Sabtu, 04 September 2010

Jalur Alternatif Situbondo, Bondowoso dan Lumajang

Sabtu, 04/09/2010 18:35 WIB
Mudik Lebaran 2010
Rois Jajeli - detikSurabaya


Surabaya - Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jatim memetakan jalur alternatif Operasi ketupat Semeru 2010 di beberapa daerah yang masuk karesidenan Besuki seperti, Lumajang, Situbondo dan Bondowoso.

Untuk jalur alternatif yang menuju ke Kota Situbondo dari arah Probolinggo, bisa melalui Paiton-Besuki-Suboh-Arak-Arak-Bondowoso-Prajekan-Situbondo. Juga bisa melalui Probolinggo-Paiton-Besuki-Suboh-Arak-Arak-Bondowoso-Tamanan-Kalisat-Kali Baru-Genteng-Rogojampi-Banyuwangi-Situbondo. Atau dari Probolinggo-Leces-Klakah-Tanggul-Jember-Kali Baru-Genteng-Rogojampi-Banyuwangi-Situbondo.

Jalur alternatif menuju ke Kota Tape Bondowoso yakni dari arah Besuki yang akan menuju wilayah timur Kota Bondowoso belok ke kiri simpang tiga Selolembu-Locare Kecamatan Curahdami-Karanganyar Kecamatan Tegal Ampel-Pejaten Kecamatan Kota-Jalan Bondowoso-Situbondo. Jalur tersebut bisa sebaliknya.

Untuk jalur alternatif yang memasuki Lumajang yakni Lumajang-Jatiroto-Jember lewat jalur selatan Kencong-Yosowilangun-Lumajang. Juga bisa melalui jalur Lumajang-Pronojiwo-Malang lewat jalur utara Pasuruan-Probolinggo-Ranuyoso-Lumajang. Atau bisa melalui jalur Lumajang-Ranuyoso-Probolinggo lewat jalur selatan Turen-Pronojiwo-Lumajang.
(roi/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/09/04/183548/1435110/466/jalur-alternatif-situbondo-bondowoso-dan-lumajang

Kaul Penyatu Masyarakat Tengger

Upacara Kasada
Sabtu, 4 September 2010 - 15:25 wib
Setiap purnama pada bulan Kasada, masyarakat Tengger menggelar ritual Yadnya Kasada di kawasan Gunung Bromo. (Foto: google)

SETIAP purnama pada bulan Kasada, masyarakat Tengger menggelar ritual Yadnya Kasada di kawasan Gunung Bromo. Inilah perwujudan rasa syukur dan terima kasih terhadap leluhur dan Sang Pencipta.

Kawasan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur menjadi lautan manusia, Kamis (26/8) dini hari. Ibarat lebaran, ribuan masyarakat suku Tengger yang tersebar di Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, hingga Malang berdatangan dan berkumpul untuk menyaksikan Yadnya Kasada.

Ritual upacara Kasada atau Kasodo ini digelar setiap tahun pada malam ke-14 atau 15 bulan Kasada. Suku Tengger yang merupakan masyarakat asli penghuni kawasan Gunung Bromo menjadi pelakon utama ritual ini, terutama yang beragama Hindu. Tahun ini penyelenggaraan upacara Kasada agak istimewa karena mendapat kunjungan langsung dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik.

Menteri asal Bali ini pun menyempatkan diri mengikuti seluruh rangkaian Yadnya Kasada. Acara diawali dengan malam resepsi Yadnya Kasada pada Rabu (25/8) malam. Bertempat di pendapa Desa Ngadisari, Menbudpar bersama enam pejabat negara lainnya dikukuhkan sebagai sesepuh Tengger. Menurut Kepala Desa Ngadisari, pengukuhan tersebut merupakan aktualisasi rasa hormat rakyat terhadap para pejabat negeri sesuai tuntunan orangtua dan sesepuh masyarakat Tengger.

“Pelajaran pertama saya setelah dilantik sebagai sesepuh Tengger adalah mengucapkan salam ala masyarakat Tengger: hong ulun basuki langgeng,” ujar Wacik.

Ratusan warga Tengger, tua dan muda, turut menyaksikan malam resepsi Yadnya Kasada yang digelar sampai tengah malam itu. Mereka mudah dikenali melalui tampilan khasnya, yaitu mengenakan sarung yang difungsikan sebagai jaket pengusir hawa dingin. Menjelang pukul 00.00 WIB, masyarakat antusias menyaksikan sendratari Rara Anteng dan Jaka Seger.

Nama pasangan tokoh yang hidup pada zaman Majapahit itu sangat lekat di hati orang Tengger. Konon, nama Tengger juga berasal dari akhir suku kata nama Roro Anteng dan Jaka Seger. Begitu pun asal mula upacara Kasada, didasarkan pada kisah dua sejoli ini.

Alkisah setelah menikah, pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger mendiami dan menjadi penguasa kawasan Tengger. Pasangan ini dikenal sebagai penguasa yang budiman, rakyatnya pun hidup makmur dan damai. Akan tetapi, sang penguasa merasa kebahagiaannya kurang lengkap karena tak kunjung dikaruniai keturunan.

Jaka Seger pun lantas bersemedi di puncak Gunung Bromo dan berdoa kepada Yang Mahakuasa agar diberi keturunan.Tibatiba terdengar suara gaib yang mengatakan bahwa harapannya akan terkabul, dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Dia pun menyanggupinya hingga kemudian lahirlah satu per satu bayi dari rahim Rara Anteng hingga 25 orang putra-putri.

Namun, setiap kali tiba masanya berkurban, pasangan ini terus menunda. Dewa pun murka dan mengancam akan menimpakan malapetaka. Prahara pun datang saat si bungsu Raden Kesuma bermain bersama saudaranya. Kawah Gunung Bromo menyemburkan api yang lantas menjilat Kesuma dan membawa jasadnya masuk kawah Bromo. Bersamaan hilangnya Kesuma, terdengarlah suara gaib Kesuma yang mengatakan dirinya ikhlas dijadikan korban. Namun, Kesuma meminta para saudaranya hidup damai dan tenteram, serta mengingatkan untuk mempersembahkan sesajen kepada Sang Hyang Widi setiap bulan Kasada pada hari ke-14 di kawah Gunung Bromo.

Berpijak dari legenda ini, masyarakat Tengger secara turun-temurun melestarikan upacara Kasada yang prosesinya dilangsungkan di Poten (semacam pura) di lautan pasir kawasan kaki gunung Bromo dan kawah Bromo. Tepat pukul 00.00 WIB, masyarakat mulai berkumpul di Poten untuk menyaksikan pelantikan dukun dan pemberkatan umat. Dukun, dalam hal ini merujuk pada pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara ritual.

Menjelang fajar pukul 04.00 WIB, masyarakat Tengger bersiap mengangkut ongkek (wadah) berisi sesajen yang akan dilarung ke kawah Bromo. Sesajen ini awalnya hanya berupa hasil pertanian seperti pisang, labu, cabai, jagung, dan buah. Namun, kini tak jarang yang menyertakan kerupuk, keripik hingga snack kesukaan anak-anak yang biasa dijual di warung.

“Saya setiap tahun ikut melarung sesajen. Umumnya berupa hasil bumi, tapi boleh juga makanan yang kita perdagangkan sehari-hari,” ungkap Salim, salah seorang suku Tengger.

Tepat pukul 05.00 WIB, para pembawa ongkek mulai menaiki ratusan tangga menuju puncak Bromo. Di sana, ratusan warga sudah menunggu pelemparan aneka sesajen ke kawah Bromo sebagai simbol pengorbanan oleh nenek moyang mereka. Sesajen yang dilempar bermacam-macam, seperti sayuran, buah, uang, ayam, hingga kerbau.

Lucunya, di bibir kawah terdapat sejumlah pengemis yang membentangkan kain; dan dengan menggunakan kantong jaring, mereka berusaha menangkap sesajen yang dilempar warga. Di sisi lain, sejumlah warga Tengger berusaha memperebutkan sesajen yang diletakkan di muka tangga. Selepas itu, sampah bekas sesajen pun berserakan di mana-mana.

Sementara itu, Menbudpar Jero Wacik yang ikut melarung ongkek terbesar berisi aneka sesajen mengajak masyarakat untuk terus melestarikan tradisi yang telah mengakar dalam jiwa orang Tengger itu. Selain itu, bersama pemerintah daerah setempat, pihaknya akan mengupayakan penambahan fasilitas berupa teropong di beberapa titik di kawasan Gunung Bromo. Tujuannya agar pengunjung bisa melihat keindahan panorama gunung Bromo dari segala penjuru, terutama momen matahari terbitnya yang tak terlupakan.(sindo//ftr)

Sumber: http://lifestyle.okezone.com/konsultasi/read/2010/09/04/25/370121/kaul-penyatu-masyarakat-tengger

17,19% Hutan Dirambah Penduduk

Sabtu, 4 September 2010 | 11:59 WIB

PROBOLINGGO - Perambahan hutan negara oleh penduduk di wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Probolinggo memprihatinkan. Seluas 14.490,39 hektare (17,19%) dari total areal hutan 84.264,8 hektare (ha) jadi sengeketa penduduk-Perhutani. Kawasan hutan itu dirambah penduduk sejak 1960, namun perambahan meningkat tajam saat menjelang lahirnya era reformasi 1997.

Dari 14.490,39 ha lahan yang jadi sengketa warga-Perhutani, 2.259,45 ha di antaranya dijadikan permukiman oleh penduduk, 6.609,3 ha jadi ladang, dan 3.390,17 ha digarap liar. ’’Selain itu, saat ini 2.231,44 ha dalam sengketa antara Perhutani dan warga di jalur hukum,” ujar Wakil Administrator Perum Perhutani KPH Probolinggo, Aki Leander Lumme, Sabtu (4/9) pagi tadi.

Aki menjelaskan, wilayah hutan di bawah Perhutani Probolinggo terbentang di tiga wilayah, Probolinggo 45.987 ha, Situbondo 3.443,3 ha, dan Lumajang 34.834,5 ha. “Dari total wilayah hutan 84.264,8 hektare, 14.490,39 hektare di antaranya termasuk sedang bermasalah karena jadi area penggarapan liar, ladang, hingga dijadikan permukiman warga,” ujarnya.

Aki mengatakan, warga dan Perhutan sama-sama mengaku punya bukti kepemilikan lahan. ’’Warga mengaku punya bukti bahwa wilayah hutan itu milik mereka. Itu bukti versi mereka sendiri. Sementara hutan negara punya bukti lengkap peninggalan Belanda, berupa berita acara tata batas (BATB),” ujar Aki.

Perhutani dengan merujuk PP 30/2003 tentang Perhutani berhak mengelola hutan. Kewenangan itu diberikan untuk mengelola hutan negara di Jawa dan Madura. Aki menambahkan, aksi perambahan hutan sebenarnya sudah terjadi sejak 1960. Perambahan wilayah hutan negara itu semakin meluas sejak 1997.

Saat Orde Baru tumbang, pembabatan hutan di lereng Gunung Semeru di Senduro membabi buta. Warga membabati areal hutan tanpa mengambil kayu-kayu yang ditebangi. Mereka hanya bermaksud menggarap lahan hutan untuk cocok tanam dan permukiman.

Di Senduro, Lumajang, misalnya, banyak wilayah hutan yang berubah menjadi permukiman warga. Sementara di Probolinggo, sebagian hutan negara berubah menjadi area penggarapan liar seperti di wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bremi, Kraksaan, dan Sukapura. ’’Kami sudah bekerja sama dengan Kejari Kraksaan dan Kejari Lumajang untuk menyelesaikan kasus pendudukan ilegal hutan negara itu melalui jalur hukum,” ujar Aki.

Di antara kasus perambahan hutan yang kini masuk jalur hukum adalah kasus yang melibatkan mantan Kades Tlogasari, Kec Tiris, Kab Probolinggo. Mantan petinggi desa itu dilaporkan telah membabat hutan seluas sekitar 8 hektare untuk ditanami kopi, sengon, dan pisang di petak 58 C.

Sementara di Senduro, Lumajang, lahan 14.000 ha hutan negara yang dirambah warga akhirnya bisa dikembalikan ke Perhutani seluas 1.300 ha tanpa proses hukum. Setelah dipersuasi, warga bersedia mengembalikan SPPT (surat pemberitahuan pajak terutang, red). Kini, masih ada kasus perambahan hutan negara di Lumajang yang bakal diproses secara hukum. Kejari Lumajang sedang menangani kasus perambahan liar hutan negara seluas 3.655 ha di Lumajang. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=e41415343bc2a455161dfe7d19386d0f&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Kekuatan Dzikir Melembutkan Hati Tukang Pukul Itu

Sabtu, 4 September 2010

Misdar Masfudi, Pendekar Silat Pagar Nusa

Probolinggo - SURYA- Keluar masuk penjara akibat menganiaya orang, biasa dialami Misdar Masfudi. Terakhir kali dia mendekam di penjara tahun 1995 lalu. Sekarang, pendekar silat kelahiran 1 Juli 1966 ini, sudah insyaf bahkan menjadi koordinator pengamanan tarikat Jemaah Manaqib Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Kraksaan.

Sifat keras kepala yang dimiliki Misdar Masfudi seolah sudah merasuki aliran darahnya. Usai menimba ilmu kanuragan tahun 1989 lalu di Serang, Banten, pria asal Dusun Taman, Desa Sebaung, Kecamatan Gending itu tambah terlihat pongah.

Suami Ny Juanna, 40, itu kian ditakuti. Ia mengaku memiliki sekitar 90 ilmu kanuragan dari ilmu kebal bacok, tahan dibakar api, sampai pernah melakoni atraksi dikubur hidup-hidup.

Namun, ilmu kanuragan yang dimiliki tidak membuatnya tenang. Hati ayah tiga anak itu terasa kaku dan pikirannya selalu tegang. Tak pelak, tiap hari dia selalu berkelahi di kampungnya.

Bahkan, Misdar mengaku, jika sehari saja tidak memukul orang, tangannya terasa gatal. “Saya merasa seperti tidak terkalahkan. Makanya, kalau ada orang melirik saja, pasti saya tempeleng,” katanya.

Misdar menikah dengan Ny Juanna ketika dia masih berusia 16 tahun. Sejak awal pernikahan, dia mengaku hidupnya serba susah. Bahkan, hingga 20 tahun menikah dia masih hidup di bawah garis kemiskinan. “Tiap hari saya selalu makan nasi yang dikeringkan, lalu ditanak lagi,” ungkapnya.

Karena ingin lepas dari penderitaan kemiskinan, Misdar merantau ke Serang Banten tahun 1988. Tapi, bukan pekerjaan yang diperoleh. Misdar justru menimba ilmu kanuragan kepada salah satu jawara bernama Kiai Ahmad.

Di tempat itu, dia digembleng dan melakukan tirakat ilmu kanuragan. Ia berpuasa tidak makan dan tidak berbicara kepada siapa pun selama seminggu lamanya.

Setelah dua tahun, dia dinyatakan lulus menimba ilmu kanuragan. Tapi, harapan bisa memperoleh kehidupan layak dengan kesaktian yang dimiliki, tak kunjung didapat.

Justru, kesaktian membuatnya memiliki sifat kasar dan suka berkelahi. Bahkan, tahun 1990-an lalu dia kerap menerima order untuk memukul orang dengan imbalan Rp 50.000.

Pekerjaan menjadi tukang pukul itu membuatnya keluar masuk penjara. Dia kerapkali dijerat pasal penganiayaan ringan dengan hukuman kurungan sekitar tiga bulan. “Tapi, bos saya yang menjamin, sehingga hukumannya ringan,” katanya.

Terakhir, Misdar masuk penjara tahun 1995 ketika dia menjadi petugas keamanan di Pasar Sebaung Gending. Dia kerap membuat kekacauan dan memukul para pemuda yang dianggapnya kurang ajar.

Kehidupan Misdar kian tak menentu. Istri dan anak-anaknya terbengkalai. Mereka tinggal di gubuk sewaan. “Untuk makan saja, saya susah sekali,” katanya.

Namun, meski kekerasan sifat yang dimiliki membuat sengsara, Misdar belum ada keinginan mengubah tabiat kasar. Hingga tahun 2008 lalu, dia bermimpi didatangi mendiang ayahnya, Sudarso. Di dalam mimpi, Misdar mengaku diberi petunjuk supaya mengaji ke arah timur rumahnya.

Selama seminggu berturut-turut pula, Misdar bermimpi dipangku seseorang, tapi dia tidak kenal dengan orang tersebut. Karena mimpi itulah, Misdar lambat laun mengubah sifat kasarnya.

Dia menjadi pelatih Perguruan Silat Joko Tingkir di tempat tinggalnya. Lalu, karena prestasinya dia dipromosikan menjadi pelatih Perguruan Silat Pagar Nusa Kabupaten Probolinggo.

Setelah menjadi pelatih silat Pagar Nusa inilah, Misdar masuk menjadi anggota tarikat Jemaah Manaqib Syekh Abdul Qodir Al Jaelani Rangkang Kraksaan.

“Ternyata kiai yang datang dalam mimpi saya itu, Kiai Hafid pengasuh Jemaah Manaqib,” ungkap Misdar.

Jemaah Manaqib itu beranggotakan sekitar 30.000 orang. Kegiatannya berlangsung tiap Sabtu Pon dan selalu berpindah-pindah tempat. Setiap kegiatan berlangsung, aktivitasnya termasuk dzikir dan salat sunah berjemaah. Kekuatan dzikir itulah yang akhirnya melembutkan hati Misdar.

Setelah hampir dua tahun bergabung dengan Jamaah Manaqib, kehidupan Misdar berangsur-angsur tertata, termasuk kehidupan duniawinya. Saat ini, dia sudah dipercaya menjadi manajer CV Nur Ilahi yang merupakan salah satu rekanan sub kontraktor di PLTU Paiton. “Alhamdulillah, saya sekarang sudah punya satu mobil keluarga dan tiga mobil pick up, untuk usaha,” ujar Misdar. Atiqalirahbini

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/09/04/kekuatan-dzikir-melembutkan-hati-tukang-pukul-itu.html


Jalur Mudik Terganggu Lubang Jalan

Sabtu, 4 September 2010 | 09:09 WIB
JALAN berlubang di Jalan Lingkar Utara (JLU) Kota Probolinggo.

PROBOLINGGO-Menjelang Lebaran, sejumlah ruas jalan di Kota Probolinggo juga dinilai kurang layak. Di antaranya karena tiadanya marka jalan, lampu penerangan jalan umum (LPJU), hingga pembatas jalan.

Hal itu terungkap dalam rapat koordinasi gabungan di kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Probolinggo, Jumat (3/9). Rapat dihadiri unsur Dishub, Satlantas Polresta, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Bagian Humas dan Protokol, Satpol PP, hingga Organda.

”Sejumlah traffic light tertutup pohon. Tolong BLH mengepras sebagian ranting dan dahan pohon di tepi jalan,” ujar Kepala Dishub, Sunardi.

Kerawanan lalu lintas lain adalah adanya percaloan penumpang di stasiun dan terminal. ”Penumpang juga harus waspada adanya aksi kriminalitas di tempat-tempat keramaian seperti copet dan gendam,” ujar Sunardi.

Sementara itu terkait ketersediaan moda transportasi berupa bus antar kota saat mudik, jumlahnya akan ditambah. ”Pemprov Jatim bakal menambah jumlah bus yang selama ini beroperasi sebanyak 600 unit bakal ditambah menjadi 670 unit,” ujarnya.

Kawasan Jalan Lingkar Utara (JLU) di Kota Probolinggo yang selama ini difungsikan untuk “membuang” truk barang dan kendaraan berat, menjadi sorotan dalam rapat gabungan. Soalnya, selain badan aspal banyak yang bopeng (berlubang), sebuah jembatan di JLU tepatnya di Kel. Mayangan, Kec. Mayangan jebol dan dipastikan belum selesai pengecorannya hingga Lebaran mendatang.

Terpaksa saat mudik, kata Kasatlantas Polresta, AKP Noerijanto, truk barang dan kendaraan berat masih dilewatkan di “jantung” Kota Probolinggo.

Jalur penyeberangan antara Probolinggo-Pulau Giliketapang juga menjadi bahasn rapat. Selama ini, jalur laut sejauh sekitar 3 mil laut (5 Km) itu dilayani puluhan perahu penyebarangan.

“Perahu penyeberangan Probolinggo-Giliketapang harus dicek kelaikannya, termasuk harus dilengkapi peralatan keselamatan seperti pelampung,” ujar AKP Noerijanto. Soalnya, dipastikan pada Lebaran mendatang warga di pulau berpendenduduk sekitar 8.000 jiwa itu bakal hilir-mudik ke Probolinggo untuk bersilaturahmi. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=63a24a588a38679d827e8fcdd8ddff67&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Jalur Mudik Probolinggo Waspadai Pasar

Sabtu, 4 September 2010 | 09:01 WIB
PASAR Buah di Ranuyono

PROBOLINGGO - Keberadaan pasar yang pedagang dan pembelinya meluber hingga ke badan jalan bakal mewarnai jalur mudik Lebaran tahun ini di jalur Probolinggo-Pasuruan, Probolinggo-Lumajang, dan Probolinggo-Situbondo. Pasar tumpah yang terlihat pagi dan sore hari itu dinilai menganggu arus lalulintas di jalan nasional.

Di jalur Probolinggo-Pasuruan misalnya, keberadaan Pasar Ngopak, Kab. Pasuruan terlihat tumpah terutama di pagi hari. Sementara di sore hari kondisi pedagang dan pembeli terlihat lebih sepi.

Lalu lintas di jalan menikung yang di sebelah utaranya dicokoli pasar itu sering macet di pagi hari. Apalagi jalan nasional itu bertemu (simpang tiga) dengan jalan kabupaten menuju Umbulan dan Banyubiru.

Kondisi lebih parah terlihat di jalan nasional di ruas persis depan Pasar Buah Ranuyoso, Lumajang. Menjadi irama rutin setiap pagi dan sore, pedagang dan pembeli meluber hingga seperempat badan jalan di sisi kanan dan kiri.

Sejak subuh sekitar pukul 05.00, pedagang dan pembeli yang mengangkut kelapa, pisang, nangka, dan beragam buah-buahan berbaur hingga di badan jalan. “Di klakson pun tidak bakal didengar, wong badan jalan sudah penuh pedagang dan pembeli,” ujar Hasan, sopir bus jurusan Banyuwangi-Surabaya.

Jalur Probolinggo-Lumajang juga terganjal dengan belum selesainya pembangunan Jembatan Grobogan baru di Desa Grobogan, Kec. Kedungjajang, Lumajang. Selama ini arus lalulintas dari dua arah terpaksa bergantian melintasi Jembatan Grobogan lama.

“Butuh waktu antre sekitar 5-10 menit guna melintasi Jembatan Grobogan lama. Tidak tahu lagi saat Lebaran nanti kalau arus lalulintas padat, bisa-bisa lebih lama lagi,” ujar Arista, warga Jl. KH Ghozali, Lumajang.

Sementara itu meski tidak separah jalur Probolinggo-Pasuruan dan Probolinggo-Lumajang, pasar tumpah juga merintangi arus lalulintas di sepanjang Probolinggo-Situbondo. Pengguna jalan harus waspada saat melintasi jalan di depan Pasar Dringu dan Pasar Bawang Merah, keduanya di Kec. Dringu, Kab. Probolinggo. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=15d36cdc2526c1ed9b64730b640b7d58&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Sediakan Aula Pengunjung

[ Sabtu, 04 September 2010 ]
Pelayanan yang prima bagi masyarakat adalah prioritas pemerintah. Biasanya, pelayanan prima dikembangkan melalui instansi yang ada di bawah. Terutama instansi yang berkaitan langsung dengan pelayanan. Seperti Pengadilan Agama (PA) Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.

Demikian dikatakan Panitera Sekretaris (Pansek) PA Kraksaan, Abdul Karim. Menurut Karim, pengadaan fasilitas bagi pengunjung perlu diperhatikan. Sebab hal itu berkaitan dengan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. "Setiap instansi pemerintah wajib memberikan pelayanan," ujarnya.

Karena itu kata Karim, pihaknya sedang membangun fasilitas bagi pengunjung PA. Yakni aula besar tempat menunggu persidangan. Pengunjung yang dimaksud adalah masyarakat yang sedang mengurus kasus rumah tangga di PA.

Sebab menurutnya, di Kabupaten Probolinggo angka perceraian cukup tinggi. "Makanya pengunjung PA pun cukup banyak," tuturnya.

Kenapa harus aula besar? Menurut Karim, kebiasaan masyarakat kabupaten cukup unik. Jika ada pasangan yang akan cerai, tidak hanya pasangan tersebut yang mendatangi persidangan. Namun biasanya, keluarga pasangan juga ikut serta.

"Dari pihak suami bawa massa satu mobil. Demikian juga yang pihak istri. Saya kok heran ya? Seperti mau unjuk kekuatan saja. Padahal cuma kasus cerai," katanya.

Meski demikian, PA tetap menerima kedatangan itu. Apalagi hal itu sudah ada dalam aturan. Pengunjung yang datang harus diterima dengan baik. Termasuk ketika ikut mengikuti jalannya persidangan. "Makanya kita perlu sediakan tempat tunggu. Karena pengunjungnya memang membeludak," tukas Karim.

Namun pelayanan bukan hanya menyediakan fasilitas saja. Tak kalah penting, yakni melayani perkara yang masuk ke PA. Bagi Karim, perkara dilaporkan untuk diselesaikan. "Pelayanan perkara semacam itu justru yang paling utama," pungkas Karim. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Pembuktian Santet Sulit

[ Sabtu, 04 September 2010 ]
Ormas Sikapi Kasus Alassapi

KRAKSAAN - Kasus pembunuhan dengan korban Fadli Saiman, 65 di Desa Alassapi, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo memang sudah ditangani Polres setempat. Namun, tetap saja memunculkan banyak kekhawatiran. Sebabnya tak lain, karena pembunuhan itu dilakukan atas dasar isu santet.

Padahal pembuktian santet sulit dilakukan. Setidaknya hingga saat ini. Karena itu, Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) melalui humasnya H Yasin kembali mengimbau agar masyarakat hati-hati menghadapi isu santet.

Menurut Yasin, FUIB sebenarnya pernah menyampaikan kasus isu santet kepada Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan, beberapa waktu lalu. "Waktu itu (disampaikan) pada saat audiensi awal Ramadan," ujarnya.

Namun karena kembali terjadi, FUIB kata Yasin merasa sangat prihatin. Apalagi disertai dengan pembunuhan yang dilakukan saat Ramadan. Terlebih, karena pembunuhan sepertinya dilakukan secara kolektif.

Karena itu, Yasin mendesak Polres agar berkoordinasi dengan ormas untuk menangani kasus santet. Semisal NU, Muhammadiyah, Al-Irsyad, maupun melalui MUI. Sebab, keberadaan ormas cukup penting untuk mengatasi masalah horisontal di masyarakat. "Ini pelajaran penting selama Ramadan," ujar Yasin

Hal serupa dikatakan Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo H Ahmad Budiono. Menurut Budiono, isu santet cenderung berkembang di kalangan masyarakat dengan SDM dan ekonomi yang rendah. Dalam kondisi itu, masyarakat mudah tersulut provokasi negatif.

"Kedangkalan pengetahuan dan pengamalan nilai-nilai agama penting didalami. Sektor kesehatan tak kalah penting. Misalnya untuk membuktikan tentang santet. Bisakah kesehatan membuktikan orang meninggal karena santet atau bukan," tutur Budiono panjang lebar.

Budiono pun mendesak pemerintah untuk mencarikan solusi menghadapi isu santet. Sementara pihak lain juga harus membantu.

Sementara PCNU Kraksaan melalui wakil ketuanya H Idrus Ali memberikan penjelasan dari sudut pandang yang agak berbeda. Menurut Idrus, santet sebenarnya masalah klasik. Namun pembuktiannya sulit dilakukan. "Sekalipun hakikatnya santet memang ada di masyarakat," kata Idrus.

Karena itu Idrus berharap masyarakat hukum bisa memunculkan produk hukum yang mengatur masalah santet. Sehingga jika terjadi kasus pembunuhan berlatar belakang santet, bisa diselesaikan.

Seperti main hakim sendiri di (desa) Alassapi. Menurutnya itu salah dan menyalahi hukum. "Ini negara hukum. Tapi isu santet belum sekalipun diatur oleh hukum. Sehingga rekan-rekan di kepolisian pun juga kesulitan," ujar Idrus.

PCNU sendiri tegasnya, mendukung langkah cepat kepolisian menyelesaikan kasus ini. Serta mengajak semua kalangan untuk memberi pengarahan kepada masyarakat. "Jangan sampai terpancing isu santet. Kalau tidak, bisa berurusan dengan hukum. Seperti sekarang ini," tutur Idrus.

Diberitakan Radar Bromo, Dusun Krajan, Desa Alassapi, Kecamatan Banyuanyar pada Minggu (29/8) ramai karena dua berita kematian. Pertama kematian Asmar, 16, yang diduga warga kena santet. Disusul kematian Fadli Saiman, 65, yang dibunuh karena dituding sebagai si penyantet.

Peristiwa menggemparkan itu bermula dari sakit typhus berkepanjangan yang diderita Asmar. Karena kondisinya kian parah, Asmar akhirnya meninggal di RSUD Waluyo Jati, Kraksaan.

Sementara jenazah Asmar dalam perjalanan menuju rumah duka, kabar kematiannya sudah menyebar di desanya. Sebagian warga menyebut, kematiannya itu disebabkan santet kiriman Fadli Saiman.

Isu tersebut memang sudah lama beredar di masyarakat setempat. Sehingga, kematian itu justru memperkuat dugaan Asmar memang disantet. Fadli sempat diamankan di rumah Tikun. Namun ditemukan tewas sekitar pukul 21.00.

Sejauh ini Polres Porobolinggo sudah menetapkan 12 tersangka yang terlibat dalam pembunuhan itu. Tertangkapnya para tersangka tak lain, karena gerak cepat Polres Probolinggo dalam mengungkap kasus tersebut.

Sementara ini tersangka sedang menjalani proses penyelidikan. Tak menutup kemungkinan jumlah tersangka mengembang menjadi 20 orang. "Sebab DPO berjumlah 8 orang," tutur Kasat Reskrim Polres Probolinggo AKP Heri Mulyanto, beberapa waktu lalu. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=178095

Sosialisasi Lantas, Bagikan Takjil

[ Sabtu, 04 September 2010 ]
KRAKSAAN - Banyak cara bisa dilakukan untuk melaksanakan sosialisasi. Tengok saja yang dilakukan jajaran Sat Lantas Polres Probolinggo, Kamis sore (2/9). Acara sosialisasi tertib lalu lintas (lantas) dibungkus dengan pembagian takjil kepada pengguna jalan.

Dalam pantauan Radar Bromo, kegiatan itu dilakukan di depan Mapolsek Kraksaan jelang waktu buka puasa. Pelaksanaannya sudah berlangsung dua hari, yakni sejak Rabu. Ini juga sebagai bagian dari peringatan dirgahayu Polwan ke-62.

Selain diikuti polwan, sejumlah polisi lalu lintas turut membantu mengamankan jalan. Hadir pula Kasat Lantas Polres Probolinggo AKP Dwi Agung Setyono.

Dalam kegiatan tersebut, polisi membagi-bagikan selebaran berisi imbauan dan petunjuk berlalu lintas kepada masyarakat. Menurut Kasat Lantas, imbauan tersebut penting disampaikan. "Masyarakat kita sebagian ada yang masih belum tahu tentang undang-undang lantas," kata Agung.

Dikatakan Agung, di antara undang-undang yang baru yakni tentang menyalakan lampu di siang hari. Sejauh ini aturan itu memang sudah dilaksanakan masyarakat. Bahkan, pihaknya sudah menggandeng sejumlah diler di Kabupaten Probolinggo. "Jadi setiap motor dinyalakan, lampu depan otomatis menyala. Itu sudah kita praktekkan," ujar Agung.

Namun, masih banyak masyarakat yang belum melaksanakan aturan itu. Sehingga Sat Lantas perlu melakukan sosialisasi lebih lanjut. "Walaupun sudah banyak yang langsung nyala, sosialisasi harus tetap dilakukan," tutur Agung.

Karena itu, selama sosialisasi Sat Lantas juga menggandeng sejumlah diler di Kraksaan. Sehingga bukan hanya Polisi saja yang terlihat beraksi. Namun juga para karyawan diler yang bersangkutan.

Selain itu, sosialisasi terhadap penggunaan helm juga dilakukan. Sebab kata Agung, masih banyak masyarakat yang belum memakai helm. Sebagian masyarakat maish beranggapan helm mengganggu kepala. "Namun kita harus memperhitungkan keselamatan kita selama berkendara," ungkap Agung.

Agung berharap, kesadaran masyarakat untuk berkendara semakin tinggi. Efeknya kata Agung, bisa mengurangi angka kecelakaan yang terus terjadi. "Polisi tetap melaksanakan tugas kemasyarakatan. Seperti berupaya mengurangi angka kecelakaan. Namun masyarakat sendiri juga harus meningkatkan kesadarannya," pungkas Agung. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=178094

Kemipi Cegah Tembakau Layu

[ Sabtu, 04 September 2010 ]
KOTAANYAR - Sapi tidak hanya bisa dimanfaatkan kotorannya sebagai pupuk organik. Saat ini, kemih Sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Bahkan kualitas yang dihasilkan lebih baik dibanding pupuk jenis lain.

Memang, sejauh ini pupuk dari kemih Sapi masih dalam tahap uji coba. Namun, hasilnya sudah bisa dirasakan di sawah milik petani tembakau H Lukman Hakim. Lelaki yang juga ketua Kelompok Tani (poktan) Batu Gajah, Desa Batu Gajah, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo ini bersedia menjadikah lahan tembakau miliknya sebagai tempat uji coba pupuk tersebut.

Hasilnya, pertumbuhan tanaman lebih cepat. Selain itu juga bisa mencegah layunya daun tembakau. Bahkan pada panen daun bawah, tanaman H Lukman minim dari krosok.

"Padahal krosok biasanya cukup banyak. Punya H Lukman malah bisa dirajang. Ini berbeda jika dibanding lahan lain yang tidak memakai bio kemipi. Sampean bisa bandingkan di lapangan," ujar Koordinator Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kotaantar Endang Widayato sembari menunjuk beberapa petak sawah.

Pupuk itu sendiri merupakan kreasi Danramil Kotaanyar Kapten inf Slamet Riadi. Bekerja sama dengan BPP Kotaanyar. Karena merupakan produk sendiri, BPP kemudian menamai pupuk itu dengan Bio Kemipi. "Kemipi itu artinya kemih sapi," tutur Endang.

Dikatakan Slamet, munculnya ide itu berawal dari pengalamannya selama menjadi tentara. Menurut Slamet, hal itu sesuai dengan delapan wajib TNI poin terakhir. Yakni menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat. "Termasuk bentuk pengabdian kami," ujar Slamet yang menjabat Danramil sejak 1 Januari.

Slamet melihat, banyak masyarakat yang memelihara Sapi di Kecamatan Kotaanyar. Hal itu kemudian mengilhami Slamet untuk berkoordinasi dengan BPP memanfaatkan kemih Sapi. "Ternyata mendapat respon baik. Berlanjutlah pemanfaatan itu," tuturnya.

Endang menjelaskan, kemih Sapi mengandung Nitrogen cukup tinggi. Sehingga pemanfaatannya menjadi pupuk organik tak menemui kendala. "Justru karena kadar (Nitrogen) tinggi, hasilnya bisa baik," ujarnya.

Bahkan menurut Endang, kemipi mempunyai dua kelebihan. Yakni, pertumbuhan tanaman lebih cepat. Selain itu juga bisa mencegah layunya daun tembakau.

Pendapat itu dibenarkan PPL Kotaanyar, Yoyok Wagianto. Bahkan kata Yoyok, kualitas yang didapat justru lebih baik daripada pupuk organik jenis lain. "Selain itu untuk mengurangi pengeluaran petani," tuturnya.

Sebab kata Yoyok, kemih Sapi bisa didapatkan dengan mudah. "Tunggu saja di kandang, pakai botol atau timba. Sapi pipis, sudah kita dapat kemihnya," terang Yoyok. Selanjutnya, kemih Sapi diolah selama sekitar 3 minggu.

Dengan cara itu, cost (biaya) yang dikeluarkan petani bisa dikurangi. Sebab dengan demikian, penggunaan pupuk kimia otomatis juga bisa dikurangi. "Kami memang mencari formula agar petani bisa mengurangi pembiayaan," kata Yoyok

Pengolahan kemih Sapi sendiri tak terlalu mahal. Kemih ditempatkan di drum plastik untuk mengurangi kadar kimia. Selanjutnya dicampur dengan bio remediator. "Diaduk setiap 3 hari sekali hingga 3 minggu. Lalu pupuk bisa digunakan," jelas Slamet.

Cara penggunaannya, yakni 250 mililiter bio kemipi dimasukkan dalam tangki dan dicampur dengan air 15 liter. Selanjutnya, langsung bisa digunakan. "Tidak khawatir kedaluarsa. Pupuk organik tidak pernah begitu," tutur Slamet.

Sejauh ini menurut Endang, pupuk organik ini sudah diujicobakan di 5 desa. Yakni Desa Kotaanyar, Sambirampak Lor, Sambirampak Kidul, Sumber Centeng dan Triwungan. Sementara tanaman yang sudah diuji coba yakni tanaman Tembakau, Bawang, Mangga dan Cabai. "Kita uji coba sejak 1 Juni lalu.

Dikatakan Endang, bio kemipi ini bisa digunakan untuk semua jenis tanaman. Sementara itu, tidak ada resiko yang diakibatkan bio kemipi. Setidaknya sejauh ini hasilnya masih bisa diandalkan. "Tanaman yang diberi pupuk ini hasilnya cukup baik," tutur Endang.

Namun hal itu bukannya tanpa kendala. Menurut Endang, pengolahan kemih sapi hingga sejauh ini belum mendapat suntikan dana. Sementara untuk uji coba, dana yang dikeluarkan didapat dari kas Koramil dan BPP. Padahal kualitas yang dihasilkan bio kemipi cukup baik.

Jika hendak digunakan dengan maksimal, mestinya proses itu mendapat dana yang cukup. Sehingga kelak kata Endang, bisa dimaksimalkan hasilnya. "Pupuk organik dengan kemih Sapi ini yang pertama. Saya pikir cukup penting diperhatikan. Masyarakat sejauh ini juga cocok dengan bio kemipi," pungkasnya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=178093

Pencuri Dimassa, Motor Dibakar

[ Sabtu, 04 September 2010 ]
SUKAPURA - Aksi pencurian motor (curanmor) yang kian marak telah memicu amarah masyarakat. Kemarin (3/9) di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo ketika ada seorang pelaku curanmor berhasil dibekuk, amuk warga tak terhindarkan. Motor dibakar, pelakunya dihajar. Satu pelaku yang dimassa itu adalah Rohim, 25, warga Pasuruan.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo peristiwa curanmor itu kemarin terjadi sekitar pukul 09.30. Korbannya adalah Suratman, warga asli Lambang Kuning, Kecamatan Lumbang.

Ceritanya, Suratman juga punya rumah di depan terminal Sukapura. Nah, kemarin Suratman baru datang dari rumahnya di Lambang Kuning. Sampai di rumahnya di depan terminal Sukapura itu, Suratman langsung memarkir motornya, Satria FU nopol N 2585 OJ.

Baru lima menit diparkir, motor itu jadi sasaran curanmor. Pelakunya empat orang.Namun, aksi kawanan tersebut diketahui anak Suratman. "Papa, sepeda motor diambil orang," ungkap Kapolsek Sukapura AKP I. K. Wijaya kemarin menirukan keterangan dari korban.

Motor Suratman berhasil dibawa kabur empat pelaku. Mereka mengendarai dua sepeda motor. Satu motor Jupiter Z milik pelaku sendiri, satu lagi milik Suratman. Tapi, setelah mengetahui motornya disikat, Suratman langsung menghubungi Polsek Sukapura.

"Korban langsung menghubungi polsek," terang AKP Wijaya.

Setelah mendapatkan laporan dari Suratman, polsek menghubungi personelnya di lapangan. Ketika itu, petugas memang disiagakan di depan terminal Sukapura. "Petugas ada yang stand by di sana," terang Kapolsek.

Pergerakan pelaku curanmor terlihat oleh petugas di lapangan. Kawanan pencuri terlihat melaju kencang ke arah Lumbang. Selain petugas, warga juga mengetahui lari pelaku curanmor itu. "Warga juga turut mengejar kawanan tersebut," terang Wijaya.

Karena arahnya ke Lumbang, Polsek Sukapura kemudian berkoordinasi dengan Polsek Lumbang. "Langsung kami hubungi Polsek Lumbang untuk menghadang pelaku," terang Wijaya.

Di Lumbang, rupanya bukan hanya polisi yang bersiaga. Warga yang juga telah mendengar informasi pengejaran tersebut ikut menghadang. Tepat di Desa Negororejo, Lumbang, kawanan pencuri melihat ada puluhan warga sudah memblokade jalan. Mereka keder hingga tercerai berai.

Tiga orang kabur berhasil kabur dari hadangan warga, satu lagi pelaku yang naik motor Jupiter Z berhasil dibekuk warga di areal sawah. Amuk masa tak terhindarkan. Satu pelaku bernama Rohim, 25, warga Desa Plososari, Pasuruan itu dihujani pukulan.

Tak cukup itu, warga juga membakar motor Jupiter Z yang ditumpangi pelaku. Motor itu pun ludes tinggal rangkanya. Warga juga nyaris membakar Rohim. "Untung petugas berhasil menghentikan tindakan warga tersebut," ungkap AKP Wijaya.

Di saat yang sama, warga dan polisi tak berhenti mengejar pelaku lain yang kabur. Dua di antaranya kabur dengan mengendarai motor milik Suratman ke arah Madakaripura. Tapi karena kadung ketakutan, pelaku akhirnya meninggalkan motor milik Suratman itu di pekarangan rumah seorang warga.

Selanjutnya, Rohim dikeler ke Polsek Sukapura. Sedangkan tiga pelaku lainnya kini dalam buruan polisi. Dan disinyalir pelaku masih bersembunyi di daerah hutan di kecamatan Lumbang.

Selain mengamankan satu pelaku, polisi juga mengamankan barang bukti dua sepeda motor. Satu motor Jupiter Z yang sudah tinggal rangka, dan satu motor Satria FU milik Suratman. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=178092

Kampanyekan Antibugil Depan Kamera

[ Sabtu, 04 September 2010 ]
Buntut Geger Merebaknya Video Mesum

PROBOLINGGO - Maraknya kasus video porno di Kabupaten Probolinggo yang belakangan terungkap, terus mengundang keprihatinan. Tidak hanya PCNU mengutuk.

Pemkab melalui Bagian Kominfo akan kampanyekan secara massif gerakan antibugil di depan kamera ke desa-desa.

Kabag Kominfo Sentot Dwi H mengatakan dirinya mewakili Pemkab Probolinggo sangat prihatin atas kasus-kasus video porno yang belakangan ini diadukan ke DPRD dan polres.

"Terlepas apakah benar atau tidak orang yang ada di video tersebut apakah orang Kabupaten, namun menyeruaknya kasus ini sudah memperihatinkan banyak kalangan. PCNU sampai mengutuknya. Karena itu Pemkab juga menyiapkan beberapa langkah antisipasi agar kedepan kasus seperti ini tidak terjadi lagi," jelas Sentot kepada Radar Bromo kemarin.

Menurut Sentot, masalah peredaran video porno itu sendiri secara keseluruhan sudah menjadi isu nasional. "Kasus-kasus video porno dan situs-situs porno itu sudah menjadi perhatian serius Menkominfo," jelasnya.

Saat ini, kata Sentot, kementerian kominfo berupaya memblokir atau memperketat beberapa situs porno yang beredar di dunia maya. Lalu, bagaimana upaya pemda-pemda di Indonesia? Menurut Sentot, sedianya pemerintah pusat juga sudah memperhatikan masalah tersebut.

"Masalah peredaran video porno dan situs porno itu saat ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Tetapi sudah menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat untuk memeranginya. Karena itu muncullah gerakan jangan bugil di depan kamera," jelas Sentot.

Sampai sejauh ini menurut Sentot, saslah satu cara yang ampuh untuk memerangi peredaran video porno itu sendiri adalah dengan menghambat proses produksinya. Nah, hal itu bisa dilakukan kalau semua masyarakat sadar dengan tidak melakukan aktifitas bugil dan samacamnya di depan kamera.

"Masyarakat harus sadar diri. Jangan sampai bugil di depan kamera. Walaupun alasan awalnya adalah untuk dokumentasi pribadi. Tetapi, manusia itu kan ada lengahnya. Bisa saja dokumen pribadi itu bocor, terus videonya kan bisa berkembang dan beredar di masyarakat?" jelas Sentot.

Selanjutnya, dalam waktu dekat ini pemkab akan memasifkan kampanye antibugil di depan kamera itu. Setiap kegiatan-kegiatan yang digelar pemkab, nantinya bakal diselingi sosialisasi tersebut.

"Kami juga akan memanfaatkan sarana M-Cap yang keliling ke desa-desa untuk mensosialisasikan gerakan antibugil di depan kamera. Kami berupaya kenalkan internet sehat bebas pornografi sampai ke pelosok desa," katanya.

Seperti diberitakan Radar Bromo sebelumnya, Ramadan ini DPRD Kabupaten Probolinggo seperti panen laporan soal video porno. Sebelumya ada kasus video bugil kamar mandi yang diduga melibatkan kepala Desa Kalianan, Krucil.

Yang terbaru, DPRD kembali dapat pengaduan kasus video porno yang diduga pelaku lelakinya adalah seorang guru ngaji asal kecamatan Tegalsiwalan. Bahkan kasus video porno yang diduga melibatkan guru ngaji berinisial Tp alias Hdb ini sudah sampai ke meja gedung DPRD dan Polres setempat.

Wakil Ketua DPRD Wahid Nurahman juga mengaku turut prihatin dengan merebaknya video mesum beberapa hari belakangan ini. "Apalagi merebaknya kasus tersebut terjadi saat Ramadan, bulan penuh berkah," katanya.

Menurut Wahid, masalah merebaknya kasus video mesum itu harus segera diselesaikan. "Sebab sekarang ini anak-anak kecil sebagian besar sudah bisa mengoperasionalkan komputer maupun HP. Jadi jangan sampai generasi muda kita jadi korban," jelasnya.

DPRD dikatakan Wahid berharap masalah kasus merebaknya video mesum tersebut segera diusut tuntas oleh polres. "Cuma untuk memberantasnya, tidak hanya menjadi tugas polres, tetapi semua elemen. Terutama beberapa tokoh masyarakat," bebernya.

Wahid menyebutkan, salah satu langkah konkret yang dilakukan DPRD untuk mengantisipasi kasus tersebut terjadi kembali adalah melibatkan tokoh masyarakat untuk memeranginya. "Harus ada kesadaran dari tiap individu. Salah satunya, ya dengan membentuk akhlaknya. Peran tokoh agama dan masyarakat sangat penting di situ," jelasnya. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=178089