Selasa, 02 November 2010

Jatim Optimistis Capai Target Inflasi di Bawah 6,5%

Selasa, 2 Nopember 2010 | 12:08 WIB

SURABAYA – Target Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim untuk mematok angka inflasi tahun 2010 di bawah 6,5% diperkirakan akan bisa tercapai. Ini terlihat dari posisi inflasi kumulatif di Jatim selama Januari hingga Oktober yang hanya berada di level 5,39%.

"Kalau melihat posisi inflasi kumulatif Jatim dari Januari hingga Oktober, saya yakin inflasi Jatim hingga akhir 2010 akan berada di bawah 6,5%," kata Kepala BPS Jatim Irlan Indrocahyo, Senin (1/11).

Irlan mengatakan, laju inflasi di Jatim masih cukup stabil. Ia berharap selama dua bulan kedepan tidak akan ada regulasi pemerintah yang bisa memicu kenaikan laju inflasi. "Seluruh momen besar sudah kita lewati, tinggal Natal dan tahun baru. Dan saya pikir kanaikan inflasinya juga tidak akan cukup tinggi. Jika kondisi normal, laju inflasi selama dua bulan ke depan saya kira tidak akan mencapai 1%," jelasnya.

Bulan oktober ini sendiri, Inflasi di Jatim mencapai 0,02% atau lebih rendah dibanding inflasi bulanan nasional yang sebesar 0,06%. "Namun, laju inflasi kumulatif di Jatim justru lebih tinggi dibandingkan nasional yang ada di posisi 5,35%," kata Irlan.

Terjadinya inflasi pada Oktober ini sendiri dipicu kenaikan harga makanan jadi. Sementara komoditas pemberi sumbangan terbesar terhadap inflasi di Jatim adalah bawang merah. Selain itu, harga emas perhiasan, gula pasir, tomat sayur, upah pembantu rumah tangga, rokok kretek filter, biaya masuk perguruan tinggi, tempe, bayam, dan rokok kretek ikut menyumbang inflasi Oktober lalu.

"Harga bahan makanan, minuman, rokok, dan tembakau mengalami kenaikan 1%. Lalu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik 0,25%," ujarnya.

Sementara itu, dari catatan BPS, dari 10 kota di Jatim tujuh kota di antaranya mengalami inflasi dan tiga kota sisanya justru deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jember sebesar 0,20 persen, Malang 0,19 persen, Madiun 0,18 persen, Tulungagung 0,12 persen, Kediri 0,03 persen, dan terendah Surabaya 0,02 persen.

"Deflasi terjadi di Sumenep 0,70 persen, Banyuwangi 0,16 persen, dan Tuban 0,12 persen," katanya.

Sementara kota yang mengalami inflasi kumulatif terbesar selama 2010 di Jatim adalah Probolinggo sebesar 6,12%, disusul Surabaya sebesar 5,96%, dan Malang sebesar 5,06%. Sedangkan kota yang mengalami inflasi kumulatif terkecil adalah Tulungagung sebesar 4,55%, disusul Jember dan Tuban yang masing-masing 4,58%. den

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=42d324c2ed04c8015fea479c562e3d94&jenis=d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e

Radius Wisatawan Diimbau 1 Km dari Gunung Bromo

Selasa, 02/11/2010 12:04 WIB
Muhammad Aminudin - detikSurabaya

<p>Your browser does not support iframes.</p>

Gunung Bromo/File Budi Sugiharto

Malang - Wisatawan Gunung Bromo diimbau waspada, dan tidak mendekati bibir kawah. Pasalnya, kepulan asap sulfur dari kawah Bromo makin meningkat.

M. Syafi'i, Kepala Pos Pengamatan Gunung Bromo menuturkan, status ikon wisata di Jawa Timur ini masih waspada. Asap belerang yang terus menerus keluar dari kawah merupakan bentuk dari aktivitas gunung tersebut.

"Aktivitas Gunung Bromo masih ditunjukkan dengan keluarnya asap belerang," katanya saat dihubungi detiksurabaya.com, Selasa (2/11/2010) pagi.

Menurut Syafi'i, dalam sepekan ini sempat terjadi gempa tremor sebanyak dua kali. Meski begitu, dia menilai gempat tremot tersebut merupakan gejolak normal dari dapur magma.

Untuk itu, dia mengimbau kepada wisatawan untuk tidak mendekati mulut kawah. Selain bau belerang yang menyengat, juga dikarenakan antisipasi bahaya dari aktivitas gunung berapi itu.

"Sesuai rekomendasi dari kami, maksimal jarak antara wisatawan dengan kawah tidak kurang dari 1 kilometer," tegasnya.

Dari data yang dihimpun, Gunung Bromo terakhir meletus pada tahun 2004 silam. Abu vulkanik dikeluarkan dari dalam kawah akibat letusan sampai ke wilayah Malang Raya. Bahkan, hampir seluruh wilayah yang terjangkau muntahan, tertutup abu vulkanik.

Syafi'i menambahkan, erupsi yang terjadi pada Gunung Merapi juga tidak berpengaruh pada Gunung Bromo. Karena pasca letusan Merapi, hanya terjadi beberapa kali gempa tremor di gunung yang setia tahunnya menjadi tempat upacara kasada bagi suku Tengger.

Meski Gunung Bromo berstatus waspada, namun tidak mempengaruhi minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi gunung yang berada di Probolinggo, Jawa Timur. Bahkan, sepanjang tahun ini, ratusan wisatawan datang untuk melihat pesona alam Bromo yang indah.
(bdh/bdh)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/11/02/120426/1482495/475/radius-wisatawan-diimbau-1-km-dari-gunung-bromo?881104465

Harga Sayur-bumbu Merambat Naik

Selasa, 2 Nopember 2010 | 10:30 WIB

PROBOLINGGO - Sekitar dua minggu menjelang Hari Raya Idul Adha, sejumlah komoditas sayur dan bumbu di Probolinggo merayap naik. Kenaikan harga diperkirakan dipicu sedikitnya persediaan dan rusaknya sebagian komoditas akibat intensifnya hujan.

’’Tomat yang pada pertengahan September lalu Rp 1.000-1.500 per kilogram di tingkat petani, sekarang tembus Rp 6.000 per kilogram,” ujar Santoso, petani sayur-mayur di Desa Ngadisari, Kec Sukapura, Kab Probolinggo, Senin (1/11).

Di Pasar Baru dan Pasar Gotong Royong, Kota Probolinggo, harga tomat melangit. “Mosok tomat kecil-kecil dan masih hijau harganya Rp 10 ribu-Rp 12 ribu per kilogram,” ujar Ny Elmila, warga Kel Tisnonegaran, Kota Probolinggo.

Santoso menilai wajar kalau harga tomat melambung. Soalnya, tomat yang ditanam petani rusak akibat tingginya curah hujan. “Sekarang sedikit petani yang menanam tomat, kalaupun ada ya kualitasnya jelek,” ujarnya.

Seperti halnya tomat, harga kubis yang awal Oktober lalu di tingkat petani Rp 1.000-1500/kg juga merayap naik jadi Rp 2.000-2.500/kg. “Tanaman kubis juga banyak yang busuk karena hujan, malah arelanya ratusan hektare,” ujar Supoyo, kades Ngadisarim, desa di lereng Gunung Bromo.

Memang ada sejumlah komoditas sayuran yang harganya relatif stabil sejak September lalu. “Kentang berkutat sekitar Rp 4.000 per kilogram, sementara bawang prei Rp 5.000 per kilogram,” ujar Suparman, petani sayur di Ledokombo, Kec Sumber, Probolinggo.

Masalah musim kemarau yang diguyur hujan juga menjadi kendala tersendiri bagi petani di lereng Gunung Bromo. “Tanaman muda yang baru ditanam jika kebanyakan air bisa busuk. Hujan juga memicu kubis dan tomat siap panen cepat membusuk,” ujar Kusnan, petani di Desa Wonokerto, Kec Sukapura.

Beberapa petani beralih menanam jagung ketimbang kubis dan tomat yang rawan rusak saat diguyur hujan. “Kalau jagung kan lebih tahan hujan dan penyakit, meski masa panen relatif lebih lama,” ujar Suwito, petani lain di Kec. Sukapura.

Bawang India

Harga bawang merah di Probolinggo juga merambat naik pasca Lebaran Idul Fitri, September lalu. “Bawang merah yang pernah anjlok hingga Rp 2.000 per kilogram sekarang menembus harga Rp 16.500-19.000 per kg di tingkat petani,” ujar W Agus Pribadi, petani dan pedagang bawang merah di Kec Gending.

Melambungnya harga brambang diduga karena areal panen di sentra penghasil bawang merah utama di Jatim itu berkurang. “Saat kemarau disertai hujan (kemarau basah, Red.) seperti sekarang, bertanam bawang sulitnya luar biasa. Tanaman gampang rusak dan rentan hama ulat,” ujarnya.

Berkurangnya panen areal bawang merah di sejumlah kecamatan, Leces, Gending, Tegalsiwalan, hingga Kec Kraksaan, dan sebagian di Kota Probolinggo menjadi peluang masuknya bawang merah dari luar. Sejumlah pedagang memasukkan bawang asal Nganjuk dan Brebes ke Pasar Bawang Merah di Kec Dringu, Kab Probolinggo.

“Bahkan ada importer yang memasukkan bawang merah asal India ke Pasar Bawang Merah di Probolinggo,” ujarnya. Anehnya bawang merah seukuran bola pingpong asal India (bukan bawang Bombay) yang ditawarkan dengan harga Rp 19.000-20.000/kg itu tidak diminati pembeli di Probolinggo. “Aroma dan rasa pedasnya kalah dengan bawang merah lokal Probolinggo,” ujar Agus Pribadi. Bahkan dibandingkan bawang merah impor asal Thailand dan Philipina, brambang Probolinggo masih menang aroma dan rasanya.

Akibatnya sekitar 20 ton bawang merah asal India itu masih menumpuk di gudang di kompleks pasar bawang merah di Jl Raya Dringu itu. “Mungkin kalau dijual murah, Rp 10.000 per kilo, baru bawang India laku di Probolinggo,” ujar Agus. isa

Harga Sayur-bumbu di Kab. Probolinggo

Komoditas Sept 2010 Akhir Okt 2010

Tomat Rp 1.500 Rp 6.000 *

Rp 10.000-12.000 **

Kubis Rp 1500 Rp 2.000-2.500*

Bawang Merah Rp 5.000 Rp 16.500-19.000*

Kentang Rp 4.000 Rp 4.000*

Bawang prei Rp 5.000 Rp 5.000*

Ket: * (harga di petani), ** (harga di pasar)

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=576274783725eeb8c217848a212bd2c5&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Daging Kurban Tahan Sampai Tiga Tahun

Selasa, 2 November 2010
KORNET KURBAN
KORNET KURBAN – Ratna dari Rumah Zakat menunjukkan daging kurban yang sudah dibuat kornet dan dikemas dalam kaleng bentuk kaleng dengan nama Superqurban.

MENJELANG Iduladha, penjualan hewan kurban dipastikan akan meningkat. Di beberapa tempat di Kota Bandung, kita misalnya bisa dengan mudah menemukan penjual kambing, domba, dan sapi. Pada saatnya nanti, hewan-hewan kurban ini akan disembelih dan dagingnya didistribusikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Penjualan hewan kurban dan penyembelihan yang marak, menjadi pemandangan yang biasa pada hari raya Iduladha.

Ironisnya masih banyak orang-orang yang seharusnya wajib diberi kurban, malah justru tidak menerima yang menjadi hak mereka. Hal ini menjadi pemikiran Rumah Zakat untuk menampung serta mendistribusikan daging kurban secara adil dan merata. Hasilnya, Rumah Zakat meluncurkan Superqurban pada tahun 2000.

Banyaknya titipan zakat yang diterima, membuat Rumah Zakat sampai harus bekerja sama dengan pemerintah Australia dalam pengadaan ternak kambing dan sapi. Tidak tanggung-tanggung sebanyak lima ribu ekor hewan kurban disiapkan.

Regional Head Jabar Rumah Zakat Asep Nurdin mengatakan, kerja sama dengan pemerintah Australia didorong kenyataan pada saat itu Indonesia bisa menyediakan hewan kurban yang dikemas dalam bentuk kaleng yang sudah menjadi daging olahan siap makan.

"Selama lima tahun kita bekerja sama dengan Australia dalam pengadaan daging kurban siap makan ini," ujar Asep saat ditemui di Rumah Zakat Jalan Turangga 33 Bandung, Senin (1/11).

Berbeda dengan daging kurban yang dibagikan di kampung-kampung biasanya, Superqurban ini bisa tahan hingga tiga tahun. Dengan memanfaatkan teknologi pengolahan yang canggih, kata Asep, daging kurban lebih bernilai tambah, masa penyaluran lebih panjang, dan lebih banyak yang terbahagiakan.

Asep mengatakan, saat ini pabrik pengolahan daging kurban berbentuk kornet ini ada di Probolinggo, Jawa Timur.

"Lima tahun terakhir, kita mengolah di Indonesia. Selama sepuluh tahun sudah kita salurkan dari Sabang sampai Merauke terutama ke lokasi bencana," katanya.

Dikatakan Asep, hewan kurban yang dijual di Rumah Zakat ada dua jenis. Kambing dipatok harga Rp 1,1 juta dan sapi Rp 9,95 juta. Hal itu sudah termasuk biaya pengemasan hingga menjadi kornet.

Dengan dikemas dalam kaleng, daging yang berlebih ini tidak akan mubazir karena bisa tahan lama. Buktinya daging kurban tahun 2009, kini didistribusikan kepada pengungsi bencana Merapi, Mentawai, dan Wasior. Sebanyak 3.500 daging kemasan telah didistribusikan ketiga daerah tersebut.

"Jadi manfaat tidak hanya hari itu saja tapi tahan hingga tiga tahun, rasanya dijamin enak karena tidak memakai bahan pengawet tapi dipanaskan dalam suhu yang tinggi. Dikonsumsi langsung pun bisa," ujar Asep.

Dari sisi syariah, kata Asep, pengemasan daging kurban merujuk hadis Aisyah Rodiallohuanhu yang diriwayatkan Bukhari Muslim bahwa Rosullullah Saw sempat menyuruh mengawetkan daging kurban untuk perjalanan yang jauh.

Superqurban kini dikembangkan di wilayah Sumatera, Medan, dan Jakarta. Bagi ingin berkurban lewat Rumah Zakat, bisa datang langsung ke Jalan Turangga 33 Bandung atau SMS Centre 081573001555 dan Call Centre 08041001000. (fam)

Sumber: http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/33278/daging-kurban-tahan-sampai-tiga-tahun

Bakrie Tetap Bangun Empat Ruas Tol

Senin, 01 November 2010 18:04

Jakarta, (Analisa)

PT Bakrie Toll Road (BTR) menyatakan kesiapannya untuk empat ruas tol di Indonesia.

"Meski sedang dievaluasi oleh pemerintah, kami tetap komit bangun empat ruas tol senilai Rp15,2 triliun itu," kata Direktur Utama PT BTR, Harya M Hidayat saat dihubungi di Jakarta, Senin (1/11).

Harya berkeyakinan empat ruas tol tersebut bisa diselesaikan sesuai jadwal yang ditentukan. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menyebutkan, hasil evaluasi sementara dari 24 ruas tol yang dievaluasi ada 14 ruas tol yang lolos verifikasi.

Sedangkan delapan ruas tol lainnya adalah diminta untuk mencari mitra baru dan dua ruas tol belum memenuhi laporan keuangan.

Harya mengakui, dari 8 ruas tol yang diminta mencari mitra itu, ada ruas tol yang kepemilikan sahammnya dipegang oleh Bakrie. Apalagi saat ini Bakrie mempunyai satu ruas tol yang sudah beroperasi yaitu tol Kanci-Pejagan sepanjang 34 kilometer.

Menurut Harya, selama ini BTR masuk dalam tol sebagai bentuk dukungan terhadap ruas tol yang memang memiliki ekuitas yang kurang mencukupi. "Seperti halnya dengan Jasa Marga yang memegang ruas tol Cengkareng- Kunciran ataupun Kunciran- Serpong," katanya.

Jasa Marga, kata Harya, akhirnya mayoritas karena investor awal kurang kuat dalam permodalan. BTR mempunyai hak opsi utama menjadi mayoritas dalam 4 ruas tol tersebut, terdiri atas dua ruas tol masuk Trans Jawa dan dua ruas tol masuk dalam Non Trans Jawa.

Dua ruas tol Trans Jawa adalah Pejagan-Pemalang dan Batang-Semarang. Sedangkan Non Trans Jawa adalah Ciawi-Sukabumi dan Pasuruan-Probolinggo.

Terkait dengan salah satu ruas tol yaitu Batang-Semarang yang belum melengkapi laporan keuangan, pihaknya mengaku sudah melengkapinya.

"Ruas itu sudah tidak ada masalah dalam sisi laporan keuangan maupun rencana bisnisnya," katanya.

Sementara Kepala BPJT, Ahmad Ghani Gazali juga mengakui bahwa untuk ruas tol Batang-Semarang ini sudah memberikan laporan keuangan lengkap dan tidak ada masalah lagi.

Terkait dengan 8 ruas tol yang harus mencari mitra baru ini, kata Ghani, karena untuk mencapai modal 30 persen dari nilai investasi, masih ada yang belum mencukupi.

Empat ruas Tol yang dikuasai Bakrie yakni Pejagang-Pemalang (57,50 km), nilai investasi Rp3,2 triliun dan konsesinya dipegang oleh PT Pejagan Pemalang toll Road.

Pemegang sahamnya adalah PT Sumber Mitra Jaya (45%), PT Langkah Utama Perkasa (45%)dan Country Sela Investment Corporation (Seychelles) 10%.

Selain itu Batang-Semarang (75km), nilai investasi Rp3,6 triliun, konsesinya dipegang oleh PT Marga Setiapuritama dan pemegang sahamnya adalah PT Insia Persada Permai (40%), PT Bayuen Permatasari (55%) dan PT Karya Trampil Mandiri (5%).

Untuk Pasuruan-Probolinggo (45km), nilai investasi Rp3,4 triliun, pemegang konsesi PT Trans Jawa Paspro Jalan Tol dengan pemegang saham PT Bukaka Teknik Utama Tbk (35%), PT Wahana Multi Insani (32,5%), dan PT Sembilan Banua Makmur (32,5%).

Ruas tol keempat, Ciawi-Sukabumi (54km), nilai investasi Rp5 triliun, Pemegang konsesi PT Trans Jabar Tol, pemegang saham PT Bukaka Teknik Utama Tbk (35%), PT Graha Multitama Sejahtera (12,5%), dan PT Karya Perkasa Insani (32,5%). (Ant)

Sumber: http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=74287:bakrie-tetap-bangun-empat-ruas-tol&catid=26:nasional&Itemid=29


Dokter Laris Karena Pakai Sistem Kredit

Senin, 1 Nopember 2010

Kasat Reskoba Polres Situbondo, AKP Priyo Purwandito, menunjukkan obat-obatan yang biasa dipakai sang dokter palsu. FOTO : SURYA/izi Hartono

SITUBONDO | SURYA Online - Abdul Hadi, 46, dokter gadungan yang baru terbongkar kedoknya setelah ‘berpraktik’ selama sekitar 10 tahun, mempunyai trik tersendiri untuk memikat para pasien. Warga Dusun Krajan, Langkap, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, ini memberikan kemudahan biaya pengobatan, antara lain dengan pembayaran sistem kredit alias menyicil.

Dengan trik tersebut maka tak heran bahwa jumlah pasien pria tamatan SMP tersebut mencapai ratusan orang. “Kalau orang tak punya uang, masak harus dipaksa (bayar kontan)? Ya mereka selalu bon atau berutang,” terang Abdul Hadi, di hadapan penyidik Reskoba Polres Situbondo, Senin (1/11/2010).

Seperti diberitakan, Abdul Hadi ditangkap polisi dari Satuan Reserse Narkoba Polres Situbondo, Sabtu, (30/10/2010) sekitar pukul 20.00 WIB. Dia sehari-hari melakukan praktik sebagai dokter keliling desa di wilayah Kabupaten Bondowoso dan Probolinggo. Selama 10 tahun dia aman dan lancar bekerja sebagai dokter palsu.

Terbongkarnya praktik dokter gadungan yang sudah berlangsung selama 10 tahun ini berawal dari kecurigan warga setempat terhadap peralatan medis dan obat-obatan di rumah tersangka Abdul Hadi. Mereka pun melapor ke polisi. Saat diperiksa polisi, Abdul Hamid mengakui perbuatannya. Mengenai obat-obatan yang sering dia pakai mengobati para pasien, menurutnya dibeli dari sebuah apotek langganannya.

Suntik KB

Selain melayanai pengobatan berbagai macam penyakit, dalam praktiknya Abdul Hadi juga melayani suntikan Keluarga Berencana (KB) bagi ibu rumah tangga. “Pernah dikomplain sama bidan, tapi mau gimana? Ini kan yang minta warga sendiri,” kilahnya, dengan wajah tersipu.

Kasat Reskoba Polres Situbondo, AKP Priyo Purwandito mengatakan, selain memeriksa tersangka Abdul Hadi, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo terkait apotek yang menjual obat obatan dengan jumlah banyak kepada Abdul Hadi. “Belum (berkoordinasi), tapi saya akan koordinasi,” kata Priyo Purwandito.

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/11/01/dokter-palsu-laris-karena-pakai-sistem-kredit.html