Kamis, 24 Juni 2010

Bantu Bocah yang Putus Sekolah

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Nasib Rahmat Nur Musleh, bocah 9 tahun warga Jl Dr Wahidin Kelurahan Sukabumi Kota Probolinggo yang terpasa putus sekolah, langsung jadi atensi banyak kalangan. Kemarin (23/4) ada sejumlah pihak yang langsung mendatangi tempat tinggal Rahmat, siap memberi bantuan.

"Alhamdulillah, ternyata masih banyak yang mau peduli dengan kami," ujar Suharyono, ayah Rahmat saat ditemui Radar Bromo kemarin. Ekspresi wajahnya menunjukkan kebahagiaan.

Seperti diberitakan Radar Bromo kemarin. Suharyono hidup dalam kondisi ekonomi sempit. Rumahnya kontrak di sebuah gang di Jl Dr Wahidin. Itupun terbuat dari kayu dan gedhek. Anaknya tiga. Yang pertama, Desy Wahyuni, siap masuk SMP. Yang kedua, Rahmat Nur Musleh, yang sejak dua tahun lalu terputus dari SD.

Rahmat terpaksa putus sekolah karena dua bulan setelah sekolah, dia tak mampu bayar uang seragam. Setelah itu, Rahmat tak sekolah lagi. Sementara Suharyono hanya mendapat nafkah untuk kehidupan sehari-harinya dari pekerjaan sebagai tukang pijat. Ia pun tak sanggup menyekolahkan Rahmat lagi.

Setelah membaca kisah Rahmat dan keluarganya, banyak orang bersimpati. Menurut Suharyono, kemarin sedikitnya ada tiga orang yeng menawarkan bantuan untuk keluarganya.

Sebelum pukul 08.00, ada salah seorang warga Kelurahan Jati Kecamatan Mayangan datang menawarkan bantuan. Guru yang menurut Suharyono bertugas di Mataram itu, menawarkan untuk menyekolahkan Rahmat dan Desy. Dan, segala bentuk biayanya akan ditangggung guru tersebut. Tapi, atas tawaran itu Suharyono masih belum memberi keputusan.

"Saya lupa namanya, tapi katanya dia orang asli Kelurahan Jati tapi tugas di Mataram. Sekarang sedang pulang kampung. Kebetulan baca koran dan ada berita tentang saya," ujarnya.

Berikutnya Andi Wahyu Utomo, ketua Lembaga managemen infaq (LMI) Kota Probolinggo juga langsung datang untuk menawarkan solusi. Lembaga ini siap menyekolahkan Rahmat dan Desy sampai sejauh mereka ingin bersekolah. "Di lembaga kami memang ada program tersebut," ujar Andi.

Andi pun bersedia mengucurkan dana untuk pembayaran segala kebutuhan Rahmat dan Desy. Misalnya, SPP dan uang untuk membeli seragam. "Rencana kami, SPP-nya setiap bulan kami bantu selama mereka masih membutuhkan," ujar Andi.

Tapi, Andi berharap Rahmat dan Andi masih bisa mendapat bantuan dari pemerintah. Apalagi, mereka masih bersekolah di tingkat SD dan SMP. Dan, SD dan SMP memang masih ada bantuan bagi siswa kurang mampu. "Kalau tidak membayar SPP, dananya kan bisa kami gunakan untuk membeli seragam atau untuk transportasi," jelas Andi.

Untuk Suharyono, Andi juga sudah mencanangkan untuk mencarikannya pekerjaan. Apalagi, Suharyono mempunyai skill menyopir. "Nanti saya carikan teman-teman yang membutuhkan sopir. Dia (Suharyono) kan bisa nyopir dan punya SIM A," ujar Andi.

Berikutnya, sekitar pukul 12.00, pada saat Radar Bromo masih di rumah Suharyono, datang rombongan Zulkifli Chalik, seorang pengusaha yang juga ketua DPD Partai Golkar Kota Probolinggo. Ia datang dengan ditemani sekretarisnya, Muchlas Kurniawan, dan beberapa orang pengurus partai Golkar.

Kepada Suharyono, Zulkifli menawarkan untuk menjadikan anak-anaknya sebagai anak asuh. Rahmat dan Desy akan disekolahkan, dan semua bentuk biayanya akan ditanggung. Suharyono juga ditawari pekerjaan, dilunasi utangnya.

Menurut Muchlas ini salah satu bentuk kepedulian Zulkifli terhadap masalah kemiskinan dan pendidikan. Buktinya, beberapa hari lalu Zulkifli memberikan reward para murid yang berprestasi di Kota Probolinggo. Ada empat yang diberi hadiah pada waktu itu. Salah satunya adalah Retno Try Lestari, peraih nilai terbaik UASBN se-Jatim.

"Itu merupakan bentuk kebersamaan dan rasa saling memiliki. Kami tidak ingin di saat kami gembira dan bahagia, ada tetangga yang menangis dan menderita," jelas Muchlas.

Suharyono pun senang mendapat tawaran dari Zulkifli. Dia bersedia menerima semua tawaran yang diajukan oleh Zulkifli. Kepada koran ini, Suharyono mengaku mempunyai utang sekitar Rp 2,2 juta. Itu belum termasuk bunganya sebesar 30 persen per bulan.

"Kami mau terima tawaran ini, karena sebelumnya Pak Zul (Zulkifli) sudah pernah datang ke sini. Dan menawarkan bantuan itu. Alhamdulillah sudah banyak yang mau membantu," kata Suharyono.

Nasib pahit yang menimpa keluarga Suharyono juga jadi perhatian kalangan dewan. Salah satu anggota komisi B Murniati Rahayu mengaku prihatin. Sebagai seorang ibu, sekaligus komite sekolah di SD favorit, Murniati minta Dinas Pendidikan tidak hanya memperhatikan sekolah unggulan di Kota Probolinggo. Karena terbukti, masih ada bocah yang tidak bisa sekolah lantaran duit Rp 160 ribu.

"Murid-murid yang seperti ini (Rahmat) tidak diperdulikan. Terus mau dikemanakan murid yang begini? Setidaknya sekolah juga bisa memberikan dispensasi atau dibicarakan, tidak semata-mata diam saja ketika anak ini tidak bersekolah," kata dewan dari FPDIP itu.

Ia mencontohkan di komite sekolahnya. Ada subsidi silang kepada murid yang tidak mampu. Sehingga murid yang tidak mampu membayar biaya sekolah bisa dicover oleh murid yang tergolong mampu. Dengan begitu persoalan murid tidak sekolah karena tidak memiliki biaya segera terminimalisir.

"Sayang sekali bisa seperti ini. Saya menyarankan jangan hanya mengejak SBI saja, tetapi perlu dipikirkan bagaimana dengan kondisi muridnya. Bagaimana mau mencerdaskan bangsa jika hanya soal biaya, seorang anak tidak bisa melanjutkan pendidikan?" ujarnya.

Sedangkan Wakil Ketua DPRD Abdullah Zabut tidak hanya prihatin. Ia juga mengaku siap mengadopsi Rahmat dan Desy Wahyuni. Maksud Zabut, dua anak Suharyono itu bisa sekolah di pondoknya di Roudlotul Tholibin.

"Kasihan kan mereka. Saya tidak ingin ada anak putus sekolah hanya gara-gara biasa. Prinsipnya, Roudlotul Tholibin siap menerima Rahmat dan juga kakaknya untuk melanjutkan pendidikan. Saya tidak rela dia putus sekolah. Anak-anak kan harus wajar dikdas (pendidikan dasar)," kata Zabut kepada Radar Bromo.

Ia berharap tidak ada lagi bocah-bocah di daerah ini yang sampai putus sekolah gara-gara keterbatasan ekonomi. "Kalau sampai ada lagi, saya sangat mengecam. Pendidikan itu hak warga (anak) bangsa baik itu kaya atau miskin," katanya. (rud/fa/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166184

Ingin Meriah, Kirab Adipura Ditunda

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]

KRAKSAAN - Masyarakat Kabupaten Probolinggo, khususnya warga Kraksaan harus bersabar untuk melihat langsung piala Adipura. Sebab, pemkab menunda jadwal kirab Adipura.

Sedianya usai menerima Adipura kali ketiga pada 8 Juni, pemkab berencana melakukan kirab pada Jumat (25/6). Namun, rencana itu dibatalkan. Pembatalan kirab itu disampaikan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Dewi Korina usai hearing dengan Komisi C DPRD setempat, kemarin (23/6).

"Betul sekali, acara kirabnya dipending dulu. Cuma dipending lho, kirabnya tetap kami laksanakan," katanya. Rencananya kirab Adipura bakal dilaksanakan pada 10 Juli.

Itu berarti rentang waktu penerimaan piala Adipura dengan kirab agak lama. Namun, Dewi optimis kirab nanti tetap meriah. Sebab, persiapan yang dilakukan pemkab bakal lebih maksimal.

Sayang, Dewi enggan menjabarkan lebih jelas tentang alasan penundaan itu. "Yang jelas biar acara kirabnya nanti bisa dipersiapkan dengan lebih matang dan lebih meriah," ungkapnya.

Agenda kirab sendiri menurut Dewi tidak bakal jauh berbeda dengan rencana awal. "Acarannya tetap jalan sehat berkeliling Kraksaan. Rutenya adalah tempat yang menjadi titik pantau Adipura. Total ada 11 titik di Kraksaan," kata Dewi.

Dewi berharap, kirab bisa membuat masyarakat kabupaten, khususnya warga Kraksaan lebih mencintai lingkungannya. Sehingga, ke depannya bakal berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Selain menggelar kirab, pemkab saat ini juga tengah menyiapkan pembangunan monumen replika piala Adipura. Monumen tersebut rencananya bakal ditempatkan di taman Rondoningo atau sebelah timur sungai Rondoningo.

Sama halnya dengan kirab, menurut Dewi monumen tersebut cukup penting. "Adipura itu prestasi semua elemen masyarakat Kabupaten Probolinggo. Karena itu, dibangun monumen ini sebagai wujud keberhasilan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan," katanya.

Lebih jauh, monumen dapat membuat masyarakat selalu ingat bahwa daerahnya telah meraih Adipura. Jadi, mereka akan termotivasi untuk mempertahankannya. Dampaknya, masyarakat diharapkan juga akan terus menjaga kebersihan.

Beberapa daerah menurut Dewi, juga telah membangun monumen Adipura serupa. Tetapi kebanyakan masih menggunakan bentuk piala yang lawas. Sementara monumen Adipura dengan bentuk piala yang baru cukup jarang ditemukan. (mie/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166183

51 Anak Sunat Gratis

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
KRAKSAAN - Untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, Polres Probolinggo menggelar sunatan massal, kemarin (23/6). Kegiataan itu digelar di ruang eksekutif Polres setempat.

Kegiatan dimulai sekitar pukul 12.00 WIB dan dibuka oleh Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin. Selama kegiatan Hasan ditemani Kapolres Probolinggo yang baru, yakni AKBP Rastra Gunawan.

Dalam pantauan Radar Bromo, 51 peserta mengikuti kegiatan tersebut. Rata-rata usia peserta 10 tahun. Mereka merupakan perwakilan dari 24 kecamatan. Rekomendasi keikutsertaan peserta berasal dari masing-masing polsek. "Rata-rata ada dua orang (per kecamatan)," ujar seorang petugas polisi.

Tak hanya disunat. Setiap peserta juga mendapat santunan dari Bhayangkari Polres Probolinggo. Yakni berupa sarung, baju dan kopiah. "Itu sudah kebiasaan dalam setiap sunat massal," sebut seorang anggota Bhayangkari

Sementara tenaga medis didatangkan dari Puskesmas Sumberasih. Jumlahnya sekitar 20 orang. Untuk tindakan medis sunat ini, panitia menyediakan 10 meja. Setiap penyunatan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit. Jadi kegiatan tersebut diprediksi berlangsung sekitar 2 jam. Yakni sampai pukul 14.00 WIB.

Hasan dalam sambutannya mengatakan, sunat atau khitan adalah salah satu kewajiban orang tua pada anak. Karena itu, sunat massal harus dimanfaatkan sebaik mungkin. "Setiap lelaki harus dikhitan," ujarnya serius.

Seperti biasa Hasan selalu melontarkan joke (guyonan) segar. Misalnya tentang tugas bupati maupun petugas medis. "Kalau mau minta sunat, jangan ke bupati. Tapi minta ke petugas medis. Seperti dokter. Kalau bupati tugasnya lain," kelakar Hasan disambut tawa hadirin.

Tak lupa Hasan mengucapkan selamat pada Kapolres baru. Dikatakan Hasan, sunat massal membantu banyak orang. Sebab, biaya sunat cukup mahal. "Karena digratiskan, kita patut berterima kasih pada Polres Probolinggo," sebut Hasan disambut tepuk tangan hadirin.

Ditemui setelah kegiatan, Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan mengatakan, kegiatan itu bentuk kepedulian Polres pada masyarakat. Selain itu, ke depan polisi harus bisa memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. "Tentunya agar masyarakat tidak takut (secara psikologis, Red) lagi pada polisi," katanya. (eem/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166182

Samsat Delivery Diluncurkan

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
Tarif Bukan Pajak Naik

KRAKSAAN - Setelah tertunda beberapa hari, kemarin (23/6) program Samsat Delivery mulai dilakukan oleh Samsat Probolinggo. Yakni, mengantarkan surat-surat berharga kendaraan bermotor langsung ke rumah pemilik.

Begitu diterapkan, seorang petugas kepolisian, yakni Bripda Dimas langsung mengirim surat-surat berharga pada beberapa masyarakat, kemarin. Dia mengendarai motor bertuliskan Samsat Delivery untuk mengirim surat-surat kendaraan. Salah satunya milik Sudirman Rais, tokoh masyarakat Desa Sumberlele, Kecamatan Kraksaan.

Radar Bromo pun berinisiatif memantau kegiatan tersebut. Surat yang dibawa Dimas berupa STNK. Selain itu, juga TNKB berupa plat nomor kendaraan. "Ini baru perpanjangan nomor," sebut Dimas.

Sudirman Rais sendiri saat menerima surat-surat kendaraan miliknya menilai, program tersebut cukup positif. Sebab, hal itu membantu masyarakat yang membutuhkan layanan tersebut. "Misalnya bagi yang tidak punya waktu. Bahkan tak bisa datang sendiri ke samsat," sebut tokoh yang pernah jadi calon wakil bupati Probolinggo tersebut.

Sementara Kanit Registrasi Identifikasi Polres Probolinggo Iptu Nunung Anggraeni saat dikonfirmasi membenarkan program tersebut. Bahkan kata Nunung, program tersebut sudah dilaksanakan beberapa hari lalu. "Memang belum kami launching resmi," ujar Nunung.

Menurut Nunung, program ini merupakan kelanjutan dari program Samsat Keliling. Selama Samsat Delivery dilakukan, Samsat Keliling menurut Nunung tetap dilaksanakan. "Program tidak saling berseberangan. Bahkan saling mendukung," sebut Nunung.

Mekanisme program Samsat Delivery kata Nunung, yakni mengantarkan SIM, STNK, dan BPKB (SSB) langsung ke rumah pemilik. "Tidak hanya KFC yang punya delivery service. Samsat juga punya," celetuk Nunung.

Nunung mengatakan, program serupa belum pernah dilakukan di kabupaten lain. Kecuali di Surabaya. "Di Kabupaten Probolinggo sendiri baru pertama kali," ujarnya.

Sementara Kasatlantas Polres Probolinggo AKP Dwi Agung Setyono mengatakan, ada peraturan baru mengenai tarif penerbitan surat-surat dan plat nomor kendaraan. Yakni SIM, STNK, TNKB, dan BPKB. "Tarifnya naik. Tapi tidak seberapa besar," kata Agung.

Ini sesuai dengan peraturan pemerintah RI nomor 50 tahun 2010 tentang jenis dan tarif atas penerimaan negara bukan pajak. "Ini masih baru. Tertanggal 25 Mei 2010," tutur Agung. (eem/hn)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166181

RSUD Harus Direlokasi

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Gedung RSUD Dr Muhammad Saleh di Kota Probolinggo harus direlokasi. Sebab, kondisi rumah sakit milik pemerintah tersebut sangat tidak memadai. Itu diungkapkan anggota DPR RI Komisi IX kemarin (23/6) saat melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Kota Probolinggo.

Rombongan Komisi IX yang datang terdiri atas 13 orang. Mereka dipimpin langsung Ketua Komisi IX dr Ribka Tjiptaning. Di antara mereka juga tampak anggota

Rieke Diah Pitaloka (PDIP) sosok yang beken dengan peran Oneng dan mantan model Okki Asokawati (PPP). Rombongan ini datang ke Kota Probolinggo dengan didampingi rombongan pejabat Depkes, Depnaker, Badan POM dan sejumlah instansi lain tingkat Jatim.

Rombongan ini tiba di Kota Probolinggo sekitar pukul 14.00. Para anggota DPR Komisi IX yang salah satunya menangani permasalahan kesehatan itu sebelum mengunjungi RSUD, lebih dulu transit di rumah dinas wali kota.

Dalam sambutannya, Wali Kota Buchori mengatakan komisi IX bisa melihat langsung kondisi gedung RSUD, pelayanan, jamkesmas, jamkesda hingga alat kesehatan. "Selama dua tahun ini Dinas Kesehatan, khususnya di puskesmas pembantu (pustu) masih jauh dari bantuan. Semoga usulan untuk alkes bisa maksimal sehingga bisa melayani masyarakat dengan baik. Karena alkes di Dinkes masih kurang memadai. Mudah-mudahan bisa membantu," ungkap Buchori.

Sementara itu, Ribka Tjiptaning siang itu mengaku bersyukur akhirnya bisa sampai di Kota Probolinggo meski sampai macet-macet dalam perjalanan. Menyahuti sambutan wali kota, Ribka berkata, "Komisi IX ini sudah paham. Aku (komisi IX) tahu apa yang kamu (daerah) mau".

Untuk membuktikan kondisi RSUD Dr Moh Saleh, Ribka dan para anggota Komisi IX bersama rombongan kemudian meninjau langsung rumah sakit milik pemerintah itu. Yang jadi sorotan adalah pelayanan dan ruangan khususnya di kelas tiga. Kali pertama di UGD (unit gawat darurat) lalu ke ruang bougenvile, ruang isolasi, ruang persalinan dan ruang obstetri.

Air muka wakil rakyat di tingkat pusat terlihat heran. Mereka tidak menyangka kondisi RSUD Dr Moh Saleh seperti ini. "Sempit ya?" tanya Wali Kota Buchori yang mendampingi para anggota komisi IX. Ribka dibuat geleng-geleng kepala dengan ruangan rumah sakit yang panas, pengap dan sumpek.

"Ruang terbukanya kurang. Harus relokasi ini. Tidak memenuhi syarat. Lihat saja, sumpek sekali," ujar anggota komisi IX dr Subagyo Partodiharjo. Kondisi rumah sakit memang menyedihkan. Dalam ruangan kelas tiga, satu ruangan diisi banyak pasien dan ventilasinya kurang. DPR RI pun tak kerasan di dalam ruangan dan memilih keluar dari ruangan.

Kepada wartawan, Ribka mengungkapkan saat ini program kesehatan menjadi program nasional dan pembicaraan rakyat sesuai UU 1945 tanpa melihat pegawai negeri, swasta, miskin atau kaya harus tanggung jawab negara. Komisi IX arahan ke depan, sekarang sudah mulai tidak boleh lagi di RSUD itu, karena RSUD mulai lahan dan pembiayaan dibiayai oleh APBD dan APBN yang berasal dari uang rakyat.

"Komisi IX meminta APBN untuk tidak membangun VIP, kelas-kelas atau paviliun. Makanya adik-adik wartawan juga kontrol kalau ada APBN untuk membangun itu," tegas dewan dari PDIP itu.

Tahap kedua, lanjut Ribka, komisi IX mau membuat rumah sakit tanpa kelas dan ditawarkan kerjasama ke wali kota dan bupati. "Toh, yang mau berobat kan rakyatnya kalau ada kelas-kelas akhirnya begitu, pelayanan dokternya akan berbeda. Nanti masyarakat miskin yang susah," katanya.

Menurutnya, kesehatan itu tidak bisa menggunakan kriteria, harus setiap warga negara ditanggung oleh negara. Sekarang tahapan ke depan DPR sedang membuat Bank Jaminan Sosial yang saat ini masih terjadi tarik menarik antara jamsostek, taspen dan asabri.

Namun jika ada kemauan baik untuk rakyatnya, Ribka yakin pasti bisa. "Sekarang tinggal egosentrisnya, membangkitkan semangat dokter supaya sesuai dengan sumpah dokter," katanya.

Menurutnya, semua pasien itu sama. Tidak boleh dibeda-bedakan ras, politik maupun sosial ekonomi. "Tapi, kenyataan di lapangan tidak begitu. Dokter senyum banyak kalau yang kelasnya enak. Karena ruangan untuk memeriksa nggak enak. Di VIP kan enak, dingin. Kalau seperti tadi satu ruangan untuk 9 bed, bayangkan. Saya sudah bilang ke wali kota, sudahlah mas (Buchori) tidak usah bikin paviliun, bikin yang kelas 3 aja semua," jelasnya.

Soal RSUD di kota ini, Ribka bilang kalau kelas 3 masih kurang. Dari 200 bed hanya ada 80 yang tersedia, harusnya di atas 60 persen.

Lalu apa yang akan diperjuangan Komisi IX DPR untuk Kota Probolinggo?

Ribka hanya bilang syaratnya ketika mengajukan proposal tidak boleh untuk pembangunan paviliun, VIP atau kelas. Serta tidak boleh menjadikan RSUD menjadi pendapatan daerah.

"Mosok orang sakit dijadikan PAD, itu kan lucu. Nanti kesannya menjadi kejar setoran. Dokternya terus akal-akalan nanti, ya. Rumah sakit juga harus relokasi-lah, RSUD harus sekitar tiga hektar. Ini sudah tipe B tapi HD (hemodialia) belum ada, ruangan kurang. Kalau relokasi, relokasi saja sekalian disini untuk rumah sakit tanpa kelas," ucap Ribka.

"Rakyat Probolinggo berhak mendapatkan rumah sakit yang lebih baik dari ini," imbuh dr Subagyo, anggota komisi IX lainnya. Ribka meyakinkan jika Kota Probolinggo memiliki rumah sakit tanpa kelas, maka pemerintah tidak akan rugi.

Soal kekurangan dokter spesialis, katanya, hal tersebut tidak hanya dialami oleh Kota Probolinggo saja. Berdasarkan pengamatan komisi IX, kondisi seperti itu juga dialami oleh RSUD di daerah lain dan itulah yang membuat standar rumah sakit di Indonesia masih kurang. "Idealisme dokter perlu dibangkitkan. Nggak boleh itungan balik modal. Ini yang salah sistem dan dokter harus melawan sistem itu," cetusnya.

"Harus relokasi, Pak Wali segera cari tanah sekitar tiga hektar, tanah tidak boleh milik masyarakat, tidak boleh bikin paviliun, VIP nanti kami yang kasih alat. Sama-sama dong," jawab Ribka saat ditanya tentang apa yang harus dilakukan oleh pemkot untuk memperbaiki kondisi RSUD.

Sementara itu, ditanya soal rekomendasi DPR RI bahwa harus ada relokasi RSUD, Wali Kota Buchori menyatakan kesiapannya. "Semua merekom supaya direlokasi. Ada dua calon di selatan, karena ada satu milik perusahaan dan belum nego. Mungkin tahun depanlah," ujarnya. (fa/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166175
[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
Rieke "Oneng" Jadi Perhatian
Kehadiran para anggota DPR RI Komisi IX di RSUD Dr Moh Saleh kemarin langsung jadi perhatian. Terutama dua anggota Komisi IX yang memang publik figur terkenal yaitu Rieke "Oneng" Diah Pitaloka (PDIP) dan mantan model Okki Asokawati (PPP).

Siang itu, Rieke mengenakan kebaya warna merah menyala dipadu celana panjang warna putih dengan gaya rambut dikuncir. Sedangkan Oki, begitu feminin dengan baju muslim dan jilbab berwarna oranye. "Cantik ya? Itu kan peragawati dulu yang sekarang jadi DPR," ujar Yetti salah satu wartawan.

Ungkapan kehadiran Rieke dan Okki memang beragam. Nampaknya kedatangan keduanya masih dianggap seperti selebritis. "Oneng.." gumam seorang ibu di selasar rumah sakit saat rombongan dewan itu melintas.

"Oneng sapah? (Oneng siapa)," tanya lelaki yang ada disamping ibu tersebut.

"Oneng se neng Bajuri (Oneng yang di Bajaj Bajuri)," jawab ibu itu lagi. Akhirnya para penunggu pasien pun banyak yang berebut ingin bersalaman dan memotret Rieke menggunakan kamera ponselnya. Ada seorang ibu yang ingin mencium Rieke tapi gagal.

Maklum Rieke ingin profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat. Namun ketika ditanya soal kesannya setelah melihat kondisi RSUD, Rieke enggan menjawab karena ada ketua komisi IX dr Ribka.

Selama berkeliling rumah sakit, Rieke dan Okki seperti keheranan. Rieke bahkan mengeluh panas sambil melihat sekeliling ruangan khusus ibu setelah melahirkan. Ia juga sempat berbincang dengan pasien di kelas 3.

Di tengah kunjungannya, Rieke dan Okki juga diminta foto bareng baik oleh pejabat instansi tingkat Jatim, kepala satker, dokter dan petugas di rumah sakit. Keduanya pun bersedia permintaan foto bersama itu. Di antara pejabat yang sempat foto rame-rame dengan Rieke adalah Kepala Bappeda Budi Krisyanto dan Sekda Johny Haryanto. (fa/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166174

SMAN 1 Pilih Teknik Editing

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
Program Jurnalistik Goes to School

PROBOLINGGO - Program Jurnalistik Goes to School gelaran Radar Bromo bergulir di SMAN 1 Kota Probolinggo. Rada berbeda dengan sekolah-sekolah yang jadi peserta program ini sebelumnya, SMAN 1 memilih materi teknik editing.

Diklat itu dilaksanakan kemarin (23/6) dari pukul 08.30 sampai pukul 12.15. Puluhan peserta mengikuti materi teknik editing yang disampaikan oleh Pemred Radar Bromo Imam Wahyudi.

Tak salah bila SMAN 1 memilih materi teknik editing dalam program Jurnalistik Goes to School ini. Sebab, jurnalistik sudah menjadi bagian dari aktivitas yang mengakar kuat di sekolah tersebut. Ini ditunjukkan dengan adanya majalah sekolah bernama Lentera yang eksistensinya relative terjaga dengan baik.

Dalam diklat kemarin pesertanya juga sebagian besar adalah tim redaksi Lentera. Karena itu mereka bisa langsung nyambung ketika materi teknik editing disampaikan. Diklat ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan jurnalistik tim redaksi Lentera, sekaligus meningkatkan kualitas produk Lentera.

Yudi, panggilan Imam Wahyudi, dalam diklat tersebut membagi acara jadi dua sesi. Sesi pertama selama satu setengah jam, Yudi mengenalkan prinsip-prinsip editing dan bagaimana idealnya kinerja seseorang yang bertugas menjadi editor atau redaktur.

Banyak terjadi diskusi di sesi tersebut. "Apa yang harus dilakukan redaktur kalau menghadapi naskah berita yang kurang?" tanya seorang peserta laki-laki.

"Mas, bagaimana dengan media elektronik. Apakah juga ada redakturnya. Kalau juga ada, apa perbedaan kerjanya dengan redaktur media cetak?" tanya peserta lain yang perempuan.

Sesi kedua, para peserta diajak berpraktik. Semua diminta membuat berita untuk kemudian dijadikan bahan praktik editing yang baik. Mulai dari pembuatan judul, memilih angle, membuat lead, kelengkapan berita, sampai pembuatan paragraph, pembuatan kalimat, pemilihan diksi dan terminologi yang tepat. (rud/yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166173

Kesibukan Kota Probolinggo Jelang Gelaran Semipro Apeksi dan Pekan Kim

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
Sekolah Jadi Penginapan, Ada yang Sediakan Fasilitas Nobar

Tiga event besar digelar sekaligus di Kota Probolinggo dalam rentang 26 Juni hingga 3 Juli 2010. Ada Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo), rakor Apeksi (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) dan Pekan KIM (Kelompok Informasi Masyarakat).

Selain sibuk menyiapkan acara, pemkot setempat juga sibuk menyediakan penginapan.

FAMY DECTA MAULIDA., Probolinggo

Penginapan memang menjadi salah satu perhatian pemkot. Mengandalkan populasi hotel di kota, jelas tidak mencukupi. Maka, sekolah-sekolah pun disiapkan jadi tempat penginapan untuk kontingen tamu.

Dinas Pendidikan (Dispendik) dalam hajat besar ini tidak hanya jadi koordinator acara pawai budaya. Dispendik juga punya tugas menyiapkan penginapan untuk kontingen kesenian yang mengisi pawai budaya.

"Semua sudah kami siapkan. Ada 22 sekolah yang bisa ditempati oleh para kontingen kesenian. Selain untuk daerah yang ikut berpartisipasi, kesenian dari masing-masing satker juga bisa berada di sana," ujar Kepala Dispendik Maksum Subani.

Karena sekolah sedang libur, maka pemkot berinisiatif untuk memanfaatkan gedung sekolah untuk penginapan kontingen. Tapi, tidak asal pilih sekolah. Pemkot punya kriteria sekolah mana yang bakal jadi penginapan.

Salah satu kriteria penting yang harus terpenuhi adalah toilet. Selain kudu punya banyak toilet, kondisi toilet harus bersih. Kemudian ada halaman yang luas untuk latihan dan kendaraan kontingen, lalu lampu penerangan hingga tempat sampah. Yang terpenting jaraknya tidak jauh dari start pawai budaya di depan rumah makan Sumber Hidup.

Untuk kontingen dari daerah yang tergabung dengan Apeksi, dari 22 sekolah yang dipersiapkan, baru 10 sekolah yang sudah pasti akan ditempati. SD Sukabumi 6 ditempati kontingen kesenian dari Kota Batu, SD Jati 1 untuk kontingen Kota Kediri, SD Jati 2 untuk kontingen Kota Pasuruan, SD Jati 5 dibooking kontingen Kota Blitar.

SD Mangunharjo 1 kontingen Kota Bima, SD Mangunharjo 6 untuk kontingen Kota Mataram, SMKN 3 disiapkan untuk kontingen Kota Denpasar, SMAN 1 bagi kontingen Maumere, SMPN 3 untuk Surabaya dan Pekalongan, SD Mangunharjo 12 untuk kontingen Kota Kupang.

"Masih ada sisa 12 sekolah lagi untuk kontingen. Kalau dari satker mau menggunakan, tidak masalah. Tinggal menghubungi kami saja. Semua sekolah yang dipilih ini sudah disurvei kelayakannya," ungkap Sekretaris Dinas Pendidikan Maskur.

Sisa 12 sekolah terletak di SMPN 1, SMPN 2, SMP Taman Dewasa, SMA Taman Madya, SD Sukabumi 2, SD Sukabumi 2, SD Sukabumi 8, SD Sukabumi 4 dan SD Sukabumi 5. Sementara SD Tisnonegaran 1 dan 2 dipakai untuk kontingen dari Dinas Pendidikan sendiri.

Untuk mengecek kesiapan masing-masing sekolah, Dinas Pendidikan telah mengadakan rapat dengan mengundang sekolah yang bakal ketempatan kontingen. Pada kesempatan itu disampaikan, karena akan kedatangan tamu dari luar Probolinggo, maka masyarakat harus bersikap ramah dan baik kepada tamu.

Sekolah yang jadi tempat penginapan paling diperhatikan kebersihan lingkungan, kamar mandi, ruang kelas hingga halaman. "Kami berharap tidak akan kesan yang kumuh dan kurang bagus saat berada di sekolah itu. Kami juga menyampaikan ke sekolah harus menyediakan karpet dan bantal. Lampu diperhatikan supaya tidak gelap," terang Maskur.

Penggunaan ruang kelas oleh kontingen disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya Kota Batu membutuhkan 4 kelas sedangkan Kota Kediri butuh 3 kelas untuk tidur dan menyimpan perlengkapan keseniannya. Jumlah personilnya pun beragam, mulai dari 20 orang hingga mencapai 70 orang.

Sekolah harus menyesuaikan jumlah personel yang ada. Jika ada 26 personel, maka bantal yang disediakan jumlahnya sekitar itu. "Tidak perlu baru, yang penting masih layak dan pantas untuk dipakai. Oleh karena itu kami minta sekolah berpartisipasi, demi pemerintah kota," katanya lagi.

Karpet yang disediakan untuk alas di kelas, karena bangku kelas bakal dipindahkan untuk sementara waktu. Diperkirakan para kontingen bakal datang tanggal 30 Juni sore hari. Nah, H - 1 (29/6) semua sekolah diminta untuk mulai mempersiapkan ruangan kelas masing-masing. Para kontingen akan berada di "penginapan" selama dua hari, tanggal 2 Juli, kata Maskur, kira-kira sudah check out.

Untuk mengetahui sejauh mana persiapan yang akan dilakukan oleh sekolah, Radar Bromo sempat berbincang dengan Kepala SMAN 1 Abdullah. Menurutnya, banyak yang akan dipersiapkan sekolah yang ketempatan dari kontingen Maumere tersebut.

Ia bakal menyiapkan karpet, katanya karpet sudah tidak perlu beli karena inventaris sekolah punya karpet dalam ukuran lebar. "Membersihkan kamar mandi, menyiapkan ruang makan. Kami juga akan menyiapkan beberapa fasilitas lain kalau kontingen ingin olahraga. Seperti basket, voli atau futsal akan kami siapkan," ujarnya.

Sungguh beruntung kontingen dari Maumere. Pasalnya, Abdullah juga bakal menyiapkan fasilitas nobar (nonton bareng) pertandingan piala dunia di dalam sekolah. "Biar yang suka bola bisa ikut tetap menikmati. Takut ada yang ingin melihat, jadi kami persiapkan," kata Abdullah yang sudah bikin panitia kecil penyambutan kontingen.

SMAN 1 mulai mempersiapkan ruangan pada H-2 kedatangan kontingen. Abdullah bilang, sebelum kedatangan kontingen semua sekolah akan dicek kesiapannya oleh panitia terkait.

"Saya bangga karena sekolah kami dianggap layak untuk keperluan kegiatan pemerintah kota. Kami akan menyiapkan sesuai dengan kebutuhan pemkot. Karena bagaimana pun ini adalah kegiatan pemkot yang harus didukung," tutur Abdullah. (yud)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166172

Hearing Lagi dengan Dewan

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
Panitia Minta Doa Agar Tidak Hujan

PROBOLINGGO - Tiada hari tanpa rapat. Itulah yang saat ini dihadapi panitia Semipro, Apeksi, dan KIM. Kemarin (23/6), untuk kali kedua komisi A DPRD Kota Probolinggo mengajak hearing sejumlah satker yang terlibat dalam Semipro.

Dewan terus mempertanyakan soal persiapan, goal kegiatan hingga acara yang bakal dijual dalam Semipro. Saat hearing juga terlontar keterangan dari panitia, karena keterbatasan dana maka Semipro dapat bantuan berupa pembuatan panggung yang diperoleh dari PT KTI.

Ketua Panitia Semipro Heru Jhudiarto menyatakan bahwa panitia yang terlibat dari seluruh satker bisa mencapai 400 orang untuk semua kegiatan. "Semua pejabat (satker) terlibat. Tugas saya hanya mengecek, tanpa memegang uangnya. Kalau saya merasa relevan, ya OK. Sekarang ini sudah mulai check, tinggal action," ujarnya dalam hearing.

Pada kesempatan itu, Heru sempat minta doa restu agar dalam pelaksanaannya nanti tidak hujan. Karena panggung yang sudah dibikin sesuai desain tidak hujan. Mendengarkan keterangan itu, dewan dan mereka yang ikut hearing tertawa.

"Komisi A ini tidak gamang, tidak ragu. Tapi, komisi A ingin tahu sejauh mana persiapan agar bisa diketahui sekaligus untuk evaluasi tahun depan. Dengan anggaran Rp 1,2 M kami percaya panitia Semipro bisa berbuat maksimal. Kami tidak menganggap tidak berguna tapi bagaimana agar Semipro ini bisa menyuguhkan yang terbaik dan mendatangkan investor," jelas Ketua Komisi A Asad Anshari.

Anggota komisi A lainnya, Abdul Aziz juga menanyakan soal adakah investor yang bakal tertarik dan kesiapan lokasi parkir untuk keamanan kendaraan. "Pikiran Anda dengan saya, sama. Tapi praktiknya agak sulit. Kami berupaya dengan kegiatan ini ekonomi masyarakat bisa tumbuh," sahut Heru.

Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo menyatakan, Kota Probolinggo menjadi tuan rumah pekan KIM merupakan suatu kebanggakan tersendiri. Karena KIM digelar di 38 kota/kabupaten yang ada di Jawa Timur, belum tentu 38 tahun sekali Kota Probolinggo punya kesempatan yang sama.

"Akan banyak kegiatan di situ. Karena KIM juga akan mengundang beberapa provinsi untuk melihat langsung sektor riil di masing-masing daerah melalui pameran produk unggulan yang dilaksanakan nantinya," terang Tiyok yang juga koordinator pekan KIM.

Kembali Asad mengungkapkan bahwa anggaran senilai Rp 1,2 M itu tidak masalah dipakai untuk Semipro. Asalkan manfaatnya jelas dan panitia bisa memegang janjinya bahwa Semipro bisa lebih baik. "Komisi A mendukung penuh kegiatan Semipro ini dengan catatan asal tujuan akhir kegiatan ini berhasil," pungkasnya. (fa/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166171

Hearing dengan PLN, Listrik Padam

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO- Setelah sempat tertunda lantaran missed komunikasi, komisi C DPRD Kabupaten Probolinggo akhirnya berhasil menggelar hearing dengan UPJ (Unit Pelayanan Jaringan) PLN Probolinggo dan Kraksaan kemarin (23/6). Uniknya, dalam hearing yang dihadiri dua manajer UPJ PLN tersebut, listrik kantor DPRD yang menjadi tempat rapat sempat padam.

Kontan saja, pimpinan UPJ PLN yang hadir saat itu sempat digojlok oleh beberapa anggota komisi C. "Pertemuan ini luar biasa. Kita merasakan sendiri, listrik padam sebentar saja sudah gelisah. Apalagi yang bertahun-tahun tidak merasakan aliran listrik," sindir Agil Bafaqih, ketua komisi A, sesaat setelah listrik padam.

Padamnya listrik di kantor DPRD kemarin terjadi saat rapat dengar pendapat itu masih berlangsung. Persisnya listrik padam ketika jarum jam menunjukkan pukul 11.29 dan baru nyala kembali pukul 11.48. Kebetulan, sesaat sebelum listrik padam tersebut salah satu pembahasan yang menjadi topik pembicaraan adalah soal beberapa dusun yang masih belum teraliri listrik.

Meskipun saat itu listrik padam, namun rapat dengar pendapat itu terus dilangsungkan. Untungnya ruang rapat di lantai dasar gedung dewan itu masih mempunyai jendela yang menjadi satu-satunya penerang.

Pernyataan Agil sesaat usai listrik padam tersebut cukup beralasan. Pasalnya sampai saat ini masih banyak dusun di Kabupaten Probolinggo yang masih belum teraliri listrik. Dari data yang dimiliki Pemkab saat ini ada sekitar 178 dusun yang masih belum teraliri listrik. Dusun-dusun tersebut tersebar di 14 kecamatan dan 71 desa.

Data itu diambil dari survei yang dilakukan pada tahun 2007 lalu. Dua manajer UPJ PLN Probolinggo dan Kraksaan pun mengatakan, saat ini daerah yang belum teraliri listrik itu sudah jauh berkurang.

"Untuk mengatasi daerah yang belum teraliri listrik ini, marilah kita samakan persepsi database dulu. Setelah diketahui berapa jumlah pastinya, nanti bakal kami survei dan bakal kami usulkan ke APJ Pasuruan," kata Rustam Efendi, manajer UPJ PLN Probolinggo.

Rustam sendiri mengaku pihak UPJ hanya bisa mengusulkan terkait adanya beberapa daerah yang masih belum teraliri listrik. "Dari UPJ, kami sampaikan ke APJ Pasuruan, terus disampaikan lagi ke jajaran lebih tinggi sampai ke Kementerian ESDM," jelasnya.

Permasalahan masih banyaknya daerah yang belum teraliri listrik ini benar-benar disoroti oleh DPRD setempat. "Sekarang ini listrik sudah menjadi kebutuhan sama halnya seperti nasi. Semangat warga kita untuk dialiri listrik itu cukup besar. Di Desa Jrebeng Dusun Tancak, Wonomerto itu ada penduduk yang ditipu sampai tiga kali oleh oknum. Itu karena keinginan yang besar untuk dialiri listrik daerahnya," ulas Agil.

Selain membahas soal masih banyaknya dusun yang belum teraliri listrik, hearing dengan PLN yang juga dihadiri beberapa satuan kerja (satker) terkait pemkab seperti Bappeda, Dinas PU Pengarian, Bagian Umum, BLH, Dispenda tersebut juga membahas soal Penerangan Jalan Umum (PJU).

Dalam hearing tersebut, juga terungkap kalau selama ini pendapatan dari PJU tak sebanding dengan pengeluarannya. Kepala bagian umum Dody Baskoro mengatakan, selama 2009 lalu pemkab menganggarkan sekitar Rp 13 M untuk PJU. "Realisasinya 12 M sekian," katanya.

Sementara pajak dari PJU yang masuk ke Dispenda sendiri setahunnya berkisar Rp 9 M. "Sama saja besar pasak daripada tiang," celetuk Agil.

Usai hearing, Agil menyimpulkan bahwa dari pembicaraan dengan PLN itu ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Yakni soal sinkronisasi data antara pihak terkait untuk mengatasi daerah yang masih belum teraliri listrik, serta kejelasan dalam pengelolaan PJU. (mie/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166170

Guyon di Atas Motor, Tewas

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO-Nasib tragis dialami oleh Ferdi, 17, seorang siswa SMK Negeri 2 Kota Probolinggo kemarin (23/6). Siswa kelas XI itu tewas dalam sebuah kecelakaan di Jl Lumajang, Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, pada saat itu Ferdi datang dari arah selatan bersama dengan temannya, Maulana dan teman-teman lainnya. Mereka sama-sama mengendarai motor. Maulana dan Ferdi mengendarai motor bernopol N 5121 RL, dengan posisi Maulana sebagai jokinya.

Menurut seorang saksi mata, saat itu, Maulana dan Ferdi bergurau dengan teman-temannya. Karena bergurau mereka tidak konsentrasi dan akibatnya motor yang dikendarai oleh Mulana dan Ferdi oleng.

Akibatnya, mereka berdua terjatuh. Maulana Jatuh ke kiri jalan dan Ferdi jatuh ke kanan jalan. Nahasnya, dari arah berlawanan datang mobil bernopol N 566 UN yang dikendarai oleh Waton, 47.

Karena jarak terlalu dekat, Waton tak sempat menghindar. Ban mobil yang disopiri warga Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan itu melindas kepala Ferdi dan membuatnya tewas di TKP. Sedangkan Maulana tidak mengalami luka yang cukup serius, tapi juga harus menjalani perawatan di RS Wonolangan, Dringu.

"Karena jarak terlalu dekat, sehingga tidak nutut untuk menghindar. Ferdi langsung tewas di TKP, sedangkan Maulana dilarikan ke RS Wonolangan," jelas salah seorang sumber di kepolisian.

Setelah melindas korban Waton langsung menghentikan laju mobilnya. Ia masih sempat menolong korban. Sampai akhirnya polisi mengamankannya di markas satlatas polresta. "Sekarang mobil dan sopirnya, juga motor korban diamankan di (markas) satlantas," ujar sumber tersebut.

Peristiwa kecelakaan itu membuat keluarga Ferdi terkejut. Mereka langsung mendatangi RSUD dr Moh Saleh untuk melihat kondisisi Ferdi. "Saya dengar dari tetangga, katanya hanya kecelakaan biasa. Saya tidak tahu kalau dia (Ferdi) sudah meninggal," ujar salah seorang nenek Ferdi, sambil sesenggukan.

Sementara Abdul Bahri, salah seorang petugas kamar mayar RSUD mengatakan bahwa Ferdi mengalami luka cukup serius pada kepalanya. Bahkan kepalanya sampai pecah. "Kepalanya pecah, kalau yang lain hanya luka lecet saja," ujar Abdul Bahri. (rud/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166169

Tangkap Lagi TSK Pengamen Pencuri

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
LECES-Polsek Leces sedikit demi sedikit berhasil mengungkap sindikat pengamen yang nyambi jadi pencuri spesialis barang elektronik. Setelah sebelumnya menangkap Yd, 17, warga Desa Sumberkedawung , Leces Kabupaten Probolinggo, kemarin (23/6) Polsek berhasil menangkap satu tersangka lain.

Satu tersangka yang berhasil ditangkap kemarin adalah Moch Idrus, 25, yang juga warga Desa Sumberkedawung, Leces. Selain menangkap Idrus, petugas Satreskrim Polsek Leces juga mengamankan sejumlah barang bukti. Di antaranya laptop Acer 14 inch, satu Hp Nokia tipe 1661 dan 32 lembar kartu perdana.

Dari data yang dihimpun Radar Bromo, Moch Idrus bersama Yd dan satu teman lainnya yang masih buron Fn melakukan pencurian sebanyak tiga kali sejak awal Juni.

Kali pertama, mereka mencuri di sebuah konter HP milik Hermanto, di Jl Ronggojalu, Leces, sekitar pukul 21.00. Dari konter itu Yd menggondol sebuah Hp dan puluhan lembar kartu perdana.

Berikutnya pada Minggu (13/6) sekitar pukul 19.30 kawanan pencuri ini membobol rumah Ningtias, di Perum PT Kertas Leces (PTKL). Dari rumah Ningtias, mereka menggondol dua buah Hp, dan duit Rp 600 ribu.

Rupanya, gerombolan pengamen pencuri ini keterusan melakukan aksinya. Pada Rabu (16/6) sekitar pukul 20.00, mereka kembali beraksi. Kali ini yang menjadi sasaran adalah rumah Novitasari di Desa Sumberkedawung. Dari rumah Novi, tersangka berhasil menggondol sebuah laptop dan sebuah Hp.

Tiga kasus pencurian itu kemudian jadi atensi polisi. Akhirnya polisi mencurigai sosok Yd. Setelah mendapat cukup bukti, Senin (21/6) sekitar pukul 17.00 polisi menangkapnya. Saat itu, Yd sedang berada di rumah pamannya, Kamat. Yd kemudian digelandang ke mapolsek Leces dan langsung diperiksa.

Dari pemeriksaan terhadap Yd, petugas kepolisian reskrim Polsek Leces akhirnya berhasil mengembangkan dengan menangkap Moch Idrus. "Kemarin kan satu tersangka, sekarang (kemarin) ini cs-nya," ujar Aiptu Kurdi, Kanitreskrim Polsek Leces.

Terkait satu tersangka lagi yang masih belum tertangkap, Aiptu Kurdi berjanji pihaknya bakal terus melakukan pengejaran. (mie/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166167

SPSKL Tetap Optimis

[ Kamis, 24 Juni 2010 ]
Soal Rencana Pembangunan PG di Leces

PROBOLINGGO-Imbauan Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Pemkab Probolinggo soal kendala bahan baku ampas tebu untuk kertas tidak menyurutkan semangat untuk mendirikan Pabrik Gula (PG) di Leces.

Bahkan Serikat Pekerja Sejahtera Kertas Leces (SPSKL) tetap optimis rencana Pembangunan PG tersebut bakal berhasil.

Hal itu diungkapkan oleh Imam Suliono ketua SPSKL. Ia mengaku kecewa dengan statement kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) soal keterbatasan bahan baku tersebut. "Kadisbunhut seharusnya lebih jeli melihat persoalan rencana pembangunan PG ini. Dia (Kadisbunhut) tidak melihat kenapa dulu petani bersemangat menanam tebu," kata Imam Suliono.

Seperti diberitakan Radar Bromo, PTKL berencana membangun PG di areal lahannya. Itu bila usulan Serikat Pekerja Sejahtera Kertas (SPSKL) untuk mengajukan pembangunan PG (Pabrik Gula) yang jadi satu lokasi dengan PTKL terealisasi.

Usulan SPSKL itu cukup serius. Selasa (25/5) lalu, perwakilan anggota SPSKL telah menyampaikan usulan tersebut ke komisi VI DPR RI dalam rapat dengar pendapat umum di gedung Nusantara 1 Senayan, Jakarta. Salah satu agenda pertemuan tersebut adalah membahas kemungkinan pendirian PG di lokasi PTKL dan integrasi industri PTKL dengan PG.

Diketahui, pada APBN 2010 pemerintah pusat menganggarkan pembangunan tiga unit PG baru dengan total anggaran Rp 4,5 Triliun. Tempatnya belum ditentukan secara spesifik. Cuma, dua di antaranya dijatah akan dibangun di Jatim dan satu lagi di luar Jawa.

Namun kepala Disbunhut pemkab Ir Nanang Trijoko S mengingatkan bahwa stok bahan baku tebu yang sekarang ini menjadi permasalahan di beberapa PG yang sudah eksis. Menurutnya, saat ini di Kabupaten Probolinggo sudah ada tiga PG. Yakni, PG Pajarakan, PG Gending dan PG Wonolangan. Ketiga PG itu sendiri sedang kesulitan bahan baku selama ini.

Sebab, jumlah lahan tebu di Kabupaten Probolinggo terus menyusut. "Ketiga PG di Kabupaten Probolinggo selama ini selalu menyuplai 80 persen bahan baku kebutuhan tebu dari Lumajang," jelasnya.

Karena itu, kalau PTKL berencana membangun PG, maka Nanang mengingatkan soal seretnya bahan baku tebu di Kabupaten Probolinggo. Menurut Nanang, tidak mudah untuk mengoptimalkan beberapa lahan tidur di Kabupaten Probolinggo untuk menjadi perkebunan tebu.

Namun Imam Suliono berpendapat lain. Ia menilai dulu petani dengan sukarela menanam tebu. "Bukan semata karena tekanan politik. Tetapi karena petani betul-betul diuntungkan. Kalau sekarang petani ogah karena selalu dirugikan. Mereka (petani) dalam posisi pasif kala penentuan rendemen (kadar kandungan gula dalam batang tebu)," imbuh Imam.

Nah, masih menurut Imam, permasalahn itu sedianya saat ini tengah diupayakan pemecahannya oleh pemerintah provinsi (pemprov) Jatim. Saat ini pemprov dijelaskan Imam tengah mengupayakan perda tentang rendemen gula.

"Penetapan rendemen gula itu nantinya bukan lagi ditentukan oleh pihak PG, tetapi oleh tim yang dibentuk gubernur," beber Imam. Nah, dengan begitu keuntungan yang dirasakan petani bakal sangat terasa.

"Potensi untung bagi petani sangat terbuka karena PG Leces nantinya akan menggunakan mesin baru yang lebih efisien daripada mesin-mesin PG saat ini yang peninggalan Belanda," jelasnya.

Sementara itu Kadisbunhut saat dikonfirmasi kemarin (23/6) kembali mengingatkan dirinya tidak mengomentari soal rencana pembangunan PG di Leces. "Saya cuma melihat kondisi di lapangan," katanya.

Menurut Nanang, yang terpenting adalah ketersediaan lahan untuk produksi itu sendiri. "Bukannya saya pesimis soal rencana (pembangunan PG itu). Cuma yang terpenting itu ketersediaan lahannya," jelasnya.

Pemkab dijelaskannya akan terus mendukung rencana itu. "Tetap kami dukung. Kalau petaninnya oke. Itu aset daerah. Saat ini saya belum tahu detail perencanannnya," ungkapnya.

Di lain pihak, rencana pembangunan PG di Leces ini juga mendapat tanggapan dari komisi D DPRD setempat. Amin Haddar, sekretaris komisi D mengaku cukup mendukung pembangunan PG tersebut. Karena keberadaan PG itu bakal membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. "Yang terpenting harus mendahulukan warga setempat yang berkompeten," katanya.

"Sebagai bentuk dukungan kami, FPPP sendiri bakal menyuarakan aspirasi ke anggota kami di Pusat (Jakarta) agar rencana pembangunan PG berjalan mulus," jelasnya. (mie/nyo)

Sumber : http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166168