Kamis, 19 Agustus 2010

Mantan Dirut BPR Disidang

[ Kamis, 19 Agustus 2010 ]
Setelah Dilaporkan Palsukan Surat

KRAKSAAN - Kasus hukum yang melibatkan mantan direktur utama (dirut) BPR Antar Parama Kraksaan, Faustinus Budianto memasuki sidang kedua. Kemarin (19/8), sidang yang digelar di PN Kraksaan, Kabupaten Probolinggo itu mengagendakan pemeriksaan saksi korban.

Ada dua saksi korban yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Endang Surati, SH MH. Yakni, Komisaris BPR Antar Parama Edi Yuswono dan Direksi BPR Suwoko.

Sidang dipimpin Ketua Majelis HR Anton W. Didampingi dua anggota majelis, Ahmad Nahrawi Muklis dan Eman Sulaiman. Sementara panitera pengganti, yakni Musdijanti. Sidang itu juga dihadiri tersangka Faustinus Budianto yang didampingi Ismail Modal, pengacaranya.

Sidang dibuka dengan meminta keterangan pada Edi Yuswono sebagai saksi korban. Lalu, Suwoko menjalani pemeriksaan selanjutnya. Persidangan berlangsung cukup lama. Sejak pukul 13.00 WIB hingga sekitar pukul 15.30 WIB. Sebab, banyak pertanyaan yang disampaikan pada dua saksi tersebut.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, kasus itu berawal saat Komisari Edi Yuswono melaporkan mantan dirut Faustinus Budianto pada 17 April 2009 ke Polres Probolinggo. Edi melaporkan tentang dugaan pemakaian surat palsu yang dilakukan Budianto. Pada surat itu ada tanda tangan Edi yang dipalsu.

Proses penyelidikan di Polres berlangsung cukup lama. Hingga lebih dari setahun. Selama penyelidikan, terlapor tidak ditahan.

Pada 15 Juni 2010, berkas dinyatakan P21 dan dilimpahkan ke Kejari Kraksaan. Selanjutnya pada 21 Juli 2010, Budianto ditahan oleh JPU. Hingga persidangan pertama pada 11 Agustus 2010, Budianto berada di Rutan Kraksaan.

Pada sidang itu, majelis hakim mengeluarkan penetapan. Status Budianto dialihkan menjadi tahanan kota. Sebelumnya Budianto berstatus tahanan rutan, hingga sidang kedua digelar kemarin. Pada sidang kemarin, majelis hakim memutuskan sidang ketiga akan digelar Rabu (25/8).

Dikonfirmasi setelah sidang, Ismail Modal pengacara Budianto mengatakan, kliennya (Budianto) tidak melakukan pemalsuan tersebut. Sebab, kliennya tak tahu kalau ada surat yang dipalsu.

"Klien saya baru tahu ada surat yang dipalsu, ketika diperiksa di Polres. Jadi klien saya tidak tahu tentang surat itu sebelumnya. Siapa yang memalsu, wallahu a'lam" tutur Ismail.

Ismail mengatakan, saat sidang Komisari Edi Yuswono bahkan tak berani memastikan siapa yang memalsukan surat itu. Hal itulah kata Ismail yang menguatkan bahwa Edi tak berani mengatakan Budianto sebagai pelaku pemalsu.

Bahkan ketika ditanyakan hakim, Edi menjawab tidak tahu. "Ini berarti saksi (Edi) tak konsisten dengan keterangannya sendiri sebelumnya. Padahal yang dilaporkan ke polisi adalah klien saya," kata Ismail.

Ismail menduga, ada kemungkinan yang memerintah membuat surat palsu adalah Direktur BPR Suwoko. Hal itu bahkan terungkap di persidangan kemarin. Ismail lantas membeber beberapa contoh keterangan yang tak konsisten itu. "Prinsipnya komisaris tidak konsekuen dalam memberikan keterangan," pungkas Ismail. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Ganti Mitan, Solar Oplos Deterjen

[ Kamis, 19 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Mahalnya harga minyak tanah (mitan) membuat ibu rumah tangga di Kota Probolinggo putar otak agar bisa mendapatkan bahan bakar murah dan aman. Kini sampai ada yang memilih menggunakan solar dioplos dengan deterjen.

Salah satu yang menggunakan oplosan solar dengan deterjen adalah Siti Khodijah. Dia warga Jl Abdul Aziz gang masjid Darusalam RT 1 RW 4 Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran.

Terhitung sudah lima bulan lalu ibu dua anak tersebut mengganti minyak tanah dengan solar. Saat dikunjungi di rumahnya kemarin (18/8), Siti mengakui jika ia tidak menggunakan mitan untuk kompor, melainkan solar. Ia pun mempraktikkan pemakaian solar untuk kompornya.

"Minyak tanah kan mahal sekali, sekarang sampai Rp 7.500 seliter. Akhirnya saya mencoba pakai solar dan ternyata bisa. Pertama itu pakai solar saja, ternyata masih bau. Lalu untuk menghilangkan bau, saya coba campur solar dengan deterjen. Hasilnya tidak bau lagi," katanya.

Siti menceritakan, ide itu berasal karena keterbatasan perekonomian keluarganya untuk membeli mitan. Disamping harga mitan yang mahal, mitan juga sempat sangat langka di pasaran. Nah, inspirasi menggunakan solar itu muncul saat Siti sedang berada di pelabuhan.

Ia melihat sendiri nelayan kapal ada yang mencampur solar dengan mitan untuk bahan bakar. Hasilnya, kapal itu tidak terbakar dan justru bisa beroperasi. Dari apa yang dilihatnya itulah Siti akhirnya mau coba-coba sendiri di rumahnya.

Saat akan mempraktikkannya di dapur rumahnya, Siti sempat mendapat larangan dari suaminya, Suryanto. "Sengak mbledhos (awas meledak), tidak usah macam-macam," ujar Siti menirukan kata suaminya yang bekerja serabutan di bengkel.

Sampai lima bulan berjalan apa yang mereka khawatirkan tidak terjadi. Siti mengakui ide untuk mencampurkan detergen ke solar lantaran ia berpikir jika deterjen itu berbau wangi, jika dicampurkan ke solar maka bau solar bakal hilang. Dan, ternyata rekaan Siti itu benar. Masakannya tidak bau solar.

Satu botol air mineral ukuran besar cukup diberi satu sendok makan deterjen (apapun mereknya). "Sejak pakai solar keuangan bisa irit. Kalau biasanya 1 liter mitan itu saya pakai dua hari, kalau solar sampai tiga hari. 1 liter solar hanya Rp 4500 selisihnya Rp 3 ribu dengan harga 1 liter mitan," jelasnya.

Sekali beli solar, Siti selalu membeli lima liter sekaligus. Ia harus membeli solar di pom bensin menggunakan jirigen. Lima liter solar bisa digunakan memasak sampai dua minggu. "Awalnya saya memang takut meledak, tapi buktinya tidak. Sekarang juga agak irit," imbuh Siti yang pendapatan suaminya tidak tentu tiap minggunya.

Bedanya mitan dengan solar untuk kompor, kata Siti, sumbu kompor harus diperhatikan. Sumbu untuk solar harus lebih panjang dibanding mitan. Jika tidak api yang keluar tidak akan sempurna. "Sumbunya harus agak panjang. Nyala apinya ya tetap biru seperti kompor pakai mitan biasanya," terang Siti yang dua buah kompornya memakai solar.

Setelah membuktikan sendiri jika kompor solar aman dan tidak meledak, Siti langsung memberitahukan temuannya itu ke para tetangga. Namun kebanyakan tetangganya ketakutan kalau kompor bisa meledak akibat solar. Tapi, ternyata masih ada yang meniru cara Siti yaitu kakaknya bernama Arlinawati.

Apakah Siti tidak mendapatkan program konversi mitan ke gas elpiji? Siti mengatakan dia sudah dapat paket kompor dan elpiji dari pemerintah. Tapi, ia takut meledak. Apalagi banyak kejadian ledakan elpiji. Siti akhirnya memutuskan menjualnya. Paket itu laku dijual Rp 70 ribu di sebuah toko. "Saya akan terus pakai solar sebagai ganti lengo gas," ujar Siti. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175575

Rumah Waket DPRD Disatroni Maling

[ Kamis, 19 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Rumah Wakil Ketua (Waket) DPRD Kabupaten Probolinggo Wahid Nurrahman di perumahan Green Royal, Kedopok Kota Probolinggo disatroni maling pagi kemarin (18/8). Syukur saja, saat itu rumah dalam keadaan kosong. Tiada penghuni maupun perabot berharga. Si pencuri pun tak membawa apa-apa.

Wahid memang aslinya bertempat tinggal di Selogudik, Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Rumahnya di Green Royal hanya jadi tempat transit bila tugasnya sebagai anggota dewan mengharuskannya menghabiskan waktu di Kota Probolinggo. Sebab, kantor DPRD kabupaten Probolinggo sampai saat ini masih berada di wilayah kota.

Nah, kemarin Wahid dan keluarganya juga menghabiskan waktu di rumah Selogudik. "Mulai kemarin, kebetulan kami juga di rumah timur (Pajarakan)," kata isteri Wahid.

Sehari-harinya, bila sedang tidak ditempati, biasanya rumah itu ada penjaganya. Nah, kebetulan pagi kemarin sekitar pukul 04.00 penjaga rumah itu sedang pergi untuk beli makanan sahur.

Saat itulah, pencuri tersebut beraksi. Dari keterangan beberapa saksi mata, pencuri masuk melalui tembok bagian belakang rumah Wahid. Kebetulan bagian sisi selatan perumahan Green Royal berbatasan dengan sekolah dasar. Pencuri pun menggunakan tangga untuk melewati dinding pembatas di belakang rumah Wahid itu.

Pelaku kemudian masuk melalui jendela bagian samping rumah. "Ini grendelnya sudah dirusak," terang isteri Wahid.

Diperkirakan saat itu pencuri itu sudah berhasil masuk ke dalam rumah. Sayang di dalam rumah Wahid sendiri juga tidak ada barang yang berharga. Karena itu pencuri itu tidak berhasil membawa pulang apa-apa.

Usai tak membawa hasil di rumah Wahid, pencuri lalu meneruskan aksinya di rumah sebelah Wahid. Sayang sebelum beraksi, pencuri itu keburu ketahuan. "Usai ketahuan, pencurinya langsung kabur dari tempat awal ia datang," lanjutnya.

Yunus, satpam perumahan Green Royal mengatakan, saat kejadian berlangsung kebetulan satpam penjaga sedang libur. "Dini hari tadi itu sedang libur, cuma pagar tetap ditutup. Saya baru masuk pagi tadi," ungkapnya.

Wahid sendiri tidak terlalu menanggapi serius insiden tersebut. Karena itu ia pun tidak melaporkan kejadian tersebut ke petugas kepolisian setempat. Ia menyatakan, peristiwa tersebut murni kriminal dan tidak berkaitan dengan politik. "Mungkin yang mau mencuri itu belum kenal saya. Kalau kenal, pasti gak akan mencuri. Karena saya kan terkenal orang yang sosialis," seloroh Wahid lalu tersenyum.

Teror di Kedopok

Selang satu jam usai insiden pencurian di rumah wakil ketua dewan, tak jauh dari perumahan Green Royal, tepatnya di Jl Bengawan Solo, Jrebeng lor, Kedopok geger. Satimah, 35, warga setempat dianiaya dan nyaris diperkosa oleh orang yang tak dikenalnya.

Menurut penuturan Satimah, pagi itu ia sedang buang air besar di sungai dekat rumahnya. Usai buang air besar, ia duduk-duduk di pinggiran sungai yang juga berdekatan dengan areal pesawahan.

"Saat itu ada orang laki-laki lewat. Ia memakai celana pendek dengan membawa senter dan arit. Karena lewat di depan saya, saya pun menyapanya. Saya kira ia warga setempat," cerita Satimah dalam bahasa Madura.

Namun sikap ramah Satimah ini dibalas dengan perbuatan kasar yang dilakukan orang asing itu. Lelaki asing itu tiba-tiba menghunuskan celuritnya ke arah Satimah. "Saya diminta untuk mengikutinya di tengah sawah. Tetapi saya tidak mau," akunya.

Karena tidak mau, Satimah pun sempat dipukul di bagian pipinya, hingga ia terjatuh. Usai memukul Satimah, lelaki asing itu pergi ke arah timur. "Mungkin kalau saya mau diajaknya ke tengah sawah, saya bisa-bisa diperkosa," kata Satimah.

Lelaki asing itu disebut-sebut warga setempat bertemu lagi dengan salah seorang warga di Gg Kyai Arum. Dan sempat cekcok dengan warga setempat itu. "Sudah mas, jangan tanya-tanya lagi, saya plengen (pusing)," ujar suami dari warga tersebut.

Kapolsek Wonoasih AKP Ohim saat dikonfirmasi Radar Bromo mengaku, pihaknya masih belum mendapat laporan atas beberaa kejadian tersebut. Mulai dari percobaan pencurian di rumah Wahid maupun tindakan kekerasan yang dialami Satimah. "Masih belum ada laporan yang masuk," katanya.

Meskipun begitu, ia mengatakan akan mengecek lansgung di lapangan. "Kami akan terus lakukan patroli untuk keamanan," bebernya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175576

Awas, Jembatan Jebol di JLU

[ Kamis, 19 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Jalan lingkar utara (JLU) Kota Probolinggo kembali tak bisa difungsikan secara sempurna. Pasalnya, ada salah satu jembatan di ruas jalan tersebut jebol.

Hal itu terjadi sejak Selasa (17/8) sekitar pikul 23.00. Jalan masuk JLU di perempatan Pilang ditutup. Tak ayal, kendaraan-kendaraan besar yang seharusnya melintas di jalan tersebut, kini kembali melewati jalan tengah kota.

Dari pantau Radar Bromo, bagian jembatan yang jebol itu berada di sisi selatan. Karenanya kondisi tersebut sangat menggangu jalur kendaraan dari arah timur.

Informasinya, pengerjaan proyek itu mulai digelar sejak bulan lalu. Sudah dicor, tapi masih belum difungsikan. Parahnya, jembatan pada sisi lainnya yang selama ini masih difungsikan turut jebol.

Akibatnya, kendaraan-kendaraan besar tak bisa lewat di jalan yang dioperasikan sejak 3 Februari lalu itu. Sejak diresmikannya JLU, semua kendaraan berat wajib melintas di jalan itu. Kecuali bus pariwisata dan kendaaran berat yang hendak melakukan bongkar muat di tengah kota.

Meski demkian, masih ada saja kendaraan-kendaraan kecil yang lewat di jalan tersebut. "Mungkin konstruksinya tidak kuat. Kan kendaraan-kedaraan besar yang lewat di sini," ujar salah seorang warga sekitar jembatan tersebut.

Sementara, Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatlantas AKP Noerjanto mengatakan, begitu mengetahui jembatan itu jebol. Pihaknya langsung mengalhkan arus lalu lintas ke tengah kota, sebagaimana dahulu masih belum ada JLU.

Menurut Kasatlantas, jebolnya jembatan itu dikarenakan konstruksinya yang rapuh. Sedangkan separo jalan masih dalam proses penyelesaian. Separonya lagi masih difungsikan. Tapi, sekarang jebol juga," ujarnya.

AKP Noerjanto mengaku sudah menyampaikan hal tersebut kepada pemerintah kota. Itu agar penyelesaian jalan yang digadang-gadang bakal dibuka dua jalur itu dipercepat. "Kami sudah kirim surat ke Pak Wali, meminta untuk dipercepat," ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Pengerjaan Umum (DPU) Sanusi, saat hendak di konfirmasi sedang tidak berada di kantornya. Dihububingi melalui HP-nya, ia mengaku masih rapat di gedung DPRD. "Saya masih rapat banggar, Mas," ujarnya.

Lalu, Sanusi mengarahkan koran ini untuk menemui anak buahnya, Kasi Pembangunan Bidang Bina Marga DPU Andre Nirwana. "Coba hubungi Pak Andre, saya sudah menyampaikan kepada dia," ujar Sanusi.

Tapi sayang, ketika koran ini hendak menemui Andre, ia sedang tidak berada di kantornya. Menurut keterangan salah seorang karyawan di kantor DPU, Andre sedang keluar kantor. "Baru saja keluar, entah mau ke mana," ujar karyawan lelaki itu. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175577

DPRD Kabupaten Bakal Klarifikasi

[ Kamis, 19 Agustus 2010 ]
Soal DO Warga Kabupaten di SMAN 2

KRAKSAAN - Kasus DO (drop out) empat siswi -versi sekolah: dikembalikan kepada orang tua- di SMAN 2 Kota Probolinggo gara-gara up date Facebook (FB) juga menjadi perhatian DPRD Kabupaten Probolinggo. Sebab satu siswa yang di-DO adalah warga Gending, Kabupaten Probolinggo. Rencananya, dalam waktu dekat DPRD bakal klarifikasi ke SMAN 2.

Ketua DPRD kabupaten Ahmad Badawi mengatakan, pihaknya belum tahu pasti kabar soal kasus DO tersebut. "Karena itu kami akan lakukan klarifikasi ke sekolahnya dahulu," ujarnya saat dihubungi Radar Bromo kemarin (17/8).

Pria yang akrab disapa Memed tersebut menjelaskan, pihaknya bakal meminta kejelasan tentang kronologis kasus tersebut. "Karena kami belum tahu persoalannya, kami tidak akan berpihak kepada sekolah atau murid-murid," ungkapnya.

Memed yakin, sekolah pasti mempunyai pertimbangan sebelum mengeluarkan keputusan yang kontroversial tersebut. "Sekolah pasti juga telah melakukan pembahasan dalam-dalam sebelumnya. Karena itu, kami harus klarifikasi dulu," beber politisi asal PKB tersebut.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, karena komentarnya di FB itu empat siswi SMAN 2 di-DO. Yakni Devi, Mega, Anisa dan Rosdiana. Berikutnya, satu siswa yang ikut berkomentar di FB juga menerima sanksi serupa. Namun, sekolah tidak mau keputusan itu disebut DO. Melainkan mengembalikan para siswa tersebut kepada orang tuanya untuk mencari sekolah lain.

Dalam fb itu, para siswa sempat mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang dianggap sekolah sudah masuk kategori menghujat dan memfitnah. Karena itu, seperti terungkap dalam hearing yang digelar Komisi A DPRD Kota Probolinggo, para murid itu dianggap sudah melakukan pelanggaran berat tipe A.

Permasalahan itu sendiri sebelumnya juga menjadi perhatian Wakil Ketua FP2R (Fraksi Persatuan Pembangunan Reformasi) DPRD Jatim Mahdi. Ia bahkan mengatakan akan melaporkan hal tersebut ke Dispendik Provinsi Jatim.

Mahdi bahkan meminta pemerintah mencabut status sekolah Adiwiyata yang disandang SMAN 2. Karena menganggap sekolah tersebut bertindak sewenang-wenang pada siswanya.

Sementara Sekretaris Komisi D DPRD kabupaten Amin Haddar membenarkan pernyataan Ketua DPRD Memet. Rencananya, dalam minggu-minggu ini Komisi D bersama pimpinan dewan akan melakukan klarifikasi ke sekolah.

"Sekarang ini yang terpenting siswa-siswi itu bisa secepatnya kembali ke sekolah lagi. Jangan sampai terlalu lama membiarkan siswa-siswi itu tidak sekolah. Bisa-bisa semangat belajarnya mengendur," kata Amin.

Amin menilai, Dinas Pendidikan setempat harus segera memikirkan kelanjutan siswa-siswi tersebut secepatnya. "Saya berharap persoalan itu segera clear. Sehingga siswa-siswi itu bisa kembali belajar di sekolah," harapnya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175578

Berharap Dijadikan Gedung Serbaguna

[ Kamis, 19 Agustus 2010 ]
SUKAPURA - Sejak tidak digunakan lagi pada tahun 2003, hingga kini gedung eks SDN Ngepung 1 terbengkalai. Warga Ngepung sendiri berharap, eks SDN Ngepung 1 itu digunakan untuk gedung serbaguna.

Sebab, hingga kini warga Ngepung belum memiliki satupun gedung serbaguna. Sementara pengajuan pembangunannya ke Pemkab Probolinggo sudah dilakukan pada tahun 2009.

Awalnya, gedung serbaguna tersebut akan dibangun di eks SDN Ngepung 1. Namun, hingga kini rencana itu belum juga terealisasi.

Gedung eks SDN Ngepung 1 itu sendiri tidak digunakan sejak sekolah itu merger dengan SDN 2 Ngepung pada tahun 2003. Setelah dimerger, nama sekolah berubah menjadi SDN Ngepung.

"Sejak 2003 sudah gabung," ungkap Kepala SDN Ngepung, Prawito kepada Radar Bromo, kemarin (16/8) di kantornya. SDN Ngepung lantas menempati lokasi yang berbeda.

Prawito menjelaskan, eks gedung SDN 1 Ngepung tersebut awalnya digunakan sebagai ruangan tambahan. Sebab, gedung baru SDN Ngepung saat itu belum cukup menampung siswa dari gabungan kedua SD.

Kemudian ada rencana untuk menggunakan eks SDN 1 Ngepung sebagai gedung serbaguna untuk warga Desa Sukapura. Selain sebagai sarana kegiatan masyarakat, di gedung serbaguna itu juga akan dibuat sarana olah raga cabang senam.

Sebab, Kecamatan Sukapura selama ini terkenal dengan prestasi atlet usia dini di cabang senam. Bahkan gedung eks SDN 1 Ngepung itu masih digunakan sebagai tempat latihan para atlet tersebut.

"Sampai sekarang anak-anak masih berlatih senam di sana (eks SDN 1 Ngepung)," ungkap Prawito. Alasannya, karena gedung itu merupakan satu-satunya tempat yang strategis. Selain itu, juga satu-satunya aset pemkab yang bisa digunakan.

Prawito sendiri setuju untuk segera merealisasikan gedung serbaguna di tempat itu. "Sangat bagus jika ini bisa terealisasi," tuturnya. Termasuk untuk latihan atlet senam.

Sementara Kepala Cabang Dinas Pendidikan kecamatan Sukapura, Alamsyah berpendapat serupa."Dari dulu itu yang diharapkan," tuturnya. Bahkan pada tahun 2009, Alamsyah sendiri yang menyerahkan proposal pembangunan gedung serbaguna itu kepada Bupati Probolinggo Hasan Aminudin.

"Itu saat peresmian DAK di SD Wonokerto 2009 lalu," ungkapnya. Harapanya hanya satu, yaitu ada tindak lanjut dari pemkab.

Alamsyah pun berpendapat, permintaan tersebut dirasa wajar. Sebab, Kecamatan Sukapura selalu menghasilkan atlet berprestasi di cabang senam. Tepatnya sejak tahun tahun 1993, cabang senam di Sukapura sudah menghasilkan atlet usia dini yang berprestasi. Karena itu, di ruang serbaguna akan dibuat pula ruang untuk latihan senam.

Dari pengamatan Radar Bromo, kondisi eks gedung SDN 1 Ngepung tersebut sebagian besar rusak parah. Di lokal sebelah Selatan misalnya. Tepatnya di kelas paling kiri, atap gedung sudah tidak ada. Lalu di bagian gedung lainnya, kaca jendela juga tidak ada. Sementara isi ruangan tidak terawat lagi.

Hal tersebut diakui Alamsyah,"Gedung yang bisa dipakai kondisinya hanya 30 persen." Namun, Alamsyah meyakinkan gedung tersebut masih aman digunakan.

"Selalu kami kontrol keadaannya," ungkapnya. Sebab, para atlet senam masih berlatih di tempat itu. Walau dengan fasilitas seadanya.

Nanti jika gedung serbaguna terwujud, prestasi para atlet senam diharapkan lebih meningkat. Karena itu, Alamsyah kembali menegaskan harapannya. "Kami mohon agar segera direalisasikan," katanya.

Namun, ia juga mengerti bahwa itu semua keputusan pemkab. Sehingga dirinya dan warga Sukapura tinggal menunggu realisasi saja. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175580

Minta Subsidi Mitan di 6 Kecamatan

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
Datangi Pertamina, Pemkab Antisipasi Kelangkaan

KRAKSAAN - Belum rampungnya proses konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji di Kabupaten Probolinggo membuat pemkab setempat melakukan antisipasi. Pemkab meminta enam kecamatan yang belum dapat program konversi tetap disuplai mitan bersubsidi.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Ibrahim Muhammad mengakui, saat ini mitan mulai langka dan mahal di beberapa daerah di Kabupaten Probolinggo. "Itu karena beberapa daerah sudah dapat program konversi. Jadi Pertamina menarik subsidi di daerah yang sudah konversi tersebut," katanya.

Untuk Kabupaten Probolinggo sendiri, saat ini ada 18 kecamatan yang sudah rampung program konversinya. Di beberapa daerah tersebut mitan sudah langka. Harganya pun cukup mahal, mulai Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu.

Sementara enam kecamatan yang belum mendapatkan program konversi, yakni Lumbang, Wonomerto, Banyuanyar, Tiris, Kraksaan dan Pakuniran. "Yang belum dapat konversi itu masih lebih dari 104 ribu KK," jelas Ibrahim.

Nah, di 6 kecamatan itu Ibrahim menjelaskan, warga masih mendapatkan subsidi mitan dari pemerintah. "Karena belum dapat konversi, harga mitan di 6 kecamatan itu harus tetap bersubsidi. Yakni sekitar Rp 3 ribu," jelasnya.

Agar di lapangan minyak bersubsidi tetap beredar, beberapa hari belakangan pemkab mendatangi Pertamina Depo Malang. "Kabag Sungram (Penyusunan Program) beberapa hari belakangan sudah ke Depo Pertamina Malang yang mengurusi bidang mitan," beber Ibrahim.

Pemkab meminta Depo Pertamina mengeluarkan data soal agen-agen yang masih menjual mitan bersubsidi di 6 kecamatan tersebut. Dengan begitu, pemkab dikatakan Ibrahim bisa menegur agen-agen nakal yang menimbun mitan bersubsidi.

Di sisi lain, belum rampungnya konversi membuat agen-agen mitan di 6 kecamatan yang masih disubsidi mitan rentan diserbu warga dari kecamatan lain. Khsusunya yang sudah tidak disubsidi.

Untuk mengantisipasinya, pemkab beberapa hari belakangan juga semakin getol mengampanyekan warganya untuk tetap memakai kompor gas hasil konversi. "Langkah yang kami ambil sementara ini, ya agar kompor gas itu dimanfaatkan. Sosialisasi penggunaan kompor gas yang baik juga terus digelar," jelas mantan sekwan tersebut.

Pemkab juga meminta Pertamina tetap menyediakan mitan tanpa subsidi. Hal itu untuk antisipasi kekhawatiran kelangkaan mitan jelang lebaran mendatang. Upaya antisipasi mitan ini sendiri sedianya sudah dibahas pemkab sejak jauh-jauh hari.

Sebelum memasuki Ramadan, pemkab juga sempat membahasnya dalam rakor dengan Pertamina. Sayang saat itu perwakilan dari Pertamina untuk bidang mitan tidak datang. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175420

Menu Takjil Laris Manis

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Warga Kraksaan dan sekitarnya tak perlu bingung mencari menu takjil. Tersedia banyak pilihan yang disiapkan para pedagang. Khususnya pedagang di kawasan Timur Alun-alun Kraksaan. Bersebelahan dengan Semarak, pedagang takjil menempati trotoar dan sebagian sisi jalan sebelah Barat.

Sehari sebelum puasa, para pedagang takjil ini mulai berjualan di lokasi tersebut. Dagangan yang disajikan beraneka ragam. Mulai menu pembuka, hingga menu penutup untuk buka puasa.

Jumaati, 47, Pedagang takjil asal Kecamatan Pajarakan mengatakan, sejak awal Ramadan penghasilannya stabil. Sebab, banyak pengunjung yang berbelanja di situ. Sehingga Jumaati tidak perlu terlalu lama berada di lokasi dagang. "Setelah maghrib sudah bisa pulang," ujarnya.

Perempuan ini mengaku, setiap Ramadan dirinya berjualan di lokasi tersebut. Sementara di luar Ramadan, Jumaati berjualan nasi krawu di Selatan alun-alun. Saat ini yang dia jual kebanyakan menu buka siap saji. Ada rujak manis, mendol, pepes, dadar jagung, sayur asem dan sayur bening. "Ya menu buka puasa itu," katanya.

Selain Jumaati, ada Nyonya Bambang, 50, pedagang takjil asal Kecamatan Kraksaan. Ny Bambang pun berjualan di tempat itu setiap Ramadan tiba. Berbeda dengan Jumaati, Ny Bambang berjualan petulo, nasi kuning, rujak manis dan pepes ikan.

Menurut Ny Bambang, dirinya cukup puas dengan ijin yang diberikan pemerintah untuk menempati ruas jalan tersebut. Meski harus membayar pajak harian, Ny Bambang mengaku tak keberatan. "Itu sudah resikonya. Malah mestinya kita berterima kasih," ujarnya.

Sebab menurutnya, berjualan di tempat itu sangat laris. Dagangannya sering habis menjelang buka puasa. Jadi setelah maghrib, Ny Bambang bisa bergegas pulang. "Lumayan. Namanya saja mencari rejeki di bulan puasa. Ini barokahnya Ramadan," tuturnya.

Keramaian jelang buka puasa juga terjadi di Timur alun-alun. Namun bukan jenis makanan pembuka. Melainkan makanan utama berbuka. Kebanyakan terdiri dari pedagang nasi, soto, maupun bakso. "Kalau di sini disediakan menu utama," ujar Ketua Paguyuban Pedagang Semarak Puryanto sambil bercanda.

Dikatakan Puryanto, Ramadan memang memberi berkah tersendiri bagi pedagang di lokasi itu. Bahkan pedagang tidak perlu berkompetisi menjajakan dagangannya. "Karena di sini kan memang aktifitas warga padat. Jadi pasti habis semua dagangannya. Apalagi (dagangan) takjil, cepat habis itu," tutur Puryanto. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175419

Upacara Proklamasi, 25 Pingsan

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Kemarin (17/8), HUT ke-65 Kemerdekaan RI di Kabupaten Probolinggo dilaksanakan di Alun-alun Kraksaan. Ditandai dengan upacara detik-detik proklamasi dan pengibaran bendera merah putih.

Seperti jadwal di lokasi lain, upacara kemarin dilangsungkan sekitar pukul 10.00 selama sekitar 30 menit. Yakni, hingga sekitar pukul 10.30 WIB. Sebagai inspektur upacara, yakni Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin. Sementara komandan upacara, yakni Danramil Leces Kapten Inf. Denny Novianto. Lalu, perwira upacara yakni Kepala Bakesbangpol kabupaten Linmas Soeparwiyono.

Meski berlangsung hidmat, upacara diwarnai dengan sejumlah insiden. Selama upacara, puluhan peserta pingsan. Total ada 25 peserta yang pingsan. Ini bisa dilihat di pos PMI yang tersedia di lokasi tersebut.

Bahkan ada seorang peserta yang harus dilarikan ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan. "Mungkin karena sedang puasa, sementara pagi kan tidak mungkin sarapan," kata Siswanur Arifin, koordinator PMI.

Dalam pantauan Radar Bromo, upacara kemarin diikuti seluruh pejabat Muspida dan seluruh anggota DPRD. Juga tampak barisan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), TNI, POLRI, karyawan/karyawati di lingkungan Pemkab Probolinggo. Para pelajar dan mahasiswa juga mengikuti upacara di bawah terik matahari itu.

Selama upacara, peserta menghadap ke Utara. Sementara tempat duduk undangan dibagi di tiga titik. Di paseban tengah ada Bupati Probolinggo Hasan Aminuddun, Wabup Salim Qurays, Muspida, Ketua DPRD Ahmad Badawi dan sejumlah anggota DPRD. Juga dihadiri Sekda Kusnadi beserta jajarannya, LVRI, purnawirawan TNI/Polri.

Paseban Barat diisi pejabat dari instansi pemerintah. Sementara paseban Timur diisi para perwira Polri, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama.

Begitu jarum jam menunjuk pukul 10.00 WIB, sirine dan bedug masjid dibunyikan. Menandakan peringatan proklamasi kemerdekaan. Selanjutnya dibacakan teks Proklamasi oleh Ketua DPRD Ahmad Badawi.

Begitu selesai, dilakukan pengibaran bendera merah putih. Pengibaran bendera dilaksanakan oleg 70 anggota Paskibraka Kabupaten Probolinggo. Mereka membentuk 3 formasi.

Barisan pertama berjumlah 17 orang. Barisan kedua berjumlah 8 orang. Sementara barisan ketiga berjumlah 45 orang, sekaligus sebagai barisan terakhir. Masing-masing barisan menunjukkan tanggal, bulan, maupun tahun kemerdekaan RI.

Anggota Paskibraka tersebut adalah hasil seleksi dari SMA/MA se-Kabupaten Probolinggo. Bertugas sebagai pemegang bendera, yakni Ariska Dewi Larasati dari SMAN 1 Gending. Di sisi kanan, Karisma Galih dari SMAN 1 Dringu. Sementara sebelah kiri, Ragil Farisi dari MA NU Kraksaan. Sedangkan komandan pasukan Paskibraka yakni Viand Gilang Ramadhan dari SMA Tunas Luhur Paiton. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175418

Dinilai Terlalu Ringan, Minta DO

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
Sanksi Siswa SMKN 2 yang Pakai Dextro

KRAKSAAN - Pelanggaran 14 siswa SMKN 2 Kraksaan dengan mengonsumsi pil dextro mendapat tanggapan serius dari sejumlah kalangan. Terutama, karena sanksi yang diberikan sekolah pada siswanya dinilai terlalu ringan.

Seperti diberitakan Radar Bromo, para guru SMKN 2 Kraksaan berhasil mengungkap alur peredaran dextro di sekolah tersebut. Sekolah menemukan ada 14 siswa pemakai dextro.

Namun meski terbukti memakai dextro, sekolah hanya meminta siswanya menandatangani surat pernyataan. Isinya, siswa berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.

Nah, sanksi itu dinilai terlalu ringan dan tidak memberikan efek jera pada siswa. Seperti diungkapkan seorang wali murid di SMKN 2 Kraksaan, H. Yasin. Menurut Yasin, kasus tersebut justru merusak citra dunia pendidikan. "Ini tidak boleh terulang lagi. Tapi sanksinya saya kira kurang berat. Tidak bisa menimbulkan efek jera," katanya.

Yasin mengusulkan agar SMKN 2 meningkatkan pengawasan terhadap anak didik tidak hanya di sekolah. Tapi juga di luar sekolah. Sebab pengawasan yang lemah akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. "Pengawasan tidak hanya dari guru. Tapi juga dari orang tua," ujar Yasin yang juga Humas FUIB ini.

Selain itu kata Yasin, SMKN 2 juga harus meningkatkan pembinaan keagamaan di sekolah. Menurut Yasin, agama dan perilaku anak di sekolah berkaitan erat. "Bila perlu ada waktu tambahan untuk pembinaan itu," tuturnya.

Komentar serupa disampaikan anggota Komisi D DPRD Kabupaten Probolinggo Amin Haddar. Menurut Amin, mestinya sanksi yang dijatuhkan minimal adalah skorsing. "Tapi ternyata hanya menandatangani pernyataan," sesal Amin.

"Saya tadi menghubungi kepala sekolah. Beliau (Hariyadi) bilang, sanksi itu sudah cukup berat. Sebab jika terbukti mengulang lagi, siswa bersangkutan akan dikeluarkan," imbuhnya.

Amin lantas membandingkan masalah itu dengan kasus facebook di SMAN 2 Probolinggo. "Kalau dilihat dari itu, mestinya yang ini (SMKN 2) juga dikeluarkan. Nanti akan coba kita pelajari di dewan," kata Amin.

Demikian juga dikatakan anggota DPRD Jawa Timur Mahdi. Menurut kakak Amin Haddar ini, tindakan yang dilakukan oleh pimpinan SMKN 2 sudah sangat tepat. Namun sanksinya terlalu ringan. Secara ekstrem Mahdi berpendapat, sanksi yang layak adalah DO (drop out). "Karena itu berkaitan erat dengan narkoba. Saya lebih sepakat DO saja," tegas Mahdi.

Ketika diberi penjelasan tentang dextro, Mahdi tetap berkeras. Menurutnya, meski dextro termasuk obat kesehatan, namun resikonya tetap sama. "Misalnya saja overdosis. Sama-sama mati kan?" tutur Mahdi.

Namun di sisi lain, Mahdi memberi apresiasi pada SMKN 2. Sebab langkah razia tersebut menunjukkan progres cukup baik. Bahkan sepatutnya ditiru kepala sekolah yang lain. Sebab Mahdi yakin, tidak mungkin hanya siswa SMKN 2 yang berlaku seperti itu. "Jangan fokus ke SMKN 2 saja. Sekolah lain saya kira perlu melakukan yang sama," harapnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo Supanut malah mengaku tak tahu tentang kasus di SMKN 2 itu. "Saya baru tahu dari sampeyan," ujarnya kepada Radar Bromo.

Bahkan Supanut mengaku belum mendapat laporan apapun. Baik laporan tentang hasil penyelesaian kasus, maupun laporan tentang razia Jumat lalu oleh SMN 2. "Kepalanya (Hariyadi) tidak laporan apapun pada saya. Biasanya harus lebih dulu laporan," ujar Supanut.

Ketika dijelaskan mengenai kasus tersebut, Supanut mengatakan akan mencari tahu titik permasalahannya lebih dulu. Namun menurutnya, sanksi yang diberikan juga ada aturan khusus. "Saya tidak bisa mengatakan apa sanksinya. Makanya saya akan pelajari lebih dulu," katanya.

Ditanya mengenai upaya Dinas untuk menanggulangi hal serupa, Supanut memberi penjelasan. Menurut Supanut, pihaknya sebenarnya sering melakukan razia. Bahkan bukan hanya di sekolah, tapi juga di tempat-tempat rekreasi. "Hanya saja tidak kita ekspos keluar. Tapi sanksinya harus ada efek jera," pungkas Supanut. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175417

Pedagang Takjil Ramaikan Kraksaan

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN-Warga Kraksaan dan sekitarnya tak perlu bingung mencari menu takjil. Untuk buka puasa, tersedia banyak pilihan yang disiapkan para pedagang. Yakni di kawasan sebelah timur alun-alun Kraksaan. Bersebelahan dengan Paguyuban Pedagang Semarak sebelah timur, pedagang takjil menempati trotoar dan sebagian sisi jalan sebelah barat.

Dalam pantauan Radar Bromo, pedagang takjil sudah mulai menempati lokasi tersebut sejak sehari sebelum puasa. Dagangan yang disajikan beraneka ragam. Mulai dari menu pembuka hingga menu penutup untuk buka puasa. Lokasinya berada di sepanjang trotoar timur alun-alun.

Jumaati, 47, pedagang takjil asal Kecamatan Pajarakan mengatakan, sejak awal Ramadan, penghasilannya terbilang stabil. Sebab kata Jumaati, banyak pengunjung yang berbelanja di situ. Sehingga Jumaati tidak perlu menunggu lama untuk berada di lokasi dagang. "Setelah maghrib sudah bisa pulang, Mas," ujarnya.

Jumaati mengaku setiap tahun berjualan di lokasi tersebut. Namun itu hanya dilakukan setiap bulan Ramadan. Di luar Ramadan, Jumaati berjualan nasi krawu setiap hari. Tempat mangkalnya biasanya di bagian selatan alun-alun. "Di pojok itu, Mas," kata Jumaati.

Di lapaknya, Jumaati menggelar dagangan. Yang dijual kebanyakan jenis siap saji. Sehingga sudah terbungkus. Di antara yang dijual Jumaati yakni rujak manis, mendol, pepes, dadar jagung, sayur asem, dan sayur bening. "Ya menu buka puasa itu, Mas," kata Jumaati.

Selain Jumaati, ada pula Nyonya Bambang, 50, pedagang takjil asal Kecamatan Kraksaan. Sama seperti Jumaati, Ny Bambang juga setiap tahun berjualan di situ. Berbeda dengan Jumaati, Ny Bambang berjualan petulo, nasi kuning, rujak manis, pepes ikan.

Menurut Ny Bambang, dirinya cukup senang dengan izin yang diberikan pemerintah untuk menempati ruas jalan tersebut. Meski harus membayar pajak harian, Ny Bambang mengaku tak keberatan. "Itu sudah risikonya, Mas. Malah mestinya kita mesti berterima kasih," ujar Ny Bambang.

Dikatakan Ny Bambang, dagangannya sering habis ketika jelang buka puasa. Sehingga setelah maghrib, Ny Bambang sudah bisa bergegas pulang. "Lumayan Mas. Namanya saja mencari rezeki di bulan puasa. Ini berkahnya Ramadan," ujarnya.

Keramaian jelang buka puasa juga terjadi di sebelah timur. Namun bukan karena takjil. Sebab di bagian timur, memang disediakan makanan berat. Kebanyakan terdiri dari pedagang nasi, soto, maupun bakso. "Kalau di sini disediakan menu utama," ujar Ketua Paguyuban Pedagang Semarak Puryanto sambil bercanda.

Dikatakan Puryanto, Ramadan memang memberi berkah tersendiri bagi pedagang di lokasi itu. Bahkan pedagang tidak perlu berkompetisi menjajakan dagangannya. "Karena di sini kan memang aktivitas warga padat. Jadi pasti habis semua dagangannya. Apalagi (dagangan) takjil, cepat habis itu," tutur Puryanto. (eem/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175407

Satpol PP Mengaku Kecolongan

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO-Satpol PP Kota Probolinggo bakal mengetatkan penjagaan lokasi sekitar alun-alun kota. Apalagi, sejak diketahui masih ada pasangan remaja yang memanfaatkan lokasi alun-alun sebagai lokasi pacaran selama bulan puasa.

"Tetap kami tertibkan. Karena itu (pacaran di alun-alun, red) memang tidak boleh. Apalagi di bulan puasa," ujar Kasatpol PP Kota Probolinggo, Sukam.

Sukam mengatakan, sebenarnya di alun-alun bukan tidak ada anggotanya yang berjaga. Bahkan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pihaknya sudah menurunkan sebanyak 5 orang anggota. Tapi, kadangkala pihaknya masih saja kecolongan.

Menurutnya, itu dikarenakan ulah anak muda yang semakin repot diatur. "Kami kecolongan. Tapi, akan tetap kami tertibkan supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat membatalkan puasa," ujarnya.

Sukam menampik bahwa alun-alun memang sering dijadikan tempat pacaran oleh muda-mudi. Utamanya, bila hari libur sekolah. "Kemarin (Minggu, red) hari libur, biasa kalau hari libur memang banyak. Akan kami diperketat lagi. Itu, untuk menghormati bulan puasa. Supaya tidak terjadi seperti itu lagi," ujarnya.

Selain soal muda-mudi pacaran Satpol PP juga menaruh perhatian pada banyaknya warung makan yang buka pada siang hari. Menurut Sukam, pihaknya sudah mendatangi yang melanggar itu. Meski begitu, menurut Sukam, pihaknya tidak bisa melakukan penutupan. Pasalnya, tidak ada edaran atau perintah dari wali kota.

"Khusus yang di alun-alun, memang tidak boleh buka sebelum pukul 16.00. Kalau yang lain, seperti rumah makan tidak apa-apa. Tapi, harus ditutup menggunakan tirai supaya tidak terlihat dari luar," ujar Sukam.

Sukam mengakui kalau banyak pedagang yang memang suka melanggar. Buktinya, Sabtu (14/8) pihaknya sudah melakukan penertiban terhadap PKL di Jl Niaga. Dan, Sabtu malamnya melakukan penertiban di Jl Dr Soetomo.

"Kalau ada warung yang tidak tertutup, akan kami datangi langsung dan kami tegur. Untuk yang di sisi utara masjid agung, sudah kami datangi dan kami tegur. Kami minta untuk dipasangi tirai," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175406

Minta Pemprov Pro Aktif

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
Untuk Pembangunan Kraksaan

KRAKSAAN - Setelah resmi menjadi ibukota Kabupaten Probolinggo, pembangunan infrastruktur di Kraksaan terus dikebut. Untuk membangun Kraksaan, Pemkab Probolinggo dinilai membutuhkan bantuan dari pemerintah provinsi dan pusat.

Hal itu diungkapkan Mahdi, anggota DPRD Jatim asal Probolinggo. Menurutnya, untuk mempercepat pembangunan di Kraksaan, maka Pemprov Jatim dan pusat harus turut berperan aktif.

"Dibutuhkan anggaran yang cukup besar untuk mempercepat pembangunan Kraksaan. Karena itu pemprov dan pemerintah pusat harus pro aktif. Saya akan usulkan percepatan pembangunan infrastruktur Kraksaan ini melalui laporan reses saya," ungkap wakil ketua komisi D tersebut.

Mahdi mengaku telah banyak berdiskusi dengan pemkab, khususnya Bappeda terkait rencana pembangunan Kraksaan. "Yang paling mendesak itu adalah rencana pembangunan jalur lingkar utara," bebernya.

Keberadaan jalur tersebut dinilainya akan memudahkan akses transportasi. Sehingga, ke depan akan bisa mengangkat potensi ekonomi kota Kraksaan. "Kraksaan ini cukup potensial untuk dilirik investor," jelasnya.

Menurut Mahdi, ada beberapa faktor yang membuat Kraksaan cukup potensial dilirik investor. Misalnya, saat ini UMK (Upah Minimum Kabupaten) Probolinggo tergolong kecil bila dibanding daerah tetangganya aeperti Kabupaten Pasuruan. UMK Probolinggo yang Rp 744 ribu masuk dalam ring II.

Masih rendahnya UMK itu akan menjadi perhatian sendiri bagi investor. Sebab secara keseluruhan investor lebih suka pada daerah yang nilai UMK-nya lebih rendah. Karena teorinya menurut Mandi, investor sellau mencari untung yang besar. Namun, sedikit mengeluarkan pengeluaran. Salah satuya dengan UMK yang minim tersebut.

Selain UMK yang tergolong terjangkau, saat ini Kraksaan juga berada tidak jauh dari pelabuhan Tanjung Tembaga di Kota Probolinggo. Keberadaan pelabuhan tersebut dijelaskan Mahdi juga menjadi dampak positif bagi dunia investasi.

Selanjutnya faktor lain yang dianggap menunjang potensi Kraksaan adalah kondisi keamanan di Kabupaten Probolinggo yang saat ini terbilang cukup kondusif. Artinya, cukup jarang terjadi aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para pekerja.

Namun kenyataannya, jumlah investor di Kabupaten Probolinggo dirasa belum maksimal. "Karena itu pembangunan infrastruktur harus ditingkatkan. Dalam hal ini pemprov juga harus pro aktif," ungkap Mahdi.

Selain meminta pemprov pro aktif dalam rencana pembangunan infrastruktur Kraksaan, Mahdi juga mengatakan dalam laporan resesnya meminta pemprov untuk memperhatikan kondisi akses jalan menuju Kabupaten Probolinggo.

Akses jalan Pasuruan-Probolinggo dianggap saat ini kurang layak. Selain jalannya sempit, kondisi jalan juga cukup banyak berlubang. "Saya harap pemprov nanti bisa merespon laporan saya ini," harapnya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175421

Siap Modali Napi yang Bebas

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
Setelah upacara bendera hari kemerdekaan, ada tradisi pemberian remisi pada para narapidana (napi). Di Lapas Kota Probolinggo, ada 151 napi yang dapat remisi. Sejumlah 136 napi di antaranya mendapat remisi umum I, dan 15 napi mendapat remisi umum II alias langsung bebas.

Satu dari 15 napi yang bebas adalah perempuan. Yakni, Halimah bin Yanto, warga Kelurahan/Kecamatan Mayangan yang terlibat kasus pil Dextro. Lalu dari 136 napi, ada dua yang mendapat remisi dobel. Itu karena jasa dan kelakukan mereka selama di lapas. Dua napi itu adalah Manisun Hafit dan Totok Subekti bin Panut.

Acara pemberian remisi itu digelar di aula lapas, dimulai sekitar pukul 11.15. Hadir langsung saat itu Wali Kota Buchori, Ketua DPRD Sulaiman, Kajari Edy Birton, Ketua Pengadilan Negeri (PN) Hari Murti, Kapolresta AKPB Agus Wijayanto dan Dandim 0820 Letkol Inf Heri Sutiyono. Tak hanya itu, sejumlah anggota DPRD dan para kepala satker juga terlihat hadir.

Dalam sambutannya, Kepala Lapas Suherno mengatakan kalau keadaan lapas yang overload memang terjadi di mana-mana. Tapi, ia mengaku sudah melakukan perbaikan-perbaikan. "Maaf, saya baru 3 bulan di sini. Dan, sejak itu kami sudah melakukan perbaikan-perbaikan," ujarnya.

Kepada para napi yang mendapat remisi bebas, Suherno berpesan untuk berperilaku lebih baik. Mereka juga dipesan agar mengembangkan keterampilan yang telah diajarkan selama di lapas.

Sedangkan Wali Kota Buchori menjelaskan kalau remisi itu diberikan pemerintah kepada para napi yang berkelakuan baik selama di lapas. Harapannya, para napi bisa lebih cepat berinteraksi kembali dengan lingkungannya. "Dan, ilmu yang sudah didapat dari lapas bisa diterapkan di masyarakat," ujarnya.

Selanjutnya, Wali Kota menyatakan siap membantu bila ada napi yang hendak membuka usaha tapi tak punya modal. Misalnya, bila ada yang hendak membuka bengkel tambal ban, Buchori mengaku siap membantu peralatannya. Semacam kompresor dan peralatan peralatan lainnya.

Begitu juga bila ada yang hendak membuka warung. "Pemkot siap membantu bila ada yang butuh," ujar Buchori.

Tapi, ada seorang napi yang mengaku tak pernah dapat pelatihan keterampilan selama di lapas. Menurutnya, yang ia lakukan selama menjalani hukumannya kurang lebih 7 bulan hanya makan dan tidur. "Tidak ada, tidak keterampilan apa-apa," ujar napi putra daerah itu diamini beberapa napi lainnya.

Sementara, dari 15 orang napi yang mendapat remisi bebas kemarin hanya ada 13 napi yang hadir. Dua orang lainnya telah pulang lebih awal, sekitar dua pekan lalu.

Dua napi itu adalah Sulianto warga Pasuruan yang dilapaskan karena melanggar pasal 378 KUHP. Ia dikenai hukuman 1,3 tahun penjara. Juga Wijanarko warga Surabaya yang dipenjara karena terlibat kasus penipuan. Ia dikenakan hukuman 1,6 tahun penjara. "Mereka mengajukan pembebasan bersyarat," jelas Djodi Satriyo, Kasi Bimbingan Napi / Anak Didik dan Kegiatan Kerja.

Di Rutan Kraksaan, kemarin ada 83 orang napi yang mendapat remisi. Pemberian remisi dilakukan sekitar pukul 11.00. Hadir saat itu Wabup Salim Qurays bareng jajaran Muspida.

Diawali dengan sambutan Kepala Rutan Kraksaan Krismono. Lebih dulu Krismono menceritakan tentang perjuangan rutan untuk mendapatkan ISO 9001: 2008. Menurut Krismono, bukanlah pekerjaan mudah mendapat sertifikat tersebut. "Ini hasil kerjasama yang baik antara kami para petugas dengan para santri (warga binaan)," ujar Krismono disambut aplaus meriah hadirin.

Selanjutnya Krismono merinci jumlah warga binaan di Rutan tersebut. Ada sebanyak 307 orang penghuni. Terbagi 127 napi, yakni 122 pria dan 5 wanita. Lalu ada 180 tahanan, yakni 175 pria dan 5 wanita.

Dari 127 napi, ada 83 orang yang dapat remisi. Di antaranya 62 orang mendapat remisi 1 bulan, 17 orang mendapat remisi 2 bulan, 2 orang mendapat remisi 3 bulan, 2 orang mendapat remisi 4 Bulan. "Dan yang mendapat remisi langsung bebas pada hari ini sebanyak 8 orang," sebut Krismono.

Delapan orang yang langsung bebas ialah Ngateman, Rahman, Mat alias Main, Misrat alias Pak Yeni, Marto, Yudi Hartono, Andik Wijisono, dan Sunar. Selanjutnya pemberian surat remisi yang diberikan secara simbolis oleh Wakil Bupati Salim Quraisy. Penerimanya 8 orang langsung bebas tersebut. (rud/eem)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175426

Upacara Unik di SDN Manghunarjo 6

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Upacara bendera memperingati HUT ke-65 Kemerdekaan RI kemarin digelar di mana-mana. Termasuk di SDN Mangunharjo 6 Kota Probolinggo. Upacara itu unik karena selain murid, komite sekolah dan guru juga ikut dengan mengenakan pakaian adat. Tapi, upacara ini sempat terjadi "kecelakaan".

"Kecelakaan" itu terjadi saat proses pengibaran bendera Merah Putih. Bendera belum diikat, tapi tali terburu ditarik. Alhasil, tali langsung naik ke atas tetapi bendera tetap dipegang petugas dalam posisi terbuka sampai lagu Indonesia Raya habis.

Upacara di SD Adiwiyata ini dimulai sekitar pukul 07.30 di halaman sekolah yang terletak di Jl Basuki Rahmat. Semua guru memakai pakaian adat nusantara. Sedangkan kepala sekolah menggunakan kostum pejuang lengkap dengan topi dan kacamata hitam.

Pengibar bendera pun bukan dari murid tetapi komite sekolah dan guru. Untuk petugas pengibar bendera memakai seragam TNI. Tiba saatnya pengibaran bendera awalnya tidak ada kendala. Sampai ketika bendera sudah dibentangkan dan siap dipasangi tali pengait, "kecelakaan" itu terjadi.

Melihat peristiwa itu seluruh peserta upacara hanya bisa bergumam. Ada yang tertawa tetapi ada juga yang keheranan. Hingga lagu Indonesia Raya selesai dinyanyikan paduan suara SD Mangunharjo 6 bendera itu masih dipegang oleh petugas.

Salah seorang guru berinisiatif untuk mengambil tali yang sudah berada di ujung tiang. Guru itu menggunakan senggek atau alat ngunduh buah yang terbuat dari bambu. Usaha tersebut gagal.

Kemudian seorang guru berpakaian adat Madura nekat memanjat tiang bendera dan berhasil menurunkan tali pengait. Baru setelah itu bendera Merah Putih sudah bisa berkibar. Melihat kejadian itu beberapa orang hanya bisa tertawa.

Usai upacara bendera kegiatan dilanjutkan lomba membuat ketupat bagi wali murid dan murid. Selain itu juga digelar lomba mewarna gambar pahlawan untuk kelas 1 dan 2 dan lomba melukis pahlawan untuk kelas 3 dan 6.

Kepala Sekolah SDN Manungharjo Agus Lithanta mengatakan konsep upacara unik dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah karena ingin menumbuhkan rasa kebangsaan. "Negara Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Kami menggunakan pakaian adat karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Para wali murid dan guru memakai ini diharapkan bisa menggambarkan persatuan dan kesatuan di negara ini," ujarnya.

Selain itu, upacara bendera kemarin juga digelar di alun-alun kota. Upacara dimulai pukul 09.45. Berbagai elemen masyarakat dan kalangan pejabat mengikuti upacara tersebut. Oleh penyelenggara peserta upacara diminta bersiap baris sejak pukul 09.30.

Upacara dalam kondisi puasa, tak semua kuat. Selama upacara berlangsung sekitar enam murid yang "tumbang". Satu diantaranya murid perempuan dari salah satu SMK negeri pingsan langsung digendong dan diletakkan di drakbaar. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175427

Sembilan PNS Lakukan Pelanggaran

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
Eks Pelatih Persipro Diberhentikan Tak Hormat

PROBOLINGGO - Kasus percobaan pembobolan kasda yang dilakukan staf Bappeda Pemkot Probolinggo Rizal Nurdiansyah hanya salah satu contoh bentuk pelanggaran yang dilakukan PNS. Tahun ini (sampai Agustus) di Pemkot Probolinggo angka pelanggaran terbilang kecil. Tapi, tetap masih ada pelanggaran yang sampai berbuntut penjatuhan sanksi berat dan sedang.

Ada tingkatan sanksi yang bakal diterima oleh PNS bila melakukan pelanggaran. Ini sesuai PP 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS. Tiga tingkat sanksi hukuman itu ringan, sedang dan berat.

Sanksi ringan berupa teguran lisan, tertulis dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Sanksi jenis ini biasa ditangani sendiri oleh satuan kerja (satker) kemudian BKD dan inspektorat mendapat tembusan.

Untuk sanksi sedang yaitu penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun, penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun dan penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun. Mekanismenya oknum PNS yang kena sanksi sedang bakal di BAP (berita acara pemeriksaan) oleh inspektorat lalu ke kepegawaian.

Sedangkan sanksi berat meliputi penurunan pangkat lebih rendah 3 tahun, penundaan atau penurunan jabatan, pembebasan dari jabatan (dicopot dari jabatan), pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri. Yang terberat, pemberhentian dengan tidak hormat sebagai PNS.

Nah, menurut Prijo Djatmiko, kabid Pembinaan dan Pengembangan Pegawai, di Pemkot Probolinggo jenis pelanggaran yang paling banyak sampai saat ini PNS terlambat apel dan tanpa keterangan. Untuk itu masuk teguran lisan dan ditangani oleh satker.

Pada 2009 ada satu pelanggaran yang dilakukan PNS hingga berujung pemberian sanksi berat, yaitu diberhentikan dari PNS. Sanksi itu diberikan pada seorang guru SMA yang terlibat kasus penipuan.

Sementara, dari data BKD (Badan Kepegawaian Daerah), pada tahun ini sampai Agustus, tercatat ada 9 PNS yang melakukan pelanggaran kategori sedang dan berat. Bahkan satu diantaranya sudah diberhentikan secara tidak hormat dari PNS. Dia adalah Putut Wijanarko, eks pelatih Persipro.

Sedangkan 8 PNS lainnya melakukan pelanggaran dengan sanksi penundaan gaji berkala, penurunan pangkat, penurunan pangkat setingkat lebih rendah dan pemberhentian sementara. Yang diberhentikan sementara ini adalah guru yang terlibat kasus judi togel.

Menurut Prijo Djatmiko, angka pelanggaran PNS di Pemkot Probolinggo pada tahun ini relatif kecil dibandingkan dengan jumlah keseluruhan PNS yang mencapai 4.995 orang. "Relatif sedikit ya. Tapi kami mengharapkan kalau bisa tidak ada pelanggaran sama sekali," katanya.

Selain soal pelanggaran, ada juga data soal jumlah PNS yang mengajukan cerai. Pada 2010 ini sampai Agustus tercatat ada 11 orang yang mengajukan perceraian. Dari 11 orang itu, 7 sebagai penggugat dan 4 sebagai tergugat.

Prosedur perceraian bagi PNS sungguh tidak mudah. Ada mekanisme yang tidak boleh terlewati, jika dilanggar maka PNS tersebut dapat dikenai sanksi berat.

Jika si PNS sebagai penguggat maka harus punya surat izin dari wali kota. Sedangkan jika PNS-nya tergugat hanya memerlukan surat keterangan perceraian. Prosedur tersebut diatur dalam PP 10 tahun 1983 jo PP 45 tahun 1990 tentang izin perkawinan dan perceraian PNS.

"Tidak semata-mata diizinkan," kata Prijo. PNS ajukan cerai harus diberi pembinaan internal (satker) lalu hasilnya diserahkan ke wali kota. Kemudian wali kota menunjuk inspektorat untuk melakukan pembinaan. Dari data dan fakta hasil pembinaan inspektorat dibuatlah LHP (laporan hasil pemeriksaan). Disitulah endingnya apakah wali kota akan mengizinkan atau tidak.

Jika hasilnya tidak mengizinkan dan yang bersangkutan tetap nekat bercerai maka ada sanksi sesuai perundang-undangan dalam PP 10 tahun 1983 jo PP 45 tahun 1990. Alasan perceraian para PNS pun bermacam seperti tidak harmonis, sudah tidak ada kecocokan sampai tergoda dengan orang lain. Prijo pun membenarkan mayoritas pengajuan perceraian itu dari para guru. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175428

Bersama Napi Lapas Kota Probolinggo yang Bebas di HUT Kemerdekaan RI ke-65

[ Rabu, 18 Agustus 2010 ]
Bebas tanpa Jemputan Keluarga

Peringatan HUT ke-65 kemerdekaan RI kemarin menjadi hari bahagia bagi 15 napi penghuni Lapas Kota Probolinggo. Mereka langsung bebas setelah mendapat remisi. Bagaimana rasanya bisa kembali mereguk hawa kebebasan?

RUDIANTO, Probolinggo

Beberapa orang terlihat cemas saat menunggu di depan Lapas Kota Probolinggo yang terletak di Jl Trunojoyo siang kemarin (17/8). Mereka adalah keluarga para napi yang bakal bebas setelah dapat remisi Agustusan.

Tapi, apa yang membuat mereka cemas. "Menunggu saudara yang mau keluar (bebas) hari ini. Tapi, katanya masih harus menunggu Wali Kota (Buchori). Saya kira bisa keluar pagi-pagi," kata seorang lelaki, kerabat salah satu napi.

Acara pemberian remisi di Lapas Kota Probolinggo kemarin digelar sekitar pukul 11.15. Begitu tiba di lapas, Wali Kota dan rombongan pejabat langsung menuju aula lapas. Di situ para napi yang mendapat remisi sudah menunggu. Begitu wali kota datang, mereka pun menyambut hangat.

Di Lapas Kota Probolinggo kemarin ada 151 napi yang mendapat remisi. Di antara mereka ada 15 orang yang langsung bebas. Selesai seremonial pemberian remisi, 13 orang (dari 15 yang bebas) diminta kembali ke aula.

Saat itu mereka sudah tidak lagi mengenakan seragam biru lapas. Mereka diminta membubuhkan tanda tangan. Ternyata, mereka mendapatkan rezeki, berupa bantuan duit dari pemerintah setempat.

Di antara mereka yang bebas itu ada satu perempuan. Dia adalah Halimah bin Ali, warga Jombang. Perempuan berambut panjang itu dilapaskan karena terlibat dalam kasus penjualan pil Dextro. Ia tertangkap saat sedang bertransaksi di alun-alun Kota Probolinggo. Kasusnya pun masuk ke Pengadilan Negeri (PN) Kota Probolinggo.

Setelah menjalani proses persidangan, janda dengan 3 orang anak itu divonis 10 bulan penjara dan denda Rp 500 ribu subsider 3 bulan kurungan. Tapi, karena tidak bisa membayar denda akhirnya Halimah lebih memilih membayar dengan tetap tinggal di lapas. "Saya menjalani (hukuman) 10 bulan. Di sini (lapas) 8 bulan dan di kepolisian 2 bulan," ujarnya.

Halimah mengaku tak pernah menyangka bakal menjadi penghuni lapas. Pengalaman ini dia rasa sebagai pengalaman pahit itu dalam hidupnya. Apalagi dia harus berjauhan dengan anak-anaknya.

Selama berada di lapas, Halimah tidak pernah dijenguk oleh keluarganya. Baik Mantan suami, anak dan orang tuanya sendiri. Pasalnya, mereka tak pernah tahu kalau dirinya harus terkurung di dalam lapas. "Mereka tidak ada yang tahu. Dan, sengaja saya memang tidak ngasih tahu," ujarnya.

Mendapatkan remisi bebas, Halimah justru merasa dilematis. "Dengan remisi ini, saya sangat bahagia. Dengan remisi ini, saya bisa berkumpul lagi dengan keluarga," ungkapnya.

Di sisi lain, ia justru merasa sedih. Sebab, tak ada orang yang menjemputnya di hari kebebasannya. Keluarga, menurutnya, tidak mungkin. Yang ia andalkan hanyalah teman-temannya. "Mau pulang ke Jombang, mungkin sama teman," ujar wanita yang mengaku bercerai dengan suaminya sejak 2 tahun lalu itu.

Tapi, perempuan berkulit putih itu tak begitu risau ketika harus kembali ke kampungnya. Begitu juga ketika harus menghadap kedua orang tuanya, anak-anaknya dan bahkan mantan suaminya. "Tidak apa-apa. Kan mereka tidak tahu," ujarnya.

Mengenai rencana setelah bebas dari lapas, Halimah mengaku masih belum tahu harus berbuat apa. Tapi, ia bertekad untuk berperilaku lebih baik. Itu, agar tidak lagi terjerumus ke dalam lembah hitam itu.

"Belum tahu mau kerja apa. Pokoknya berbuat lebih baik. Dan, jangan sampai masuk ke sini lagi," tutur wanita yang lahir 30 tahun lalu itu.

Bukankah ada pelatihan keterampilan yang diberikan selama di lapas? "Tidak ada. Saya tidak pernah mendapat pelatihan apa-apa," jawabnya.

Menurutnya, selama kurang lebih 8 bulan tinggal di lapas, Halimah mengaku hanya terkadang turut membantu di dapur lapas. Itu pun kalau di lapas sedang ada acara agak besar. Tapi tidak tiap hari.

Yudi, 23, warga Mayangan Kota Probolinggo adalah napi lain yang kemarin juga bisa kembali merasakan hawa kebebasan. Ia menjadi penghuni lapas sejak sekitar 6 bulan lalu. Itu, akibat dari perbuatanya yang telah melakukan penganiyaan.

Kebebasan itu membuat Yudi senang. "Ya seneng. Bisa keluar lebih cepat dari masa tahanan karena dapat remisi," ujarnya.

Yudi punya rencana lebih cemerlang. Ia mengaku akan berperilaku lebih baik. Selanjutnya, Yudi bertekad pergi ke Bali untuk mencari rezeki dan kehidupan yang lebih mapan. "Rencanya, mau bekerja ke wilayah timur, Bali," ujarnya. Ia berjanji tidak bakal kembali ke dunianya yang dulu. Dunia mabuk dan kekerasan. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175429