Minggu, 23 Mei 2010

Geger Kucing Berlafal Allah di Probolinggo

Sabtu, 22/05/2010 17:05 WIB
Sugianto - detikSurabaya


Foto: Sugianto

Probolinggo - Mungkin ini adalah sebuah keajaban. Seekor kucing milik Ny Herlina (35) warga Desa Karangreng, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo di bagian bulunya ada tulisan lafal Allah. Tulisan itu tergambar dengan jelas di punggung sang kucing yang diberi nama Via.

Tak ayal melihat keunikan bulu kucing bergambar lafal Allah itu membuat warga sekitar geger. Bahkan, banyak warga yang berdatangan ke rumah Ny Herlina hanya untuk melihat keunikan bulu kucing tersebut.

"Umur kucing ini 3 tahunan," ungkap Herlina saat ditemui sejumlah wartawan di rumahnya, Sabtu (22/5/2010).

Dia menceritakan, kucing yang mempunyai bulu tiga warna, hitam, putih dan coklat itu terlahir dari induknya sekitar 3 tahunan lalu. "Saat induknya melahirkan sebanyak empat ekor anak kucing. Namun yang paling aneh cuma kucing ini," terangnya.

Karena terlihat unik, Ny Herlina memeliharanya hingga kucing kesayangannya menjadi besar. "Hewan itu sangat penurut dan jarang sekali keluar rumah," tandasnya.

Saking penurutnya, kata Ny Herlina, dia tak segan-segan memberinya jatah makan nasi dan ikan pada kucing kesayangannya setiap hari.

(fat/fat)

Sumber : http://surabaya.detik.com/read/2010/05/22/170513/1362179/475/geger-kucing-berlafal-allah-di-probolinggo

Sabtu, 22/05/2010 17:32 WIB
Kucing Berlafal Allah Lahir di Atas Sajadah
Sugianto - detikSurabaya

Probolinggo - Seekor kucing berbulu bertuliskan lafal Allah itu kini menjadi perhatian warga setempat. Keanehan kucing itu tak hanya di bagian bulu, namun saat terlahir, Via lahir di atas sajadah pemiliknya, Ny Herlina (35) warga Desa Karangreng, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo.

"Waktu dilahirkan oleh induknya, si kucing itu terlahir di atas sejadah,” tutur Ny. Herlina saat ditemui sejumlah wartawan di rumahnya, Sabtu (22/5/2010).

Melihat induk kucing itu melahirkan di atas sejadah, tempat Ny Herlina salat, diapun kaget. "Saya kaget begitu melihat induk kucing itu melahirkan diatas sejadah," tambahnya.

Dia menuturkan, kucing miliknya itu diketahui ada tulisan arab berlafadkan Allah, ketika berumur tiga bulan. "Yang kaget tak hanya saya, tapi semua tetangga yang melihatnya kaget. Karena pada bulunya terdapat tulisan Allah," ungkapnya. (fat/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/05/22/173202/1362192/475/kucing-berlafal-allah-lahir-di-atas-sajadah


Sabtu, 22/05/2010 18:14 WIB
Kucing Berlafal Allah Sempat Ditawar Kolektor Rp 20 Juta
Sugianto - detikSurabaya

Probolinggo - Seekor kucing berbulu berlafal Allah milik Ny Herlina (35) warga Desa Karangreng, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, tak hanya menjadi perhatian warga setempat. Namun juga menjadi perhatian para kolektor hewan.

"Beberapa waktu lalu ada seorang kolektor yang datang ke rumah," tuturnya saat ditemui sejumlah wartawan di rumahnya, Sabtu (22/5/2010).

Seorang kolektor itu menawarnya Rp 20 juta asalkan Ny Herlina mau menjual kucing kesayangannya itu. Meski ditawarkan sebesar itu, namun Ny Herlina tidak mau menjualnya.

"Kucing itu tidak akan saya jual, meskipun dengan harga berapapun," akunya.

Sayang Ny Herlina tidak menjelaskan dari mana asal kolektor hewan yang ingin membeli kucingnya dengan harga mahal itu. Perempuan itu mengaku, jika sebelum memiliki kucing berbulu tulisan lafad Allah itu, dia tidak mempunyai firasat apapun.

"Tidak ada firasat apapun. Makanya kucing itu tidak akan saya jual," katanya yang mengaku akan merawat kucing itu sampai akhir hayatnya.

(fat/fat)

Sumber : http://surabaya.detik.com/read/2010/05/22/181409/1362200/475/kucing-berlafal-allah-sempat-ditawar-kolektor-rp-20-juta


Sabtu, 22/05/2010 19:33 WIB
Kucing Berlafal Allah Sebagai Peringatan
Sugianto - detikSurabaya

Probolinggo - Adanya seekor kucing berbulu berlafal Allah berbulu lafal Allah milik Ny Herlina (35) warga Desa Karangreng, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo menimbulkan kontroversi. Ada yang mengaku percaya dengan berita itu dan ada juga yang mengatakan tidak percaya.

"Saya tidak percaya dengan adanya kucing berbulu lafal Allah itu. Saya kira itu hanya secara kebetulan saja," ujar salah seorang warga Probolinggo, Suparman saat
bincang-bincang dengan detiksurabaya.com, Sabtu (22/5/2010).

Suparman mengaku jika ada seekor kucing berbulu lafal Allah itu jangan dibesar-besarkan. "Itu bisa musyrik. Agama Islam mengajarkan agar kita tidak menyekutukan Allah. Kalau manusia percaya terhadap kucing, lalu sampai mengistimewakan berarti orang itu menyamakan Allah dengan kucing dong," tandasnya.

Lalu bagaimana tanggapan NU Kabupaten Probolinggo terhadap adanya seekor kucing berbulu lafal Allah yang sempat menghebohkan itu? "Kalau saya percaya saja," ungkap Ketua NU Kabupaten Probolinggo, KH. Syaiful Hadi saat dihubungi detiksurabaya.com.

Menurut dia, kejadian aneh seperti itu bisa saja terjadi, karena Allah itu maha Kuasa. "Bisa saja adanya tulisan Allah pada bulu kucing itu sebagai pertanda sebuah peringatan dari Allah," tandasnya.

Sama halnya, kata KH. Syaiful Hadi, ada tulisan di air laut yang berbentuk kalimat Allah, di pohon dan banyak pula pada binatang lainnya. "Kalau analisa saya, itu merupakan peringatan agar manusia bisa ingat kepada Allah," katanya.

(fat/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/05/22/193327/1362209/475/kucing-berlafal-allah-sebagai-peringatan

Dewan Keluhkan Asuransi Kesehatan

[ Minggu, 23 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Beberapa anggota DPRD Kabupaten Probolinggo sedang resah. Mereka kecewa dengan pelayanan asuransi kesehatan yang dinilai telat dalam membayarkan klaim.

Bambang Agus, salah satu anggota dewan dari FKB mengatakan, pihak asuransi Bumi Asih Jaya tidak menepati janjinya seperti saat sosialisasi dahulu. "Waktu sosialisasi tentang asuransi dahulu, pihak asuransi berjanji maksimal dalam waktu dua minggu klaim biaya kesehatannya sudah terlunasi," katanya.

Namun, menurutnya, kenyataan di lapangan berkata lain. Pada beberapa bulan terakhir ini, pihak asuransi dinilai lamban memberikan klaim asuransi tersebut. "Saya sudah empat bulan lebih tidak dilunasi klaimnya," kata politisi asal Sumberkerang, Gending tersebut.

Diceritakan Bambang Agus, beberapa bulan lalu anak keduanya Ariska Dewi terkena penyakit liver. Lantas dirawat inap di RSUD dr Moh Saleh. Sesuai aturan yang ada klaim asuransi baru bisa dipenuhi bila semua surat-surat dari RS lengkap.

Karena itu klaim baru keluar setelah keluarga anggota dewan dirawat. "Tetapi sampai sejauh ini, saya masih hanya diberi uang muka klaimnya. Padahal sudah empat bulan lebih," keluhnnya.

Keluhan yang sama juga disampaikan M Said, anggota dewan dari partai Republikan. Saat itu anak kedua dan ketiganya sakit dan terpaksa dirawat di RS Aisyah Kota Probolinggo. "Usai tiga bulan, saya mengajukan klaim asuransi juga tak kunjung keluar," katanya.

Beberapa anggota dewan lainnya seperti Abdul Kholik, Hj Supriati, Misnaji, Nanang Hudan Dardiri dan Muhammad Ruhullah juga mengeluhkan hal serupa. Mereka merasa kecewa dengan pelayanan asuransi yang dinilai tidak sama dengan saat sosialisasi dulu.

Sementara itu kepala asuransi Bumi Asih Jaya Probolinggo saat ditemui Radar Bromo Jumat (21/5) lalu sedang tidak ada di tempat. "Bu kepala lagi di Jepara," kata salah seorang pegawai. Handphonenya juga tidak katif ketika berusaha dihubungi Radar Bromo.

Sedangkan Yuli, staf sekretariat dewan yang mengurusi soal asuransi kesehatan untuk anggota dewan dan keluarganya, menyatakan bahwa sejak Mei lalu ada mekanisme baru yang diterapkan asuransi Bumi Asih Jaya.

"Kalau dahulu itu klaim asuransinya cukup diurus oleh cabang Probolinggo. Tetapi sejak Mei lalu berlaku aturan baru. Untuk klaim asuransi harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari pusat mulai ke Surabaya sampai ke Jakarta lebih dahulu," beber Yuli.

Tapi, adanya perubahan mekanisme tersebut memang tidak diumumkan secara langsung melalui rapat internal seperti saat sosialisasi tentang asuransi dahulu. "Cuma saya sudah memberikan penjelasan kepada setiap anggota dewan soal adanya aturan baru ini," beber Yuli. (mie/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Ketua Dewan Langsung Berkunjung

[ Minggu, 23 Mei 2010 ]

PROBOLINGGO - Nur Indah Lia alias Iin, 30, warga RT 3 RW 2 Jl Wilis Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan Probolinggo bakal mendapat perawatan medis. Penderita penyakit di bagian mulutnya itu kemarin (22/5) diobservasi perawat dari Pustu Pilang. Ketua DPRD kota Sulaiman pun menjenguk wanita berbobot 33 kg itu.

Sekira pukul 09.00 perawat puskesmas Eko Wahyudi tiba. Waktu itu Iin sedang berada di dalam kamarnya. Serangkaian pemeriksaan vital dilakukan oleh paramedis seperti denyut nadi, mata dan tensi darah.

Hasil pemeriksaan sementara, Iin mengalami gangguan sistem pencernaan bagian atas, di lidah dan tenggorokannya. "Itu bukan sariawan. Luka semacam infeksi dan kami menganjurkan agar Iin dibawa ke puskesmas," kata Eko.

Setahun lebih menderita penyakit yang tidak diketahui jenisnya dan mengalami nyeri saat menelan. Itulah yang membuat Iin makin kurus. Tidak ada asupan gizi yang cukup ke dalam tubuhnya. Denyut nadi Iin 120 kali per menit, mata tidak anemis (pucat) dan tensinya 140/120. Yang mengejutkan, saat di tensi darah Iin berteriak dan menangis kesakitan. Ia terus memegang tangan suaminya, Mawardi.

"Lidahnya bukan terkikis tapi malik. Itu terjadi mungkin karena terlalu menahan sakit hingga terus mengecil. Saya tidak bisa mengetahui Iin sakit apa, harus ada pemeriksaan dari laboratorium dulu. Kalau pusing yang dirasakan itu karena kekurangan gizinya," jelas Eko.

Iin dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti dan susu. Nantinya, saat dibawa ke puskesmas Iin bakal menjalani serangkaian pemeriksaan seperti cek darah. "Hari Senin (24/5) ke puskesmas ya Bu," tutur perawat ke Rifa, kakak ipar Iin.

Di tengah pemeriksaan yang dilakukan perawat, setengah jam kemudian, Ketua DPRD Kota Probolinggo Sulaiman datang ke rumah Iin. Mengendarai sepeda motor wakil rakyat itu ingin melihat langsung kondisi Iin yang sebenarnya setelah membaca Radar Bromo yang kemarin memberitakan kondisi Iin.

Sulaiman masuk ke kamar dan melihat Iin yang sedang sibuk membersihkan air liur yang terus keluar dari mulutnya. Sulaiman berbincang dengan Mawardi. Keluarga menceritakan kalau awalnya Iin hanya mengeluh sakit sariawan lalu dibawa ke puskesmas, mantri, dokter hingga pengobatan alternatif.

Iin mulai sakit sejak Februari 2009 lalu. Selama itu pula tubuhnya semakin kurus karena mengalami gangguan pada mulutnya. Dua bulan lalu pengobatan untuk Iin berhenti karena keluarga sudah tidak mampu. Suaminya hanya pekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak jelas.

"Ya saya sabar saja. Sebenarnya dulu bilangnya sariawan tapi sekarang lidahnya sampai seperti itu. Saya ya kasihan, selalu keluar lendir di mulutnya," curhat Mawardi ke anggota dewan dari PDIP itu.

Merasa penasaran dengan lidah Iin, Sulaiman pun meminta Iin membuka mulutnya dan memperlihatkan lidahnya. Lidah Iin memang mengecil. Seperti menempel pada bagian bawah. Sulaiman juga berbincang dengan Iin menanyakan apa yang dirasakan oleh wanita berusia 30 tahun itu. "Ngrenyep," keluh Iin yang masih memakai baju yang sama saat Radar Bromo mendatanginya, Jumat (21/5) lalu.

"Harus ada penanganan yang khusus dan segera dirujuk ke rumah sakit. Melihat kondisinya seperti ini, jelas biaya medis keluarga tidak bisa memenuhi. Pemerintah harus turun tangan ditambah dengan bantuan dari para dermawan," ujar Sulaiman.

Ia yakin kalau Iin tidak kena santet seperti yang diduga oleh pengobatan alternatif. "Katon (kelihatan) kok itu penyakitnya, bukan santet. Lidahnya memang mengecil dan mlunter," imbuhnya. Sulaiman menyatakan bakal berupaya ke anggota dewan lainnya agar menyisihkan rezeki, urunan untuk membantu Iin.

Tidak cukup sampai disitu saja, Sulaiman langsung menginformasikan kondisi salah satu warga Kota Probolinggo kepada Wali Kota Buchori. Setelah berbincang melalui telpon, Sulaiman bilang, jika nama Iin tidak ada dalam jamkesmas atau jamkesda, wali kota siap membiayai pengobatannya.

"Pemerintah tidak akan diam saja melihat kondisi warganya. Kalau tidak ada yang melaporkan kami juga tidak tahu jika ada warga yang sakit seperti ini. Bukannya kami tidak merespon, tapi kami memang tidak tahu," ungkap Sulaiman yang mengaku siap mengawal pengobatan Iin.

Karena keluarga tidak ada kendaraan, Sulaiman bakal menjemput Iin dan membawanya ke puskesmas Triwung Kidul pukul 08.00. Keluarga sepakat Iin dibawa ke puskesmas dulu, berharap setelah itu dirujuk ke rumah sakit agar mendapat perawatan intensif. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=160073

Kisah Djadi Sugiarto, Mantan Public Relation PT Telkom Jatim

[ Minggu, 23 Mei 2010 ]
Masuk dengan Ijazah SMP, Kini Manager Area Pasuruan

Sukses menjadi manager komunikasi di PT Telkom Indonesia Jawa Timur, Djadi Sugiarto dipromosikan sebagai manager areal Telkom Pasuruan. Area itu membawahi Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Kini, ia tidak lagi mengurus wartawan, melainkan berhadapan dengan karyawan dan pelanggan.

M. NASARUDDIN ISMAIL

Di kalangan masyarakat Jawa Timur, terutama wartawan, nama Djadi Sugiarto bukan nama yang asing lagi. Sebab, ayah dua anak ini selama 16 tahun berkecimpung di bidang public relation (PR) atau humas. Bila ada pelanggan yang mengeluh, baik melalui radio, atau surat kabar maupun lewat telepon, dia pulalah menjadi corong perusahaan untuk meluruskannya.

Karena banyak berhubungan dengan dunia luar itu pula, putra kelahiran Kalongan, Surabaya 30 Oktober 1961 ini, mengaku senang berkecimpung di PR PT Telkom. ''Di PR itu pekerjaan yang menyenangkan. Yang dilayani bukan saja perusahaan, tapi masyarakat maupun mitra pun menjadi kewajiban kami untuk melayaninya,'' tutur sarjana Fakultas Ilmu Sosial (Fisip) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini.

Semula Djadi Sugiarto, bukanlah orang PR. Begitu lulus SMA dia masuk masuk PT Telkom, tapi dengan modal ijazah SMP. Sebab, permintaan karyawan hanya ada untuk ijazah SMP tersebut. Maka 1 Februari 1982, dia berkecimpung di teknik trasmisi. ''Saat itu saya harus cari kerja, karena ayah meninggal sejak duduk di bangku Kls III SD. Jadi saya dibesarkan oleh ibuku yang hidup menjanda,'' kenangnya.

Karena modal ijazah SMP, tentu saja pekerjannya yang paling rendah. Pekerjaan tingkat bawah itu dikenuninya mulai masuk PT Telkom hingga 1994. Begitu diangkat, dia ditugaskan di Denpasar, Bali, selama setahun. Meski demikian, tak membuat mantan manager komunikasi PT Telkom Jatim ini, putus asa.

Kata dia, ada terobosan agar karier bisa naik. Caranya, harus kuliah. Dengan prinsip itu pula, Djadi Sugiarto begitu pindah ke Surabaya, langsung masuk kuliah, meski gaji pada saat itu masih pas-pasan. ''Mungkin kalau saya tidak kuliah, yah pekerjaannya masih seperti dulu saja. Mungkin tidak bisa jadi manager seperti sekarang,'' kelakarnya sambil tertawa lebar.

Untuk melanjutkan sekolah saat itu, cerita Djadi, memerlukan perjuangan yang luar biasa. Sebagai contoh, bila kuliah bersamaan dengan jam dinas sore di Telkom, dia harus minta tolong teman-temannya untuk ganti jam kerja. ''Jadi kuliah itu bisa selesai tak lepas dari bantuan rekan-rekan saya,'' tambahnya. ''Coba teman-teman saya tidak mau tukar jam dinas, mana bisa saya masuk kuliah,'' kenangnya lagi.

Karena jarang mbolos itu pula, teman-teman di kampusnya tak mengetahui kalau salah satu mahasiswanya itu merupakan salah satu karyawan rendahan telkom. Usianya yang masih muda, juga hampir sama dengan mahasiswa yang lainnya.

Tapi kegigihan Djadi Sugiarto yang demikian itu membuahkan hasil. Setelah meraih sarjana pada 1994, dia dipercayakan untuk menjadi staf PR PT Telkom Jakarta. Sejak itu pula kepercayaan pimpinannya kian meningkat. Pada 2000 misalnya dia menjadi officer eksternal PR Telkom Jabotabek hingga 2004, dan berikutnya menjadi asisten manajer di Telkom Jabotabek hingga 2006.

Sukses di Jabotabek, dia dipercayai untuk menjadi manager komunikasi PT Telkom Jatim selama lima tahun. Selama lima tahun itu pula, yang membuat dia banyak bergumul dengan wartawan. ''Saya justru banyak belajar dari teman-teman wartawan, sekaligus yang banyak mendukung pekerjaan saya sehari-hari,'' tutur Djadi dengan nada merendah.

Semua persoalan yang ada di lingkungan Telkom Jatim, Djadi harus piawi untuk mengkomunikasikan kepada karyawan maupun masyarakat. Belum lagi tentang pemasaran serta berbagai persoalan lainnya yang timbul di perusahaan.

Sekarang, pekerjaannya tak lagi mengurus wartawan. Tapi sebagai manager area Pasuruan, Djadi Sugiarto harus mengurus wilayah Pasuruan, Lumajang daan Probolinggo. Dulu di kenal dengan nama Kandatel. Dia membawahi 25 sentral telepon (STO) dan 105.000 pelanggan berikut 40 lebih karyawannya. (*)

Sumber: http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4603951795410269508

Ada Niken KDI di Haul

[ Minggu, 23 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Ribuan jamaah memadati halaman Ponpes Zainul Hasan (Zaha) Genggong, Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo, Jumat (21/5) malam. Mereka datang untuk mengikuti acara haul almarhum KH Muhammad Damanhuri Romli alias Gus Mu, salah seorang pengasuh ponpes Zaha Genggong.

Selain masyarakat umum, acara itu juga dihadiri beberapa tokoh. Di antaranya, Kepala Kementerian Agama Jawa Timur KH Imam Haromain Asyari, pengasuh ponpes Bumi Sholawat Tulangan Sidoarjo KH Agoes Ali Mashuri, Habib Ali dari Banyuwangi, pengasuh Ponpes Nurul Jadid Paiton KH Zuhri Zaini, KH Nuruddin dari Paiton dan Rais Syuriah PC NU Kraksaan KH Munir Kholili.

Sebelum acara haul dimulai, sekira pukul 20.00 terlebih dahulu para undangan itu diajak bersalawat oleh group musik Ki Sawunggaling dari Surabaya. Lantunan-lantunan salawat dibawakan dengan iringan rebana dan tabuhan kendang.

Salawat badar menjadi pembuka dalam pra acara haul itu. Kemudian, ada juga lagu Tombo Ati dan Ya Badratin dengan irama minang. Lagu-lagu itu, dibawakan oleh para vokalis dari Ki Sawungggaling. Tak hanya itu, Niken KDI juga hadir dalam acara tersebut dan mengajak para undangan bersalawat.

Dalam acara itu selain bersalawat, Niken juga membawakan dua buah lagu berjudul Magadir dan Salamil Bait. Tampaknya, kehadiran Niken membuat para undangan makin bersemangat untuk bersalawat. Utamanya, para ibu-ibu yang saat itu berada di depan sisi kanan panggung.

Habis dua lagu itu, sekira pukul 21.00, panggung diambil alih oleh master of ceremony (MC) Ahmad Ghazi Saif. Acara dilanjutkan dengan acara inti, yakni haul almarhum Gus Mu. Para kiai pun memasuki tempat acara, termasuk para pengasuh ponpes Zaha Genggong.

Usai acara dibuka dengan pembacaan surat Al-fatihah dan ayat-ayat alquran, acara dilanjutkan dengan cara sambutan-sambutan. Pengasuh Ponpes Zaha KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, dalam sambutannya banyak bercerita tentang sosok almarhum Gus Mu selama masih hidupnya.

Menurutnya, Gus Mu adalah sosok penyabar dan tidak pernah ngerasani atau ngomongin kejelekan orang. "Kalau ada orang yang bertamu kepadanya dan ngerasani orang, beliau (Gus Mu) hanya jawab iya, iya, tidak diperpanjang. Ini yang tidak nurun sama penerusnya," ujarnya.

"Kalau Gus Haris (Gus dr Muhammad Haris putra almarhum Gus Mu) ada tamu yang seperti itu, bukan ya, ya. Tapi, terus gimana? Lalu? Jadi dikejar," lanjut kiai Mutawakkil lalu langsung disambut gerrr para undangan.

Kiai Mutawakkil menyatakan, Gus Mu atau suami dari Nyai Hj Diana Susilowaty alias Ning Sus itu, adalah sosok yang berilmu dan benar. Menurutnya, pada zaman ini sulit untuk mencari sosok yang mirip dengan Gus Mu.

"Tidak sedikit orang yang ilmunya tinggi, tapi tidak sedikit yang tidak mampu mensyukuri nikmatnya. Mencari orang pintar mudah, tapi mencari orang benar agak sulit. Apalagi, mencari keduanya (orang pintar dan benar)," ujarnya.

Selanjutnya, kiai Imam Haromain dalam kata sambutannya menyatakan, pada zaman sekarang ini masih beruntung ada para ulama. Karena masih ada orang yang senantiasa akan mengingatkan.

Setelah Habib Ali, KH Agoes Ali Mashuri alias Gus Ali juga berceramah. Sama dengan Habib Ali, topiknya juga tentang kematian. Gus Ali menyatakan, kematian adalah nikmat yang paling besar bagi para kekasih Allah. Orang yang pemahaman agamanya mendalam dan benar, akan lebih positif dalam menghadapi kematian.

"Orang yang cerdas dan visioner, bukanlah doktor atau professor. Tapi, orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Dan, terus bersemangat dalam mencari sangu dalam menghadapi kematian atau sangu kebahagiaan hidupnya setelah mati," jelasnya.

Menurutnya, ada tiga tanda-tanda kematian yang dikirimkan Allah kepada Nabi Ya'kub. Dan, ini akan berlaku bagi seluruh umat manusia. Diantaranya adalah putihnya rambut, lemahnya tubuh setelah kuatnya dan bungkuknya badan setelah tegaknya.

Mengapa Allah merahasiakan waktu dan tempatnya kematian? Menurut Gus Ali, alasannya ada sebelas. Salah satunya adalah agar manusia senantiasa mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian.

"Yang lain (alasan yang lain) akan saya jelaskan tahun depan, kalau saya diundang lagi. Makanya, kalau mau tahu, silakan tahun depan saya diundang lagi," ujar Gus Ali lalu disambut tawa para undangan.

Gus Ali pun berpesan agar tidak takut menghadapi kematian. Sebab, kematian itu pasti akan datang. "Umur kita sangat pendek, jangan kita perpendek dengan diisi ketakutan dan kesedihan. Jika itu terjadi, maka penyakit-penyakit akan mudah hinggap. Jika kita sudah penyakitan, maka kematian akan semakin dekat," ujarnya.

Selain itu, Gus Ali juga memberi tips supaya lebih cerdas dalam menghadapi kematian. Yakni, biasakan memuji Allah atau berucap Alhamdulillah. Selalu berkeyakinan bahwa yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan suatu saat pasti akan diambil kembali. Dan jadikanlah apa yang kita miliki sebagai alat untuk beribadah kepada Allah. Bila melakukan kebaikan, hendaknya diceritakan supaya ditiru. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=160066

Guru SD Tewas Mengambang

[ Minggu, 23 Mei 2010 ]
PROBOLINGGO - Kusnadi, 45, seorang guru SDN Sumberagung 1, Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo bernasib tragis. Tubuh warga Desa Pabean, Dringu, itu kemarin (22/5) ditemukan tak bernyawa dan mengambang di perairan pantai setempat.

Kabar itu cepat menyebar. Dalam sekejap, warga sekitar berdatangan. Mereka kemudian mengevakuasi guru olahraga itu. Selanjutnya, jasad Kusnadi dilarikan ke RSUD Dr Moh. Saleh Kota Probolinggo untuk divisum.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, pada Jumat (21/5) sekira pukul 23.00, Kusnadi berangkat ke pantai Desa Pesisir, Dringu untuk menangkap ikan. Ceritanya, guru yang satu ini dikenal mempunyai hobi menangkap ikan dengan menggunakan jaring.

Dan malam itu, korban menjalankan hobinya itu. Saat itu, korban tidak sendirian tapi bersama dengan tiga orang rekannya. Mereka adalah Agus, Sugik, dan Totok. Mereka masih bertetangga dengan Kusnadi.

Dari rumahnya di dusun Cebean Desa Pabean, Dringu, empat orang itu berangkat ke pesisir Dringu. Sampai di tepi pantai, mereka memilih tempat masing-masing untuk memasang jaringnya.

Walau berangkat bersama, tapi mereka beraktivitas menjaring sendiri-sendiri. Sampai dini hari kemarin sekira pukul 04.00, mereka pulang. Agus, Totok dan Sugik sudah menepi dan berkumpul untuk menunggu Kusnadi.

Tapi, yang ditunggu tak kunjung datang. Ketiga temannya mengirim sinyal untuk pulang. "Kami sudah kirim tanda dengan senter, sebagai tanda kalau mau pulang," ujar Agus. Tapi, sinyal pulang dengan sorotan senter itu tak terbalas.

Diduga saat berjalan memasang jaringnya di tengah laut, Kusnadi melewati areal palung. Dan, terjebak sehingga tidak bisa menyelamatkan diri. Atau, korban terseret arus dan tenggelam. Sementara, tiga rekannya yang sudah menepi di bibir pantai kebingungan karena Kusnadi tak kunjung kembali.

Was-was dengan keselamatan korban, ketiga rekannya itu mencari keberadaan korban. Mereka melakukan pencarian ke sekitar lokasi dimana korban turun ke laut. Namun, pencarian itu tidak membuahkan hasil. Mereka pun menduga korban tenggelam. Untuk memastikan itu, mereka mencari pertolongan kepada warga sekitar.

Kabar hilangnya korban pun menyebar. Warga pun berdatangan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ada juga warga yang melaporkan ke Polsek Dringu. Lalu, bersama-sama dengan polisi dari Mapolsek Dringu, warga menyusuri perairan pantai dusun tersebut untuk mencari keberadaan korban.

Akhirnya, sekira pukul 08.00 kemarin, korban berhasil ditemukan. Tubuh Kusnadi ditemukan tewas dalam keadaan telentang dan mengambang sekitar 1 km dari pantai. Jenazahnya pun sudah dalam keadaan kaku. "Kami mencari bersama petugas kepolisian, naik perahu," ujar Samen, seorang warga yang ikut mencari jenazah korban.

Kades Pabean Bambang Susilo menduga, korban terperangkap palung yang banyak terdapat di pantai Pabean. "Kemungkinan, dia (korban) telah melewati beberapa palung dan setelah air pasang kan palung itu menjadi lebih dalam. Mungkin dia (korban) tidak bisa melewati itu," ujarnya.

Sementara Kapolsek Dirngu AKP Riduwan mengatakan kalau dilihat dari tanda-tandanya, korban kejadian yang menimpa korban itu adalah murni kecelakaan. "Dilihat secara kasat mata, tidak ada tanda-tanda adanya penganiayaan," jelas Kapolsek.

Sampai di RSUD, jenazah korban langsung dimasukkan ke kamar mayat. Dari hasil pemeriksaan secara medis, Kusnadi dipastikan meninggal karena tenggelam. Tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya.

"Ada darah keluar dari telinga dan mata. Itu seperti biasa dialami orang yang tewas tenggelam. Terjadi karena dia (korban) menahan atau tertahan napasnya sehingga ada yang pecah dan keluarlah darah," jelas AKP Riduwan saat di kamar mayat kemarin. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=160065