Sabtu, 01 Mei 2010

Soal UASBN Dikirim ke Polsek

[ Sabtu, 01 Mei 2010 ]
KRAKSAAN - Menjelang pelaksanaan UASBN SD/MI, banyak persiapan yang harus dilakukan Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo. Salah satunya, memilah naskah soal ujian di aula Polres Probolinggo, Kamis (29/4), sekitar pukul 08.00 WIB.

Kasi Sekolah Dasar Dispendik kabupaten Edi K mengatakan, pemilahan naskah merupakan rangkaian persiapan menjelang pelaksanaan UASBN. Sebelumnya menurut Edi, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan pihaknya.

Pertama, mengambil naskah ujian ke kantor Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur. Proses ini dilakukan Rabu (28/4) dengan dikawal oleh Polres Probolinggo. Selanjutnya, naskah disimpan di Polres Probolinggo. "Safety terjamin," ujar Edi.

Baru kemudian memilah naskah pada Kamis (29/4). Menurut Edi, pemilahan naskah itu dilakukan untuk mempermudah pengiriman naskah ke sekolah. "Jadi pembagiannya diatur per kecamatan. Pemilahan disesuaikan dengan jumlah ruang dan sekolah penyelenggara," lanjutnya.

Proses selanjutnya dilakukan, kemarin (30/4). Yakni, pengambilan naskah oleh kepala cabang Dispendik setiap kecamatan yang juga bertindak sebagai ketua sub rayon. Naskah tersebut diambil di Polres Probolinggo.

Untuk pengambilan naskah, ketua sub rayon dikawal polsek di kecamatannya. Selanjutnya, naskah disimpan di mapolsek. Begitu tiba di mapolsek, soal-soal kembali dipilah. Pemilahan dilakukan sesuai jumlah sekolah penyelenggara dan ruang ujian di setiap kecamatan.

UASBN sendiri dijelaskan Edi, berlangsung pada 4, 5, dan 6 Mei 2010. Sementara bagi siswa yang tidak mengikuti UASBN di hari itu, dapat mengikuti ujian susulan. Pelaksanaannya pada 10, 11, dan 12 Mei 2010.

Tahun ini menurutnya, peserta UASBN SD/MI berjumlah 17.849 siswa. Sekolah penyelenggara berjumlah 965 sekolah, ruang ujian berjumlah 1.293 ruang. Sama dengan jumlah amplop ujian yang dipilah Dispendik.

Khusus untuk kebutuhan amplop Edi menjelaskan, amplop ujian terdiri dari dua jenis. Yakni amplop besar untuk ruangan yang berisi 11-20 siswa. Kemudian amplop kecil untuk ruangan berjumlah 1-10 siswa. "Disesuaikan dengan jumlah ruang dan peserta," ujar Edi. (eem/hn)

Sumber: http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=155931

Pasar Semampir Belum Efektif - Baru 10 Pedagang Buka Toko

[ Sabtu, 01 Mei 2010 ]

KRAKSAAN - Meski sudah dua minggu dijadwalkan buka, namun hingga kemarin (30/4) bangunan baru pasar Semampir belum bisa beroperasi maksimal. Sebab, sampai kemarin baru ada 10 pedagang yang membuka toko mereka.

Padahal, jumlah pedagang yang terdaftar di pasar Semampir ada 292 orang. Jadi, sekitar 282 pedagang belum membuka toko masing-masing. Kebanyakan, penyababnya karena toko mereka belum selesai dibangun. Namun, ada juga beberapa alasan lain.

Salah satu pedagang yang belum membuka toko adalah Nurul, 30. Pedagang kain asal Kraksaan Wetan, Kecamatan Kraksaan ini sebenarnya sudah membangun losnya. Termasuk rolling door.

Bahkan, barang dagangannya sudah dipindah ke tempat itu. Namun, dia memilih untuk menunggu pedagang lain. "Masih nunggu pedagang lain, Mas," ujar Nurul.

Nurul mengatakan, sebenarnya tokonya sudah siap dibuka. Namun, karena banyak pedagang yang belum membuka toko, Nurul ikut-ikutan tidak membuka toko. Sebab, minimnya jumlah toko yang buka membuat pembeli enggan masuk ke pasar. "Mereka malas, karena toko yang buka masih belum banyak," lanjut Nurul.

Nurul berencana akan membuka tokonya seminggu lagi. Namun dengan catatan, pedagang lain juga membuka toko mereka.

Sementara itu, Edi Supriyanto, 33, mengambil keputusan lain. Pedagang kain asal Desa Kraksaan Wetan, Kecamatan Kraksaan itu sudah membuka tokonya sejak Rabu (21/4) atau 10 hari lalu.

Sayangnya menurut Edi, meski sudah membuka toko, penghasilannya belum stabil. Salah satu penyebabnya dia katakan, karena pembeli belum terbiasa masuk ke area pasar baru itu.

Menurut Edi, pembeli masih berbelanja di lokasi penampungan. "Pembeli masih risih masuk ke dalam pasar," terangnya.

Selain Edi, ada Hj. Hafsa, 60, yang sudah membuka tokonya. Pedagang kain asal Desa Semampir, Kecamatan Kraksaan itu mulai membuka tokonya pada Kamis (22/4). "Alhamdulillah sudah bisa buka toko," katanya yang mengaku mulai berdagang sejak muda.

Demikian juga H. Usman, 83, pedagang peracangan asal Desa Semampir. Toko Usman sudah dibuka sejak Jumat (23/4). "Yang penting lancar, Mas. Pedagang lain pasti segera nyusul (buka)," katanya.

Sementara Kepala Pasar Semampir Sanik Sasiyanto saat dikonfirmasi tentang sepinya pasar mengatakan, banyak pedagang yang belum siap. Salah satu sebabnya, karena beberapa toko belum sempurna pembangunannya.

Sanik mencontohkan, banyak los belum memasang rolling door. Ada juga yang belum menyelesaikan lantainya.

Kendala pembangunan saat ini menurut Sanik, bukan karena modal yang minim. Namun, karena minimnya tenaga bangunan. "Tukangnya antre. Dari satu toko ke toko yang lain," terangnya.

Sanik pun kembali mengimbau pada pedagang agar segera menempati toko dan mulai berdagang. Sehingga, pasar Semampir bisa secepatnya melaksanakan aktifitas perdagangan.

Kondisi yang normal menurut menurut Sanik akan sangat menguntungkan bagi ketertiban. "Pasar efektif. Jl Teuku Umar (tempat penampungan, Red) bisa digunakan kembali seperti biasa," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=155922

Pencurian Travo Listrik, Marak di Probolinggo

Sabtu, 01 Mei 2010, 07:38 WIB

PROBOLINGGO--Aksi pencurian travo milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) di lingkungan Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) PLN Probolinggo, lagi marak. Tercatat, dalam kurun waktu April ini saja, sudah tiga peristiwa pencurian travo terjadi di kawasan Probolinggo.

Berturut-turut pada 1 April di kawasan Desa Sumberkare, berlanjut pada 21 April di Desa Wonosari, dan Kamis (29/4) dinihari, pencurian terjadi di kawasan Gunung Tugel, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo. Sedangkan Januari hingga Maret 2010 pencurian serupa terjadi sebanyak empat kali, yakni di Desa Gunung Bekel, Tegal Siwalan Kulon, Wonorejo, Kecamatan Wonomerto, dan di Desa Legundi, Kecamatan Bantaran.

Kepala UPJ PLN Probolinggo, Rustam Efendi SE, menjelaskan, pelaku selalu membawa lari isi travo berupa kawat tembaga. Kawat travo dari tembaga yang rata-rata memiliki berat hingga dua kwintal itu yang mereka buru. Kalau dijual, harga kawat tembaga setiap travo bisa mencapi Rp 5 juta," ujarnya.

Melihat kondisi di setiap lokasi kejadian, kuat dugaan pelaku berjumlah lebih dari satu orang. Dalam beroperasi mereka menjatuhkan langsung travo dari ketinggian sekitar 10 meter. Pencurinya pasti berkelompok. Karena barang bawaannya itu berat, sambung Rustam.

Akibat pencurian itu, dalam empat bulan terakhir UPJ PLN Probolinggo merugi hingga ratusan juta rupiah. Dengan asumsi, jika harga setiap travo hilang berkapasitas 100 KVA, berkisar Rp 70 juta dikalikan tujuh, kalkulasi akhirnya mencapai Rp 490 juta. Belum lagi soal hilangnya setoran listrik dari pelanggan yang rata-rata menggunakan daya 490 sampai 900 VA akibat pemadaman listrik. Sebab pelanggan PLN di sekitar hilangnya travo secara otomatis tak bisa menikmati aliran listrik hinggar travo pengganti didatangkan.

Red: irf
Rep: eko hardianto

sumber: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/05/01/113866-pencurian-travo-listrik-marak-di-probolinggo