Selasa, 26 Oktober 2010

Eksekutif dan Legislator Probolinggo Kunjungi Gowa

Laporan: Tribunnews.com
Selasa, 26 Oktober 2010 | 12:35 WITA

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pemerintah Kabupaten Gowa menerima kunjungan kerja anggota Komisi A DPRD dan pihak Pemerintah Kota Probolinggo ,Provinsi Jawa Timur, yang diwakili Sekda Gowa, MuhYusuf Sommeng, didampingi Ketua DPRD Kabupaten Gowa, Ansar Usman, Selasa (26/10/2010) di Baruga Pattingallaoang, kantor Bupati Gowa.


Kunjungan ini dipimpin Ketua DPRD Kota Probolinggo, Sulaiman, ini diikuti oleh 21orang yang terdiri dari anggota Komisi A DPRD dan Eksekutif Kota Probolinggo.

Sulaiman mengatakan, kunjungan ini untuk menjalin silaturahmi, kerjasama, dan tukar menukar informasi antara Pemkot Probolinggo dengan Pemkab Gowa dalam bidang pendidikan dan agama.

Sekda Gowa menjelaskan, kepedulian Pemkab Gowa untuk mewujudkan pendidikan gratis direalisasikan demgan Perda No.4 Thn 2008 yg dilaksanakan pada tingkat SD sampai SMA. Bagi yang bersekolah di sekolah swasta yang tidak melaksanakan program pendidikan gratis, cukup menyampaikan pernyataan ketidakmampuan pada pemkab.

Sementara bidang keagamaan sejak tahun 2005, Pemkab Gowa melakukan Jumat Ibadah setiap hari Jumat di kantor pemerintah,sekolah, dan masjid sebagai upaya utk meningkatkan iman dan ketaqwaan aparatur dan masyarakat Gowa.(*)

Sumber: http://www.tribun-timur.com/read/artikel/134381/Eksekutif_dan_Legislator_Probolinggo_Kunjungi_Gowa


Australia Serahkan Dana Hibah Untuk Program Sanitasi di 22 Daerah

Selasa, 26/10/2010 14:15 WIB
Rita Uli Hutapea - detikNews

Jakarta - Penduduk Indonesia di 22 kota akan segera mendapatkan akses fasilitas sanitasi yang lebih baik. Ini berkat dukungan Australia yang membantu pemerintah daerah meningkatkan program perbaikan sanitasi perkotaan.

Para bupati dan walikota dari 22 daerah hari ini berkumpul di Jakarta untuk menandatangani Naskah Penerusan Hibah dari Australia senilai total A$ 6 juta. Hibah ini akan memungkinkan pemerintah daerah membangun saluran pembuangan dan pengelolaan air limbah perkotaan, sambungan ke sistem pembuangan air limbah, sumur WC bersama, WC umum, layanan pengumpulan limbah padat, dan fasilitas daur ulang limbah padat.

Direktur Infrastruktur AusAID, Ben Power, mengatakan proyek ini memberikan penghargaan kepada pemerintah-pemerintah daerah yang menunjukkan komitmen kuat untuk mengupayakan infrastruktur sanitasi yang lebih baik.

"Membantu Indonesia memperbaiki sanitasi adalah penting bagi Australia," ujar Ben Power seperti tertuang dalam siaran media dari Kedubes Australia kepada detikcom, Selasa (26/10/2010).

"Kami bangga dapat terlibat dalam sebuah proyek yang memperhatikan masyarakat miskin perkotaan dan menjadikan hidup mereka lebih sehat dan lingkungan lebih aman," tandas Power.

Melalui kesepakatan baru ini, pemerintah-pemerintah kota akan mendapatkan bantuan dana hibah dari Australia berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp 4,8 milyar. Masing-masing besaran hibah akan ditentukan oleh besarnya alokasi sanitasi pada anggaran belanja daerah tahun 2010.

Kota-kota yang menerima dana hibah ini adalah: Probolinggo, Jombang, Purworejo, Yogyakarta, Solok, Deli Serdang, Makassar, Banjarmasin, Malang, Tegal, Cimahi, Jambi, Banda Aceh, Medan, Bukit Tinggi, Pekanbaru, Pekalongan, Blitar, Batu, Ambon, Jayapura dan Denpasar.

Kedubes Australia menyatakan pemerintah Australia berkomitmen untuk membantu Indonesia mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dengan meningkatkan akses terhadap air bersih serta sanitasi yang lebih baik.

(ita/ita)

Sumber: http://www.detiknews.com/read/2010/10/26/141544/1475353/10/australia-serahkan-dana-hibah-untuk-program-sanitasi-di-22-daerah

Proyek Pavingisasi PNPM Tidak Sesuai dengan Bestek Miskin Bermasalah

Selasa, 26 Oktober 2010

Probolinggo - Surya- Proyek pavingisasi tahap kedua Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Perkotaan di Asembagus, Kec Kraksaan, Probolinggo, bermasalah.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bappemas) Kab Probolinggo Imam Muljoto bahkan menyatakan, tidak akan menurunkan rekomendasi pencairan anggaran tahap ketiga lantaran cemas akan menjadi urusan hukum.

Pada 2010 ini, Desa Asembagus digelontor Rp 200 juta. Tiga puluh persen dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana proyek pavingisasi sebesar Rp 60 juta. Namun ada tengara pavingisasi itu tidak sesuai bestek. Semestinya, pavingnya tipe K 200, namun realisasinya K 90.

Di desa ini ada dua dusun yang dipaving yakni, Dusun Calok Elang sepanjang 400 meter dan di Dusun Asemkandang sepanjang 200 meter.

Temuan itu terungkap dalam sidak tim Bappemas ke Desa Asembagus. “Selisih harga antara tipe K 200 dengan K 90 sekitar Rp 8.000,” ujar Imam Muljoto di sela-sela kunjungan ke lokasi PNPM, Senin (25/10).

Namun, Imam menyangkal adanya ketidaksesuaian bestek. “Itu karena rekanan mengubah kualitas. Ada nota pemesanannya,kok,” tandasnya.

Wakil Ketua DPRD H Wahid Nurahman menyatakan, kalau memang ada indikasi korupsi, hak kejaksaan untuk menyelidiki. Kalau rekanan yang salah, maka harus mengganti kualitas paving sesuai bestek.n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/26/proyek-pavingisasi-pnpm-tidak-sesuai-dengan-bestek-miskin-bermasalah.html

Harta Ludes, Pulang Kampung Bawa Trauma Psikis

Selasa, 26 Oktober 2010 | 10:18 WIB

OLEH IKHSAN MAHMUDI

Banjir bandang di Wasior, Papua Barat, 4-6 Oktober lalu masih menyisakan duka mendalam bagi para korban. Termasuk sejumlah pekerja asal Probolinggo.

Meski sudah sekitar tiga minggu berlalu, kedahsyatan banjir bandang di Kec. Wasior, Kab Telukpondama, Propinsi Papua Barat masih membayang-bayangi sebagian warga yang jadi korbannya. Termasuk 12 warga Kota dan Kab Probolinggo yang bekerja di Bumi Cendrawasih itu.

“Sampai sekarang saya masih sering pusing-pusing, susah tidur. Saya sering menelan obat sakit kepala atau pil tidur,” ujar Agus Sudarsono (51), warga RT 05/RW 02, Dusun Triwung, Desa Warujinggo, Kec Leces, Kab Probolinggo, Senin (25/10).

Ketika mencoba berobat, dokter yang memeriksanya mengatakan, Agus menderita trauma psikis. Pria paro baya itu diminta tidak terlalu memikirkan peristiwa yang mengakibatkan ratusan jiwa melayang dan meluluhlantahkan distrik Wasior.

Pensiunan pegawai PT Kertas Leces (Persero) itu termasuk dituakan di antara 12 warga Probolinggo yang mengadu nasib di Wasior. Soalnya ia yang mengajak mereka bekerja di Wasior. “Saya berangkat ke Wasior pada 24 Oktober 2009. Ini surat jalan dari Kades Warujinggo masih saya simpan,” ujar Agus. Di sana ia bekerja serabutan mulai tukang ojek, pekerja proyek, hingga berdagang ia lakoni.

Sejumlah pekerja asal Probolinggo yang Senin siang itu berkumpul di teras rumah Agus juga menceritakan, latar belakang sampai mereka terdampar di Papua. “Cari kerja di Probolinggo sulit. Di Wasior dengan kerja menjadi tukang ojek saya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 2 juta per bulan,” ujar Rudi Wahyudi (41), warga asal Jl Brantas, Kel Kademangan, Kec Kademangan, Kota Probolinggo.

“Kerja apa saja di Wasior bisa mendatangkan uang, yang penting halal,” ujar Abdullah, juga warga Kademangan. Sebagai tukang ojek, ia mengaku bisa menabung dan mengirimkan uang untuk keluarganya di Probolinggo.

Hal senada diungkapkan Murahman (50), warga asal Desa Tegalmojo, Kec. Tegalsiwalan, Kab. Probolinggo. “Kerja buruh tani di Probolinggo upahnya tidak cukup, terpaksa saya merantau ke Irian,” ujarnya.

Meski kerja serabutan, sebanyak 12 pekerja asal Probolinggo mengaku bisa menopang ekonomi keluarganya. “Saya bangga meski kerja sebagai tukang ojek di Wasior bisa membiayai kuliah anak saya di Fakultas Kedokteran, Unair. Sekarang anak saya sudah dokter muda,” ujar Agus Sudarsono.

Lilik, istri Agus sesekali dalam sebulan mengunjungi suaminya di Wasior. Tidak sekadar melepas rindu, Lilik membawa barang dagangan berupa bawang merah, bawang putih, beras, telur, hingga gula kelapa ke Wasior.

“Akibat banjir bandang, 1 ton bawang merah, 3 kuintal bawang putih, dan 3 kuintal gula kelapa yang baru tiba di Wasior amblas diterjang banjir,” ujar Lilik. Saat kejadian banjir, perempuan berjilbab itu berada di Probolinggo.

Sementara motor sang suami, yang sehari-hari untuk ngojek, amblas terbawa banjir. “Relakan saja dibawa banjir. Ada teman saya asal Jombang, suami-istri yang mempertahankan motornya, hanyut dan tewas diterjang banjir,” ujarnya.

“Dua motor saya dan uang sekitar Rp 1,7 juta juga amblas,” ujar Murahman. Ia sempat naik pohon besar dan “bertengger” sekitar 2 jam demi menyelamatkan diri dari kepungan banjir. (bersambung)

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b62a3ad876173e9cdfa736b6ff74a8e6&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Pelabuhan Tanjung Wangi dan Tanjung Tembaga Akan Dijadikan Pelabuhan Ekspor

TEMPO Interaktif, Surabaya – Pemerintah akan mengoptimalkan pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi dan pelabuhan Tanjung Tembaga di Kota Probolinggo untuk memback-up jalur transportasi akibat semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo.


Untuk menunjang langkah ini, pada tahun 2011 nanti, Jawa Timur segera membangun breakwater (bangunan penahan gelombang/pelindung pantai) di sepanjang pantai di kawasan dua pelabuhan itu.

Tak hanya itu, khusus di pelabuhan Tanjung Wangi, pemerintah akan memindahkan rute kapal pelayaran rakyat (Pelra) dan kapal perintis yang semula sandar di pelabuhan Tanjung Wangi akan dipindah ke pelabuhan Boom Banyuwangi. "Ke depan, Tanjung Wangi akan khusus digunakan sebagai pelabuhan bongkar muat petikemas," tambah dia.

Sedangkan untuk pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo, pembangunan maupun perluasan pelabuhan telah dilakukan sejak tahun 2008 lalu dengan target memperdalam alur pelayaran yang semula hanya mampu disandari kapal dengan bobot 6000 Dead Weight Tonage (DWT) akan dirubah hingga mampu menampung kapal sebesar 10 ribu DWT.

Anggota Komisi Pembangunan DPRD Jawa Timur Jalaluddin Alham mengatakan, untuk memperlancar arus barang keluar masuk Jawa Timur, pemerintah harusnya tidak hanya membangun dua pelabuhan Tanjung Wangi dan Tanjung Tembaga. "Tanjung Perak (Surabaya) juga sudah overload, harusnya segera diperlebar juga," kata politisi dari Partai Demokrat ini.

Tak hanya itu, pendalaman pipa gas milik PT. Kodeco yang melintang di Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) juga harus dirampungkan. Sebab, kata dia, dengan adanya pipa Kodeco itu, kapal-kapal besar berskala intersional tidak berani masuk pelabuhan Tanjung Perak. “Akibatnya, kapal yang harusnya bisa bersandar di Tanjung Perak harus mencari pelabuhan lain,” katanya.

Fatkhur Rohman Taufiq

Sumber: http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/10/25/brk,20101025-287061,id.html