Kamis, 30 September 2010

Tewas Usai Mandi dengan Suami

Kamis, 30 September 2010

Probolinggo - SURYA- Ny Kristina, 20, warga Desa Sumberkare Kec Wonomerto Kab Probolinggo, yang tengah hamil empat bulan, tewas tenggelam di waduk setempat, ketika mandi berduaan dengan suaminya, Sadul, 22, Rabu (29/9).

Tak seperti biasanya, Sadul mengajak istri mandi di waduk yang baru dibangun dua tahun lalu. Hanya berjarak sekitar 10 meter dari tempat mereka mandi, juga ada beberapa warga yang mandi di sungai. Tanpa ada firasat apapun, Sadul beranjak dari dalam sungai dengan posisi membelakangi istri, untuk meminjam sabun kepada warga lainnya. Namun, begitu menoleh ke belakang, Sadul kaget, melihat tangan istrinya dengan posisi melambai di atas permukaan air, sedangkan badannya dalam keadaan kecebur.

Awalnya, Sadul menduga istrinya hanya bercanda dengan bersembunyi di dasar air. Dia sempat memanggil nama istrinya berkali-kali dan berusaha menariknya ke atas permukaan air. Namun, karena aur air cukup kencang, Kristina terseret hingga ke dalam air. Setelah hampir lima jam dicari, jenazah Kristina ditemukan mengambang di hilir sungai dengan kondisi telanjang. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/30/tewas-usai-mandi-dengan-suami.html

DPRD Minta Sekolah Serahkan Ijasah Siswa

Kamis, 30 September 2010 | 07:13 WIB

PROBOLINGGO - Penahanan ratusan ijasah siswa di sejumlah sekolah negeri di Kota Probolinggo dikritisi sejumlah pihak. Apa pun alasannya, ijasah yang sudah sekian tahun ditahan itu harus “dibebaskan” dan diserahkan kepada siswa.

”Saya sedang mengumpulkan data, sekolah-sekolah mana saja yang menahan ijasah siswanya terkait belum lunasnya keuangan ke sekolah,” ujar Ketua Komisi A DPRD, As’ad Anshari, Kamis (30/9) pagi.

Politisi PKNU itu pun menelepon sejumlah yayasan yang membawahi lembaga pendidikan. ”Hasil pengecekan sementara, tidak hanya sekolah negeri. Sejumlah sekolah swasta di Kota Probolinggo juga menahan ijasah,” ujarnya.

Menurut As’ad sekolah tidak boleh terlalu lama menahan ijasah siswa. ”Harus segera dicari solusinya. Mosok siswa sudah tiga tahun belajar, setelah tamat tidak dapat apa-apa (ijasah, Red.),” ujarnya.

Meski mendesak pihak sekolah segera menyelesaikan kasus itu, As’ad masih bisa menoleransi jika ada sekolah yang menahan ijasah. ”Bisa saja penahanan ijasah itu bertujuan menghukum siswa yang malas, ujian dipaksa-paksa, dan dari segi ekonomi mampu,” ujar mantan kepala sekolah swasta itu.

Disinggung apakah tanggungan siswa yang ijasahnya ditahan itu bisa ditanggung APBD, As’ad mengatakan, mungkin saja. ”Tinggal menghitung, seberapa besar tanggungan semua siswa di Kota Probolinggo dan kemampuan APBD,” ujarnya.

Yang jelas, Komisi A DPRD bakal menggelar hearing dengan pihak sekolah, walimurid, dan instansi terkait. “Hearing kami gelar setelah data awal terkumpul,” ujar As’ad.

Sementara itu Ketua Dewan Pendidikan Kota Probolinggo, Wawan Edi Kuswandoro SSos MSi menilai, aneh kalau sekolah negeri sampai menahan ijasah siswanya. Apalagi sebagian besar siswa yang ijasahnya ditahan berasal dari keluarga miskin.

”Di sekolah kan ada BKSM (bantuan khusus siswa miskin) dan BKM (bantuan khusus murid),” ujarnya. Bahkan sekolah bisa menerapkan subsidi silang untuk membantu siswa dari keluarga miskin. Selama ini walimurid ikut membantu (menyumbang) keuangan sekolah.

Kasus tunggakan siswa ke sekolah, kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik), Maksum Subani memang harus segera diselesaikan. ”Saya tidak mengatakan bisa diputihkan, tetapi bisa ditinjau kembali. Misalnya kalau walimurid tidak mampu, ya mampunya bayar berapa misalnya separo. Kalau benar-benar sangat miskin, ya sudah digratiskan,” ujarnya.

Sementara Kepala SMKN 1, Sunardi mengatakan, ada sejumlah sebab mengapa ijasah tidak diambil. ”Selain faktor ekonomi, ada juga yang karena siswa langsung menikah, hingga telanjur sudah bekerja,” ujarnya.

Penahanan ijasah merupakan upaya agar siswa mau melunasi tanggungan keuangannya ke sekolah. ”Meskipun ijasah ditahan, mereka diberi fotokopi ijasah plus legalisirnya sehingga bisa digunakan untuk melanjutkan sekolah atau cari kerja,” ujarnya.

Bahkan pernah ada siswa yang mengikuti tes di sekolah Polri, butuh ijasah asli diberikan dengan membuat perjanjian, ijasah dikembalikan lagi ke sekolah. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=10f0b5fd3691a3a3b54bef11aa878b73&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Bandit Curat Probolinggo, Didor

29 September 2010, 17:26:32| Laporan Sentral FM Lumajang

suarasurabaya.net| Penjahat yang satu ini memang tidak mengira jika kebiasannya melacur malah menggiringnya masuk bui. Itulah nasib apes yang dialami HUSEN, 45 tahun, spesialis curat asal Desa Taman, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.

Rabu (29/09), pria yang dikenal sebagai penjahat spesialis pencurian motor dan pembobolan rumah ini, dibekuk petugas Satuan Reskrim Polres Lumajang. Dalam penangkapan ini, petugas akhirnya menghadiahi betis kanan tersangka dengans ebutir peluru yang ditembakkan dari moncong pistol organiknya.

Dalam kondisi kaki bolong, akhirnya tersangka pun diboyong ke Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang untuk menjalani perawatan medis atas luka tembak yang dialaminya.

Dari informasi yang dihimpun DIDI reporter Sentral FM Lumajang, disebutkan jika penangkapan itu dilakukan petugas saat bermaksud mengulangi kencannya dengan seorang PSK (Pekerja Seks Komersial) asal Desa Bedayu, Kecamatan Senduro.

Adalah AM, PSK yang tinggal di Dusun Blimbing yang merupakan langganan tersangka. Saat berniat menemui AM inilah, akhirnya petugas meringkusnya. Penangkapan itu dilakukan melalui penyanggongan cukup lama, karena sebelumnya tersangka memang telah menjadi target penangkapan.

“Tersangka ditangkap setelah sebelumnya kami mendapatkan bukti yang mengarahkan pada keterlibatannya dalam serangkaian aksi curat,” jelas AKP KUSMINDAR Kasat Reskrim Polres Lumajang ketika dikonfirmasi DIDI reporter Sentral FM Lumajang.

Bukti yang dimaksud, tidak lain adalah HP hasil aksi pencuriannya di wilayah Kecamatan Senduro. HP inilah yang berada di tangan AM, PSK yang menjadi langganan tersangka inilah, yang sebelumnya disita petugas.

HP itu ternyata dijadikan sebagai alat pembayaran kencan oleh tersangka kepada AM. Berawal dari temuan HP itu, akhirnya petugas pun melakukan pelacakan. Nah, ketika tersangka bermaksud mengulang kencannya dengan AM, barulah petugas melakukan penyergapan.

Menariknya, ketika petugas menyita HP itu dari tangan AM, wanita pemuas ini sempat syok setelah mengetahui jika pesawat selular itu merupakan hasil curian. Kontan saja, AM syok hingga menjalani perawatan di Puskesmas Senduro.

Terkait penangkapan terhadap tersangka HUSEN ini, AKP KUSMINDAR Kasat Reskrim menyatakan jika pihaknya masih berusaha mengembangkan dengan melacak keberadaan barang-bukti hasil curian lainnya.

“Termasuk juga, kami masih berusaha melacak kawanannya. Kami menduga tersangka ini gembong curat yang tidak hanya beraksi di Lumajang saja, melainkan sepak-terjangnya antarkota,” pungkas AKP KUSMINDAR.(her/tok)

Teks Foto :
-HUSEN spesialis curat ini akhirnya di dor Polisi.
Foto : Sentral FM.

Sumber: http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=835c36cb485cf4a5ef3e624d8df72eef201082923

Permintaan Meningkat, Panen Tembakau Terpuruk

Kamis, 30 September 2010

Jombang - Surya- Petani tembakau di Kabupaten Jombang, khususnya pada lima wilayah kecamatan di utara Sungai Brantas, musim ini mengalami kerugian total sekitar Rp 18,9 miliar lebih atau mendekati Rp 19 miliar.

Kerugian itu dipicu hujan salah mongso (hujan tidak pada musim penghujan), yang menyebabkan tanaman tembakau petani tergenang air, sehingga membusuk dan terpaksa dipanen sebelum waktunya.

“Itu meliputi petani di lima kecamatan sentra tembakau di utara Sungai Brantas. Yakni Kecamatan Ploso, Kabuh, Kudu, Plandaan, dan Kecamatan Ngusikan,” kata kata Munir Al Fanani, Sekretaris Komisi B DPRD. Komisi B (bidang perekonomian) DPRD Jombang melakukan peninjauan ke sejumlah lahan tembakau, di Kecamatan Kabuh dan Ploso, Rabu (29/9). Para wakil rakyat itu meninjau tanaman tembakau usia 100 hari yang tergenang air rata-rata setinggi mata kaki.

Sementara itu, para petani tembakau di Probolinggo mengaku, daun tembakau yang bisa dipanen kualitasnya menurun. Salah satu buruh tani, Amin, asal Desa Krampilan, Kecamatan Besuk kepada Surya menjelaskan, biasanya untuk daun tembakau yang masih mentah seberat 20 kilogram, jika dirajang menghasilkan tembakau 10 kilogram. Kini hanya hanya menghasilkan 5 kilogram.

Kepala unit gudang Paiton PT Gudang Garam Boy Jonathan ketika dikonfirmasi Surya melalui ponselnya tidak menampik terkait menurunnya kualitas tembakau para petani. “Si daerah Besuki (Situbondo) kualitasnya masih bagus. Kalau di sini, saya ikut prihatin karena ini memengaruhi kondisi ekonomi tujuh kecamatan,” katanya.

Di Kabupaten Probolinggo, ada 7.923 hektare areal tembakau yang tersebar di tujuh kecamatan yakni, Kecamatan Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Krejengan, Besuk, Gading, dan Kraksaan. Kebutuhan tembakau di Probolinggo meningkat menjadi 10.300 ton atau naik 14,4 persen dari tahun lalu.nuto/tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/30/permintaan-meningkat-panen-tembakau-terpuruk.html

Income Tertinggi dari Rawat Inap

[ Kamis, 30 September 2010 ]
RSUD Hearing dengan Komisi B

PROBOLINGGO - Setelah disoroti komisi C DPRD Kota Probolinggo soal sejumlah keluhan, kemarin manajemen RSUD Dr Mohammad Saleh berhadapan dengan komisi B DPRD setempat.

Kali ini yang menjadi bahasan dalam hearing bukan lagi keluhan tetapi pengelolaan manajemen keuangan rumah sakit.

"Kiranya melalui hearing ini kami bisa lebih mengetahui sistem pengelolaan keuangan di RSUD. Dan bagaimana selanjutnya RSUD bisa menjadi lebih baik," ucap Ketua Komisi B Sri Wahyuningsih.

Dibeberkan Wakil Direktur RSUD dr Ernowo anggaran belanja langsung RSUD TA (tahun anggaran) 2010 senilai Rp 18.489.690.000 dari total yang diusulkan Rp 17.021.620.000. Nilai tersebut belum termasuk DAK (dana alokasi khusus) dan cukai. Dari DAK RSUD mendapat Rp 3.080.000.000 (termasuk 10 persen dana pendampingan pemkot) dan cukai Rp 2.180.000.000. Jumlah keseluruhan Rp 5.260.000.000.

Sementara usulan dalam PAK (perubahan anggaran keuangan) biaya langsung sebesar Rp 29.624.400.167. Sedang yang terealisasi hanya Rp 25.663.380.138. "Usulan dari rumah sakit meningkat mengingat pendapatan kami meningkat," tutur dr Ernowo saat hearing bersama komisi B, siang kemarin.

Pendapatan RSUD saat PAK Rp 22.727.120.000 dan target sudah tercapai bulan Agustus lalu. Sumber pendapatan rumah sakit antara lain berasal dari administrasi karcis, tindakan operasi, rawat jalan, rawat inap, obat-obatan, askes, laboratorium, radiologi, ambulans, parkir, dan jaminan kesehatan. Income tertinggi setiap tahunnya didapat dari rawat inap Rp 5.247.000.000, obat-obatan Rp 5.060.000.000 dan tindakan operasi Rp 1.650.000.000.

Dokter Ernowo yang mewakili manajemen rumah sakit juga menjelaskan bahwa sejak tahun 2010, rumah sakit tidak lagi swadana tetapi menjadi SKPD (satuan kerja perangkat daerah). "Ke depannya diharapkan RSUD bisa menjadi BLUD (badan layanan umum daerah), kalau sudah BLUD pengelolaan keuangan bisa sendiri," ucapnya.

Ditegaskan juga oleh Ernowo bahwa DAK dan cukai tidak masuk pendapatan RSUD tetapi ke PAD pemkot. DAK digunakan untuk alat-alat kedokteran sedangkan cukai khusus untuk peralatan operasional yang berhubungan dengan rokok.

Diperjelas Kabag Perencanaan dan Pembangunan di RSUD dr Taufik bahwa penggunaan anggaran dari DAK dan cukai sudah ada peruntukkannya dan RSUD tidak boleh mengubah. Misalnya saja dari DAK 2010 sudah dibelanjakan kebutuhan operasional di kelas 3 dan pembelian tempat tidur.

"Kami sudah belanjakan untuk peralatan kesehatan anak dan perlengkapan lainnya. Dana sekitar Rp 2 M (dari cukai) untuk peralatan-peralatan berkaitan penyakit akibat dampak rokok," terang suami anggota DPRD komisi Farina Churun Inin yang saat itu ikut hearing.

Hearing di ruang rapat paripurna itu juga mengundang Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Imam Suwoko. Menurutnya, TA 2010 ini RSUD menjadi SKPD, sama dengan SKPD di lingkungan pemkot lainnya.

"Telah disediakan up (uang persediaan) untuk RSUD sebesar Rp 1,5 M untuk belanja urgent misalnya jasa medis, makanan dan minuman pasien atau obat-obatan. Dengan up itu RSUD diberi keleluasaan," kata Imam.

Sempat terjadi beda pendapat dalam hearing, DPPKA menyatakan dengan up Rp 1,5 M RSUD bisa segera mencairkan dana untuk belanja urgent. Tapi, menurut Ernowo proses yang terlalu rumit menjadi masalah dalam pencairan dana.

"RSUD kan punya mekanisme lain yang berbeda dengan SKPD lainnya. Kendala kami di plafon anggaran, apabila ada kebutuhan ternyata plafon anggaran habis ya menunggu pengajuan lagi," ujar Ernowo.

Imam Suwoko pun menanggapi bahwa sebenarnya prosesnya cepat dan bisa dicairkan. "Swadana atau tidak, SPJ (surat pertanggungjawaban) harus tetap ada. SPJ ini sifatnya wajib dan tidak bisa ditawar," tegas Kepala DPPKA.

Rumitnya pencairan dana pada saat kasus jasa medik (jm) yang tertunda memunculkan kecurigaan anggota komisi B. Namun diharapkan dengan kondisi keuangan rumah sakit tidak akan terjadi hal yang sudah terekspose di media.

"Kami ini merasa miris dan sangat prihatin. Bagaimana bisa rumah sakit kehabisan obat atau tidak bisa beli sarung tangan dan masker. Mudah-mudahan tidak ada kesan seperti itu lagi. Mari di evaluasi bersama dan dilakukan ke depan agar lebih baik," terang anggota komisi B Murniati Rahayu.

Persoalan itu akhirnya ditanggapi Ernowo bahwa masalah itu terjadi karena RSUD mendapat dana tidak sesuai dengan usulan. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182138

Nur Subiyanto, CJH Kota Probolinggo dengan Risiko Kesehatan Tinggi

[ Kamis, 30 September 2010 ]
Terserang Stroke, Tetap Ingin Berangkat

Sejumlah calon jamaah haji (CJH) asal Kota Probolinggo dinyatakan Risti (Risiko Tinggi) karena kesehatannya. Salah satunya adalah Nur Subiyanto, 54, warga Jl Basuki Rahmad, 29. Dia menderita stroke sejak 2005 lalu. Sampai kini sakitnya belum sembuh, tapi ia tetap berniat ke tanah suci.

RUDIANTO, Probolinggo

Selasa (28/9) lalu, ratusan CJH asal Kota Probolinggo memadati alun-alun kota. Mereka melaksanakan manasik masal untuk kali terakhir sebelum berangkat ke tanah suci November nanti.

Dengan pakaian ihram lengkap, para CJH itu melakukan setiap tahapan-tahapan haji. Runtutan kegiatan dilaksanakan sambil menghafal doa-doa. Seperti niat umrah, ihram/haji. Mereka juga memeragakan cara tawaf, sa'i, jumrah dan rangkaian ibadah haji lainnya.

Dari ratusan CJH itu, ada salah seorang yang terlihat lain dari pada yang lain. jalannya agak pincang dan sekali-kali menggandeng tangan seorang perempuan di sebelahnya. Dialah Nur Subiyanto yang terlihat sering menggandeng tangan istrinya, Endang Supiyati.

Bapak dua orang anak itu menderitak stroke sejak 23 Agustus 2005 lalu. Waktu itu, tiba-tiba saja tangan kirinya tidak bisa digerakkan. Bahkan, wajahnya pun berubah agak mencong. Hal itu, berlanjut kepada kaki kirinya yang juga sulit digerakkan.

Mendapati hal tidak mengenakkan itu, Nur langsung memeriksakan diri ke dokter. Ternyata, dokter memvonis Nur telah terserang stroke dan harus opname. Saat itu pula, ia langsung berobat di RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo dan opname selama 6 hari.

Selama hampir sepekan nginap di RSUD Moh Saleh, Nur tidak mengalami banyak perubahan. Dokter pun menyarankan untuk melakukan perawatan di Surabaya. Akhirnya, Nur memutuskan untuk berobat ke RSUD dr Soetomo Surabaya.

Tak tanggung-tanggung, Nur menjalani opname selama 30 hari. Tapi, lagi-lagi tidak banyak hasilnya. Karena itulah, akhirnya Nur pulang dan menjalani rawat jalan. "Tidak ada perubahan, tangan dan kaki tetap tidak bisa digerakkan," ujar mantan karyawan PT Kertas Leces itu.

Meski berobat kesana-kemari belum ada hasilnya, bukan berarti Nur putus asa. Ia masih tetap berusaha sembuh dari penyakitnya. Ia pun menjalani berbagai macam terapi. Bahkan, pada 2007 ia sampai menjalani terapi di Kraksaan selama 100 hari. Tapi, lagi-lagi belum ada perubahan.

Karena sudah tidak ada hasil yang memuaskan, akhirnya Nur memilih kembali sepenuhnya kepada Allah. "Akhirnya, berserah diri kepada Allah dan diet. Tidak makan makanan yang mengandung kolesterol. Dengan seperti itu, akhirnya lebih baik. Hati lebih tenteram," ujarnya.

Meski penyakitnya tak sembuh-sembuh, keinginannya untuk menunaikan ibadah haji makin membuncah. Buktinya, pada 2007 selain melakukan terapi atas kesembuhan penyakitnya. Nur juga mendaftarkan diri bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji.

Sejak itu pula, nama Nur dan istrinya tercatat sebagai salah satu CJH. Setelah menunggu selama 3 tahun, akhirnya nomor porsinya katut untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. "Kesempurnaan Islam" jawabnya, ketika ditanya apa motivasinya menunaikan ibadah haji dengan kondisi fisiknya sekarang.

Meski kondisi fisiknya sungguh sangat tidak fit, tapi kebesaran hatinya telah menyakinkannya untuk bisa melakukan rukun islam yang ke lima itu. Padahal, ibadah haji sangatlah berkaitan dengan kondisi fisik.

Tapi, Nur tidak gentar untuk menghadapi itu. Ia mengaku sudah siap dengan segala risikonya. Termasuk, ketika harus berjuang melakukan setiap ibadah yang akan dilakukan di Makkah nanti. "Saya pasrahkan kepada Allah, dengan seperti itu hati saya bisa lebih lapang. Yang penting itu ikhlas kepada Allah, pasti ditolong oleh Allah," ujarnya.

Laki-laki yang dilahirkan di Jogja, 27 Desember 1953 lalu itu mengaku, dirinya bisa menunaikan ibadah haji itu bukan karena siapa-siapa. Tapi, keinginan dan dorongan yang kuat dari putra putrinya yang kini sudah menjadi orang-orang sukses.

Tak hanya itu, ayah dari Doni Lukman Hakim, 32, dan Ani Nurhayani, 30, itu mengaku sangat berterima kasih kepada teman karibnya, Suparmo. Karena, dia juga telah banyak membantu atas ibadah yang akan diikutinya tahun ini. "Kalau manasik, terkadang saya bersama dia," ujarnya.

Semakin dekatnya jadwal keberangkatannya, Nur pun mengaku sudah memersiapkan segalanya. Tapi, yang lebih diutamakan adalah tetap menjaga kesehatannya. Selain masalah kesehatan, Nur juga sudah memersiapkan apa yang hendak dibawa ke Makkah. "Pengetahuan ibadah haji dan perlengkapan untuk ibadah," ujarnya.

Selain itu, laki-laki yang menikah pada 1976 lau itu, juga sudah memersiapkan pakaian yang hendak dibawanya ke Makkah. Utamanya baju ihram yang memang jelas-jelas akan dibutuhkan nanti. "Tapi, masih belum dimasukkan koper karena belum dapat koper," ujarnya.

Dalam melaksanakan ibadah haji ini, Nur megaku tak berharap banyak. Meski kini ia sedang dalam keadaan sakit yang telah dideritanya bertahun-tahun. Harapan utamanya, bukan kesembuhan penyakitnya itu.

Tapi, ia lebih berharap menjadi haji mabrur dan lebih bertakwa kepada Allah. "Motivasi saya, karena ingin menyempurnakan rukun Islam. Yang terakhir penyakit bisa sembuh, yang itu terakhir saja," ujarnya. "Kalau masalah kesembuhan, itu bukan motivasi. Sebab, kalau nanti datang ternyata tidak sembuh bisa tambah makin ngenes," lanjutnya. (nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182132

Tewas Tertimpa Batu

[ Kamis, 30 September 2010 ]
KRUCIL - Tragis benar nasib Sunarjo, 50, warga Dusun Suko Desa Senang Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Selasa (28/9) lalu sekitar pukul 16.00 Sunarjo tewas setelah tubuhnya kejatuhan baru besar.

Sehari-harinya Sunarjo memang bekerja sebagai pencari batu kali di samping menjadi buruh tani. Di ujung hidupnya, Sunarjo bekerja mencari batu di sungai di desa setempat. "Sedang cari batu, Mas. Di sungai itu ada tebingnya juga," ujar Zainuddin, 35, warga setempat kemarin.

Menurut Zainuddin, Sunarjo biasanya mencari batu di tengah sungai. Jika mendapat batu, Sunarjo akan menaruh batu itu di bibir sungai. Kemudian dia mencari batu lagi. Batu yang didapat itu ditumpuk lebih dulu. "Baru kemudian dibawa pulang," tutur Zainuddin.

Peristiwa itu sendiri berlangsung cepat. Menurut Zainuddin, saat berada di bibir sungai, mendadak ada batu yang jatuh dari ketinggian sekitar 25 meter. Dan batu yang jatuh itu berukuran cukup besar.

Itu pun bukan hanya satu batu. Tapi ada beberapa. Salah satu batu kemudian mengenai kepala Sunarjo. Ukuran batu yang mengenai kepala Sunarjo diperkirakan berdiameter sekitar 70 cm. "Kepalanya hancur, Mas," kata Zainuddin.

Karena parahnya luka pada kepala Sunarjo, warga sekitar saat itu sampai tak kuasa melihat. Mereka hanya bisa menunggu petugas Polsek Krucil datang untuk melakukan evakuasi dan olah TKP (tempat kejadian perkara).

Setelah dievakuasi, mayat Sunarjo dipulangkan ke rumah duka. Jasad lelaki itu kemudian dimakamkan di pemakaman desa setempat.

Kasatreskrim Polres Probolinggo AKP Heri Mulyanto saat dikonfirmasi kemarin menyatakan pihaknya saat ini mencari sebab jatuhnya batu itu. "Kami cari tahu sebabnya dulu. Saya khawatir kondisi tebing itu berisiko bagi warga. Yang jelas (kematian Sunarjo) ini murni kecelakaan," ujar Kasatreskrim. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182131

Hamil 4 Bulan, Tewas di Embung

[ Kamis, 30 September 2010 ]

WONOMERTO -Warga dusun Pelan Kerep, Desa Sumberkare Wonomerto Kabupaten Probolinggo geger oleh tewasnya seorang warga setempat, Kristina, 20. Wanita yang tengah hamil empat bulan itu kemarin tewas setelah tenggelam di embung (waduk) desa setempat.

Dari informasiyang dihimpun Radar Bromo pagi kemarin sekitar pukul 09.30 Kristina beraktivitas cuci dan mandi di pinggiran embung itu bareng suaminya, Sadul, 22. Tiba-tiba di tengah aktivitas itu, Kristina terpeleset dan tenggelam dalam embung. "Korban (Kristina) sedang mandi, tiba-tiba terpeleset," kata Ismail, salah satu warga di TKP (Tempat Kejadian Perkara).

Ceritanya, saat itu Sadul meninggalkan istrinya sejenak untuk minta sabun pada warga lain yang juga berada di embung. Tapi, saat kembali Sadul melihat istrinya sudah tidak ada di tempatnya semula.

"Sadul langsung menceburkan diri ke dalam air," jelas Ismail. Sadul berusaha mencari sendiri keberadaan istrinya. Sejak itu warga yang berada di embung langsung geger. Beberapa orang ikut menceburkan diri ke dalam embung untuk mencari Kristina.

Tapi, yang dicari tak kunjung ditemukan. Sadul yang tak berhasil menemukan istrinya keluar dari air dengan wajah kebingungan. Di puncak kepanikannya, Sadul jatuh pingsan.

Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Wonomerto. Tak lama, petugas berdatangan. Setelah melihat ketinggian air dalam embung, Kapolsek Wonomerto AKP Kusmidi langsung menghubungi tim SAR (Search and Rescue) Kabupaten Probolinggo.

"Kami lansung minta bantuan dari SAR," jelas Kapolsek. Dalam hematnya, pencarian harus dilakukan tim SAR karena kedalaman embung. Pencarian tidak bisa dilakukan dengan cara tradisional. Butuh peralatan selam.

Sambil menunggu tim SAR, warga sempat berinsiatif membuka saluran pembuangan air embung. Tujuannya agar air di embung cepat surut hingga bisa lebih mudah menemukan tubuh Kristina.

Tapi, langkah itu dirasa tak memungkinkan. Embung itu seluas sekitar 2 hektare. Butuh waktu lama untuk menguras airnya. "Sehari tidak cukup untuk menghabiskan air ini," kata AKP Kusmidi.

Berikutnya ada sekitar 30 orang warga yang rela menyelam lagi untuk mencari Kristina. Tapi, upaya itu pun tak membuahkan hasil.

Saranda salah satu warga yang ikut menyelam, mengatakan bahwa kesulitan tertinggi adalah mencari korban di pintu keluar air. "Bahaya, bisa-bisa saya juga ikut terhisap," terangnya.

Sementara, keluarga korban datang ke lokasi. Salah satunya adalah Abu Subroto, ayah Kristina. Dia berharap-harap cemas karena tim SAR tak kunjung datang. "SAR-nya mana, dari mana SAR-nya itu..." kata Subroto cemas.

Tak hanya Subroto yang cemas dan panik, tapi juga warga sekitar. Ada yang mengusulkan agar mendatangkan personel TNI AL dari Grati. "Lebih baik SAR milik AL saja," ujar salah satu warga.

Sedangkan di kediaman korban, Tiarmi, ibu Kristina menangis histeris setelah mendengar nasib putrinya. "Cepat ambil tampar, ambil anak saya," ungkap Tiarmi sambil menangis dan meronta-ronta.

Di TKP, sekitar pukul 14.00 tim SAR datang. Seorang personel turun menyelam. Tapi, tidak membuahkan hasil. Akhirnya sejumlah warga turun lagi menyelam. Sekitar pukul 15.00, warga berhasil menemukan tubuh Kristina.

Wanita itu ditemukan sudah tak bernyawa. Tubuhnya pucat pasi. Selanjutnya, jasad wanita yang terhitung masih pengantin baru itu dipulangkan ke rumah duka. Jasadnya disambut tangis keluarganya. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182129

Dewan Setuju UPM Jadi PTN

[ Kamis, 30 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Universitas Panca Marga (UPM) Probolinggo sedang dalam usaha mengubah statusnya menjadi sebuah perguruan tinggi negeri (PTN). Setelah mengantongi persetujuan bupati, kampus yang berlokasi di Dringu Kabupaten Probolinggo itu kini meminta persetujuan dari DPRD setempat.

Untuk itu, kemarin (29/9) jajaran rektorat UPM dan yayasan yang menaungi universitas tersebut datang ke gedung DPRD. Tujuan mereka adalah untuk meminta persetujuan DPRD.

Hal itu dilakukan karena persetujuan dewan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi PTN. Selain persetujuan dewan, syarat lainnya adalah peretujuan dari pemkab. "Petunjuk Mendiknas, harus mengantongi surat persetujuan dari pemda dan DPRD setempat," kata Rektor UPM Ngatimun saat ditemui di gedung dewan kemarin.

Menurut Ngatimun, Februari lalu UPM telah mengirim surat ke Mendiknas soal permohonan menjadi PTN. Lalu UPM mendapat surat balasan berisi petunjuk agar mendapatkan persetujuan dulu dari pemda dan DPRD setempat.

Ngatimun kemudian menjelaskan langkah yang telah dilakukan pihaknya dengan syarat tersebut. Dikatakannya, saat ini pihaknya telah mengantongi surat persetujuan dari Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin. "Sekitar dua hari yang lalu surat dari bupati sudah kami dapatkan. Dan sekarang surat itu di tangan kami," ujarnya.

Dan kemarin pihak UPM mendatangi gedung dewan. "Tujuannya sharing dan meminta persetujuan dari dewan," kata Ngatimun. Di gedung dewan, rektorat dan yayasan UPM ini ditemui Wakil Ketua DPRD Wahid Nurrahman dan jajaran komisi D.

Kata Ngatimun, pada prinsipnya semua kalangan dewan mendukung rencana UPM menjadi PTN. Karenanya dalam dengar pendapat kemarin dalam hearing dewan pun menyatakan telah siap memberikan surat persetujuan.

Wahid Nurrahman mengatakan tidak ada alasan bagi dewan untuk menolak rencana UPM menjadi PTN. Karena itu, kata Wahid, DPRD bersedia memberikan surat persetujuan. "Jika nanti UPM menjadi universitas negeri, maka akan ada multiplier effect yang positif bagi Kabupaten Probolinggo," kata Wahid.

Hal yang sama disampaikan Sekretaris Komisi D Amin Haddar. Menurutnya, dengan status UPM sebagai universitas negeri jelas akan membawa dampak positif bagi Probolinggo ke depan. "Kelak, akan semakin banyak mahasiswa luar kota yang kuliah di sini. Tetapi mahasiwa asal Probolinggo harus diprioritaskan," ujarnya.

Anggota dewan lainnya, Husnan Taufik, menyatakan hal senada. "Kami merespons positif kalau memang segala sesuatunya telah terpenuhi," ungkapnya. (qb/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182128

Rabu, 29 September 2010

Peletakan Batu Pertama Di Rusunawa Brantas

Selasa, 28 September 2010

Walikota Probolinggo, H. M. Buchori dan Wawali, H. Bandyk Soetrisno bersama Wakil Rakyat, Muspida, Pejabat Pemerintah Kota Probolinggo, Kontraktor pelaksana PT. Gariand Niagatama-Jakarta dan Konsultan PT. Graha Sindo Cipta Pratama, kemarin (27/09) bersama-sama menghadiri acara peletakan batu pertama, pembangunan twin blok dua Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa). Lokasi rusunawa ini terletak di Jalan Brantas.

Menurut rencana awal, pembangunan rusunawa ini terbagi menjadi 2 lokasi, satu di jalan Brantas, dan satunya lagi berlokasi di daerah Jalan Raden Fatah (Jalur Lingkar Utara). Namun setelah diadakan pengukuran lahan ternyata kurang 10 meter. Lahan yang dibutuhkan untuk satu twin blok rusunawa sekitar panjang 118 meter dan lebar 29 meter. “Sebelumnya memang akan dibangun di dua tempat. Tapi, dalam perjalanannya ternyata tidak memenuhi syarat. Akhirnya dipindah di sini (jalan brantas) dan itupun mendadak. Saya ditelpon waktu sedang ada di Jogjakarta. Dapat laporan via telepon, saya tidak ingin menghambat, dan saya perintahkan dilanjutkan.” Tutur Walikota Probolinggo.

Dalam Laporan Ketua Tim Komunitas Penyiapan Rusunawa, H. Agus Subagyono, Assisten Pemerintahan disebutkan bahwa anggaran pembangunan rusunawa ini berasal dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Dua Rusunawa punya anggaran yang berbeda. Rusunawa Probolinggo I dianggarkan Rp. 12.030.000,- sedangkan Rusunawa Probolinggo II sebesar Rp. 12.901.000,-.

Rusunawa yang diperuntukkan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Buruh Pabrik ini, berjumlah 96 unit, ditambah 2 unit untuk penyandang cacat. Juga disediakan ruang komersial sebanyak 5 unit (musholla, ruang serbaguna, ruang pengelola dan ruang parkir motor). Ukuran hunian type 24 yang didalamnya terdapat ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur kitchen zink, lantai beton, keramik dan area jemur.

Fasilitas yang diperoleh antara lain listrik berdaya 900 watt, PDAM, pembuangan sampah di tiap lantai, tangga utama, tangga darurat, taman (ruang terbuka hijau) dan jalan khusus bagi penyandang cacat. Spesifikasi teknisnya, bangunan ini menggunakan pondasi sumuran, beton precast, keramik putih, kusen aluminium, daun pintu calsiboard, rangka aluminium finish cat. Untuk dinding batako diplester lalu dicat, rangka atap galvalum (baja ringan) dan penutup atap metal roof.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=350&Itemid=1

Monitoring Penanggulangan Kemiskinan

Selasa, 28 September 2010

Dalam rangka upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Probolinggo melakukan Monitoring Penanggulangan Kemiskinan. Monitoring dilaksanakan selama tiga hari yang dimulai hari Rabu (22/9) sampai hari Jumat (24/9).
Hari pertama, monitoring dimulai diruang kerja Lurah Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan. Acara dihadiri sekitar 40 orang, yang terdiri dari masyarakat kelurahan Mangunharjo, tim PNPM PK (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan), KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Pemkot dan tim perwakilan dari Pemkot.

Sebagai tim wakil dari Pemkot, Kabid. Ekonomi BAPPEDA, Retno Feby Hariyanti, Kabid. Sosial Budaya, Triani Prawati, beserta beberapa staf BAPPEDA, Kabid Pemukiman dan Perumahan, Amin Fredy serta Inspektorat, Abdul Rasyid, melakukan wawancara dan peninjauan kelokasi kepada warga yang telah mendapatkan sumbangan dari Pemkot.

Di kelurahan Mangunharjo Retno Febiyanti memberikan pengarahan yang kemudian dilanjutkan oleh Lurah Mangunharjo, Roby Susanto, “Ibu – ibu, Bapak – bapak yang saya hormati, supaya mempergunakan bantuan dari Pemerintah seoptimal mungkin dan selalu bekerjasama dengan pemerintah ikut menanggulangi kemiskinan dengan begitu kita bisa hidup makmur”, tuturnya.

Kemudian acara dilangsungkan dengan sesi tanya jawab. Sesi dibuka dengan pembacaan nama – nama penerima sumbangan dari pemerintah, diantaranya, Haniyeh yang telah menerima Rumah tidak layak huni, Ramlan, dengan penerimaan pinjaman kredit dari Diskoperindag, Syukur dan Totok menerima sumbangan kambing serta Heri yang menerima sumbangan bibit ikan yang telah siap untuk membudidaya serta mengembangkannya.

Kunjungan dilanjutkan ke Kelurahan Kebonsari dengan perihal kunjungan yang sama yaitu mendengar keluhan, pendapat dan masukan dari masyarakat tentang bantuan yang telah diterimakan sesuai dengan kriteria kemampuan ekonomi yang telah ditetapkan oleh tim surveyor Pemkot Probolinggo.

Tidak kalah ramai dan antusiasnya dengan hari pertama, hari Kedua tim melanjutkan kunjungan ke Kelurahan Wonoasih. Di hari kedua ini (23/9) turut hadir Wakil Walikota H. Bandyk Soetrisno, membuka pertemuan dan menyampaikan beberapa kata, “Gimana kambing yang telah diberikan, apakah tambah gemuk atau kurus, Saya harap semua bantuan yang telah diberikan bisa dijaga dan dimanfaatkan sebaik – baiknya untuk memenuhi kebutuhan”, ungkapnya.

Setelah dari Kelurahan Wonoasih, kunjungan berlanjut ke Kelurahan Kedopok. Beberapa masyarakat yang telah menerima bantuan dari Pemkot, diantaranya, IbuEvi, Nancy, Amik, dan ibu Kerti. Semuanya mengucapkan terima kasih ke Pemkot, karena dengan bantuan yang telah diberikan bisa mengurangi beban hidup, seperti ibu Evi, yang mendapatkan pinjaman dana dalam mengembangkan usaha warung makan yang terletak di jalan Mastrip. Selain itu Evi mengharap pemerintah bisa memberikan dana pinjaman yang lebih besar lagi dengan bunga tetap 0,5%.

Jumat (24/9), hari ketiga Monitoring Penanggulangan Kemiskinan telah berjalan dengan baik. Monitoring dilaksanakan dikelurahan Pilang. Retno Feby Hariyanti menyampaikan, “Tujuan kedatangan tim ini adalah untuk melakukan pembinaan bukan pemeriksaan, sehingga dengan begitu kita dapat menyampaikan aspirasi masyarakat terhadap bantuan yang telah diberikan ke Walikota. Siapa tahu ada kesan dan pesan yang perlu ditidaklanjuti kedepannya”, tegasya.
Sesi kesan dan pesan dibuka dengan masukan Bu Sunai, sebagai penjual jamu keliling, pada tahun 2009 telah mendapatkan pinjaman sebesar 5 Juta dengan jaminan BPKB sepeda motor. “saya sangat senang dengan bantuan yang telah diberikan oleh Pemkot / Diskoperidag sebagai motornya, saya sangat berharap kalau dana yang telah diberikan dapat ditambah lagi untuk pengembangan usaha saya’, imbuhnya.

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=349&Itemid=1

Ruilslag Kampung Dok Belum Didok DPRD

Rabu, 29 September 2010 | 08:01 WIB
Kampung Dok

PROBOLINGGO - Ruilslag tanah di Kampung Dok, Kel. Mayangan, Kota Probolinggo belum disetujui Pansus II DPRD karena tanah pengganti bermasalah.

Pansus II baru menyetujui proses ruilslag tanah yang kini ditempati SDN 1, 2, 3 Wiroborang, Kec. Mayangan dengan tanah yang kini digarap Sukarman.

“Tanah untuk SD 1, 2, 3 Wiroborang sudah atas nama Pemkot. Sukarman selaku pemilik tanah sudah menggarap lahan pengganti. Pansus pun setuju dengan proses ruilslag tanah yang digunakan ketiga SD itu,” ujar Ketua Pansus II DPRD, As’ad Anshari, Rabu (29/9) pagi tadi.

Tetapi untuk proses ruilslag tanah di Kampung Dok, kata As’ad, belum bisa didok (disetujui). Pansus II DPRD mencium ada gelagat sejarah kepemilikan tanah yang kini diajukan untuk ruilslag itu bermasalah.

“Kami sudah mengundang mereka yang menempati, ada 5 KK (kepala keluarga) yang mengaku kalau mereka membeli tanah itu. Tetapi ketika ditanya kepada siapa belinya, kompak pada bilang lupa, tidak tahu dan mereka bukan pembeli tangan pertama,” ujar politisi PKNU itu.

Pansus II DPRD juga mendapatkan informasi, ada orang yang sengaja mengapling tanah milik Pemkot Probolinggo tersebut. “Ya buktinya ada yang mengaku membeli tanah tersebut dari seseorang,” ujarnya.

Padahal tanah yang terletak di Jl Cumi-cumi itu jelas-jelas bersertifikat atas nama Pemkot Probolinggo. Karena alasan proses peralihan kepemilikan tanah bermasalah, Pansus pun akan bersikap hati-hati. “Artinya kami belum mau menyetujui proses ruilslag tanah tersebut,” ujar As’ad.

Yang membingungkan Pansus II, sejumlah warga mengaku, sudah mengantongi sertifikat tanah aset Pemkot Prbolinggo itu. Sedangkan puluhan warga mengaku belum mengajukan sertifikat atas tanah yang ditempatinya puluhan tahun silam.

Untuk melacak sejarah tanah, Pansus II perlu mengetahui, siapa yang mengkapling tanah milik Pemkot Probolinggo itu. “Mengapa tanah aset bisa diperjual-belikan tanpa prosedur pelepasan tanah aset lebih dulu?” ujarnya.

Disinggung berapa luas tanah Pemkot Probolinggo yang kini ditempati warga di Kampung Dok, As’ad mengaku, tidak tahu persis. “Wong asal-usul tanahnya saja masih kabur, apalagi luasnya,” ujarnya.

Meski sejarah tanah masih menyimpah masalah, sisi lain Pansus II tetap membahasnya. Kini pembahasan di Pansus II sudah masuk materi lahan pengganti yang disiapkan warga. Sejumlah warga Kampung Dok urunan (patungan) membeli tanah di Kel. Kedungasem, Kec. Wonoasih, Kota Probolinggo sebagai tanah pengganti.

Sementara itu Kabid Aset pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Rachmadeta Antariksa didampingi Kabag Humas dan Protokol, Rey Suwigtyo mengatakan, warga Kampung Dok tidak pernah membeli tanah ke Pemkot. “Yang jelas, sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5/1974, desa punya otonomi sendiri. Salah satunya ada tanah bengkok yang menjadi hak desa,” ujarnya.

Deta –panggilan akrab Rachmadeta Antariksa menambahkan, setelah desa diubah menjadi kelurahan maka tanah bengkok itu menjadi aset pemerintah kota. Nah, permasalahan ini diduga sebagai peninggalan masa lalu.

“Kami menunggu rekomendasi dari Pansus DPRD. Kalau rekomendasinya digusur, akan kami gusur, tapi kan belum sampai ke situ,” ujarnya.

Seperti diketahui, DPRD kini “panen” pengajuan persetujuan ruilslag tanah. DPRD pun membentuk dua Pansus yakni, Pansus I diketuai Yusuf Susanto membahas ruilslag tanah di Jl. M.T. Haryono Gang VB, Kel. Jati, Kec. Mayangan.

Kedua, Pansus II yang diketuai As’ad Anshari membahas ruilslag tanah yang ditempati SDN 1, 2, 3 Wiroborang dan ruilslag tanah di Kampung Dok, Mayangan. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=09f8576d6c939f70a7e63277150b0ed9&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Tak Puas Layanan Di Ranjang

Rabu, 29 September 2010

Istri Disiram Minyak Goreng
PROBOLINGGO - SURYA-
Wajah Ny Sutina, 30, warga Dusun Kolak Krajan, Desa Wringin Anom, Kec Tongas, Kab Probolinggo, kini tak secantik dulu lagi. Ibu tiga anak ini wajahnya rusak akibat disiram minyak goreng panas oleh Suhud, 40, sang suami.

Tragedi memilukan itu terjadi, Sabtu (25/9) sekitar pukul 22.30 WIB. Ceritanya, malam itu, Suhud yang baru datang dari bepergian, mendadak berhasrat berhubungan badan dengan istri. Saat itu, Ny Sutina sedang tidur di kamar bersama Atus Soleha, putri bungsu yang baru berusia 3,5 tahun.

Melihat istri tidur pulas, Suhud tidak bisa menahan diri. Ia membangunkan perempuan yang telah dinikahinya belasan tahun itu. Rupanya Ny Sutina benar-benar lelah hari itu. Rasa kantuknya tak dapat dibendung. Ia mencoba menolak ajakan suami dengan halus.

Namun, Suhud tak dapat mengendalikan diri. Ia tetap memaksa istrinya bangun dan melayaninya. “Ya, saya layani, pak. Tapi, saya pasif, karena saya lelah dan mata saya tidak bisa dibuka. Waktu itu saya benar-benar ngantuk,” aku Ny Sutina saat ditemui di rumahnya.

Usai bersenggama, sang suami menuju ke dapur. Sangking ngantuknya, Ny Sutina tidur lagi, sehingga ia tak tahu apa yang dikerjakan suami di dapur. Namun, sayup-sayup ia mendengar suaminya menggoreng sesuatu. ”Saya kira dia menggoreng nasi. Eh nggak tahunya, memanasi minyak goreng. Lantas minyak panas itu disiramkan ke wajah saya, sambil berucap: Polahe sing ayu,” ujar Ny Sutina.

Mendapat serangan mendadak, Ny Sutina yang dalam posisi telentang di tempat tidur tidak dapat menghindar. Segelas minyak goreng panas membakar wajahnya. Tentu saja Ny Sutina mengerang kesakitan. Ia menjerit sekuat tenaga hingga membangunkan para tetangga. “Tidak hanya saya yang kena, anak saya pun kecipratan. Ini perut, pipi, dan pahanya melepuh,” jelas Sutina seraya menunjuk luka di tubuh anaknya.

Melihat wajah Sutina melepuh, para tetangga dan keluarga membawanya ke Polsek Tongas, sebelum ke RS Tongas. Sedangkan Suhud, usai melampiaskan kekesalannya, langsung menghilang di kegelapan malam. Ia sempat dikejar para pemuda desa, namun lolos. Hingga kini, lelaki yang sudah tujuh bulan menganggur ini belum diketahui keberadaannya.

Di RS, Ny Sutina tidak menginap. Ia hanya disarankan kontrol setiap hari. Atas kejadian itu, perempuan itu akan meminta cerai kepada suami. Sebab, selain telah merusak wajahnya, hampir setiap hari suaminya berbuat kasar. Bahkan, Ny Sutina mengaku sering ditampar hingga berdarah-darah. “Buat apa dipertahankan. Wong suami saya telah berbuat kejam seperti itu dan kasar,” ungkapnya.

Kepada pihak berwenang, Ny Sutina meminta agar sang suami dihukum seberat-beratnya. Ia juga mengatakan bahwa Suhud kerap mencemburuinya. Ia dituduh berselingkuh dengan lelaki lain. “Jangankan berselingkuh, menemani tamu laki-laki di ruang tamu pun, saya tidak pernah,” tegas Ny Sutina.

Kapolsek Tongas AKP Sugeng Piyanto mengaku telah menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun, katanya, pelaku tidak dapat dijerat dengan UU 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Sebab, kata Sugeng, status perkawinan mereka itu siri. “Bukan KDRT itu, tapi penganiayaan. Meski begitu, kasus ini tetap kami proses sesuai dengan hukum yang berlaku,” ujarnya. n tiq/st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/29/tak-puas-layanan-di-ranjang.html

Suami Siram Istri dengan Minyak Panas

Dandy Arigafur
29/09/2010 06:14
Liputan6.com, Probolinggo: Sutin bernasib nahas. Ibu rumah tangga di Probolinggo, Jawa Timur, ini disiram minyak goreng panas oleh Suhud, suaminya sendiri. Alasannya, Sutin menolak ketika diajak melakukan hubungan intim, baru-baru ini.

Menurut Sutin, peristiwa berawal ketika dirinya diajak hubungan intim sama suaminya. Permintaan itu sempat dilayani sekali. Tapi Suhud meminta tambah sekali lagi. Karena lelah, Sutin menolak ajakan dari sang suami.

Penolakan inilah yang membuat sang suami marah. Dia langsung pergi ke dapur dan mengambil minyak goreng panas. Saat itu juga Suhud menyiramkan minyak panas ke arah Sutin. Tragisnya, minyak tersebut juga mengenai Leha, anak mereka yang masih berusia tiga tahun.

Akibat perbuatan Suhud, Sutin dan Leha sempat dirawat di rumah sakit selama dua hari. Namun, kondisi mereka sudah pulih kembali sehingga diperbolehkan pulang ke rumah.

Sedangkan Suhud, seusai menyiramkan minyak panas, langsung melarikan diri. Polisi hingga saat ini masih berusaha mencari Suhud.(ULF)

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201009/298714/Suami.Siram.Istri.dengan.Minyak.Panas

Menolak ML, Disiram Minyak Panas

29/09/2010 - 03:20
Sutina Korban Kawin Siri
ilustrasi

INILAH.COM, Jakarta - Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, setelah wajahnya koyak karena disiram minyak panas, Sutina (30) hanya bisa menuntut suaminya dengan pasal penganiayaan karena perkawinannya yang tanpa status (siri).

Seperti diberitakan sebelumnya, hanya karena mengantuk dan menolak diajak bermesraan, wajah Sutina disiram dengan minyak panas oleh Suhud (40) suaminya sendiri.

Akikbatnya, wajah Sutina melepuh seperti gorengan dan harus tercabik-cabik seumur hidupnya. Perempuan malang warga Dusun Kolak Krajan, Desa Wringin Anom, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo itu kini hanya meratapi nasibnya.

Karena tindakan kelewat batas itu, Sutina pun kini akan meminta cerai dan menuntut agar suaminya itu dihukum berat. "Pokoknya saya minta perbuatan suami saya diberi hukuman yang setimpal. Saya minta cerai saja. Karena dia berbuat tega tak hanya sekali ini saja. Tetapi dia sering memukul saya," ujar Sutina saat mengadu ke kantor Polsek Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Kapolsek Tongas, AKP Sugeng Piyanto saat dikonfirmasi membenarkan kejadian itu. Namun kejadian itu tidak tergolong Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). "Status mereka itu bukan suami istri yang sah menurut hukum, karena mereka menikahnya secara siri. Tapi pelaku dijerat dengan pasal penganiyaan," ujarnya seperti dikutip INILAH.COM dari Beritajatim.com, Selasa (28/9).

Suhud sendiri, hingga saat ini masih buron. Setelah melakukan aksi bejatnya itu, dia kabur lari dari kejaran para tetangganya yang mendengar derita Sutina.

Sebelum kejadian itu, korban tidur bersama dengan anaknya, Atus Soleh (3,5) di kamar. Saat itu tiba-tiba datang Suhud yang mengajaknya bermesraan. Namun karena ngantuk, korban menolak mengatakan tidak bisa melayani. "Waktu saya diajak begituan saya ngantuk sekali," kata Sutina memelas.

Namun karena terus dipaksa oleh suaminya, Sutina pun melayaninya. Namun tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sutina bersikap dingin. "Ya, karena memang saya capek sekali dan rasa kantuk itu tidak bisa ditahan," akunya lagi.

Setelah melampiaskan hajatnya, Suhud lalu keluar kamar dan pergi ke dapur. Entah apa yang dilakukannya. Namun lamat-lamat, Sutina sempat mendengar suaminya sedang menggoreng sesuatu. Tahu-tahu, di saat tertidur itu, Sutina langsung menjerit histeris. Dia merasakan panas tiada ampun di seluruh wajahnya karena disiram minyak panas. [beritajatim.com/iaf]

Sumber: http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/09/29/851551/sutina-korban-kawin-siri/

Ngantuk Diajak ML, Wajah Istri Disiram Minyak Panas

29/09/2010 - 02:45

ilustrasi

INILAH.COM, Probolinggo - Sungguh sadis ulah Suhud (40). Dia tega menyiram wajah istrinya, Sutina (30), dengan minyak panas hanya karena mengantuk dan menolak diajak bermesaraan.

Akibatnya, wajah Sutina melepuh seperti gorengan dan harus tercabik-cabik seumur hidupnya. Perempuan malang warga Dusun Kolak Krajan, Desa Wringin Anom, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo itu kini hanya meratapi nasibnya.

"Ya sakit sekali, Pak," ujarnya saat ditemui wartawan di rumahnya, Selasa (28/9/).

Sebelum kejadian itu, korban tidur bersama dengan anaknya, Atus Soleh (3,5) di kamar. Saat itu tiba-tiba datang Suhud yang mengajaknya bermesraan. Namun karena ngantuk, korban menolak mengatakan tidak bisa melayani. "Waktu saya diajak begituan saya ngantuk sekali," kata Sutina memelas.

Namun karena terus dipaksa oleh suaminya, Sutina pun melayaninya. Namun tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sutina bersikap dingin. "Ya, karena memang saya capek sekali dan rasa kantuk itu tidak bisa ditahan," akunya lagi.

Setelah melampiaskan hajatnya, Suhud lalu keluar kamar dan pergi ke dapur. Entah apa yang dilakukannya. Namun lamat-lamat, Sutina sempat mendengar suaminya sedang menggoreng sesuatu. Tahu-tahu, di saat tertidur itu, Sutina langsung menjerit histeris. Dia merasakan panas tiada ampun di seluruh wajahnya.

"Ternyata suami saya menyiram wajah saya dengan minyak goreng. Bahkan siraman minyak goreng itu juga menimpa anak saya," imbuh dia seraya menahan rasa sakit di bagian wajahnya.

Karena jeritan Sutina keras sekali, para tetangganya kemudian keluar. Sutina bercerita kalau wajahnya disiram dengan minyak goreng oleh sang suami. Saat itu juga para tetangganya membawa korban ke rumah sakit Tongas untuk mendapatkan perawatan intensif.

Melihat ulah tega sang suami terhadap Sutina, wargapun merasa tidak terima. Para tetangga kemudian mencari Suhud yang saat itu juga langsung kabur.[beritajatim.com/iaf]

Sumber: http://www.inilah.com/news/read/politik/2010/09/29/851531/ngantuk-diajak-ml-wajah-istri-disiram-minyak-panas/

Kru Bus PO Akas Tuntut Uang Premi

Rabu, 29 September 2010

Probolinggo - Surya- PO Akas III di Desa Laweyan, Kec Sumberasih, Kab Probolinggo sempat dibayangi mogok kerja karyawan, Selasa (28/9).

Ratusan kru bus duduk-duduk di sekitar kantor, menunggu pemilik PO Akas III (yang mengelola bus Kurnia Jaya, Akas, dan Anggung Krida), yakni Rudi Yahyanto.

Aksi itu hanya berlangsung sekitar satu jam, setelah Rudi sepakat melunasi semua tanggungan perusahaan terhadap kru bus di antaranya 49 sopir, 36 kondektur, dan 31 kernet bus.

Ancaman mogok kerja sebenarnya sudah bergulir sejak pekan lalu. Kru bus menuntut manajemen membayar uang premi, yaitu uang persentase bagi hasil sebesar 30 persen dari keuntungan operasional tiap bus, setelah dipotong biaya BBM dan biaya perawatan.

Uang premi itu terhitung sejak 2008. Hasil kesepakatan dengan pihak manajemen, pada 23 Juni 2010 menyebutkan uang premi akan dilunasi 23 September 2010. Rincian premi, untuk sopir Rp 96.865.700, kondektur Rp 50.786.700, dan kernet Rp 62.703.000. Total Rp 210.355.400.

Namun, karena Rudi sering keluar kota, uang premi tak kunjung dicairkan. “Kami hanya menuntut hak kami. Kalau bos Rudi tak membayar, kami siap mogok kerja,” ujar seorang sopir.

Kepada Surya, Rudi Yahyanto mengaku beritikad baik melunasi premi karyawan. “Sejak sebulan terakhir, saya sibuk di luar kota. Saya konsisten terhadap komitmen yang tertuang dalam perjanjian yang sudah saya tandatangani,” katanya. ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/29/kru-bus-po-akas-tuntut-uang-premi.html

Nunggak Uang Sekolah, Ratusan Ijazah Ditahan

Rabu, 29 September 2010 | 11:02 WIB

PROBOLINGGO - Karena mempunyai tanggungan keuangan, ratusan lulusan SMA di Kota Probolinggo ditahan ijazahnya oleh pihak sekolah. Sekolah hanya memberikan fotokopi ijazah plus legalisasinya agar siswa bisa melanjutkan sekolah atau cari kerja.

Hal itu terungkap dalam acara testimoni sejumlah kepala sekolah di Kantor Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Probolinggo, Selasa (28/9). Di hadapan Kepala Dispendik Maksum Subani, sejumlah kepala sekolah membeberkan kasus penyanderaan ratusan ijazah siswa yang telah lulus itu.

“Memang benar, sekolah kami menahan ijazah asli karena hingga lulus sejumlah siswa belum juga melunasi tanggunggannya ke sekolah,” ujar Kepala SMKN 3 Syamsul Anam.

Dalam kurun waktu tahun pelajaran 1998/1999-2009/2010, sekolah telah menahan 145 ijazah .Sementara itu tunggakan keuangan yang belum dibayar ke-145 siswa bervariasi mulai Rp 86 ribu-3 juta. Bila ditotal besarnya mencapai Rp 86.138.600.

Kasus penahanan ratusan ijazah siswa itu mencuat setelah SMKN 3 didatangi LSM Gagak Hitam, Rabu (22/9) lalu. LSM yang berkantor di Jember itu meminta data siswa yang menunggak keuangan sekolah sehingga ijazah nya tersandera.

“Pengurus LSM menyatakan bakal membantu menyelesaikan tunggakan siswa,” ujar Syamsul. Karena niatnya baik, SMKN 3 pun memberikan data siswa yang mempunyai utang selama kurun waktu 11 tahun.

Belakangan pihak SMKN 3 merasa dikibuli. Soalnya, dengan berbekal data siswa penunggak keuangan, pengurus LSM itu ngeluruk Kantor Dispendik, Senin (27/9). Sebanyak 15 pegiat LSM itu didampingi Agus Tofan (alumnus SMKN 2) dan Radjin (walimurid di SMKN 3) membeberkan kasus penahanan ratusan ijazah .

Dalam aksinya, Komisi Advokasi LSM Gagak Hitam, Muhammad Hadun, menyatakan, penahanan ijazah siswa tak bisa dibenarkan. Soalnya, mereka butuh ijazah untuk melanjutkan sekolah atau melamar kerja. “Kasus penahanan ijazah itu melanggar hak asasi manusia,” ujarnya. Dia mengancam melaporkan kasus itu ke polisi dan Komnas HAM. “Dinas (Dipendik, red) kami beri waktu dua hari untuk menyelesaikan kasus ini.”

Agus Tofan, alumnus SMKN 2 menyatakan, setamat sekolah dia ingin bekerja. Tetapi karena ijazahnya masih ditahan sekolah, ia tidak bisa mencari pekerjaan. “Saya malu ketika ditanya tetangga sudah bekerja di mana,” ujarnya.

Menurut ia, sangat sulit bagi orangtuanya untuk menebus ijazah nya. Tofan mengaku mempunyai tunggakan Rp 500 ribu ke SMKN 2. “Orangtua saya yang hanya kenek tidak mampu menebus ijazah saya,” ujarnya.

Soal ancaman kasus ini bakal dipolisikan dan dilaporkan Komnas HAM, Maksum mengaku tidak takut. Utang-piutang keuangan sekolah, kata Maksum, termasuk ranah perdata. Satu-satunya cara agar siswa melunasi tunggakan keuangannya adalah menahan ijazah nya.

Kepala SMKN 1 Sunardi membenarkan ungkapan Maksum. “Ada perjanjian antara siswa dan sekolah, kalau ijazah tidak diambil paling lambat dalam waktu 3 bulan, sekolah tidak bertanggung jawab terhadap risiko kehilangan atau kerusakan ijazah ,” ujarnya.

Dia juga menahan sejumlah ijazah murid yang lulus karena masih punya tunggakan uang sekolah. Sunardi tidak bisa menyebutkan berapa jumlah ijazah yang disandera di sekolahnya, dengan alasan masih didata. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=9635b2164866beb82a9198b430c896fc&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

PROMOSI UKM LEWAT FB , MENGAPA TIDAK ?

Rabu, 29 September 2010


gambar : Bpk Heru menjelaskan tentang manfaat,
fungsi dan peranan telecenter

CETAK HALAMAN INI CETAK HALAMAN INI
KRAKSAAN(29/09) Bertempat di kantor Bromo Telecenter(28/09) , DINAS KOPERASI , BAPPEDA Kab. Probolinggo dan Bromo Telecenter mengadakan pelatihan dan mengenalkan promosi produk UKM lewat dunia maya atau internet . Acara ini dib buka Bpk. Sidik selaku Kepala
DINAS KOPERASI Kab. Probolinggo . Kemudian Bpk. Heru selaku pembimbing dan KABAG DALAP juaga memperkenalkan TELECENTER meliputi manfaat, tujuan dan fungsi telecenter dalam mengayomi ukm , dan terakhir Bpk. sulis selaku manager menjelaskan paparan materi dan ulasan tentang promosi fb lewat internet


gmbar : suasana pealtihan

gambar: pemaparan materi oleh Bpk. sulis

gambar : Pembukaan acara oleh Bpk Didik

Sumber: http://www.bromotelecenter.com/2010/09/promosi-ukm-lewat-fb-mengapa-tidak.html

Pemukulan Kades Direkonstruksi

[ Rabu, 29 September 2010 ]

KRAKSAAN-Polres Probolinggo kemarin melakukan rekonstruksi kasus pemukulan Doni Sandi, Kades Klampokan, Kecamatan Besuk. Tersangka Muhammad Abdullah, 24, warga Desa Matekan Kecamatan Besuk menjadi pemeran utama dalam rekonstruksi itu.

Rekonstruksi digelar di halaman belakang Mapolres mulai sekitar pukul 09.00.

Dalam pantauan Radar Bromo, rekonstruksi itu melibatkan 6 orang. Selain Abdullah yang masih dalam keadaan terborgol, korban pemukulan Doni Sandi juga diikutkan.

Selain itu juga ada Diro, 35, warga Desa Klampokan Kecamatan Besuk. Serta Suhar, 40, warga Desa Nogosaren Kecamatan Gading yang bertindak sebagai saksi saat kejadian. Rekonstruksi itu sendiri dipimpin Kanitreskrim Polsek Besuk Aiptu Joko Subagyo didampingi sejumlah petugas kepolisian.

Diberitakan Radar Bromo beberapa waktu lalu, Abdullah melakukan pemukulan terhadap Kades Doni Sandi. Peristiwa itu terjadi pada 8 September lalu. Dua hari sebelum Lebaran. Akibat dipukul, Kades Doni harus mendapat perawatan serius di RSUD Waluyojati Kraksaan. Sementara Abdullah diamankan di Mapolsek Besuk.

Namun masalah tak selesai di situ saja. Sebab warga Desa Klampokan melurug ke Mapolsek. Hal ini membuat pihak Polsek memindahkan Abdullah ke Mapolres Probolinggo.

Dalam rekonstruksi kemarin, digambarkan Kades Doni sedang berkendara sepeda motor miliknya. Doni kemudian memarkir sepedanya di pinggir jalan. Sebab sebelumnya, Abdullah menyenggol kendaraan milik Doni. Abdullah sendiri berdua dengan Andri, temannya. Belum sempat berbicara, Doni langsung dipukul sebanyak dua kali.

Doni lantas rubuh. Abdullah masih terus memukuli Doni. Bahkan dengan menginjak tubuh Doni. Doni pun sempat tak sadarkan diri. Namun Doni berusaha melihat sepeda motor miliknya. "Saya kuatir sepeda motor saya dicuri," ujar Doni kepada petugas.

Selanjutnya ada Suhar dan Diro yang melerai Doni dan Abdullah itu. Namun Doni sempat berhasil menggigit tangan Abdullah. "Setelah itu, saya tak sadar lagi," ucap kades Doni.

Acara rekonstruksi berlangsung singkat. Tak sampai 20 menit. Kepada Radar Bromo, Kades Doni mengatakan, pihaknya berharap polisi memroses kasus itu dengan baik. Sebab kata Doni, pihaknya tidak menerima tindakan yang dilakukan Abdullah. "Apalagi saya aparat pemerintah, Mas," tutur Abdullah. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181942

Pemukulan Kades Direkonstruksi

[ Rabu, 29 September 2010 ]

KRAKSAAN-Polres Probolinggo kemarin melakukan rekonstruksi kasus pemukulan Doni Sandi, Kades Klampokan, Kecamatan Besuk. Tersangka Muhammad Abdullah, 24, warga Desa Matekan Kecamatan Besuk menjadi pemeran utama dalam rekonstruksi itu.

Rekonstruksi digelar di halaman belakang Mapolres mulai sekitar pukul 09.00.

Dalam pantauan Radar Bromo, rekonstruksi itu melibatkan 6 orang. Selain Abdullah yang masih dalam keadaan terborgol, korban pemukulan Doni Sandi juga diikutkan.

Selain itu juga ada Diro, 35, warga Desa Klampokan Kecamatan Besuk. Serta Suhar, 40, warga Desa Nogosaren Kecamatan Gading yang bertindak sebagai saksi saat kejadian. Rekonstruksi itu sendiri dipimpin Kanitreskrim Polsek Besuk Aiptu Joko Subagyo didampingi sejumlah petugas kepolisian.

Diberitakan Radar Bromo beberapa waktu lalu, Abdullah melakukan pemukulan terhadap Kades Doni Sandi. Peristiwa itu terjadi pada 8 September lalu. Dua hari sebelum Lebaran. Akibat dipukul, Kades Doni harus mendapat perawatan serius di RSUD Waluyojati Kraksaan. Sementara Abdullah diamankan di Mapolsek Besuk.

Namun masalah tak selesai di situ saja. Sebab warga Desa Klampokan melurug ke Mapolsek. Hal ini membuat pihak Polsek memindahkan Abdullah ke Mapolres Probolinggo.

Dalam rekonstruksi kemarin, digambarkan Kades Doni sedang berkendara sepeda motor miliknya. Doni kemudian memarkir sepedanya di pinggir jalan. Sebab sebelumnya, Abdullah menyenggol kendaraan milik Doni. Abdullah sendiri berdua dengan Andri, temannya. Belum sempat berbicara, Doni langsung dipukul sebanyak dua kali.

Doni lantas rubuh. Abdullah masih terus memukuli Doni. Bahkan dengan menginjak tubuh Doni. Doni pun sempat tak sadarkan diri. Namun Doni berusaha melihat sepeda motor miliknya. "Saya kuatir sepeda motor saya dicuri," ujar Doni kepada petugas.

Selanjutnya ada Suhar dan Diro yang melerai Doni dan Abdullah itu. Namun Doni sempat berhasil menggigit tangan Abdullah. "Setelah itu, saya tak sadar lagi," ucap kades Doni.

Acara rekonstruksi berlangsung singkat. Tak sampai 20 menit. Kepada Radar Bromo, Kades Doni mengatakan, pihaknya berharap polisi memroses kasus itu dengan baik. Sebab kata Doni, pihaknya tidak menerima tindakan yang dilakukan Abdullah. "Apalagi saya aparat pemerintah, Mas," tutur Abdullah. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181942

12 Siswa SMA Terjaring Razia

[ Rabu, 29 September 2010 ]
KRAKSAAN-Akibat bolos, sebanyak 12 siswa SMAN 1 Gading Kabupaten Probolinggo harus berurusan dengan Satpol PP Kabupaten Probolinggo. Siswa-siswa itu terjaring dalam razia yang direncanakan dengan baik oleh Satpol PP, kemarin (28/9).

Mereka pun harus memertanggungjawabkan perbuatan mereka itu dengan diangkut ke kantor Satpol PP Kraksaan.

Para siswa itu terjaring saat sedang menikmati acara bolos di pesisir pantai Desa Gejugan Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Saat tertangkap, sebagian besar sudah melepas baju seragamnya. Kemudian mengganti dengan kaus. Bahkan ada seorang siswi yang juga ikut terjaring. Namun baju seragamnya masih terpakai.

Para siswa itu adalah M Ikbil, Abdul Rosi, Muhammad Ali, Reynaldi Amansyah, Lutfilah, Junaidi Hidayat. Selanjutnya Ali Haidar, Danang YA, M Iqbil Maulana, Al-Muzammil, dan Agus Mustofa. Sementara seorang siswi yang tertangkap yakni Ela Septiana.

Selain menangkap para siswa itu, petugas juga mengamankan sejumlah barang terlarang. Yakni 6 butir pil penenang yang dibawa seorang siswa. Saat ditanya, siswa tersebut mengaku pusing. "Kalau pusing ya jangan bolos ke pantai. Kalau sakit itu, pasti istirahat di rumah," tegas petugas.

Petugas juga menemukan sebuah botol miras utuh. Namun botol itu ditemukan di tempat berbeda. "Ini kami anggap sebagai barang bukti. Meski belum tentu adalah milik para siswa," sebut Kasi Binmas & Personel Didit.

Razia dilakukan setelah Satpol PP mendapat informasi dari masyarakat. Informan itu tak lain adalah pemilik tambak yang sering ditempati pacaran itu. Namanya Niwan. Niwan bersaudara dengan Muhammad Saleh, seorang staf BLH Kabupaten Probolinggo.

"Kantor BLH dan Satpol PP kan bertetangga. Jadi informasinya pun langsung kami terima. Setelah kami cek di lokasi yang dilaporkan, ternyata ada," kata Kasi Binmas & Personel Satpol PP Didit.

Satpol PP kemudian mengatur strategi. Yakni untuk melakukan penangkapan. Sebab jika tak direncanakan, kebanyakan bisa kabur dari kejaran petugas. Selanjutnya dua petugas Satpol PP, Abdurrahman dan Khoirul Anam melakukan penyamaran. "Setelah positif ada, kami langsung laporan ke kantor," ujar Abdur Rahman.

Sebanyak 8 orang petugas langsung bergerak menuju lokasi tersebut. menyusul Abdur Rahman dan Khairul Anam yang sudah berada di lokasi. Yakni dengan sebuah mobil patroli dan dua buah motor dinas. Tim itu dipimpin Arifin. Sementara anggotanya yakni Mansyur dan Safi'i, keduanya menggunakan sepeda motor. Sementara Hasan, Tomas, Ma'un, Ari Isjuwantoro, dan Razak naik mobil patroli.

Saat aksi penangkapan, petugas tak mengalami banyak kesulitan. Apalagi perjalanan menuju pantai hanya tersedia 1 jalur. Sehingga saat petugas melakukan penggerebekan, para siswa tak bisa kabur. "Sudah dihadang petugas yang lain di jalan itu. Tapi tadi sempat kejar-kejaran, Mas. Semuanya berhasil ditangkap," ujar Arifin, pimpinan tim.

Arifin menjelaskan, sebenarnya ada 14 orang yang berhasil dijaring. Namun 2 di antaranya dilepaskan. Sebab termasuk pengunjung umum saja. Selain itu, juga bukan siswa lagi. "Kami juga tak bisa menemukan bukti penguat. Sehingga 2 orang itu kami lepaskan," ujar Arifin.

Saat diperiksa petugas, sebagian besar siswa itu tak menyebut nama lengkap. Saat ditanya petugas, semuanya menjawab dengan nama panggilan saja. Bahkan ada yang sangat berbeda dengan nama aslinya. Hal itu membuat petugas gusar.

"Kami tidak akan menyiksa kalian. Kami cuma ingin kalian menjawab jujur. Masak, namanya Ela Septiana, ngakunya Evi. Itu bohong namanya," bentak seorang petugas.

Petugas kemudian menghukum para siswa dengan dijemur di halaman kantor. Selama sekitar 1 jam, sekitar pukul 10.00-11.00. Setelahnya, barulah para siswa dimintai keterangan identitas.

Satpol PP kemudian menghubungi pihak SMAN 1 Gading. Yakni agar mendatangi kantor Satpol PP. Sekitar pukul 11.30, dua orang guru sekolah tersebut datang. Yakni Sri Amaljati dan Bayu Andika. "Kepala sekolah menugaskan kami," ujar Sri kepada Didit.

Kepada Sri dan Bayu, Didit kemudian menjelaskan duduk persoalan yang terjadi. Menurut Didit, pihaknya terpaksa mengamankan para siswa. Apalagi hal itu dilakukan saat jam sekolah. "Alias bolos," tutur Didit.

Untuk menjemput siswa itu, Didit mengatakan akan dikembalikan jika dijemput orang tua. Namun kalau hendak dijemput oleh pihak sekolah, Didit pun menyilakan. Sri sendiri sepakat agar para siswa itu dijemput orang tua.

"Agar orang tua juga bertanggung jawab dalam mendidik anaknya. Kalau pihak kami tidak bisa melakukan kontrol. Selama si anak memang tidak masuk di lingkungan sekolah. Siswa ini kan memang bolos. Jadi di satu sisi ini bukan tanggung jawab kami," tutur Sri.

Namun pihak sekolah kata Sri, bukannya lepas tangan. Pihaknya akan tetap memberikan sanksi kepada para siswa itu. Sebab kata Sri, mereka sudah melakukan pelanggaran yang berat. Selain bolos, mereka juga melanggar peraturan lain. "Sanksinya pasti juga berat. Namun kami akan memanggil para orang tua ke sekolah," sebut Sri.

Sementara itu, Didit berharap, perilaku itu tak diulangi lagi oleh para siswa. Sebab kata Didit, hal itu merugikan diri sendiri dan juga orang lain. "Kalian harus insyaf dan sadar. Ini perbuatan yang percuma. Jangan sampai mengulangi lagi," kata Didit. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181941

CJH Kabupaten Cek Kesehatan

[ Rabu, 29 September 2010 ]
KRAKSAAN - Calon Jamaah Haji (CJH) Kabupaten Probolinggo kemarin menjalani cek kesehatan. Acaranya dilakukan di Puskesmas Kraksaan.

Acara cek kesehatan itu dimulai sekitar pukul 08.00. Sekitar pukul 11.00, jumlah CJH yang hadir sekitar 110 orang saja. "Berarti baru bisa selesai sore ini," ujar seorang petugas.

Menurut ketua panitia dr. Diah Kuncorowati, cek kesehatan tersebut diikuti sebanyak 181 CJH. Jumlah itu tersebar di 5 Kecamatan. Yakni Kraksaan, Pajarakan, Krejengan, Besuk, dan Gading. "Ini pelaksanaan yang kedua, Mas," ujar Diah.

Dikatakan Diah, cek kesehatan kemarin adalah rangkaian tahapan kedua dari dua tahap. Tahap kedua bertujuan untuk evaluasi hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama. Tahap pertama sendiri digelar sekitar sebulan lalu. "Kalau tahap pertama, CJH periksa di puskesmas setiap kecamatan. Kalau tahap kedua hanya digelar di 5 titik puskesmas," ujar Diah.

Selain Kraksaan, kegiatan ini sudah dilaksanakan di Puskesmas Leces. Leces mengcover 6 kecamatan. Yakni Leces, Tegalsiwalan, Bantaran, Kuripan, Sumber, dan Dringu. Pelaksanaannya Kamis (24/9) lalu. Jumlah CJH yang diperiksa sebanyak 126 orang.

Setelah Kraksaan, cek kesahatan akan dilakukan di Puskesmas Sumberasih, Kamis (30/9). Meliputi CJH dari Kecamatan Sumberasih, Wonomerto, Tongas, Lumbang, dan Sukapura. Jumlah CJH sebanyak 148 orang.

Selanjutnya pada Senin (5/10) di Puskesmas Paiton. Menangani CJH dari 3 kecamatan. Yakni Paiton, Kotaanyar, dan Pakuniran. Jumlah CJH kata Diah, sebanyak 138 orang.

Terakhir, kegiatan ini digelar pada Rabu (7/10) di Puskesmas Maron. Memeriksa CJH dari Kecamatan Banyuanyar, Tiris, Krucil, Gending, dan Maron. Jumlah CJH yakni 131 orang.

Dalam kegiatan ini kata Diah, tidak semua melakukan cek kesehatan di 5 titik puskesmas itu. Sebab bagi CJH yang berusia di atas 60 tahun, harus melakukan cek di RSUD Waluyojati Kraksaan. Sebab usia harus dilakukan cek mendalam. "Kuatir sakit dan tak mampu melanjutkan perjalanan haji," tutur Diah.

Pada cek kesehatan kemarin, dilakukan pemeriksaan lanjutan kepada CJH. Yakni dengan memberikan imunisasi meningitis dan imunisasi influensa. Sebab kata Diah, pemerintah arab tak mau menerima CJH yang membawa penyakit. Sebaliknya juga demikian. "Indonesia juga tak mau ketularan penyakit dari arab. Oleh karenanya CJH akan diperiksa lagi H+7. Sepulangnya dari haji," jelas wanita yang juga Kabid P2PL Dinkes Kabupaten Probolinggo ini.

Diah menjelaskan, cek kesehatan tahap kedua ini ditangani 5 dokter. Yakni dr Endang Astuti, dr Shodiq Cahyono, dr Indah Sri Wahyuni, serta dr. Sri Wahyuni. "Saya juga termasuk lho, Mas. Merangkap panitia juga," kata Diah.

Untuk keberangkatan CJH, Diah mengatakan, Dinkes Kabupaten Probolinggo memberangkatkan seorang petugas kesehatan. Statusnya adalah Tenaga Kesehatan Haji Daerah (TKHD) Kabupaten Probolinggo. Yakni dr Asjroel. "Ini dibiayai APBD. Fungsinya nanti juga membantu dokter kloter. Jadi bisa meringankan tanggung jawab kesehatan selama ibadah nanti," pungkas Diah. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181940

Siapkan Varietas Terbaik

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Meski masih 2010, namun Dinas Perkebunan dan Perhutanan (Disbunhut) Kabupaten Probolinggo sudah bersiap-siap menghadapi musim tanam tembakau 2011. hal itu dilakukan agar persiapan tanam lebih sempurna. Terutama dalam hal pemilihan jenis tembakau yang akan dipakai.

Demikian dikatakan Kepala Disbunhut Nanang Trijoko Suhartono. Kepada Radar Bromo, Nanang mengatakan pihaknya sedang merencanakan beberapa persiapan. Yang terdekat, adalah persiapan pemilihan varietas tembakau terbaik. "Jenis ini diproyeksikan untuk 2011," ujar Nanang.

Program ini kata Nanang, dilakukan agar petani bisa memakai tembakau yang cocok dengan tanah mereka. Sebab, di Kabupaten Probolinggo, tidak semua tanah cocok dengan jenis tembakau tertentu. Sehingga jenis yang ditanam pun berbeda-beda. "Sejauh ini ada 5 jenis tembakau yang ditanam di Kabupaten Probolinggo," sebut Nanang.

Menurut Nanang, saat ini pihaknya sedang melakukan uji coba terhadap 5 jenis tembakau itu. Istilahnya kata Nanang, dilakukan pemutihan. Pada saatnya nanti, 5 jenis itu akan dipilih yang terbaik. Kemudian, pihaknya akan mengajukan hal itu kepada Bupati Probolinggo. "Untuk diberi dilisensi dan diberi nama khusus," tutur Nanang.

Mengapa demikian? Sebab hal itu terkait dengan hak kepemilikan tembakau tersebut. Sehingga tembakau yang terpilih nanti bisa ditetapkan sebagai tembakau resmi Kabupaten. "Selain itu, petani juga bisa punya tembakau yang cocok di semua jenis tanah. Tanpa perlu kuatir dengan kualitasnya," pungkas Nanang. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181939

Banyak Petani Bawang Gagal Penen

[ Rabu, 29 September 2010 ]
PROBOLINGGO- Musim panen tahun ini mestinya mendatangkan untung bagi petani bawang Probolinggo. Akan tetapi hal itu tidak terjadi karena banyak di antara mereka mengalami gagal panen. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan untung sepeser pun.

Seperti yang dialami Supandi, 55, warga Keluarahan Kebonsari Kulon, Kota Probolinggo. Tahun ini, ia menanam bawang pada delapan petak sawah yang ia sewa. Untuk tanaan ini, ia telah mengeluarkan modal sebesar Rp 11 juta. "Modal saya sebelas juta," katanya saat ditemui di pasar bawang di kawasan Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Akan tetapi, bawang yang ia tanam mengalami gagal panen. "Rusak semua hingga tidak ada yang bisa dipanen," ujarnya lagi. Karena keadaan ini, delapan petak sawah yang disewanya ia kembalikan lagi ke pemiliknya. Disebutkan Supandi, gagal penen tahun ini disebabkan oleh musim yang tidak menentu. Selain itu, juga disebabkan banyaknya hama yang tidak bisa diatasi.

Dalam pantauan Radar Bromo, banyak cara dilakukan petani untuk mengantisipasi gagal panen ini. Salah satunya yakni menutupi tanaman bawang mereka dengan jaring. Ikhtiyar sudah dilakukan. Hasilnya, Tuhan yang menentukan. (qb/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181937

Menolak Berhubungan, Disiram Minyak Panas

[ Rabu, 29 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Nasib malang menimpa Sutin, 30, warga RT 1/RW 6 Dusun Kulak Selatan Krajan, Desa Wringin Anom, Tongas Probolinggo. Wajah ibu rumah tangga ini disiram dengan minyak goreng panas oleh suaminya sendiri, yakni Suhud, 40.

Kejadian ini menimpa Sutin pada Sabtu (25/9) malam lalu. Sekitar pukul 21.00, Sutin merebahkan diri di ranjang kamarnya karena sudah tak kuat menahan kantuk. Tetapi, ketika ia sedang nyenyak tidur, Suhud masuk kamar dan meminta "jatah" pada Sutin.

Tapi, Sutin merasa kelelahan. Ia pun menolak ajakan hubungan intim dari sang suami. "Malam itu saya tidur karena kelelahan. Kemudian dia (Suhud) datang dan meminta hubungan intim. Sayang bilang kalau saya tidak kuat," ujar Sutin yang biasa dipanggil Titin ini kemarin (28/9).

Hanya, Suhud tetap memaksa Sutin melayaninya. Akhirnya Titin menyilakan sang suami melakukannya, sementara ia tetap berbaring dengan mata terpejam. "Saya suruh dia ngambil sendiri. Tapi mata saya tetap terpejam," kata Titin.

Suhud pun mulai menyalurkan hasratnya. Tapi, di tengah hubungan itu mendadak berhenti dan pergi ke dapur. Beberapa saat kemudian Suhud kembali ke kamar dengan membawa sebuah gelas di tangan. Gelas itu bukan berisi air, tapi minyak goreng panas.

Saat itu, Titin tidak mengetahui isi gelas di tangan suaminya tersebut. "Saya tidak tahu kalau itu minyak goreng. Saya mengira isinya air minum," ujar Titin.

Kemudian begitu sampai di dalam kamar, Suhud langsung menyiramkan minyak goreng yang masih panas itu ke muka Sutin. "Kamu mengandalkan kecantikan, kan?" kata Sutin menirukan ucapan sang suami ketika menyiramkan minyak goreng ke mukanya.

Disirami dengan minyak goreng, Titin pun menjerit kepanasan, sementara Suhud melarikan diri malam itu juga. Tidak hanya muka Titin yang terkena siraman minyak goreng panas, putri Titin yakni Atis Solehah yang berumur 3,5 tahun juga terkena cepratan minyak panas.

Dikatakan Titin, Solehah saat itu sedang tidur di sampingnya. "Begitu terkena cepratan minyak goreng, dia (Solehah) terbangun dan langsung menangis," ujar Titin lagi.

Begitu mengalami kekerasan dari sang suami, Titin kemudian langsung menuju RSUD Tongas untuk mendapatkan perawatan. Dari sini, ibu rumah tangga ini kemudian melaporkan perlakuan suaminya ke Polsek Tongas. "Saya berharap dia bisa tertangkap dan dihukum dengan seadil-adilnya," kata Titin.

Menurut Titin, kehidupan rumah tangganya dengan Suhud selama ini memang sering diwarnai dengan pertengkaran. "Hampir setiap hari bertengkar," aku Titin.

Bahkan tidak jarang pertengkaran itu berakhir dengan pemukulan. Suatu saat, ungkap Titin, dirinya pernah mengalami luka setelah dipukul Suhud. "Tapi saat itu saya tidak melapor ke polisi. Usai bertengkar, ia saya terima kembali," katanya.

Lalu, bagaimana langkah Polsek Tongas dalam kasus ini? Kapolsek Tongas AKP Sugeng Piyanto saat dihubungi Radar Bromo mengatakan pihaknya telah menerima laporan dari korban.

Tetapi, ia mengatakan kasus ini bukan merupakan Kekerasa Dalam Rumah Tangga (KDRT). "Laporannya sudah diterima. Tapi itu bukan kasus KDRT," katannya.

Menurut kapolsek, dikatakan bukan KDRT karena antara pelaku dan korban sudah lama tidak tinggal serumah. Lagi pula hubungan keduanya hanya diikat dengan pernikahan sirri. "Dalam minggu ini kami akan panggil saksi-saksi dan korbannya," ujarnya. (qb/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181931

Diknas Panggil Kepala Sekolah

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Soal Tahan Ijazah, Mengaku Terjebak LSM

PROBOLINGGO - Dinas Pendidikan Kota Probolinggo langsung mereaksi kasus yang disuarakan LSM Gagak Hitam. Yakni soal kebijakan SMKN menahan ijazah milik murid yang belum melunasi tunggangan keuangannya. Dinas Pendidikan kemarin (28/9) memanggil para kepala sekolah.

Sebenarnya yang dipanggil kemarin adalah para kepala sekolah SMP, SMA dan SMK negeri se Kota Probolinggo. Tapi, untuk mengefisienkan waktu, Kepala Dinas Pendidikan Maksum Subani hanya menyuruh kepala sekolah (kasek) SMKN 1 Sunardi dan kasek SMKN 3 Samsul Anam memberi penjelasan di hadapan para wartawan.

Dalam kesempatan itu Samsul Anam menjelaskan bagaimana data murid yang mempunyai tunggakan itu bisa sampai jatuh ke tangan LSM Gagak Hitam. Samsul mengaku merasa terjebak sehingga data tersebut bisa jatuh ke tangan mereka. Menurutnya, Rabu (22/9) lalu, ada seseorang yang mengaku dari LSM tersebut.

Aktivis itu, meminta data tersebut dengan alasan ingin membantu SMKN 3. "Mereka datang ke sekolah kami menawarkan jasa ingin membantu tunggakan di sekolah kami," jelas Samsul.

Karena itu pihaknya bersedia memberikan data yang di maksud. Tapi, tidak hari itu juga. Pihaknya masih meminta waktu untuk merekap semua murid yang mempunyai tunggakan. Setelah terdata dengan baik, lalu data tersebut diserahkan kepada LSM itu. "Kami berjanji hari Jumat, karena waktu itu waktunya tidak memungkinkan," ujar Samsul Anam.

Samsul mengaku, tidak pernah menyangka kalau hal itu akan menjadi polemik. Sebelumnya, Samsul menduga LSM itu mempunyai niatan baik karena mau membantu sekolahnya.

"Malah sebaliknya, air susu dibalas air tuba. Sungguh saya sesalkan, karena semula mereka punya niatan yang baik, berubah menjadi tidak baik. Mereka menusuk SMKN 3 dari belakang," kilah Samsul.

Seperti diberitakan sebelumnya, Senin (27/9) lalu sejumlah anggota LSM Gagak Hitam di Kota Probolinggo melurug kantor Dinas Pendidikan. Mereka menuntut penghapusan praktik penahanan ijazah murid yang belum bisa melunasi tanggungan keuangannya.

Mereka tak hanya membawa data para murid yang ijazahnya masih tertahan. Tapi, mereka juga membawa serta seorang murid dan orang tua murid yang ijazah anaknya masih "disandera" sekolah.

Dalam kesempatan itu mereka juga membawa data nama-nama 145 alumnus SMKN 3 yang ijazah aslinya masih ditahan pihak sekolah. Alasannya sama, sejumlah 145 alumnus (tahun pelajaran 1998/1999 sampai 2009/2010) itu masih punya tanggungan keuangan yang belum terlunasi. Bila ditotal, tunggakan dari 145 siswa itu ada sekitar Rp 86.138.600.

Selanjutnya, LSM Gagak Hitam meminta Dinas Pendidikan menyelesaikan kasus tersebut. LSM ini juga memberi tenggat waktu dua hari. Jika tidak, mereka akan melaporkan kasus tersebut ke polisi dan Komnas HAM.

Sementara, saat memberi keterangan kepada wartawan kemarin, kasek SMKN 3 Samsul Anam menyatakan selama ini pihaknya tidak pernah mempersulit bila ada muridnya yang hendak mengambil ijazahnya. Termasuk, bagi mereka yang masih mempunyai tunggakan.

Tapi, bagi mereka yang mempunyai tunggakan jelas tidak bisa membawa pulang ijzah aslinya sebelum lunas. Mereka hanya akan mendapatkan foto kopiannya dari sekolah. Itupun sudah dilegalisir. "Kami tidak pernah mempersulit bila ada yang butuh ijazah, sesuai dengan instruksi dispendik," ujarnya.

Sedangkan Sunardi kepala SMKN 1, mengatakan kalau pihaknya juga melakukan hal yang sama terhadap muridnya. Yakni, masih banyak ijazah yang belum diambil oleh pemiliknya lantaran masih punya tanggungan kepada sekolah.

Bahkan, sekolah ini memberi peraturan lebih ketat. Yakni, bila ada ijazah yang tidak diambil sampai lebih dari tiga bulan, maka sekolah tidak bertanggung jawab. "Kalau butuh ijazahnya, silahkan datang ke sekolah. Tidak ada istilahnya tidak diberi," ujarnya.

Sunardi mengatakan, masih beruntung pihkanya tidak mengembalikan ijazah para muridnya itu ke provinsi. Menurutnya, kalau misalkan sampai dikembalikan ke provinsi maka para murid itu akan kerepotan untuk mengurusnya. "Anak itu masih untung, ijazahnya tidak saya kembalikan ke propinsi," ujarnya.

Tak hanya mereka yang butuh fotokopian yang diberi. Tapi, juga bagi mereka yang membutuhkan ijazah asil. Meski belum lunas, itu akan bisa dilayani. Tapi, dengan suatu perjanjian dan kesepakatan tertentu. "Dengan perjanjian harus dikembalikan lagi kalau sudah selesai," ujarnya.

Menanggapi semua itu, Maksum mengatakan kalau pihaknya meski terus-terusan dihujat, masih tetap mendidik. Bagi mereka yang masih punya tanggungan, memang ijazah aslinya tidak diberikan. Tapi, masih diberi foto kopiannya yang sudah dilegalisir. "Ini adalah sanksi secara pendidikan," ujarnya.

Maksum mengaku, sudah mewanti-wanti para kepala sekolah untuk tidak bermain curang. Utamanya dalam meberikan pelayanan terhadap masyarakat. "Saya sudah sampaikan, hati-hati. Sulit lho jadi kepala sekolah. Jangan sok jadi pahlawan, kita omong-omongan sing apik lah," ujarnya.

Terkait dengan ancaman LSM yang memberi tenggat dua hari, Maksum mengaku tidak gentar. Masalah itu bisa diselesaikan. "Tergantung administrasinya. Kalau dua hari selesai, ya selesai. Yang penting ada koordinasi yang baik, pasti ada win-win solution. Pokoknya, kalau ingin cepat selesai, cepat-cepat koordinasi dengan sekolah ," ujarnya.

Bagaimana denan ancaman LSM yang akan membawa ke jalur hukum? "Kita lihat saja nanti. Kalau mereka lari ke hukum juga tidak masalah. Wong mereka memperoleh data dengan cara yang tidak benar," ujarnya.

Bantah Cari Donatur

Sementara, Ketua LSM Gagak Hitam Khofilillah balik menyangkal menusuk dari belakang terhadap SMKN 3. Ia menyatakan tidak menjanjikan mencarikan donatur saat minta data dari SMKN 3 itu. Tapi, hendak menyelesaikan masalah tersebut. Itu, supaya mereka yang punya tunggakan ke sekolah biar bisa segera diselesaikan.

"Mau dicarikan jalan keluarnya, bukan donatur. Ya jalan keluarnya seperti itu. Sekarang yang harus dipermasalahkan bukan bagaimana mencari atau memperoleh datanya. Tapi, jalan keluarnya yang yang harus dicari," ujarnya.

Khofi, sapaannya, mengaku masih tetap berpegang teguh kepada komentar LSM-nya waktu itu. Yakni, bila dalam waktu dua hari itu masih belum diselesaikan, maka pihaknya akan benar-benar membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Bahkan, kalau perlu sampai ke Komnas HAM. "Tetap kami akan turun kalau itu tidak selesai. Selain, akan dilaporkan ke polisi juga akan dilaporkan ke Komnas HAM," ujarnya.

Menurutnya, sebenarnya mudah untuk menyelesaikan kasus tersebut. Itu kalau pihak dinas ada kemauan. "Anggarkan saja melalui APBD. Kenapa kalau kepetingan anak bangsa kok sulit?" ujarnya.

Atau biar ke depan biar tidak menahan ijazah lagi, kata Khofi, bisa dengan jaminan BPKB atau sertifikat tanah. "Biar bisa diagunkan dan sekalian lebih formal," lanjutnya

Soal cara mendapat data, Khofi tetap bersikeras. "Kalau dikatakan salah, dengan cara mendapatkan data itu, di mana letak kesalahanya. Data itu benar adanya. Kita ini minta ijazah, bukan foto kopinya," lanjutnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181930

Buru Rekor MURI

[ Rabu, 29 September 2010 ]
Butuh Dana, Pembatik Wadul Dewan

PROBOLINGGO - Memiliki ide dan konsep kreatif dirasa masih belum cukup bagi paguyuban pecinta dan pengrajin batik di Kota Probolinggo. Mereka harus berjuang mendapatkan dana puluhan juta rupiah untuk sebuah gawe besar yang direncanakan. Dewan pun menjadi sasaran pengaduan mereka.

Paguyuban pecinta dan pengrajin batik punya gawe luar biasa yaitu batik Kota Probolinggo menuju rekor MURI (Museum Rekor Indonesia). Rencananya acara tersebut bakal digelar Jumat (8/10) mendatang pukul 08.00. Start di depan rumah dinas wali kota berjalan ke halaman kantor pemkot.

Konsep acaranya bikin batik terpanjang di Indonesia dalam rangka hari batik nasional yang jatuh pada 2 Oktober sekaligus memperingati hari jadi kota Probolinggo ke-651 tahun. Pagelaran itu dibuat 11 orang pengrajin batik yang menuangkan ide desain batik di kain sepanjang 100 meter dengan 651 motif berbeda.

Untuk mendukung acara itu paguyuban bakal mendatangkan pihak MURI. Total anggaran yang dibutuhkan senilai Rp 42.467.000. Rp 25 juta diantaranya untuk pembiayaan akomodasi MURI. Nah, kendala inilah yang akhirnya membuat paguyuban harus mengadu ke dewan.

"Ada hal-hal yang bisa diambil manfaatnya dalam hearing ini. Komisi B bisa memberikan rekom kaitan ide dari masyarakat ini. Dimana kegiatan ini bentuk partisipasi aktif para pecinta batik serta wadah kreasi dan apresiasi," tutur Ketua Komisi B Sri Wahyuningsih kemarin dalam hearing dengan paguyuban pecinta dan pengrajin batik.

Ketua paguyuban pecinta batik Kota Probolinggo Nani Kastip menjelaskan kalau pihaknya sudah presentasi dihadapan MURI dan meyakinkan jika para pembatik bisa melakukan pagelaran dan mencetak rekor. MURI pun memutuskan untuk hadir pada hari Jumat nanti dan mengukur secara langsung kain batik serta motifnya.

"Pagelaran ini juga untuk menggerakkan pemasaran batik khas Kota Probolinggo. Kami memohon support dari pemerintah untuk membantu bisa mendatangkan MURI," ujar Nani Kastip dalam hearing.

"Kami mengharap belas kasihan dari pemkot dan DPRD untuk membantu masyarakat pengrajin batik," imbuh sekretaris paguyuban Kustiyana. Sedangkan Sri menegaskan kalau mengenai pendanaan bukan wewenang komisi B melainkan satker-satker terkait.

Mengenai kesiapan pembatik menjelang pagelaran batik terpanjang, para pembatik sudah mengatakan siap. "Kami sudah siap. Batiknya sudah selesai tinggal menunggu hari H. Setiap pembatik kebagian harus membuat 72 sampai 73 batik dengan motif yang berbeda-beda," ujar Wasis, salah seorang pengrajin yang mengikuti hearing, kemarin (28/9).

Dalam hearing itu, komisi B sengaja mengundang satker terkait yaitu Asisten Perekonomian dan Penanaman Modal Matalil, Kepala Diskoperindag Widiharto, Sekretaris DPPKA Medi, Kepala Dispobpar Endro Suroso dan Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo.

Menjawab keluhan paguyuban pecinta batik, masing-masing kepala satker tersebut diminta tanggapannya. Menurut Matalil, apa yang disampaikannya disebut atas nama wali kota, bahwa pemkot tidak akan menghambat kegiatan ini. Apalagi jika kegiatan itu berdampak ekonomi pada masyarakat akan didukung penuh.

Namun, yang diperhatikan adalah seberapa besar dampak tersebut bagi masyarakat. Bahkan wali kota sudah membuat imbauan satker tidak boleh ada pengadaan batik dari luar kota.

"Yang diperhatikan adalah skala prioritas. Batik (Kota Probolinggo) masih muda dan membutuhkan sosialisasi-sosialisasi. Kami mengapresiasi sekali. Tapi, apa tidak ada cara lain? Misalnya sehari laku seribu atau lima ribu. Boleh saja kan saya ucapkan begini, saya menyampaikan unek-unek. Tidak harus dengan 651 motif," kritik Matalil.

Sedangkan Widiharto menyatakan jika anggaran di eksekutif itu program dan terencana. Eksekutif menyetujui adanya gelaran itu namun mengenai anggaran belum memberikan kepastian.

"Ide ini sungguh luar biasa. Memang kalau ada kegiatan yang dilaksanakan harus ada prosedurnya. Kami tinggal melaksanakan, tinggal bagaimana kebijakan beliau (wali kota). Kalau wali kota oke, ya jalan," ucap Tiyok yang juga sekretaris hari jadi kota.

Ucapan Tiyok dibenarkan oleh Sekretaris DPPKA Medi. "Tergantung kepala daerah. Tapi, seharusnya tidak bergantung pada orang lain, tetapi mandiri," ujarnya. Anggota komisi B juga menyetujui dan mendukung ide paguyuban tersebut.

Komisi B merekomendasi agar kegiatan itu bisa dilaksanakan sesuai harapan. Yakni dengan koordinasi antara paguyuban pecinta batik dan pemkot melalui dinas terkait. "Supaya didukung demi peningkatan sektor UKM, perekonomian dan ujung-ujungnya demi peningkatan PAD (pendapatan asli daerah)," jelas Sri Wahyuningsih. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=181924