Selasa, 07 September 2010

Hujan Deras Ancam 7923 Ha Tanaman Tembakau

Selasa, 7 September 2010 | 09:34 WIB

Probolinggo - SURYA- Petani Tembakau di Kabupaten Probolinggo dibayang-bayangi rasa waswas akibat guyuran hujan yang masih mengguyur sedikitnya tujuh kecamatan penghasil bahan baku utama produk rokok ini. Bahkan, hujan yang terjadi, Senin (6/9) pagi, sudah membuat petani merugi jutaan rupiah.

Di Kabupaten Probolinggo, ada sedikitnya 7.923 hektare areal tanaman Tembakau yang tersebar di tujuh kecamatan yakni, Kecamatan Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Krejengan, Besuk, Gading, dan Kraksaan.

Tembakau rajangan yang baru saja dijemur, langsung terkena air hujan. Malam harinya, ratusan pohon Tembakau di daerah Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton roboh.

Salah satu petani Tembakau dari Desa Sogaan, Kecamatan Pakuniran, H Imam Mulyoto kepada Surya mengaku Tembakau rajangan miliknya yang baru saja dijemur, menjadi rusak akibat diguyur hujan. “Saya menjemur sekitar hampir dua kuintal setengah. Tapi, sudah rusak kena hujan,” katanya kepada Surya.

Tak hanya tembakau yang sudah dirajang, untuk daun Tembakau yang masih belum dipetik di pohonnya juga rusak. “Kalau terus-terusan hujan begini daun tembakau menjadi layu dan menguning,” tandas Andi. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/07/hujan-deras-ancam-7923-ha-tanaman-tembakau.html


Keluh Kesah Petani Bawang Merah di Probolinggo saat Cuaca Tak Menentu

[ Selasa, 07 September 2010 ]
Cari Utangan untuk Kebutuhan Lebaran

Tahun ini menjadi masa sulit bagi sebagian petani bawang merah di Probolinggo. Cuaca tak menentu membuat hasil tanamnya tak menentu. Terlebih di saat menghadapi lebaran ini.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

Jarum jam menunjukkan pukul 11.00. Di musim ini biasanya, di jam-jam itu panas matahari menyengat di Desa Tamansari, Dringu Kabupaten Probolinggo. Tapi kemarin sinar matahari terhalang mendung. Paginya bahkan hujan mengguyur.

Melihat mendung yang masih menggumpal, Ajat, 46, seorang petani bawang merah di Tamansari nampak cemas. "Semoga tidak hujan lagi. Tadi (kemarin) pagi dan semalam sudah hujan," ujarnya.

Sat ditemui Radar Bromo kemarin, Ajat sibuk meracik obat-obata disinfektan untuk menyirami bawang merahnya. "Kalau hujan-hujan gini, tanaman (bawang) harus diobati sering-sering mas," katanya.

Menurut Ajat, sedianya pada beberapa tahun lalu, masa tanam bulan-bulan ini sedang bagus-bagusnya. Tetapi tahun ini berbeda 180 derajat. Beberapa bulan terakhir hasil panen bawangnya juga kurang maksimal.

Ajat mengaku heran. Cuaca tahun ini berbeda dengan rutinitas tahun-tahun sebelumnya. Seharusnya, menurut Ajat tahun ini sudah memasuki musim kemarau dan sudah tidak turun hujan lagi.

Faktanya hujan tetap turun beberapa hari terakhir. Bahkan frekuensi hujannya juga lumayan lebat. "Sekarang ini sudah tidak bisa diprediksi lagi cuacanya. Saya sendiri juga kurang tahu apa sebabnya," bebernya.

Hujan dan panas yang datang silih berganti setiap harinya dijelaskan Ajat membuat pertumbuhan tanaman bawang merahnya kurang maksimal. Selain itu tanamannya juga rentan terkena aneka macam penyakit.

"Daun bawang itu akan menguning dan layu. Karena habis terkena hujan, terus kena panas, jadi rusak. Selain itu hujan dan panas ini juga membuat ulat-ulat dan hama lain berkembang biak dengan cepat dan siap merusak tanaman," jelentreh Ajat.

Untuk mengantisipasinya, para petani menggunakan pestisida. Di musim yang tak menentu seperti sekarang ini, tentu saja frekuensi obat-obatan itu juga ditambah. Apalagi kelambu yang biasanya digunakan sebagai salah satu alat untuk memerangi hama juga mudah rusak di musim tak menentu ini. "Benang kelambunya banyak yang rantas, karena tak kuat usai kena air terus kena panas," jelasnya.

Obat-obatan hama itu sendiri harganya juga tak murah. "Total harga racikan obat untuk sekali racik itu mencapai Rp 200 ribu. Itu untuk beberapa kali menyemprot," beber Ajat.

Ajat berharap bawang merahnya yang sudah berumur 25 hari bisa dipanen pada waktunya. Sekitar 60 hari, dengan begitu hasilnya akan maksimal. Tetapi kalau kondisi panas hujan terus berlangsung, Ajat bisa memanen lebih dini.

"Beberapa bulan lalu, saya terpaksa panen dini. Itu karena hujan beberapa bulan yang lalu yang deras membuat beberapa sawah banjir. Jangan tanyakan penghasilan menurun berapa, pokoknya rugi," terang Ajat.

Dikatakan Ajat, musim hujan panas ini sulit menghasilkan bawang merah super yang sekuintalnya dijual Rp 800 ribu. "Tetapi kalau kualitas biasa, ya sekitar Rp 600-700 ribu," ungkapnya.

Kegelisahan yang dirasakan Ajat juga dirasakan oleh Sahar, 38 salah satu pekerja perawat tanaman bawang milik salah satu petani besar di Tamansari. Sahar menceritakan, kalau hasil tanamannya menurun secara otomatis pendapatannya juga menurun.

"Masih turunnya hujan di musim kemarau ini memang membaut tanaman bawang merah tidak bisa berkembang dengan baik. Tetapi bos saya tetap tidak rugi, karena mempunyai lahan sawah yang luas," jelasnya.

Di sisi lain, meski penghasilan turun, namun kebutuhan para petani jelang lebaran terus meningkat. "Saya ini mempunyai anak 4 yang masih kecil-kecil," kata Ajat.

Tentu saja ritual memberikan baju baru masih jadi tradisi. Selain itu Ajat juga masih memikirkan soal kebutuhan lainnya seperti kue-kue dan mengecat rumah. "Anak saya meski kecil-kecil itu puasa. Jadi sebagai hadiah, biar tahun depan tambah semangat saya belikan baju baru untuk mereka," terangnya.

Lalu darimana Ajat bisa mendapatkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhannya yang membengkak jelang lebaran? "Biasanya kalau sudah gini ya ngebon (utang) dulu. Nanti baru dibayar ketika hasil tani sudah baik kembali," terangnya.

Utang bukan hal yang baru bagi petani. Hal tersebut biasanya juga dilakukan para petani bila memasuki musim tahun ajaran baru di saat belum masa panen.

Keresahan para petani ini sedianya juga dirasakan oleh Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin. "Tidak hanya bawang saja, tetapi rata-rata semua petani mulai dari tembakau, jagung sampai padi pun banyak yang mengeluh dengan situasi cuaca yang tak menentu seperti sekarang ini. Saya sangat mengetahui perasaan petani, karena saya juga seorang petani," jelasnya.

Hasan berharap para petani tabah menghadapi cobaan musim yang tak menentu seperti sekarang ini. "Saya secara pribadi juga prihatin, karena masa panen banyak yang tertunda. Tetapi hadapilah cobaan ini dengan ikhlas," harap Hasan. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Disetujui Ormas Islam dan MUI

[ Selasa, 07 September 2010 ]
Soal Gelaran Ramadan Fair di Kedopok

PROBOLINGGO - Sorotan MUI terhadap gelaran Ramadan Fair di lapangan Kedopok Kota Probolinggo Sabtu (4/9) lalu, direspons pihak penyelenggara event tersebut. Safiuddin, salah satu dari pihak penyelenggara menyatakan acara itu bahkan telah mendapat restu dari sejumlah ormas islam Kota Probolinggo, termasuk MUI.

Safiuddin menyatakan, Kiai Nizar hanya melihat acara tersebut dari konser Armada saja. Padahal, pada acara tersebut tak hanya Armada saja yang tampil menghibur. Tapi, juga ada Balasyik yang mengajakan penonton bersalawat.

"Sebelum konser, kami juga membagikan paket sembako, bantuan kepada anak-anak yatim dan bantuan ke masjid Al-Falah. Kami juga salat tarawih bersama di masjid Al-Falah, itu diikuti semua crew," ujar Safiuddin kepada Radar Bromo kemarin.

Diketahui, Sabtu itu Ramadan Fair disambut antusias. Lapangan bakal GOR Kedopok yang jadi venue acara tersebut dipadati penonton. Mereka datang sejak masih belum magrib tiba. Padahal, konser yang digeber sebagai rangkaian peringatan HUT Kota Probolinggo ke-651 itu baru dimulai sekitar pukul 20.15. Tak ayal, lalu lintas di Jl Mastrip bergerak merayap.

Nah, acara itu pun disorot oleh Ketua MUI Kedopok KH Niazar Irsyad. Kiai Nizar mengaku sangat prihatin dengan konser malam itu. Konser tersebut dinilai telah mencederai kesucian Ramadan. Terlebih, pada akhir-akhir Ramadan yang semestinya digunakan untuk lebih meningkatkan ibadah.

Kiai Nizar mengatakan, pihaknya tidak melarang konser itu digelar. Tapi, hanya momennya saja yang yang tidak tepat karena digelar di bulan Ramadan. "Apalagi, di akhir Ramadan, yang seharusnya tarawih jadi tidak tarawih," ujarnya, waktu itu. Kiai Niazar pun berharap hal itu tidak terjadi lagi dikemudian hari.

Sementara menurut Safiuddin, konser tersebut sudah mendapat persetujuan ormas Islam. Termasuk MUI Kota Probolinggo dan PC NU Kota Probolingo. "Mereka tidak keberatan, karena rundown acara bernapaskan Islam," ujarnya.

Soal penonton yang datang sebelum magrib, menurutnya itu adalah salah satu resiko yang harus ditanggung. Tapi, waktu itu di lapangan masih belum ada acara. "Tiga puluh menit sesudah tarawih bersama, baru kami on," ujarnya.

Karenanya ia khawatir Kiai Nizar hanya melihat sepotong-sepotong. "Tapi, habis ini saya mau bertemu dengannya untuk menjelaskan semua itu," ujar Safiuddin. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178562

Pertanyakan Kasus Video Porno

[ Selasa, 07 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Penyikapan Komisi A DPRD terkait kasus video bugil kamar mandi yang diduga melibatkan Kades Kalianan Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo Didik Mulyono dipertanyakan. Sebab, selang seminggu setelah komisi A turun ke lapangan, belum ada langkah konkret kelanjutan penanganan kasus tersebut.

Alhasil warga setempat pun menyanyakan keseriusan Komisi A. "Terus terang, warga masih menunggu hasil dari investigasi komisi A," terang Beni, salah satu warga setempat.

Menurut Beni, warga sudah beberapa kali menanyakan kelanjutan kasus tersebut ke Komisi A. "Terakhir saya menanyakan ke Pak Suhud (ketua Komisi A). Katanya Komisi A masih menunggu keterangan dan penjelasan si perempuan (yang diduga sebagai aktris dalam video mesum)," jelasnya.

Nah, langkah komisi A untuk mencari keterangan dari si perempuan ini dirasa Beni agak sulit. Sebab sejak video itu beredar, perempuan yang diduga maen di video tersebut sudah tidak terlihat lagi di desa.

"Yang namanya orang, usai video itu mencuat mungkin malu. Terus pergi entah ke mana. Kalau komisi A masih menunggu keterangan dari si perempuan ya agak sulit. Soalnya perempuannya sulit dicari," beber Beni.

Menurut Beni, langkah komisi A untuk memanggil si perempuan memang agak sulit. Meskipun begitu, proses investigasi masih bisa tetap digunakan. "Komisi A bisa meniru penanganan kasus Ariel itu. Pedomannya dengan menggunakan UU pornografi," beber Beni.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Rabu (25/8) lalu sejumlah warga Krucil mengadukan Kades Kalianan Didik Mulyono ke bupati dan DPRD. Didik dituding melakukan perselingkuhan dengan seorang wanita asal Desa Bremi Kecamatan Krucil.

Tudingan itu didasarkan pada video bugil seorang wanita di kamar mandi. Wanita itu disebutkan adalah warga Bremi. Dan diduga lelaki yang merekamnya adalah Kades Kalianan Didik Mulyono.

Didik Mulyono sendiri kepada Radar Bromo Kamis (26/8) menyangkal tudingan dan laporan warga atas dirinya. Kades Didik Mulyono mengaku sama sekali tidak terlibat dalam kasus video geger bugil kamar mandi itu. Didik justru mengatakan, laporan tersebut merupakan manuver politik dari beberapa lawan politiknya saat Pilkades (pemilihan kepala desa) 2008 silam.

Sementara itu, ketua Komisi A Suhud menjelaskan kalau penyikapan atas kasus video porno itu masih terus dilakukan. "Rencananya langkah terdekat kami ya akan memanggil pihak-pihak terkait. Seperti kades, pelapor dan yang diduga pelaku," jelasnya.

Menurut Suhud penanganan kasus tersebut agak lambat karena memang agenda DPRD beberapa minggu terakhir ini memang supersibuk. "Kemarin (Minggu/5/9) baru datang dari workshop di Jakarta," jelasnya.

Suhud menjelaskan kalau penanganan kasus tersebut bakal dilanjutkan kembali usai agenda utama dewan rampung. Diperkirakan usai lebaran mendatang. "Jadwal kami masih padat. Yang kami utamakan, agenda dewan dahulu," bebernya.

"Dalam waktu dekat ini kasus itu juga akan kami rapatkan di internal komisi A. Selanjutnya disampaikan ke pimpinan. Baru nanti kalau sudah jelas semuanya, akan saya kabarkan," imbuhnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178561

Bangun Tidur, Mendadak Tersunat

[ Selasa, 07 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Isratul Akbar, 6, bikin geger warga Kelurahan Mangunharjo, Mayangan Kota Probolinggo. Putra pertama pasangan suami istri (pasutri) Sawal Endaryono, 35, dan Buani, 30, itu mendadak "burungnya" sudah tersunat. Di masyarakat, peristiwa yang dialami Akbar ini disebut "disunat jin".

Peristiwa yang dialami Akbar kontan mengundang perhatian warga sekitar. Mereka penasaran ingin memastikan benar-tidaknya kabar tersebut. Tapi, sayang Isratul tidak mau "burungnya" dilihat banyak orang. Ia memilih menghindar dan menangis.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, peristiwa itu diketahui pada Minggu (5/9) sekitar pukul 14.00. Begitu bangun tidur, Akbar menuju kamar mandi karena handak pipis. Begitu membuka celananya, ia mendapati "burungnya" telah terkhitan.

Akbar langsung memberitahukan hal itu kepada kakeknya, Atmari, 50. Lalu, Atmari berusaha mengembalikan kondisi kemaluan Akbar seperti semula. Tapi, usaha itu tidak membuahkan hasil. Akbar pun menangis karena ketakutan.

Begitu pula ketika dikunjungi wartawan kemarin. Mulanya, Akbar masih mau menunjukkan 'burungnya'. Dari sana terlihat jelas kalau alat kelaminnya memang sudah dikhitan secara sempurna. Bahkan lipatan kulitnya seperti tidak ada bekas jahitan.

Tapi, semakin banyak warga yang datang melihat, Akbar langsung menangis dan menghindar. Beberapa kali diminta membuka celananya, ia pun menolaknya. Proses khitan ghaib itu tidak membuat Akbar kesakitan. "Dia juga bisa langsung mengenakan celananya," ujar Buani.

Buani mengaku masih belum memeriksanakan anaknya itu secara medis. "Belum kami periksakan ke dokter. Nanti akan kami bawa (ke dokter, Red)," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178560

Siagakan Sniper di Titik Rawan

[ Selasa, 07 September 2010 ]
Kapolda Tinjau Pospam Lebaran

PROBOLINGGO - Jelang lebaran, Kapolda Jatim Irjen Pol Badrodin Haiti turun ke jajarannya untuk melihat kesiapan pengamanan. Sore kemarin (7/9) giliran Kapolda berkunjung ke Probolinggo.

Sebelum ke Probolinggo, Kapolda kemarin berkunjung ke Situbondo dan Banyuwangi. Sekitar pukul 15.00 Kapolda dan rombongannya tiba di Probolinggo. Helikopter yang ditumpangi Kapolda mendarat di stadion Gelora Merdeka Kraksaan. Dari Kraksaan, Kapolda meluncur ke pospam (pos pengamanan) lebaran di Terminal Bayuangga Kota Probolinggo.

Kapolda disambut pucuk pimpinan kepolisian Probolinggo. Yakni Kapolres AKBP Rastra Gunawan dan Kapolresta AKBP Agus Wijayanto. Selain itu tampak juga Bupati Hasan Aminuddin, dan Wakil Wali Kota Bandyk Soetrisno. Berikutnya ada Ketua DPRD kabupaten Ahmad Badawi, Ketua DPRD kota Sulaiman, Ketua Pengadilan Negeri (PN) kota Hari Murti dan Kajari kota Edy Birton.

Dalam kesempatan itu, Kapolda Irjen Pol Badrodin menanyakan tentang kesiapan keamanan di Kota Probolinggo. Termasuk meningkatnya jumlah pemudik di terminal Bayuangga. "Sedikit mengalami kenaikan," jawab Kepala Dishub Sunardi.

Saat ditanya tentang hasil pantauannya, Kapolda menyatakan kalau selama dirinya turun ke berbagai wilayah di Jatim, tidak ada hal menonjol. Semuanya, masih tergolong aman dan lancar.

Hanya saja, hal yang menonjol terjadi di daerah Pasir Putih, Situbondo, kemarin (7/9) pagi. Terjadi tabrakan bus dengan sebuah mobil. Akibatnya, ada dua orang tewas. "Dari Tuban sampai Banyuwangi, masih aman. Lalu litas juga masih lancar, tidak ada yang sampai terjadi kemacetan," ujar Kapolda yang pernah menjabat Kapolres Probolinggo itu.

Meski demikian, Kapolda menyatakan pengamanan dan ketertiban lalu lintas harus selalu diwaspadai. Terlebih ketika sudah mendekati hari raya. Sehingga, angka tindak kejahatan dan kecelakaan benar-benar bisa ditekan. "Di jalan, ada yang rawan laka, ada pula yang rawan kriminal," ujarnya.

Menurutnya, ada beberapa titik di Jatim yang sangat berpotensi terjadi kemacetan lalu lintas. Seperti, di jalan raya Porong, Sidoarjo dan Purwosari Pasuruan. "Hal yang harus diantisipasi juga adalah jembatan Suramadu," ujarnya.

Kapolda mengatakan, jembatan Suramadu juga perlu diantisipasi. Sebab, dengan meningkatnya pemudik, akan membuat jembatan semakin sempit. Diperkirakan akan terjadi kemacetan. "Apalagi, nanti banyak pemudik yang menggunakan motor. Sehingga, bisa jadi mereka ada yang berjalan pelan, bahkan berhenti untuk foto-foto," ujarnya.

Selain itu, ada juga daerah yang rawan kriminal. Itu bisa terjadi di tempat sepi dan jalanya sedikit menanjak. "Ada juga daerah yang rawan kriminal, semacam bajing loncat," ujarnya.

Nah, untuk mengantisipasi semua itu Kapolda mengaku dirinya akan semaksimal mungkin melakukan pengamanan. Termasuk menempatkan sniper di titik-titik rawan kriminal. "Ada 50 sniper yang stand by, tapi itu bisa kami tambah," jelasnya.

Tak hanya arus mudik, arus balik juga sudah diantisipasnya. Yakni, dengan memperpanjang masa pengamanan lebaran. Yang mestinya, berakhir pada Kamis (16/9) ditambah dua hari. Yakni, berakhir sampai Sabtu (18/9).

Itu dikarenakan kebiasaan masyarakat yang balik ke tempat kerjanya setelah hari raya ketupat. Sedangkan hari raya ketupat diperkirakan jatuh pada Jumat (16/9). "Diperkirakan, banyak yang baru balik pada Sabtu (17/9) dan Minggu (18/9). Karena itu, operasi ketupat ini, kami tambah dua hari," ujarnya.

Dewan Juga Sidak

Selain Kapolda Jatim, pengamanan lebaran di Kota Probolinggo juga jadi perhatian DPRD setempat. Kemarin Komisi A mengundang Kapolresta AKBP Agus Wijayanto bersama jajarannya, Kepala Dishub Sunardi dan Kepala Satpol PP Sukam. Ketua RW XII Perum Asabri di Kelurahan Kanigaran Hidayatur Rachman pun ikut diundang.

Kapolresta AKBP Agus Wijayanto hadir bersama Kasatlantas AKP Noerijanto, Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto dan Kasatintel AKP Setyo Agus Tri Widodo. Kapolresta membeberkan sejumlah giat di institusinya sudah dilaksanakan dan tengah berlangsung. Antara lain operasi cipta kondisi (cipkon) untuk menciptakan kondisi nyaman khususnya pada Ramadan. "Gangguan kami eliminir seperti premanisme, minuman keras, calo hingga pengamen," ujar AKBP Agus.

Selain itu ada operasi patuh dan saat ini yang sedang berlangsung adalah operasi ketupat, mulai H-7 hingga H+8. "Ini operasi kemanusiaan dimana kami memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, membuat pos polisi yang dekat dengan keramaian untuk quick respon," imbuhnya.

Sejumlah posko pam lebaran juga diberi peralatan lengkap mulai telepon, metal detector hingga personil dari Kodim, Dishub, Orari, Kesehatan dan mobil ambulance. Posko itu sengaja diletakkan di tengah kota karena melihat tingkat kerawanan di pusat ekonomi masyarakat. Di posko pam depan terminal pun disediakan mobil derek.

"Itulah upaya preventif dari kami untuk memberi pelayanan kepada masyarakat. Kriminalitas menjadi titik atensi utama. Pokoknya jangan sampai kalah gerak dengan yang lain (pelaku kriminalitas), kami harus action cepat," tegas kapolresta lagi.

Pada kesempatan itu, komisi A juga menanyakan terkait perkembangan kasus perampok bercadar yang meresahkan warga di Perum Asabri dan ditutupnya portal pertokoan Jl Panglima Sudirman tembus Jl Pahlawan. "Masyarakat ini banyak yang komplain kenapa jalannya diportal," ujar Ketua Komisi A Asad Ashari.

AKBP Agus Wijayanto menyatakan saat ini pihaknya terus melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi pelaku di Perum Asabri. "Mohon doa restunya saja semoga tidak pakai lama bisa terungkap. Yakinlah kami sudah berusaha serius menanganinya," jawab Kapolresta.

Soal penutupan jalan pertokoan, polisi sudah persuasif disampaikan kepada pemilik tidak berhasil karena akibat jalan tersebut banyak terjadi kecelakaan. Akhirnya polisi menutup jalan dengan cara di las, harapannya si pemilik atau pengacaranya mau datang menemui pihak kepolisian.

Dan akhirnya harapan polisi terjadi, pengacara si pemilik akhirnya mau berbicara baik-baik. "Ya kami sampaikan jalan itu berbahaya. Masyarakat maunya mlipir-mlipir tapi kan bahaya juga. Kami minta amdal supaya diurus, ada pemasangan rambu, ada satpam dan dari satu arah saja," tutur AKBP Agus.

Sunardi justru menambahkan, dibukanya jalan toko itu tidak ada koordinasi sama sekali. "Izinnya itu perlu dipertanyakan. Info dari pemkot malah tidak ada izinnya. Memang harusnya memiliki amdal lalu lintas," ucapnya.

Kapolresta juga menghimbau agar berapa ruas jalan atau lokasi di Kota Probolinggo bisa dipasangi CCTV. Dari 20 surat himbauan pemasangan CCTV di toko emas hanya dua yang merespon.

Siang kemarin, setelah rapat dengar pendapat komisi A bersama undangan sempat sidak ke pos pam di Jl Niaga (pasar baru). (rud/fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178559

Komisi C Gelar Hearing

[ Selasa, 07 September 2010 ]
SEMENTARA itu, DPRD Kota Probolinggo tidak mau membisu dengan pemasalahan tidak cairnya dana jasa medik di RSUD Dr Moh. Saleh. Siang ini Komisi C mengagendakan hearing terkait masalah tersebut.

Hearing ini bakal mengundang dari manajemen RSUD, komite medik dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). "Kami akan panggil semua dan kami berusaha mencari solusi yang komprehensif. Sampai ada ancaman mogok kerja, ini pemasalahan yang serius sekali," ujar Ketua Komisi C Nasution kemarin.

Cak Yon, begitu Nasution biasa disapa, menuturkan bahwa RSUD berbeda dengan satuan kerja lain atau perusahaan. Sebab RSUD berhubungan dengan sosial. Karena di RSUD masyarakat yang sakit mendapatkan penanganan secara medis. Melalui hearing hari ini diharapkan ada solusi yang terbaik bagi berbagai pihak.

Membaca permasalahan yang terkuak di media, lanjut Cak Yon, masalah itu bisa terjadi lantaran segi minimnya anggaran atau konsolidasi internal yang kurang. Pasalnya, komunikasi antara atasan dan bawahan di RSUD sudah stagnan. Oleh karenanya diperlukan pemikiran yang arif dan bijaksana antara direktur hingga level yang paling bawah.

"RSUD seharusnya prinsipnya melayani masyarakat, bukan like and dislike. Hearing besok (siang ini) kami ingin tahu permasalahan yang sebenarnya dari sisi apa. Isu kurang baik ini apakah karena tidak proporsional manajemen atau anggaran," tegas politisi PDIP itu.

Jika persoalan ada di anggaran, maka itu menjadi tugas banggar (badan anggaran) yang memperhitungkan dalam RAPBD 2011 supaya masalah seperti ini tidak terjadi lagi. "Semuanya akan kami koreksi. Komunikasi ini terganggu dari dokter, perawat atau karyawan yang lain," pungkasnya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178558

Tuntaskan Masalah Uang JM

[ Selasa, 07 September 2010 ]
Direktur Pastikan Dicairkan Hari Ini

PROBOLINGGO - Kasus belum cairnya uang jasa medik (JM) bagi karyawan RSUD Dr Moh Saleh Kota Probolinggo hari ini akan tuntas. Sebab, Direktur RSUD, dr Budi Poerwohadi, memastikan dana bernilai ratusan juta rupiah itu akan cair hari ini.

Dokter Budi menyatakan hal itu kepada Radar Bromo kemarin (6/9). "Tadi (kemarin, Red) saya juga sudah tanda tangan. Saya kan dapat juga," ujarnya.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, masalah belum cairnya uang JM sempat menimbulkan gejolak karyawan di rumah sakit milik Pemkot Probolinggo itu. Sabtu (4/9) lalu RSUD menggelar rapat di ruangan edelweis untuk membahas permasalahan yang ada.

Mulanya rapat yang itu, digelar hanya akan diikuti oleh direktur, komite medik dan komite keperawatan. Tapi entah siapa yang mengomando, rapat yang mulai digelar sekitar pukul 10.00 itu diserbu para karyawan. Bahkan karyawan yang kebetulan libur juga datang demi mengikuti rapat tersebut.

Menurut sebuah sumber di RSUD, JM umum biasanya cair setiap akhir bulan. Namun untuk jatah Agustus, belum juga cair. Lain dengan JM untuk Askes, sejak Januari lalu, sampai kemarin juga belum cair.

Padahal, menurut sumber Radar Bromo, sebenarnya pihak Askes sudah membayar uang JM kepada RSUD. Tapi, belum satu karyawan pun yang menerima duit yang menjadi haknya itu. Itu dikarenakan uangnya disetor semua ke pemkot.

Dari data yang diperoleh Radar Bromo, JM untuk seluruh karyawan RSUD pada 2010 dianggarkan Rp 2,6 miliar. Itu terbagi dua, yakni untuk pegawai negeri sipil (PNS) Rp 1,7 miliar dan non PNS Rp 890 juta. Itu, sudah direalisasikan sampai dengan Juli 2010. Kini dana JM untuk PNS tersisa Rp 116.517. Sedangkan untuk non-PNS tersisa Rp 347.603.523.

Karena itulah, pada bulan ini RSUD tidak dapat mengeluarkan jasa pelayanan untuk PNS, sedangkan untuk non PNS dapat dikeluarkan. Karena, dana pada plafon anggaran masih mencukupi.

JM untuk PNS tetap dihitung dan dapat dikeluarkan pada saat proses Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) disetujui DPRD. Dan, kekurangan atas JM untuk Askes ataupun Jamkesmas tetap dihitung. Itu diupayakan agar dapat terhitung serta dibayarkan pada tahun mendatang.

Dengan keadaan itulah, diusahakan dalam penyusunan PAK, RSUD mendapat tambahan dana JM sebesar Rp 2,6 miliar. Meski demikian, tambahan itu masih belum mencukupi JM secara keseluruhan. Sedangkan kebutuhan JM setiap bulannya, sekitar Rp 350 juta, itu belum termasuk untuk Askes dan Jamkesmas.

Sebetulnya, permasalahan itu muncul sejak awal 2010 lalu. Tapi, baru kali ini bergolak. Itu, setelah pendapatan RSUD menjadi satker seluruh dananya harus disetor ke kasda. Dan, seluruh pengeluarannya diatur oleh kasda, seperti satker-satker lain. Padahal sebelumnya RSUD bisa mengelola keuangannya sendiri.

Masalah ini sempat memunculkan ancaman mogok kerja. Karyawan akan melakukan mogok kerja bila haknya itu belum dicairkan sampai sebelum lebaran. Tak hanya itu, Minggu (6/9) malam sempat beredar kabar kalau para karyawan akan melakukan demo pada Senin (7/9) pagi. Ada pula yang mengatakan, kalau memboikot apel pagi yang biasanya digelar saban Senin itu.

Tapi, akhirnya itu gagal lantaran kemarin (7/9) pagi Kota Probolinggo diguyur hujan. Sehingga, ancaman memboikot apel dan demontrasi tidak jadi dilakukan. "Rencanya, memang karyawan tidak mau mengikuti apel. Tapi, absent tetap. Karena hujan, ya tidak jadi," ujar sumber Radar Bromo di RSUD.

Rupaya kejengkelan para karyawan itu akan segera terobati, itu setelah ada kabar kalau hak mereka akan segera ditunaikan hari ini. dr Budi mengatakan, kalau dirinya sudah konsultasi dengan wali kota dan menyampaikan permasalahan tersebut.

Hasilnya, dana tersebut bisa dicairkan hari ini. "Saya buat surat dan saya sampaikan semunya. Termasuk hasil rapat waktu itu (Sabtu 4/9). Kemudian, surat saya ditindak lanjuti," ujar Direktur RSUD dr Budi.

Menurutnya, sebelum melakukan langkah-langkah tersebut, pihaknya jauh-jauh hari sudah berkonsultasi dengan BPK (badan pemeriksa keungan). Pasalnya, kebijakan yang diambilnya dikhawatirkan menyalahi peraturan.

"Saya juga konsultasi kepada BPK. Dan, memang harus dengan persetujuan kepala daerah. Akhrnya, Wali kota juga menyetujui. JM-nya sudah saya tanda tangani dan sudah di-ACC wali kota," jelasnya.

Kini, duit yang besarnya diperkirakan hampir mencapai Rp 300 juta itu, sudah berada di rekening RSUD. Tapi, baru hari ini (7/9) akan dicairkan dan akan langsung dibagikan kepada yang berhak. "Prosesnya sudah selesai semua tinggal ngambilnya saja," ujarnya.

"Besok (7/9) ngambilnya uangnya dulu di bank, ceknya sudah saya tanda tangani. Karyawan menerima di RSUD tanpa melalui rekening. Karena sudah biasa kami bayarkan secara langsung," ujar dr Budi yang spesialis penyakit dalam itu. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=178557