Jumat, 23 Juli 2010

Eksekusi Lahan Sengketa Macetkan Jalur Pantura

Jumat, 23 Juli 2010 | 10:06 WIB

PROBOLINGGO - Eksekusi lahan yang disengketakan antara ahli waris Karman Amat, pendiri PO Akas dengan Darmawan Utomo di Jl. Panglima Sudirman 213, Kota Probolinggo mengganggu lalulintas. Sekitar 8 jam jalur dua arah di kawasan pantai utara (pantura) jurusan Probolinggo-Situbondo itu macet total, Kamis (22/7) pagi sampai sore.

Ratusan toko, bengkel, dan bank yang berdiri sepanjang sekitar 300 meter di Jl. Panglima Sudirman juga memilih tutup sejak pagi hingga sore. Ribuan warga kota pun menyaksikan proses pengosongan lahan yang sebagian menjadi garasi bus Akas itu.

Pelaksanaan eksekusi lahan seluas sekitar10.525 meter persegi di jantung kota itu mirip persiapan perang. Pihak Pengadilan Negeri (PN) Kota Probolinggo mengerahkan sekitar 1.000 personel dengan sejumlah peralatan berat dan kendaraan perintis (rantis) berlapis baja.

“Selain dari jajaran Polresta Probolinggo, kami memang mengerahkan polisi dari Polres Probolinggo, Polres Lumajang, Kodim 0820 Probolinggo, Batalyon Zipur, dan Brimob Polda Jatim,” ujar Kabag Ops Polresta, Kompol Bambang Sumarsono di sela-sela eksekusi, Kamis (22/7) siang.

Eksekusi juga melibatkan alat berat bego (back hoe), meriam air (water cannon), kendaraan perintis (rantis) lapis baja, mobil derek, dan sejumlah mobil pemadam kebakaran (PMK).

Sementara itu sekitar 200 pekerja PO Akas, yang sebagian besar didominasi awak bus tampak mempertahankan diri di lahan yang akan dieksekusi sejak Rabu (21/7) malam. Mereka memasang barikade berupa sejumlah bus di pinggir lahan yang akan dieksekusi.

Suasana mirip perang mewarnai jalannya eksekusi karena kedua belah pihak tidak ada yang mundur. Mereka berhadap-hadapan dengan jarak sekitar dua meter dan hanya dipisahkan pagar setinggi sekitar 3 meter.

Melalui pengeras suara, Kapolresta Probolinggo, AKBP Agus Wijayanto meminta massa yang menduduki lahan segera mundur. “Kami tidak memihak siapapun. Kami hanya diminta mengamankan eksekusi. Aparat keamanan tolong jangan sampai arogan,” ujarnya.

Massa di balik pagar bergeming, mereka menyambut imbauan Kapolresta dengan berteriak-teriak. Sebagian memukul-mukul pagar sehingga ingar-bingar. Berselang satu jam kemudian, petugas dari PN Kota Probolinggo membacakan amar putusan Mahkamah Agung (putusan Peninjauan Kembali/PK). Setelah itu eksekusi dijalankan dengan diawali bergeraknya bego yang hendak merobohkan pagar.

Tiba-tiba dari dalam pagar muncul asap mengepul dari ban mobil yang dibakar. Seorang koordinator massa yang berdiri di atas bus menyerukan agar api dipadamkan.

Sejumlah ahli waris Karman Amat kemudian berusaha menenangkan ratusan karyawan PO Akas yang mulai bergolak. Nike Harvani (cucu Karman Amat) melalui pengeras suara mengingatkan karyawan agar mundur.

“Eksekusi dengan alat berat ini saya khawatirkan membahayakan keselamatan jiwa bapak-bapak. Meski eksekusi dijalankan, saya tetap melakukan perlawanan melalui jalur hukum,” ujar Pimpinan PO Akas NNR itu.

Nike menyatakan, tidak ingin eksekusi itu menjadi berita buruk. “Saya legowo, tetapi mengapa eksekusi seperti ini harus mendatangkan alat-alat berat,” ujarnya. Nike kemudian menyerahkan pengamanan eksekusi kepada Kapolresta. “Alat-alat di dalamnya akan kami singkirkan sendiri,” ujarnya.

Kapolres kemudian menyerukan agar bego ditarik mundur. Karena petugas eksekusi kesulitan masuk, seorang tukang las kemudian membuka paksa pintu besi. Polisi kemudian memasang garis polisi (police line) di tanah yang selama ini dipersengketakan itu.

Surat penetapan eksekusi telah dikeluarkan tanggal 15 Juni 2010 lalu, ditandatangani Ketua PN Probolinggo, Hari Moerti SH. Eksekusi, Kamis (22/7) merupakan eksekusi ketiga. Dua kali rencana eksekusi sebelumnya yakni, 26 April 2000 dan 15 Maret 2007 gagal.

Sengketa atas tanah tersebut bahkan telah berlangsung sejak 1984 silam. Darmawan Utomo sebagai pemohon eksekusi mengaku, memiliki tanah yang dibelinya dari hasil lelang sebagai pelaksanaan eksekusi putusan MA tanggal 26 April 1984.

Tanah tersebut awalnya milik mendiang suami-isteri, Tang Liong Tjiang dan Lo Tjiat Nio. Salah seorang ahli waris, Thomas Tedja Sumana, menolak menyerahkan tanah kepada Darmawan Utomo sehingga terjadi gugat menggugat antara Darmawan dan Thomas. Gugatan dimenangkan Darmawan.

Tanpa sepengetahuan Darmawan, pada 1993 tanah beralih kepada Karman Amat dengan alasan sebagai kompensasi utang Thomas kepada Karman. Gugat-menggugat pun terjadi antara Darmawan dengan Karman. Setelah Karman meninggal diteruskan ahli warisnya (Harsono, Hartojo, Sunarmi, Edy Hariyadi).

Akhirnya dugatan dimenangkan Darmawan sesuai putusan kasasi MA tanggal 16 September 1995, dan diperkuat putusan PK MA tanggal 12 Juli 2005. Berdasarkan putusan PK itulah eksekusi pengosongan dilakukan. Apalagi upaya perlawanan yang dilakukan pihak ahli waris dengan nomor registrasi No. 8/Pdt.Plw/2000/PN.Prob, hingga di tingkat PK MA ditolak. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=c4ec8e0a15d299705045560037646e4c&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Eksekutor Lahan Akas Dihadang Karyawan

Jum'at, 23 Juli 2010

Probolinggo - Surya- Pelaksanaan eksekusi tanah yang berada di Jl Panglima Sudirman, no 213, Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Kamis (22/07) siang, berlangsung tegang. Ratusan aparat gabungan diterjunkan untuk mengamankan jalannya ekskusi tersebut.

Tim eksekutor terpaksa harus meminta bantuan Tim Brimob Polri yang bersenjata laras panjang lengkap, karena upaya eksekusi itu dihadang oleh puluhan karyawan PO Akas NNR.

Polisi mengerahkan sekitar 700 personel, di antaranya, dari Polresta Probolinggo, satu kompi dari Polres Kabupaten Probolinggo, Polres Lumajang dan Satpol PP serta Linmas Kota Probolinggo dan anggota TNI dari Kodim 0820. Satu kompi Brigade Mobil (Brimob) Polda Jawa Timur, juga turut diterjunkan, dengan membawa satu unit Barracuda dan watercanon.

Eksekusi yang dilakukan Pengadilan Negeri (PN) Kota Probolinggo, mendapatkan perlawanan dari ahli waris tanah, Nike Harmani, yang juga pemilik PO Akas NNR. Menurut dia, mengantongi sertifikat yang diperoleh secara benar. Apalagi tanah yang menjadi sengketa hanya satu lokasi, yakni tanah milik Karman Amat. “Yah, kalau mau diekskusi harus jelas batas-batasnya,” ungkap Nike yang didampingi Bambang Cahyo P, penasihat hukumnya.

Usai pembacaan putusan yang dilakukan panitera PN Probolinggo, ekskusi akan dilaksanakan. Namun sebelumnya Kapolresta Probolinggo, AKBP Agus Wijayanto meminta agar pihak yang akan menghalang-halangi jalannya ekskusi, diminta mundur.

Ratusan karyawan PO Akas yang berada di dalam lahan yang hendak diekskusi, tetap tidak beranjak dari tempat. Bahkan suasana makin memanas setelah mobil berat eskavator dibunyikan. Sekelompok karyawan mencoba mengadakan perlawanan dengan melempar pagar besi dengan batu. Sedang yang lainnya hendak membakar ban bekas di dekat bus yang berjajar.

Agus Wijayanto kemudian meminta Nike Harmani untuk berbicara kepada para karyawannya melalui mikrofon. Kendati demikian, tidak serta merta mereka menurut. Kepada petugas, mereka meminta agar alat berat juga mundur.

Setelah alat berat mundur, para karyawan pun tidak mencoba menghalangi para petugas eksekusi. Akhirnya tanah yang diakui milik keluarga almarhum Karman Amat, yang juga pemilik PO Akas ini berhasil diekskusi . Obyek eksekusi seluas 10.525 meter persegi itu diserahkan kepada Darmawan Utomo.nst35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/23/eksekutor-lahan-akas-dihadang-karyawan.html


Lahan PO Akas Tanah Sengketa

Jumat, 23 Juli 2010 | 08:04 WIB

SURABAYA- Tanah yang dipakai garasi bus PO Akas di Jl. Panglima Sudirman 213, Kota Probolinggo itu ternyata riwayatnya agak ruwet. Eksekusi kemarin itu merupakan ketiga setelah dua kali eksekusi gagal yakni 26 April 2000 dan 15 Maret 2007.

Surat penetapan eksekusi telah dikeluarkan tanggal 15 Juni 2010 lalu, ditandatangani Ketua PN Probolinggo, Hari Moerti SH. Sengketa atas tanah tersebut telah berlangsung sejak 1984 silam.

Darmawan Utomo sebagai pemohon eksekusi mengaku memiliki tanah itu dibelinya dari hasil lelang sebagai pelaksanaan eksekusi putusan MA tanggal 26 April 1984.

Tanah tersebut awalnya milik mendiang suami-isteri, Tang Liong Tjiang dan Lo Tjiat Nio.

Salah seorang ahli waris, Thomas Tedja Sumana, menolak menyerahkan tanah kepada Darmawan Utomo sehingga terjadi gugat menggugat antara Darmawan dan Thomas. Gugatan dimenangkan Darmawan.

Tanpa sepengetahuan Darmawan, pada 1993 tanah beralih kepada Karman Amat dengan alasan sebagai kompensasi utang Thomas kepada Karman. Gugat-menggugat pun terjadi antara Darmawan dengan Karman. Setelah Karman meninggal diteruskan ahli warisnya yaitu Harsono, Hartojo, Sunarmi, Edy Hariyadi.

Akhirnya dugatan dimenangkan Darmawan sesuai putusan kasasi MA tanggal 16 September 1995, dan diperkuat putusan PK MA tanggal 12 Juli 2005. Berdasarkan putusan PK itulah eksekusi pengosongan dilakukan. Apalagi upaya perlawanan yang dilakukan pihak ahli waris dengan nomor registrasi No. 8/Pdt.Plw/2000/PN.Prob, hingga di tingkat PK MA ditolak. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=93d9d6faaa42355e0d765cca4a1a16ce&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Ahli Waris PO AKAS Legowo Kosongkan Lahan

TEMPO Interaktif, PROBOLINGGO - Ahli waris almarhum Karman Amat, pemilik Perusahaan Otobus (PO) AKAS, secara sukarela akan mengosongkan tanah sengketa. Keputusan pihak ahli waris Karman itu dikemukakan setelah melakukan negosiasi dengan Panitera Pengadilan Negeri Probolinggo yang melakukan eksekusi pengosongan, Kamis (22/7).

Meski berjalan lancar, pelaksaan eksekusi sempat diwarnai ketegangan. Massa yang berkumpul di lahan yang akan di eksekusi, yakni di Jalan Panglima Sudirman 213 Kota Probolinggo, berupaya menghalangi petugas eksekusi. Sejumlah bus AKAS ditata sedemikian rupa. Belasan orang, yakni karyawan PO AKAS berdiri di atas bus.

Kepala Kepolisian Resor Kota Probolinggo Ajun Komisaris Besar Polisi Agus Wijayanto yang memimpin pengamanan pelaksanaan eksekusi meminta massa mundur dan meninggalkan obyek sengketa. “Kami tidak memihak siapapun. Kami hanya mengamankan proses eksekusi,” kata Agus. Dia juga meminta aparat kepolisian tidak bertindak arogan.

Pihak kepolisian mengerahkan sekitar 1.000 personil. Selain dari Polres Kota Probolinggo, pengamanan juga dibantu aparat Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Timur, Polres Lumajang, dan Polres Kabupaten Probolinggo. Tampak satu unit Barracuda milik Brimob Polda Jawa Timur disertakan dalam pengamanan.

Sejumlah alat berat, seperti mobil derek, bekho, serta mobil pemadam kebakaran juga disiapkan. Jalan sisi selatan di depan lokasi obyek sengketa diblokir. Arus lalu lintas dua arah dialihkan ke sisi utara. Kendaraan yang boleh lewat hanya kendaraan roda dua, sedangkan roda empat dialihkan ke jalur lain.

Pengerahan petugas keamanan beserta peralatan berat tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerusuhan. Namun, hal itu tidak terjadi meskipun sempat terjadi aksi pembakaran pada saat kendaraan bekho hendak membuka pintu gerbang di lokasi lahan sengketa. Bekho dimundurkan, dan massa yang merangsek ke arah bekho juga mundur.

Ketika suasana dirasa aman, panitera pengadilan membacakan penetapan eksekusi. Terjadi negosiasi antara pihak ahli waris Karman Amat sebagai termohon dengan pihak pengadilan. “Kami legowo. Kami akan lakukan pengosongan. Namun, gugatan perlawanan tetap jalan,” ujar Nike Harvani, salah seorang ahli waris.

Menurut Nike, tanah sengketa akan dikosongkan sendiri oleh pihak ahli waris. Seluruh bus dan aset milik PO AKAS yang ada di lokasi sengketa akan dikeluarkan. Namun, dia menyesalkan pengerahan aparat keamanan yang dinilainya berlebihan.

Seperti diberitakan sebelunya, eksekusi didasarkan penetapan Nomor 6/Eks/1999/30/Pdt.G/1994/PN.Prob, tanggal 11 September 1995 juncto Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya Nomer 281/PDT/1996/PT.Sby, tanggal 16 September 1995, juncto Putusan Mahkamah Agung RI (Peninjauan Kembali) Reg.Nomor 548 PK/Pdt/2002 tanggal 12 Juli 2005.

Surat penetapan eksekusi telah dikeluarkan sejak tanggal 15 Juni 2010 yang ditandatangani Ketua PN Probolinggo Harimurti.

Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, eksekusi hari ini adalah yang ketiga kalinya. Dua kali pelaksanaan eksekusi sebelumnya, yakni 26 April 2000 dan 15 Maret 2007, selalu gagal dilakukan.

Sengketa atas tanah tersebut bahkan telah berlangsung sejak 1984. Penanganan perkara ini melewati pergantian setidaknya 15 Ketua PN, 10 Ketua Pengadilan Tinggi, serta enam Ketua MA.

Darmawan Utomo sebagai pemohon eksekusi adalah pemilik tanah yang dibelinya dari hasil lelang sebagai pelaksanaan eksekusi putusan MA tertanggal 26 April 1984. Tanah tersebut semula milik almarhum pasangan suami isteri Tang Liong Tjiang dan Lo Tjiat Nio. Salah seorang ahli waris, Thomas Tedja Sumana, menolak menyerahkan tanah kepada Darmawan Utomo sehingga terjadi gugat menggugat antara Darmawan dan Thomas. Gugatan dimenangkan Darmawan.


Tanpa sepengetahuan Darmawan Utomo, pada tahun 1993 tanah beralih kepada Karman Amat dengan alasan sebagai kompensasi hutang Thomas Tedja Sukmana pada Karman Amat. Gugat menggugat pun terjadi antara Darmawan dengan pihak Karman Amat yang diteruskan oleh para ahli warisnya ketika Karman Amat meninggal dunia.

Gugatan juga dimenangkan Darmawan Utomo sesuai putusan kasasi MA tanggal 16 September 1995, dan diperkuat putusan PK MA tanggal 12 Juli 2005. Berdasarkan putusan PK itulah eksekusi pengosongan dilakukan. Apalagi upaya perlawanan yang dilakukan pihak ahli waris dengan nomor registrasi No. 8/Pdt.Plw/2000/PN.Prob, hingga di tingkat PK MA ditolak. DAVID PRIYASIDHARTA.

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2010/07/22/brk,20100722-265504,id.html

Pelatihan Jurnalistik Madrasah

Jumat, 23 Juli 2010 | 09:50 WIB
Oleh : Nur Salim

Untuk peningkatan ketrampilan menulis siswa, Madrasah Aliyah (MA) Wahid Hasyim Kademangan Kota Probolinggo mengadakan Pelatihan Jurnalistik. Acara ini diisi oleh Ikhsan Mashmudi, wartawan Surabaya Post dan Dandy Arie Gafur, korespondensi SCTV.

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswi MA Wahid Hasyim 164 anak, siswi SMA Sunan Giri 10 anak, siswi MTs Roudlotut Tholibin sebanyak 10 anak.

Kepala Madrasah Juhariyah S.Pd menyatakadan acara ini untuk meningkatkan pemahaman dan pengusaan bahasa bagi siswi MA Wahid Hasyim. Nanti diprogramkan secara kontinyu agar anak didik bisa menjadi penulis.

Sejalan dengan itu, koordinator kegiatan Nur Salim SPd menambahkan kegiatan ini tidak hanya saat ini saja tapi akan dilakukan terus menerus dengan membentuk tim dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang berada dibawah naungan Yayasan Pesantren Roudlotut Tholibin.

Dia menambahkan, kegiatan ini akan bekerjasama dengan wartawan-wartawan di Kota Probolinggo baik media cetak, media suara, maupun media pertelevisian. Jadi harapannya agar siswi MA Wahid Hasyim nantinya betul-betul menguasai dunia jurnalistik.

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=citizen&act=view&id=38b3eff8baf56627478ec76a704e9b52

Jalan Tol Mojokerto-Kertosono Rampung Akhir 2011

TEMPO Interaktif, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, pengerjaan jalan tol Mojokerto-Kertosono sepanjang 40,5 kilometer ditargetkan rampung dan bisa dioperasikan pada akhir 2011. Pemerintah telah membebaskan sekitar 60 persen dari total lahan yang dibutuhkan, yakni 330,4 hektare. "Proses pembebasan lahan dan pengerjaan jalan dilakukan bersamaan,” ujarnya, Jum'at (23/7).

Selain tol Mojokerto-Kertosono, juga akan dikerjakan sembilan ruas jalan tol lainnya, yakni jalan tol Mantingan-Ngawi-Kertosono sejauh 37 kilometer, Gempol-Pandaan 13,61 kilometer, Gempol-Pasuruan 32 kilomenter, Pandaan-Malang 35 kilometer, Pasuruan-Probolinggo 45 kilometer, Probolinggo-Banyuwangi 170 kilometer, tol tengah Kota Surabaya 25 kilometer, pengganti jalan tol Porong sejauh 10,1 kilometer, serta jalan tol Waru-Juanda 13,6 kilometer.

Dari seluruh proyek tersebut, baru jalan tol Waru-Juanda yang sudah diresmikan dan kini sudah beroperasi. Adapun pengganti jalan tol Porong ditargetkan juga sudah rampung awal 2011. "Kami berharap seluruh proyek jal tol di Jawa Timur segera rampung dan bisa terintegrasi dengan infrastruktur yang telah ada, seperti Jembatan Suramadu," kata Soekarwo pula.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Gentur Prihantono Sanjoyo mengatakan, dari beberapa jalan tol yang kini sedang dikerjakan, yang paling cepat pelaksanaannya adalah pengganti tol Porong, serta jalan tol Kertosono-Mojokerto.

Jalan tol Kertosono-Mojokerto akan dibangun dua tahap. Untuk tahap pertama akan dibangun dua lajur, masing-masing dengan lebar 3,60 meter, dengan lebar bahu luar jalan 3 meter.

"Jalan tol ini akan melalui 35 desa, 19 kecamatan dan dua Kabupaten, Mojokerto dan Jombang," kata Gentur. Pengerjaan proyek dilakukan oleh PT Marga Hanurata Intrinsic, dan PT Hutama Karya. ROHMAN TAUFIQ.

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2010/07/23/brk,20100723-265727,id.html

DPRD Soroti RSUD-Dinkes

Jumat, 23 Juli 2010 | 10:06 WIB

PROBOLINGGO - Kinerja RSUD Dr Moch. Saleh dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Probolinggo kembali jadi sorotan. Kali ini dengar-pendapat (hearing) gabungan Komisi A dan Komisi C DPRD diwarnai “semprotan” bertubi-tubi terhadap RSUD dan Dinkes.

Masalah penanganan pasien miskin menjadi sorotan kedua komisi di DPRD Kota Probolinggo itu. “Saya mendesak bagaimana caranya, RSUD dan Dinkes harus bisa menangani semua pasien miskin,” ujar Ketua Komisi C, Nasution dalam hearing di gedung DPRD, Kamis (22/7) siang.

Dikatakan Nasution, selama ini Direktur RSUD, dr Budi Poerwohadi SpPD sering mengeluhkan kurangnya dana untuk menangani pasien miskin. “Dana sebenarnya tidak ada masalah. Usulkan berapa pun asalkan untuk penanganan pasien miskin, pasti kami setujui,” ujar Nasution. Hal senada diungkapkan Ketua Komisi A, As’ad Anshari. “Asal programnya jelas untuk pasien miskin, pasti dananya mengikuti,” ujarnya.

Kepala Dinkes, dr H Bambang Agus Soewignyo MMKes mengatakan, selama ini pasien miskin ditangani melalui Jamkesda (SK Walikota) dan Jamkesmas (SK Gubernur). “Warga miskin akan mendapatkan kartu Jamkesda atau Jamkesmas,” ujarnya.

Di luar pemegang kartu Jamkesda atau Jamkesmas itu, warga miskin pun dilayani gratis saat berobat asalkan bisa menunjukkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) atau Surat Pernyataan Miskin (SPM). SKTM ditandangani lurah dengan mengetahui camat. “Sedangkan SPM ditandatangani Asisten Pemerintahan,” ujar dr Bambang.

SPM biasanya untuk merujuk pasien ke rumah sakit milik Pemprov Jatim. “SKTM pun sebenarnya bisa untuk berobat ke rumah sakit provinsi. Nanti provinsi akan mengklaim dananya ke pemda,” ujarnya.

Sementara itu, Abdul Azis, anggota Komisi A mempertanyakan tenaga magang di RSUD. “Saya tidak ingin pasien di RSUD menjadi sasaran coba-coba tenaga magang, apalagi akreditasi lembaga pendidikan (tenaga magang) itu belum jelas,” ujar politisi PKB itu.

Terkait kinerja RSUD dan Dinkes yang lamban dalam menangani pasien, Nasution sempat marah-marah. “Ada dua pasien demam berdarah (DB), saya minta rumahnya dan sekitarnya di-fogging ternyata hingga tiga hari baru di-fogging,” ujarnya.

Dokter Bambang sempat menangggapi, jika ada warga terjangkit DB, Dinkes menyurvei lebih dulu. Setelah diketahui memang benar, barulah fogging digelar. Mendapat jawaban ini, Nasution langsung menyahuti, “Jangan seperti pinjam uang di bank, disurvei segala macam. Ini ada orang sakit DB sampai dua orang, harusnya langsung di-fogging.”

Lambannya RSUD menangani anak mantan anggota DPRD, Titin Andriani, sehingga mengakibatkan kematian, juga diungkap Nasution. “Anaknya Titin dua hari tidak diapa-apakan, akhirnya meninggal,” ujarnya.

Nasution pun sampai melontarkan kata-kata “menjurus” terhadap dr Budi dan dr Bambang. “Kalau Kepala Dinkes diberi masukan selalu melawan atau bereaksi. Kalau Pak Budi setel gendheng (berlagak bodoh, Red.),” ujarnya.

Bahkan tudingan dr Budi dalam hearing sebelumnya bahwa sejumlah anggota DPRD meminta katabelece untuk berobat, kembali diungkit Nasution. “Saya tidak pernah telepon dokter Budi. Saya tersinggung dikatakan DPRD minta katabelece,” ujar politisi PDIP itu. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=173cdd6efafce2afa64d31dc0ba6cbf6&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Pariwisata Ketubli

Jum'at, 23 Juli 2010

Yusak Anshori
Ketua Dewan Pariwisata Indonesia Jawa Timur

Tourism is about coordination, synergy, and consistency (Anshori dan Strya, 2008). Hal ini juga berlaku untuk pengembangan pariwisata di bagian tengah selatan Jawa Timur. Ketubli adalah singkatan dari Kediri, Tulungagung, dan Blitar.

Wilayah Kediri, Tulungagung, dan Blitar sebenarnya memiliki beberapa objek wisata yang cukup menarik untuk dikembangkan. Apalagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur memiliki rencana untuk membangun jalan tol di sepanjang kawasan selatan Jawa Timur mulai dari Jember sampai Pacitan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pengangkutan sumber daya alam yang dihasilkan dari pantai selatan Provinsi Jawa Timur.

Jika jalan tol ini selesai, titik pertemuan jalan tol selatan ke Surabaya akan terletak di Kediri. Kabupaten Kediri dan Kota Kediri merupakan persimpangan kebudayaan yang cukup menarik. Kediri menjadi wilayah yang unik karena pengaruh wilayah Jombang, Blitar, dan Tulungagung, serta Mataraman yang bersinggungan dengan masyarakat, membuat warga Kediri memiliki budaya dan gaya berbicara berbeda-beda.

Kediri utara lebih banyak dipengaruhi oleh budaya dan gaya bicara Jombangan. Kediri timur banyak dipengaruhi budaya dan gaya bicara Malangan. Kediri selatan banyak dipengaruhi gaya Blitaran dan Tulungagungan. Sedangkan Kediri barat lebih banyak dipengaruhi gaya Mataraman.

Rencana Pemprov Jatim membangun jalan tol dan Kediri sebagai titik temu menuju jalan tol menuju Surabaya dan sebagai persimpangan kebudayaan akan menjadi daya tarik tersendiri jika potensi wisata yang ada dikemas dan dikembangkan dengan baik. Sebaiknya pemkot/pemkab di Kediri, Tulungangung, Blitar, bersiap diri dan melakukan koordinasi mulai dari sekarang berkaitan dengan apa saja yang diperlukan untuk mengembangkan kawasan wisatanya jika realisasi jalan tol tersebut terwujud.

Seharusnya pemerintah daerah banyak belajar dari kesalahan yang lalu seperti Jembatan Suramadu, ketika proyek infrastruktur dibangun tidak sekalian menyiapkan apa yang akan dilakukan pascapembangunan. Setelah proyek selesai dibangun baru tergopoh-gopoh menyiapkan. Ketika masyarakat mengkritik, pemerintah juga sibuk mencari kambing hitam. Ketika kambing hitamnya tidak ditemukan pemerintah marah-marah. Ketika hal itu selalu terjadi berkembangan pariwisata tidak akan pernah maju.

Membuka Batas Wilayah

Ukhuwah pariwisataiyah di keempat wilayah tersebut mutlak diperlukan khususnya antara Kota Kediri dan Kabupaten Kediri. Kedua wilayah ini sama-sama menyandang nama Kediri. Hal ini akan menjadi sulit kalau sudah disibukkan dengan wilayah administrasi, apalagi jika masing-masing mengandalkan arogansi kedaerahan dan tidak ada yang mau mengalah. Ketika ukhuwah antara kota dan kabupaten di Kediri sudah dilakukan maka perlu ada pendekatan dengan Blitar dan Tulungagung.

Dalam pariwisata yang terpenting adalah mendatangkan wisatawan, sehingga memberikan efek ganda secara ekonomi dengan tetap mempertahankan budaya dan muatan lokal yang ada daerah. Tanpa adanya koordinasi antarwilayah (Kediri, Blitar, Tulungagung) akan sulit menarik wisatawan karena keterbatasan objek wisata yang ada di masing-masing daerah. Akan tetapi jika keempat wilayah tersebut berkoordinasi dan bersinergi untuk bersama-sama mengadakan kegiatan pariwisata yang bersifat khas menyangkut budaya lokal dan konsisten dilakukan setiap tahun, maka akan memberikan makna tersendiri dalam pengembangan pariwisata Ketubli.

Kediri dapat direpresentasikan dengan wisata budaya. Tulungagung memiliki keunikan alam dengan gua dan lautnya sedangkan Blitar direpresentasikan dengan wisata sejarah.

Kediri bisa saja menggunakan ikon Ken Dedes, misalnya, dengan membangun patung Ken Dedes berukuran besar dengan kemasan cerita yang menarik tentang Kediri ditambahkan dengan Pamenang, Gunung Kelud, dan Puhsarang. Blitar sudah terkenal dengan makam Bung Karno dan Candi Penataran. Tulungagung dapat menonjolkan Gua Lowo (kelelawar) dan pantai selatannya.

Dari objek-objek yang ada harus dikemas, sehingga memudahkan wisatawan untuk menjangkau objek wisata di keempat daerah tersebut. Hal ini sangat penting diperhatikan karena jarak jangkau antara satu tempat ke tempat lain cukup jauh. Pengemasan paket ini juga sangat diperlukan agar alur perjalanannya menjadi menarik dan tidak membosankan.

Mengingat promosi pariwisata harus dilakukan berbarengan empat wilayah ada baiknya masing-masing pemerintah daerah melakukan koordinasi untuk selanjutnya membuat langkah nyata mengadakan promosi bersama. Sementara itu, para pelaku pariwisata harus secara aktif melakukan koordinasi dan bersinergi baik dengan pemerintah daerah (dinas pariwisata) maupun dengan para pelaku pariwisata lainnya.

Jika koordinasi, sinergi dalam mempromosikan pariwisata dijalankan dengan konsisten, maka pengembangan pariwisata tersebut tidak akan kalah dengan daerah lain di Jawa Timur. Tidak menutup kemungkinan dalam perkembangannya nanti Ketubli dapat bersinergi lagi dengan kegiatan-kegiatan pariwisata yang dijalankan oleh Susimapro (Surabaya, Sidoarjo, Malang, dan Probolinggo).

Sinergi kegiatan antarwilayah ini jika dilakukan terus-menerus pada akhirnya akan sampai pada tingkat nasional untuk selanjutnya ke pasar internasional. Tinggal siapa yang akan memulai dan kapan akan dimulai. Sebaiknya, sekarang saat yang tepat.n

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/23/pariwisata-ketubli.html

Polisi Akan Redam Isu Penculikan Anak

22 Juli 2010, 19:24:43| Laporan Sentral FM Lumajang

suarasurabaya.net| Mencuatnya isu penculikan anak yang cukup meresahkan warga di Desa Jenggrong, Kecamatan Ranuyoso yang akhirnya membawa korban jiwa dengan tewasnya Ny. RUSNIAH (45), warga Dusun Lajuk, Desa Wonoasri, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo yang dihabisi oleh SLAMET (55), warga Dusun Gambang, Desa Jenggrong, Kecamatan Ranuyoso, Kamis (22/07) dinihari, tampaknya cukup mengundang perhatian aparat kepolisian.

Pasalnya, munculnya isu seputar aksi isu penculikan anak yang santer tersebar luas di Desa Jenggrong ini, juga diakui oleh SUWARNO Kades Jenggrong, sangat umum trdengar masyarakat. Akibatnya, isu yang tersengar siumpang siur dan tidak jelas kebenarannya itu, membuat warga jadi was-was dan khawatir.

Pelaku penculikan anak yang disebutkan SUWARNO Kades Jengrong dengan julukan dok-dok itu, dinilainya sangat menakutkan warga. Pelakunya dari isu yang tersebar, disebut-sebut mengendarai mobil Toyota Avanza atau Mobil Suzuki APV yang berkeliling menculik anak di Desanya.

”Kondisi inilah, yang membuat warga saya belakangan jadi termakan isu dan menjadi khawatir,” kata SUWARNO Kades. Seputar mencuatnya isu penculikan anak yang santer tersebar luas di Desanya, diakui juga oleh SUWARNO Kades Jenggrong, sangat umum terdengar masyarakat hingga membuat warga keresahan tersendiri diantara warga.

Menyikapi peristiwa yang memunculkan informasi seputaran isu penculikan anak yang diduga menjadi pemicu insiden pembunuhan terhadap Ny. RUSNIAH ini, AKBP TEJO WIJANARKO Kapolres Lumajang ketika dikonfirmasi DIDI reporter Sentral FM Lumajang di kantornya, Kamis (22/07) siang, menyebutkan jika hal itu akan diredam dengan kordinasi Pemkab Lumajang.

”Saya berharap warga tidak termakan isu dan terprovokasi atas rumor tersebut. Dan selajutnya, kami akan gencar disosialisasikan dengan koordinasi Pemerintah Daerah, agar tidak terjadi insiden yang sama diantara warga masyarakat,” pungkas AKBP TEJO WIJANARKO. (her/git)

Sumber: http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=f66d447bb86d8860c780bc787576bb94201079744

Waiting List Lama, Umrah Dulu

Jumat, 23 Juli 2010 | 13:21 WIB
PROBOLINGGO - Sejumlah calon jamaah haji (CJH) yang masuk daftar tunggu (waiting list), 5-7 tahun baru bisa berangkat haji memilih melaksanakan umrah lebih dulu. Solusi melalui umrah itu dipandang tepat karena sebagian CJH mengaku sudah kangen berziarah ke Makkah dan Madinah.

"Sejumlah calon jamaah haji yang berusia lanjut yang mengikuti paket umrah beralasan sangat kangen Makkah dan Madinah. Bahkan sebagian mengaku khawatir maut keburu menjemputnya sementara dirinya belum sempat menunaikan haji," ujar ustad Drs H Mahfud Syamsul Hadi, salah seorang pembimbing Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) di Kab. Probolinggo, Jumat (23/7).

Ustad Syamsul mencontohkan, beberapa waktu lalu dirinya bekerjasama dengan biro travel PT Jabal Rahmah, Jakarta memberangkatkan 60 orang untuk berumrah ke Tanah Suci. "Kebetulan kami rutin menggelar paket umrah Maulid, (saat Maulid Nabi Muhammad SAW, Red.)." ujarnya.

Dari 60 orang jamaah umrah itu sekitar 20 orang berusia lanjut, di atas 60 tahun. Sebanyak 33 di antara jamaah itu berasal dari Probolinggo dan Banyuwangi. "Jamaah yang tua-tua itu sering curhat, menunggu berangkat haji terlalu lama sementara usianya sudah senja. Karena sudah sangat kangen Makkah dan Madinah, mereka pun memilih umrah lebih dulu sambil menunggu berangkat haji," ujar Ustad Syamsul.

Para jamaah umrah yang berangkat melalui biro travel PT Menara Suci, Surabaya sebagian juga mereka yang berusia lanjut. "Saat Maulid lalu, sebanyak 500 jamaah umrah berangkat ke Tanah Suci, sekitar 40 persen berusia sepuh," ujar KH dr Abdul Haris Damanhuri, salah satu pengasuh Pesantren Zainul Hassan, Genggong, Kab. Probolinggo siang tadi.

Kondisi serupa juga terlihat pada sekitar 500 calon jamaah umrah yang bakal berangkat pada Ramadhan (Agustus) mendatang. "Sebagian jamaah umrah merupakan calon jamaah haji yang masuk daftar tunggu," ujar dokter pendamping jamaah umrah itu.

Putera Nyai Hj Diana Susilowati (Ning Sus) dan almarhum KH Muhammad Damanhuri (Gus Muh) itu mengaku, kasihan menyaksikan jamaah berusia lanjut harus menunggu berlama-lama baru bisa berangkat haji. "Usia manusia memang tidak ada yang tahu. Tetapi daripada menunggu lama berangkat haji, kompensasinya bisa lewat umrah," ujar Gus Haris. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=1a66ee81aac434734cafee5bb6aea9dc&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

MOS, Siswa Bagi Beras

[ Jum'at, 23 Juli 2010 ]
KRAKSAAN - Kemarin (22/7) ratusan siswa SMKN 2 Kraksaan melakukan bakti sosial (baksos). Mereka membagikan beras. Yang menarik, kegiatan itu merupakan rangkaian masa orientasi siswa (MOS).

Namun, pelaksanaannya tidak bersamaan dengan MOS. Sebab, MOS di sekolah itu dilaksanakan pada 12-18 Juli. Meski demikian, aksi itu tetap saja mendapatkan sambutan positif warga.

Wakil Kepala Bagian Kesiswaan Lucky Hendra Saputra mengatakan, jadwal baksos memang diundur. "Ada beberapa kendala. Mestinya dilaksanakan pada saat MOS itu," ujar Lucky.

Dalam pantauan Radar Bromo, kegiatan itu diikuti oleh 340 siswa. Mereka adalah siswa baru di sekolah tersebut. Sekitar pukul 06.30 WIB, semua sudah berkumpul di halaman sekolah.

Mereka mengikuti apel pagi untuk mendengarkan pengarahan dari sekolah. Khususnya tentang teknis pembagian beras tersebut. Begitu apel selesai, beras tidak langsung dibagikan.

Siswa lebih dulu melakukan kegiatan bersih-bersih di lingkungan sekolah dan sekitarnya selama kurang lebih 2 jam. Selanjutnya barulah beras dibagikan.

Menurut ketua OSIS Achmad Taufiq, jumlah beras yang dibagikan ada 360 kg. Beras itu didapat dari sumbangan siswa baru. Mereka kata Taufiq, dianjurkan membawa beras dari rumah. Jumlah tidak ditentukan, sesuai kemampuan siswa.

Selain dari siswa, beras juga didapat dari donatur sekolah. Bahkan ada sebagian guru yang membawa berat. Hal ini kata Lucky menunjukkan kepedulian bersama. Jadi, tidak hanya siswa saja yang dianjurkan membawa beras. "Gurunya juga membawa," kata Lucky.

Beras lantas dibagi menjadi rata-rata 4-5 kilogram dan dibagikan di beberapa titik. Yakni di beberapa ponpes sekitar Kraksaan, panti asuhan dan warga sekitar sekolah. Sasarannya yakni keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah.

Pembagian sendiri dilakukan di sekolah. Untuk mendapatkan beras tersebut, warga menukarkannya dengan sebuah kupon. Kupon itu disebarkan sekolah melalui koordinasi dengan Kelurahan Sidomukti. Karena sudah diatur sedemikian rupa, tidak ada kesulitan saat pembagian.

Selama pembagian, hadir pula Lurah Sidomukti Hari Pribadi. Bahkan Hari ikut membagikan beras. Menurut Hari, kegiatan itu akan membawa dampak positif. Apalagi digalang oleh siswa. Sebab, kegiatan semacam itu jarang dilaksanakan. "Saya menyambut baik kegiatan ini. Bahkan patut ditiru oleh pihak lain," ujar Hari.

Lucky menambahkan, kegiatan itu memiliki beberapa tujuan. Di antaranya, melatih mental siswa agar memiliki kepekaan sosial. Sebab, saat ini kepekaan sosial kurang dimiliki siswa. "Siswa kita ingatkan, di sekitar mereka masih banyak orang yang membutuhkan," sebut Lucky. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171284

Operasi Pekat Amankan 35 Tersangka

[ Jum'at, 23 Juli 2010 ]
KRAKSAAN - Sejak 12 Juli Polres Probolinggo menggelar operasi Pekat (penyakit masyarakat). Dan hingga kemarin (22/7), operasi tersebut berhasil mengamankan cukup banyak tersangka. Yakni, 35 orang.

Kasat Reskrim AKP Heri Mulyanto melalui KBO Reskrim Iptu Mohammad Dugel mengatakan, tersangka terdiri dari berbagai aksi Pekat. Yakni, 4 tersangka judi togel dan 6 pelaku curwan. Mereka tidak beraksi sebagai komplotan.

Selanjutnya, ada 2 curanmor dengan jumlah pelaku 3 orang. Juga sebuah kejadian curat dengan pelaku yang tertangkap 2 orang. Lalu, 2 pelaku penyalahgunaan BBM yang terdiri dari satu komplotan. Total, jumlahnya 17 orang tersangka. "Padahal operasinya hanya 10 hari. Jumlah kriminalitas cukup tinggi," ujar Dugel.

Kemudian, juga ditangkap 4 PSK (pekerja seks komersial). Statusnya menurut Dugel, yakni tipiring (tindak pidana ringan). "Langsung disidang di Pengadilan Negeri," kata Dugel.

Pekat selanjutnya yakni tindakan premanisme. Polres berhasil menjaring 9 orang pelaku. Namun mereka hanya dibina. Sebab kata Dugel, tindakan yang dilakukan masih bisa ditoleransi. "Tindakan mereka memang meresahkan. Namun mereka diberi kesempatan untuk tidak mengulangi perbuatannya," tutur Dugel.

Lima lainnya yakni peminum miras (minuman keras). Sama seperti pelaku premanisme, pelaku miras hanya dibina. Alasannya sama. Tindakan miras kata Dugel, merupakan tindakan yang meresahkan masyarakat. Karena itu, pihaknya memberikan pembinaan para peminum miras. "Agar tidak mengulangi lagi perbuatannya" ujarnya.

Tingginya angka kriminalitas selama 10 hari itu diurai Dugel, disebabkan banyak hal. Terutama karena himpitan ekonomi. Dekatnya bulan Ramadan kata dia juga membuat tindak kriminal meningkat. "Karena kebutuhan juga semakin meningkat," kata Dugel.

Karena itu, Polres Probolinggo akan tetap memantau perkembangan kriminal. Salah satunya dengan operasi Pekat tersebut. Bahkan menurut Dugel, operasi tidak terhenti walau sudah banyak tersangka ditangkap. "Itu hanya sebagian kecil saja," kata Dugel.

Operasi akan dilanjutkan pada bulan puasa nanti. Sebab justru di bulan itulah, kriminal diperkirakan meningkat. Selain itu, operasi dilakukan sebagai upaya pengamanan di bulan puasa. "Masyarakat juga harus hati-hati di bulan puasa," imbau Dugel. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=171283