Kamis, 30 September 2010

Tewas Usai Mandi dengan Suami

Kamis, 30 September 2010

Probolinggo - SURYA- Ny Kristina, 20, warga Desa Sumberkare Kec Wonomerto Kab Probolinggo, yang tengah hamil empat bulan, tewas tenggelam di waduk setempat, ketika mandi berduaan dengan suaminya, Sadul, 22, Rabu (29/9).

Tak seperti biasanya, Sadul mengajak istri mandi di waduk yang baru dibangun dua tahun lalu. Hanya berjarak sekitar 10 meter dari tempat mereka mandi, juga ada beberapa warga yang mandi di sungai. Tanpa ada firasat apapun, Sadul beranjak dari dalam sungai dengan posisi membelakangi istri, untuk meminjam sabun kepada warga lainnya. Namun, begitu menoleh ke belakang, Sadul kaget, melihat tangan istrinya dengan posisi melambai di atas permukaan air, sedangkan badannya dalam keadaan kecebur.

Awalnya, Sadul menduga istrinya hanya bercanda dengan bersembunyi di dasar air. Dia sempat memanggil nama istrinya berkali-kali dan berusaha menariknya ke atas permukaan air. Namun, karena aur air cukup kencang, Kristina terseret hingga ke dalam air. Setelah hampir lima jam dicari, jenazah Kristina ditemukan mengambang di hilir sungai dengan kondisi telanjang. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/30/tewas-usai-mandi-dengan-suami.html

DPRD Minta Sekolah Serahkan Ijasah Siswa

Kamis, 30 September 2010 | 07:13 WIB

PROBOLINGGO - Penahanan ratusan ijasah siswa di sejumlah sekolah negeri di Kota Probolinggo dikritisi sejumlah pihak. Apa pun alasannya, ijasah yang sudah sekian tahun ditahan itu harus “dibebaskan” dan diserahkan kepada siswa.

”Saya sedang mengumpulkan data, sekolah-sekolah mana saja yang menahan ijasah siswanya terkait belum lunasnya keuangan ke sekolah,” ujar Ketua Komisi A DPRD, As’ad Anshari, Kamis (30/9) pagi.

Politisi PKNU itu pun menelepon sejumlah yayasan yang membawahi lembaga pendidikan. ”Hasil pengecekan sementara, tidak hanya sekolah negeri. Sejumlah sekolah swasta di Kota Probolinggo juga menahan ijasah,” ujarnya.

Menurut As’ad sekolah tidak boleh terlalu lama menahan ijasah siswa. ”Harus segera dicari solusinya. Mosok siswa sudah tiga tahun belajar, setelah tamat tidak dapat apa-apa (ijasah, Red.),” ujarnya.

Meski mendesak pihak sekolah segera menyelesaikan kasus itu, As’ad masih bisa menoleransi jika ada sekolah yang menahan ijasah. ”Bisa saja penahanan ijasah itu bertujuan menghukum siswa yang malas, ujian dipaksa-paksa, dan dari segi ekonomi mampu,” ujar mantan kepala sekolah swasta itu.

Disinggung apakah tanggungan siswa yang ijasahnya ditahan itu bisa ditanggung APBD, As’ad mengatakan, mungkin saja. ”Tinggal menghitung, seberapa besar tanggungan semua siswa di Kota Probolinggo dan kemampuan APBD,” ujarnya.

Yang jelas, Komisi A DPRD bakal menggelar hearing dengan pihak sekolah, walimurid, dan instansi terkait. “Hearing kami gelar setelah data awal terkumpul,” ujar As’ad.

Sementara itu Ketua Dewan Pendidikan Kota Probolinggo, Wawan Edi Kuswandoro SSos MSi menilai, aneh kalau sekolah negeri sampai menahan ijasah siswanya. Apalagi sebagian besar siswa yang ijasahnya ditahan berasal dari keluarga miskin.

”Di sekolah kan ada BKSM (bantuan khusus siswa miskin) dan BKM (bantuan khusus murid),” ujarnya. Bahkan sekolah bisa menerapkan subsidi silang untuk membantu siswa dari keluarga miskin. Selama ini walimurid ikut membantu (menyumbang) keuangan sekolah.

Kasus tunggakan siswa ke sekolah, kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik), Maksum Subani memang harus segera diselesaikan. ”Saya tidak mengatakan bisa diputihkan, tetapi bisa ditinjau kembali. Misalnya kalau walimurid tidak mampu, ya mampunya bayar berapa misalnya separo. Kalau benar-benar sangat miskin, ya sudah digratiskan,” ujarnya.

Sementara Kepala SMKN 1, Sunardi mengatakan, ada sejumlah sebab mengapa ijasah tidak diambil. ”Selain faktor ekonomi, ada juga yang karena siswa langsung menikah, hingga telanjur sudah bekerja,” ujarnya.

Penahanan ijasah merupakan upaya agar siswa mau melunasi tanggungan keuangannya ke sekolah. ”Meskipun ijasah ditahan, mereka diberi fotokopi ijasah plus legalisirnya sehingga bisa digunakan untuk melanjutkan sekolah atau cari kerja,” ujarnya.

Bahkan pernah ada siswa yang mengikuti tes di sekolah Polri, butuh ijasah asli diberikan dengan membuat perjanjian, ijasah dikembalikan lagi ke sekolah. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=10f0b5fd3691a3a3b54bef11aa878b73&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Bandit Curat Probolinggo, Didor

29 September 2010, 17:26:32| Laporan Sentral FM Lumajang

suarasurabaya.net| Penjahat yang satu ini memang tidak mengira jika kebiasannya melacur malah menggiringnya masuk bui. Itulah nasib apes yang dialami HUSEN, 45 tahun, spesialis curat asal Desa Taman, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.

Rabu (29/09), pria yang dikenal sebagai penjahat spesialis pencurian motor dan pembobolan rumah ini, dibekuk petugas Satuan Reskrim Polres Lumajang. Dalam penangkapan ini, petugas akhirnya menghadiahi betis kanan tersangka dengans ebutir peluru yang ditembakkan dari moncong pistol organiknya.

Dalam kondisi kaki bolong, akhirnya tersangka pun diboyong ke Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang untuk menjalani perawatan medis atas luka tembak yang dialaminya.

Dari informasi yang dihimpun DIDI reporter Sentral FM Lumajang, disebutkan jika penangkapan itu dilakukan petugas saat bermaksud mengulangi kencannya dengan seorang PSK (Pekerja Seks Komersial) asal Desa Bedayu, Kecamatan Senduro.

Adalah AM, PSK yang tinggal di Dusun Blimbing yang merupakan langganan tersangka. Saat berniat menemui AM inilah, akhirnya petugas meringkusnya. Penangkapan itu dilakukan melalui penyanggongan cukup lama, karena sebelumnya tersangka memang telah menjadi target penangkapan.

“Tersangka ditangkap setelah sebelumnya kami mendapatkan bukti yang mengarahkan pada keterlibatannya dalam serangkaian aksi curat,” jelas AKP KUSMINDAR Kasat Reskrim Polres Lumajang ketika dikonfirmasi DIDI reporter Sentral FM Lumajang.

Bukti yang dimaksud, tidak lain adalah HP hasil aksi pencuriannya di wilayah Kecamatan Senduro. HP inilah yang berada di tangan AM, PSK yang menjadi langganan tersangka inilah, yang sebelumnya disita petugas.

HP itu ternyata dijadikan sebagai alat pembayaran kencan oleh tersangka kepada AM. Berawal dari temuan HP itu, akhirnya petugas pun melakukan pelacakan. Nah, ketika tersangka bermaksud mengulang kencannya dengan AM, barulah petugas melakukan penyergapan.

Menariknya, ketika petugas menyita HP itu dari tangan AM, wanita pemuas ini sempat syok setelah mengetahui jika pesawat selular itu merupakan hasil curian. Kontan saja, AM syok hingga menjalani perawatan di Puskesmas Senduro.

Terkait penangkapan terhadap tersangka HUSEN ini, AKP KUSMINDAR Kasat Reskrim menyatakan jika pihaknya masih berusaha mengembangkan dengan melacak keberadaan barang-bukti hasil curian lainnya.

“Termasuk juga, kami masih berusaha melacak kawanannya. Kami menduga tersangka ini gembong curat yang tidak hanya beraksi di Lumajang saja, melainkan sepak-terjangnya antarkota,” pungkas AKP KUSMINDAR.(her/tok)

Teks Foto :
-HUSEN spesialis curat ini akhirnya di dor Polisi.
Foto : Sentral FM.

Sumber: http://jaringradio.suarasurabaya.net/?id=835c36cb485cf4a5ef3e624d8df72eef201082923

Permintaan Meningkat, Panen Tembakau Terpuruk

Kamis, 30 September 2010

Jombang - Surya- Petani tembakau di Kabupaten Jombang, khususnya pada lima wilayah kecamatan di utara Sungai Brantas, musim ini mengalami kerugian total sekitar Rp 18,9 miliar lebih atau mendekati Rp 19 miliar.

Kerugian itu dipicu hujan salah mongso (hujan tidak pada musim penghujan), yang menyebabkan tanaman tembakau petani tergenang air, sehingga membusuk dan terpaksa dipanen sebelum waktunya.

“Itu meliputi petani di lima kecamatan sentra tembakau di utara Sungai Brantas. Yakni Kecamatan Ploso, Kabuh, Kudu, Plandaan, dan Kecamatan Ngusikan,” kata kata Munir Al Fanani, Sekretaris Komisi B DPRD. Komisi B (bidang perekonomian) DPRD Jombang melakukan peninjauan ke sejumlah lahan tembakau, di Kecamatan Kabuh dan Ploso, Rabu (29/9). Para wakil rakyat itu meninjau tanaman tembakau usia 100 hari yang tergenang air rata-rata setinggi mata kaki.

Sementara itu, para petani tembakau di Probolinggo mengaku, daun tembakau yang bisa dipanen kualitasnya menurun. Salah satu buruh tani, Amin, asal Desa Krampilan, Kecamatan Besuk kepada Surya menjelaskan, biasanya untuk daun tembakau yang masih mentah seberat 20 kilogram, jika dirajang menghasilkan tembakau 10 kilogram. Kini hanya hanya menghasilkan 5 kilogram.

Kepala unit gudang Paiton PT Gudang Garam Boy Jonathan ketika dikonfirmasi Surya melalui ponselnya tidak menampik terkait menurunnya kualitas tembakau para petani. “Si daerah Besuki (Situbondo) kualitasnya masih bagus. Kalau di sini, saya ikut prihatin karena ini memengaruhi kondisi ekonomi tujuh kecamatan,” katanya.

Di Kabupaten Probolinggo, ada 7.923 hektare areal tembakau yang tersebar di tujuh kecamatan yakni, Kecamatan Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Krejengan, Besuk, Gading, dan Kraksaan. Kebutuhan tembakau di Probolinggo meningkat menjadi 10.300 ton atau naik 14,4 persen dari tahun lalu.nuto/tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/30/permintaan-meningkat-panen-tembakau-terpuruk.html

Income Tertinggi dari Rawat Inap

[ Kamis, 30 September 2010 ]
RSUD Hearing dengan Komisi B

PROBOLINGGO - Setelah disoroti komisi C DPRD Kota Probolinggo soal sejumlah keluhan, kemarin manajemen RSUD Dr Mohammad Saleh berhadapan dengan komisi B DPRD setempat.

Kali ini yang menjadi bahasan dalam hearing bukan lagi keluhan tetapi pengelolaan manajemen keuangan rumah sakit.

"Kiranya melalui hearing ini kami bisa lebih mengetahui sistem pengelolaan keuangan di RSUD. Dan bagaimana selanjutnya RSUD bisa menjadi lebih baik," ucap Ketua Komisi B Sri Wahyuningsih.

Dibeberkan Wakil Direktur RSUD dr Ernowo anggaran belanja langsung RSUD TA (tahun anggaran) 2010 senilai Rp 18.489.690.000 dari total yang diusulkan Rp 17.021.620.000. Nilai tersebut belum termasuk DAK (dana alokasi khusus) dan cukai. Dari DAK RSUD mendapat Rp 3.080.000.000 (termasuk 10 persen dana pendampingan pemkot) dan cukai Rp 2.180.000.000. Jumlah keseluruhan Rp 5.260.000.000.

Sementara usulan dalam PAK (perubahan anggaran keuangan) biaya langsung sebesar Rp 29.624.400.167. Sedang yang terealisasi hanya Rp 25.663.380.138. "Usulan dari rumah sakit meningkat mengingat pendapatan kami meningkat," tutur dr Ernowo saat hearing bersama komisi B, siang kemarin.

Pendapatan RSUD saat PAK Rp 22.727.120.000 dan target sudah tercapai bulan Agustus lalu. Sumber pendapatan rumah sakit antara lain berasal dari administrasi karcis, tindakan operasi, rawat jalan, rawat inap, obat-obatan, askes, laboratorium, radiologi, ambulans, parkir, dan jaminan kesehatan. Income tertinggi setiap tahunnya didapat dari rawat inap Rp 5.247.000.000, obat-obatan Rp 5.060.000.000 dan tindakan operasi Rp 1.650.000.000.

Dokter Ernowo yang mewakili manajemen rumah sakit juga menjelaskan bahwa sejak tahun 2010, rumah sakit tidak lagi swadana tetapi menjadi SKPD (satuan kerja perangkat daerah). "Ke depannya diharapkan RSUD bisa menjadi BLUD (badan layanan umum daerah), kalau sudah BLUD pengelolaan keuangan bisa sendiri," ucapnya.

Ditegaskan juga oleh Ernowo bahwa DAK dan cukai tidak masuk pendapatan RSUD tetapi ke PAD pemkot. DAK digunakan untuk alat-alat kedokteran sedangkan cukai khusus untuk peralatan operasional yang berhubungan dengan rokok.

Diperjelas Kabag Perencanaan dan Pembangunan di RSUD dr Taufik bahwa penggunaan anggaran dari DAK dan cukai sudah ada peruntukkannya dan RSUD tidak boleh mengubah. Misalnya saja dari DAK 2010 sudah dibelanjakan kebutuhan operasional di kelas 3 dan pembelian tempat tidur.

"Kami sudah belanjakan untuk peralatan kesehatan anak dan perlengkapan lainnya. Dana sekitar Rp 2 M (dari cukai) untuk peralatan-peralatan berkaitan penyakit akibat dampak rokok," terang suami anggota DPRD komisi Farina Churun Inin yang saat itu ikut hearing.

Hearing di ruang rapat paripurna itu juga mengundang Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Imam Suwoko. Menurutnya, TA 2010 ini RSUD menjadi SKPD, sama dengan SKPD di lingkungan pemkot lainnya.

"Telah disediakan up (uang persediaan) untuk RSUD sebesar Rp 1,5 M untuk belanja urgent misalnya jasa medis, makanan dan minuman pasien atau obat-obatan. Dengan up itu RSUD diberi keleluasaan," kata Imam.

Sempat terjadi beda pendapat dalam hearing, DPPKA menyatakan dengan up Rp 1,5 M RSUD bisa segera mencairkan dana untuk belanja urgent. Tapi, menurut Ernowo proses yang terlalu rumit menjadi masalah dalam pencairan dana.

"RSUD kan punya mekanisme lain yang berbeda dengan SKPD lainnya. Kendala kami di plafon anggaran, apabila ada kebutuhan ternyata plafon anggaran habis ya menunggu pengajuan lagi," ujar Ernowo.

Imam Suwoko pun menanggapi bahwa sebenarnya prosesnya cepat dan bisa dicairkan. "Swadana atau tidak, SPJ (surat pertanggungjawaban) harus tetap ada. SPJ ini sifatnya wajib dan tidak bisa ditawar," tegas Kepala DPPKA.

Rumitnya pencairan dana pada saat kasus jasa medik (jm) yang tertunda memunculkan kecurigaan anggota komisi B. Namun diharapkan dengan kondisi keuangan rumah sakit tidak akan terjadi hal yang sudah terekspose di media.

"Kami ini merasa miris dan sangat prihatin. Bagaimana bisa rumah sakit kehabisan obat atau tidak bisa beli sarung tangan dan masker. Mudah-mudahan tidak ada kesan seperti itu lagi. Mari di evaluasi bersama dan dilakukan ke depan agar lebih baik," terang anggota komisi B Murniati Rahayu.

Persoalan itu akhirnya ditanggapi Ernowo bahwa masalah itu terjadi karena RSUD mendapat dana tidak sesuai dengan usulan. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182138

Nur Subiyanto, CJH Kota Probolinggo dengan Risiko Kesehatan Tinggi

[ Kamis, 30 September 2010 ]
Terserang Stroke, Tetap Ingin Berangkat

Sejumlah calon jamaah haji (CJH) asal Kota Probolinggo dinyatakan Risti (Risiko Tinggi) karena kesehatannya. Salah satunya adalah Nur Subiyanto, 54, warga Jl Basuki Rahmad, 29. Dia menderita stroke sejak 2005 lalu. Sampai kini sakitnya belum sembuh, tapi ia tetap berniat ke tanah suci.

RUDIANTO, Probolinggo

Selasa (28/9) lalu, ratusan CJH asal Kota Probolinggo memadati alun-alun kota. Mereka melaksanakan manasik masal untuk kali terakhir sebelum berangkat ke tanah suci November nanti.

Dengan pakaian ihram lengkap, para CJH itu melakukan setiap tahapan-tahapan haji. Runtutan kegiatan dilaksanakan sambil menghafal doa-doa. Seperti niat umrah, ihram/haji. Mereka juga memeragakan cara tawaf, sa'i, jumrah dan rangkaian ibadah haji lainnya.

Dari ratusan CJH itu, ada salah seorang yang terlihat lain dari pada yang lain. jalannya agak pincang dan sekali-kali menggandeng tangan seorang perempuan di sebelahnya. Dialah Nur Subiyanto yang terlihat sering menggandeng tangan istrinya, Endang Supiyati.

Bapak dua orang anak itu menderitak stroke sejak 23 Agustus 2005 lalu. Waktu itu, tiba-tiba saja tangan kirinya tidak bisa digerakkan. Bahkan, wajahnya pun berubah agak mencong. Hal itu, berlanjut kepada kaki kirinya yang juga sulit digerakkan.

Mendapati hal tidak mengenakkan itu, Nur langsung memeriksakan diri ke dokter. Ternyata, dokter memvonis Nur telah terserang stroke dan harus opname. Saat itu pula, ia langsung berobat di RSUD dr Moh Saleh Kota Probolinggo dan opname selama 6 hari.

Selama hampir sepekan nginap di RSUD Moh Saleh, Nur tidak mengalami banyak perubahan. Dokter pun menyarankan untuk melakukan perawatan di Surabaya. Akhirnya, Nur memutuskan untuk berobat ke RSUD dr Soetomo Surabaya.

Tak tanggung-tanggung, Nur menjalani opname selama 30 hari. Tapi, lagi-lagi tidak banyak hasilnya. Karena itulah, akhirnya Nur pulang dan menjalani rawat jalan. "Tidak ada perubahan, tangan dan kaki tetap tidak bisa digerakkan," ujar mantan karyawan PT Kertas Leces itu.

Meski berobat kesana-kemari belum ada hasilnya, bukan berarti Nur putus asa. Ia masih tetap berusaha sembuh dari penyakitnya. Ia pun menjalani berbagai macam terapi. Bahkan, pada 2007 ia sampai menjalani terapi di Kraksaan selama 100 hari. Tapi, lagi-lagi belum ada perubahan.

Karena sudah tidak ada hasil yang memuaskan, akhirnya Nur memilih kembali sepenuhnya kepada Allah. "Akhirnya, berserah diri kepada Allah dan diet. Tidak makan makanan yang mengandung kolesterol. Dengan seperti itu, akhirnya lebih baik. Hati lebih tenteram," ujarnya.

Meski penyakitnya tak sembuh-sembuh, keinginannya untuk menunaikan ibadah haji makin membuncah. Buktinya, pada 2007 selain melakukan terapi atas kesembuhan penyakitnya. Nur juga mendaftarkan diri bersama istrinya untuk menunaikan ibadah haji.

Sejak itu pula, nama Nur dan istrinya tercatat sebagai salah satu CJH. Setelah menunggu selama 3 tahun, akhirnya nomor porsinya katut untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. "Kesempurnaan Islam" jawabnya, ketika ditanya apa motivasinya menunaikan ibadah haji dengan kondisi fisiknya sekarang.

Meski kondisi fisiknya sungguh sangat tidak fit, tapi kebesaran hatinya telah menyakinkannya untuk bisa melakukan rukun islam yang ke lima itu. Padahal, ibadah haji sangatlah berkaitan dengan kondisi fisik.

Tapi, Nur tidak gentar untuk menghadapi itu. Ia mengaku sudah siap dengan segala risikonya. Termasuk, ketika harus berjuang melakukan setiap ibadah yang akan dilakukan di Makkah nanti. "Saya pasrahkan kepada Allah, dengan seperti itu hati saya bisa lebih lapang. Yang penting itu ikhlas kepada Allah, pasti ditolong oleh Allah," ujarnya.

Laki-laki yang dilahirkan di Jogja, 27 Desember 1953 lalu itu mengaku, dirinya bisa menunaikan ibadah haji itu bukan karena siapa-siapa. Tapi, keinginan dan dorongan yang kuat dari putra putrinya yang kini sudah menjadi orang-orang sukses.

Tak hanya itu, ayah dari Doni Lukman Hakim, 32, dan Ani Nurhayani, 30, itu mengaku sangat berterima kasih kepada teman karibnya, Suparmo. Karena, dia juga telah banyak membantu atas ibadah yang akan diikutinya tahun ini. "Kalau manasik, terkadang saya bersama dia," ujarnya.

Semakin dekatnya jadwal keberangkatannya, Nur pun mengaku sudah memersiapkan segalanya. Tapi, yang lebih diutamakan adalah tetap menjaga kesehatannya. Selain masalah kesehatan, Nur juga sudah memersiapkan apa yang hendak dibawa ke Makkah. "Pengetahuan ibadah haji dan perlengkapan untuk ibadah," ujarnya.

Selain itu, laki-laki yang menikah pada 1976 lau itu, juga sudah memersiapkan pakaian yang hendak dibawanya ke Makkah. Utamanya baju ihram yang memang jelas-jelas akan dibutuhkan nanti. "Tapi, masih belum dimasukkan koper karena belum dapat koper," ujarnya.

Dalam melaksanakan ibadah haji ini, Nur megaku tak berharap banyak. Meski kini ia sedang dalam keadaan sakit yang telah dideritanya bertahun-tahun. Harapan utamanya, bukan kesembuhan penyakitnya itu.

Tapi, ia lebih berharap menjadi haji mabrur dan lebih bertakwa kepada Allah. "Motivasi saya, karena ingin menyempurnakan rukun Islam. Yang terakhir penyakit bisa sembuh, yang itu terakhir saja," ujarnya. "Kalau masalah kesembuhan, itu bukan motivasi. Sebab, kalau nanti datang ternyata tidak sembuh bisa tambah makin ngenes," lanjutnya. (nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182132

Tewas Tertimpa Batu

[ Kamis, 30 September 2010 ]
KRUCIL - Tragis benar nasib Sunarjo, 50, warga Dusun Suko Desa Senang Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Selasa (28/9) lalu sekitar pukul 16.00 Sunarjo tewas setelah tubuhnya kejatuhan baru besar.

Sehari-harinya Sunarjo memang bekerja sebagai pencari batu kali di samping menjadi buruh tani. Di ujung hidupnya, Sunarjo bekerja mencari batu di sungai di desa setempat. "Sedang cari batu, Mas. Di sungai itu ada tebingnya juga," ujar Zainuddin, 35, warga setempat kemarin.

Menurut Zainuddin, Sunarjo biasanya mencari batu di tengah sungai. Jika mendapat batu, Sunarjo akan menaruh batu itu di bibir sungai. Kemudian dia mencari batu lagi. Batu yang didapat itu ditumpuk lebih dulu. "Baru kemudian dibawa pulang," tutur Zainuddin.

Peristiwa itu sendiri berlangsung cepat. Menurut Zainuddin, saat berada di bibir sungai, mendadak ada batu yang jatuh dari ketinggian sekitar 25 meter. Dan batu yang jatuh itu berukuran cukup besar.

Itu pun bukan hanya satu batu. Tapi ada beberapa. Salah satu batu kemudian mengenai kepala Sunarjo. Ukuran batu yang mengenai kepala Sunarjo diperkirakan berdiameter sekitar 70 cm. "Kepalanya hancur, Mas," kata Zainuddin.

Karena parahnya luka pada kepala Sunarjo, warga sekitar saat itu sampai tak kuasa melihat. Mereka hanya bisa menunggu petugas Polsek Krucil datang untuk melakukan evakuasi dan olah TKP (tempat kejadian perkara).

Setelah dievakuasi, mayat Sunarjo dipulangkan ke rumah duka. Jasad lelaki itu kemudian dimakamkan di pemakaman desa setempat.

Kasatreskrim Polres Probolinggo AKP Heri Mulyanto saat dikonfirmasi kemarin menyatakan pihaknya saat ini mencari sebab jatuhnya batu itu. "Kami cari tahu sebabnya dulu. Saya khawatir kondisi tebing itu berisiko bagi warga. Yang jelas (kematian Sunarjo) ini murni kecelakaan," ujar Kasatreskrim. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182131

Hamil 4 Bulan, Tewas di Embung

[ Kamis, 30 September 2010 ]

WONOMERTO -Warga dusun Pelan Kerep, Desa Sumberkare Wonomerto Kabupaten Probolinggo geger oleh tewasnya seorang warga setempat, Kristina, 20. Wanita yang tengah hamil empat bulan itu kemarin tewas setelah tenggelam di embung (waduk) desa setempat.

Dari informasiyang dihimpun Radar Bromo pagi kemarin sekitar pukul 09.30 Kristina beraktivitas cuci dan mandi di pinggiran embung itu bareng suaminya, Sadul, 22. Tiba-tiba di tengah aktivitas itu, Kristina terpeleset dan tenggelam dalam embung. "Korban (Kristina) sedang mandi, tiba-tiba terpeleset," kata Ismail, salah satu warga di TKP (Tempat Kejadian Perkara).

Ceritanya, saat itu Sadul meninggalkan istrinya sejenak untuk minta sabun pada warga lain yang juga berada di embung. Tapi, saat kembali Sadul melihat istrinya sudah tidak ada di tempatnya semula.

"Sadul langsung menceburkan diri ke dalam air," jelas Ismail. Sadul berusaha mencari sendiri keberadaan istrinya. Sejak itu warga yang berada di embung langsung geger. Beberapa orang ikut menceburkan diri ke dalam embung untuk mencari Kristina.

Tapi, yang dicari tak kunjung ditemukan. Sadul yang tak berhasil menemukan istrinya keluar dari air dengan wajah kebingungan. Di puncak kepanikannya, Sadul jatuh pingsan.

Warga kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Wonomerto. Tak lama, petugas berdatangan. Setelah melihat ketinggian air dalam embung, Kapolsek Wonomerto AKP Kusmidi langsung menghubungi tim SAR (Search and Rescue) Kabupaten Probolinggo.

"Kami lansung minta bantuan dari SAR," jelas Kapolsek. Dalam hematnya, pencarian harus dilakukan tim SAR karena kedalaman embung. Pencarian tidak bisa dilakukan dengan cara tradisional. Butuh peralatan selam.

Sambil menunggu tim SAR, warga sempat berinsiatif membuka saluran pembuangan air embung. Tujuannya agar air di embung cepat surut hingga bisa lebih mudah menemukan tubuh Kristina.

Tapi, langkah itu dirasa tak memungkinkan. Embung itu seluas sekitar 2 hektare. Butuh waktu lama untuk menguras airnya. "Sehari tidak cukup untuk menghabiskan air ini," kata AKP Kusmidi.

Berikutnya ada sekitar 30 orang warga yang rela menyelam lagi untuk mencari Kristina. Tapi, upaya itu pun tak membuahkan hasil.

Saranda salah satu warga yang ikut menyelam, mengatakan bahwa kesulitan tertinggi adalah mencari korban di pintu keluar air. "Bahaya, bisa-bisa saya juga ikut terhisap," terangnya.

Sementara, keluarga korban datang ke lokasi. Salah satunya adalah Abu Subroto, ayah Kristina. Dia berharap-harap cemas karena tim SAR tak kunjung datang. "SAR-nya mana, dari mana SAR-nya itu..." kata Subroto cemas.

Tak hanya Subroto yang cemas dan panik, tapi juga warga sekitar. Ada yang mengusulkan agar mendatangkan personel TNI AL dari Grati. "Lebih baik SAR milik AL saja," ujar salah satu warga.

Sedangkan di kediaman korban, Tiarmi, ibu Kristina menangis histeris setelah mendengar nasib putrinya. "Cepat ambil tampar, ambil anak saya," ungkap Tiarmi sambil menangis dan meronta-ronta.

Di TKP, sekitar pukul 14.00 tim SAR datang. Seorang personel turun menyelam. Tapi, tidak membuahkan hasil. Akhirnya sejumlah warga turun lagi menyelam. Sekitar pukul 15.00, warga berhasil menemukan tubuh Kristina.

Wanita itu ditemukan sudah tak bernyawa. Tubuhnya pucat pasi. Selanjutnya, jasad wanita yang terhitung masih pengantin baru itu dipulangkan ke rumah duka. Jasadnya disambut tangis keluarganya. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182129

Dewan Setuju UPM Jadi PTN

[ Kamis, 30 September 2010 ]
PROBOLINGGO - Universitas Panca Marga (UPM) Probolinggo sedang dalam usaha mengubah statusnya menjadi sebuah perguruan tinggi negeri (PTN). Setelah mengantongi persetujuan bupati, kampus yang berlokasi di Dringu Kabupaten Probolinggo itu kini meminta persetujuan dari DPRD setempat.

Untuk itu, kemarin (29/9) jajaran rektorat UPM dan yayasan yang menaungi universitas tersebut datang ke gedung DPRD. Tujuan mereka adalah untuk meminta persetujuan DPRD.

Hal itu dilakukan karena persetujuan dewan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi PTN. Selain persetujuan dewan, syarat lainnya adalah peretujuan dari pemkab. "Petunjuk Mendiknas, harus mengantongi surat persetujuan dari pemda dan DPRD setempat," kata Rektor UPM Ngatimun saat ditemui di gedung dewan kemarin.

Menurut Ngatimun, Februari lalu UPM telah mengirim surat ke Mendiknas soal permohonan menjadi PTN. Lalu UPM mendapat surat balasan berisi petunjuk agar mendapatkan persetujuan dulu dari pemda dan DPRD setempat.

Ngatimun kemudian menjelaskan langkah yang telah dilakukan pihaknya dengan syarat tersebut. Dikatakannya, saat ini pihaknya telah mengantongi surat persetujuan dari Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin. "Sekitar dua hari yang lalu surat dari bupati sudah kami dapatkan. Dan sekarang surat itu di tangan kami," ujarnya.

Dan kemarin pihak UPM mendatangi gedung dewan. "Tujuannya sharing dan meminta persetujuan dari dewan," kata Ngatimun. Di gedung dewan, rektorat dan yayasan UPM ini ditemui Wakil Ketua DPRD Wahid Nurrahman dan jajaran komisi D.

Kata Ngatimun, pada prinsipnya semua kalangan dewan mendukung rencana UPM menjadi PTN. Karenanya dalam dengar pendapat kemarin dalam hearing dewan pun menyatakan telah siap memberikan surat persetujuan.

Wahid Nurrahman mengatakan tidak ada alasan bagi dewan untuk menolak rencana UPM menjadi PTN. Karena itu, kata Wahid, DPRD bersedia memberikan surat persetujuan. "Jika nanti UPM menjadi universitas negeri, maka akan ada multiplier effect yang positif bagi Kabupaten Probolinggo," kata Wahid.

Hal yang sama disampaikan Sekretaris Komisi D Amin Haddar. Menurutnya, dengan status UPM sebagai universitas negeri jelas akan membawa dampak positif bagi Probolinggo ke depan. "Kelak, akan semakin banyak mahasiswa luar kota yang kuliah di sini. Tetapi mahasiwa asal Probolinggo harus diprioritaskan," ujarnya.

Anggota dewan lainnya, Husnan Taufik, menyatakan hal senada. "Kami merespons positif kalau memang segala sesuatunya telah terpenuhi," ungkapnya. (qb/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=182128