- Senin, 22 Nopember 2010 | 06:56 WIB
Korban Sekeluarga Pulang Takziah
Probolinggo - SURYA- Sepulang dari takziah, nasib tragis menimpa anggota TNI yang bertugas di Kodim 0819 Pasuruan, Pelda Sudarwoko. Pria asal Kelurahan Pohjentrek, Pasuruan yang berboncengan naik sepeda motor bersama anak dan istrinya itu ditabrak bus Restu jurusan Surabaya-Banyuwangi, Minggu (21/11). Ketiganya, suami, istri, dan anaknya akhirnya tewas.
Anak kandung Pelda Sudarwoko, Hendik Panji Saputro, 11, tewas seketika di lokasi kejadian. Istrinya, Wiwik Yuliati dan Sudarwoko sendiri akhirnya menemui ajal setelah sempat dirawat di rumah sakit.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 09.30 WIB di Jalan Raya Tongas, Probolinggo. Pelda Sudarwoko mengendarai sepeda motor dinasnya nopol 10705 V dari arah timur hendak balik ke Pasuruan usai takziah di rumah salah satu keluarganya di Lumajang.
Dari arah berlawanan, bus Restu nopol N 7322 UG yang dikemudikan Eko, 40, asal Desa Gebang Patrang, Jember, melaju dengan kecepatan tinggi mendahului sejumlah kendaraan, di antaranya, Toyota Avanza dan beberapa sepeda motor.
Ketika mendahului satu mobil lainnya yang berada di depan Avanza, dari arah timur meluncur Pelda Sudarwoko. Tak pelak, tabrakan tak bisa dihindarkan. Sepeda motor Pelda Sudarwoko terpental sekitar 10 meter. Anaknya, Hendik Panji Saputro meninggal seketika di lokasi kejadian. “Yang wanita terlempar masuk sungai,” kata Nawawi, seorang warga yang menyaksikan kejadian itu kepada sebuah stasiun radio. “Busnya ngebut, Mas,” ujar warga lain di sekitar lokasi kejadian.
Usai kecelakaan, kondisi Pelda Sudarwoko dan Wiwik Yuliati luka parah dan langsung dilarikan ke RSUD Tongas. Namun, karena kondisi korban sangat kritis, mereka dirujuk ke Rumah Sakit DKT milik TNI di Kota Malang. Sayang, nyawa Pelda Sudarwoko dan Wiwik yang mengalami patah tulang di tangan dan kaki, tak bisa ditolong. Pasangan suami istri itu akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.
Kanit Laka Satlantas Polres Probolinggo Iptu Istono kepada Surya menyatakan, kecelakaan itu terjadi akibat kelalaian sopir bus. “Sopir bus memang ugal-ugalan, sehingga menyebabkan kecelakaan itu terjadi. Korban ini habis nyelawat (takziah) dari Lumajang,” ujar Istono.
Menurut Istono, saat ini polisi sudah mengamankan barang bukti dua unit kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan itu. “Kita akan proses sesuai ketentuan yang berlaku,” katanya.
Bersama Perusahaan Oto (PO) Sumber Kencono, armada PO Restu memang dianggap sering terlibat kecelakaan lalu lintas. Pada 20 September 2010, kedua PO itu pernah diaudit Forum LLAJ Jatim yang diketuai Ditlantas Polda Jatim dan beranggotakan Dishub dan LLAJ Jatim, DPD Organda Jatim, Dinas PU Bina Marga, PT Jasa Marga, dan pakar dari Perguruan Tinggi (ITS dan Brawijaya). Sayang hasil audit lengkap hingga kini belum pernah dibeber ke publik.
Namun, dalam audit itu sempat terungkap bahwa sumber daya manusia (SDM) para awak bus Restu dan Sumber Kencono masih memprihatinkan jika ditilik dari lulusan sekolahnya. Rata-rata sopir PO Restu dan Sumber Kencono berijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan hanya sedikit yang berijazah di atasnya.
Kadishub dan LLAJ Provinsi Jatim Wahid Wahyudi kala itu menyatakan kualitas SDM yang rendah di kedua PO itu tidak bisa serta merta dinilai bahwa kinerja dan pelayanannya juga tidak baik. Namun, Wahid menggambarkan, kualitas SDM jika diklasifikasikan atas dasar tingkat pendidikan, tentu saja akan ada bedanya. Artinya, SDM lulusan SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi akan memiliki kualitas berbeda. Semakin tinggi tingkat pendidikan, tentu saja psikologis dan pola kerjanya lebih bagus.
Sebelum kecelakaan maut di Tongas, Probolinggo kemarin, bus Restu juga terlibat sejumlah kecelakaan yang merenggut korban jiwa selama 2010. Termasuk ketika bus Restu yang dikemudikan Suyono, warga Malang, menewaskan tiga orang pengendara motor dalam kecelakaan beruntun di Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan pada 11 September.
Pada 13 September, di Jalan Raya Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo, bus Restu kembali merenggut tiga nyawa. Korban tewas adalah satu keluarga terdiri dari bapak, anak, dan cucu.
Pada 16 Februari 2010, seorang sopir bus Restu, Samiyun Junaedi, 46, bahkan sempat dihajar massa setelah menabrak pengendara motor hingga tewas di Gempol, Pasuruan.ntiq/ab
Sumber: http://www.surya.co.id/2010/11/22/restu-tabrak-motor-tni-3-tewas.html