Sabtu, 24 Juli 2010

Menara BTS Mangkrak 13 Tahun Dipersoalkan Warga

Sabtu, 24 Juli 2010 | 11:54 WIB

PROBOLINGGO - Setelah mangkrak 13 tahun, menara based tranciever station (BTS) milik Mobile Selular Indonesia di Kel. Kedopok, Kec. Kedopok, Kota Probolinggo diakuisisi PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI). Belakangan, sebagian warga setempat mempermasalahkan proses perizinan yang diajukan PT STI.

Penyelesaian yang dimediasi pihak Kecamatan Kedopok sejak Maret lalu mengalami jalan buntu. “Pemkot akhirnya mengambil alih penyelesaian kasus ini, apalagi pihak Sampoerna juga ingin segera mengoperasikan tower tersebut,” ujar Walikota HM. Buchori SH MSi saat bertemu dengan 8 warga Kedopok di Pemkot Probolinggo, Jumat (23/7) siang.

Dalam pertemuan tersebut, walikota mengingatkan, pengoperasian tower itu akan memberikan pemasukan asli daerah (PAD). “Tolong masalah ini dirembuk yang baik dengan pihak Sampoerna. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan,” ujarnya.

“Yang diundang Pak Wali sebenarnya 10 orang, yang 2 sakit. Semuanya belum setuju pengoperasian menara, juga belum menerima uang kompensasi,” ujar Pagih usai pertemuan. Ke-8 warga itu masing-masing, Pagih, Suhar, Sidang, Ali (Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/LPM), Sinto (Ketua RT 6), Pak Le (Ketua RW 2), Nafsi, dan Azis.

Pagih sendiri mengaku belum bisa menerima dana kompensasi karena belum ada kesepakatan soal pengoperasian menara itu. “Ketika saya tidak di rumah, istri saya didatangi dua petugas, seorang berseragam polisi, seorang berseragam TNI,” ujarnya.

Kedua petugas itu mengatakan, semua warga sudah setuju pengoperasian menara yang mangkrak 13 tahun itu. “Kepada istri saya petugas itu mengatakan, ‘kalau ibu tidak setuju, tidak bakal menerima uang Rp 300 ribu’,” ujar Pagi.

Pagih menilai, sebagian warga sempat tersinggung dengn cara-cara PT STI yang tiba-tiba hendak mengoperasikan tower. “Kalau sejak awal kami diajak berembuk, tidak ada masalah,” ujarnya.

Sebagian warga lain mempertanyakan, apakah tower yang mangkrak sejak 13 tahun silam itu masih aman. Soalnya, mereka khawatir tower setinggi 92 meter itu rawan ambruk. Pagih menambahkan, tower itu mula-mula dibangun pada 1996, dan selesai pada 1997 lalu. Meski tanpa mengantongi izin (Undang-Undang Gangguan/Hinder Ordonantie) dari masyarakat, menara yang dibangun semasa Orde Baru itu tetap berdiri.

”Maklum saat itu masa Orde Baru. Bahkan pernah ada Polsek dan Koramil mendatangi lokasi proyek malah dihalau oleh tentara Kopassus,” ujar seorang warga. ”Menara setinggi 92 meter itu juga jadi sasaran sambaran petir. Santri-santri di Pesantren Sirajul Mubtadi’in di sebelahnya sampai ketakutan di saat musim hujan,” sambung Pagih.

Meski dikhawatirkan sebagian masyarakat, Agung dari PT STI menilai, bangunan tower BTS setinggi 92 meter itu aman. ”Itu menara Mobile Selular Indonesia yang kemudian diakuisisi Sampoerna Telekomunikasi. Konstruksinya aman, bisa bertahan hingga puluhan tahun,” ujarnya.

Soal petir yang sering menyambar puncak tower, kata Agung, karena kawat dari penangkal petir yang menembus bumi (ground) terputus.PT STI pun kemudian membenahi kawat penangkal petir itu.

Data BTS itu terlihat jelas pada lempeng logam di kaki tower BTS itu. Yakni, tipe dan tinggi menara: A setinggi 92 meter, pemilik: Mobile Selular Indonesia, kontraktor: PT Karunia Berca Indonesia, tanggal produksi: 16 Mei 1997, tanggal pemasaran: 08 Juli 1997.

Setelah mengakuisisi, PT STI bermaksud mengoperasikan tower BTS yang mangkrak 13 tahun itu. ”Kami pun bermaksud mengajukan izin ke tetangga kiri-kanan,” ujar Agung. Ternyata, sebagian warga menolak keberadaan menara itu. ”Padahal menara ini bisa memberikan pemasukan ke kas daerah,” ujar mantan wartawan terbitan Bandung itu.

Terkait penolakan sebagian warga, Ketua Komisi C, Nasution meminta Camat A. Sudianto untuk mempertemukan warga setempat dengan PT STI. ”Mungkin ada miskomunikasi, camat harus mengumpulkan warga, diajak duduk bersama,” ujar politisi PDIP itu. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=48bad81a248a58b3f358dca7495142c1&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Polres Samarkan Kasus Penembakan Anggotanya

Sabtu, 23 Juli 2010

Probolinggo - Surya- Polres Probolinggo terkesan menyembunyikan kasus dugaan peluru nyasar yang mengenai dua korban, satu warga sipil, Rubiyanto, 18, asal Desa Karangrejo, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Probolinggo, dan satu anggota Polsek Kuripan, Bripka HM, asal Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo.

Indikasi itu terlihat dari lambannya proses penyelidikan yang dilakukan polres, setelah kasus itu mencuat dua hari lalu. Padahal, hasil pemeriksaan medis terhadap dua korban di RSUD Dr M Saleh Kota Probolinggo menyebutkan, luka yang dialami keduanya akibat serpihan peluru tajam atau proyektil peluru.

Namun, hingga Jumat (23/7), Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan belum mengungkap soal kronologis, termasuk pelaku dalam kejadian tersebut. “Belum ada perkembangan. Masih lidik (penyelidikan). Saya sekarang rapat di Batu (Malang),” katanya kepada Surya melalui kalimat pesan pendek ponselnya.

Tak pelak, lambannya proses penyelidikan itu menuai protes dari kalangan LSM. Salah satunya dari Ketua LSM Aliansi Masyarakat Peduli Probolinggo H Lutfi Hamid. Menurutnya, kasus dugaan peluru nyasar itu, membuat sejumlah elemen masyarakat menjadi penasaran. “Ini terkait pertanggungjawaban polisi dalam menggunakan senjata api. Kalau memang ada anggota bersalah, maka polisi harusnya sportif,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, diduga tertembak peluru tajam, dua korban dirawat di RSUD Dr M Saleh Kota Probolinggo, Rabu (21/7). Kepastian soal luka disebabkan peluru tajam dijelaskan dokter spesialis bedah RSUD Dr M Saleh, dr Muhammad Ali Yusni, yang menangani korban.

Beragam versi, disebut-sebut kedua korban tertembak akibat peluru nyasar saat berburu babi hutan di daerah Kuripan. “Memang daerah kuripan ini, sering dijadikan area berburu babi hutan. Tapi, soal kasus itu saya kurang paham,” terang salah satu anggota DPRD dari daerah Kuripan, Ribut Fadillah kepada surya.

Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan dalam keterangan persnya kepada wartawan, masih berkelit dan terkesan menutup-nutupi kronologis kejadian yang sebenarnya.ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/07/24/polres-samarkan-kasus-penembakan-anggotanya.html

JMF (JOB MARKET FAIR) 2010 DI KOTA PROBOLINGGO

Rabu, 21 Juli 2010

Pemerintah Kota Probolinggo menggelar kembali JMF (Job Market Fair), pada hari Rabu (21/7). kegiatan bursa kerja yang dilaksanakan setahun sekali dengan dihadiri oleh yang sedang mencari pekerjaan untuk mendapatkan pekerjaan. JMF di selenggarakan di BLK (Balai Latihan Kerja), tepatnya Jl. Brantas Km. 1 Kota Probolinggo.

Acara dibuka oleh Kepala Disnaker Kota Probolinggo, Didik Sudiknyo. “Dari tim penelusuran dan penerimaan data, peangguran di Kota Probolinggo mengalami kenaikan yang cukup signifikan, ini berarti betapa pentingnya kesemptan yang ada untuk bekerja secara optimal, jadi janganlah disia – siakan momen penting ini dengan kegiatan yang telah dianggarkan dari APBD hanya diperuntukan kemakmuran rakyat”, tegas Didik Sudiknyo.

“Maka teruslah berusaha dan tingkatkan SDM yang benar – benar bisa dimanfaatkan untuk lingkungan sekitar. Dengan melihat Lapangan Pekerjaan yang terbatas dibanding dengan pencari kerja, maka sangat diperlukan SDM yang benar – benar berkualitas untuk berkonpetisi. Kita harus bersyukur karena sudah ada 43 perusahaan yang bergabung dalam acara JMF ini, diantaranya, 37 perusahaan dari Kota Probolinggo, 3 perusahaan dari Jember, 2 perusahaan dari Kota Sidoarjo dan 1 perusahaan dari Kota Surabaya”, tambah Didik Sudiknyo.

JMF yang dihadiri oleh Walikota Probolinggo, HM. Buchori dengan didampingi Wakil Walikota, H. Bandyk Soetrisno, Sekda, Johny Haryanto, Kepala masing – masing SKPD, dan Ibu – ibu PKK, serta turut diundang Wakil Kapolres Kota Probolinggo, Gathut Irianto.

Kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh HM. Buchori, “Saya sangat salut dengan apa yang terjadi di negara Jepang, karena disana pengganguran sangat minim, sekitar 7% dari total penduduk di Jepang, itu menandakan betapa kompetitif SDM, pesatnya perkembangan dan inisiatif masyarakat Jepang untuk selalu maju, dengan meningkatkan kreatifitas – kreatifitas guna menghasilkan ide dalam bentuk produk yang sangant menguntungkan bagi negara dan dunia, tapi dengan begitu kita semua harus optimis dan punya cita – cita yang tinggi. Saya sangat berharap semua kalangan masyarakat bisa berkontribusi untuk saling membantu dan tidak memilih – milih pekerjaan karena pekerjaan sulit dicari, syukur – syukur kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri”.

Dari wawancara yang diperoleh dengan beberapa pengunjung JMF seperti, Sulistianto, warga Kecamatan Mayangan, yang menuturkan, “Saya sangat senang karena masih ada kesempatan untuk bisa mendapatkan pekerjaan dengan ikut JMF ini, semoga lamaran yang saya tujukan ke CV. Megaperkasa bisa diterima dan mendapatkan jawaban secepatnya”, tutur Sulistianto. Beda setelah mendengar perkataan salah satu lulusan SMK 2010, Nita Kristawati yang begitu antusias ikut menyemarakan JMF 2010 untuk mendapatkan pengalaman pekerjaan yang sebanyak – banyaknya.

Download Daftar Lowongan Probolinggo JOB MARKET FAIR

Last Updated ( Rabu, 21 Juli 2010 )

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=313

CANGKRUKAN DI RUMAH WARGA KELURAHAN KEDUNGASEM

Rabu, 21 Juli 2010

Cangkrukan kegiatan rutin Pemerintah Kota Probolinggo, kali ini dilaksanakan pada hari Selasa (20/7) di halaman Rumah salah satu warga RW. 6 Kelurahan Kedungasem, Marlap. Kegiatan dimulai sekitar pukul 19.30.

Sebagian warga Kelurahan Kedungasem berkumpul di halaman rumah Marlap, dengan antusias dan rasa senang, karena keinginan untuk bertemu dengan pemimpin pemerintah, Walikota Probolinggo, HM. Buchori terpenuhi.

Cangkrukan juga dihadiri oleh semua Kepala SKPD Kota Probolinggo, Kapolres Kota Probolinggo, Agus Wijayanto dan para Muspida yang lain. Suara ketawa warga keluar dengan hangat memadati halaman rumah Marlap, sehingga suasana terasa lebih kocak, setelah ludruk Mukadi Cs mengeluarkan jurus pamungkasnya untuk menghibur warga Kelurahan Kedungasem.

HM. Buchori membuka cagkrukan, ”Alhamdullah kita telah diberi berkah dan rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa, karena dalam kesempatan emas ini kita bisa berkumpul untuk urung rembug guna memikirkan apa yang perlu kita rencanakan dan lakukan untuk kemajuan dalam mengembangkan Kota Probolinggo tercinta ini”.

Selanjutnya diberikan kesempatan masyarakat untuk berkeluh kesah, sehingga para Muspida yang datang bisa tahu apa yang perlu dilakukan dan siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk membangun usaha demi melengkapi kebutuhan hidup. Seperti halnya Mita, warga RW. 6 dan Suraipah, warga RT. 3 RW.5 yang berkeinginan mendapatkan suntikan dana untuk modal kerja. Serta yang ketiga, Nur Hapi, warga RT.3 RW.5, menginginkan supaya pemerintah bisa memberikan sumbangan timbangan duduk sebagai pelengkap usaha.

Kemudian dilanjutkan dengan pemberian sepatah kata oleh Agus Wijayanto, ”Dalam usaha untuk memajukan Kota Probolinggo sangat diperlukan dukungan seluruh Elemen masyarakat, salah satunya action yang perlu dilakukan ialah selalu menjaga keamanan dan ketentraman lingkungan sekitar supaya masyarakat bisa merasakan kenyamanan yang kerkelanjutan dari waktu ke waktu”.

Tak beda jauh dengan apa yang disampaikan oleh Kapolres Kota Probolinggo, Komandan Kodim, Hery Sutiyono menyampaikan, ”Selain keamanan, ketrentaman oleh masyarakat, juga sangat diperlukan kedisiplinan masyarakat untuk menumbuhkan lagi Siskampling. Karena dengan Siskampling warga bisa tahu tingkat keamanan lungkungan sekitar, dengan begitu secara langsung bisa mengetahui, siapa saja yang keluar masuk kampung sebagai penduduk tetap maupun hanya sekedar berkunjung”.

Last Updated ( Kamis, 22 Juli 2010 )

Sumber: http://probolinggokota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=312

Pengukuhan Pengurus Cabang PTMSI

Selasa, 20 Juli 2010

Pengukuhan Pengurus Cabang PTMSI (Persatuan Tennis Meja Seluruh Indonesia) dilaksanakan di ruang Koni Kota Probolinggo, tepatnya dalam Lingkungan PDAM Kota Probolinggo, pada hari Selasa (20/7). Hadir Walikota Probolinggo, HM. Buchori, Sekda, H. Johny Haryanto, Asisten Pemerintahan, Agus Subagyono, dan terlihat juga Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata, Endro Suroso serta para Pengurus Cabang PTMSI Kota Probolinggo.

Acara dibuka oleh Kepala Cabang PTMSI Kota Probolinggo baru yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Zainullah, “Perkembangan Tennis Meja (TM) di Kota Probolinggo tergolong sangat cepat, ini merupakan harapan kita yang juga merupakan kontribusi yang besar untuk bisa membawa nama Kota Probolinggo sampai ke tingkat Nasional, Syukur – syukur sampai ke tingkat dunia. Oleh karena itu perlunya kepedulian kita semua untuk memberikan bimbingan dan motivasi yang tinggi sejak dini terhadap anak didik kita, supaya timbul tekad yang besar dari anak didik kita”, tegas Zainullah.

”Rencana akan ada Kompetision dalam memperingati hari 17 Agustus / Proklamasi pada tahun 2010 ini yaitu dengan event Walikota Cup. Tujuan diadakannya kompetisi ini, supaya bisa menghadirkan bibit – bibit unggul yang berkiprah di tingkat nasional. Kompetisi akan diikuti oleh Siswa – siswi SD, SLTP / MTs, dan SMU serta masih melibatkan penjabat – penjabat / umum di lingkungan Pemerintah Kota Probolinggo”, tambah Zainullah.

Kemudian moment yang ditunggu adalah Pengukuhan Pengurus Cabang PTMS periode 2010 – 2014. Pengukuhan Pengurus Cabang PTMSI dukukuhkan oleh Wakil Ketua Umum / Ketua Harian Pengurus Cabang PTMSI Prov. Jatim, Herry Moestamar.

Yang terakhir HM. Buchori memberikan sambutan, ”Sebenarnya di Kota Probolinggo terdapat 29 Pengcab (Pengurus Cabang), salah satunya sepak bola yang sekarang masih terus ditingkatkan kualitas pemain – pemainnya supaya penjadi pesebakbola yang profesional. Dan untuk memenuhi kebutuhan atlit kita diperlukan dana sebagai pemotivasi diri. Oleh karena itu kita telah menganggarkan dana sebesar 2,3 M. Jumlah ini tergolong kecil kalau dibanding dengan anggaran yang dikeluarkan oleh daerah yang lain. Semoga bukan hanya Cabang olah raga Tennis Meja saja yang berkembang, melainkan semua cabang olah raga Kota Probolinggo sama – sama mengembangkan sayapnya untuk bisa tampil dan beradu skill secara sportif”, lanjut HM. Buchori.

Last Updated ( Kamis, 22 Juli 2010 )

PKB Langsung Perbarui Pengajuan Muscab

[ Sabtu, 24 Juli 2010 ]
Berharap Dibahas di Musker DPP

KRAKSAAN - Penundaan musyawarah cabang (Muscab) DPC PKB Kabupaten Probolinggo memaksa panitia pelaksananya melakukan tindakan cepat. Yakni, memperbaharui pengajuan pelaksanaan Muscab. Hal itu penting dilakukan, agar Muscab bisa dilaksanakan secepatnya.

Dikonfirmasi Radar Bromo kemarin (23/7), Sekretaris DPC PKB merangkap ketua panitia Muscab Ahmad Badawi mengatakan, langkah itu sudah dilakukan DPC. Bahkan kata Memed -panggilan akrabnya-, pihaknya sudah mengirimkan surat pengajuan itu pada Rabu (21/7). "Sudah diantarkan. Dan ini sesuai mekanisme partai," ujar Memed.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Muscab PKB ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Penundaan itu disampaikan Ketua DPW PKB Jawa Timur Imam Nahrawi. Alasannya kata Imam, karena belum ada rekomendasi dari DPP PKB untuk pelaksanaan Muscab.

Sedianya Muscab DPC PKB kabupaten akan dilaksanakan pada 20-21 Juli. Sayangnya, sehari sebelum digelar (19/7) baru ada pemberitahuan penundaan Muscab. Ini tentu saja membuat panitia harus membatalkan Muscab mendadak. Padahal, persiapan teknis sudah rampung dilakukan.

Memed sendiri mengaku tidak menduga Muscab bakal ditunda. Sebab, hampir semua pihak di kalangan DPC PKB bersiap-siap menyongsong helatan tersebut.

Namun Memed menganggap penundaan itu sebagai sesuatu yang wajar. Apalagi, hal ini adalah persoalan politik. "Saya pikir ini biasa dalam politik. Namun kami menghormati keputusan tersebut," kata Memed saat dihubungi melalui ponselnya.

DPP PKB sendiri dijelaskan Memed, pada Kamis (22/7) sudah melaksanakan musyawarah kerja (musker). Memed berharap, agenda muscab DPC PKB Kabupaten Probolinggo juga dibahas di situ. Bahkan bisa diputuskan kapan pelaksanaannya. "Sehingga akan mempermudah proses dinamika partai," harapnya.

Meski ditunda, menurut Memed kelak lokasi Muscab tidak berubah. Yakni di Ponpes Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, Rangkang, Kraksaan. Draft materi muscab juga tidak mengalami perubahan. "Yang berubah hanya waktu pelaksanaannya saja," ujarnya.

Yang jelas kata Memed, pihaknya sudah mengomunikasikan masalah Muscab dengan DPW PKB dan diteruskan kepada DPP PKB. Hal ini menurut Memed, dilakukan sesuai prosedur semestinya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=171405

Pelakunya Lebih dari Satu Kelompok

[ Sabtu, 24 Juli 2010 ]
Soal 4 Pencurian Travo di Kabupaten

PAKUNIRAN - Kembali terjadinya pencurian travo membuat Polres Probolinggo harus bekerja ekstra. Sebab, pencurian itu diindikasikan dilakukan lebih dari satu kelompok. Bahkan kelompok tersebut cukup profesional.

Penegasan itu disampaikan Wakapolres Probolinggo Kompol Sucahyo Hadi di kantornya. Sucahyo mengatakan, pencurian dilakukan secara terorganisir. Bahkan, pelaku melakukan aksi secara rapi. "Hampir-hampir tak terlacak," ujarnya.

Seperti yang terjadi di Dusun Sumber Kledung I, Kecamatan Tegalsiwalan, baru-baru ini. Saat itu, pencurian travo diperkirakan terjadi dini hari. Begitu travo berhasil dicuri, aliran listrik langsung padam. Sayangnya, saat itu banyak masyarakat tak sadar. Sebab, mereka sedang tertidur lelap.

Sucahyo menjelaskan, hingga kini sudah terjadi 4 kali pencurian travo. Sayangnya, pihaknya belum berhasil membekuk pelaku satupun.

Namun, bukan berarti Polres hanya diam. Menurut Sucahyo, pihaknya terus mengumpulkan bukti dan melakukan penyidikan. Termasuk mengumpulkan temuan-temuan di lapangan.

Kini menurut dia, petugas sudah menemukan beberapa indikasi dan banyak petunjuk. Di antaranya, pencurian dilakukan beberapa kelompok. "Lebih dari satu kelompok. Yang mana? Itu tidak bisa diungkapkan," katanya.

Penyidikan kata Sucahyo memang dilakukan perlahan dan tidak gegabah. Sebab, Sucahyo menilai pelaku pencurian cukup rapi dalam menjalankan aksinya. "Jadi kami pun harus perlahan (dalam pengusutan). Sekalian dibekuk sampai ke akar-akarnya," sebutnya.

Sebab, pencurian travo cukup merugikan. Tidak hanya bagi masyarakat pengguna listrik. Namun juga pemerintah. "Sebab harga belinya cukup mahal," katanya.

"Yang jelas, pencurian travo termasuk masalah urgen untuk dipecahkan. Apalagi PLN adalah mitra kami dan masyarakat. Masyarakat juga harus membantu terungkapnya (kasus) ini. Agar tidak resah lagi," imbuhnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=171404

Kisah Keluarga Rudi Rahardja setelah Rumahnya Dikosongkan

[ Sabtu, 24 Juli 2010 ]
Tinggal di Trotoar, Mandinya di Alun-Alun

Sejak hari Sabtu (17/7) lalu, Rudi Rahardja dan keluarganya sudah tak punya tempat untuk berteduh. Ia dipaksa keluar dari rumah di sudut perempatan Jl Dr Saleh Kota Probolinggo, rumah yang bertahun-tahun ditempatinya. Kini, trotoar jadi tempat tinggalnya.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

BILA anda melintasi Jl Dr Saleh Kota Probolinggo, di perempatan sebelum gedung Pengadilan Negeri (PN) tersaji pemandangan yang menyayat. Di trotoar sisi timur terlihat banyak barang rumah tangga yang tertata tak rapi. Ada dipan usang, meja ruang tamu, lemari pakaian, kursi dan beberapa karung ukuran besar berisi pakaian.

Di balik lemari pakaian itu terdapat ruang sempit beralas baliho yang dipakai untuk tidur. Dari jalan raya terlihat dua buah pigora foto yang sengaja dipasang. Foto lelaki paling atas tertulis nama R.M Assan. Di bawahnya ada foto perempuan bernama R.R Lieke Asmanikam.

Foto itu sangat lawas, tapi masih tersimpan rapi. Di balik lemari itu Radar Bromo berjumpa dengan seorang pria. Wajahnya tidak asing. Ia kerap mengikuti kegiatan sebuah partai politik dan bersepeda. Namanya Rudi Rahardja.

Kamis (22/7) siang itu Rudi sedang membaca sebuah surat. "Eh.. mari, silakan. Ini sedang membaca surat pengaduan yang saya kirim ke wali kota," tutur Rudi sambil kebingungan menerima Radar Bromo. Ia sudah tidak punya tempat tamu. Perbincangan mengalir di pinggir jalan, tempat Rudi bermalam.

Bila dihitung hari ini tepat sepekan lamanya Rudi beserta istri dan anaknya tak punya tempat tinggal. Selama seminggu ini pria kelahiran 18 September 1959 itu tidur di trotoar jalan. Di atas baliho yang sengaja dipakai untuk alas. Tujuh hari juga Rudi tidur terpisah dengan istri dan kedua anaknya.

"Kalau mandi saya ke alun-alun. Itu pun satu hari sekali," ujar suami dari Ayu Juleha ini. Bagaimana dengan keluarganya? Setiap malam Rudi yang selalu tidur di pinggir jalan sembari menjaga sisa barang yang dimilikinya. Sedangkan Ayu dan kedua anaknya, ditambah anak asuh mereka harus tidur pindah-pindah. Terpaksa menumpang ke sana ke mari.

Pasangan Rudi-Ayu memiliki dua anak, Riza Megasari, 17 dan Andrean Supriyanto, 3. Pasangan yang menikah tahun 1992 lalu itu juga punya anak asuh, anak dari kakak ipar Rudi, yaitu Salim dan Yatim Fadilah.

Semenjak tak punya tempat tinggal lagi, istri dan anak Rudi terpaksa menumpang ke orang tua Ayu di Desa Pohsangit Lor, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo. Lain itu, mereka menginap di rumah saudara mereka di daerah Mayangan

Tak lama berselang setelah perbincangan siang itu, Ayu datang bersama Riza. Mereka menceritakan nasib yang dialami kini. Rudi bertutur, ia sudah tinggal di rumah itu sejak lahir.

Menurut Rudi, rumah itu adalah rumah kakeknya bernama lengkap R.M Assan Suryo Sentono. Assan tinggal di rumah peninggalan zaman Belanda sejak tahun 1937. Assan memiliki anak bernama Lieke Asmanikam Assan. Rudi adalah anak tunggal Lieke.

Rumah di atas tanah seluas lebih dari 4000 m2 yang ditinggali Rudi dan nenek moyangnya berada di Jl Dr Saleh nomor 13 dan 15. Menurutnya, tanah itu dimiliki oleh tiga orang. Separo milik Frits Willem Croes, seperempat punya Yayasan Sanatorium To Batu, dan seperempat milik Goendi Suwarno.

Assan menguasai setengah dan semperpat bagian tanah di Jl Dr Saleh nomor 15. Sisanya bagian Goendi Suwarno di Jl Dr Saleh nomor 13. Pada 1937 kakeknya masih berstatus Direktur Pekerjaan Umum Probolinggo dan menguasai tanah tersebut hingga Indonesia merdeka. "Kakek membayar pajak persil ke kantor Versluist Belanda di Surabaya," kata Rudi.

Pada 1953 Assan meninggal dunia. Urusan rumah diserahkan ke Loekiatin, istri Assan dan putra-putrinya, termasuk Lieke. Lieke kemudian menikah dengan Kapten CPM Abdul Kadir Tuakia. Pasangan ini lalu punya anak, Rudi Rahardja.

Rumah tangga Lieke dengan Abdul Kadir Tuakia tidak bertahan lama. Pasangan itu bercerai. Rudi tetap ikut ibunya. Rumah tinggal yang ditempati keluarganya berubah jadi rumah kos. Lieke menikah lagi dengan seorang penghuni kos, Y.H.K Soedjak asal Bojonegoro. Dari pernikahan keduanya Lieke tidak memiliki keturunan.

Loekiatin pindah ke Malang. Tanah dan rumah diurusi oleh Lieke. Seluruh saudara Lieke pindah keluar kota. Pembayaran sewa tanah dan rumah dilanjutkan ke Versluit Belanda oleh Lieke. Tahun 1990 Lieke meninggal dunia. Rumah dan tanah diurusi oleh Soedjak.

"Supaya rumah dan tanah menjadi hak milik, tapi bapak tidak ada dana untuk mengurus surat. Akhirnya nemu penyandang dana namanya Nyonya Evelin di Jl Suroyo. Katanya sudah ada kesepakatan dengan bapak tiri saya. Kalau berkas sudah berangkat ke Jakarta, Evelin mengganti Rp 70 juta," ceritanya.

Tapi, sebelum urusan sertifikat itu selesai Soedjak meninggal dunia pada 1990. Setelah Soedjak meninggal, Rudi menikah dengan Ayu. Giliran Rudi yang mengurus rumah kos dan tanahnya dengan memiliki SIP (surat izin penempatan).

Sejak saat itu Rudi tidak bisa hidup dengan tenang. Persengketaan kepemilikan tanah dan rumah terjadi sejak tahun 1992 sampai tahun 2003. Ahli waris Goendi Suwarno, Soetoyo menjual seperempat tanah rumah kepada Hartoyo, keluarga Akas.

Masalah itu pun sampai di persidangan. Evelin meminta haknya dengan melakukan eksekusi dan menyatakan rumah di Jl Dr Saleh 15 adalah miliknya. Di sisi lain Rudi juga bermasalah dengan Hartoyo, karena tanah tersebut diklaim milik Hartoyo.

Pada 4 Juni 2003 dilakukan eksekusi oleh PN dengan penggugat Evelin. Eksekusi itu gagal dilaksanakan karena Rudi menolak. Saat itu tidak dihadirkan petugas dari Badan Pertanahan Negara. Pada 12 Juni 2003 akhirnya dilakukan eksekusi paksa dengan batasan luas yang tidak jelas.

"Batasnya itu kabur sampai sekarang. Hanya dibatasi sesek bambu saja. Akhirnya ya saya menempati sisa tanah yang ada. Banyak yang bilang kalau saya ini manggoni tanah Akas, ya saya cuek saja. Ini tanah mbah saya kok diakui orang lain," kata Rudi yang nampak lusuh.

Ketenangan Rudi mulai terusik lagi sejak awal bulan Juni lalu. Ada orang dari pihak Hartoyo yang mendatanginya dan bertanya bagaimana ia bisa tinggal di tanah tersebut. Pihak Hartoyo juga menunjukkan sertifikat kepemilikan tanah yang dibikin tahun 2000.

"Saya merasa janggal. Eksekusinya dilaksanakan tahun 2003. Kok mereka bisa punya sertifikat tahun 2000? Mereka bilang kalau saya harus mengosongkan tanah dan tidak ada ganti rugi. Saya ini merasa menjadi pesakitan," keluhnya.

Di tanah itu Rudi mencari nafkah dengan membuka warung dan berjualan bensin eceran. Usahanya tersebut buyar ketika pihak pemilik sertifikat mendatangi rumahnya dan mengosongkan rumah tanah itu.

Pada 17 Juli 2010, Rudi didepak dari tempat tinggalnya. Rudi sempat meminta ada perbincangan dengan pihak Hartoyo, tapi tidak diberi kesempatan. Yang datang hanya orang suruhan mereka berinisial AM. "Saya dan keluarga bingung mau tinggal di mana. Waktu keluar rumah kami hanya punya uang Rp 1.500," kenang Rudi.

Peristiwa pengosongan tanah itu masih melekat di benak Rudi dan Ayu. Beruntung saat pengosongan kedua anaknya tidak ada di rumah. Riza masih sekolah di SMK Negeri 1. Sedangkan anak lelakinya sengaja dibawa keluar rumah.

"Kami dalam posisi begini, mbok ngertio... Nasib saya ke depan bagaimana juga tidak tahu. Kami ini punya banyak utang gara-gara peperangan (sengketa di pengadilan) dengan mereka-mereka," imbuh Ayu.

Berhari-hari tidur beratapkan langit membuat Rudi kepikiran tentang nasib keluarganya. Ia masih bisa tidur di jalanan. Tetapi tidak dengan istri, anak kandung dan anak asuhnya. Mereka sengaja meletakkan lemari pakaian untuk dang-dangan (pembatas) supaya saat tidur tidak kelihatan orang yang lewat.

Seperti siang itu, Riza dan Yatim sedang tidur-tiduran di tikar baliho. Ayu duduk di sebelahnya dan Rudi duduk di kursi. "Si kecil itu kalau saya ajak kesini selalu bilang rumahnya belum ditata. Saya kan bilang kalau rumahnya ini kena angin. Dia tidak tahu kalau sudah tidak punya rumah lagi," ucap Ayu dengan mata berkaca-kaca.

"Bagaimana dengan anak-anak saya nanti, ketika kami berdua tidak ada. Kami masih belum tahu akan ke mana," sahut Rudi. "Ini masih menenangkan pikiran untuk mencari jalan," imbuh Ayu yang sempat meneteskan air mata lalu buru-buru dihapus dengan tangannya.

Rudi dan keluarga berharap masih mendapat kesempatan untuk berbicara dengan pihak yang mengaku punya sertifikat tanah yang ditempatinya. Rudi juga tidak mendapat ganti rugi apapun dari pengosongan tanah tersebut. Warung beserta posko partai pemenang pilkada di Kota Probolinggo juga lenyap. "Saya berharap masih ada celah dari permasalahan ini. Karena sebenarnya tanah ini adalah aset negara," ujarnya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=171402

Akui Kena Tembak

[ Sabtu, 24 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Penyebab dua orang, yakni Bripka Hari Mariyanto, 37, dan Robianto sampai terluka tembak, kian terang. Yang terjadi memang salah tembak anggota polisi saat berburu babi hutan atau celeng di hutan pinus Dusun Semambung, Desa Karangrejo, Kuripan Kabupaten Probolinggo pada Senin (19/7) malam.

Ini diakui oleh salah satu korban, yakni Robianto alias Romihadi, 18, warga desa Karangrejo, Kuripan. Romi, begitu remaja itu biasa disapa, mengakui menjadi korban salah tembak saat ikut berburu celeng. "Saya sudah dua kali diajak berburu babi hutan," katanya kemarin (23/7) saat ditemui di ruang Bougenville RSUD dr Moh Saleh.

Romi lantas bercerita tentang peristiwa nahas yang dialaminya. Ceritanya sama dengan yang diberitakan Radar Bromo sebelumnya. Pada Senin malam itu Romi mengaku diajak oleh Bripka Hari Mariyanto, seorang anggota Polsek Kuripan.

Tapi malam itu menurut Romi, dirinya dan Hari tidak berniat berburu. Mereka hanya menyusul kakak kandung Bripka Hari yang juga anggota Polsek Sumber dan ayah Romi yang bernama Ghozy.

Nah, kakak kandung Hari dan Ghozy inilah yang dijelaskan Romi sedang berburu saat itu. "Saya dan Pak Hari saat itu tidak membawa senjata dan berniat menyusul mereka," jelas Romi.

Seingat Romi, dirinya bersama Bripka Hari datang menyusul di hutan tersebut sekira pukul 19.00. Nah, saat itulah kejadian nahas tersebut terjadi. Romi dan Hari menjadi korban salah tembak.

Saat itu dijelaskan Romi, lokasinya di sekitar sumber air yang juga banyak dipenuhi ladang jagung. Karena itu pandangan pun jadi tidak jelas. "Apalagi saya dan pak Hari saat itu pakai baju hitam. Mungkin dikira celeng (babi hutan)," aku Romi.

Kedatangan dua orang yang datang terakhir ini dikira babi hutan. Gerakan mereka dikira gerakan celeng. Alhasil meletuslah tembakan dari senjata laras panjang dari jarak beberapa meter.

"Waktu itu saya dan Pak Hari habis duduk-duduk, terus melihat senter dan langsung tertembak. Awalnya kami tidak tahu kalau mereka dibelakang kami. Pak Hari waktu itu di belakang saya. Ia terkena duluan, terus tembus ke saya," jelas Romi.

Mengetahui bidikannya salah sasaran, kedua orang tersebut langsung ditolong oleh dua pemburu itu. Baik Hari dan Robi langsung dilarikan ke RSUD Dr Moh. Saleh untuk ditangani oleh pihak medis.

Sementara itu sampai berita ini diturunkan Kapolres Proboinggo AKBP Rastra Gunawan masih belum bisa dihubungi. Sebelumnya ia hanya mengungkapkan bila kasus tersebut sampai sekarang masih dalam penyelidikan. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=171401

Peringati HAN, Aksi Damai

[ Sabtu, 24 Juli 2010 ]
PROBOLINGGO - Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada 23 Juli kemarin, diperingati dengan aksi damai oleh siswa-siswi SDN Mangunharjo 6 Kota Probolinggo. Mereka bagi-bagi bunga kepada pengguna jalan.

Bunganya adalah hasil daur ulang. Selain bagi bunga, mereka memunguti sampah di sepanjang jalan dan berorasi sambil membentangkan poster.

Pagi kemarin, sebanyak 200 siswa-siswi dari kelas 2 sampai kelas 6 berjalan dari sekolah menuju alun-alun. Di barisan terdepan ada sejumlah siswa-siswi yang memakai pakaian dan aksesoris dari daur ulang. Misalnya rok divariasi tas kresek, pakaian dari bungkus detergen dan mie instant, ada juga yang terbuat dari karung beras.

Bunga yang mereka bawa terbuat dari busa yang biasa dipakai untuk buah-buahan. "Anak-anak mencari sampai ke pasar buah di gotong royong. Daunnya dari kertas undangan perpisahan sekolah yang tidak terpakai," ucap salah seorang paguyuban wali murid.

Sekitar pukul 08.00 mereka mulai berjalan dari sekolah menuju alun-alun. Para siswa juga membawa tas kresek yang diikatkan dipinggang atau dibawa. Aksi damai itu juga punya misi bersih-bersih.

"Sebagai sekolah adiwiyata kami mencerminkan kebersihan dan kepedulian lingkungan. Jadi, sambil berjalan anak-anak memunguti sampah lalu dikumpulkan," ujar Kepala SDN Mangunharjo 6 Agus Lithanta.

Sesampai di perempatan Jl Basuki Rahmat dan Jl Dr Soetomo atau biasa dikenal dengan Flora, mereka membagikan bunga daur ulang kepada para pengguna jalan. Di bunga itu juga terdapat kata-kata berkaitan dengan Hari Anak Nasional.

Di alun-alun, mereka melakukan orasi yang dipimpin oleh kepala sekolah yang baru pindah sejak empat hari lalu. Anak-anak juga membawa poster yang mengkritisi tentang nasib anak. Misalnya ada tulisan poster "Stop kekerasan terhadap anak sekarang juga", "Stop perdagangan anak" dan "Berikan pendidikan yang layak untuk penerus bangsa kita".

Agus Lithanta mengatakan, selain bentuk aksi damai, sekolah juga mengadakan lomba poster hari anak. Jadi, semua poster dengan slogan yang dibawa oleh para siswa bakal dinilai oleh guru. Di barisan anak-anak juga terdapat siswa yang berperan layaknya anak pengemis jalanan atau pengamen.

"Kami ingin memberikan pengalaman kepada anak-anak. Nantinya merekalah yang akan memimpin negeri ini 20 tahun ke depan. Mereka belajar mengkritisi bagaimana ke depannya bangsa ini. Learning how to be," ujar mantan Kepala SDN Sumberwetan 2 itu. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=171399