Minggu, 02 Mei 2010

Digendam, Emas dan Duit Amblas

[ Minggu, 02 Mei 2010 ]
Digendam, Emas dan Duit Amblas
PROBOLINGGO-Aksi gendam kembali mengusik ketenangan warga Kota Probolinggo. Kali ini yang menjadi korban adalah Sukarsih, warga Desa Tamansari, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo.

Perempuan 43 tahun itu digendam saat melintas di jalan ruko Pahlawan (yang menghubungkan Jl Pahlawan dan Jl Panglima Sudirman) sekitar pukul 10.00 kemarin (1/5). Akibatnya, kalung emas 10 gram, dua buah gelang masing-masing 5 gram, satu cincin 1 gram dan uang Rp 500 ribu miliknya raib.

Ceritanya, siang itu Sukarsih berniat menjual gelangnya pada salah satu toko emas tak jauh dari situ. Hasilnya, akan digunakan untuk memperbaiki dapur rumahnya. Dengan berjalan kaki, ia melintas di jalan depan pertokoan sekitar TKP (tempat kejadian perkara).

Tiba-tiba, korban dihampiri seorang perempuan muda cantik berkerudung. Perempuan yang tidak dikenalnya itu, kemudian menanyakan jalan menuju alun-alun Lumajang. "Saya bilang kalau sini Probolinggo, bukan Lumajang," ujar Sukarsih sembari mengusap air matanya, saat di sentra pelayanan kepolisian (SPK) Polresta Probolinggo.

Perempuan itu terus mengajak ngobrol Sukarsih. Termasuk menceritakan kalau sudah muter-muter mencari alun-alun Lumajang. Tak lama kemudian, perempuan tersebut mengajak Sukarsih masuk ke dalam mobilnya.

Ternyata, perempuan tersebut tidak sendirian. Di dalam mobil tersebut ada dua orang lelaki yang juga tidak dikenal oleh korban. Seorang duduk di belakang kemudi. Seorang lagi duduk di jok tengah dan mengaku sebagai seorang kiai asal Ponorogo.

"Dia (lelaki yang duduk di jok tengah) memakai kopiah layaknya kiai. Mereka naik mobil warna silver, seperti Avanza," ujar Sukarsih.

Di dalam mobil itu, mereka terus mengajak Sukarsih ngobrol. Kemudian, lelaki berkopiah itu meminta duit seribu rupiah kepada Sukarsih. Ia pun memberinya. Cerita Sukarsih, uang itu kemudian didoai oleh lelaki berkopiah itu.

Usai didoai, uang itu dikembalilan kepada Sukarsih. Kemudian, lelaki tersebut meminta Sukarsih untuk menyimpan uang itu di dalam tempat penyimpanan beras. "Katanya untuk jimatnya beras," terang Sukarsih.

Sukarsih pun menurut. Selanjutnya, sang "kiai" meminta Sukarsih melepas semua perhiasan emas yang dipakainya. Itu juga untuk didoai. Awalnya, Sukarsih menolak karena takut kena gendam. Tapi, pelaku perempuan itu turut meyakinkannya kalau mereka tidak bermaksud menipunya.

Pada saat itu, Sukarsih juga sempat bilang kalau ia hendak menjual gelangnya. Tapi, oleh perempuan itu, Sukarsi tidak diperbolehkan menjual gelangnya saat itu. Alasannya, karena hampir masuk waktu salat Dhuhur.

Si perempuan itu pun terus membujuk untuk memberikan kalung, gelang dan cincinnya kepada "kiai" tersebut, untuk didoai. Bahkan, si perempuan itu sempat mempraktikkan diri, dengan cara membuka perhiasannya sendiri dan memberikan kepada "kiai" penipu itu.

"Ini, Bu gak apa-apa, tidak akan hilang kok," ujar Sukarsih mengingat ucapan perempuan yang telah menipunya itu.

Akhirnya, Sukarsih termakan bujuk rayunya juga. Dia menurut dan memberikan gelang, kalung, cincin yang dimasukkan ke dalam tas kecil yang dibawanya. Di dalam tas kecil itu, juga ada duit sebesar Rp 500 ribu.

Mendapat tas kecil berisi barang-barang berharga itu, lelaki yang mengaku kiai itu melanjutkan aksinya. Ia mendoai perhiasan dan uang milik Sukarsih yang masih berada di dalam tas kecil itu.

Kemudian, tas kecil itu dibungkus dengan tas kresek dan dikembalikan lagi kepada Sukarsih. "Dompet (tas kecil) saya diminta, kemudian didoai dan dibungkus plastik. Katanya, perhiasan itu masih di dalam (dompet dan plastik)," jelas Sukarsih.

Usai acara ritual itu, Sukarsih diminta untuk melanjutkan perjalanannya. Sebelum turun dari mobil, Sukarsih mengaku diberi amalan oleh pelaku. Ia disuruh membaca salawat selama dalam perjalanan.

Ia juga disuruh berjalan ke arah selatan berlawanan dengan arah kaburnya pelaku. Beberapa menit kemudian, Sukarsih sadar dan khawatir perhiasan di dalam dompet yang telah dibungkus plastic itu hilang.

Sukarsih pun membuka dompet yang dibungkus dengan kresek itu. Begitu dompet terbuka, saat itulah Sukarsi mendapati perhiasan dan duitnya benar-benar hilang. Tak hanya itu, pelaku dan mobilnya juga lenyap. Melihat itu, Sukarsih langsung lemas.

Saat itu, Sukarsih langsung tak kuat menahan air matanya. Ia menangis sesenggukan menyesali nasibnya. Kontan, kejadian itu mengundang perhatian warga, mereka penasaran dan langsung menolong korban.

Dengan diantar beberapa orang warga korban menuju Mapolresta untuk melaporkan kejadian tersebut. Begitu sampai ke SPK, oleh polisi korban diajak memburu pelaku yang diperkirakan lari ke arah Lumajang.

Sejumlah polisi pun menyusuri jalan Lumajang. Kemudian, mereka berhenti di dekat SPBU Leces. Ada beberapa mobil berwarna silver sempat dihentikan. Dan, korban diminta untuk melihat pengemudi dan penumpangnya. "Bukan Pak, bukan itu," jelas Sukarsih sambil sesenggukan.

Dari sejumlah mobil yang dicegat, polisi belum berhasil menemukan pelakunya. Karena bukan pelakunya, polisi membiarkan para pengemudi itu melanjutkan perjalannya. "Repot, kalau tidak tahu nomor polisinya," ujar seorang warga di lokasi pencegatan di Jl Raya Lumajang, Leces.

Tak berhasil menemukan pelakunya. Polisi kembali membawa Sukarsih ke Mapolresta untuk dimintai keterangan lebih lanjut. "Rencananya, uangnya akan saya gunakan untuk memperbaiki dapur," ujar Sukarsih sambil terisak. (rud/nyo)

Sumber: http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156105

SMK Negeri 1 Kota Probolinggo Borong Juara Lomba Kompetensi Siswa Jatim

[ Minggu, 02 Mei 2010 ]
Juarai Tiga Lomba, Hadiah untuk Bayar Sekolah

SMK Negeri 1 Kota Probolinggo mencetak prestasi di Lomba Kompetensi Siswa (LKS) tingkat Provinsi Jawa Timur XVIII yang digeber di Ponorogo, 19 - 22 April lalu. Tiga piala berhasil diraih dari sembilan lomba yang diikuti.

FAMY DECTA MAULIDA., Probolinggo

Kota Probolinggo boleh berbangga. Sejumlah putra daerah dari SMK Negeri 1 setempat berhasil membawa nama baik kota seribu taman ini di tingkat Jawa Timur dalam Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK.

Joni Iskandar kelas II penjualan 2 berhasil meraih juara II Marketing, Ainur Rofik kelas II administrasi perkantoran 1 dan Sucik Mudiana kelas II administrasi penjualan 3 juara II Bahasa Jepang dan tim SMKN 1 berhasil menjadi juara III Lomba Basket Putri.

Ditemui di sekolahnya, Selasa (27/4), Joni, Ainur, Sucik dan Hevy Hanifa (salah satu tim basket) terlihat begitu bangga. Tiga buah tropy berhasil diboyong dalam lomba level Jatim. Sebetulnya ada sembilan lomba yang diikuti tetapi yang lolos hanya tiga lomba saja.

"Di sana itu rangkaian lombanya mulai tes teori, program website, presentasi bahasa inggris, display produk unggulan khas Kota Probolinggo dan cash register. Termasuk uji kompetensi dengan pelanggan," kata Joni menceritakan tahapan lomba marketing yang diikutinya.

Tidak mudah beban yang dipundak Joni. Nama kota ini diwakilkan kepadanya untuk maju dalam lomba tersebut. Katanya, di hari terakhir ada display produk unggulan masing-masing daerah. Nah, disanalah Joni memaksimalkan penampilannya untuk mendapat nilai terbaik.

Ia diharuskan menata display produk unggulan, kemudian mempresentasikannya dan menjualnya kepada pelanggan. Produk yang dibawa ke Ponorogo seperti krupuk jenggelek, kerupuk tengiri, krupuk ikan, madu Lumbang dan minuman khas SMKN 1 ajekolas (asam, jahe, kunyit dan laos).

"Saya tunjukkan potensi yang ada di Kota Probolinggo. Dari segi unggulannya, spesifikasi sampai manfaatnya. Terutama tentang ikan jenggelek yang tidak ada di tempat lain. Ikan jenggelek itu mempunyai nutrisi tinggi, berprotein dan kandungan minyak ikan yang sangat tinggi," tutur Joni sambil mempraktekkan performnya saat ikut lomba.

Remaja berusia 17 tahun ini harus melakukan observasi untuk mempersiapkan diri tampil di Ponorogo. Ia bahkan rela berkunjung ke produsen masing-masing produk untuk bahan promosinya. Belum lagi persiapan bersama bimbingan guru pendamping di sekolah.

LKS marketing harus bersaing dengan 49 kota/kabupaten. Joni mengatakan, sebelumnya ia tidak bisa memprediksi bakal menang atau tidak. Ketika di hari terakhir, saat display produk, Joni yang pernah menang jadi juara I lomba marketing salah satu universitas di Malang ini, semakin yakin kalau menjadi juara.

Joni berhasil menata display kurang dari waktu 1,5 jam. Ditambah lagi bagaimana kerapian display dan caranya mengajak pembeli. Dalam satu jam ia bisa menjual produk senilai Rp 400 ribu. "Dari situ saya sudah optimis akan menang. Tidak apa-apa meskipun juara II," kata anak pasangan Naldi dan Miyana itu. Dari total hadiah Rp 2 juta Joni mendapat Rp 750 ribu untuk ditabung.

Selain Joni, Ainur dan Sucik juga berhasil meraih juara II LKS Bahasa Jepang. Seperti diketahui, Ainur Rofik dulu pernah menjadi juara LKS tingkat nasional tahun 2009 lalu. Bedanya LKS nasional dan jatim, kalau di jatim tidak ada menulis huruf kanji.

Yang dilombakan hanya percakapan dan membaca katakana hiragana (huruf). Tema yang mereka bawakan dalam percakapan (drama) adalah kantin kejujuran. Saat LKS nasional ditampilkan tema sekolah adiwiyata. "Tidak boleh mengulang tema," ujar Sucik.

Sebelumnya, ada tiga tema yang menjadi bahan percakapan yaitu bisnis center, teaching factory dan kantin kejujuran. "Kosakatanya terlalu sulit, akhirnya dipilih kantin kejujuran. Ainur Rofik berperan sebagai Watanabe Hiroshi dari KTI dan saya Ita sensei (guru)," imbuh Sucik.

Ainur menceritakan, alur percakapan itu dimulai saat Watanabe membaca berita di harian Radar Bromo tentang kantin kejujuran di SMKN 1. Kemudian Watanabe menghubungi sekolah dan janjian bertemu dengan Ita sensei. Keesokan harinya Watanabe datang lalu melihat secara langsung seperti apa kantin kejujuran tersebut.

"Disitu dijelaskan apa kantin kejujuran dan makanan yang dijual. Termasuk bagaimana sistem penjualan di sana. Diperkenalkan juga ajekolas," tambah Ainur. Awalnya mereka sempat bingung karena kabarnya yang ditampilkan bukan percakapan tapi presentasi. Namun kabar itu berubah setelah ada technical meeting.

"Syukur akhirnya bisa menang, ga nyangka," ungkap Ainur. "Uang hadiahnya buat bayar sekolah," sahut Sucik saat ditanya hadiah yang mereka dapat. Karena LKS Bahasa Jepang dua orang, maka duitnya dibagi dua, mereka mendapat sekitar Rp 500 ribuan.

Pengalaman yang tidak kalah hebat dialami tim bola basket putri. Sembilan orang tim adalah Hevy Hanifa, Yuliati Ningsih, Clowinge, Devi Permatasari, Dewi Kustia, Luci, Yatim, Pur dan Imelda. Diakui oleh mereka lawan terberat adalah tim dari Blitar.

Selama babak penyisihan hingga grand final, tim dari Probolinggo menghadapi Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Tuban, Blitar dan Kota Pasuruan. Akhirnya yang lolos tiga besar Blitar, Surabaya dan Kota Probolinggo.

"Blitar musuh berat. Karena secara fisik mereka lebih tinggi, badannya berisi semua. Tapi gesitnya sama. Saat berebut tiket ke final, saya dan satu teman lainnya sempat merasakan sakit di kaki. Tapi beruntunglah kami bisa melaluinya," kata anak dari Nani Hanifah dan Muryanto itu.

Jika Probolinggo berhasil menjadi juara I, jelas bakal ditunjuk mewakili Jatim melenggang ke LKS tingkat nasional. Kendati demikian tiga pemain basket perempuan di sekolah yang dikepalai oleh Sunardi ini mendapat kesempatan ikut seleksi menjadi pemain tingkat nasional, yaitu Hevy, Yuliati Ningsih dan Dewi Kustia. (yud)

Sumber: http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=156104

Komisi D Minta Pemerintah Tuntaskan Tanjung Tembaga

Minggu, 02 Mei 2010 17:12:15| Parlementaria | Dibaca 11 kali

Surabaya - Wakil Ketua Komisi D DPRD Provinsi Jawa Timur Arif Hari Setiawan mendesak pemerintah segera menuntaskan pembangunan Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo.

"Pelabuhan itu sangat dibutuhkan para pelaku usaha, apalagi setelah Jalan Raya Porong sering kali mengalami gangguan akibat semburan baru Lumpur Lapindo," katanya di Surabaya, Minggu.

Sejak lama pemerintah menggagas pembangunan pelabuhan yang bisa menampung kapal-kapal besar, terutama dari Kawasan Timur Indonesia seiring dengan padatnya aktivitas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

"Akan tetapi, sampai sekarang pembangunannya tidak jelas. Sejumlah investor telah menanyakan kelangsungan pembangunan pelabuhan tersebut kepada kami," tuturnya.

Menurut anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, keberadaan pelabuhan di sebelah timur Kota Surabaya sangat vital untuk mempersingkat jalur distribusi barang karena kalau mengandalkan Pelabuhan Tanjung Perak sudah tidak efektif dan efisien lagi.

"Sekarang ini kapal besar yang hendak membongkar muatannya di Tanjung Perak harus antre paling singkat empat jam, bahkan ada yang sampai dua hari," papar Akhmad Nawardi, anggota Komisi D lainnya menambahkan.

Hal itu mengakibatkan ekonomi berbiaya tinggi dan tentu saja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur yang pada akhir tahun ini ditargetkan mencapai tujuh persen.

"Meskipun saat ini pemerintah juga telah merealisasikan proyek Pelabuhan Brondong, Lamongan, pembangunan pelabuhan di timur Surabaya dan sekitarnya tetap perlu," kata Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Sumber: http://www.antarajatim.com/lihat/berita/32070/komisi-d-minta-pemerintah-tuntaskan-tanjung-tembaga

Apartemen di Surabaya Perang Fasilitas

Bahkan ada yang menawarkan fasilitas pembantu hingga outbond gratis.
Minggu, 2 Mei 2010, 15:05 WIB
Amril Amarullah
Apartemen (VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis)
SURABAYA POST - Bisnis apartemen di Surabaya memang sedang berkembang. Hingga saat ini terdapat 12 apartemen baru yang tersebar di Surabaya barat, timur, selatan, dan tengah atau pusat (minus Surabaya utara).

Jika ditotal, unit apartemen jual yang ditawarkan 12 pengembang apartemen itu mencapai 5.000 kamar lebih. Itu belum termasuk apartemen lama yang lebih banyak bermain di sektor apartemen sewa.

Perkembangan bisnis apartemen ini tak luput dari adanya fasilitas Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) dari berbagai bank yang berbunga rendah. Kini, perbankan memberikan subsidi bunga hingga bunga KPA hanya 4,5%-7% fixed setahun. Padahal bunga rata-rata kredit konsumsi saat ini masih di kisaran 10%.

Makin maraknya apartemen mengharuskan pengembang bisnis ini --baik apartemen sewa maupun apartemen jual--berlomba-lomba memberikan layanan terbaik. Beragam fasilitas dan layanan diberikan, mulai yang standar hingga eksklusif.

Seperti yang dilakukan pengelola Graha Residen, apartemen yang sudah beroperasi sejak era 1990-an di Surabaya. "Kami menyadari booming-nya apartemen di Surabaya membuat peluang meraih konsumen semakin berat. Sebab sasaran pemasaran tetap dan semakin tipis," kata Ndang Mulyadi Direktur PT Grand Interwisata selaku pengelola apartemen Graha Residen yang juga mengelola 151 unit rumah tidak bertingkat itu.

Pihaknya antara lain memberikan layanan berupa menyiapkan pembantu rumah tangga (PRT), acara ulang tahun, dan rekreasi gratis. Kebutuhan PRT memang terlihat remeh, tapi ini bisa menjadi masalah besar bagi penghuni apartemen. Sedangkan acara ulang tahun dan rekreasi gratis diharapkan bisa membuat penghuni betah.

"Terakhir, penghuni apartemen di sini kami ajak rafting bersama di Probolinggo. Mereka yang kebanyakan ekspatriat tampak antusias," ujar Ndang. Minggu (2/5) siang tadi, para penghuni Graha Residen yang sebagian besar adalah ekspatriat diajak membatik bersama dalam acara Tenant Gathering.

Aparteman Somerset juga sedang mengatur strategi dalam menghadapi persaingan bisnis apartemen di Surabaya. Menurut Kuswatus Solikhin, apartemennya meningkatkan layanan misalnya mendesain kamar sesuai selera pasar. Jika penghuninya orang-orang tua atau pebisnis berkepala lima, desain kamarnya disesuaikan selera orang tua.

Pihaknya juga menyiapkan acara pisah kenal kecil-kecilan bagi penghuni yang sudah tinggal selama 10 tahun. Kepada keluarga itu diberikan cindramata. "Biar terkesan dan balik lagi ke sini kalau ke Surabaya," ujarnya. Untuk memikat konsumen, pengembang juga melengkapi apartemen dengan peralatan dapur dan ruang pertemuan sosial.

Somerset terdiri atas 25 lantai dengan 116 rumah tinggal sementara. Fasilitasnya seperti hotel mewah, misalnya perawatan spa dan salon, gym, sauna dan jacuzzi, kafe, hingga bar.

Java Paragon atau Paragon Servced Apartement juga tak mau terlena di tengah ketatnya persaingan bisnis apartemen di Surabaya. Apartemen ini menyediakan outbound untuk penghuninya. Kegiatan spesial ini digelar tiga bulan sekali agar sesama penghuni apartemen saling akrab.

"Para penghuni apartemen kami sebagian besar juga ekspatriat. Mereka sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri. Nah, untuk menghilangkan kejenuhan itu kami buat acara outbound untuk mengakrabkan sesama penghuni," kata Shanti Manurung, publik relation manajer (PRM) Java Paragon.

Menurut dia, layanan umum seperti keamanan terjamin, loundry gratis, WiFi gratis, hadiah ulang tahun, parcel tahun baru atau Lebaran sudah dilakukan. Sekarang ini, tinggal bagaimana mempertahankannya.

Sementara itu, Donny Manuarva, Residence Manager Apartemen Puri Darmo di Jl. Kupang Baru mengatakan, peminat apartemennya hingga kini masih cukup banyak. Ada yang beli. Ada yang cukup sewa 1 bulan, 2 bulan, atau hingga 1 tahun. Bahkan, ada yang menambah sewanya setiap tahun sampai sekitar 13 tahun.

Hingga saat ini, apartemennya yang 8 lantai terdiri atas 92 kamar. Sebanyak 27 unit ruang sudah jadi milik peserorangan. Sedangkan 65 unit sisanya dikendalikan manajemen apartemen sendiri.

Layanan yang diberikan di antaranya keamanan 24 jam, tempat resepsi, kolam renang, hotspot area (wi-fi), sauna dan kamar steam, gym dengan studio aerobik, dekat dengan CBD, pusat perbelanjaan, restoran dalam satu area apartemen. Kemudian, lapangan olahraga tenis, badminton, futsal, area fitnes dan biliar gratis.

Puri Darmo juga menyediakan ruang untuk sekolah anak-anak ekspatriat atau pebinis yang menggunakan apartemennya. Bahkan, sekarang ada sekolah European School di dalam apartemen ini.

Sementara itu, pemain baru, yakni pengembang apartemen Guna Wangsa di Kertajaya dan Metoprolis di Tenggilis, serta Puncak Permai di kawasan HR Muhamad, sibuk mengincar celah pasar di tengah kian ketatnya bisnis apartemen. Mereka mengincar profesional muda dan mahasiswa yang orang tuanya berekonomi mapan.

''Kini, banyak eksekutif muda yang suka tinggal di apartemen daripada di landed house," kata Triandy, direktur PT Guna Wangsa. Sesusi bidikan itu, desain dan interior kamar atau rumah di apartemennya disesuaikan dengan selera orang muda, mulai desain kamar, warna cat ruang, tempat tidur, sofa maupun kamar mandi.

Hal serupa disampaikan Fajar Wijaya, meneger apartemen Metropolis di Tenggilis. Apartemennya juga membidik para eksekutif muda dan mahasiswa. Desaian kamar dan ruang di dalam apartemen sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak muda.

Kalau kebutuhan dia ingin agar di dalam ruanganya ada studio musik, pihak Metropolis akan menyedikan musik yang lengkap peralatannya. ''Kalau kami mengikuti jejak pengelola apartemen yang sudah 5-15 tahun berdiri, penjualan kami akan sangat minim. Jadi kami harus pandai-pandai mencari celah pada pangsa pasar yang ada," ujarnya.

Marketing Puncak Permai, Surya Dinata mengatakan, eksekutif muda inginnya yang praktis. Kebutuhan hidup serba terpenuhi dengan cepat dan tak mengandung risiko tinggi. Keamanan diri dan keluarga, sekolah anak, fasilitas olah raga, dan belanja inginnya tidak merepotkan. ''Kelompok ini yang kami bidik dan ternyata sekarang banyak juga yang berminat hidup di apartemen."

Desy Cahyani, Sales apartemen Puri Matahari mengatakan, hunian vertikal di dalam negeri belum booming seperti di Singapura. Pembeli lokal belum banyak karena terbiasa hidup di landed house. Sedangkan pembeli asing juga terbatas pada ekspatriat yang bekerja atau tinggal di Indonesia.

Apalagi warga negara asing (WNA) terkendala regulasi kepemilikan properti asing di Indonesia. Ada rencana pemerintah membolehkan kepemilikan asing selama 70 tahun dari sebelumnya hanya 25 tahun. Namun untuk status masih jadi perdebatan apakah Hak Guna Bangunan (HGB) atau sekedar hak pakai/sewa.


Laporan: Purnomo Siswanto

Sumber: http://jatim.vivanews.com/news/read/148172-surabaya_perang_fasilitas_apartemen


Disensus, Wali Kota Single

[ Minggu, 02 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Sensus penduduk 2010 dilaksanakan mulai kemarin (1/5). Sejumlah pejabat menjadi sasaran pertama pendataan yang dilakukan 10 tahun sekali itu.

Di Kota Probolinggo warga pertama yang didatangi petugas sensus adalah Wali Kota Buchori. Dalam pendataan itu Wali Kota diketahui hanya tinggal sendirian di rumah dinasnya alias single.

"Iya, karena ibu (istrinya, Rukmini Buchori) kan ada di Jakarta. Kadang empat hari di Jakarta, dua hari di sini. Salah satu anak saya, Indro masih kuliah di Malang. Jadi mereka ikut sensus di Jakarta dan Malang. Ini de facto, ditanya siapa saja yang bertempat tinggal di sini, ya saya sendirian (tanpa keluarga)," kata Buchori saat kedatangan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo Burhanudin dan dua petugas sensus Farida dan Endang sekitar pukul 07.30 kemarin.

Walaupun tidak tinggal bersama keluarganya, Buchori berada di rumdin bersama pembantunya Ali dan istri Ali, Yunita. Baru tiga bulan mereka tinggal di rumdin. Sebelumnya mereka pulang ketika selesai bekerja.

Dalam sensus kemarin ada 42 pertanyaan yang harus dijawab oleh wali kota. Mulai dari nama lengkap, tempat tanggal lahir, pendidikan, keadaan fisik (kesehatan), suku dan bahasa yang digunakan sehari-hari.

"Saya suku Madura, asli. Bahasa sehari-hari kalau dengan anak istri pakai bahasa Jawa (bukan kromo inggil ), kalau dengan keluarga saya sendiri bahasa Madura," jawabnya.

Buchori mengatakan, sensus penduduk dilaksanakan 10 tahun sekali. Ada bermacam-macam sensus yaitu sensus penduduk, sensus ekonomi dan sensus pertanian. Sekali sensus penduduk menelan biaya Rp 3,3 T atau setara dengan anggaran Kota Probolinggo selama tujuh tahun.

"Sensus ini memang tidak bisa sempurna, tetapi sudah mendekati sempurna dalam meng-cover penduduk di Indonesia. Pertanyaannya mudah-mudah kok, saya berharap masyarakat bisa kooperatif dan membantu program pemerintah sensus penduduk ini," himbau Buchori.

Setelah dari rumdin wali kota, sensus yang dilaksanakan mulai 1 - 31 Mei itu dilanjutkan ke rumah rumdin Wawali Bandyk Soetrisno, rumah pribadi Ketua DPRD Sulaiman pukul 10.00, rumdin Sekda Johny Haryanto pukul 11.00, rumdin Kapolresta AKBP Agus Wijayanto pukul 20.00.

Hari ini giliran rumdin Kajari Edy Birton pukul 17.00, rumdin Dandim 0820 Probolinggo Letkol Arh Budhi Rianto dan rumdin Ketua PN pukul 19.00. "Sensus perdana memang kepada wali kota dan jajaran muspida diharapkan dengan begitu pimpinan di daerah dapat memberikan contoh kepada masyarakat setempat," kata Kepala BPS.

Burhanudin menjelaskan ada 451 petugas sensus penduduk di Kota Probolinggo. Setiap tim ada tiga petugas dan satu koordinator. Ketika di lapangan jika petugas tidak berhasil menemui penduduk di salah satu rumah, maka petugas yang terus berupaya menemui rumah tangga tersebut. Sensus tahun 2000 di Kota Probolinggo terdapat 62 ribu rumah tangga.

"Tanggal 15 Mei ini kami akan menyensus ABK (anak buah kapal) di pelabuhan dan para tunawisma, termasuk orang gila juga. Penghuni penjara dan lembaga pemasyarakatan juga akan disensus," terang Burhanudin.

Di Kabupaten Pasuruan, Bupati Dade Angga dan Wabup Eddy Paripurna juga menjadi sasaran petugas sensus pada hari pertama kemarin.

Sebelum disensus, orang nomor satu di Pemkab Pasuruan itu lebih dulu mengumpulkan petugas sensus di Taman Dayu. Kebetulan di tempat yang sama, Bupati dan pejabat Pemkab lainnya menghadiri gerak jalan Hari Buruh. Dalam kesempatannya Bupati mengimbau agar masyarakat mendukung pelaksanaan sensus.

"Petugas sensus yang akan datang ke rumah Saudara. Ketika petugas datang, maka sambutlah dan bantulah mereka. Kemudian beri jawaban yang benar," kata Bupati dalam sambutannya.

Pendataan itu adalah suatu keharusan untuk perencanaan pembangunan nasional. "Pastikan Anda ikut dihitung. Ini adalah sensus untuk kita bersama demi kemajuan masyarakat bersama," tutur Bupati.

Usai memberikan sambutan dan melepas peserta gerak jalan, Bupati pun pulang ke rumahnya di Griya Pandaan di Desa Sumbergedang, Pandaan. Di sana, ia didata oleh lima petugas sensus.

"Seseorang yang didata, adalah orang yang minimal tinggal 6 bulan di suatu daerah. Yang didata adalah seseorang secara de facto. Dalam artian seseorang yang tinggal dan menetap di suatu tempat," kata Yuli Nugra Heni, Kasi Neraca BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Pasuruan.

Kemarin petugas sensus juga mendatangi kediaman Wabup Eddy paripurna di Kebunwaras Pandaan. Petugas hanya mencatat Eddy dan istrinya Yuli Hidayati, istri nya saja. Tiga anak Eddy tidak ikut didata karena mereka semua tinggal dan menetap di Malang. (fa/fun/nyo)

Sumber: http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=156112

Mancing di PPP Mayangan

[ Minggu, 02 Mei 2010 ]
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Mayangan tidak hanya jadi wadah baru bagi para nelayan Kota Probolinggo. Area ini juga menjadi "surganya" para pemancing. Pagi, sore atau malam, ujung pelabuhan baru ini menjadi tempat berkumpulnya para pemburu ikan kelaparan. Bisa dapat banyak. Bisa pula sial, tak dapat seekorpun. Tapi, begitulah nikmatnya memancing. Keahlian, peralatan, kepintaran meramu umpan, hanya satu sisi. Sisi lainnya adalah keberuntungan dan ketepatan memilih tempat! (*)

Sumber: http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=156103

Lukisan Bromo Digemari Ekspatriat Jepang

Sabtu, 1 Mei 2010 | 09:35 WIB
SP/Ikhsan Mahmudi TONO Gondrong menyelesaikan sapuan terakhir pada lukisan timbul Gunung Bromo.

Asal mau kreatif, bahan baku gipsum dan limbah kayu bisa disulap menjadi karya seni. Bahkan lukisan semi tiga dimensi dari gipsum karya Tono Gondrong digemari ekspatriat Jepang.

OLEH: IKHSAN MAHMUDI

SEBUAH rumah sederhana di Jl. Cempaka 3, Kota Probolinggo, ruang tamunya berubah fungsi menjadi bengkel kerja. Sejumlah lukisan pada kain kanvas terpancang di dinding, bersanding dengan lukisan timbul panorama Gunung Bromo yang tampak mencorong.

Di kursi tamu tergeletak sejumlah kaligrafi lafal Allah dan Muhammad dengan huruf Arab, juga tampak timbul dan mencorong. Sejumlah miniatur perahu dari limbah kayu juga tertata di rak dekat jendela.

Bahan gipsum, cat, kuas, potongan kayu, spons, kertas cetakan, solder listrik, dan gergaji tampak tergeletak di karpet di ruang tamu. Selasa (27/4) sore itu, tuan rumah Tono Gondrong (37) didampingi istrinya, Siti Zuroidah (35) sibuk menuang cairan gipsum pada cetakan spons.

”Lagi mencetak kaligrafi dari bahan gipsum, juga menyelesaikan lukisan semi tiga dimensi Gunung Bromo,” ujar Tono Gondrong. Pria berambut gondrong itu dengan cekatan menuang cairan gipsum. Sambil menunggu gipsum mengering dalam waktu sekitar setengah jam, ia memoles lukisan timbul Gunung Bromo dengan kuas.

Pria yang juga penggemar Vespa antik itu mengaku bangga lukisan Gunung Bromo banyak digemari ekspatriat Jepang. Sejumlah pekerja asing asal Negeri Sakura itu biasa memborong lukisan timbul dari gipsum itu untuk oleh-oleh saat pulang ke Jepang.

”Mereka menggemari lukisan Gunung Bromo, mungkin dianggap punya nilai spiritual seperti Gunung Fuji di Jepang,” ujar Tono Gondrong. Lukisan timbul berwarna keemasan berukuran sekitar 100 x 75 cm itu dibanderol dengan harga Rp 700 ribu.

Sementara itu kaligrafi lafal Allah atau Muhammad dipatok dengan harga Rp 200 ribu. ”Yang murah kap lampu Rp 15 ribu,” ujar Siti Zuroidah.

Untuk membuat lukisan timbul dari bahan gipsum, kata Tono Gondrong, mirip membuat lukisan pada umumnya. Gipsum cair ditempelkan pada media kayu lapis. Setelah kering, lukisan timbul itu diberi saputan cat.

Kayu Limbah

Sebagian bahan baku karya Tono Gondrong berasal dari limbah kayu. ”Kami memanfaatkan limbah kayu dari PT KTI (Kutai Timber Indonesia),” ujarnya.

Sebenarnya, Tono Gondrong awalnya bekerja di PT KTI, perusahaan pengolahan kayu lapis di kawasan pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo. Pada 1997 silam, ia terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ia sempat lontang-lantung dan bekerja serabutan usai di-PHK. Pada 2006 lalu, ia kemudian merintis usaha kerajinan berbahan baku limbah kayu. ”Usaha kami baru terlihat berkembang pada awal 2009 lalu,” ujarnya.

Tono Gondrong dan istrinya sempat memendam kekecewaan terhadap Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Kota Probolinggo. ”Kami dijanjikan bantuan Rp 15 juta, ternyata tidak kunjung dicairkan,” ujarnya.

Akhirnya dengan modal seadanya, Tono Gondrong dan istrinya bersama Yayasan Bina Citra Nusantara berusaha terus berkarya. ”Memang karya kami kebanyakan masih berdasarkan pesanan, baik pasar lokal maupun pesanan orang-orang Jepang,” ujarnya.

Disinggung apakah ada keinginan mengekspor karya seninya, Tono Gondrong mengatakan, untuk sementara dirinya tidak akan berandai-andai. ”Masih bisa berkarya, alhamdulillah. Soal ekspor belum terpikir,” ujarnya.

Yang jelas tanpa melalui ekspor, karya Tono Gondrong banyak yang ”terbang” ke Jepang karena dijadikan oleh-oleh ekspatriat yang bekerja di Indonesia. n

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=506e2c43012e72e3e3c581ace7a29e0e&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc&PHPSESSID=eadccc76522cf20d1e2628c7e0e88a4e

Lagi, Trafo PLN Dicuri

[ Sabtu, 01 Mei 2010 ]
KRAKSAAN-Aksi pencurian trafo terus terjadi di Kabupaten Probolinggo. Setelah sebelumnya terjadi di Desa Sumberkare, Wonomerto dan Kuripan, pencurian trafo terjadi lagi di Desa Gunungtugel, Bantaran.

Hilangnya trafo berdaya 50 KVA tersebut baru diketahui sekira pukul 07.00 kemarin (29/4). "Awalnya kami tahu dari pelanggan. Setelah kami kroscek di lapangan, ternyata kabar tersebut memang benar. Dua trafo kami berkekuatan 50 KVA hilang," kata Rustam Efendi, manajer UPJ PLN Probolinggo.

Hilangnya trafo di Bantaran tersebut adalah yang ketujuh kalinya dalam kurun waktu Januari 2010-sekarang. Rustam berharap, aksi pencurian trafo tersebut dapat segera berakhir.

Untuk mengantisipasi aksi pencurian serupa, UPJ PLN Probolinggo pun sudah menyiapkan beberapa langkah antisipasi. "Ke depan kami akan membuat proteksi terhadap trafo-trafo yang ada. Biar nantinya sedikit menyulitkan pencuri untuk mengambilnya," kata Rustam.

Namun Rustam enggan menjelaskan lebih detail terkait metode langkah antisipasi tersebut. "Kalau dijelaskan secara gamblang, pencurinya pasti akan memikirkan hal-hal mengantisipasi teknologi itu," jelas Rustam.

Yang jelas menurut Rustam, pihak PLN juga membutuhkan bantuan masyarakat setempat untuk mengantisipasi adanya pencurian trafo tersebut. "Kami berharap masyarakat bisa ikut mengawasi trafo yang ada di sekitarnya. Kalau ada yang mencurigakan segera langsung lapor," jelasnya.

Hilangnya trafo untuk kesekian kalinya itu juga mengundang keprihatinan anggota dewan setempat. "Memang sungguh ironis sekali. Di satu sisi, saat ini DPRD sedang semangat-semangatnya untuk memperjuangkan beberapa daerah yang masih belum teraliri listrik. Eh, di daerah yang sudah dijamah listrik, trafonya malah dicuri," kata Wahid Nurahman, wakil ketua DPRD dengan nada kesal.

Dijelaskan Wahid, permasalahan aliran listrik di Kabupaten Probolinggo saat ini memang menjadi pembahasan utama DPRD setempat. Usai meninjau dengan turun langsung plus nginep di lokasi salah satu Dusun yang tak teraliri listrik di Desa Watupanjang, Krucil. Rencananya dalam waktu dekat ini dewan akan kembali melakukan kunjungan plus nginep lagi di daerah lainnya.

Sama halnya dengan PLN, Wahid berharap masyarakat setempat juga turut memperhatikan keberadaan trafo di wilayah sekitarnya. Bila mendapati hal yang janggal, Wahid berharap masyarakat segera melapor.

Wahid juga sangat mengapresiasi bila PLN mempunyai langkah antisipasi dengan memberikan proteksi terhadap trafo-trafonya. "Setidaknya itu membuat pencuri kesulitan," jelasnya. (mie/nyo)

Sumber: http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=155930

Karyawan-Manajemen BPCC Berunding - Tindaklanjuti Demo Karyawan di PLTU

[ Sabtu, 01 Mei 2010 ]

KRAKSAAN - Masalah tenaga kerja di PLTU Paiton terus berlanjut. Karyawan menuntut Beijing Electric Power Contruction Company (BPCC) di unit 9-10 PLTU Paiton dan CV Triyuda Karya segera memenuhi tuntutan mereka. Untuk keperluan tersebut, dilakukan perundingan antara karyawan dengan manajemen BPCC dan CV Triyuda Karya.

Perundingan dilakukan mulau pukul 14.00 WIB, kemarin (30/4) di rumah makan Blitar, Desa Sumberejo, Paiton. Kemarin itu, perundingan membahas pesangon bagi karyawan skill.

Perwakilan karyawan menuntut pesangon karyawan sebesar 70 persen UMK ditambah 30 persen upah. Namun, lagi-lagi pihak BPCC menyatakan tidak sanggup. Mereka menawarkan pesangon sebesar 90 persen UMK ditambah 10 persen upah.

Akibatnya, perundingan menemui jalan buntu. Namun, semua pihak sepakat mengadakan pertemuan lanjutan, besok (2/5). "Tempat masih belum ditentukan," ujar salah seorang sumber yang tidak mau disebut namanya.

Seperti diberitakan Radar Bromo, pada Rabu (28/4) karyawan BPCC melakukan demo pada manajemen. Demo tersebut merupakan buntut dari pemberhentian terhadap seorang rekan kerja karyawan.

Menurut perwakilan karyawan, pemberhentian dilakukan secara sepihak oleh manajemen. Di samping itu, pemberhentian tidak disertai pemberian pesangon dan sertifikat kerja.

Pada hari itu, demonstran dipertemukan dengan manajemen BPCC dan CV Triyuda Karya. Namun perundingan menemui jalan buntu. Pihak BPCC dan CV Triyuda Karya berjanji memberikan jawaban atas tuntutan tersebut seminggu kemudian.

Pada perkembangannya, karyawan menuntut pemberian jawaban dipercepat. Pertemuan pun dipercepat. Pada Kamis (29/4), perundingan kembali digelar. Kali ini bertempat di kafe Ramsya's Corner di kompleks pertokoan Diva Swalayan di Kraksaan.

Pertemuan itu difasilitasi Kepala Disnakertrans Kabupaten Probolinggo Windu Aswad. Sekitar pukul 14.00 WIB pertemuan dimulai dan berlangsung sekitar 3 jam.

Pertemuan dihadiri muspika Paiton, pihak BPCC yang diwakili Mr. Liu dan Mr. Guo dan pihak CV Triyuda Karya diwakili Andre. Sementara pihak karyawan diwakili empat orang. Yakni Marini, Suhri, Makmur dan Hadi Widoyo.

Berbeda dengan perundingan sebelumnya, kali ini karyawan hanya mengupayakan satu tuntutan. Yakni, masalah pesangon. Perundingan berlangsung alot. Karyawan menuntut pesangon tinggi.

Perwakilan karyawan kemudian menyampaikan tuntutan besaran pesangon mereka. Tuntutan itu untuk karyawan non skill. Bagi yang memiliki masa kerja 3-6 bulan, besar pesangon terserah BPCC.

Sementara untuk karyawan dengan masa kerja 6 bulan, tuntutan pesangon sebesar satu kali gaji. Untuk karyawan dengan masa kerja 1-2 tahun, tuntutan pesangon sebesar empat kali gaji. Sedangkan untuk karyawan dengan masa kerja di atas 2 tahun, tuntutan pesangon sebesar enam kali gaji.

Menanggapi tuntutan tersebut, pihak perusahaan menyatakan tidak sanggup. Selanjutnya mereka menawarkan pesangon berbeda. Untuk karyawan dengan masa kerja 0-3 bulan, perusahaan memberi pesangon sebesar setengah UMK.

Untuk karyawan dengan masa kerja 3-12 bulan, pesangon sebesar satu kali UMK. Sementara masa kerja 1-2 tahun sebesar dua kali UMK. Upah Minimum Kabupaten Probolinggo sendiri Rp 774 ribu rupiah.

Meski berlangsung tertib dan aman, namun pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan. Namun dilanjutkan dengan perundingan selanjutnya, kemarin. (eem/hn)

sumber: http://jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=155921

Ekspor Kerapu Via Bali

Sabtu, 1 Mei 2010 | 09:35 WIB
PEKERJA UD LL Probolinggo sedang mengangkat kerapu yang akan diekspor

Menghasilkan 9.000 ikan per tahun

PROBOLINGGO – Nelayan Probolinggo penghasil ikan berkualitas ekspor sebanyak 9.000 ton per tahun. Salah satu ikan andalan yang diekspor adalah kerapu.

Ikan-ikan kerapu beragam jenis seperti kerapu tutul, kerapu tikus, kerapu emas, kerapu macan, kerapu gepeng, kerapu susu, hingga kerapu lumpur setiap hari didaratkan di Pelabuhan Pendaratan Ikan di Mayangan.

”Setiap tahun sebanyak 9.000 ton ikan beragam jenis termasuk kerapu, didaratkan di Probolinggo,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Drh H Wirasmo MSi didampingi , Jumat (30/4).

Dikatakan bahkan di tingkat nasional pun, Probolinggo termasuk penghasil terbesar ikan-ikan laut dasar.

Sejumlah pengusaha perikanan berorientasi ekspor pun bermunculan di Probolinggo. Di antaranya, UD Karya Samudera, CV Jala Karya, CV Lautan Berlian, dan UD LL.

Di antara pengusaha perikanan itu, UD LL milik Abdul Ghani termasuk spesialis eksporter ikan kerapu. ”Nama UD LL kepanjangan dari ’Usaha Dan Lain-Lain’, artinya beragam jenis ikan saya ekspor,” ujar Ghani di rumah sekaligus gudang pengepakan ikan di Kel. Mayangan, Kota Probolinggo.

Ghani mengaku menekuni bisnis ikan sejak 15 tahun silam. Dan sejak 9 tahun lalu, ia mengekspor ikan ke Taiwan, Singapura, dan Malaysia bahkan belakangan dikenal sebagai spesialis eksporter ikan kerapu. ”Saya mengekspor kerapu melalui Bali dengan tujuan Taiwan,” ujarnya.

Saat tangkapan ikan panen raya, dalam seminggu Ghani bisa mengirim ikan melalui Bali 3-4 kali. ”Sekarang ini agak sepi, katanya karena arus besar, saya hanya bisa mengirim ikan 2-3 kali,” ujarnya.

Jumat (30/4) sore misalnya, Ghani mengekspor 6 kuintal kerapu melalui Bali. Ia biasa mengekspor kerapu 4-6 kuintal ke Taiwan melalui Bali setiap kali kirim.

”Kalau ikan lain seperti kakap merah, anggoli, baronang, hingga dorang putih saya ekspor ke Singapura dan Malaysia melalui Juanda,” ujarnya. Ia biasa mengirim 7 kuintal-1 ton ikan campuran itu dalam sekali kirim.

Karena sedang tidak panen raya, kerapu yang ditampung UD LL berukuran sedang, sekitar 10-15 kg/ekor. ”Kalau lagi musim, banyak kerapu yang beratnya hingga 30 kilo,” ujar Ghani.

Di tingkat pedagang, kata Ghani, harga kerapu sekitar Rp 51.000/kg. ”Saya mendapat pasokan ikan dari nelayan Probolinggo, Pulau Giliketapang, Pasuruan, dan Besuki,” ujarnya.

Di luar kerapu, kata Ghani, sebenarnya ada komoditas lain yang harganya melangit. ”Ikan dorang putih atau banci harganya sampai Rp 150 ribu per kilo, bahkan saat Imlek bisa tembus Rp 250 ribu,” ujarnya.

Hanya saja tidak mudah mendapatkan ikan dorang putih. Selain itu dorang putih yang dicari di pasar Taiwan berukuran 6-8 ons per ekor.

”Ada ikan pipih mirip dorang yakni, baronang yang banyak dicari pasar lokal dan ekspor,” ujar Ghani. Baronang (ukuran 6-8 ons/ekor) harganya relatif murah, Rp 34.000/kg. N isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7b0d36323d165f9de1857f7a25319c0d&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc&PHPSESSID=81edbbbdbbfe6ba00f2d86da3bee0b8d

DPRD Soroti Trafo yang Hilang

Sabtu, 1 Mei 2010 | 09:35 WIB

PROBOLINGGO - Hilangnya tujuh trafo listrik milik PLN selama Januari-April menjadi perhatian serius DPRD Kab. Probolinggo. DPRD mendesak polisi mengungkap kasus yang merugikan PLN sekaligus pelanggan listrik di kawasan pedesaan belahan selatan Kab. Probolinggo itu.

”Hilangnya tujuh trafo dalam empat bulan terakhir, bahkan 3 trafo selama April sangat ironis karena DPRD sedang memperjuangkan sejumlah dusun yang belum teraliri listrik PLN,” ujar Wakil Ketua DPRD, Wahid Nurahman, Sabtu (1/5).

Anggota DPRD sejak sebulan lalu blusukan ke desa-desa yang belum dialiri listrik dan air PDAM. Tidak sebatas mengunjungi tetapi anggota DPRD juga menginap di desa-desa itu.

Paling ironis adalah trafo yang hilang di Desa Wonoasri, Kec. Kuripan sebenarnya baru beberapa minggu dipasang terkait program listrik desa (Lisdes).”Kami sudah dapat 50 pelanggan di desa itu dan segera me-launching Lisdes bersama Pak Bupati, ternyata trafonya sudah dicuri,” ujar Manager UPJ PLN Probolinggo, Rustam Effendi.

Selain melapor ke polisi, kata Rustam, PLN melakukan sejumlah langkah antisipatif. ”Kami membuat semacam proteksi agar trafo-trafo lainnya tidak gampang dicuri,” ujarnya.

Namun PLN merahasiakan proteksi seperti apa yang bakal dilakukan terhadap trafo-trafo step down (penurun tegangan) itu. ”Kalau diungkapkan ke media, nanti diketahui komplotan pencurinya,” ujar Rustam.

PLN juga meminta bantuan masyarakat ikut menjaga sebanyak 518 trafo di wilayah UPJ PLN Probolinggo. ”Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, seperti listrik tiba-tiba padam, tolong segera lapor,” ujarnya.

Kapolres Probolinggo, AKBP AI Afriandi yang dihubungi via Kasat Reskrim, AKP Heri mengatakan, berusaha mengungkapkan kasus pencurian trafo itu. ”Tetapi mosok jumlahnya sampai 7 trafo yang dicuri,” ujar AKP Heri melalui handphone (HP)-nya.

Soal identitas komplotan pelaku, hingga kini masih ”segelap” kondisi desa yang trafonya hilang. ”Pencurinya dipastikan orang yang mengetahui soal listrik, kalau tidak mana berani mengambil trafo yang tersambung ke jaringan penyulang 20.000 Volt,” ujar Rustam.

Seperti diberitakan, hilangnya tujuh trafo selama Januari-April ini membuat Unit Pelayanan dan Jaringan (UPJ) PLN Probolinggo kelimpungan. Terakhir, Kamis (29/4) dinihari, sebuah trafo step down (penurun tegangan) di Desa Gunungtugel, Kec. Bantaran, Kab. Probolinggo dicuri.

Sebelumnya, 1 April lalu, trafo jenis yang sama dicuri di Desa Sumberkare, Kec. Wonomerto, Kab. Probolinggo. Dan pada 21 April lalu, trafo PLN di Desa Wonoasri, Kec. Kuripan, Kab. Probolinggo juga hilang.

Selama Januari-April, PLN UPJ Probolinggo sudah tujuh kali kehilangan trafo. Empat pencurian trafo PLN lainnya selama 2010 terjadi di Desa Gunungbekel, Kec. Tegalsiwalan, Desa Tigasan Kulon, Kec. Leces, Desa Wonorejo, Kec. Wonomerto, dan Desa Legundi, Kec. Bantaran. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=12f8b03658782e6034631f2a30d849d0&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc