Rabu, 11 Agustus 2010

Ketoprak Cilik Sekar Tanjung di SDN Randuputih II Dringu Probolinggo

[ Rabu, 11 Agustus 2010 ]
Kepercayaan Diri Meningkat, Senang Dapat Saweran

SDN Randuputih II di Diringu Kabupaten Probolinggo punya materi tambahan menarik untuk pelajaran kesenian daerah. Para muridnya diajak berkesenian ketoprak. Jadilah kelompok ketoprak cilik berjuluk Sekar Tanjung. Anggotanya terus bertambah, undangan manggung pun berdatangan.

MUHAMMAD FAHMI, Probolinggo

"SENGKOK seneng sekolah neng Jakarta. Setiya kelas enem. Tapeh ibuk ngocak, sengkok tak olle mole, saelun ngibeh sripikat (sertifikat)" kata Khatam, salah satu tokoh dalam ketoprak cilik Sekar Tanjung. Kalimat dalam bahasa Madura yang diungkapkan Khatam itu kurang lebih berarti begini: Saya senang sekolah di Jakarta. Sekarang sudah kelas enam. Tapi ibu bilang, saya tidak boleh pulang sebelum membawa sertifikat (ijazah).

Khatam yang sejak kecil disekolahkan orang tuanya di Jakarta bertekad harus pulang dengan memenuhi keinginan kedua orang tuanya. Kebetulan sebelum ia berangkat sekolah di Jakarta dulu, ibunya berpesan agar Khatam harus pulang membawa "sripikat".

Yang dimaksud "sripikat" itu sebenarnya adalah sertifikat atau ijazah. Maklum saja, kedua orang tua Khatam tidak pernah sekolah. Jadi mereka tidak mengetahui bagaimana mengeja sertifikat yang benar. Kesalahan itu membuat Khatam ikut jadi bingung. Usai lulus sekolah, ia ke sana-sini mencari sripikat.

Ia akhirnya memang menemukan Sripikat. Tapi, Sripikat yang ini adalah seorang gadis asli Madura yang dipondokkan orang tuanya di Jakarta. Sama halnya dengan Khatam, Sripikat juga dititipi pesan ibunya untuk tidak pulang sebelum khatam (Alquran). Cuma Sripikat salah paham juga. Ia kira Khatam adalah sejenis benda. Karena itu ia ke sana-sini mencari Khatam.

Di tangah saling bingung, Khatam dan Sripikat bertemu. Setelah berkenalan, dua bocah itu sama senang karena merasa menemukan apa yang dicari selama ini. Mereka merasa menemukan apa yang dipesankan oleh masing-masing orang tuanya. Keduanya pun pulang kampung.

Begitulah salah satu cuplikan penampilan ketoprak cilik Sekar Tanjung saat manggung di kantor Kecamatan Dringu Jumat (6/8) lalu dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI. "Ini adalah pesan moral. Betapa pentingnya pendidikan, sehingga tidak sampai terjadi kesalahan komunikasi," ujar Sujoko, Kepala Sekolah SDN Randuputih II sekaligus penanggung jawab sanggar Sekar Tanjung.

Ya, Sanggar Sekar Tanjung merupakan sanggar yang dikembangkan SDN Randuputih II sejak awal tahun ini. Sekarang, sanggar ketoprak cilik tersebut cukup kondang di Dringu dan sekitarnya. Mereka sering diundang untuk tampil di acara-acara hajatan warga setempat. Apalagi kelompok ini sengaja menggunakan bahasa Madura setiap kali tampil.

Sujoko mengaku tidak pernah berpikir sebelumnya kalau grup ketoprak ciliknya itu bakal diterima masyarakat. Sampai masyarakat memberikan uang saku untuk tiap kali penampilan mereka.

Menurut Sujoko, awal mula berdirinya sanggar kesenian tersebut dikarenakan SDN Randuputih kondisinya memprihatinkan. "Saat awal pertama kali saya pindah di SDN Randuputih ini, siswanya sangat minim," katanya.

Maklum saja, letak SDN Randuputih II berada tak jauh dari bibir pantai desa Randuputih. Itu membuat sekolah tersebut sering kebanjiran bila air sedang pasang. Selain itu hampir setiap hari bau amis ikan menjadi aroma wajib ruangan kelas.

Hal itu berdampak pada atensi warga setempat yang sangat minim menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Warga lebih memilih menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah lain walau jauh.

Hal itu membuat Sujoko yang sebelumnya menjadi kepala SDN Tamansari III galau. "Menurut saya, untuk SDN itu kuantitas sangat mempengaruhi kualitas. Karena jumlah murid itu juga bergantung dari alokasi dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)," jelas Sujoko.

Diketahui, saat ini SD sendiri bergantung hanya dari dana BOS untuk operasional sekolah. Karena itu, Sujoko yang di SDN Tamansari III juga sempat menghidupkan pembelajaran kegiatan kesenian daerah, berniat untuk merintis mendirikan sanggar ketoprak untuk menarik minat siswa baru.

"Sejak awal tahun, kami mulai mengenalkan kesenian daerah. Salah satunya ketoprak yang menggunakan bahasa Madura itu. Kebetulan, anak-anak saat itu juga menyambut baik. Tak sulit untuk mencari pemain ketopraknya. Karena ternyata, ketoprak itu sangat disukai anak-anak," beber Sujoko.

Kegiatan baru berupa pembelajaran kesenian ketoprak menurut Sujoko mempunyai banyak manfaatnya. "Selain mengembangkan jiwa mencintai kebudayaan pada anak-anak, pelatihan ketoprak ini juga menumbuhkan rasa kepercayaan diri anak," ungkap Sujoko.

Hal positif lainnya yang juga cukup dirasakan Sujoko adalah kegiatan pelatihan ketoprak itu membuat atkifitas bermain anak-anak sedikit terkurangi. "Kebanyakan murid sini itu sering main kalau pulang dari sekolah. Karena kedua orang tuanya biasanya kerja. Itu bisa dilihat dari rambutnya yang banyak berwarna merah karena sering maen," ujar Sujoko sambil tersenyum.

Nah, dengan adanya kegiatan pembelajaran ketoprak itu murid-murid bisa semakin mengembangkan bakatnya. Saat ini ada sekitar 60 anggota sanggar kesenian ketoprak mulai dari kelas 4-6. "Yang terpenting, semua wali murid termasuk tokoh masyarakat dan Pak Camat (Sugito, camat Dringu) juga sangat mendukung," aku Sujoko.

Di sisi lain dari penampilan itu, tiap siswa yang tampil juga merasakan langsung dampaknya. Mereka kerap sekali mendapatkan saweran ketika sedang pentas. "Saat manggung di kecamatan lalu saya dapat Rp 64 ribu," kata Rika yang di kelompok ketoprak ini dijuluki "Manohara".

Hal lain yang dirasakan sekolah adalah, pada penerimaah siswa baru tahun ajaran 2010-2011 ini SDN Randuputih II mengalami lonjakan siswa yang cukup signifikan. "Kalau tahun sebelumnya, kelas 1 hanya ada 1 ruangan, kini kelas 1 sudah ada 2 ruangan," kata Sujoko.

Meski cukup sukses mengembangkan kesenian ketoprak di SDN Randuputih II, namun Sujoko belum puas. Lantaran saat ini semua peralatan yang dipakai saat manggung masih meminjam.

Karena itu untuk manggung, pihak sekolah harus berpikir-pikir dahulu untuk memikirkan alokasi biaya peminjaman barang-barang kebutuhan. Seperti gamelan dan alat pendukung lainnya. "Kami berharap ada bantuan dari pemerintah," harap Sujoko. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174276

Geger Pencurian Kambing di Pesisir

[ Rabu, 11 Agustus 2010 ]
Massa Marah, Polisi sampai Keluarkan Tembakan

PROBOLINGGO - Wafan alias Yayan, 25 warga Sumbertaman dan Toha alias Susanto, 26, warga Jati Kota Probolinggo kemarin (10/8) siang bikin geger warga Desa Pesisir, Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Dua orang itu tertangkap basah mencuri kambing milik Yakob, 44, warga RT2/RW I Desa Pesisir. Tak ayal, Yayan dan Toha langsung dimassa.

Beruntung saja meski sempat dikeroyok, dua orang tersebut berhasil diselamatkan dari amuk massa. Keduanya lantas diserahkan massa ke Polsek Sumberasih.

Dari data yang dihimpun Radar Bromo, sekitar pukul 12.30 kemarin Yakob sedang menggembala 6 ekor kambingnya di dusun Mawar, Desa Pesisir. Suasana desa tersebut siang itu sedang sepi.

Di sela-sela aktivitas menggembala, Yakob sempat meninggalkan kambingnya karena ia harus menaruh rumput hasilnya ngarit. Nah, momen itu dimanfaatkan oleh Yayan dan Toha untuk beraksi.

Dengan menggunakan motor Honda Beat yang masih kinyis-kinyis dengan nopol N 4229 RV, keduanya membawa kabur seekor kambing yang diangon Yakob. Setelah berhasil disahut, kambing curian itu ditaruh di tengah-tengah motor.

Tapi, aksi itu tak berlangsung mulus karena Yakob memergokinya. Hanya, meski tahu satu kambingnya digondol maling, Yakob tak bisa berbuat banyak. "Saya takut ditabrak," ujarnya.

Setelah Yayan dan Toha berlalu dengan motornya, barulah Yakob berani berteriak. Kebetulan pada saat yang bersamaan melintas Suyono dan Edi, dua warga Pesisir.

Mendengar teriakan Yakob, Suyono dan Edi langsung beraksi. Kebetulan posisi mereka tak jauh dengan Yayan dan Toha. Spontan dan dengan gerakan cepat, Edi langsung mengambil sebuah balok kayu dan memukulkannya ke kepala Toha. Langsung saja Toha jatuh tersungkur.

Toha jatuh, Yayan dengan mudah diamankan. Dalam waktu cepat, warga Pesisir berdatangan ke tempat kejadian. Tanpa dikomando, mereka menghajar Yayan dan Toha.

Beruntung Kepala Desa (Kades) Pesisir M. Rofi'i yang datang langsung ke lokasi berusaha menenangkan massa dan mengamankan dua pelaku tersebut ke rumah salah satu warga. Tapi, kabar tertangkapnya pelaku pencurian itu kadung menyebar luas. Warga setempat pun banyak yang bergerombol untuk menghakimi dua pelaku tersebut.

Dengan alasan keamanan, dua pelaku itu langsung diamankan sementara di rumah Kades Rofi'i. Tetapi tetap saja massa bergerombol di luar rumah kades dan siap menghakimi dua pelaku pencurian tersebut. "Warga sini sudah kesal. Kami sering kecolongan. Setahun ini saja sudah ada 4 kambing yang hilang dicuri," kata Asmad, salah satu perangkat desa.

Sekitar pukul 13.30, petugas keamanan dari Polres Probolinggo dan Polsek Sumberasih datang ke lokasi untuk mengamankan dua pelaku pencurian tersebut. Namun, polisi juga cukup kerepotan untuk mengevakuasi dua pelaku tersebut.

Sebab, ratusan massa yang sudah stand by di luar rumah kades sudah siap untuk menghakimi dua pelaku tersebut. Untuk menenangkan emosi warga, anggota polres yang berpakaian preman kemarin pun sempat mengeluarkan dua kali tembakan peringatan.

Tembakan peringatan itu pun cukup bikin warga keder. Selanjutnya, polisi mengevakuasi dua pelaku tersebut ke luar dari rumah kades untuk masuk ke mobil patroli. Mereka memecah kerumunan massa yang masih berupaya untuk menyerang dua pelaku tersebut. Kedua pelaku pencurian kambing itu akhirnya berhasil dievakuasi sekitar pukul 14.30 dan langsung dilarikan ke Polsek Sumberasih untuk diperiksa. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=174275

Kasus Siswa Facebooker Ditangani DPRD

Rabu, 11 Agustus 2010 | 07:40 WIB
Empat siswi yang dipecat.

PROBOLINGGO - Kasus pemecatan 4 siswi SMAN 2 gara-gara mengkritisi sekolahnya di Facebook (FB) berakhir di gedung DPRD Kota Probolinggo.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik), Maksum Subani dan Kepala SMAN 2, Syafiudin bersedia membantu mencarikan SMA Negeri pengganti.

Solusi pemindahan siswi facebookers itu ke SMAN lain terungkap dalam dengar pendapat (hearing) di ruang Komisi A DPRD Kota Probolinggo, Selasa (10/8) siang. Hearing yang dipimpin Ketua Komisi A, As’ad Anshari itu dihadiri 4 siswi yang di-DO didampingi orangtuanya.

Selain itu juga diikuti Kadispendik Maksum Subani, Kepala SMAN 2 Syafiudin dan sejumlah guru hingga Ketua Dewan Pendidikan Wawan Edi Kuswandoro.

Selain meminta maaf, empat siswi ini mengaku sudah enggan kembali ke SMAN 2. “Karena itu harus ada solusi, ke mana mereka mau bersekolah. Sebaiknya tetap di sekolah negeri,” ujar As’ad.

Awalnya Maksum mengatakan, sulit untuk memindahkan siswa sekolah negeri ke sekolah negeri lainnya dalam satu kota. “Saya masih akan membicarakannya dengan kepala sekolah negeri lain, juga Dewan Pendidikan. Kalau ke sekolah swasta, saya welcome. Harus diingat, kasus ini ada sebab-musababnya,” ujarnya.

Setelah melalui perdebatan panjang, Maksum akhirnya menyerah. “Saya kembalikan ke DPRD, mau dikemanakan siswi itu, termasuk 2 siswa yang sedang diproses di SMAN 2,” ujarnya.

Maksum kemudian memberikan alternatif sekolah yang bisa dituju siswi itu. “Kalau ke SMAN 1 sulit karena di sana RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional). Alternatifnya bisa ke SMAN 3 atau SMAN 4,” ujar Kadispendik.

Bahkan Maksum menjamin, soal pagu tiap kelas di SMAN 3 dan SMAN 4 tidak ada masalah. “Ini kan kasus khusus, soal pagu tidak ada masalah,” ujarnya.

Memang hingga hari ke-9 setelah dipecat dari SMAN 2, keempat siswi itu kesulitan mencari sekolah negeri yang baru. Salah seorang siswi memang ada yang diterima di SMA swasta di Kota Probolinggo. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=d92bed54b54112a3f1dff6910592e8ef&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Kepala SMAN 2 Pun Diadili DPRD

Rabu, 11 Agustus 2010 | 08:05 WIB
Siswa SMAN 2 Probolinggo yang dipecat.

PROBOLINGGO-Acara dengar pendapat Komisi A DPRD Probolinggo menjadi ajang pengadilan bagi Kepala SMAN 2, Syafiudin. Sebab dialah yang memutuskan memecat empat siswi yang mengkritik sekolahnya di Facebook.

Sementara posisi empat siswa yang ikut dengan pendapat itu sebagai “korban” yang kemudian dibela banyak pihak termasuk Komisi A DPRD, walimurid, dan Dewan Pendidikan.

“Saya kaget mendengar anak saya di-DO. Anak saya itu masih di bawah umur, kalau melakukan tindakan apa pun itu karena jiwanya masih labil,” ujar Sunardi, ayah Devi Rizki. Ia menilai, tindakan sekolah men-DO anaknya berlebihan.

“Saat dipanggil ke sekolah, saya tidak diberi kesempatan bicara. Tahu-tahu saya yang tidak membawa kacamata, disuruh tanda tangan. Ternyata itu pemecatan anak saya,” ujar Djunaedi, ayah Anisah Nurul Hidayah.

“Terus terang saya dan anak saya kaget saat dipanggil ke sekolah, soalnya diancam (UU ITE, Red.) dengan denda Rp 1 miliar dan penjara 1 tahun,” ujar Yunianto, ayah Rusdiana Islamiati. Hal senada diungkapkan Arif Sulivan, paman Mega Ayu Korina.

Syafiudin membantah dikatakan sekolah tidak memberikan kesempatan berbicara kepada walimurid. “Istilahnya bukan DO, tetapi dikembalikan kepada orangtua. Kalau DO dipecat disertai alasan-alasan yang memberatkan sehingga tidak mungkin siswa itu diterima di sekolah negeri lainnya,” ujarnya.

As’ad pun menyoroti diskriminasi yang dilakukan SMAN 2 terhadap facebookers. “Saya dengar ada 6 siswa yang membuat catatan di Facebook, tetapi mengapa hanya 4 siswa yang ditindak. Informasinya yang tidak ditindak adalah kerabat DPRD atau mantan DPRD,” ujar politisi PKNU itu.

“Tolong jangan diskrimanatif, tebang pilih,” ujar Sunardi, ayah Devi. Apalagi selama ini walimurid tidak pernah diberi tahu tata tertib sekolah.

Syafiudin lagi-lagi membantah dikatakan diskriminatif. “Dua siswa lainnya bakal diproses menyusul karena saya waktu itu sibuk, ada acara dinas ke Bogor,” ujarnya.

Alasan Syafiudin langsung disahut As’ad. “Lo kalau memecat 4 siswi kok Anda punya waktu? Begitu menyangkut dua siswa lainnya, masih dalam proses. Ini aneh,” ujar As’ad. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=50c1cb748be1fe2ed080703fc5a815b7&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Berburu Menu Buka di Museum Probolinggo

Tim Liputan 6 SCTV
10/08/2010 20:39
Liputan6.com, Probolinggo: Buka puasa identik dengan makanan yang manis-manis. Hampir di semua daerah, setiap menjelang waktu berbuka puasa banyak pedagang yang menjajakan menu untuk takjil atau berbuka di antaranya kolak, es buah, es kelapa muda, dan juga kurma.

Peluang ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota Probolinggo, Jawa Timur. Pemda mengumpulkan pedagang yang menjual menu untuk berbuka puasa di sekitar Gedung Graha Bina Harja. Para pedagang diberi fasilitas berupa tenda. Pedagang buka dari pukul 15.00 hingga 20.00 WIB.

Tradisi ini merupakan acara rutin Pemkot Probolinggo saat Ramadan. Bazar dibuka selama 30 hari full. Pedagang menjual menu antara lain brownies, rujak cingur, kue lumpur, dan aneka minuman. Tempat ini tak pernah sepi dari pengunjung yang mencari makanan untuk berbuka.

Ada tradisi lain saat Ramadan yakni melepas santri atau imtihan. Para santri dilepas pihak pesantren untuk pulang ke kampung halamannya. Mereka kembali lagi ke pondok setelah Lebaran. Sekitar 2600 santri Pondok Raudlatul Malkiyah Probolinggo yang pulang kampung.

Dengan tradisi ini diharapkan para santri dapat mensyiarkan ilmu yang didapat di pondok pesantren kepada orang-orang di kampungnya. Liburan ini juga supaya mereka lebih kyusuk menjalankan ibadah puasa bersama keluarga dan kembali lagi dalam kondisi yang segar.(JUM)

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201008/290600/Berburu.Menu.Buka.di.Museum.Probolinggo

Menag: Awal Ramadan Diputuskan 11 Agustus 2010

Selasa, 10/08/2010 19:39 WIB
Didit Tri Kertapati - detikNews

(Foto: Humas Kemenag)

Jakarta - Pemerintah menetapkan awal Ramadan 1431 H jatuh pada 11 Agustus 2010. Keputusan ini diambil setelah tim rukyat melihat hilal di empat lokasi.

Keputusan ini diambil melalui Sidang Itsbat Awal Ramadan 1431 H di Kementerian Agama Jl Lapangan Banteng, Selasa (10/8/2010).

"Perkenankan saya menyatakan, menetapkan bahwa tanggal 1 Ramadan 1431 H, jatuh pada Rabu 11 Agustus," ujar Menag Suryadharma Ali saat sidang Itsbat.

Keputusan diambil tepat pukul 19.37 WIB. Menag lalu langsung mengetukkan palu disambut tepuk tangan hadirin.

Sebelum keputusan ditetapkan secara resmi, Menag membuka dialog dengan para peserta sidang. Sejumlah peserta, seperti dari Muhammadiyah, NU, dan Jamaah Al Wasliyah menyampaikan komentarnya. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang menolak hasil pengamatan hilal itu.

Ketua Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Depag, Rohadi Abdul Fatah, yang menyampaikan hasil pemantauan dari berbagai tempat. Menurut Rohadi, hilal terlihat di empat lokasi, yaitu Probolinggo, Gresik, Cilincing Jakarta Utara, dan Bengkulu. Menurut Rohadi, para saksi yang melihat hilal tersebut sudah disumpah oleh pengadilan setempat.

Sebelumnya, Rohadi juga menyampaikan hasil-hisal hisab yang dilakukan oleh ormas-ormas Islam. Hasil hisab memperlihatkan hasil Ijtima akhir Sya'ban 1431 H, jatuh pada 10 Agustus 2010 atau 29 Sya'ban 1431 H pukul 10.09 WIB.

"Ijtima jatuh Selasa pukul 10.09. Maka Ramadan jatuh Rabu 11 agustus 2010," ujar pria yang juga menjabat sebagai Direktur Urusan Agama Islam Depag ini.

Sidang Itsbat dipimpin langsung Menag dan dihadiri Ketua MUI Ma'ruf Amin dan para pejabat Kemenag. Hadir pula para pengurus ormas Islam dan duta besar negara-negara sahabat, dan anggota BHR (Badan Hisab Rukyat). (fay/asy)

Sumber: http://www.detiknews.com/read/2010/08/10/193952/1417712/10/menag-awal-ramadan-diputuskan-11-agustus-2010

NU Jatim Putuskan Puasa 11 Agustus

Selasa, 10 Agustus 2010 19:05 WIB
NU Jatim Putuskan Puasa 11 Agustus

ANTARA/Eric Ireng/rj

SURABAYA--MI: PW Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur memutuskan awal puasa Ramadhan 1431 Hijriah jatuh pada 11 Agustus 2010, karena tim PCNU Pasuruan dan PCNU Surabaya berhasil melihat hilal, bulan muda pertanda pergantian kalender.

"Tim PCNU Pasuruan berhasil melihat hilal di Pantai Gili Ketapang, Probolinggo, sedangkan tim PCNU Surabaya melihat hilal di Bukit Condro, Gresik," kata Sekretaris PWNU Jatim HM Masyhudi Muchtar kepada Antara di Surabaya, Selasa (10/8) petang.

Laporan tim PCNU Pasuruan dan Surabaya itu diterima pengurus PWNU Jatim, di antaranya Rais Syuriah KH Mifatchul Akhyar, Wakil Rais Syuriah KH Agoes Ali Masyhuri, Ketua Lajnah Falaqiah HM Abdus Salam Nawawi, dan staf Sekretariat PWNU Jatim.

Menurut dia, hilal di Pantai Gili Ketapang, Probolinggo pada ketinggian 2 derajat 8 detik dan lama di atas ufuk 8 menit 34 detik dengan posisi hilal 11 derajat 32 detik (utara titik Barat) dan 4 derajat 2 detik (selatan matahari).

"Tim PCNU Pasuruan yang berhasil melihat hilal adalah Hasan Mujib (42, tani), Maksum (35, tani), Rusdi (22, guru), Solihin (47, PNS), dan Mustofa (35, guru), sedangkan saksinya cukup banyak," katanya.

Sementara itu, tim PCNU Surabaya yang berhasil melihat hilal di Bukit Condro, Gresik adalah Achmad Asyar (45) dari Lajnah Falaqiah Surabaya dan Hadi Imamudin (36) dari Lajnah Falaqiah Gresik.

"PWNU Jatim menurunkan 11 tim dari sejumlah PCNU, tapi hanya dua tim yang berhasil melihat hilal, karena itu awal puasa dimulai 11 Agustus. Tim yang berhasil sudah kami laporkan ke PBNU untuk diteruskan ke pemerintah," katanya.

Keputusan tim PWNU Jatim yang dilaporkan ke PBNU itu ditandatangani Rais Syuriah KH Miftachul Akhyar, Sekretaris HM Masyhudi Muchtar, dan Tim Rukyatul Hilal PWNU Jatim KH Abdus Salam Nawawi (Ketua Lajnah Falaqiah PWNU Jatim).

Laporan tim yang gagal antara lain dari Gebang, Bangkalan (hujan); Puger, Jember (cuaca cerah tapi tidak terlihat); Srawung, Pacitan (mendung putih); Blitar (mendung); Kalbut, Situbondo (tidak berhasil); dan Banyuwangi (tidak terlihat).

Hal yang sama dialami Badan Hisab Rukyat (BHR) dari Banyuwangi, Situbondo, Jember, Bondowoso, dan Kabupaten Probolinggo juga gagal melihat hilal di lokasi yang sama yakni Pantai Kalbut, Situbondo. (Ant/OL-9)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/10/161333/125/101/NU-Jatim-Putuskan-Puasa-11-Agustus

Tim Rukyat Melihat Hilal di Pantai Gili dan Bukit Condrodipo

Selasa, 10/08/2010 18:45 WIB
Fatichatun Nadhiroh - detikSurabaya


Surabaya - Tim hisab dan rukyatul hilal dari PWNU, MUI dan Depag yang disebar di 11 titik daerah di Jatim menemukan hilal di 2 lokasi. Lokasi itu yakni Pantai Gili Probolinggo dan Bukit Condrodipo Gresik.

Sehingga awal puasa bulan ramadan 1431 H jatuh pada hari Rabu (11/8/2010). "Dari 11 titik daerah di Jatim tim hisab dan rukyat melihat hilal di 2 titik. Yakni Pantai Gili Probolinggo dan Bukit Condro Gresik," kata Ketua Lembaga Falaqiah NU Jatim, Abd Salam Nawawi kepada detiksurabaya.com saat dihubungi, Selasa (10/8/2010).

Dia menambahkan, laporan yang masuk tim dari Pantai Gili-Probolinggo melaporkan jika melihat rukyat sekitar pukul 17.32 WIB dan tim di Bukit Condro-Gresik melaporkan pukul 17.46 WIB.

"Tim di Probolinggo sebanyak 100 orang itu menyeberang ke laut. Sedangkan di Gresik berjumlah belasan orang," jelas Abd Salam.

Sementara di beberapa titik lainnya, kata dia, terhalang mendung dan hujan. Jika di Pantai Paseban Kencong-Jember dan Pantai Srau-Pacitan gagal melihat hilal karena mendung, Pantai Gebang-Bangkalan terhalang karena hujan deras turun dan Pantai Serang-Blitar juga gagal melihat hilal karena tertutup awan. (fat/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/08/10/184537/1417676/466/tim-rukyat-melihat-hilal-di-pantai-gili-dan-bukit-condrodipo

Badan Hisab Rakyat Tetap Gagal Lihat Hilal

BANYUWANGI--MI: Tim Badan Hisab Rakyat (BHR) Banyuwangi, Situbondo, Jember, dan Bondowoso, serta Probolinggo, tetap gagal melihat hilal yang dilakukan di Pantai Kalbut Situbondo, Selasa (10/8) sore.

"Dengan demikian, Tim BHR kelima kabupaten tersebut menyerahkan sepenuhnya kepada Kementerian Agama yang akan mengeluarkan 'isbat' malam ini. Pengamatan dilakukan sejak pukul 17.24 hingga pukul 17.34 WIB tidak mampu mengamati hilal karena terhalang kabut," kata salah seorang anggota BHR Banyuwangi, KH Suyuti Toha. (Ant/OL-9)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/10/161325/125/101/Badan-Hisab-Rakyat-Tetap-Gagal-Lihat-Hilal

Petani Ramai-ramai Tanam Tembakau

Selasa, 10 Agustus 2010 | 11:31 WIB

PROBOLINGGO – Luas lahan tembakau pada awal musim tanam tahun 2010 ini naik 1.000 hektare (ha), dari 6.923 ha pada 2009 menjadi 7.923 ha. Petani banyak yagn tertarik menanam daun emas ini karena harganya terus naik dari tahun ke tahun. Di Probolinggo, tembakau yang ditanam umumnya jenis Paiton Voor Oogst (Paiton VO).

’’Mudah-mudahan dengan rencana pembelian oleh gudang-gudang tembakau sebesar 10.300 ton, semua tembakau petani bisa terserap pasar,” ujar Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kab. Probolinggo Ir Nanang Trijoko S, Selasa (10/8).

Nanang menambahkan, tahun lalu 9.000 ton tembakau petani dengan areal 6.923 hektare terserap pasar. ’’Pada MT (musim tanam) tahun ini, luas areal naik sekitar 14,4 persen (7.923 Ha) sementara target pembelian dari gudang tembakau 10.300 ton,” ujarnya.

Nanang juga menunjukkan grafik yang menggambarkan tren harga tembakau naik dari tahun ke tahun. Tahun 2004 harga tembakau Rp 8-10 ribu/Kg, 2005 menjadi Rp 10-12 ribu, dan pada 2006 Rp 12-16 ribu. Pada 2007 harga tembakau mencapai Rp 17-22 ribu/Kg, pada 2008 Rp 18-27 ribu, dan pada 2009 Rp 18-30 ribu. “Mudah-mudahan pada 2010 ini harga tembakau naik lebih tinggi lagi,” ujar Nanang.

Meski pada MT 2010 ini areal tembakau meluas menjadi 7.923 Ha, Pemkab Probolinggo pun menetapkan rambu-rambu. ’’Daerah yang kurang dan tidak potensial untuk ditanami tembakau diharapkan tidak ditanami. Sebaiknya ditanami komoditas lain seperti padi, jagung, atau kedelai,” ujarnya.

Ada tujuh kecamatan di Kab. Probolinggo yang potensial ditanami tembakau. Hal itu mengacu pada kultur budidaya tembakau sejak lama terkait faktor agroklimat. Ketujuh kecamatan itu adalah Paiton (1.268 Ha), Pakuniran (1.030 Ha), Kotaanyar (1.820 Ha), Besuk (1.507 Ha), Gading (1.598 Ha), Krejengan (1.385 Ha), dan Kec. Kraksaan (754 Ha).

Sayangnya musim kemarau disertai hujan atau yang oleh Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebut kemarau basah membuat bertanam tembakau tidak mudah. Banyak tembakau yang rusak akibat tanah terlalu banyak kadar air.

’’Saya ini petani kecil, hanya bisa menanam tembakau 7.000 meter persegi, eh ternyata rusak akibat hujan di musim kemarau,” ujar Baidawi (40), petani tembakau di Desa Opo-opo, Kec. Krejengan, Kab. Probolinggo. Baidawi mengaku, hamparan tanahnya ditanami sekitar 13.500 bibit tembakau. “Jika tanaman bagus, insya Allah bisa menghasilkan 1,2 ton tembakau. Tetapi kali ini gagal total,” ujarnya.

Banyaknya areal tembakau yang rusak akibat hujan ’’salah musim” mendongkrak harga bibit tembakau. Harga bibit tembakau pun naik hingga 100% lebih. ’’Awal hingga pertengahan Juni lalu bibit tembakau masih berkisar Rp 20-30 ribu per 1.000 batang, tetapi akhir-akhir ini melonjak menjadi Rp 50 ribu,” ujar H Taufik Djam’an, petani tembakau dari Kec. Besuk, Kab. Probolinggo.

Untuk lahan 1 hektare dibutuhkan sekitar 15.000 bibit tembakau. “Itu kalau bibit hidup semua. Kalau ada yang mati masih harus beli bibit tambahan,” ujarnya.

Taufik yang mengaku, menamam sekitar 2 hektare tembakau sejak akhir Juni lalu terpaksa merogoh sakunya lebih dalam karena harga bibit melonjak. “Sehingga untuk bibit saja perlu uang Rp 1,5 juta, belum biaya pengolahan tanah, perawatan, dan pemupukan,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Andi, warga Kec. Paiton, Kab. Probolinggo. “Merawat tembakau semasa masih muda seperti merawat bayi, susahnya bukan main. Seringkali bibit yang ditanam mati sehingga harus disulami (diganti) tanaman baru,” ujarnya. isa

Kenaikan Harga Tembakau

selama 2004–2009 (per Kg)

2004

Rp 8.000-10.000

2005

Rp 10.00-Rp 12.000

2006

Rp 12.000-Rp 16.000

2007

Rp 17.000-Rp 22.000

2008

Rp 18.000-Rp 27.000

2009

Rp 18.000-Rp 30.000


Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=6c9ce1a88f1d92d860a90111aa89104c&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Enam dari Delapan SMKN di Probolinggo Ndompleng

Probolinggo, Bhirawa
Mayoritas SMKN di Kabupaten Probolinggo belum mempunyai gedung sendiri. Terbukti, dari 8 SMKN yang ada di Kabupaten ini baru 2 SMKN yang memiliki gedung sendiri, sementara 6 SMKN lainnya masih mendompleng. Demikian disampaikan Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo Supanut saat ditemui Bhirawa di kantornya, Senin (9/8) kemarin.

Kedua SMKN yang sudah memiliki gedung sendiri tersebut adalah SMKN 1 dan SMKN 2 Kraksaan.

"Kami telah meminta DPRD segera melakukan penganggaran untuk pembangunan gedung SMKN tersebut. Syukurlah, pihak DPRD merespon positif," jelasnya. Menurut Supanut, pembangunan itu rencananya akan diproyeksikan melalui APBD 2011. Sebab, jika melalui PAK (Perubahan Anggaran Keuangan) tahun ini waktunya dinilai cukup mepet.

"Pemkab dan DPRD bertekad untuk terus mengembangkan pendidikan. Itu bisa dilihat dari anggaran pendidikan di Kabupaten Probolinggo yang sudah lumayan besar. Dalam waktu dekat ini masalah SMKN yang masih banyak numpang ini bakal mulai digarap secara bertahap," tambah Supanut. [wap]

Sumber: http://www.harianbhirawa.com/demo-section/copy-of-sosok/14167-enam-dari-delapan-smkn-di-probolinggo-ndompleng-