Selasa, 01 Juni 2010

Hotel di Probolinggo Diancam Ditutup Jika Tak Laporkan Tamunya

Selasa, 01/06/2010 15:15 WIB
Sugianto - detikSurabaya


Probolinggo - Mungkin ini adalah peringatan bagi pemilik hotel di Kota Probolinggo. Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Probolinggo mengancam akan menutup operasional hotel jika tidak melaporkan tamu asing yang menginap.

"Kita bisa melakukan penutupan terhadap hotel itu jika terus membangkang tidak melaporkan adanya tamu asing yang menginap," ujar salah seorang staf Intel Kejaksaan Negeri Kota Probolinggo, Toni Sumartono, saat bincang-bincang dengan detiksurabaya.com, Selasa (01/06/2010).

Di Kota Probolinggo, kata dia, hanya hotel Ratna Jalan Panglima Sudirman yang selalu melaporkan keberadaan dan status tamunya setiap hari kepada petugas Kejaksaan sejak diterapkannya operasi Yustisi.

"Hotel yang lainnya tidak ada sama sekali. Termasuk Bromo View, hotel milik Walikota Probolinggo di Jalan Sukapura, kelurahan Ketapang," tandas dia.

Toni mengatakan, jika laporan keberadaan dan status tamu asing di semua hotel yang ada di Probolinggo sangat diperlukan. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya jaringan teroris yang masuk di Kota Probolinggo.

"Kalau nanti sampai terjadi sesuatu, pasti semua pejabat di Kota Probolinggo yang disalahkan," pungkasnya.

(bdh/bdh)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/06/01/151535/1367594/475/hotel-di-probolinggo-diancam-ditutup-jika-tak-laporkan-tamunya

Mokong, Kejari Ancam Tutup Hotel di Probolinggo

Selasa, 1 Juni 2010

ilustrasi

ilustrasi

Probolinggo, zonaberita.com - Kejari (Kejaksaan Negeri) Probolinggo bakal menutup pemilik hotel mokong. Pasalnya, sebagian besar pemilik hotel di Probolinggo tidak melaporkan identitas tamu asing yang menginap.

“Kita bisa melakukan penutupan terhadap hotel itu jika terus membangkang tidak melaporkan adanya tamu asing yang menginap,” ujar salah seorang staf Intel Kejari Probolinggo, Toni Sumartono, Selasa (01/06/2010).

Menurutnya, dari beberapa hotel yang ada, hanya hotel Ratna di Jalan Panglima Sudirman yang selalu melaporkan keberadaan dan status tamunya setiap hari kepada petugas Kejaksaan sejak diterapkannya operasi Yustisi.

“Hotel yang lainnya tidak ada sama sekali,” akunya.

Toni menjelaskan, laporan keberadaan dan status tamu asing di semua hotel yang ada di Probolinggo sangat diperlukan. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya jaringan teroris yang masuk di Kota Probolinggo. “Kalau nanti sampai terjadi sesuatu, pasti semua pejabat di Kota Probolinggo yang disalahkan,” tandasnya. (ric/isp)

Sumber: http://www.zonaberita.com/jawa-timur/mokong-kejari-ancam-tutup-hotel-di-probolinggo.html/


Proyek Air Bromo Rp 12 M

Selasa, 1 Juni 2010 | 09:16 WIB

PROBOLINGGO - Sukses memasok air bersih ke Pulau Giliketapang melalui pipa bawah laut, Pemkab Probolinggo bakal mengalirkan air di Gunung Bromo menuju empat kecamatan. Proyek air bersih untuk warga di belahan barat Kab. Probolinggo itu bakal didanai APBN dan APBD Kab. Probolinggo sebesar sekitar Rp 12 miliar.

”Ada dua sumber air di kawasan Gunung Bromo yang bisa dimanfaatkan untuk proyek air bersih,” ujar Ketua Bappeda Kab. Probolinggo, Drs Tanto Walono MSi, Senin (31/5). Keduanya, sumber Widodaren di Desa Ngadisari, Kec. Sukapura dan sumber Umbulan di Desa/Kec. Sukapura.

Tanto menambahkan, Jumat (28/5) lalu, Dirjen PU Cipta Karya, Budi Susilo dan anggota DPR RI dari Dapil Pasuruan-Probolinggo, Adjie Massaid meninjau kedua sumber air itu. Sejumlah pejabat Pemkab dan Direktur PDAM Kab. Probolinggo, Riyadi Hamdani juga ikut hadir.

”Sumber yang potensial dialirkan hingga Tongas adalah sumber Umbulan di Sukapura,” ujar mantan Camat Sukapura itu. Sementara itu sumber Widodaren di Gua Widodaren yang selama ini digunakan untuk sarana ritual upacara warga Tengger, debitnya terlalu kecil.

”Sumber Widodaren yang debitnya 10-15 liter per detik hanya dimanfaatkan untuk tiga desa, Ngadisari, Jetak, dan Wonotoro,” ujar Tanto. APBN bakal mengucuri dana sekitar Rp 1 miliar untuk proyek perpipaan sepanjang 15 km yang bersumber dari Widodaren.

Sementara itu sumber Umbulan di Sukapura yang debitnya 150 liter per detik diharapkan bisa memasok air bersih bagi warga di belahan barat Kab. Probolinggo. Selama ini di musim kemarau, kawasan itu sering dilanda krisis air bersih.

Air dari sumber Umbulan bakal dipasok menuju desa-desa di empat kecamatan, Tongas, Sumberasih, Lumbang, dan Wonomerto. ”Untuk membangun jaringan pipa dari Sukapura-Tongas sepanjang 28 kilometer diperlukan dana Rp 11 miliar,” ujar Tanto.

Dana sebesar itu sebagian besar bakal dipenuhi dari APBN. ”Sementara sharing dari APBD hanya untuk studi kelayakan, itu pun dari APBD 2009,” ujarnya.

Hasil studi kelayakan itu kemudian diajukan ke pemerintah pusat. Dan kedatangan Dirjen PU Cipta Karya ke Sukapura untuk mematangkan rencana proyek air bersih itu. ”Proyek air bersih Widodaren dan Umbulan bakal didanai APBN 2010 dan APBN 2011,” ujar Tanto.

Krisis Air Bersih

Seperti diketahui, kawasan barat Kab. Probolinggo setiap kemarau panjang dilanda krisis air bersih. Warga pun terpaksa berburu air hingga ke lembah-lembah, bahkan sebagian warga memanfaatkan air sungai yang tersisa.

Saat puncak kemarau panjang, sebagian desa di belahan barat itu pun mendapatkan dropping air bersih dari mobil tangki PDAM. “Mudah-mudahan proyek ini kelak bisa memenuhi kebutuhan warga akan air bersih,” ujar Tanto.

Khusus pemenuhan air bersih bagi warga di belahan timur Kab. Probolinggo, Pemkab sudah membangun jaringan air bersih yang bersumber dari Sumber Tancak, Kec. Tiris.

Wilayah tengah dipasok dari sumber air Ronggojalu yang memanfaatkan pipa air PDAM peninggalan Belanda. Air dari Ronggojalu pula yang kemudian dialirkan ke Pulau Giliketapang melalui pipa bawah laut. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=6a5ba36bafb16a25adb69e53350ed406&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Anggota TNI Tersangka Mutilasi


Anggota TNI Tersangka Mutilasi

Liputan6.com, Probolinggo: Teka-teki pelaku pembunuhan sadis yang disertai mutilasi di Probolinggo, Jawa Timur, akhirnya terkuak, baru-baru ini. Belakangan diketahui bahwa pelaku adalah Serma Niman, anggota TNI yang bertugas di Koramil Kraksaan.

Saat rekonstruksi di Desa Andungsari, Kecamatan Tiris, Probolingo, terungkap, kasus mutilasi ini berawal ketika Serma Niman menghadang korbannya, Hartono, 11 Mei silam. Tak lama berselang, keduanya terlibat cekcok mulut. Niman tak terima karena Hartono mengganggu istrinya.

Saat ribut mulut, Hartono mengeluarkan senjata tajam dan hendak membacok Niman. Melihat hal itu, Niman langsung mengeluarkan senjata api dan melepaskan tembakan ke arah Hartono. Akibatnya, Hartono pun tewas di tempat.

Tak hanya itu, Niman juga memotong tubuh korban menjadi sembilan bagian untuk menghilangkan jejak. Lalu pelaku membuang tubuh korban secara terpisah.

Mulanya warga menemukan tubuh Hartono. Belakangan, polisi yang melakukan olah TKP juga mendapatkan delapan potong bagian tubuh korban lainnya. Dari barang bukti di TKP, polisi akhirnya menangkap Niman yang diduga sebagai tersangka kasus mutilasi ini.(ULF)

Sumber: http://id.news.yahoo.com/lptn/20100601/tid-anggota-tni-tersangka-mutilasi-e390447.html


Oknum TNI Mutilasi di Hutan Kopi

Selasa, 1 Juni 2010 | 08:14 WIB

Probolinggo - Surya- Sebelum memotong-motong tubuh korbannya menjadi sembilan bagian, Oknum anggota TNI di Kodim 0820 Probolinggo berinisial Serma NM, sempat menangis dan salat Isak.

Fakta tersebut terekam saat proses reka ulang kejadian itu dalam rekonstruksi di TKP Hutan Kopi di Dusun Segaran, Desa Andungsari, Kecamatan Tiris, Senin (31/5).

Ada sedikitnya tujuh adegan pembunuhan dengan cara mutilasi tersebut. Serma NM menghadang korbannya Hartono alias To, 30, di jalan Desa Andungsari dekat sungai Salak desa setempat, sekitar pukul 19.00 WIB Senin (11/5).

Pada saat itu, pelaku dan korban sempat bersitegang. Menurut versi Serma NM, korban mengancamnya dengan sebilah celurit. Tak pelak, korban langsung ditembak dengan Pistol FN 4,6 mm dengan peluru kaliber 11 mm buatan Belgia, yang menembus dada kiri melewati paru-paru korban.

Jenazah korban lalu disembunyikan di sekitar sungai dengan ditutupi daun pisang. Setelah itu, pelaku kembali ke rumahnya.

Di tengah kegalauan hatinya, pelaku sempat menangis menyesali perbuatannya. Untuk menenangkan pikirannya, dia sempat salat Isak di rumahnya.

Usai salat, Serma NM masih kebingungan. Lalu terbersit dalam pikirannya, untuk menghilangkan jejak dengan cara nekat memutilasi tubuh korban.

Pelaku lalu mengambil parang dan cangkul dari rumahnya, dan kembali lagi ke lokasi Sungai Salak, tempat jasad korban disembunyikan.

Di tempat ini, tubuh korban dipotong-potong. Pelaku mondar-mandir sebanyak sekitar lima kali dari sungai menuju lokasi hutan kopi tempat potongan tubuh korban ditanam dalam kubangan sedalam sekitar setengah meter.

Aksi mutilasi itu, dilakukan pelaku seorang diri hingga menjelang subuh. Sepeda motor korban dibawa kabur ke daerah Jember. n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/06/01/oknum-tni-mutilasi-korban-di-hutan-kopi.html

Oknum TNI Tersangka Mutilasi Probolinggo
Selasa, 1 Juni 2010 | 09:16 WIB

PROBOLINGGO - Misteri pembunuhan Hartono (30), warga Desa Andungsari, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo yang mayatnya dipotong-potong (dimutilasi) akhirnya terkuak. Oknum prajurit TNI, Serma Niman yang berdinas di Koramil Kraksaan, Kab. Probolinggo, yang juga tetangga korban dijadikan tersangka tunggal dalam pembunuhan itu.

Hal itu terungkap jelas dalam reka ulang (rekonstruksi) yang digelar Denpom Malang di lokasi penemuan mayat, di Dusun Segaran Duwas, Desa Andungsari, Senin (31/5). Reka ulang yang dipimpin Wakil Komandan Detasemen Polisi Militer (Wadan Denpom) Malang, Mayor CPM Didik Hariadi itu juga dihadiri Koman Kodim (Dandim) 0820 Probolinggo, Letkol Arh. Budi Rianto dan Kapolres AKBP A.I. Afriandi.

Ribuan warga setempat juga memenuhi lokasi reka ulang di kawasan lereng Gunung Argopuro itu. Sekitar 200 personel polisi dan TNI dikerahkan untuk mengamankan jalannya reka ulang yang dimulai pukul 09.30 itu.

Berkali-kali polisi mengingatkan agar warga yang menonton jalannya reka ulang itu tidak mendekati lokasi. “Ayo nyorot, tak usah semak-semak (mundur, tidak usah dekat-dekat, Red.),” ujar seorang polisi melalui megaphone.

Reka ulang itu menggambarkan kasus pembunuhan yang terjadi Senin (10/5) sore sekitar pukul 17.00 di Dusun Segaran Duwas. Mayat Hartono, korban pembunuhan yang terpotong-potong menjadi 9 bagian baru ditemukan, Selasa (11/5) dan Rabu (12/5).

Tersangka Serma Niman begitu tiba di lokasi dengan pengawalan ketat, langsung diminta memeragakan adegan demi adegan. Ada 21 adegan yang diperagakan pria tersebut di 13 titik lokasi mulai di jalan desa, pinggir sungai, hingga di kebun kopi.

Adegan pertama, Serma Niman dengan motornya mencegat Hartono (korban) yang juga bersepeda motor di jalan desa. Tersangka mengatakan, ada keperluan dan mengajak korban melintasi jalan setapak menuju tepi sungai.

Setelah masing-masing memarkir motornya di tepi sungai, Serma Niman menghardik Hartono. ”Mengapa, sampeyan berani membonceng istri saya?”

Hartono (diperagakan seorang polisi) ganti menghardik. ”Memangnya tidak boleh membonceng istri sampeyan?”

Setelah saling pandang dan perang mulut, Hartono mengeluarkan sebilah celurit dari balik sarung yang dikenakannya. Ketika celurit diayunkan, Serman Niman mengeluarkan pistol FN. Dan ”dor”, peluru menerjang dada kiri Hartono disertai robohnya pria tersebut.

”Dari sini terlihat, pembunuhan ini bermotif asmara atau cemburu. Ya nanti akan dibuktikan lebih mendalam di pengadilan militer,” ujar Kapolres AKBP A.I. Afriandi di sela rekonstruksi. Yang jelas kasus pembunuhan itu sekarang ditangani Denpom karena tersangkanya adalah prajurit TNI aktif.

Masih versi rekonstruksi, di keremangan menjelang magrib itu, Serma Niman kemudian menyeret jasad Hartono hingga ke tepi sungai. Serma Niman kemudian pulang ke rumahnya di Dusun Kongsi, Desa Andungsari, untuk mengambil sebilah parang.

Dengan parang itu pula, Serma Niman memotong-motong tubuh Hartono menjadi 9 bagian. Pertama ditebas leher, tangan kanan, tangan kiri, kemudian kaki kanan.

Dengan menyeberangi anak sungai, Serma Niman membawa 4 potongan anggota badan (kepala, dua tangan, dan kaki kanan) itu untuk ditanam di kebun kopi miliknya.

Setelah itu ia kembali ke tepi sungai, untuk kembali memotong-motong jasad Hartono yang masih tersisa. Yakni, memotong perut, dada kanan, dada kiri, paha kanan, dan paha kiri. Sebagian potongan ditanam di kebun kopinya, sebagian lagi disembunyikan di ceruk bebatuan di pinggir sungai.

Dalam rekonstruksi juga terlihat, ia menggali lubang di kebun kopi hanya dengan parang. Dengan kedalaman seperti orang menanam pohon pisang, akhirnya Selasa (11/5) sore, tulang dada yang menyembul ke atas tanah itu ditemukan warga yang mencari-cari Hartono.

Usai membuang jasad Hartono, Serma Niman membuang sepeda motor merek Tosa milik korban. ”Motor korban dibuang di sungai di perbatasan Probolinggo-Jember, sampai sekarang belum ditemukan, mungkin hanyut saat sungai itu banjir,” ujar Kapolres.

Dalam rekonstruksi, hanya diperagakan Serma Niman menuntun motor milik korban (memakai motor lain). Hujan deras semalam juga mengakibatkan jalannya rekonstruksi sedikit terganggu.

Fotokopi KTP

”Kasus kejahatan selalu meninggalkan celah ketidaksempurnaan,” ujar Kapolres AKBP Afriandi saat ditanya awal mula terungkapnya kasus pembunuhan itu. Dalam kasus pembunuhan di Andungsari, di antara potongan mayat itu ditemukan sepucuk pistol FN, 12 butir peluru, selembar fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama Serma Niman, dan bukti setoran (slip) bank BCA sebesar Rp 900 ribu, juga atas nama Serma Niman.

”Saya memang tidak pernah ngomong ke wartawan, H+2 setelah penemuan mayat itu, saya menggerebek rumah Serma Niman,” ujar Kapolres. Di sana ditemukan, fotokopi KTP yang sama persis dengan yang ditemukan di lokasi pembunuhan, sama-sama kusamnya.

Kapolres kemudian berkoordinasi dengan Dandim Letkol Arh. Budi Rianto terkait temuan fotokopi KTP itu. Kodim kemudian melakukan pemeriksaan internal terhadap Serma Niman. Belakangan pihak Korem dan Denpom Malang ikut memeriksa Serma Niman.

Akhirnya diketahui, kasus pembunuhan itu mengerucut pada satu tersangka, Serma Niman. ”Karena menyangkut prajurit TNI, ya kasus ini diambil alih Denpom, termasuk nanti akan diadili di mahkamah militer,” ujar AKBP Afriandi yang segera dipromosikan menjadi Wadirlantas Polda Sulteng itu.

Sementara itu Wadan Denpom Malang, Mayor CPN Didik Hariadi saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, enggan berkomentar. ”Nanti, nanti ya. Lebih baik ke Kapendam V/Brawijaya saja,” ujarnya.

Dandim Letkol Arh. Budi Rianto juga tidak banyak berkomentar. ”Sudah ditangani Denpom, tunggu saja,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=6a5ba36bafb16a25adb69e53350ed406&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc


Korban Ditembak dan Kepala Dipenggal

Senin, 31/05/2010 16:55 WIB
Sugianto - detikSurabaya


Probolinggo - Emosi Serma Niman yang nekat memutilasi Hartono (30) warga Desa Andungsari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, benar-benar kalap. Pelaku nekat menghabisi nyawa korban, lantaran istri pelaku berinisial ID seringkali diganggu oleh korban.

Apalagi kabar yang berkembang sebelum kejadian, rumah tangga pelaku sedang dilanda ketidakharmonisan. "Sekitar 2 bulanan antara pelaku dan istrinya sedang pisah ranjang," ujar salah seorang warga setempat yang tidak mau disebutkan namanya kepada detiksurabaya.com di lokasi, Senin (31/05/2010).

Pantauan detiksurabaya.com, setelah korban ditembak mati tertembus peluru di dada
kiri di pinggiran sungai desa setempat, pelaku kemudian menyeret tubuh korban ke
sungai dekat bebatuan.

Di sanalah, tubuh korban kemudian ditelentangkan dalam kondisi berlumuran darah. Di sungai dekat bebatuan itu, pelaku kemudian pulang ke rumahnya yang tak jauh dari lokasi kejadian. Di rumahnya, pelaku mengambil sebilah parang dan kembali menemui mayat korban yang sudah tidak berkutik.

Untuk menghilangkan jejaknya, pelaku kemudian memenggal leher korban dengan sadis. Setelah itu, memotong tangan kanan dan kiri serta kaki kanan korban. Potongan tubuh korban tersebut lalu dikubur di tengah lahan kopi milik Serma Niman sendiri dengan melewati jalanan sungai kecil menembus bebukitan.

Dalam rekonstruksi 7 adegan itu dijaga ketat ratusan polisi dan anggota TNI. Medan rekonstruksi cukup berat, tidak sedikit petugas yang mengawal pelaku terjatuh saat melewati jalan setapak menuju sungai, lokasi dibunuhnya korban Hartono.

Kapolres Probolinggo, AKBP Ai Afriandi saat dikonfirmasi tidak banyak memberikan
komentar. "Karena pelakunya oknum TNI, semua proses hukumnya diserahkan ke Denpom," ungkapnya kepada detiksurabaya.com.

Sementara Wadandenpom V Brawijaya Malang, Mayor CPM Didik Hariyadi saat
dikonfirmasi, enggan memberikan komentar.

Sebelumnya, Senin (16//5/2010), tak jauh dari tempat penemuan jenazah Hartono, polisi menemukan sepucuk pistol jenis FN 4,6 milimeter dan butiran peluru berkaliber 9 mm. Tak hanya itu, polisi juga menemukan fotocopi KTP atas nama Serma berinisial NM, slip setoran rekening BCA yang juga atas nama NM serta kartu telpon seluler.

Ada dugaan, sebelum tubuh Hartono dimutilasi, dia terlebih dahulu ditembak oleh pelaku. Kemudian untuk menghilangkan jejak, pelaku lalu memotong-motong tubuh Hartono hingga menjadi 9 bagian. Potongan tubuh lainnya Hartono ditemukan tak jauh dari badannya. (fat/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/05/31/165556/1366889/475/korban-ditembak-dan-kepala-dipenggal

Mutilasi di Probolinggo Direkonstruksi

Senin, 31/05/2010 15:18 WIB
Sugianto - detikSurabaya

Foto: Sugianto

Rekonstruksi Mutilasi di Probolinggo
Probolinggo - Kasus mutilasi yang dialami korban bernama Hartono (30) warga Desa Andungsari, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo direkonstruksi. Dalam rekonstruksi itu ada 7 adegan yang dilakukan pelaku.

Warga tidak mengira jika pelaku mutilasi yang telah memotong tubuh korban menjadi 9 bagian adalah seorang oknum TNI bernama Serma Niman, salah seorang anggota Koramil Kraksaan.

Terkuaknya pelaku mutilasi, setelah polisi menemukan sepucuk pistol jenis FN 4,6 milimeter dan 11 butiran peluru berkaliber 9 mm, fotocopi KTP atas nama Serma Niman, slip setoran rekening BCA yang juga atas nama pelaku serta kartu telpon seluler di seputaran lokasi kejadian.

Dalam rekonstruksi itu, ada beberapa adegan yang telah dilakukan oleh pelaku saat
membunuh korban dengan cara keji. Sebelum korban dibunuh, pelaku memang mencegat korban di tengah kebun kopi di desa setempat.

Saat itu, korban sedang menaiki motor merk Tosa. Di tengah perkebunan tersebut, pelaku lalu menghadangnya. Setelah itu, pelaku mengajak korban ke tepian sungai yang jaraknya puluhan meter dari perkebunan kopi tersebut.

"Setelah sampai di sini, saya langsung menanyakan kenapa korban seringkali menggoda istri saya," ungkap Serma Niman saat gelar rekonstruksi, Senin (31/5/2010).

Namun, kata Serma Niman, saat ditanya, korban tiba-tiba langsung menghunus sebilah clurit. Melihat korban mengeluarkan sebilah clurit, pelaku langsung mengelurkan sepucuk pistolnya. Dan menembak korban hingga mengenai dada kiri dan tewas seketika bersimbah darah.

Sebelumnya, Senin (16//5/2010), tak jauh dari tempat penemuan jenazah Hartono, polisi menemukan sepucuk pistol jenis FN 4,6 milimeter dan butiran peluru berkaliber 9 mm. Tak hanya itu, polisi juga menemukan fotocopi KTP atas nama Serma berinisial NM, slip setoran rekening BCA yang juga atas nama NM serta kartu telpon seluler.

Ada dugaan, sebelum tubuh Hartono dimutilasi, dia terlebih dahulu ditembak oleh pelaku. Kemudian untuk menghilangkan jejak, pelaku lalu memotong-motong tubuh Hartono hingga menjadi 9 bagian. Potongan tubuh lainnya Hartono ditemukan tak jauh dari badannya.
(fat/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/05/31/151840/1366777/475/mutilasi-di-probolinggo-direkonstruksi

LOMBA MEWARNAI

31 Mei 2010

ISI BERITA :

Pagi sabtu, 29 Mei 2010, suasana di SD Muhammadiyah Kraksaan tidak seperti hari-hari biasanya. Jalan-jalan di SD Muhammadiyah Kraksaan sudah terbentang terpal-terpal berwarna orange dan biru, di depan kantor telah berdiri panggung berukuran 4 x 6 m dengan latar background berwarna hijau pupus, tempat anak-anak SD Muhammadiyah Kraksaan akan menunjukkan apresiasi seninya, dalam acara lomba mewarnai tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) se-Kecamatan Kraksaan dan sekitarnya yang di selenggarakan oleh SD Muhammadiyah Kraksaan yang bekerja sama dengan radio Prosa, Calpico, Sopoyono dan PJB dalam rangka menyongsong Muktamar Muhammadiyah 1 abad dan memperingati hari Pendidikan Nasional tahun 2010.

Program SD Muhammadiyah ini akan menjadi even tahunan, sebagai bentuk kepedulian SD Muhammadiyah terhadap pendidikan estetik dan pendidikan karakter yang sangat memperdulikan potensi yang timbul dari dalam maupun luar peserta didik dan pembiasaan rasa percaya diri.

Peserta lomba tercatat sebanyak 212 siswa TK/SD yang berpartisipasi dalam kegiatan mewarnai dengan durasi 2 jam. Kegiatan ini juga tidak hanya mewarnai, tetapi juga dimeriahkan oleh bazaar, doorprize dan pentas seni anak-anak SD Muhammadiyah Kraksaan, yang bertujuan untuk memaksimalkan kreatifitas dan mengoptimalkan otak kiri dan kanan anak, juga untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya para guru SD Muhammadiyah Kraksaan agar ke depan lebih menjadi kreatif, inofatif, visioner dan lebih berdedikasi.

Even ini juga menjadi ajang promosi SD Muhammadiyah Kraksaan kepada Masyarakat untuk merekrut siswa-siswi baru tahun ajaran 2010-1011 mendatang. Selamat atas terselenggaranya even mewarnai tersebut dengan sukses.


Terkendala Administrasi, Tertunda Berobat ke Surabaya

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
Nasib Iin Terkatung-katung

PROBOLINGGO - Nasib Nur Indah Lia alias Iin, warga Kota Probolinggo yang diduga menderita penyakit kanker lidah, masih terkatung-katung. Upaya pengobatan yang rencananya ditanggung oleh pemerintah tertunda karena masalah administrasi.

Sebelumnya Iin sudah dibawa ke puskesmas Ketapang Kota Probolinggo. Kemudian dirujuk ke RSUD dr Mohammad Saleh Kota Probolinggo. Baru dirawat beberapa hari, setelah pihak rumah sakit memberikan perbaikan kondisi umum, Iin dibawa ke Surabaya.

Awalnya ada dua opsi yang ditawarkan pemkot terhadap Iin. Yakni, berobat di RS Syaiful Anwar Malang atau ke Surabaya. Akhirnya keluarga memutuskan wanita berusia 30 tahun itu dibawa ke Surabaya lantaran ada saudara di sana.

Selasa (25/5) lalu, keluarga memperoleh kabar bahwa Iin akan diberangkatkan ke Surabaya, (Rabu 26/5) pukul 05.00. Saat mendengar kabar dari suster di ruangan Bougenvil RSUD dr Mohammad Saleh itu, keluarga sempat kebingungan. Sebabnya, Direktur RSUD dr Budi justru bilang bahwa Iin tidak harus berangkat pagi. Asalkan keluarga siap, rumah sakit bakal mengantar.

"Kami bingung karena surat keterangan tanda miskin masih kami urus di kelurahan. Belum sampai ke kecamatan dan Dinas Kesehatan (Dinkes). Karena disuruh berangkat ya kami ikut saja dengan membawa surat seadanya," ujar Rifa, kakak ipar Iin.

Rabu pagi, sekitar pukul 05.30 Iin berangkat didampingi keluarganya. Sesampai di RSUD Dr Soetomo sekira pukul 08.30. Di rumah sakit tersebut keluarga mengaku kebingungan karena surat yang dibawa dari RSUD Dr Mohammad Saleh ke poli bedah. Ternyata setelah dibawa ke poli bedah, disuruh ke poli THT (telinga hidung tenggorokan), dari THT malah disarankan ke poli kepala dan leher ditangani dr Wayan.

"Di poli kepala dan leher itu dokternya cuma geleng-geleng kepala. Sampai memanggil empat dokter. Dokternya keheranan, Iin ini sakit apa?," cerita Ishak, kakak kandung Iin yang juga menemaninya ke Surabaya.

Waktu itu Iin diminta untuk tusuk lidah, rontgen dan cek darah. Tapi, itu tidak bisa dilakukan oleh keluarga karena takut biayanya mahal. Setahu mereka biaya itu ditanggung pemkot, jadi mereka mau berangkat sampai ke Surabaya.

Rifa menyatakan, karena persyaratan administrasi yang dibawa kurang lengkap maka Iin didaftarkan melalui pasien umum. Setelah tahu harus menjalani tes dan tidak ada biaya, keluarga memutuskan untuk tidak tes. Uang pemberian dermawan yang diterima tidak cukup untuk pengobatan di rumah sakit.

Akhirnya, pukul 13.00 keluarga memutuskan membawa Iin kembali ke Probolinggo dengan mencarter angkutan dari Surabaya. Uang bantuan dari Gapensi dipakai untuk membayar biaya transportasi itu.

"Rumah sakit (Surabaya) bilang kalau itu bukan rujukan. Karena tidak ada stempel dari rumah sakit. Dokternya saja bilang kalau memang rujukan ada suster yang mengantar. Saya sampai diberi uang Rp 13 ribu sama CS (customer service) untuk mendaftar ke loket," tutur Rifa.

Keluarga juga menyayangkan infus yang dicabut oleh pihak RSUD Dr Mohammad Saleh. "Saya sempat kaget waktu ada petugas yang melepas infusnya. Saya tanya kenapa kok dilepas, katanya karena Iin mau dibawa ke Surabaya. Saya pikir puskesmas saja tidak melepas infus kok di rumah sakit malah dilepas. Dokter Wayan dari RSUD dr Soetomo sampe tanya kok bisa infus dilepas. Kalau sudah dari rumah sakit dan rujukan mestinya infus tetap dipakai," beber Ishak lagi.

Ketika Radar Bromo mendatangi rumahnya, Iin sedang tidur. Pasalnya, sepulang dari Surabaya kondisinya makin lemah. Ia sempat kambuh selama sehari semalam selalu menangis kesakitan.

"Iin sekarang malah pesimis kalau dia tidak bisa sembuh," keluh Rifa lagi. Perjuangan keluarga untuk mendapatkan pengobatan bagi Iin tidak berhenti sampai di situ. Saat ini keluarga sedang mengurus surat ke Dinkes dan mengajukan tanda tangan ke wali kota Probolinggo.

Sewaktu di Dinkes, Rifa sempat terkejut saat Dinkes menunjukkan foto rumahnya yang dibilang masih layak karena melihat bagian pagar yang sudah dikayu. "Iin ini tidak punya rumah, dia numpang. Meskipun orang tidak punya, kami juga ingin rumah kelihatan bagus walaupun beli dari kayu bekas," ucap Rifa.

Setelah mendapatkan tanda tangan dari wali kota, Iin bakal diboyong lagi ke Surabaya. Keluarga bilang tidak melalui rumah sakit melainkan mencari pinjaman mobil yang bisa mengantar Iin sampai ke RSUD Dr Soetomo. "Kami akan berusaha lagi," tegas Rifa. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Sikapi Maraknya Judi Pemilihan RT/RW

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
Siap Revisi Perda

PROBOLINGGO - Dugaan tentang maraknya praktik perjudian dalam pemilihan ketua RT/RW di sejumlah kelurahan di Kota Probolinggo mendapat perhatian dewan. Ketua komisi A DPRD Asad Anshari menyatakan siap bila peraturan daerah (perda) tentang pemilihan ketua RT bakal direvisi.

Meski begitu Asad menyatakan bahwa pemilihan ketua RT dan RW selama ini sudah berjalan baik dan sesuai perda 8/2005.

"Perda itu masih relevan untuk digunakan sekarang. Perda menyebutkan pemilihan RT secara langsung. Bahwa mungkin ada ekses tidak baik, ya harus ada perbaikan," ujarnya.

Apabila ada sebagian masyarakat tidak setuju, maka harus dicari solusi yang lebih baik selain cara pemilihan langsung. "Apa proses penunjukan itu baik? Tidak juga kan? Karena penunjukkan itu tidak mesti baik. Kalau lurahnya yang menunjuk nanti dianggap tidak cocok. Nah, kalau perda mau direvisi, akan kami tempuh," sambungnya.

Mengenai adanya kasus perjudian dalam proses pemilihan langsung itu, Asad menyatakan bahwa di manapun tempatnya perjudian selalu ada. Termasuk wanita yang melahirkan juga bisa dijadikan ajang taruhan. "Untuk itu adanya perjudian harus diawasi bersama. Menanggulanginya juga dibutuhkan peran serta dari masyarakat," terangnya kepada Radar Bromo.

Seperti diketahui, Ketua MUI Kecamatan Kedopok yang juga Rais Syuriah PCNU Kota Probolinggo KH Nizar Irsyad mengaku prihatin dengan penerapan pemilihan ketua RT secara langsung. Sebab yang terjadi justru acara pemilihan itu di beberapa kelurahan jadi ajang perjudian.

Taruhannya tidak main-main. Hingga ratusan juga rupiah. Para penjudi itu bukan dari Probolinggo saja, tapi juga dari daerah-daerah lain. Ia juga prihatin karena model pemilihan tersebut rawan menimbulkan konflik sosial karena kecemburuan dan kesenjangan sosial antarwarga.

Selain soal maraknya perjudian itu, As'ad juga berharap ada sosialisasi kepada masyarakat tentang uang operasional yang sebesar Rp 1,2 juta per tahun yang diterima oleh para ketua RT. Harus ditegaskan bahwa uang itu bukan gaji bagi ketua RT, tapi bantuan operasional selama setahun. Misalnya untuk membeli membeli kertas alat kebutuhan kantor dan sebagainya.

"Ini yang harus disosialisasikan ke masyarakat. Mereka pikir uang itu untuk bayaran. Jadi, dengan adanya sosialisasi masyarakat bisa paham dan tidak banyak orang yang semangat menjadi ketua RT atau RW," terang anggota dewan dari PKNU itu.

Asad juga mengharapkan politisi yang disinyalir mem-back up para kandidat calon RT atau RW bisa bermain rasional. "Jangan mengajari masyarakat dengan hal tidak baik. Yang terjadi sekarang di belakang si A (kandidat) selalu ada partai tertentu. Ini gejala apa, saya tidak tahu. Dan inilah yang harus ditahan dan arif dalam menyikapinya," ungkapnya. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161746

SMA Saqo Diklat di IC

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]

KRAKSAAN
- Diklat Jurnalistik Goes to Pesantren kembali digelar kemarin (31/5). Kali ini SMA Syekh Abdul Qodir Al-Jailani (Saqo), Rangkang, Kraksaan Kabupaten Probolinggo yang mengikuti program gelaran Radar Bromo itu.

Tapi, diklat SMA Saqo rada berbeda dengan gelaran diklat sebelumnya. Sekolah itu memilih menghelat diklat jurnalistik di gedung Islamic Center (IC) Kraksaan. Yakni di ruang pertemuan lantai I.

Sekitar 150 murid mengikuti diklat itu dengan materi teknik menulis berita dan artikel. Materi diisi oleh redaktur Radar Bromo M. Said Hudaini. Kegiatan diklat dimulai sekitar pukul 09.00. Setelah pembukaan dilangsungkan, Said langsung memberikan materi pada peserta.

Sebagai materi pembuka, Said memberi materi nilai berita (news values). Salah satu dari news values menurut Said adalah proximity atau kedekatan. Menurut Said, unsur tersebut berpengaruh besar pada animo masyarakat. Jika menggunakan unsur tersebut kata Said, masyarakat akan tertarik untuk membaca sebuah berita. "Siapa tahu ada berita mengenai daerahnya," ujar Said.

Setelah cukup materi, Said memberi tugas pada semua peserta. Yakni membuat berita. Yang dipilih adalah berita kecelakaan. Selesai tugas, peserta wajib untuk menyerahkan hasil tulisan tersebut. Said kemudian memberikan penilaian pada hasil tulisan peserta.

Mengakhiri materi, Said memberikan sebuah catatan. Menurutnya jurnalistik bukan sulap. Menurut Said, jurnalistik selalu mengungkap sebuah persoalan berdasar data dan fakta. "Cara terbaik belajar menulis adalah dengan melakukannya," ujar Said.

Sementara itu, menurut Kepala SMA Saqo A. Arief Hermawan, diklat tersebut bertujuan memberikan pengetahuan jurnalistik pada para siswanya. Terlebih, kata Arief, belum ada media di SMA tersebut. "Sebelumnya belum ada unsur jurnalistik di SMA kami," ujar Arief.

Arief berharap, diklat ini memberikan banyak manfaat. Sebab lanjut Arief, dengan demikian siswa Saqo bisa diarahkan untuk membuat beragam tulisan. Lebih khusus, Arief mengungkapkan, siswanya diharapkan bisa membuat buletin di sekolah. "Agar kreatifitas mereka terasah," ujar Arief. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161745

Motif Asmara Masih Kuat

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
Sebelumnya pihak TNI sempat menepis keterlibatan Serma Niman dalam kasus mutilasi dengan korban Hartono ini. Tapi, setelah melalui pemeriksaan oleh Denpom Malang, Serma Niman betul-betul menjadi tersangka pelakunya.

Serma Niman adalah anggota TNI yang kini bertugas di Koramil Kraksaan. Lelaki berumur 43 tahun itu adalah warga asli Desa Andungsari, Tiris. Tapi, berdasar fotokopi KTP yang ditemukan di lokasi pembunuhan, Serma Niman terakhir berdomisili di Jl KH Samanhudi, Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo.

Niman cukup hapal dengan seluk beluk hutan kopi tempat mutilasi itu terjadi. Maklum, kebun kopi milik Perhutani tersebut dikelola oleh orang tua Niman.

Lalu apa sebenarnya yang menjadi motif percekcokan Niman dengan Hartono yang berujung mutilasi? Sampai kemarin Denpom Malang masih tertutup soal itu. Hanya, dari informasi beberapa sumber, motif asmara masih menguat.

Dari informasi sumber-sumber Radar Bromo terungkap bahwa Hartono disebut-sebut sempat berboncengan dengan istri Niman, yakni Siti Nur. Itu terjadi beberapa hari sebelum pembunuhan.

Rupanya kabar itu sampai ke telinga Niman. Saat itu sebenarnya biduk rumah tangga Niman dan Siti Nur sedang goyah. Mereka disebutkan pisah ranjang. Tapi, diboncengnya Siti Nur oleh Hartono, tetap saja membuat Niman tak terima.

Nah, saat bertemu dengan korban pada Senin (10/5) jelang maghrib itu, Niman disebutkan sempat mempersoalkan masalah itu. Tapi, Hartono menyangkal, bahkan menyinggung-nyinggung pasal keretakan hubungan Niman dengan istrinya.

Lalu, seperti yang terjadi dalam rekonstruksi kemarin, Hartono yang disebutkan kali pertama menghunus celurit. Namun, sebelum sempat Hartono mengayunkan celurit, Niman lebih dulu menembakkan pistol FN modifikasinya. "Saya refleks," kata Niman dalam rekonstruksi.

Salah satu sumber kuat Radar Bromo lainnya, menjelaskan motif asmara tersebut merupakan akumulasi dari konflik antara Niman dengan korban. Sebelum beredar kabar kedekatan Hartono dengan Siti Nur, hubungan Niman dengan Hartono sudah renggang.

Gara-garannya mereka beda pendapat terkait pemilihan kepala Desa (Pilkades) Andungsari sebelumnya. "Korban itu bertentangan dengan tersangka. Saudaranya tersangka itu maju dalam pilkades Andungsari lalu," kata sumber tersebut.

Walau tidak sampai berujung kontak fisik, ketaksepahaman terkait pilkades itu diduga masih memicu dendam Niman terhadap Hartono. Dan kabar diboncengnya Siti Nur oleh Hartono menjadi puncak kemarahan Niman.

Sayangnya, Wadan Denpom Mayor CPM Didik Haryadi saat ditemui Radar Bromo di lokasi rekonstruksi kemarin enggan memberikan keterangan soal motif sebenarnya. "Lebih jelasnya ke bagian penerangan Kodam V Brawijaya," katanya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161743

Serma Niman Tersangka Pelaku Mutilasi

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]

Sempat Salat Maghrib sebelum Memutilasi


TIRIS - Misteri kasus mutilasi dengan korban Hartono, alias To, 30, warga Dusun Kongsi, Desa Andungsari, Tiris Kabupaten Probolinggo akhirnya terungkap. Serma Niman, anggota TNI yang berdinas di Koramil Kraksaan telah ditetapkan Denpom Malang sebagai tersangka tunggal dalam kasus tersebut.

Denpom Malang memang tidak memberikan penjelasan secara resmi. Tapi penetapan Serma Niman sebagai tersangka menjadi jelas dengan langkah Denpom Malang menggelar rekonstruksi kasus mutilasi tersebut kemarin (31/5).

Rekonstruksi dilakukan mulai pukul 09.20 di tempat kejadian perkara (TKP), yakni di kawasan hutan kopi di dusun Segaran Duwes, Desa Andungsari, Tiris. Saat itu Serma Niman sudah berperan menjadi tersangka tunggal.

Ia datang ke lokasi dengan pengawalan ketat petugas kepolisian dan TNI. Tangan kanan dan kiri Niman terpasang dua borgol. Masing-masing dipasangkan pada tangan dua anggota Denpom. Pagi itu Niman memakai baju tahanan militer berwarna oranye dengan menggunakan penutup kepala balaclava.

Begitu turun dari mobil Ford Ranger yang di dalamnya juga terdapat Wadan Denpom Malang Mayor CPM Didik Haryadi, Niman langsung melakukan prores rekonstruksi tersebut.

Dari rekonstruksi tersebut baru terungkap bagaimana sadis dan dinginnya Niman membunuh dan memutilasi Hartono hingga jadi sembilan bagian pada Senin (10/5) lalu. Kronologi yang tersusun berdasar rekonstruksi itu, mulanya Hartono yang seorang petani dan pencari kayu sedang dalam perjalanan pulang setelah mengisi pulsa di sebuah konter HP.

Saat itu ia mengendarai sepeda motor mochin. Lalu di jalan makadam desa Andungsari, Hartono berpapasan dengan Serma Niman. Saat itu sedang turun hujan. Niman mengendarai motor Honda GL miliknya.

Lalu entah apa yang diomongkan Niman dan Hartono saat berpapasan itu. Yang pasti, Niman dan Hartono kemudian bergeser ke arah hutan kopi di dusun Segaran Duwes.

Persisnya di tepi sungai Salak di tengah hutan kopi itu, terjadi cekcok. Diduga, dalam cekcok itu Niman mempersoalkan kedekatan Hartono dengan istri Niman, Siti Nur. Kebetulan beberapa hari sebelum kejadian tersebut, Niman sempat mendengar kabar kalau isterinya pernah dibonceng oleh korban.

Cekcok mulut berujung pembunuhan. Korban mengeluarkan sebuah celurit yang ia bawa di cepitan sarungnya. Melihat korban membawa celurit dan akan mengayunkan ke arahnya, Niman pun panik.

Dalam keadaan panik tersebut, Niman mengeluarkan pistol FN modifikasi dari balik celananya. "Saya langsung refleks mengeluarkan senjata," ujar Niman lirih saat rekonstruksi kemarin sambil memperagakan penembakan tersebut.

Tembakan itu mengenai dada kiri korban sampai tembus punggung. Tembakan itu persis mengenai paru-paru sebelah kiri dan masuk ke tulang punggung ke-11. Hartono pun langsung roboh dan tewas.

Niman mengaku sempat menyesal. Ia mengaku sempat meneteskan air mata saat itu. "Sempat nangis," ujar Niman lirih. Selanjutnya, Niman menyeret mayat korban ke pinggir sungai dan ditutupi dua lembar daun pisang. Motor korban pun juga disembunyikan dengan daun pisang di TKP.

Usai menyembunyikan mayat dan motor korban, Niman sempat pulang dengan memakai motor Honda GL-nya. "Saya pulang, terus salat maghrib dulu," kata Niman.

Sekira setengah jam selanjutnya, Niman kembali ke lokasi tempat ia meletakkan mayat korban. Namun saat kembali itu, Niman tidak membawa motornya di lokasi penembakan tadi. Ia menyembunyikan motornya di pinggir jalan makadam, persisnya beberapa meter dekat lokasi pertemuan pertama dengan korban.

Saat itu Niman kembali dengan membawa golok untuk memotong-motong tubuh korban. Bagian pertama yang ia potong adalah kepala korban. Selanjutnya ia memotong tangan kanan, dilanjutkan dengan tangan kiri dan kaki kanan bawah lutut. Potongan-potongan tubuh tersebut langsung ia taruh di sebuah karung plastik yang sudah ia bawa dari rumah.

Setelah dimasukkan dalam karung, potongan-potongan tubuh tersebut dibawa ke atas bukit hutan kopi dengan melewati arus sungai ke arah atas. Sementara bagian lain tubuh korban masih di tinggalkan dengan hanya ditutupi daun pisang kembali.

Bagian-bagian tubuh yang pertama dimutilasi itu kemudian dimasukkan ke sebuah ceruk tepi sungai. Jaraknya dengan lokasi tempat Niman memutilasi sekitar 100 meter.

Walau tak begitu jauh, medannya sangat berat. Dalam rekonstruksi kemarin, beberapa personel TNI, polisi maupun wartawan pun sempat kesulitan. Beberapa kali rombongan yang mengikuti proses rekonstruksi tersebut pun juga tak jarang sempat terjatuh karena terpeleset.

Di sebuah ceruk tepi sungai, Niman memasukkan potongan dua tangan dan satu kaki. Lantas ia kembali melanjutkan perjalanannya ke arah atas dengan membawa potongan kepala yang masih terbungkus dalam karung plastik.

Beberapa puluh meter dengan ceruk tersebut, Niman lantas berhenti di lokasi tempat ditemukannya 5 lubang yang mengubur beberapa bagian tubuh korban. Di lokasi tersebut, Niman awalnya mengeduk lubang. Pertama kali ia letakkan senjata FN, beserta beberapa barang bukti lainnya seperti peluru, minyak pelumas dan fotokopi KTP yang juga tertinggal di lokasi.

Namun sejumlah barang bukti tersebut masih belum dikubur, hanya ditaruh di lubang yang digali dari belati. Sementara bagian kepalanya digeletakkan begitu saja. Beberapa menit kemudian, Niman kembali turun untuk kembali memotong-motong bagian tubuh lainnya menjadi lima bagian.

Lantas sisa lima bagian tubuh tersebut kembali ia bawa dengan karung plastik. Niman pun kembali ke lokasi tempat ia menaruh potongan kepala dan beberapa barang bukti lainnya.

Usai sampai di lokasi, Niman mengubur potongan enam bagian potongan tubuh tersebut di empat lubang. Satu lubang dibuat untuk mengubur baju, sarung dan celana dalam korban.

Tuntas mengubur semua bagian tubuh dan barang bukti, Niman pun kembali turun dari hutan kopi, kembali ke lokasi tempat memotong-motong dan penembakan. Motor korban yang sempat ia sembunyikan dengan daun pisang, ia naiki. Motor itu lantas dibuangnya di sungai Jatiroto. Sampai sekarang ini bangkai motor itu masih belum ditemukan.

Tim dari Denpom pun juga melakukan rekonstruksi pembuangan motor tersangka tersebut di sungai Jatiroto. Sementara itu, Wadan Denpom Malang Mayor CPM Didik Haryadi, saat ditemui sejumlah wartawan usai rekonstruksi tersebut melakukan aksi tutup mulut kepada media.

Didik enggan menjelaskan secara detail hasil pemeriksaan atas Serma Niman. Awalnya ia meminta didampingi Kapolres Probolinggo AKBP AI Afriandi saat memberikan keterangan. Namun, karena saat itu Kapolres sudah turun, wawancara pun urung dilakukan.

Wadan Denpom lalu berjanji akan memberikan keterangan saat di Polsek Tiris. Tetapi saat itu, rombongan dari Denpom ternyata hanya mampir sejenak di Koramil Tiris dan langsung bablas ke Jember untuk rekonstruksi pembuangan motor korban.

Sedangkan Dandim 0820 Probolinggo Letkol Arh Budhi Rianto ketika ditemui sejumlah wartawan juga enggan memberikan komentar banyak. "Sudah diserahkan ke Denpom Malang," katanya.

Sementara Kapolres AKBP AI Afriandi saat dikonfirmasi Radar Bromo mengaku kasus tersebut sudah tergambar dari rekonstruksi yang telah dilakukan denpom Malang. "Semuanya sudah jelas tadi," katanya.

Dalam rekonstruksi tersebut terungkap hanya terdapat satu tersangka tunggal yang anggota TNI Serma Niman. Dengan begitu, menurut Kapolres, proses atas kasus tersebut bakal diambil alih oleh Denpom Malang. "Besok (hari ini) hasil lidik yang telah kami lakukan akan kami serahkan ke Denpom kalau diminta," beber mantan Kapolres Bondowoso tersebut.

Kapolres menerangkan dalam proses rekonstruksi kemarin, pihaknya hanya bertugas sebagai pengamanan jalannya rekonstruksi. "Total kami menurunkan 170 personel pengamanan. Sedangkan dari Kodim dan Denpom juga ada," beber Kapolres. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161742

Kurangi Orang Gila

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
MESKI selalu dianggap menyusahkan, namun orang gila tidak boleh dikesampingkan. Sebab munculnya gejala kejiwaan bukan tanggung jawab penderita semata. Namun tanggung jawab masyarakat. "Jangan dianggap sampah masyarakat," ujar dr. Agus Ciptosantoso, kepala Puskesmas Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo.

Menurut Agus, orang menjadi gila disebabkan banyak hal. Di antaranya, karena sakit, faktor genetik, maupun faktor psikis. Hal itu menurut Agus, harus diperhatikan oleh masyarakat. "Masyarakat cenderung apatis pada orang gila. Bahkan tak jarang menyumpahi mereka," katanya.

Puskesmas Krejengan sendiri lanjut dia, sudah melakukan perawatan pada sejumlah orang gila. Agus mengatakan, pihaknya sudah dua kali melakukan pengobatan pada orang gila. "Sebagai bagian dari upaya penyembuhan," tuturnya.

Pengobatan tersebut menurut Agus, tidak hanya bagi warga Kecamatan Krejengan. Namun juga warga Kabupaten Probolinggo di kecamatan lain. Hanya saja kata dia, pengobatan dilakukan secara bertahap. "Sebab tenaga kita juga terbatas," terangnya.

Ke depan Agus berjanji, pihaknya akan terus melakukan pengobatan dan pemantauan terhadap perkembangan orang gila. Termasuk menangani pasien yang sebelumnya tidak masuk dalam pendataan.

Agus berharap, warga mendukung program tersebut. Sebab, keberadaan orang gila harus ditekan hingga sekecil mungkin. "Kita harus mempertimbangkan sisi kemanusiaan," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161741

Pelajar Singapura Berkunjung ke Sukapura

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
SUKAPURA - Sebanyak 18 pelajar dan 2 guru dari Anglo Chinese School Independent, Singapura berbagi ilmu dengan para pelajar di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, sejak Sabtu (29/5).

Mereka berbagi dengan para pelajar di tiga SDN, yakni SDN Sukapura 1, SDN Sapikerep 1 dan SDN Sapikerep 2. Selama tiga hari, mereka saling bertukar pengalaman dan budaya masing-masing.

Para murid dari tiga SD itu menyambut baik kedatangan mereka. Bahkan, kedatangan mereka disambut dengan berbagai macam penampilan seni dan budaya. Mulai seni tari, hingga tarik suara alias menyanyi.

Seperti yang dilakukan oleh murid-murid dari SDN Sukapura 1. Mereka menyabut kedatangan pelajar negara tetangga itu dengan iringan musik kentrungan. Lalu, dipersembahkan tari Bandeng Nener oleh murid-murid dari SD tersebut.

"Sebenarnya masih banyak yang ingin kita tampilkan. Tapi, jadual mereka sangat padat. Sehingga, tidak bisa ditampilkan semua," ujar Kepala SDN Sukapura 1 Nurchabibah.

Sedangkan para pelajar dari negeri singa itu, mengajak para murid SD tersebut bermain dan belajar bersama. Salah satunya, belajar bahasa Inggris dengan metode lebih mudah. Juga mengajak bermain outbond.

Kontan, berbagai permainan itu membuat para murid SDN Sukapura 1 sangat senang. Sebab, game-game yang dibawa para pelajar luar negeri itu tidak pernah mereka temui sebelumnya. "Tentu mereka (para murid SDN Sukapura 1, Red) sangat senang, karena game-game yang dipersembahkan belum pernah mereka temui," jelas Nurchabibah.

Dari SDN Sukapura 1, Senin (31/5) mereka melanjutkan perjalanan ke SDN Sapikerep 1 dan 2. Di sana, para pelajar itu lebih banyak menggelar bakti sosial. Misalnya, membantu menghias dinding sekolah, sampai menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah.

Tidak hanya itu, mereka juga mengajak para murid SDN Sapikerep 1 belajar aerobic. Juga belajar mengenal budaya-budaya negara Singapura. "Banyak yang telah diperbuat mereka. Dari membantu menghias dinding sekolah, hingga belajar budaya," ujar Kepala SDN Sapikerep 1 M Musthofa.

Hiasan dinding yang mereka buat pun cukup apik. Semisal, gambar pemandangan luar angkasa, pemandangan di bawah laut dan sebuah kota yang terdapat di Singapura. "Tujuannya adalah untuk mengenalkan permainan-permainan kami. Dan, kami juga ingin belajar tentang budaya bangsa ini," ujar Albert Arron Pramono, ketua tim pelajar itu.

Menurutnya, para pelajar yang ikut ke Sukapura itu tidak semuanya dari Singapura. Tapi, berasal dari empat negara. Yakni, Singapura, China, Vietnam dan Indonesia. "Kalau yang dari Indonesia ada yang dari Bandung, Medan, Jakarta, Malang dan Surabaya. Mereka adalah para pelajar di Anglo Chinese School Independent Singapore," jelasnya. (rud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161740

Yakin Pertahankan Adipura

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
KRAKSAAN - Sejauh ini belum ada informasi mengenai hasil penilaian tim Adipura tahun ini. Namun Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Probolinggo yakin, Adipura bisa dipertahankan. Sebab pada masa penilaian, Kraksaan sebagai kota kecil meraih nilai yang terbilang baik.

Sekretaris BLH Samari Kusmayadi menegaskan, penilaian untuk kota Kraksaan dilakukan pada 5 Mei 2010. Saat itu tim verifikasi terdiri dari empat orang. Yakni, dua orang dari pusat regional (pusreg) dan dua orang dari BLH Jawa Timur.

Kepala BLH Dewi Korina menambahkan, biasanya pengumuman hasil penilaian disampaikan tiga hari menjelang pemberian Adipura. Sementara penyerahan penghargaan Adipura akan dilakukan pada 5 Juni 2010. "Sisa empat hari lagi," ujar Dewi.

Penghargaan biasanya diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan diterima langsung oleh kepala daerah. "Yakni bupati (Hasan Aminuddin)," katanya.

Pengumuman sendiri kata dia, akan disampaikan ke kabupaten besok (2/6). Itupun jika tidak ada perubahan jadwal. "Penilaian verifikasi dilakukan selama sebulan," katanya.

Sama dengan Samari, perempuan berjilbab ini juga yakin, Kota Kraksaan akan meraih Adipura untuk kali ketiga. Sebelumnya menurut Dewi, Kraksaan sudah memperoleh dua kali Adipura. Yakni pada 2008 dan 2009.

Jika berhasil meraih yang ketiha, maka hal itu kata dia akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kabupaten Probolinggo. "Akan menjadi prestasi yang harus dipertahankan," harapnya.

Sebab Dewi menilai, penghargaan Adipura bukan hanya kebanggaan Pemkab Probolinggo. Namun juga kebanggaan seluruh masyarakat Kabupaten Probolinggo. Oleh karena itu, Dewi berharap masyarakat ikut mendoakan upaya tersebut. "Mohon doa restunya. Lebih-lebih pada masyarakat Probolinggo," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161739

Catat Dua Kelemahan Perahu Layar

[ Selasa, 01 Juni 2010 ]
Dedy Isfandi: Siapkan Uji Coba Lanjutan

KRAKSAAN - Uji coba penggunaan perahu layar oleh Pemkab Probolinggo melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), dua hari lalu mulai dikritisi nelayan pemilik prahu. Sunarji, 47, warga Desa Kalibuntu, Kraksaan sebagai pemilik mencatat beberapa kekurangan perahu layar.

Dia mengatakan, perahu dengan layar memang cukup nyaman dioperasikan. Terutama ketika angin laut dan ombak sedang stabil. "Biaya melaut bisa irit," katanya.

Namun, ada dua kelemahan mendasar pada perahu jenis ini. Pertama, pemasangan layar cukup memakan tempat di dek kapal. Hal ini menurut Sunarji tidak efektif. Sebab, nelayan tidak bisa menjaring ikan. "Sama sekali tidak bisa," tuturnya.

Selanjutnya kata Sunarji, layar tidak bisa berkompromi dengan cuaca buruk. Jika ada ombak besar dan angin laut kencang, layar malah bisa membuat perahu terbalik. "Itu yang saya khawatirkan," ujarnya.

Diberitakan Radar Bromo, DKP melangsungkan uji coba penerapan perahu layar pada perahu jenis purse seine. Menurut Kepala DKP Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi, tujuan program itu untuk mengurangi pengunaan BBM ketika melaut. Sehingga, cost melaut yang tinggi dapat dikurangi. Bahkan hingga 30 persen per tahun.

Untuk mewujudkan program tersebut, DKP pemkab menggandeng tim program rancang bangun layar Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Kota Semarang. Kapal yang diujicobakan yakni, KM Maju milik Sunarji.

Sunarji pun langsung mengiyakan. Namun dengan beberapa syarat. Yakni, biaya melaut dan pemasangan layar sepenuhnya ditanggung DKP Kabupaten Probolinggo. "Karena setuju, langsung saya iyakan," sahutnya.

Namun baru diujicobakan, Sunarji langsung bisa menilai kelemahan perahu yang menggunakan layar. Salah satunya, tidak bisa menjaring. Padahal, kapalnya mempunyai sekitar 15-20 awak. Mereka sengaja dipekerjakan untuk menjaring ikan.

Lebih lanjut Sunarji menjelaskan, jaring yang dimiliki kapal panjangnya 300-400 meter. Jika ada layar dan beberapa perlengkapan, maka penjaringan tidak bisa dilakukan. "Untuk perjalanan oke. Kalau untuk menjaring, tidak bisa digunakan," ujar Sunarji.

Saat dikonfirmasi Radar Bromo, Kepala DKP Dedy Isfandi tidak menampaik kekhawatiran nelayan. Bahkan dia sudah memprediksi bahwa dua hal itu akan menjadi kekhawatiran para nelayan.

Terutama untuk perahu yang menggunakan layar. "Hal itu sudah kami perhitungkan sebelumnya," ujar Dedy.

Karena itu, pihaknya juga sudah menyiapkan solusi. Yakni, melakukan program lanjutan tentang cara penggunaan layar ketika sedang melaut. Dedy mengatakan, program kedua memang tidak bisa dilaksanakan bersamaan dengan program pertama.

Sebab, ada dua kendala. Yakni keterbatasan dana dan waktu. "Dana program terbatas. Sementara tim dari Semarang hanya seminggu di sini," terangnya.

Lebih rinci Dedy memberikan penjelasan. Layar digunakan ketika berangkat hingga tiba di fishing ground. Selanjutnya layar dilipat. Saat itulah nelayan bisa melepas jaring ikan. Termasuk ketika mengangkat jaring. "Tata cara itu yang akan dilakukan di program lanjutan," ujar Dedy.

Dedy mengaku belum bisa memastikan kapan program lanjutan tersebut dilaksanakan. Namun kata dia, pihaknya sudah melakukan persiapan. "Nanti kami kabari pelaksanaannya," jawabnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=161738