Senin, 07 Juni 2010

Warga Probolinggo-Pasuruan yang Bakal Meraih Anugerah Kalpataru 2010 (2-Habis)

[ Senin, 07 Juni 2010 ]
Hanya Lulusan Paket B, tapi Punya Semangat

Cholifah, 41, warga Desa Kedungringin, Beji Pasuruan memang hanya lulusan Kejar Paket B (setingkat SMP). Namun, itu tak membatasinya berkarya. Terbukti dengan temuannya yang diberi nama trichogramma hingga membuatnya diganjar penghargaan Kalpataru tahun ini.

M. IQBAL, Bangil

SEJAK kecil, Cholifah tidak mempunyai angan-angan bakal meraih penghargaan Kalpataru. Apalagi sampai Kalpataru tingkat nasional. Di masa kecilnya, Cholifah justru ingin sekali menjadi seorang perancang busana.

Tapi, begitulah. Jalan hidup seseorang tak selalu jadi seperti yang diinginkan. Pada saat duduk di bangku SMP, Cholifah terpaksa merotol karena faktor ketiadaan biaya. Cholifah hanya bisa menempuh pendidikan formal sampai kelas dua SMP.

Usia bertambah, zaman berubah, tapi keinginan Cholifah mengenyam pendidikan tak pernah luntur. Pada 2004, dia mengikuti Kejar Paket B di Desa Kenep, Beji. Dari tempat tinggalnya di Desa Kedungringin, Cholifah rela datang ke Desa Kenep tiga hari dalam seminggu untuk menjalani pendidikan Kejar Paket B sampai lulus.

Di luar aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu dari dua anak perempuan yang kini sudah beranjak dewasa itu, juga sibuk dengan kegiatan pertanian di desanya. Cholifah adalah ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan dan Swadaya (P4S).

Dengan organisasi itu, Cholifah mengabdikan apa yang diketahuinya tentang pertanian. Termasuk trichogramma, temuannya yang kemudian mengantarnya meraih berbagai penghargaan.

Trichogramma rintisan Cholifah merupakan musuh alami bagi hama pengerut batang padi yang kerap melanda pertanian. Namanya juga musuh alami, trichogramma tidak mennggunakan bahan pestisida. Dan karena itu trichogramma ramah lingkungan. Walau begitu, khasiatnya tak kalah, bahkan melebihi obat berbahan pestisida.

Cara pembudidayaannya pun terbilang sederhana. Semua orang bisa melakukannya. Hanya dengan bahan tepung jagung dan dedak, budidaya bisa dilakukan. Caranya, dua bahan dasar itu disangrai (digoreng tanpa menggunakan minyak) terlebih dahulu.

Setelah itu, dua bahan tersebut diletakkan dalam sebuah toples dan diisi dengan hama gudang. "Setelah enam minggu dengan hama gudang, imagonya akan keluar," jelas Cholifah. Imago yang dimaksudnya yakni semacam kupu-kupu kecil yang lebih dikenal dengan keper.

Keper kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabung silinder. Dua atau tiga hari kemudian, keper itu akan bertelur. Tahap selanjutnya yakni mencari telur hama pengerut batang padi. Telur hama itu diletakkan dalam tabung.

Dalam dua hari, tabung berisi telur hama itu akan dipenuhi hama. "Hamanya macam-macam, ada trichogramma dan jenis hama lain," terang Cholifah.

Trichogramma pun, sebenarnya juga merupakan hama. "Alam kita ini telah lengkap. Untuk mengatasi hama, tak perlu memakai pestisida. Cara mengatasinya telah disediakan oleh alam. Dan kita tingga mengelolanya saja," tambahnya.

Tahap selanjutnya, pada tabung yang dipenuhi hama itu, dimasukkan telur keper. Di sini, hama yang bukan trichogramma akan mati karena tidak mempunyai makanan. Pada proses ini dinamakan parasitasi trichogramma. Selanjutnya, trichogramma telah siap diaplikasikan di lahan pertanian.

Trichogramma yang dirintis Cholifah itu membuat P4S sampai kerap mendapat kunjungan. Rata-rata mereka yang berkunjung ingin belajar lebih dekat trichogramma. Mulai dari kalangan mahasiswa, petani, bahkan dinas pertanian dari daerah lain.

Cholifah adalah istri dari lelaki bernama Sirkan, 48. Suami istri dengan dua anak ini tinggal di Dusun/Desa Kedungringin, Beji. Semula Cholifah ingin bekerja di pabrik, layaknya wanita lain di desanya.

Keinginan Cholifah bekerja di pabrik didorong kondisi ekonomi keluarganya. Ia ingin bisa membantu suaminya mencari nafkah. Tapi, keinginan Cholifah bekerja di pabrik akhirnya urung. "Kalau istri saya juga bekerja, anak-anak siapa yang ngurus," kata Sirkan, sang suami.

Akhirnya, Cholifah memilih aktif di berbagai kegiatan di desa. Termasuk urusan pertanian. "Daripada jenuh di rumah thok..." terang Sirkan.

Tapi siapa sangka, kegiatan pertanian yang diikuti Cholifah berbuah manis. Pada 2002, Cholifah mendapat penghargaan sebagai pemenang utama dari Gubernur Jatim dan Komisi D Jatim dalam upaya pelestarian lingkungan hidup kategori penyelamat lingkungan.

Lalu pada 2006, Cholifah kembali mendapat penghargaan dari Gubernur Jatim atas pengabdian dalam bidang lingkungan hidup pertanian, peternakan, koperasi, dan kewirausahaan yang ia tekuni. Dan pada 2007, Cholifah dinobatkan sebagai petani teladan oleh kementerian pertanian RI.

Dan kini, berkat rintisan trichogramma, Cholifah mengharumkan nama Kabupaten Pasuruan. Ia bakal menerima penghargaan Kalpataru 2010 dari Presiden SBY di Istana Negara Jakarta besok (8/6).

Kamis (3/6) lalu Cholifah sudah mendapat undangan untuk hadir langsung ke Jakarta. "Orang BLH yang mengantarkan surat undangannya ke sini," kata Cholifah.

Menurutnya, sebelum surat undangan itu datang, dirinya telah mendengar kabar burung. Intinya, ia terpilih sebagai salah seorang yang bakal meraih penghargaan. Tapi, kabar itu tidak dihiraukan Cholifah.

"Saya tanggapi biasa-biasa saja. Iya kalau benar. Kalau tidak, bagaimana?" ujarnya. Cholifah mengatakan, pengharagaan bergengsi itu memang bukan misi utamanya. "Yang terpenting, ilmu saya bisa digunakan orang lain dan bermanfaat," tambah ibu dua anak ini.

Tapi, yang terjadi, dia memang benar-benar akan mendapat Kalpataru 2010. Selasa besok bagi Cholifah menjadi momen ketiga kalinya bertemu langsung dengan Presiden SBY. "Ini kali ketiga saya bertemu presiden," ujar Cholifah.

Pertama kali Cholifah bertemu langsung dengan Presiden SBY pada 2006 lalu di istana Bogor dalam sebuah acara pendidikan penyuluh pertanian. Lalu pada 2007 Cholifah dapat kesempatan lagi bertemu Presiden SBY. Saat itu Cholifah mendapat penghargaan sebagai petani teladan. Karenanya, untuk momen ketiga bertemu Presiden SBY besok, Cholifah mengaku tak perlu melakukan persiapan khusus.

Bagi Cholifah, meraih penghargaan Kalpataru bukan sebuah ambisi. Ketika diminta presentasi tentang trichogramma dalam babak seleksi Kalpataru, yang ada dalam benak Cholifah hanya kepentingan petani. "Saya jalani apa adanya. Tetapi saya yakin saja karena apa yang saya presentasikan benar-benar nyata dan banyak diterapkan petani," ujarnya.

Di balik aktivitas pertanian dan lingkungan hidup yang digelutinya sejak 1997 diganjar banyak prestasi, Cholifah tetap seorang yang rendah hati dengan semangat baja. "Saya hanya ibu rumah tangga yang lulusan Paket B, setara SMP. Tapi saya punya semangat. Saya harus bisa," tegas Cholifah. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Rally Motor Kenalkan Obyek Wisata

[ Senin, 07 Juni 2010 ]

KRAKSAAN - Hari Jadi ke-264 Kabupaten Probolinggo memang sudah lewat. Namun rangkaian perayaannya masih berlangsung. Seperti rally motor wisata safety riding mengelilingi Kabupaten Probolinggo bagian Barat, kemarin (6/6).

Rally motor wisata safety ridding itu digelar atas kerjasama Pemkab Probolinggo dengan Polres setempat. Ribuan peserta dari berbagai elemen pun ikut serta. Mulai anggota Polres, pegawai pemkab, kades, camat dan warga umum. Tak ayal, jalan yang menjadi rute rally wisata sempat macet ketika rombongan peserta melintas.

Selama rallu, tidak ada aturan mengenai jenis motor yang harus digunakan oleh peserta. Peserta boleh memakai motor gede (moge), motor trail atau motor bebek biasa.

Rute rally sendiri dimulai dari depan kantor seretariat daerah Pemkab Probolinggo di Dringu. Sekira pukul 08.00 WIB, rombongan berangkat dilepas Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin.

Sebelum berangkat, Bupati berpesan kepada para peserta untuk berhati-hati selama perjalanan. "Angka kecelakaan saat ini cukup tinggi. Kebanyakan karena faktor psikologis ketika di jalan. Jadi jaga emosi di jalan," pesannya.

Dari kantor pemkab, rombongan menuju ke Timur sampai di simpang tiga Sinto, Tamansari. Lalu belok ke Selatan, tembus Banjarsawah, Tegalsiwalan. Dari sini perjalanan dilanjutkan ke Utara. Sampai di pasar lama Leces, rute dilanjutkan ke Barat yang tembus Bantaran. Sampai di Bantaran, perjalanan terus ke Barat sampai ke Patalan, Wonomerto.

Dari Patalan, peserta naik ke arah Bromo. Sampai di simpang tiga patung selamat datang Sukapura, perjalanan diteruskan ke Utara melewati Kecamatan Lumbang dan tembus ke Tongas. Finishnya di Rest Area Tongas.

Sesampai di Rest Area Tongas, peserta rally wisata disuguhi hiburan berupa penampilan beberapa penyanyi dangdut. Di sela-sela penampilan para penyanyi itu, panitia mengundi peserta yang berhak mendapatkan hadiah.

Ketua Panitia Ahmad Badawi mengatakan, selain memperingati hari jadi, acara tersebut digelar untuk mengenalkan potensi keindahan Kabupaten Probolinggo. "Saat melintasi rute tadi, semua peserta disuguhi keindahan alam. Selain itu peserta juga bisa langsung menyapa rakyat," kata pria yang juga ketua dewan setempat ini.

Harapannya, peserta rally wisata yang diperkirakan mencapai sekitar 1.500 orang itu akan menceritakan keindahan Kabupaten Probolinggo kepada warga lain. "Jadi juga sebagai media promosi wisata," tutur Memed -panggilannya.

Selain itu, rally juga bertujuan untuk sosialisasi kampanye bersepeda aman. "Semua peserta rally wisata tadi (kemarin, Red) harus mengikuti prosedur keamanan di jalan (safety riding). Mulai memakai peralatan lengkap, sampai menyalakan lampu di siang hari," beber Memed.

Memed berharap acara rally motor wisata safety riding tersebut nantinya bisa menjadi agenda tahunan. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163078

Plengsengan di Jl Kerinci Jebol

[ Senin, 07 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Anda harus waspada jika sedang melintasi Jl Kerinci, Kelurahan Pilang Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Pasalnya, ada plengsengan yang ambrol sampai makan badan jalan.

Ambrolnya plengsengan itu mengejutkan warga. Sebab, ambrolnya tidak saat ada banjir. Plengsengan yang jebol itu berada persis di sisi selatan perempatan antara Jl Kerinci dan Jl KH Abdurrahman Wahid.

Kondisi plengsengan yang ambrol itu cukup parah. Panjangnya sampai sekitar 6 meter. Dan, ada sedikit badan jalan ikut longsor, sekitar 1,5 meter dari bibir sungai. Menurut keterangan warga, plengsengan itu mulai anjlok sejak Sabtu (5/6), sekitar pukul 15.30. "Kebetulan waktu itu, saya ada di sini," ujar Suwignyo, seorang warga setempat.

Menurutnya, pada saat kejadian itu cuaca cerah. Begitu juga dengan arus air di sungai tersebut tidak begitu deras. Hanya saja, dari selokan sisi barat jalan airnya agak besar. Selokan yang tidak begitu lebar itu tidak mampu menampung gelontoran air.

Lokasinya yang sangat mepet dengan jembatan mengkhawatirkan Jl Gus Dur ikut ambles. "Kalau tidak segera diperbaiki, bisa-bisa jembatan itu juga ikut ambrol. Apalagi kalau sampai ada hujan dan banjir seperti bulan kemarin," ujar Karim warga lainnya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo plengsengan itu dibangun pada 2009 lalu. "Mungkin sekarang sudah menjadi tanggunan dinas (pemerintah)," kata seorang sumber Radar Bromo.

Menurutnya, meski tidak ada hujan atau bencana lainnya, setiap plengsengan bisa saja ambrol. Terlebih, bila dikerjakan secara sembarangan atau ada kesalahan dalam kontruksinya. "Yang terpenting sekarang adalah segera memperbaikinya. Perkara salahnya siapa, biar dinas (pemerintah) yang menilainya. Itu bukan hanya pemborongnya, konsultannya juga harus dipertanyakan," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163077

PSHT Juara Umum Piala Bupati

[ Senin, 07 Juni 2010 ]

KRAKSAAN - Akhirnya gelaran kejuaraan pencak silat piala Bupati 2010 usai Sabtu malam (5/6). Muncul sebagai juara umum yakni, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Perjuangan Persaudaraan Setia Hati Terate meraih juara umum tidaklah mudah. Mereka baru bisa memastikan gelar juara pada pertandingan final yang terakhir. Yakni melalui kemenangan Sudarto atas Lukman Kamaluddin, pesilat perguruan Ibnu Alwan.

Kemenangan Sudarto membuat Persaudaraan Setia Hati Terate memperoleh 4 emas, 2 perak dan 3 perunggu. Dengan perolehan itu, Persaudaraan Setia Hati Terate ditetapkan sebagai juara umum pertama.

Juara umum kedua ditempati perguruan Tapak Suci. Tapak Suci memperoleh 3 emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Sementara juara umum ketiga ditempati perguruan Ibnu Alwan. Yakni dengan 2 emas, 4 perak, dan 1 perunggu.

Sekretaris pertandingan Asy'ari Muslih mengatakan, ada 10 kelas final yang dilangsungkan. Yakni 8 kelas final untuk putra, kelas A-H. Sedangkan putri ada 2 kelas, yakni A dan B.

Setiap kelas kata Asy'ari, ditetapkan tiga juara. Yakni juara I memperoleh emas. Juara II memperoleh perak. Juara III memperoleh perunggu. "Total ada 30 juara," terang Asy'ari.

Di sela-sela pertandingan, panitia menampilkan seni silat tunggal. Yakni dibawakan oleh Baharuddin Fajar dari Persaudaraan Setia Hati Terate. Fajar menampilkan tiga macam teknik beladiri. Yakni, tangan kosong, memakai toya (tongkat, Red) dan sebilah sabit.

Aksi juara pertama seni pencak silat tunggal Jawa Timur 2009 ini langsung mengundang perhatian hadirin. Tak lupa mereka memberikan aplaus bagi siswa SMAN 1 Kraksaan ini.

Ketua Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate Probolinggo R. Tjatur Njoto Ryanto mengatakan, Fajar akan mengikuti kejuaraan nasional seni bela diri pencak silat tunggal. Pada kejuaraan itu dia akan mewakili Jawa Timur.

Selain penyerahan hadiah pada para juara, ada pula pemilihan khusus. Yakni wasit juri terbaik, official team terbaik, pesilat terbaik putra dan pesilat terbaik putri. Wasit juri terbaik diraih M. Hasan Ilmi dari perguruan Ibnu Alwan.

Lalu official team terbaik, yakni Fery Firman Nur Hidayat dari perguruan Tapak Suci. Pesilat terbaik putra didapat Alaika Abrori Hasan dari perguruan Ibnu Alwan. Sementara pesilat terbaik putri yakni, Desinta Adelia dari Persaudaraan Setia Hati Terate.

Ketua Pengkab Ikatan Pencak Silat Indonesia (Ipsi) Kabupaten Probolinggo Mohammad Sahudi mengatakan, kegiatan berlangsung sesuai harapan pengkab. Karena itu dia menilai, kegiatan serupa harus sering diadakan. Sebab lanjut Sahudi, banyak manfaat yang didapat. "Silaturrahim antar perguruan sangat penting dilakukan," tuturnya.

Lebih dari itu kata dia, dunia bela diri silat harus dikembangkan. Sebab, silat adalah budaya asli Rata PenuhIndonesia. Sementara saat ini kata Sahudi, bibit-bibit pesilat sudah mulai terkikis oleh zaman.

Karena itu Sahudi menegaskan, kegiatan itu bukan hanya untuk unjuk kemampuan saja. "Tapi juga untuk menjaring bakat-bakat yang ada," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163075

Jaring Ikan, Dapat Ratusan Ular

[ Senin, 07 Juni 2010 ]

KRAKSAAN - Sabtu (5/6) sekitar pukul 20.00, di perempatan jalan Desa Bulu Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo ada pemandangan yang tidak jamak. Banyak orang berkerumun di perempatan jalan tersebut. Mereka ternyata ramai melihat ratusan ular sawah.

Ular-ular itu dibawa oleh sejumlah pemuda. Ular-ular itu bukan piaraan, tapi adalah hasil tangkapan Marzuki, 44, warga setempat. Karena jumlahnya sampai 200 ekor, Marzuki malam itu sampai mengajak beberapa pemuda untuk membawa ular-ular tersebut ke perempatan Bulu.

Karena ada tontonan gratis itu, perempatan jalan yang berada di sebelah selatan RSAB Siti Fatimah itu sampai macet. Selain warga, pengendara juga ikut berhenti dan melihat ular-ular itu. "Ingin nonton, Mas. Katanya ularnya besar-besar," ujar salah seorang pengendara.

Marzuki mengatakan, ular tangkapannya itu didapat dari sungai sebelah barat rumahnya, Kali Mati. Dinamakan demikian karena sungai tersebut sudah ditutup. Sungai tersebut mengalir ke arah utara.

Ceritanya, Sabtu itu sekitar pukul 16.30, Marzuki dan anaknya, Saiful Bahri, 15, berniat menjaring ikan di perairan Kraksaan. "Tapi ndak jadi, Mas," ujar Marzuki.

Ia kemudian memilih menjaring ikan di Kali Mati. Di sungai dengan lebar sekitar 5,5 meter itu, Marzuki menggunakan jaring yang biasa digunakannya. Jaring ukuran 4,5 x 4 meter dia pasang dari ujung timur dan barat sungai. "Biasanya dapat ikan gabus, Mas," ujar Marzuki.

Tak lama kemudian, Marzuki mengangkat jaring tersebut. Marzuki sempat kaget. Sebab, yang berhasil ditangkap justru 3 ekor ular sawah. Marzuki kemudian kembai menurunkan jaring ke dalam sungai. "Ularnya saya lepas," ujar Marzuki.

Selanjutnya Marzuki dan Saiful meninggalkan jaring itu. "Masih mau mandi dan salat maghrib," kata Marzuki.

Sekitar pukul 18.30, Marzuki izin pada Sumiyati, 34, istrinya. Marzuki mengatakan pada Sumiyati akan mengangkat jaring di sungai. Sumiyati sendiri berangkat ke undangan pertunangan tetangganya.

Marzuki dan Saiful kembali ke lokasinya menjaring ikan. Begitu tiba, Marzuki menyuruh Saiful untuk mengangkat jaring. Marzuki melintas ke barat. Sementara Saiful memegang jaring di sebelah timur. Begitu Marzuki memberi aba-aba, jaring itu pun diangkat. Namun keduanya tak mampu mengangkat jaring tersebut. "Berat, Mas," kata Marzuki.

Setelah dicoba sekian kali, tetap saja jaring tak bisa diangkat. Marzuki mulai curiga. Sekali lagi Marzuki dan Saiful mencoba mengangkat. Kali ini dengan sekuat tenaga. Hasilnya, jaring itu muncul ke permukaan air. Baik Marzuki maupun Saiful melihat dengan jelas, yang terjaring adalah ular. "Sangat banyak, Mas," ujar Marzuki yakin.

Karena tidak bisa diangkat berdua, Marzuki memanggil bantuan. Beberapa pemuda yang mendengar panggilan Marzuki langsung bergegas menuju sungai. Mereka langsung mengangkat jaring itu. Warga yang mendengar juga ikut-ikutan menyaksikan.

Begitu jaring terangkat, Marzuki malah mengajak pemuda untuk memikul jaring itu ke perempatan Desa Bulu. Jaring itu diikatkan pada sebatang bambu. "Biar banyak orang tau, Mas," tukas Marzuki.

Jaring itu sendiri rusak di beberapa bagian. Diperkirakan Marzuki, ular tersebut berusaha menggigit jaring. Meski demikian, hanya sebagian ular yang bisa keluar. Itupun langsung diamankan warga. Malah mereka seperti menganggap ular itu layaknya mainan. "Ndak berbisa, Mas. Paling cuma gigit," ujar Marzuki.

Jarak antara sungai menuju perempatan tersebut sekitar 200 meter. Di tengah jalan, beberapa ular sengaja diambil oleh warga. Menurut Marzuki, warga ingin memiliki ular tangkapannya itu.

Sekitar satu jam tontonan berlangsung. Di antara ratusan pengunjung, ada beberapa yang ternyata ingin membeli ular-ular tersebut. Mereka mendatangi Marzuki dan bernegosiasi. Awalnya mereka menawar per ekor Rp 3 ribu. Namun Marzuki berkeras tak mau menjual dengan harga demikian.

Akhirnya disepakati ular dijual per kilogram, Rp 7 ribu. Lumayan juga, Marzuki berhasil menjual ular sebanyak 10 kilogram. Uang yang diperoleh Marzuki yakni Rp 70 ribu. "Lumayan buat tambahan penghasilan," ujar Marzuki.

Sebenarnya Marzuki bisa menjual lebih banyak. Namun ketika dibawa ke perempatan, banyak ular yang diambil warga. Selain itu tambah Marzuki, banyak ular yang mati. Menurut Marzuki, kemungkinan karena berdesakan dengan ular lainnya. "Yang mati sekitar 15 kilo," beber Marzuki.

Sementara, ketika ditemui Radar Bromo kemarin (6/6), Sumiyati, istri dari Marzuki mengatakan, ular-ular yang mati sudah dikubur. "Tadi pagi, Mas," ujar Sumiyati.

Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo H Ahmad Budiono juga ikut berkomentar. Menurut Budiono, Kali Mati punya sejarah panjang. Sungai tersebut ditutup dengan alasan sering menimbulkan banjir besar di Kraksaan. "Ini cerita dari kakek saya," ujar Budiono yang memang asli Kraksaan.

Pada 1936 kata Budiono, sungai itu ditutup. Selanjutnya aliran sungai dialihkan ke sungai Rondoningo Desa Semampir. Sungai Rondoningo sendiri kata Budiono, merupakan sungai buatan. "Yang asli, ya sungai Kali Mati itu," ujar Budiono.

Budiono mengakui, masih banyak habitat-habitat di Kali Mati yang tersisa. Tak hanya ular. Namun kata Budiono, warga sering mendapati biawak keluar dari sungai tersebut. "Bahkan sering lewat jalan di depan rumah saya," ujar Budiono.

Lebih jauh Budiono berharap, pemkab merespons kejadian tersebut. Yakni dengan melakukan perawatan. "Sungai itu bersejarah lho," ujar Budiono. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163070

Dimulai, Persaingan Masuk Kelas SBI

[ Senin, 07 Juni 2010 ]
Setelah SMAN 1, Kini Giliran SMKN 2

PROBOLINGGO - Persaingan masuk kelas SBI (sekolah bertaraf internasional) kembali dimulai. Setelah SMAN 1, mulai hari ini (7/6) dibuka pendaftaran calon murid kelas SBI di SMKN 2.

Ketentuannya hampir sama. Kelas ini tertutup bagi siswa setingkat SMP yang tidak lulus unas utama. Pelajar yang tidak lulus dalam unas utama itu secara otomatis terkendala sebuah persyaratan.

Syarat itu adalah keharusan memiliki ijazah SMP negeri maupun swasta, asli atau fokopiannya yang sudah dilegalisir. Dengan syarat itu, berarti sebanyak 287 siswa tingkat SMP yang tak lulus unas utama tingkat SMP tidak mempunyai peluang untuk masuk kelas SBI.

Kalau belum ada, pendaftar harus menyertakan surat keterangan lulus (SKL) dari sekolah asalnya. "Kalau tidak ada (ijazah atau SKL), ya tidak punya peluang," ujar Muslimat, ketua penerimaan peserta didik baru (P2DB) SMKN 2.

SBI memang diberi kebebasan untuk menggelar P2DB lebih awal dari dinas pendidikan (dispendik). "Itu karena kami memang dikasih kesempatan untuk melakukan seleksi lebih dulu," jelas Muslimat.

Tapi, bukan berarti siswa yang tidak lulus unas utama itu tidak ada kesempatan sama sekali untuk masuk kelas SBI. Mereka, masih diberi kesempatan untuk mengikuti pada seleksi tahun depan. "Kalau memang berminat di SBI, bisa tahun depan," ujarnya.

Peluang lebih baik dimiliki oleh pelajar pemegang ijazah kejar paket B. Mereka memiliki hak yang sama, yakni bisa melanjutkan ke sekolah berkelas SBI. "Kalau punya ijzah paket B boleh, asalkan usianya tidak lebih dari 21 tahun," jelasnya.

Setelah mendaftar, para calon siswa kelas SBI akan menjalani serangkaian tes. Dari tes akademik sampai nonakademik. Dan, yang paling tinggi nilainya adalah tes potensi akademik. Jadi, tidak semata-mata karena nilai unasnya. Hasilnya, akan diumumkan pada 19 Juni.

Tahun ini, SMKN 2 menyiapkan sebanyak 15 kelas. Masing-masing kelas akan diisi dengan 32 siswa alias butuh sebanyak 480 siswa. Diperkirakan persaingan untuk mendapatkan kursi itu, akan sangat ketat. Pasalnya, tidak ada batasan bagi para pendaftarnya. Siapa pun boleh mendaftar asalkan memenuhi persyaratan. Termasuk para siswa dari luara daerah.

"Tidak ada batasan (bagi siswa luar daerah). Juga tidak perlu rekomendasi kepala dinas (kadispendik), seperti pada SMA. Di sini, tidak ada perbedaan. Semuanya diperlakukan sama, yang membedakan hanya mereka bisa lulus tes atau tidak," jelas Muslimat. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163067

DB Serang Tiga Warga, Langsung Fogging

[ Senin, 07 Juni 2010 ]
KRAKSAAN - Warga kini harus ekstra waspada. Sebab, penyakit demam berdarah (DB) kembali menggejala. Seperti yang dialami tiga warga Desa Sidopekso, Kraksaan. Menyikapi kondisi itu, pemerintah desa (pemdes) setempat melalui Puskesmas Kraksaan langsung melakukan fogging (pengasapan), kemarin (6/6).

Tiga warga penderita DB itu semuanya tinggal di RT 01 RW 03 Dusun Gudang. Anehnya, ketiganya tinggal di satu halaman. Karena itu, fogging difokuskan di dusun tersebut. Yakni, sekitar pukul 08.30 WIB.

Dalam pantauan Radar Bromo, di dusun tersebut memang terdapat titik-titik rawan dihuni nyamuk. Di beberapa sudut perkampungan misalnya, terdapat banyak tumpukan sampah tak terurus.

Kepala Desa Sidopekso Bambang Supriyono mengatakan, fogging baru kali ini dilakukan di Sidopekso. Sebelumnya kata dia, belum pernah dilakukan. Sebab, belum ada warga yang terjangkit demam berdarah. "Baru kali ini ada warga kena DB," terang Bambang.

Bambang mengatakan, jumlah warga di Desa Sidopekso ada 3.620 jiwa. Sementara jumlah KK ada 1.200. Jumlah tersebut tersebar di enam dusun. Dan selama ini belum pernah ada warga yang menderita DB. "Makanya saya kaget ketika ada yang kena (DB)," ujar Bambang.

Pengasapan sendiri diharapkan Bambang bisa mengurangi penyebaran DB pada warga yang lain. Meski telat, namun Bambang mengatakan akan lebih memperhatikan masalah tersebut. "Harus dilakukan penanganan serius," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163065

Ajarkan Empat Kata Penting

[ Senin, 07 Juni 2010 ]
PAITON - Peran orang tua dalam mendidik anak sangat vital. Terutama pada masa pertumbuhan. Jika orang tua lalai, akibatnya bisa negatif pada anak.

Ria Enes yang terkenal dengan boneka Susan, mengingatkan hal itu saat hadir di gedung pertemuan PT Ipmomi Paiton Probolinggo kemarin (6/6). Saat itu Ria dan Susan hadir dalam acara peringatan hari anak nasional (HAN) yang diselenggarakan Paguyuban Ibu-Istri Karyawan PT Ipmomi (PIPMi).

Menurut Ria, kalau ingin anak berbudi, orang tua wajib mengajarkan hal positif. Sebab, pelajaran yang diterima anak kecil akan diingat hingga mereka besar kelak.

Selanjutnya, Ria mengingatkan pentingnya orang tua mengajarkan sejak dini empat kata penting kepada anak-anaknya. "Ajarkan 4 kata," kata Ria melalui boneka Susan. Empat kata itu adalah "terima kasih", "maaf", "permisi", dan "tolong".

Empat kata tersebut memiliki efek positif. Misalnya ucapan "terima kasih". Ucapan tersebut kata Ria, adalah cara menghargai setiap pekerjaan. "Berterima kasihlah pada orang yang berjasa. Meski jasanya kecil," ujar Ria.

Selanjutnya kata "maaf". Ucapan itu, kata Ria, perlu dibiasakan pada anak. Menurutnya, jangan biarkan anak menjadi cuek. Pemberi maaf, menurutnya akan mudah mendapat teman. "Kalau punya salah, harus minta maaf," kata Ria mengingatkan.

Begitu juga dengan kata "permisi" dan "tolong". Kata-kata tersebut juga memiliki manfaat yang besar bagi anak. Anak kecil akan mudah mengingat empat kata tersebut. Namun, yang penting, empat kata itu juga harus dibiasakan oleh orang tuanya. "Orang tuanya juga harus begitu. Jangan segan minta maaf pada anak," ujar Ria.

Sementara, dalam pantauan Radar Bromo, acara itu kemarin diikuti tidak hanya ibu-ibu dan anak-anaknya yang masih kecil. Bapak dan remaja juga banyak terlihat. Yang remaja juga bisa menikmati acara itu karena ada pemutaran film Queen Bee. Selain itu, acara pagi kemarin juga dimeriahkan penampilan seni dari para bocah.

Manager PT Ipmomi Paiton Bambang Jiwantoro mengatakan, kegiatan semacam ini diselenggarakan agar bisa memberi motivasi kepada orang tua. "Didikan yang diberikan (kepada anak) harus tepat," ujar Bambang.

Sedangkan Ketua PIPMi Sat Iriantono menyatakan, pihaknya sengaja mendatangkan Ria Enes agar bisa memberi motivasi. Tidak hanya pada orang tua, tapi juga pada anak-anak. "Mereka (anak kecil) suka dengan Ria Enes dan Susan," ujar Sat. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=163062