Selasa, 31 Agustus 2010

Isu Santet di Probolinggo, Dua Orang Tewas

Selasa, 31 Agustus 2010 | 09:29 WIB

PROBOLINGGO - Isu santet kembali meruyak di Kab. Probolinggo bahkan menimbulkan dua korban jiwa.

Orang yang mengaku disantet, Asmar (16) dan yang dituding sebagai tukang santet, Fadli Saiman (65), keduanya warga Desa Alassapi, Kec. Banyuanyar sama-sama tewas.

”Terus terang kami merasa prihatin dengan adanya kasus santet ini. Kami berharap masyarakat bisa menahan diri,” ujar Bupati Hasan Aminuddin saat buka puasa bersama 1.000 anak yatim di Pantai Bentar, Senin (30/8).

Polisi diminta mengusut tuntas kasus yang menewaskan dua orang warga Dusun Kramat, Desa Alassapi itu.

Kepala Desa Alassapi, Dwi Jatmiko, menceritakan, bermula ketika Asmar yang sakit tidak kunjung sembuh dibawa ke RSUD Waluyo Jati, Kec. Kraksaan, Minggu (29/8) siang sekitar pukul 14.00. Sekitar pukul 17.00, Asmar yang dalam perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD meninggal dunia.

Desas-desus pun berkembang, sakitnya Asmar diduga karena disantet tetangganya Fadli Saiman. Apalagi setelah jenasah Asmar tiba di rumah duka sekitar pukul 20.00, sebagian massa pun marah.

Bahkan Fadli Saiman yang malam itu ikut melayat jenasah Asmar sempat akan dihakimi massa. ”Saya berusaha menenangkan warga. Untuk menghindari amuk massa lebih lanjut, Fadli dimita meninggalkan rumah duka,” ujar Kades Jatmiko.

Fadli kemudian diamankan warga di rumah Tikun, sekitar 50 meter dari rumah duka. Sementara itu, Ustad Abdul Wafa berusaha menenangkan massa yang menyerbu rumah Tikun.

Malam itu juga Muspika Banyuanyar didatangkan. Tujuannya untuk menenangkan kedua belah pihak sekaligus membuat kesepakatan damai. Intinya, keluarga Asmar tidak lagi melayangkan tudingan, kematian Asmar karena santet.

Dari keluarga Asmar tampak Sain (45), paman Asmar dan Matrawi (65), kakek Asmar. ”Saat itu dibuat kesepakatan, keluarga Asmar tidak lagi menuduh bahwa Fadli menyantet Asmar. Semuanya setuju,” ujar Kades Jatmiko.

Namun ketika proses damai itu belum selesai, Ustad Abdul Wafa mengabarkan, massa telah bertindak anarkis menganiaya Fadli. ”Saya kaget, ternyata Fadli Saiman telah tewas dikeroyok massa,” ujar Kades.

Fadli diduga dikeroyok massa yang bersenjatakan celurit, pentungan, dan batu. Hal itu terlihat dari luka bacok dan lebam di sekujur tubuhnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=e897198fa6a77ab95753b79935ced012&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

35 Calhaj Probolinggo Batal Berangkat

Selasa, 31 Agustus 2010 | 08:30 WIB

PROBOLINGGO - Di tengah antrean panjang (waiting list) berangkat haji hingga 2017, ternyata ada sejumlah calon jamaah haji (CJH) di Probolinggo yang batal berangkat haji pada tahun ini. Sebanyak 35 CJH yakni, 10 orang dari Kota Probolinggo dan 25 orang dari Kab. Probolinggo dinyatakan batal berangkat karena berbagai alasan.

Hal itu diketahui setelah Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota dan Kab. Probolinggo menggelar rekapitulasi di hari terakhir masa pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH). Seperti diketahui, Kemenag mematok batas pelunasan BPIH paling lambat, Senin (30/8).

”Dalam rekapitulasi hari terakhir kemarin, ada 10 CJH yang batal berangkat. Sebanyak 7 menunda keberangkatannya, 2 karena meninggal dunia, dan 1 mengundurkan diri,” ujar Kasi Haji dan Umrah pada Kantor Kemenag Kota Probolinggo, Zulaikhah, Selasa (31/8) pagi tadi.

Zulaikah menjelaskan, pada 2010 ini Kota Probolinggo mendapatkan kuota sebanyak 219 CJH. Mereka diberi waktu 19 hari untuk melunasi BPIH (3-30/8). “Besarnya BPIH dipatok 3.432 dolar AS,” ujarnya.

Mereka yang tidak melunasi BPIH hingga hari terakhir Senin, secara otomatis gagal berangkat ke Tanah Suci pada 2010 ini. “Mereka masuk dalam daftar tunggu (waiting list) tahun berikutnya,” ujar Zulaikhah.

Sementara itu, nama-nama CJH yang telah melunasi BPIH, dikirimkan ke Kantor Kemenag Jatim. Selanjutnya Kemenag Jatim melakukan pemberkasan (administrasi) bagi CJH yang akan berangkat haji tahun ini.

Zulaikah menambahkan, selain masa pelunasan tahap pertama, masih ada pelunasan BPIH tahap kedua. Tetapi pelunasan pada tahap kedua itu dikhususkan bagi CJH yang sudah masuk kuota pertama. “Pelunasan tahap kedua dimulai 1 September hingga 6 hari ke depan,” ujarnya.

Sementara itu di Kab. Probolinggo, tahun ini mendapatkan kuota 726 CJH. ”Sebanyak 25 CJH batal berangkat, sebagian besar karena belum melunasi BPIH-nya hingga hari terakhir, Seni (30/8) kemarin,” ujar Kasi Haji dan Umrah pada Kantor Kemenag Kab. Probolinggo, Atho Illah pagi tadi.

Selain karena belum melunasi BPIH-nya, kata Atho, 2 CJH masih berada di Malaysia. ”Ada juga yang menunda berangkat haji karena istrinya hamil. Dia tidak mau berangkat haji kalau tidak bersama istrinya,” ujarnya.

Tetapi Atho membesarkan hati bagi ke-25 CJH yang batal berangkat haji tahun ini. ”Mereka masih bisa berangkat haji pada 2011 mendatang, hanya tertunda setahun,” ujarnya.

Yang jelas, posisi 25 CJH yang tidak jadi berangkat itu secara otomatis digantikan CJH yang nomor urutnya berada di bawahnya persis. Yakni, JCH yang selama ini masuk daftar tunggu (waiting list) berangkat haji pada 2011.

Sekadar diketahui, CJH di Probolinggo biasanya melunasi BPIH-nya bersamaan dengan panen komoditas pertanian seperti tembakau, bawang merah, padi, hingga kayu sengon. Tahun ini akibat musim kemarau basah (kemarau diselingi hujan) hasil panen tembakau dan bawang merah diduga kurang menggembirakan.

”Sementara sebagian petani kayu sengon dari Krucil dan Tiris juga melunasi BPIH-nya setelah panen kayu,” ujar Atho. Komoditas kayu sengon itu memang tidak seberapa terpengaruh musim kemarau basah.

”Banyak warga Krucil dan Tiris yang berangkat haji karena sukses bertanam sengon,” ujar Habib Qodir, pembina kelompok tani sengon di lereng Gunung Argopuro dan Gunung Lamongan di Kec. Krucil dan Kec. Tiris. Mereka biasa dijuluki sebagai haji sengon. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b7916014a3725a93b48f9a221963aeda&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Usai Tarawih Dibunuh Tetangga

Selasa, 31 Agustus 2010

Probolinggo -SURYA- Kakek dua cucu, Fadli Saiman, 65, asal Desa Alassapi, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo, dibunuh usai tarawih di dekat rumahnya, sekitar pukul 20.00 WIB, Minggu (29/8).

Hanya berselang beberapa jam setelah jenazah korban ditemukan bersimbah darah, pelaku sudah diamankan petugas Polres Problinggo.

Ternyata, pelaku berjumlah dua orang dan masih tetangga korban. Mereka adalah Bd, 21 dan Jm, 20. Dugaan sementara, motif dari pembunuhan itu lantaran para pelaku kesal dengan santernya isu yang beredar, jika korban Fadli diduga memiliki ilmu Santet.

Puncaknya, setelah tetangganya yang lain bernama Asmar, meninggal dunia akibat sakit yang tak kunjung sembuh. Meninggalnya Asmar itu, diisukan akibat disantet oleh Fadli. Tak pelak, kedua pelaku yang termakan dengan isu tersebut, sontak memburu Fadli. Ketika dicari ke rumahnya, Fadli tengah menunaikan Salat Tarawih.

Sepulangnya dari Musala desa setempat, Fadli langsung dibacok di kepala bagian belakang. Mayat korban dibiarkan terkapar di jalan setapak menuju rumah korban. Dua jam kemudian, warga menemukan mayat korban dan seketika itu warga melapor ke Polsek Banyuanyar. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/08/31/usai-tarawih-dibunuh-tetangga.html

12 Mahasiswa Asing Menari Tradisional

Selasa, 31 Agustus 2010 | 01:26 WIB
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

SURABAYA, KOMPAS.com--Sebanyak 12 mahasiswa asing dari berbagai negara penerima program Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) Kementerian Luar Negeri unjuk kebolehan dalam bidang seni tari tradisional di Surabaya Plasa Hotel, Senin.

Kegiatan itu merupakan bagian evaluasi tahap pertama dari proses pendidikan dan pelatihan budaya yang akan mereka terima selama tiga bulan menjalani program tersebut di Surabaya.

Para mahasiswa tersebut berasal dari 12 negara, yakni Thailand, Vietnam, Jerman, Timor Leste, Vanuatu, Fiji, Kepulauan Solomon, Afrika Selatan, Samoa, Tuvalu, Rusia, dan Indonesia.

Dalam kesempatan itu, terdapat dua tarian yang ditampilkan, yakni Tari Glipang dari Kabupaten Probolinggo yang dibawakan enam mahasiswa putra dan Tari Sparkling Surabaya disajikan enam mahasiswa putri.

"Tidak mudah melatih mereka belajar tari tradisional Jawa Timur, karena latar belakang mereka yang berbeda-beda," kata Diaztiarni Azhar, pelatih tari mahasiswa asing itu.

Pimpinan Produksi Program Pelatihan dan Pengenalan Seni Budaya Jatim itu menjelaskan para mahasiswa program BSBI tersebut hanya enam orang yang memiliki latar belakang sebagai penari.

"Mereka menjalani latihan empat kali seminggu, selain juga belajar budaya lain Indonesia, seperti bahasa, kehidupan sosial dan lainnya," tambah Diaz.

Menurut dia, mahasiswa yang tergabung di program BSBI tersebut mendapatkan banyak pengetahuan seni dan budaya Indonesia, khususnya Jatim dalam berbagai bentuk dan aspek.

"Kami memberikan pengetahuan, seperti Bahasa Indonesia, seni tari dan karawitan, seni lukis, membatik, dan pahat topeng, sampai pembuatan kerajinan anyaman. Sejumlah pengetahuan itu akan kami berikan secara berkala selama tiga bulan," katanya.

Sukolovsky Alexey, mahasiswa asal Rusia penerima BSBI, mengaku senang dan bangga bisa mempelajari seni budaya yang dimiliki Indonesia, kendati awalnya sempat kesulitan.

"Ini sebuah pengalaman yang tidak terlupakan dan tarian tradisional Indonesia cukup dinamis. Saya senang bisa menjadi bagian dari program ini," kata Alexey usai pertunjukan tari tersebut.

Sumber: http://oase.kompas.com/read/2010/08/31/01265248/12.Mahasiswa.Asing.Menari.Tradisional

Pencuri Truk Fuso Ditangkap Polresta Probolinggo

30 Agustus 2010 19:30:56 WIB
Reporter : Sugianto

Probolinggo (beritajatim.com) - Husdi (35), warga Sidoarjo terpaksa harus meringkuk di sel tahanan Mapolresta Probolinggo. Pasalnya, dia nekat melakukan aksi pencurian di wilayah Probolinggo. Tak tanggung-tanggung, barang yang dicurinya adalah sebuah kendaraan truk Fuso.

Namun aksi jahatnya itu gagal saat jajaran Polresta Probolinggo menangkap pelaku saat membawa kabur kendaraan besar itu ke arah jalan menuju Desa Sukapura.


"Pelaku langsung dilakukan pengejaran begitu membawa kabur truk Fuso itu," ungkap Kasat Reskrim AKP Agus I Supriyanto mendampingi Kapolresta Probolinggo, Agus Wijayanto kepada beritajatim.com, Senin (30/8/2010).

AKP Agus menjelaskan, truk Fuso itu milik salah seorang pengusaha bernama Budi Hariyanto, asal warga Desa Jorongan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Sebelum dibawa kabur, truk Fuso milik korban sedang diparkir di jalan raya Angrek, Kota Probolinggo. "Dia melakukan aksinya sendirian," kata Kasat Reskrim.

Mengetahui truk Fuso itu raib, pemiliknya lantas melapor ke Polresta Probolinggo. Saat kejadian itu pula, petugas langsung bergerak cepat. Mengetahui keberadaan kendaraan truk itu melintas ke selatan terminal Bayuangga, polisipun lalu melakukan pengejaran. "Baru sampai di Desa Sukapura, pelaku berhasil kita tangkap," imbuh AKP Agus I Supriyanto.

Selain berhasil menangkap pelaku, polisi juga menyita barang bukti kendaraan truk Fuso. "Pelaku kita jerat dengan pasal 363 KUHP tentang pencurian dan pemberatan dengan ancaman lima tahun penjara," tegasnya. [ugi/kun]

Sumber: http://m.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum&Kriminal/2010-08-30/75925/1/Pencuri%20Truk%20Fuso%20Ditangkap%20Polresta%20Probolinggo

Ribuan Gakin di Probolinggo Berebut Zakat

Senin, 30 Agustus 2010 18:19:49 WIB
Reporter : Sugianto Probolinggo (beritajatim.com) - Ribuan keluarga miskin (Gakin, red) berebut pembagian zakat di pantai Bentar, Kabupaten Probolinggo. Pembagian zakat terhadap ribuan gakin itu dihadiri oleh Bupati Probolinggo, Hasan Aminudin dan sejumlah pejabat teras pemkab.

Bupati Hasan Aminudin menjelaskan, pembagian zakat itu berasal dari zakat para karyawan pemkab untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. "Ini semua berasal dari amal para karyawan yang dikumpulkan melalui Korpri," katanya dihadapan ribuan gakin, Senin (30/8/2010).

Di bulan Ramadhan ini, kata Bupati Hasan, masyarakat khususnya umat Islam harus mengeluarkan zakat dan memberinya kepada orang yang berhak menerimanya. "Ini hukumnya wajib dilakukan," tandasnya.
Agar pemberian zakat itu berlangsung tertib, Pemkab Probolinggo melibatkan jajaran Polres setempat serta petugas Sat Pol PP untuk melakukan pengamanan. Saat zakat itu diberikan, ribuan gakin langsung menyerbunya. Tak ayal, dalam sekejab ribuan kantong plastik zakat itu langsung ludes seketika. [ugi/kun]

Sumber: http://beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2010-08-30/75910/1/Ribuan%20Gakin%20di%20Probolinggo%20Berebut%20Zakat

Kades Akui Kenal Perempuan di Video

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
Berita zakat resah gak onok BOS, yg ada Warga resah masalah Video Bugil.
KRUCIL-Geger kasus video bugil kamar mandi yang diduga melibatkan Kades Kalianan Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo Didik Mulyono terus mendapatkan perhatian. Kemarin (30/8) komisi A DPRD setempat ke kantor Kecamatan Krucil untuk melakukan klarifikasi ke kades dan beberapa warga yang melapor masalah tersebut ke dewan.

Kedatangan komisi A ke kecamatan Krucil ini disambut oleh puluhan warga desa Kalianan yang kecewa dengan peredaran video tersebut. Puluhan warga itu sudah berkumpul di depan kantor kecamatan Krucil sejak pukul 10.00.

Ya, kantor kecamatan Krucil memang dipakai sebagai tempat untuk klarifikasi komisi A tersebut. Meski tidak ada yang membawa poster bernada protes, beberapa warga yang berkumpul di depan kantor kecamatan tersebut berkali-kali meneriakkan agar pemkab mengusut kasus geger video bugil itu.

"Bersihkan Desa Kalianan dari tindakan mesum," celetuk salah satu ibu-ibu tua dari kerumunan tersebut. Beberapa kali warga juga menirukan ucapan wanita seperti yang ada di dalam video kamar mandi bugil tersebut.

Mendapati puluhan warga itu berteriak-teriak, anggota kepolisian pun tidak tinggal diam. "Izin warga di sini itu untuk mengamati saja. Tidak untuk demo atau unjuk rasa. Jadi mohon tenang," pinta salah satu anggota kepolisian dengan menggunakan megaphone. Instruksi itu rupanya manjur. Emosi warga yang sempat naik, reda kembali.

Diketahui, sebelumnya memang ada beberapa warga Krucil yang mengadukan Kades Kalianan Didik Mulyono ke DPRD dan bupati. Mereka mengadukan dugaan perselingkuhan kepala Desa Kalianan itu dengan seorang wanita asal Desa Bremi, Krucil.

Dugaan itu didasarkan pada rekaman video seorang wanita bugil di kamar mandi dan ranjang sebuah hotel. Nah, pelapor menuding lelaki yang merekam wanita itu adalah Kades Didik Mulyono.

Saat pelapor datang ke DPRD, Rabu (25/8) lalu, mereka diterima bukan anggota komisi A. Mereka diterima Agil Bafaqih (ketua komisi C) dan Dedy Suyanto (komisi B) serta sekwan.

Masalah itu mendapat perhatian serius dari Komisi A DPRD setempat. Kemarin komisi A turun ke Krucil untuk mengklarifikasinya. Kedatangan komisi A ini molor 3 jam dari yang dijadwalkan. Alhasil, beberapa warga yang sebelumnya berkumpul di depan kecamatan pun banyak yang berkurang.

Komisi A datang ke kantor kecamatan sekitar pukul 13.15 dengan menggunakan dua mobil. Usai datang ke kantor kecamatan, anggota komisi A, Suhud, Lukman Hakim, Sukarman, Ruhullah, Said dan Slamet Riyadi langsung diterima oleh Camat Krucil Iswinaryo bersama jajaran muspika.

Selanjutnya, Komisi A bersama muspika menggelar pertemuan dengan kades Didik Mulyono di ruang camat Krucil. Suhud anggota komisi A, membuka forum tersebut. "Kami hanya melaksanakan undang-undang, di mana DPRD itu bertugas untuk mengawasi," katanya.

Usai menyampaikan maksud kedatangannya, Suhud langsung melancarkan beberapa pertanyaan kepada sang kades. "Bagaimana tanggapan pak tinggi dengan menyeruaknya kasus video yang menyebut-nyebut nama pak tinggi. Apa pak tinggi kenal dengan perempuan yang ada di video tersebut?" tanya Suhud.

Awalnya Kades Didik Mulyono mengatakan sama sekali tidak mengenal perempuan yang ada dalam video bugil tersebut. "Saya tidak kenal dengan perempuan yang ada di video itu. Saya tidak terlibat," kata Didik Mulyono.

Kades Didik pun mengatakan siap menuntut balik para pelapor tersebut kepada pihak yang berwajib karena merasa dicemarkan. "Kalau saya bersalah, saya rela untuk mundur. Tetapi karena saya tidak bersalah, saya akan tuntut balik bila tidak terbukti," tegasnya.

Usai memberikan beberapa pertanyaan, Suhud lantas menunjukkan beberapa bukti-bukti yang dilampirkan dalam surat laporan warga beberapa hari lalu. Seperti foto cuplikan video tersebut, surat pernyataan dari suami In (wanita yang ada di dalam video) tentang pengakuannya dan beberapa SMS yang diduga dikirim dari nomor HP kades Didik.

"Ini pak dilihat lagi fotonya. Apa bapak mengenal wanita yang ada dalam foto ini?" tanya Suhud lagi sembari menyodorkan foto dari cuplikan video bugil kamar mandi tersebut.

Usai mengamati beberapa saat, Kades Didik akhirnya mengaku mengenal perempuan yang ada di dalam foto itu. "Saya mengenalnya pak. Tetapi hanya mengenal saja. Tidak pernah lebih dari itu," jelasnya.

"Jadi kami ralat ya pak. Bapak mengenal perempuan yang ada dalam foto itu. Tetapi hanya sebatas mengenal," kata Suhud lagi. Suhud langtas meminta kades untuk tidak saki hati dan meminta untuk tetap melayani masyarakat dengan baik sampai masalah ini selesai.

Usai diberi beberapa pertanyaan, Kades Didik diperbolehkan pergi. Saat hendak dikonfirmasi beberapa wartawan, Kades enggan menjawabnya. Ia langsung ngeloyor pergi lewat pintu belakang kantor kecamatan.

Sementara itu, komisi A langsung memanggil beberapa perwakilan warga yang sudah nyanggong di depan. Ada 5 warga yang diminta untuk masuk dan dimintai keterangan. Di antaranya ada satu warga yang ikut melaporkan masalah itu ke DPRD yakni Beni.

Menurut Beni, jauh-jauh hari sebelum kasus itu menyeruak di permukaan, dirinya dan beberapa tokoh masyarakat lainnya sudah sempat berdialog dengan kades. "Awalnya kami ke kades, meminta agar kades menjelaskan ke masyarakat langsung agar tidak terjadi miskomunikasi. Isu video itu sudah sampai kemana-mana dan meresahkan masyarakat," jelasnya.

Namun kades tak kunjung menanggapi isu tersebut. "Kan jadi menimbulkan pertanyaan di masyarakat? Terus kami minta pak camat untuk menyelidiki. Kalau isu itu tidak benar, kami akan dukung kades dan tuntut balik suami yang ada di video tersebut," jelasnya.

Masih menurut Beni, kepercayaan masyarakat mulai memudar lantaran beberapa bukti yang mengindikasikan kades selingkuh cukup kuat. Dijelaskannya ada tiga faktor yang menguatkan. "Yang pertama adalah surat pernyataan suami perempuan yang ada di video tersebut, yang menyebut nama kades," jelasnya.

Selanjutnya selain separo wajah yang diduga mirip kades kelihatan dalam video itu, ada indikasi lain yang menguatkan. Yakni cincin bermata merah yang dikenakan pelaku yang mengambil gambar wanita bugil tersebut.

"Cincinnya itu sama dengan yang dipakai kades saat mengikuti haflah imtihan desa. Kebetulan saya yang ambil gambar juga. Silakan bapak menilainya," ujar Beni sambil menunjukkan selebaran yang telah dibuatnya. Dalam selebaran tersebut, Beni menampilkan foto lelaki yang mengambil gambar video bugil tersebut dan foto kades saat mengikuti haflah.

Faktor terakhir yang membuat dugaan semakin kuat adalah percakapan SMS yang diduga dikirim dari ponsel milik kades ke perempuan yang ada dalam video tersebut.

"Kami mohon pemerintah segera menindaklanjuti masalah ini. Kami takut, nantinya isteri kami juga akan direkam saat mandi. Jadi kami minta kades diproses," imbu Imam Zaini, warga lainnya.

Suhud pun lantas meminta masyarakat untuk bersabar. "Kami kroscek dan dalami dulu. Kami tidak bisa memfonis. Nanti laporan pemeriksaan kami akan kami kroscek ke Inspektorat dan Bagian Pemerintahan," jelasnya.

Saat ditemui usai pertemuan Suhud mengatakan, pihaknya masih butuh mendalami lagi kasus tersebut. "Kami akan gelar pertemuan kembali dengan pihak-pihak terkait. Nanti giliran kami yang akan memanggil. Kami utamakan juga bisa klarifikasi ke suami perempuan dan perempuan itu sendiri," ujar Suhud.

Suhud menjelaskan komisi A sudah membentuk tim investigasi untuk menindaklanjuti masalah tersebut. "Kalau terbukti bersalah, maka kades bisa dikenai perda nomor 9 tahun 2006 tentang peraturan desa," jelasnya.

Usai menggelar pertemuan, Suhud dan anggota komisi A lainnya menemui beberapa massa yang masih berkumpul di depan kantor kecamatan. Kepada warga, Suhud meminta untuk tetap bersabar untuk menunggu hasil pemeriksaan tersebut. "Kami sudah menerima laporannya dan akan bersungguh-sungguh memprosesnya," jelasnya. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Remaja Nekat Panjat Tower

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
BANYUANYAR - Sungguh nekat aksi yang dilakukan Saiful Bahar, 17, warga RT 15/RW 04 Dusun Sekolahan Desa Klenang Lor Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo. Gara-gara permintaannya tak dipenuhi, Saiful nekat memanjat tower listrik setinggi 250 meter. Kejadian itu berlangsung kemarin (30/8), sekitar pukul 16.00.

Aksi tersebut membuat resah warga sekitar. Saiful berisiko jatuh dan kesetrum. Apalagi, saat kejadian itu sempat turun hujan. Tak ayal, aksi tersebut menjadi tontonan warga sekitar. Bahkan sempat memacetkan jalan.

Tak hanya itu. Polsek Banyuanyar juga turut berada di lokasi. Berbagai bujukan agar Saiful mau turun, tak digubris. Warga kian khawatir. Terlebih, menurut warga, Saiful belum sempat makan.

Dari data yang dihimpun Radar Bromo, Saiful menaiki tower tersebut sekitar pukul 16.00. Dan dari pantauan Radar Bromo sampai pukul 19.00, Saiful masih berada di bagian ujung tower tersebut. Artinya, Saiful memanjat setinggi 250 meter. Dari bawah, tubuh Saiful hanya terlihat remang-remang. "Tidak ada lampu di sini, Mas," ujar seorang warga.

Saat itu Saiful sempat turun hingga berada di ketinggian sekitar 150 meter. Namun karena ada warga yang berusaha mengarahkan lampu sorot ke tower itu, Saiful urung turun. Bahkan ia kembali ke puncak tower. "Kalau bisa jangan disorot," ujar Kades Klenang Lor Slamet.

Di rumah Saiful, saat itu keluarganya berkumpul. Mereka dilanda kecemasan. Apalagi Hasbullah, 42, dan Zaina, 40, orang tua Saiful. Menurut Hasbullah, Saiful nekat karena merasa dikekang kebebasannya.

Berawal pada Minggu (29/8), ada seorang teman Saiful yang hendak mengajak bepergian. Namun temannya itu tak mau pergi ke rumah Saiful. "Takut sama istri saya. Karena pasti dilarang bepergian," kata Hasbullah.

Tahu temannya tak boleh datang ke rumahnya, Saiful marah. Namun amarah itu masih bisa ditahan hingga kemarin. Akhirnya kemarin, Saiful nekad meminta anting milik adiknya yang masih kelas 1 SD. Berhasil mengambil, Saiful kemudian dikejar Zaina. Lantas anting itu diberikan kepada Zaina.

Selanjutnya Saiful berlari menuju tower yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumahnya itu. Kemudian Zaina menyusul Saiful. Sejenak, Zaina kehilangan jejak. Padahal Saiful sudah berada di atas tower. Baru beberapa saat kemudian Zaina mengetahui hal tersebut.

Zaina lantas menghampiri tower itu dan meminta Saiful untuk segera turun. Namun Saiful tak mau menanggapi permintaan itu. "Semakin banyak orang datang melihat, Saiful semakin naik ke atas," tutur Zaina.

Zaina kuatir dengan keadaan Saiful. Apalagi, sejak siang Saiful belum makan sama sekali. "Saiful ndak puasa. Tapi sejak tadi belum makan. Soalnya anaknya ndak kuat lapar," ujar Zaina.

Hingga berita ini ditulis tadi malam, upaya untuk membujuk Saiful masih belum membuahkan hasil. Saiful masih berada di puncak tower. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177434

Dituduh Tukang Santet, Dibunuh

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
Dua Tersangka Langsung Dibekuk

BANYUANYAR- Dusun Kramat, Desa Alassapi, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo Minggu (29/8) lalu ramai karena dua berita kematian. Pertama kematian Asmar, 16, yang diduga kena santet. Disusul kemudian, kematian Fadli Saiman, 65, yang kena bacok karena dituding sebagai si penyantet.

Peristiwa menggemparkan itu bermula dari sakit typhus berkepanjangan yang diderita Asmar. Karena kondisinya kian parah, Minggu pukul 14.00 pemuda itu dibawa ke RSUD Waluyojati Kraksaan.

Setelah beberapa jam dirawat di IGD RSUD, sekitar pukul 17.00 Asmar akhirnya meninggal. Jenazahnya dibawa pulang dengan ambulans RSUD. Ambulans pembawa jenazah Asmar berangkat setelah maghrib.

Sementara jenazah Asmar dalam perjalanan menuju rumah duka, kabar kematiannya sudah menyebar di desanya. Sebagian warga menyebut, kematiannya itu disebabkan santet kiriman Fadli Saiman. Isu tersebut memang sudah lama beredar di masyarakat setempat. Sehingga, kematian itu justru memperkuat dugaan Asmar memang disantet. "Masyarakat memang menduga, yang menyantet adalah Fadli Saiman," ujar Dwi Jadmiko, Kepala Desa (kades) Alassapi.

Sekitar pukul 20.00, ambulans tiba di rumah Asmar, yang berjarak sekitar 70 meter dari rumah Fadli Saiman. Segera setelah diturunkan, jenazah dibawa ke dalam rumah. Sementara Jadmiko sengaja berada di dekat Fadli Saiman yang juga datang melayat.

Namun belum lama Jadmiko duduk, tiba-tiba beberapa warga hendak menghakimi Fadli Saiman. "Karena suasana panas, saya berusaha menghalangi warga, sementara Fadli Saiman dibawa lari beberapa warga agar tak dianiaya," tutur Jadmiko.

Fadli Saiman kemudian diamankan warga di rumah Pak Tikun, 20 meter sebelah barat rumah Fadli Saiman. Jaraknya sekitar 50 meter dari rumah duka. Sementara Jadmiko masih berada di rumah Asmar untuk menenangkan warga. Jadmiko menyayangkan tindakan warganya yang tak mau mengerti suasana duka di rumah Asmar. "Kalau sudah panas, memang susah. Tak bisa dihalang-halangi lagi," tutur Jadmiko.

Jadmiko memang berhasil meredam amarah massa. Hal itu juga dibantu seorang ustadz bernama Abdul Wafa. Abdul Wafa meredam warga di depan rumah Pak Tikun. Setelah keduanya memberi imbauan pada warga, tidak ada gejolak lagi.

Namun demikian, Jadmiko merasa tak nyaman. Sehingga tak lama kemudian, Jadmiko langsung menghubungi jajaran Muspika Banyuanyar. "Sekitar 20 menit kemudian, Muspika datang," ujar Jadmiko yang mengaku tak tahu siapa saja yang ada di dalan rumah Pak Tikun.

Selanjutnya Jadmiko membicarakan perihal opsi jalan damai antara keluarga Asmar dan Fadli Saiman. Menurut Jadmiko, hal itu adalah opsi yang paling aman dilakukan. Sebab sekaligus bisa meredam gejolak itu. Jadmiko membicarakan hal itu di rumah Lukman, seorang warga yang rumahnya berada di antara rumah Pak Tikun dan rumah Asmar. Abdul Wafa juga menyusul hendak mengamankan areal rumah Lukman dan Pak Tikun yang jaraknya hanya sekitar 25 meter. Sementara itu, Fadli Saiman masih berada di rumah Pak Tikun.

"Awalnya semua sudah setuju, pihak Polsek, Danramil, maupun perwakilan dari kecamatan," ujar Jadmiko.

Selanjutnya perwakilan keluarga Asmar didatangkan. Yakni Sain, 45, paman Asmar, dan Matrawi, 65, kakek Asmar. Disaksikan langsung Muspika Banyuanyar, dicapai persetujuan untuk membuat nota kesepakatan. Isinya, keluarga Asmar tidak akan menyimpan rasa dendam atau menuduh Fadli Saiman melakukan santet yang menyebabkan kematian Asmar.

Baik Sain maupun Matrawi menyetujui hal tersebut. Bahkan perwakilan polsek yang hadir waktu itu sudah akan membuat surat itu. Namun sebelum surat dibuat, Abdul Wafa yang memang sejak tadi mondar-mandir, memberi kabar penting. "Katanya, Fadli Saiman sudah meninggal dunia. Ditemukan di sana," ujar Abdul Wafa menunjukkan tangannya ke TKP.

Mendengar berita itu, peserta musyawarah di rumah Lukman semburat keluar. Mereka langsung menuju TKP Fadli Saiman meninggal itu. Ternyata benar. Fadli Saiman diduga meninggal karena dibacok. Saat itu sekitar pukul 21.00.

Selanjutnya Polsek langsung melakukan olah TKP secara terbatas. Sementara tim dari Polres Probolinggo juga langsung meluncur ke TKP setelah mendapat kabar. Hasil olah TKP, ditemukan sejumlah barang bukti. Yakni 2 buah batu bata merah, sebuah batu kali, 1 gagang cangkul, separo sandal jepit serta 2 buah batang kayu. Sementara tubuh korban mengenakan baju merah lengan panjang bermotif kotak-kotak. Sarungnya juga kotak-kotak, namun warnanya biru.

Setelah olah TKP, mayat Fadli Saiman langsung dibawa dengan menggunakan mobil patroli Polsek Banyuanyar oleh Briptu Ruli W. Sekitar pukul 23.00, mayat langsung dibawa ke ruang jenazah RSUD Waluyojati Kraksaan.

Fadli Saiman diketahui mengalami beberapa pukulan keras di wajahnya. Bahkan mengalami bengkak dan lebam. Sedangkan bagian terparah ada di kepala bagian belakang. Luka bekas bacokan menganga ditutupi rambutnya yang sudah uban. Sementara telinga kanan Fadli Saiman juga robek. Meski tak panjang, namun luka itu menunjukkan luka bekas bacokan.

Namun hingga pagi, mayat Fadli Saiman tak langsung diotopsi. Sebabnya, kades Jadmiko tak hadir ke RSUD. Saat dikonfirmasi, ternyata Jadmiko sedang berjaga di lokasi sekitar TKP. Bersama sejumlah perangkat desa lainnya. Bahkan mereka juga ikut menemai Satreskrim Polres Probolinggo yang dipimpin langsung Kasatreskrim AKP Heri Mulyanto. Tim polres langsung melakukan penyisiran untuk menangkap pelaku pembacokan tersebut.

Sekitar pukul 04.00 polisi akhirnya membekuk dua orang tersangka warga setempat. Yakni Muhammad Bedi, 20, dan Muhammad Jamil,19. Selanjutnya keduanya langsung digiring ke Mapolres Probolinggo.

Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan melalui Kasatreskrim AKP Heri Mulyanto membenarkan ditangkapnya dua tersangka tersebut. Menurut Heri, sejauh ini pihak polres masih melakukan penyelidikan. Sehingga pihaknya belum bisa banyak memberikan keterangan. "Sedang kami selidiki kasus tersebut. Pengembangan-pengembangannya nanti pasti kami sampaikan," ujar Kasatreskrim.

Lebih jauh, kata Heri, Kapolres mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh isu santet. Sebab, kata Heri, santet merupakan isu yang sensitif. Padahal asas untuk membuktikan hal tersebut tidaklah mudah. Santet berkaitan dengan hal yang di luar nalar. "Sebaiknya masyarakat tetap tenang. Khususnya menghadapi isu santet itu. Kasus ini pasti akan kami selidiki," pungkas Heri. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177424

Kemarau, Andalkan Sumur Bor

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]

TONGAS - Kemarau yang terjadi saat ini membuat sejumlah sawah di Desa Tambakrejo, Tongas yang biasa dialiri sungai menjadi kering. Para petani pun mencari cara lain untuk mengairi sawah mereka. Yakni, menggunakan sumur bor yang disalurkan melalui pompa dan dialirkan ke sawah.

Sumur bor bahkan bisa ditemui di masing- masing petak sawah. "Di sini harus pakai pompa untuk pengairan," terang Mahfud, petani Tambakrejo kepada Radar Bromo. Karena itu menurutnya, para petani di Tambakrejo rata-rata memakai pompa air untuk mengairi sawah mereka.

Sebab pada musim kemarau seperti sekarang, sungai yang biasa digunakan untuk mengaliri sungai mulai mengering. Jika ada pun, air harus dibagi rata ke seluruh persawahan yang ada.

"Tidak bisa dibayangkan kalau harus nunggu air dari sungai," terang Mahfud. Jika para petani hanya mengandalkan dari aliran sungai, dipastikan tanaman akan gagal panen..

Karena itu, sudah dua tahun terakhir dirinya memakai pompa air untuk pengairan di sawahnya. Awalnya Mahfud menyewa mesin pompa air yang digunakan. Sebab, harga mesin pompa air lumayan mahal. Satu unit pompa berukuran sedang bisa mencapai Rp 4 juta.

Namun, akhirnya banyak petani yang memilih untuk membeli mesin pompa air. Sebab, ongkos sewa mesim pompa air dirasa tidak sesuai dengan besarnya hasil panen. "Mau tidak mau harus punya mesin sendiri," ungkap Mahfud.

Hal serupa diungkapan Abdulah, petani lainya di Tambakrejo. "Ini daerah minim air. Jadi harus punya pompa air sendiri," ungkapnya. Dengan mempunyai mesin sendiri, para petani tinggal mengeluarkan biaya bahan bakar. Untuk sekali pemakaian pompa air, mereka harus mengisi sekitar 20 liter solar atau setara Rp 90 ribu rupiah.

Sementara jika menyewa pompa air, per hari bisa mencapai rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Belum termasuk biaya BBM. "Kalau dihitung lebih baik punya sendiri," ungkap Abdulah.

Pengairan sendiri dilakukan sekali dalam jangka waktu 10 hari. Lamanya pengairan untuk satu petak sawah bisa menghabiskan waktu selama sehari."Itu lihat luasnya sawah," ungkap Abdulah.

Selain itu, air yang dialirkan ke masing-masing petak sawah petani juga bisa diberikan ke petak sawah terdekat milik petani lainnya."Kalau petani lainya kesulitan air, tidak apa-apa minta dari sini (pompa air milik Abdulah)," ungkapnya.

Para petani biasanya meletakkan pompa air dengan cara berbeda. Ada yang mendirikan bangunan kecil sebagai tempat pompa air, ada yang menggunakan dinding bambu dan ada yang membawa pulang mesin pompa tersebut.

Unutk mesin pompa yang dibawa pulang, biasanya petani memiliki beberapa petak sawah yang letaknya berbeda. Jadi di masing-masing petak sudah tersedia pipa dari sumur bor yang telah dibuat. "Tinggal pasang saja," ungkap Mahfud (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177423

MUI Siapkan Musda

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Kepengurusan MUI Kabupaten Probolinggo periode 2005-2010 akan segera berakhir. Karena itu, musyawarah daerah (Musda) MUI segera digelar pada pertengahan Oktober.

Kepastian itu menurut ketua panitia Musda KH Sihabuddin Sholeh dirumuskan setelah MUI menggelar buka bersama di gedung Islamic Center Kraksaan, Sabtu (28/8). "Setelah buka bersama dilangsungkan rapat pembentukan panitia Musda. Sebab pelaksanaannya cukup mepet," sebut Kiai Sihabuddin.

Rapat pembentukan panitia itu dihadiri oleh Umum MUI KH Mohammad Hasan Saiful Islam, Sekretaris Umum KH Samsul Hadi, KH Munir Kholili, KH Abdul Wahid Nur. Serta anggota MUI Kabupaten Probolinggo lainnya. "Ini untuk memilih kepengurusan MUI periode 2010-2015," katanya.

Setelah pembentukan panitia, panitia kemudian rapat untuk memutuskan waktu Musda. Hasilnya, Musda akan dilaksanakan pada pertengahan Oktober. "Lain-lain masih akan dirapatkan secara internal," ujar Sihabuddin.

Termasuk tempat pelaksanaan, menurut Sihabuddin akan diputuskan kemudian. Hanya sejauh ini, kemungkinan besar Musda akan dihelat di Gedung Islamic Center. "Termasuk tanggalnya masih belum dipastikan," tambahnya.

Sementara mengenai kandidat ketua, Sihabuddin menolak memberikan komentar. Menurutnya, dirinya tidak berwenang membicarakan masalah tersebut. Sebab, pada Musda tersebut pengurus MUI akan dipilih oleh MUI seluruh kecamatan se-Kabupaten Probolinggo. "Sehingga yang berhak memilih adalah MUI kecamatan. Selain itu, masih terlalu dini membicarakan masalah (kandidat) itu," pungkas Sihabuddin. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177422

Tak Setuju Takbir Keliling

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
Menyemarakkan musala dan masjid dengan takbir pada malam lebaran adalah tradisi Islam. Bahkan termasuk hal yang diutamakan. Apalagi memeriahkan malam takbir. Merupakan hal yang dianjurkan. Namun tidak dengan cara takbir keliling.

Demikian disampaikan Ketua Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Kabupaten Probolinggo KH. Sihabuddin Sholeh. Menurut Kiai Syihabuddin, dari sisi keamanan takbir keliling cukup riskan dilakukan. Sebab hal itu terkait erat dengan nyawa. "Sisi keamanannya malah diabaikan," katanya.

Itu karena takbir keliling biasanya dilakukan dengan mengendarai kendaraan bermotor. Padahal, dengan demikian malam takbir justru kontra produktif. Sebab, jalanan dipenuhi para pemudik yang lalu lalang. "Kepadatan jalan meningkat. Sebaiknya tidak perlu takbir keliling," ujar Syihabuddin.

Selain itu menurutnya, takbir keliling lebih banyak berdampak negatif. Pasalnya, kendaraan yang digunakan biasanya truk dengan bak terbuka. Sementara pelaksana biasanya juga membawa sound system. "Banyak yang disalahgunakan. Bukannya untuk syiar, tetapi lebih banyak memutar musik dangdut. Bahkan ada yang berjoget dan membakar petasan. Lebih baik ditiadakan saja," tegasnya.

Karena itu FUIB kata Kiai Syihabuddin mengimbau agar masyarakat mengumandangkan takbir di masjid dan musala saja. "Atau dengan melaksanakan pawai obor di lingkungan masing-masing. Kegiatan semacam itu justru lebih memeriahkan malam takbir," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177421

35 CJH Batal Berangkat

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Sebanyak 35 CJH (calon jamaah haji) Kota dan Kabupaten Probolinggo dipastikan batal berangkat tahun ini. Itu diketahui setelah dilakukan rekapitulasi di hari terakhir masa pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH), kemarin (30/8).

Dari 35 CJH itu, sebanyak 10 orang berasal dari kota dan 25 orang dari kabupaten. Mereka adalah para CJH yang namanya masuk dalam kouta tahun ini. Tapi, karena alasan tertentu mereka tidak bisa berangkat.

Menurut Zulaikhah, Kasi Haji dan Umrah Kantor Kemenag Kota Probolinggo, dari 10 CJH itu punya alasan berbeda. Yakni, sebanyak 2 orang karena meninggal dunia dan 1 orang mengundurkan diri. "Sedangkan sisanya (7 orang), menunda keberangkatannya," jelasnya.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, pada 2010 ini, jumlah CJH dari Kota dan Kabupaten Probolinggo berjumlah 945 orang. Mereka berasal dari kota sebanyak 219 dan dari Kabupaten sebanyak 726 orang.

Mereka diberi waktu 19 hari kerja untuk melunasinya (BPIH)-nya, yakni 3-30 Agustus. Adapun besarnya biaya yang harus mereka bayar tahun ini adalah sebesar USD 3.432.

Apabila ada CJH yang tidak melunasi BPIH-nya sampai batas waktu yang telah ditentukan, maka mereka secara otomatis dinyatakan gagal berangkat tahun ini. Mereka secara otomatis akan masuk daftar tunggu tahun berikutnya.

Zulaikhah mengatakan, bagi mereka yang sudah melunasi BPIH-nya kemarin berkasnya sudah dikirim ke Surabaya. Itu, untuk dilakukan pemberkasan di kantor Kemenag wilayah Jawa Timur.

Menurutnya, selain masa pelunasan tahap pertama masih ada masa pelunasan tahap kedua. Tapi, itu tidak untuk mereka yang sudah masuk pada kouta pertama. Dan itu, diperkirakan akan dimulai pada (1/9) nanti. "Tahap kedua, ada waktu 6 hari masa pelunasan," ujarnya.

Sementara di Kabupaten Probolinggo ada 25 orang yang gagal berangkat dari jumlah 726 CJH. Mereka juga mempunyai asalah berbeda, di antaranya ada 2 orang masih berada di Malaysia dan ada yang karena istrinya hamil.

"Ada yang tidak siap berangkat, karena juga tidak bisa melunasi BPIH-nya," ujar Atok Illah, Kasi haji dan umrah Kemenag Kabupaten Probolinggo.

Ketentuannya sama, mereka CJH yang masuk kouta tahun ini tapi gagal, secara otomatis mereka tertunda pada tahun berikutnya. "Kalau tidak lunas, masuk waiting list tahun berikutnya," jelasnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177417

Pasar Baru Fair Jadi Incaran

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Demi memudahkan masyarakat memenuhi kebutuhan menjelang lebaran, Pemkot Probolinggo melalui Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) menggelar pasar baru fair, sore kemarin (30/8). Segala macam kebutuhan lebaran tersedia di pasar baru itu. Tapi, masyarakat menyayangkan pelaksanaan yang hanya sehari.

"Kok cuma satu hari saja? Harusnya satu minggu. Kalau sekarang saja belanjanya tidak cukup kasihan tetangga yang tidak tahu," gerutu Mila, warga Jrebeng Kidul setelah bertanya kepada salah satu stand yang menjual kue lebaran. Pasar baru hanya dimulai pukul 15.00 hingga 21.00.

Meskipun hanya sehari digelar, antusiasme masyarakat untuk berbelanja kebutuhan sangat tinggi. Sebelum acara dibuka Wali Kota Probolinggo Buchori, masyarakat sudah berebut ingin berbelanja. Pasalnya, di pasar fair yang diikuti lebih dari 60 perusahaan dan UKM (usaha kecil menengah) disuguhkan harga yang lebih murah dan terjangkau dari harga pasaran.

Kepala DPPKA Imam Suwoko mengatakan, perusahaan yang ikut pasar baru fair antara lain perbankan, UMKM, koperasi, home industri, sekolah, PHRI, pabrikan hingga asosiasi konstruksi. "Bentuk sajian aneka makanan, minuman, alat elektronik, sembako, kebutuhan rumah tangga hingga busana muslim. Kami juga membagikan beras untuk masyarakat miskin dan warga di sekitar pasar," ujarnya saat menyampaikan laporan.

Sementara itu, Wali Kota Probolinggo Buchori menuturkan sangat bangga atas peran serta para pengusaha di kota ini. Tempat hiburan pun ikut memeriahkan pasar baru fair dengan berjualan sembako atau kebutuhan lebaran lainnya.

"Perusahaan-perusahaan ini membantu pemkot untuk memenuhi kebutuhan lebaran bagi masyarakat dengan harga murah. Untuk mengurangi beban masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Jalan ini (Jl Niaga - Len Jelenan) saya minta tolong dimaksimalkan jalan ini untuk tempat kegiatan," kata Buchori. Usai acara ceremonial wali kota bersama muspida menyusuri pasar baru fair dan melihat barang-barang yang dijual. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177416

Baju Bekas pun Diburu

[ Selasa, 31 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Belanja pakaian menghadapi lebaran, tak harus baru. Simak saja pedagang pakaian bekas di Pasar Mangunharjo Kota Probolinggo yang beberapa hari terakhir omzet penjualannya meningkat.

Banyak warga yang datang mencari baju layak pakai dengan harga supermurah di Pasar Mangunharjo. "Meski tidak baru, yang penting bisa ganti baju," ujar Sodiq, seorang warga Jati kepada Radar Bromo, kemarin.

Menurutnya, lebaran memang identik dengan baju baru. Bila tidak memakai baju baru, seakan-akan lebarannya kurang pas. Padahal, ia tahu kalau hal itu tidak ada kewajiban dalam agama. "Entahlah, padahal itu tidak diwajibkan. Dan, yang penting kan bersih dan suci," ujarnya.

Sodiq mengaku untuk kebutuhan baju baru, dirinya sengaja tidak membeli baju yang benar-benar baru. Tapi, cukup membeli baju bekas. "Ini kan baru juga: baru saya miliki," ujarnya disusul tawa lebar. "Nggak, apa-apa saya pakai yang bekas, yang penting anak-anak," lanjutnya.

Sundari, salah seorang penjual pakaian bekas di Pasar Mangunharjo mengatakan, beberapa hari ini pembeli memang meningkat. Tapi, menurut pengalamannya, Ramadan kali ini omzet yang diraihnya tak sebagus tahun lalu.

Ramadan tahun lalu Sundari mengaku bisa dapat Rp 500 ribu perhari. Sedangkan saat ini berkisar antara Rp 200 - Rp 300 ribu. "Jadi, lebih bagus kemarin," ujarnya.

Tapi, itu tidak menghalangi Sundari untuk menaikkan harga jual dagangannya. Sebelum Ramadan sepotong pakaian harganya Rp 20 ribu, kini ia jual seharga Rp 25 ribu. "Harganya naik, karena kulakannya juga naik," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177415