari Dispobpar.

Perbincangan setelah salat Jumat itu berlangsung dengan santai. Kemampuan Kostas berbahasa Indonesia membuat perbincangan jadi gayeng. Wali Kota Buchori menanyakan kesan Kostas saat berada di kota ini dan kegiatan-kegiatannya. Kostas mengatakan sangat bagus.

Tapi, Wali Kota menyahut, "Jangan-jangan nanti karena ada saya lalu bilang bagus".

"Ah enggak, memang bagus sekali. Pinggir-pinggir jalannya cantik sekarang. Pelabuhan sudah dibesarkan, ada kebun binatang dan banyak restoran dan supermarket. Alun-alun dulu waktu 17-an (Agustusan) hanya ada karapan kambing, tapi sekarang sudah diperbaiki," beber Kostas.

Mendengar ungkapan Kostas, wali kota membenarkan jika selama ini dirinya menjabat, selain konsen pada kemiskinan dan pendidikan tetapi juga pada lingkungan. Buchori pun pamer jika tahun ini Kota Probolinggo berhasil mendapatkan penghargaan pengelola hutan kota terbaik nasional 2010.

"Pelabuhan itu belum selesai, masih 50 persen. Nanti akan dibuat kedalaman 12 meter untuk kapal-kapal besar. Jadi, diharapkan nanti perusahaan dari timur cukup menggunakan pelabuhan di Probolinggo karena dampak Lapindo," jelas Buchori.

Kostas pun manggut-manggut memperhatikan penjelasan wali kota. "Wah, berarti nanti (ramainya pelabuhan di Probolinggo) seperti waktu zaman Belanda dahulu. Pelabuhan itu sangat penting," sambung pria berusia 37 tahun itu.

Obrolan pun mengembang sampai soal kondisi negara yang ditinggalinya sekarang, yakni London. Sedikit banyak Kostas juga bertutur tentang Yunani. Wali Kota Buchori mengatakan kalau dirinya juga pernah ke Istanbul, Turki. Kata Kostas, Turki sudah dekat dengan Yunani, semacam perbatasan.

Budi Krisyanto juga memberikan penjelasan kepada wali kota, jika Kostas Retsikas ini bakal meluncurkan buku tentang budaya pendalungan di Jawa Timur, khususnya Kota Probolinggo. Ke depannya diharapkan buku tersebut bisa dibahas di Kota Probolinggo.

Rencananya, Kostas bakal mengundang Wali Kota Buchori ke London untuk menyaksikan peluncuran buku yang kini sudah berada di penerbit. Kostas juga merekomendasikan museum di Leiden, Belanda untuk dikunjungi. "Saya akan kesana jika diundang," terang Buchori yang mengaku belum pernah ke London.

Kostas bilang Leiden memiliki museum yang sangat bagus. Kota kecil di Belanda itu adalah kota pendidikan. Kostas sempat curhat jika London memasuki musim dingin, salju turun maka susah untuk keluar rumah atau bahkan bekerja.

Pertemuannya dengan Wali Kota Buchori tidak disia-siakan oleh Kostas. Ia menunjukkan temuannya dalam sebuah buku travel guide bagi para turis yang akan ke Indonesia, tepatnya Gunung Bromo Probolinggo. Buku panduan yang diterbitkan di London itu menyebutkan terminal Bayuangga tidak terlalu aman dan turis harus hati-hati jika berada di terminal Probolinggo itu.

"Waktu baca itu aku kaget. Itu tidak benar karena aku mengetahui sendiri. Yang tidak aman itu malah di Purabaya (Terminal Bungurasih)," lanjut Kostas.

Atas hal ini, Kepala Bappeda Budi Krisyanto menyatakan pemkot perlu melakukan klarifikasi dan mengirim surat ke pihak penerbit itu. "Bahwa apa yang disebutkan dalam buku panduan tidak benar. Pemkot harus klarifikasi karena yang dijelaskan di buku itu tanpa ada survey," ungkap Budi.

Budi menambahkan, turis sangat konsen dengan buku panduan itu. Oleh karenanya pemkot harus melakukan pengawalan. "Ini bisa bahaya, harus klarifikasi," imbuhnya.

Wali Kota Buchori setelah membaca copy-an buku itu langsung mengeluarkan perintah. "Itu tugasnya Bappeda kan? Ya sudah, atasi Pak Budi," perintah Buchori.

Selanjutnya, Kostas yang bakal meninggalkan Kota Probolinggo pagi ini sekitar pukul 08.00, kemarin sempat menginformasikan kegiatannya tahun depan kepada Wali Kota. Bahwa Kostas tahun depan ia akan ke Indonesia lagi untuk penelitian tentang zakat di Surabaya, Jogjakarta dan Jakarta. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175829

Kepengurusan Terbentuk, Tunggu SK DPP

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
DPC PKB Kabupaten Probolinggo setelah Muscab

PROBOLINGGO - DPC PKB Kabupaten Probolinggo sudah tuntas menggelar muscab pada 2 Agustus lalu. Tim formatur juga telah merampungkan tugasnya, menyusun struktur kepengurusan DPC PKB periode 2010-2015. Tapi, jajaran pengurus baru ini belum juga dilantik karena masih harus menunggu SK DPP.

KH Ghozali Bahar, ketua tim formateur mengatakan timnya telah merampungkan tugasnya untuk menyusun kepengurusan beberapa hari lalu. "Usai terbentuk, kami dari formateur sudah beberapa kali menggelar pertemuan," katanya saat dihubungi Radar Bromo.

"Alhamdulillah saat ini kami telah melaksanakan tugas kami. Susunan kepengurusan sudah terbentuk. Dan telah disepakati oleh semua anggota tim formateur yang terdiri dari beberapa unsur," imbuh kiai asal Bladuwetan ini.

Tim formatur sendiri terdiri dari ketua dewan syura KH Ghozali Bahar yang dijadikan sebagai ketua tim formateur, ketua dewan tanfidz KH Hafidz Aminuddin yang menjadi sekretaris tim formatur.

Selanjutnya ada perwakilan dari DPW PKB Jatim yakni Sukrillah. Serta tiga perwakilan dari PAC, yakni Mulabby Cholili (ketua PAC Paiton), Ahmad Isfandi (ketua PAC Maron) dan H Imron Suyuti (ketua PAC Tongas).

Meski jajaran tim formateur sudah sepakat, namun KH Ghozali masih enggan menjabarkan komposisi kepengurusan DPC selama 5 tahun kedepan secara detail. "Ibaratnya itu seperti jabang bayi. Nanti akan kami informasikan kalau sudah resmi saja. Istilahnya, nunggu bayinya terlahir dahulu," ujar Ghazali.

Ghazali hanya memberikan gambaran kalau kepengurusan kali ini mewakili segala aspek. "Mulai dari tokoh masyarakat, politisi dan unsur lainnya. Soal nama jangan dulu. Yang jelas kepengurusan sekarang ini lebih gemuk," katanya sambil berteka-teki.

Salah satu sumber di internal DPC PKB Kabupaten Probolinggo menyebutkan, dalam susunan kepengurusan baru itu terjadi banyak perubahan. Yang mencolok adalah soal kandidat sekretaris. Saat ini yang santer diberitakan menjadi sekretaris DPC adalah Sofwan Huzaimi, yang sebelumnya menjabat sebagai ketua PAC Kraksaan dan ketua Pagar Nusa.

Meski jajaran kepengurusan sudah terbentuk, namun DPC masih belum bisa menggelar pelantikan. Sebab sampai kemarin (18/8) SK (Surat Keputusan) DPP terkait kepengurusan baru itu masih belum keluar.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, DPC PKB Kabupaten Probolinggo sedang diuji. Ketika panitia sudah menyiapkan seluruh agenda pelaksanaan muscab eh muncul kabar mengejutkan dari DPW PKB Jatim untuk menundanya.

Keputusan penundaan muscab itu cukup mengejutkan. Pasalnya pada acara khitan masal yang digelar ponpes Syech Abdul Qodir Al Jaelani 5 Juli lalu, Ketua Dewan Syura DPP PKB KH Abdul Aziz Mansyur sempat hadir.

Nah, kehadiran ketua dewan syura DPP itu menimbulkan spekulasi tentang langkah islah di partai berlambang bola dunia dengan sembilan bintang tersebut. Bahkan ketua PAC Kuripan yang juga anggota DPRD setempat Ribut Fadhilah mengatakan, kedatangan KH Abdul Aziz tersebut sebagai bentuk restu DPP yang mencalonkan Kiai Hafidz untuk menjadi ketua dewan tanfidz DPC.

Sedianya DPC PKB mengadakan muscab pada 20-21 Juli lalu di ponpes Syech Abdul Qodir Al Jaelani Rangkang, Kraksaan. Nah, usai mengalami penundaan itu DPC memutuskan untuk menggelar muscab 2 Agustus lalu.

KH Ghazali sendiri menjelaskan, usai SK itu turun, DPC bakal segera menggelar pelantikan pengurus. Lalu kapan SK tersebut bakal turun? "Insyaallah, doakan saja," bebernya. Ia berharap pelantikan bisa segera digelar beberapa hari usai lebaran. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175828

Ikan Kian Sulit Didapat

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Nelayan Probolinggo gundah. Belakangan ikan kian sulit didapat. Para nelayan mengira hal ini terjadi karena datangnya "musim" angin Gending.

Dalam kondisi seperti ini sebagian besar nelayan tetap melaut. Meskipun cost-nya tinggi tapi hasilnya tak bagus. Itu karena mereka tak punya pilihan lain. "Sekali jalan biasanya dapat 1 ton. Sekarang, hanya bisa dapat antara 3-4 kwintal, ujar Agus, salah seorang nelayan saat ditemui Radar Bromo, Kamis (19/8) lalu.

Hal senada diungkapkan Husen, nelayan lainnya. Menurutnya, penurunan ikan itu terjadi sejak sekitar sebulan lalu. Itu, disebabkan angin Gending yang memang menjadi anginnya Probolinggo.

Husen mengaku, sekali berlayar biasanya bisa medapat ikan lebih dari 1 ton. Kini, kini hanya bisa menangkap ikan 2-3 kwintal. "Kadang pendapatannya, hanya cukup untuk modal saja," ujarnya.

Untuk pemburuan ikan, nelayan yang menggunakan kapal porsein tidak lagi berburu di laut Probolinggo. Pasalnya, terjangan angin yang terus mengganggu. "Ada yang ke Pasuruan, ada juga yang ke Madura," jelas Husen.

Wakil Ketua Aliansi Pedagang Ikan dan Nelayan (Alpin) Mayangan Hambali mengatakan, angin Gending terjadi sejak sekitar sebulan lalu. Dan, dampaknya pun sangt besar terhadap pendapatan para nelayan. Yakni, jumlah tangkapan terus menurun sementara modalnya tetap. "Mau tidak mau nelayan tetap melaut," ujarnya.

Menurut Hambali, meski terkadang rugi, para nelayan masih terus berburu. Pasalnya kalau tidak melaut, maka tidak akan dapat uang. "Dari mana mau mendapat uang kalau tidak berlayar, mau kerja lain kerja apa," ujarnya.

Kontan, denga cuaca yang tak bersahabat itu, pendapatan nelayan makin menurun. Tak tanggung-tanggung, penurunannya mencapai 50 persen. Bahkan, sebagian besar kapal ada yang hanya bisa menghasilkan 15 persen. "Itu, terjadi di laut Probolinggo karena musim angin Gending," jelas Hambali.

Menurutnya, dari sekitar 110 kapal jonggrang milik nelayan, sekitar 10 persen sudah istirahat. Itu, juga merupakan salah satu dampak dari angin Gending. "Ada kapal yang memilih istirahat. Dan, ABK (anak buah kapal)-nya, pindah ke kapal lain," jelasnya

Musim paceklik itu, juga berdampak terhadap pendapatan para ABK. Biasnya, pada hari-hari normal setiap ABK bisa mendapatkan duit minimal Rp 100 ribu perhari. Tapi, kali ini setiap ABK hanya bisa mendapatkan Rp 25 ribu perhari. "Pendapatannya tidak menentu, tergantung banyak dan jenis ikannya," ujarnya.

Sementara, Kepala Subseksi Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Adpel Probolinggo Hermanto mengatakan gelombang laut Probolinggo masih aman. Dan, tidak terlalu tinggi alias normal. Itu, tidak terpengaruh oleh angin Gending. "Kalau di sini (Probolinggo), (gelombang) tidak begitu tinggi," ujarnya.

Menurut Hermanto, angin Gending itu biasanya terjadi sampai November nanti. Dan, selama itu biasanya ikan sulit didapat. "Biasnya, sampai Nopember. Ikan sulit dan biasnya jadi mahal," ujarnya.

Hermanto mengatakan, dalam Agustus-Desember biasnya tidak akan terjadi gelombang tinggi. Itu, hanya bisa terjadi antara Januari-Februari. Dan, angin gending ini tidak sampai membuat gelombang tinggi. "Kalau gelombang tinggi, kami akan keluarka larangan melaut," ujarnya.

Menurutnya, angin gending itu hanya terjadi di daerah Probolinggo. Dan, bila nelayan mau mencari ikan ke luar Probolinggo, diperkirakan akan tetap melimpah. "Kalau nyarinya di tempat lain (luar Probolinggo), mungkin akan banyak. Karena hanya di sini anginnya yang kencang," jelansya.

Sulitnya ikan itu, menurut Hermanto juga disebabkan nelayan yang tidak pandang bulu. Yakni semua jenis ikan disikat. Dari yang kecil hingga yang besar. "Beda dengan luar negeri, kalau di luar negeri yang kecil-kecil dilepas kembali. kalau di sini, besar kecil dibawa pulang semua," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175827

Bocah SD Protes Malaysia

[ Sabtu, 21 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Insiden penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau oleh polisi diraja Malaysia atau PDRM, kemarin (20/8) baru disikapi di Kota Probolinggo. Para murid SDN Sumberwetan 2 melakukan aksi teaterikal, meksi tiga petugas DKP yang ditangkap itu sudah dibebaskan.

Bentuk protes itu diwujudkan murid SD Sumberwetan 2 dalam teaterikal yang begitu sederhana dan kreatif. Seluruh murid di sekolah wilayah selatan itu membentuk lingkaran di dalam halaman. Beberapa diantaranya membawa poster, berperan sebagai PDRM dan petugas DKP.

Poster yang ditulis terbaca cukup berani. Seperti "Kedaulatan tidak boleh dibarter", "Perompak laut Malingsia", "Aku cinta Indonesia" dan "Maritim adalah darahku".

Aksi yang dihelat pukul 08.00 itu diawali dengan pembacaan narasi oleh salah satu murid. Kemudian lingkaran murid itu diibaratkan seperti lautan Indonesia. Sekelompok bocah memakai topi caping berperan sebagai nelayan, kelompok murid lainnya PDRM lengkap mengenakan kaos doreng berbendera Malaysia dan senapan mainan. Daun pisang dipakai untuk kapalnya.

Aksi penangkapan tiga petugas DKP pun diperagakan sampai ketiganya diborgol dan dibiarkan tengkurap oleh PDRM. Tidak lama kemudian terjadi barter, PDRM melepas tiga petugas DKP dan sebaliknya para nelayan yang ditahan di Indonesia pun dikembalikan.

Ketika barter itu terjadi semua murid menyanyikan lagu berjudul Indonesia Pusaka. Insiden yang menyangkut kedaulatan Republik Indonesia ini nampaknya dipahami betul oleh para murid itu. "Warga Indonesia ditangkap sama Malaysia. Saya benci sekali dengan Malaysia," kata Daniel, salah satu murid kelas 5 di SDN tersebut.

Siswa lainnya, Cindi, menuturkan jika teaterikal ini tentang kecintaan terhadap Indonesia. Dan yang diangkat peristiwa petugas DKP tersebut. "Benci sekali dengan Malaysia karena sudah menginjak-injak bangsa Indonesia," tegas Cindi yang juga membacakan narasi dalam teatrikal itu.

Sementara itu, Kepala SDN Sumberwetan 2 Didik H menjelaskan diadakannya aksi itu dalam momen memperingati hari Pramuka dan Kemerdekaan RI. "Kami ingin menanamkan kecintaan terhadap tanah air kepada anak-anak. Mereka harus merasa bangga menjadi bangsa Indonesia. Jangan mau tanah negara ini diambil oleh bangsa lain," serunya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175826