Sabtu, 12 Juni 2010

Jatim Ekspor Daging ke Bahrain

Arry Anggadha
Sabtu, 12 Juni 2010, 15:22 WIB
SURABAYA POST - Pedagang daging Jawa Timur menargetkan di akhir tahun ini sudah bisa mengekspor 300 ton daging sapi/bulan ke Bahrain, Arab. Saat ini masih dalam tahap persiapan, berupa pembebasan lahan di Bondowoso untuk areal penggemukan sapi.

“Untuk tahap awal kita sudah mendapat tawaran kebutuhan 300 ton per bulan. Angka itu sudah kita sepakati dan jika penerimaan pasar di sana bagus, perlahan akan kita perbesar volumenya,” ujar Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Jawa Timur, Noor Hamid, saat dihubungi, Jumat (11/6). Menurutnya, meski tujuan ekspor ke Bahrain, tapi oleh importir di sana daging dari Indonesia juga akan didistribusikan ke Afrika.

Untuk memperkuat ekspor daging Jatim itu, Noor menjelaskan telah disiapkan lahan seluas 14.000 hektar di Bondowoso untuk areal peternakan sapi potong. “Sudah ada lahan siap pakai di sana. Tinggal kita urus masalah administrasinya,” jelasnya.

Mengenai potensi ekspor, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) APDI, M. Nurdin memastikan sangat besar. Selain daging sapi, permintaan daging kambing di pasar internasional juga tinggi. “Arab sudah menyatakan kalau konsumen di sana membutuhkan suplai minimal 1 juta ekor kambing per tahun dari kita. Ini potensi pasar. Tinggal kita mau menjawab tantangan itu atau tidak,”katanya.

Salah satu yang menghambat potensi ekspor tersebut, keluh Noor, adalah ketidakjelasan kebijakan pemerintah dalam hal ekspor daging. Hingga saat ini, menurutnya, pedagang daging di daerah masih banyak belum paham apakah ekspor daging itu dilarang atau dibolehkan oleh pemerintah. “Dulu tahun 2007 kami sudah mau ekspor, oleh Departemen terkait waktu itu dikatakan bahwa ekspor daging dilarang. Namun Pak Anton Apriantono Menteri Pertanian di 2008 bilang tidak pernah melarang ekspor daging. Mana yang benar?” katanya.

Selain menggenjot ekspor, saat ini APDI juga mencari strategi untuk meningkatkan volume konsumsi daging nasional. “Sapi yang kita konsumsi baru sekitar 6.000 ekor per hari. Ini sangat kecil dan memprihatinkan bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Malaysia saja, mislanya konsumsi daging sapinya mencapai 75.000 ekor per hari,” jelasnya.

Karena itu, lanjutnya, pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan untuk mengakslerasi konsumsi sekaligus produksi daging nasional. Salah satu kebijakan yang didukung kalangan pedagang dagin adalah pembangunan Village Bridding Centre (VBC) di tiap-tiap kantung peternak di daerah. “Itu semua sudah diatur dalam Undang-Undang (UU) no 18 tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan. Pendirian VBC ini sudah bagus. Jadi tolong jangan dihambat dengan penerapan di lapangan yang tidak memihak,” tuturnya.

Saat ini, menurutnya, sudah ada 1.400 kelompok yang siap mendirikan VBC di Jatim. Mereka tersebar di 24 kabupaten. Namun, keinginan tersebut belum dapat segera terwujud karena masih menunggu rekomendasi Dinas Peternakan Kota. ”Beberapa kabupaten yang belum tertarik tinggal Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo dan beberapa kabupaten di Madura,” ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur, Suparwoko Adisoemarto mengatakan pihaknya optimis 2014 nanti swasembada daging di Jatim tercapai.

“Populasi ternak terbesar Indonesia di Jatim, sedangkan konsumsi Jatim sekitar 25%-30%. Untuk itu Jatim mampu menyangga kebutuhan daging nasional,” ungkapnya.

Mengenai kontribusi peternakan terhadap perekonomian, sektor ini menyumbang sebesar 2,84% terhadap pendapatan domestik regional brutro (PDRB)“Saya yakin, kedepan Jatim mampu menyangga kebutuhan protein hewani nasional,” katanya.



Total Kebutuhan Daging di Jatim 2010

sapi potong 3.558.348 ekor
sapi perah 221.793 ekor
kerbau 9.668 ekor
kuda 9.293 ekor
domba 74.269 ekor
ayam ras 21.396.000 ekor
ayam pedaging 23.596.495 ekor
kambing 2.779.542 ekor


sumber: Dinas Peternakan Jatim

Laporan: Taufan Sukma & Dery Ardiasnyah | Surabaya Post

Sumber: http://jatim.vivanews.com/print_detail/printing/157230-jatim-ekspor-daging-ke-bahrain

Dua warga cedera karena Ledakan Gas

Dandy Arigafur
12/06/2010 16:29
Liputan6.com, Probolinggo: Sekali lagi kasus ledakan tabung gas terjadi. Gas berukuran 12 kilogram meledak di rumah Abdul Wahab di Kelurahan Jrebeng Wetan, Kecamatan Kedopok, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (12/6). Abdul dan anaknya dibawa ke rumah sakit karena menderita luka bakar cukup parah.

Diduga penyebab ledakan tabung gas bocor ketika sedang diperbaiki. Dampak ledakan sangat dahsyat. Bagian dapur hancur berantakan hingga atap rumah pun roboh. Rumah tetangga pun rusak.

Kasus di Ponorogo, Jawa Timur, pun demikian. Sebuah tabung gas elpiji meledak sampai merusak bagian dapur, 10 Juni silam. Dua penghuni mengalami luka bakar akibat ledakan. Diduga ada kebocoran gas, api langsung menyambar bagian tabung sehingga kebakaran hebat terjadi [baca: Tabung Gas Meledak, Dua Terluka

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201006/281364/Dua.Warga.Cedera.Terkena.Ledakan.Gas

Keturunan Majapahit Di Kaki Bromo

Saturday, 12 June 2010 13:27

BROMO, JCDnews – Kita pasti sering mendengar Gunung Bromo, lalu pernahkah kita kesana? Gunung Bromo merupakan kawasan yang beriklim digin dengan kelembapan udara rendah, karena termasuk dataran tinggi berpasir di Jawa Timur.

Area Bromo masuk kedalam kabupaten Probolinggo, dan di kaki Gunung Bromo terdapat masyarakat suku Tengger.

Suku Tengger merupakan penduduk asli wilayah Bromo yang menurut mitos merupakan keturunan dari Roro Anteng dan Joko Seger, dua sejoli dari kerajaan Majapahit yang menjadi awal cerita suku Tengger di kawasan Gunung Bromo.

Masyarakat Tengger yang beragama Hindu percaya bahwa Gunung Bromo (Brahma) merupakan gunung yang suci.

Makanya masyarakat Tengger setiap tahun selalu mengadakan upacara Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang terletak di kaki Gunung Bromo Utara dan dilanjutkan hingga ke puncak Bromo.

Sebagian besar masyarakat Tengger menggunakan bahasa Jawa Kuno Tengger yang agak berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya. Bagi suku Tengger, konsep tentang manusia erat kaitannya dengan siklus kehidupan; kehamilan dan kelahiran, perkawinan dan terakhir kematian. Momen-momen itu selalu dirayakan dengan upacara adat.

Agama Hindu yang dianut masyarakat Tengger juga berbeda dengan Hindu yang dipeluk masyarakat Bali. Diantaranya adalah masyarakat Hindu Tengger tidak membakar orang yang sudah meninggal seperti yang dilakukan masyarakat Bali dengan upacara Ngaben.

Seorang peneliti, Nancy J. Smith, menyatakan, mantra-mantra yang dipakai dalam upacara adat suku Tengger mirip dengan mantra Budha, namun budha di sini bukan dalam pengertian agama Budha, tetapi budha yang datang sebelum islam.

Pada abad ke-14 setelah masuknya islam, sebutan “Budha” diberikan kepada orang-orang yang belum menganut Islam saat itu.

Masyarakat Tengger sangat taat beribadah dan menjalankan adat istiadat dengan baik, maka setiap upacara yang dilakukan benar-benar tanpa perubahan, sama persis seperti yang dilakukan oleh para leluhurnya berabad-abad lalu.

Suku Tengger juga dikenal sebagai orang-orang yang terkenal jujur, patuh, dan rajin bekerja. Mereka juga hidup dengan damai dan tenteram dalam kesederhanaan masyarakat pedesaan. Tidak pandang laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak, suku Tengger semuannya berkain sarung.

Jika anda ingin mengenal lebih dekat suku yang ramah ini, datanglah ke kaki Gunung Bromo, dan anda bisa merasakan penerimaan yang bersahabat dari suku Tengger akan orang-orang luar. Jakartacitydirectory.com (RendiW)

Sumber: http://www.jakartacitydirectory.com/news/item/descendants-of-the-majapahit-in-legs-bromo

Anak Anggota Dewan Menghilang, Diduga Dibawa Kabur Teman SMP

Sabtu, 12/06/2010 12:15 WIB
Sugianto - detikSurabaya

Suci Nikmatul Hidayati alias Ida

Probolinggo - Suci Nikmatul Hidayati alias Ida (18), anak salah seorang anggota DPRD Kabupaten Probolinggo tiba-tiba menghilang dari rumahnya. Tak ayal, menghilangnya gadis remaja itu membuat seluruh keluarganya kalang kabut.

"Anak saya menghilang sejak Kamis malam Jumat (10/06/2010)," tutur orangtua korban, Ny. Supriati, saat ditemui detiksurabaya.com di Mapolsek Dringu, Sabtu (12/06/2010).

Keluarga menduga, korban dibawa kabur oleh teman SMP-nya sendiri berinisial EF, warga Desa Watu Wungkuk, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Ny. Supriati menceritakan, kecurigaan anaknya telah dibawa kabur oleh teman SMP-nya itu, karena memang EF seringkali menggoda anaknya. "Anak saya memang seringkali digoda oleh dia," katanya.

Karena seringkali digoda, ayah korban, Zadirah Abdul Majid, memperingatkan agar korban tidak berhubungan dengan EF. "Abahnya (panggilang sang ayah korban,red) sering marah kalau Ida berhubungan dengan EF. Karena memang abahnya tidak suka," cerita Ny. Supriati anggota dewan dari fraksi PDIP itu.

Namun siapa sangka, buah dari sikap larangan ayahnya itu kemudian membuat korban menghilang dari rumahnya "Siapa lagi kalau bukan dia yang membawa kabur anak saya," timpal perempuan berjilbab itu.

Karena kecurigaannya korban dibawa kabur oleh EF, keluarga korban lalu mencarinya ke rumah EF. Namun tak juga ditemukan. Begitu juga dengan EF tidak berada di rumahnya. Sehingga kasus itupun dilaporkan ke Mapolsek Dringu.

Sementara, Kanit Reskrim Polsek Dringu, Aiptu Rosyimin, saat dikonfirmasi menjelaskan, polisi hingga kini masih melakukan pencarian terhadap keberadaan korban.

"Kita masih melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap keberadaan korban. Beberapa saksi sudah kita periksa untuk dimintai keterangannya," ungkapnya.

(bdh/bdh)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/06/12/121511/1376940/475/anak-anggota-dewan-menghilang-diduga-dibawa-kabur-teman-smp

Kasda Pemkot Nyaris Bobol Rp 12,5 M

[ Sabtu, 12 Juni 2010 ]
Dugaan Kuat Pelakunya Pegawai Pemkot Sendiri

PROBOLINGGO - Kas daerah (kasda) Pemkot Probolinggo nyaris bobol Rp 12,5 M. Beruntung petugas kas Bank Jatim dan bidang kasda sigap. Mereka mencurigai adanya kejanggalan dalam dokumen yang diajukan oleh pelaku hingga pembobolan itu berhasil digagalkan. Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani inspektorat pemkot.

Dari informasi yang berhasil dihimpun Radar Bromo, peristiwa itu terjadi Rabu (9/6) lalu sekitar pukul 14.35 di loket Bank Jatim untuk kasda Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) pemkot. Loket itu berada bagian timur sisi selatan kantor pemkot.

Saat itu seorang lelaki mengajukan SP2D (surat perintah pencairan dana) ke petugas Bank Jatim di loket kasda. Pegawai Bank Jatim bernama Dona merasa curiga dengan SP2D tersebut. Ia lalu menunjukkan ke rekannya, Puger, pegawai Bank Jatim yang juga bertugas di kasda.

"Petugas kas Bank Jatim lalu koordinasi dengan bidang kasda. Bidang akuntansi mengecek SP2D, katanya itu (SP2D) tidak betul atau palsu," jelas Kepala DPPKA Imam Suwoko, kemarin (11/6).

Nominal yang diajukan pelaku tidak main-main. Angkanya senilai Rp 12,5 M dengan mengatasnamakan CV Altor Jaya. Dalam SP2D itu tertulis rekening pencairan untuk belanja modal konstruksi jalan (proyek di Dinas Pekerjaan Umum).

Anehnya, SP2D tersebut juga terdapat tanda tangan pejabat yang dipalsukan seperti tandatangan Imam Suwoko dan paraf sejumlah kabid yang berkaitan dengan prosedur pencairan dana. Yaitu paraf Kabid Akuntansi Wawan Sugiantono, Kabid Anggaran Fatah Yusuf dan Kabid Kasda Ina Lusilinawati.

Menurut Kepala DPPKA, ada kejanggalan yang membuat petugas curiga dengan SP2D yang diajukan pelaku. Selain tanda tangan pejabat, ada berkas aplikasi yang tidak sesuai dengan yang biasa digunakan untuk mencairkan dana.

"Kami bekerja sama dengan BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan), sehingga produk aplikasinya ada form khusus. Nah, ini yang berbeda dengan biasanya. Dia (pelaku) membuat sendiri. Lagi pula pencairan dana tidak pernah sebesar itu (termin)," papar Imam kepada wartawan.

Untuk melacak siapa yang mengajukan SP2D itu tidak begitu sulit bagi pemkot. Sebab, di loket kasda itu terdapat CCTV yang memantau aktifitas. Dari CCTV itulah baru diketahui, diduga pelaku adalah pegawai pemkot sendiri.

Masih menurut Imam, pelaku dapat dilihat dari jaket yang dipakai. "Di CCTV itu kelihatan kalau dia sebelumnya bayar kuliah di kasda, lalu menukar uang puluhan ribu dan mengambil permen. Dia mondar-mandir terus di depan kas Bank Jatim. Seperti orang gelisah dan bingung," tuturnya.

Melalui CCTV itu pun terlihat saat petugas Bank Jatim sedang lengah, menoleh ke belakang, pelaku langsung memasukkan mapnya ke loket. Ke mana rekening itu bakal dicairkan juga sudah terdeteksi oleh Bank Jatim. Sebab, ditemukan juga bahwa sehari sebelum menjalankan aksinya, Selasa (8/6) pelaku buka rekening di Bank Jatim cabang Probolinggo memakai nama Didik Kurniawan. Rekening atas nama Didik Kurniawan ini yang bakal jadi tempat penampungan dana Rp 12,5 M itu bila cair.

Imam membenarkan plafon untuk rekening belanja modal konstruksi jalan itu memang ada. Dana kegiatan di Dinas PU tersebut merupakan bantuan dana dari pusat tapi nominalnya hanya Rp 7.723.113.000 bukan Rp 12,5 M.

"Setelah mengetahui kejadian itu kami langsung melaporkan ke Sekda (Johny Haryanto) dan menunjukkan rekaman di CCTV. Kemudian Sekda memanggil pimpinan yang bersangkutan (pelaku)," ungkap Imam. Kemarin ia masih enggan menyebutkan identitas orang yang bakal membobol kasda itu.

"Sekarang inpektorat sudah turun untuk menelusuri kasus ini. Kami berkoordinasi saja dengan inspektorat, nanti apa hasilnya baru diputusi," sambung Imam yang kemarin didampingi Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo dan sejumlah Kabid di DPPKA.

Atas kejadian ini, pagi kemarin dua petugas dari Polresta Probolinggo menemui Imam Suwoko. Dalam pertemuan singkat itu petugas menanyakan kronologis kejadian tersebut. Namun pemkot belum melaporkan peristiwa itu secara resmi kepada polresta.Sementara itu, Wali Kota Buchori langsung angkat bicara soal kasus ini. Buchori mengaku baru mendapatkan laporan dari Kepala DPPKA Kamis (10/6) malam sepulang dari kegiatan di Jakarta.

Wali Kota menyatakan telah mengadakan rapat terbatas dengan Wawali Bandyk Soetrisno, pimpinan Bank Jatim, Kepala DPPKA dan Kepala Inspektorat di rumah dinas wali kota, pagi kemarin.

"Saya sudah melihat berkasnya yang mencurigakan dan dokumen yang dipalsukan. Dari CCTV juga kelihatan ciri-cirinya. Saya tidak habis pikir, kok bisa tahu di PU ada kegiatan begitu. Ini jumlahnya banyak dan dia nekat memalsu tanda tangan dan form dari BPKP. Bodohnya, dia mau mencairkan apa? Proses (lelang) saja masih belum," tandas Buchori.

Wali Kota Buchori juga menegaskan kalau pemkot memiliki petugas untuk menangani persoalan internal yakni inspektorat. "Alhamdulillah koordinasi antara pemkot dan Bank Jatim sangat bagus. Bank Jatim juga tidak semudah itu mencairkan dana. Melalui CCTV akhirnya bisa diketahuan. Ini kalau sampai kebobolan tidak tahu, saya yang kena. Agar kejadian ini tidak terulang memang harus diantisipasi," katanya.

Saat ditanya soal siapa pelakunya, Buchori enggan menduga-duga. Namun, yang mengejutkan ada dugaan kuat bahwa pelaku adalah pegawai di lingkungan pemkot sendiri. "Pemkot belum melaporkannya ke polisi. Menunggu telaah dari inspektorat baru kemudian kami mengambil sikap. Tapi, kalau polisi tahu dan bergerak, ya silakan," imbuh Buchori.

Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Dinas PU Sanusi Sapuan membenarkan kalau di satkernya ada dana untuk kegiatan yang hendak dibobol pelaku. Tapi soal CV Altor Jaya justru Sanusi tidak mengetahuinya. "Di saya (rekanan CV Altor Jaya) tidak ada. Kalau soal izin berdirinya ke Perizinan (Badan Pelayanan Perizinan) saja," sarannya.

Melalui Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo, Kepala BPP Tartib Gunawan menyatakan pendirian nama CV Altor Jaya juga tidak terdaftar di instansi. Untuk mengetahui jenis kegiatan belanja modal konstruksi jalan, Radar Bromo mengkroscek ke Bagian Pembangunan.

"Belum ada pelelangan karena PU belum mengajukan. Prosedurnya ada surat resmi dari satker disertai dokumen lelang. Selama ini belum ada surat masuk jadi lelang belum dilaksanakan," ucap Kabag Pembangunan Nurkhamdani. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=164063

Adipura Daya Tarik Investor

[ Sabtu, 12 Juni 2010 ]
DIRAIHNYA piala Adipura kategori kota kecil oleh Kota Kraksaan seharusnya tidak hanya dijadikan kebanggaan semata. Tapi, harus mampu dijadikan sebagai sebuah tantangan bagi seluruh elemen untuk menjadi lebih baik. Utamanya dalam bidang ekonomi.

Demikian dikatakan salah satu tokoh masyarakat, Gus A Juwaini Asad alias Gus Jhon. Lelaki yang juga Sekretaris Komisi B DPRD Kabupaten Probolinggo ini mengatakan, diraihnya Adipura akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk berivestasi di Kraksaan.

Karena itu, menurut Gus Jhon, pemerintah harus membuka diri terhadap para investor. "Kota menjadi besar, karena banyak investor yang masuk," terangnya.

Selanjutnya untuk mengundang investor masuk, bisa dilakukan beberapa cara. Salah satunya, tidak mempersulit mereka dalam perizinan. Dengan banyaknya investor, maka suatu daerah akan lebih maju dan lebih besar.

Sebab, akan semakin banyak pula tempat-tempat bisnis, seperti mall dan tempat usaha lainnya. Sehingga, akan banyak menyerap tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran.

"Ini perlu kerjasama yang baik antara semua elemen. Juga, para pejabat (pemkab, Red) yang sementara ini masih banyak tinggal di daerah Barat (kota)," ujarnya. (rud/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=164058

Jaga Tradisi Bahtsul Masail

[ Sabtu, 12 Juni 2010 ]

PAITON - Saat ini bahtsul masail jarang dilaksanakan di pondok pesantren (Ponpes). Mestinya bahtsul masail harus dipertahankan. Sebab, bahtsul masail adalah tradisi utama Ponpes. Di dalamnya dilakukan pembahasan mengenai masalah agama dan umat.

Demikian diungkapkan pengasuh Ponpes Nurul Jadid KH. Zuhri Zaini saat memberikan sambutan pada pembukaan halaqoh dan bahtsul masail diniyah. Kegiatan itu bertempat di gedung pertemuan MTs Nurul Jadid pada 9-10 Juni.

Zuhri menegaskan, Ponpes tidak boleh berhenti melakukan kajian kitab kuning. Sebab, saat ini banyak orang lebih suka belajar dari kitab terjemah. "Padahal, itu bukan tradisi pesantren," ujarnya.

Menurutnya, masyarakat Ponpes tetap wajib mengikuti perkembangan zaman. Namun, dengan tidak meninggalkan tradisi lama yang mengakar di masyarakat. "Jadi ada keseimbangan antara pengetahuan lama dan baru," kata Zuhri.

Sementara Kepala Biro Kepesantrenan Faizin Syamwel menuturkan, bahtsul masail adalah kegiatan tahunan. Kali ini merupakan yang ke-7. "Sebagai upaya mempertahankan tradisi," tuturnya.

Tujuan kegiatan tersebut menurut Faizin, untuk mengolah kemampuan santri. Khususnya dalam kajian salafi. Sebab, kebiasaan dalam debat dan diskusi agama sudah mulai berkurang. Lebih-lebih di kalangan Ponpes. "Oleh karenanya harus dipertahankan," tambahnya.

Kegiatan sendiri dibuka dengan sebuah halaqoh (seminar) pada Rabu malam (9/6), sekitar pukul 20.30. Bertema "Ideologi Trans Nasional; Sebuah Ancaman Bagi NU dan NKRI." Hadir sebagai pembicara, yakni KH. M. Idrus Ramli dari Jember dan KH. Zainul Mu'in dari Situbondo.

Ketua panitia Mohammad Farhan mengatakan, kegiatan tersebut merupakan rangkaian haul dan harlah Ponpes Nurul Jadid yang akan dilaksanakan pada 11 Juli 2010. "Ini sebagai kegiatan pembuka," tuturnya.

Untuk bahtsul masail sendiri, panitia menyebar undangan untuk sekitar 110 ponpes. Sementara peserta yang hadir sekitar 89 Ponpes. "Ada yang berhalangan," terangnya.

Farhan lantas menjelaskan, kegiatan itu berlangsung selama dua hari. Yakni, Rabu dan Kamis. Pada hari pertama dilaksanakan halaqoh. Sementara bahtsul masail dilaksanakan di hari kedua.

Bahtsul masail kata Farhan dibagi dalam dua sesi. Yakni, jalsah ula pada pukul 07.00 WIB-11.00 WIB. Selanjutnya jalsah tsani pada pukul 13.00 WIB-16.00 WIB. "Sesuai dengan jadwal kegiatan," ujar Farhan. (eem/hn)

Sumber: http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4603951795410269508

Wawan Akan Dirujuk ke RSJ

[ Sabtu, 12 Juni 2010 ]

GENDING - Nasib Wandy Chan, 27, pemuda asal Desa Curah Sawo, Gending, yang depresi karena mengalami kelainan genetik mulai ada kejelasan. Pemuda yang sejak enam bulan lalu dirantai ke sebuah kursi kayu itu bakal segera dirujuk ke RSJ Lawang, Malang oleh Puskesmas Gending.

Kemarin pagi (11/6), petugas dari Puskesmas Gending yang dipimpin Kepala Puskesmas dr Endang Sulistyati datang ke rumah pria yang akrab disapa Wawan tersebut. "Kami ingin mengecek, apa bener berita yang ada di koran itu?" katanya.

Setelah mengetahui kondisi Wawan, petugas puskesmas pun memeriksanya. "Dari keterangan keluarganya, pasien sudah depresi sejak 12 tahun lalu," imbuh dr Endang.

Selain itu diketahui juga, dalam silsilah keluarga Wawan memang ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan. Menurut Rudi, kakak Wawan, kakeknya juga sempat mengalami gangguan kejiwaan. Lalu, ibu Wawan juga pernah terganggu kejiwaannya. Dan sekarang ini giliran Wawan.

Seperti diberitakan Radar Bromo, Wawan terlahir dengan kondisi tidak normal. Wawan mengalami kelainan genetik yang membuat kulitnya belang. Di dunia medis, Wawan disebut mengalami albinisme parsial. Penderitanya disebut Albino. Pada bagian-bagian tertentu kulit penderita Albino tidak dapat membentuk melanin.

Pada orang normal, ada asam amino yang disebut tirosin. Tirosin oleh tubuh diubah menjadi pigmen (zat warna) melanin. Nah, orang yang mengalami albinisme ini tubuhnya tidak mampu menyebarluaskan melanin karena beberapa penyebab.

Pada tubuh Wawan, ada beberapa bagian tubuhnya yang belang atau menjadi putih. Yakni di bagian dahi, tangan, dada sampai perut dan kaki. Menurut Rudi, karena kondisi kulitnya itu Wawan tidak pede (percaya diri).

Kondisi itu diperparah dengan pergaulan Wawan setiap harinya. Beberapa temannya menurut Rudi sering mengolok-oloknya, karena kelainan itu. Akibatnya, Wawan depresi.

Dan setelah kedua orang tuanya meninggal pada 2007, depresi Wawan bertambah parah. Puncaknya, sejak enam bulan lalu Wawan terpaksa dirantai oleh keluarganya.

"Tadi (kemarin) pasien sudah kami beri obar CPZ (clororpromazine). Itu untuk sedikit menenangkannya. Kami berniat untuk langsung merujuk ke RSJ Lawang, tetapi keluarganya tadi agak kurang siap. Karena itu kami juga memotivasi keluarganya," beber dr Endang.

Pihak puskesmas sendiri mengaku masih menunggu keluarga korban siap. Bila keluarga sudah mengizinkan, Wawan segera dirujuk ke RSJ Lawang dengan menggunakan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu).

Sebab, keluarga Wawan memang tergolong tidak mampu. Rudi hanyalah seorang buruh nelayan yang penghasilannya setiap hari tidak menentu.

"Karena keluarga tidak terdaftar dalam Jamkesda, jadi kami upayakan lewat SKTM. Tadi (kemarin, Red) keluarga sudah mengisi persyaratan untuk mendapatkan SKTM," beber dr Endang. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=164056