Senin, 28 Juni 2010

Sapi Brujul Dikerap, Kucing Kontes

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo) 2010 kemarin (27/6) menyajikan kontes-kontes hewan. Di antaranya, kerapan sapi brujul di Kelurahan Curahgrinting dan kontes kucing di alun-alun kota.

Kerapan sapi brujul sempat diwarnai ketegangan. Pasalnya, ada sejumlah peserta yang tidak memperhatikan imbauan panitia. Tak ayal, panitia pun marah dan acara menjadi molor.

Lomba sudah siap dimulai. Tapi, sejumlah peserta tak juga menyiapkan sapi brujulnya. Berkali-kali panitia meminta peserta bersiap, eh pesertanya cuek saja dengan beragam ekspresi. Di antaranya, ada yang malah sibuk mencoba lintasan.

"Ayo cepat persiapkan sapinya. Tolong dengarkan saya. Saya malu kalau terus-terusan seperti ini," teriak Hasyim, ketua panitia melalui pengeras suara berulang kali. Sampai-sampai suara Hasyim terdengar parau.

Hasyim mengungkapkan sudah berkali-kali menjadi panitia kerap kambing, tapi tidak pernah menemukan kendala seperti itu. "Berkali-kali saya menjadi panitia lomba kerap kambing, selalu diajungi jempol dan selalu dikatakan bagus. Sekarang baru pertama jadi panitia kerap sapi, pagi ini sudah dua kali saya dimarahi Wali Kota," ujarnya.

Meski demikian, animo masyarakat terhadap acara tersebut cukup tinggi. Warga berdatangan untuk menyaksikan kerapan yang sudah lama tidak pernah lagi digelar, sejak beberapa tahun lalu. Tapi, mereka harus bersabar lantaran masih banyak sapi yang belum siap dilepas.

Kemudian, Hasyim kembali meminta para peserta segera mempersiapkan sapinya. Dan, sapi-sapi yang belum dipanggil untuk bertanding diminta untuk keluar dari lintasan dengan panjang sekitar 200 meter itu.

"Tolong segera persiapkan sapinya. Kalau dalam waktu lima menit dipanggil tidak ada, maka akan kami anggap gugur," tegasnya. "Saya tidak main-main atau menakut-nakuti. Kalau tidak percaya, silahkan buktikan," lanjut Hasyim.

Mendengar itu, nyali para peserta mulai ciut. Banyak peserta yang langsung mempersiapkan sapinya dan membawanya ke dekat garis start. Tapi, masih ada saja yang bandel dan tetap berada di dalam lintasan.

"Hoi... itu sapi yang ada di dalam lintasan, tolong jangan di situ. Itu (sapi) mau dilombakan atau dipajang? Kalau hanya mau dipajang jangan di situ, dan jangan sekarang. Nanti saja, kalau acara ini sudah selesai. Kalau acara ini sudah selesai, silahkan dipajang di situ, sampai malam juga tidak apa-apa," ujarnya.

Akhirnya kerap sapi brujul itu pun dimulai sekitar pukul 11.15. Sejumlah sapi bertanding beradu cepat dengan seorang penunggang. Warga yang awalnya berada di tempat teduh, mulai beranjak untuk menonton dari dekat.

Ada sebanyak 32 pasang sapi dari Kota dan Kabupaten Probolinggo yang diikutkan. Lomba itu rencananya digelar dua hari, tapi gagal. "Karena pesertanya sedikit, cukup sehari saja," ujar Ali Ardiansyah, wakil ketua panitia.

Menurut Ali, sudah lama kerapan sapi brujul ini tidak pernah digelar. Yakni, sejak sekitar 20 tahun lalu dan baru kali ini digelar lagi. Oleh karena itu, sangat maklum bila pesertanya tidak terlalu banyak. "Ini (yang ikut lomba) sapi-sapi baru dan ada yang masih belajar," ujarnya.

Ali menjelaskan, kerapan sapi brujul ini berbeda dengan kerapan sapi biasanya. "Kalau ini (kerap sapi brujul) sapi putih, dan lintasannya di lumpur," jelasnya.

Kontes Kucing

Tak kalah seru dengan kerap sapi brujul, di alun-alun kota pagi kemarin digelar kontes kucing sehat dan fashion cat. Meski baru kali pertama digelar, kontes ini cukup diminati.

"Senang sekali ada kontes seperti ini. Karena baru pertama kali diadakan di Kota Probolinggo dan saya berharap bisa terus diadakan setiap tahun. Kontes ini bisa meningkatkan kecintaan terhadap binatang," ungkap Dandes, warga Sumbertaman yang mengikutkan dua kucing anggora miliknya.

Dua nama kucing milik Dandes adalah Star dan Faro. Star, kucing anggora belang telon ikut kontes kucing sehat kategori dewasa. Sedangkan Faro kucing anggora betina berkompetisi di fashion cat. Faro tampil bersama anak Dandes, Anggita memakai kostum batik.

Koordinator lomba Retno Wandansari mengatakan jumlah peserta yang sudah mendaftar sekitar 90. "Kebanyakan dari kota dan kabupaten Probolinggo, ada juga yang berasal dari Bondowoso. Untuk jurinya kami melibatkan dokter hewan dari Situbondo dan Bondowoso," jelasnya.

Sisi alun-alun sebelah utara dipenuhi dengan kadang kucing beserta isinya. Mulai dari kandang ukuran besar, ukuran sedang hingga model seperti keranjang. Masyarakat pun banyak yang berdatangan meski hanya untuk sekedar melihat dari dekat kucing mahal tersebut. Banyak juga penonton yang meminjam kucing untuk foto bersama.

Kata Retno Wandansari, ada dua kategori untuk kontes kucing sehat yaitu dewasa (usia di atas 9 bulan) dan anak (usia 3 bulan sampai 9 bulan). Namun kriteria penilaiannya sama meliputi kondisi mata, hidung, telinga, gigi, mulut, bulu, kulit, kuku hingga anus.

"Saat penilaian itu bisa diketahui apakah kucingnya sudah vaksinasi atau belum. Vaksinasi untuk kucing ini penting, berfungsi untuk mencegah penyakit kucing. Kontes dan fashion cat khusus ras yang bisa dilombakan seperti persia dan anggora. Kucing kampung tidak bisa ikut lomba," tegas Retno kepada Radar Bromo.

Sementara untuk kategori fashion cat, pemilik dan kucing harus berjalan di atas panggung, keserasian, penampilan dan atraksi. Untuk kompetisi ini diambil masing-masing tiga juara.

Kelucuan terlihat saat fashion cat, nama-nama kucing yang unik dipanggil satu per satu. Nampaknya nama pemberian sang pemilik kepada kucing berhidung pesek itu lebih bagus ketimbang nama manusia.

Ada Faro dengan kostum batiknya, Ling-Ling dengan gaun polkadot, Jasmine memakai baju kotak-kotak serasi dengan pemiliknya, tiger dengan jubah merahnya dan Laura berpakaian ungu. Pemilik pun ada yang menyerasikan penampilannya serba kucing seperti sepatu bulu, kacamata motif kucing, baju dan tas bergambar kucing.

Sayangnya tidak semua kucing mau beraksi saat fashion. Kebanyakan dari mereka justru memilih berjalan ke bawah juri, diam atau berjalan di sekitar kandang yang ada di atas panggung. Pasalnya, kucing bisa stress karena biasanya di dalam rumah dan kini berada di lingkungan berbeda.

Namun tidak bagi salah satu kontestan fashion cat yang bergaun pesta, bertopi berbulu abu-abu. Ia terus mendatangi kamera yang ada di depannya. "Wah.. ini kucing narsis," teriak penonton. (rud/fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Tentang Chiko, Juara Kontes Kucing Sehat dan Fashion Cat di Semipro

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
Jadi Selebritis, Dilarang Main dengan Kucing Kampung

Inilah Chiko, kucing ras Persia yang kemarin (27/6) jadi juara dalam ajang kontes kucing sehat kategori anak dalam rangkaian Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo). Apa istimewanya si Chiko ini?

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

Lucu dan menggemaskan. Bulu warna kremnya begitu lebat dan tebal. Bola mata berwarna kuning menambah daya tarik kucing Persia bernama Chiko itu. Selama dipangku oleh pemiliknya, Jazilahtul Munawaroh, Chiko begitu anteng.

Sejak dinobatkan menjadi juara kontes kucing sehat katehori anak, Chiko seperti jadi selebritis. Setiap orang mendekatinya, memotret dari dekat atau meminta menggendong Chiko, lalu foto bareng. Walaupun si Chiko sudah dibawa masuk ke kandang, masih ada saja yang meminta agar tutupnya dibuka dan memotret kucing yang baru berusia enam bulan itu.

Ya, kemarin Chiko mengikuti kontes kucing. Ia bersaing dengan 23 kucing berbagai ras di kategori anak. Namun Jazilahtul membuktikan jika kucingnya adalah anak kucing yang tersehat di Kota Probolinggo.

Chiko dinyatakan sehat oleh juri dengan mendapatkan poin 28. Proses penilaian yang diikuti Chiko meliputi pemeriksaan mata, telinga, hidung, gigi, mulut, bulu, kuku, kulit hingga anus. Chiko juga sudah divaksin saat usianya 3 bulan.

"Senang sekali dan bangga tentunya. Tidak menyangka kalau Chiko bisa jadi juara. Saya tidak ada persiapan sama sekali untuk ikut kontes ini, hanya kemarin (26/6) dimandikan saja seperti biasa," kata cewek berusia 20 tahun itu ditemui usai menerima hadiah dari Wali Kota Probolinggo Buchori.

Jazilahtul menceritakan, seluruh keluarganya sangat menyukai kucing khusus untuk jenis persia atau anggora. Ia mulai merawat Chiko sejak bulan Februari 2010 lalu, waktu itu usia Chiko masih dua bulan. Ia membeli kucing di daerah Bondowoso seharga Rp 1,5 juta.

"Sekeluarga kebetulan suka sama kucing semua. Dulu punya tiga, tapi satu hilang dicuri orang waktu dititipkan di rumah saudara. Sekarang tinggal dua di rumah," ucap Jazilahtul yang tinggal di Jl Lumajang, Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo.

Kali pertama ia memiliki kucing sejak Ramadan tahun lalu. Jazilahtul melihat tayangan tentang kucing di televisi lalu tiba-tiba ingin memelihara kucing. Keinginannya pun langsung disambut oleh orangtua dan semua saudara-saudaranya. Belilah mereka kucing di Bondowoso.

Kucing pertama yang dipunya adalah anggora diberi nama Kuprit, tapi sekarang Kuprit sudah diberikan ke saudaranya. Kemudian dia beli Chiko, lalu Laura dan Owen. Owen hilang. Sekarang tinggal Chiko dan Laura yang berusia 1,5 tahun. Laura juga ikut fashion cat menggunakan kostum warna ungu.

Diakui oleh mahasiswa Universitas Panca Marga (UPM) ini merawat kucing ras Persia atau anggora tidak mudah. Saat membelinya pun seperti diinterogasi oleh penjualnya. Pertanyaannya macam-macam. Pertanyaan-pertanyaan itu dilontarkan untuk mengetahui keseriusan pembeli untuk memelihara kucing mahal tersebut.

Jazilahtul bilang pertanyaan itu antara lain bekerja di mana, kenapa ingin beli kucing, sudah punya tempat khusus yang bersih atau tidak. "Perjanjiannya itu kucingnya harus diberi makan royal canin 32 (merek makanan kucing) biar tubuhnya tidak kerdil. Coba itu lihat Chiko usianya baru 6 bulan tapi tubuhnya bisa besar dan sehat," jelasnya.

Satu kilogram royal dihabiskan Chiko tidak sampai dua minggu. Harga per kg sekitar Rp 80 ribu. Orang tua Jazilahtul pun sudah menyiapkan budget khusus untuk membeli perlengkapan Chiko dan Laura.

Setiap pagi sudah ada jadwal rutinitas untuk Chiko dan Laura. Misalnya setiap pagi harus membersihkan mata dan hidungnya menggunakan kapas diberi air hangat, karena hidung Chiko pesek kerap mengeluarkan air. Saban hari bulu kucing harus disisir dan diberi vitamin vikal untuk bulu dan kesehatan.

"Memandikannya dua minggu sekali. Kalau memandikan saya berdua dengan ibu, karena kepalanya tidak boleh kena air. Cukup di-washlap saja. Tubuhnya tidak apa-apa disiram. Vitamin bikal itu bentuknya seperti sirup. Kami biasa beli di Bondowoso. Makanannya ada di Probolinggo," ungkap anak pasutri Nipan dan Nur Aini itu.

Kendala yang biasa dialami Chiko adalah muncul lemak di kulitnya, akhirnya timbul semacam ketombe. Kalau sudah kondisi seperti itu harus segera dibersihkan dan bila kondisinya agak tidak fit, buru-buru dibawa ke dokter hewan di Kota Probolinggo.

Chiko dan Laura dilarang keras bergaul dengan sembarangan kucing, apalagi kucing kampung. "Soalnya kalau main sama kucing kampung bisa ketularan penyakit, kutunya juga cepat menyebar. Kalau ketularan harus langsung diobati," kata Jazilahtul yang mempunyai tempat khusus untuk kucing-kucingnya itu.

Meninggalkan rumah dalam waktu yang sangat lama selalu membuat Jazilahtul dan keluarganya kepikiran. Setiap pergi jauh, Chiko dan Laura dititipkan di tempat saudaranya.

Yang membuat khawatir adalah apakah saudaranya bisa merawat kedua kucingnya. "Mereka (Chiko dan Laura) itu lucu. Gimana ya.. agresif sekali. Mereka juga senang kalau diajak bermain. Jadi kalau ninggal lama-lama bisa kangen," katanya. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166990

Anggap Pengawasan Pemkab Kurang

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
Dewan Soroti Kembali Galian C

KRAKSAAN - Aktifitas penambangan bahan galian golongan C (BGGC) di Desa Patalan, Wonomerto, Kabupaten Probolinggo kembali menjadi sorotan DPRD setempat. Komisi C menilai, sejauh ini belum ada kejelasan tentang volume galian yang diambil setiap hari.

Penegasan itu disampaikan Ketua Komisi C Agil Bafaqih usai meninjau lokasi galian C, beberapa hari lalu. Menurut politisi asal PPP tersebut, pemantauan dari pemerintah setempat terhadap aktifitas penambangan pasir itu cukup lemah.

"Dari pengamatan kami di lapangan, pengawasan dari pemkab memang masih lemah. Setiap harinya masih belum diketahui secara pasti berapa volume yang telah diambil dari proses penambangan pasir itu," kata Agil.

Menurut Agil, selama ini pemkab hanya menerima informasi dari para penambang. Penambang biasanya hanya menyampaikan volume pasir yang diambil sambil menyetorkan retribusi. Kondisi inilah yang mendapat perhatian serius dari Agil.

"Iya kalau para penambang itu malaikat. Mereka bakal jujur berapa telah mengambil volume pasirnya. Karena penambang itu manusia yang tak luput dari salah, maka pemkab melalui satuan terkait juga harus ikut memantau," tambah Agil. Agil pun mewanti-wanti agar pemkab tidak kembali kecolongan tentang retribusi galian C, seperti beberapa saat lalu.

Akhir tahun lalun persoalan galian C di Patalan ini sempat menjadi sorotan. Bahkan, aktifitas tiga penambangan di lahan seluas sekitar 300 hektar saat itu sempat ditutup.

Pasalnya, Badan Lingkungan Hidup (BLH) yang memeriksa menegaskan, rata-rata aktifitas penambangan saat itu telah melanggar tingkat baku kerusakan lingkungan. Sebagaimana diatur dalam keputusan kementrian lingkungan hidup.

Di sisi lain, aktifitas galian C selama 2009 juga berkonstribusi sangat kecil pada pemasukan kas daerah. Dari penambangan galian C, pemkab hanya menerima Rp 16 juta saja. Padahal menurut Agil, seharusnya pemkab mendapatkan sekitar Rp 200 juta lebih.

Pada rapat Banggar lalu, Agil juga sempat mengingatkan masalah galian C itu kepada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda). Kepala Dispenda H Nawi pun mengatakan, saat ini kondisi di galian C sudah berjalan dengan baik. "Saran dan masukan akan kami pertimbangkan," katanya.

Nah, saat ini aktifitas penambangan galian C di Patalan telah bergeliat kembali. Tetapi para penambangnya juga berbeda. "Secara keseluruhan sekarang sudah jauh lebih baik. Cuma ada sedikit tata cara penggalian yang perlu diperbaiki," kata Agil.

Karena itu, Agil berkoordinasi dengan BLH (Badan Lingkungan Hidup) untuk memberikan penyuluhan. "BLH nanti juga akan menyurati pengelola penambangan yang lawas yang masih bermasalah," beber Agil.

Menurut Agil, proses penambangan milik David yang telah ditutup akhir tahun lalu sedianya harus melakukan rehabilitasi pada lahan bekas penambangannya. "Tetapi usai 6 bulan, ternyata kami melihat belum ada perbaikan lahan yang cukup signifikan. Kami sudah bicarakan dengan BLH untuk mengingatkan kembali soal itu," tegasnya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166989

Pancong Menghibur Bentar

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
GENDING - Pengunjung wisata pantai Bentar, Gending, Kabupaten Probolinggo kembai mendapat hadiah hiburan tambahan. Kemarin (27/6), grup musik Sakera asal Desa Sumberbulu, Kecamatan Tegalsiwalan tampil dengan membawakan beberapa lagu jenis Pancong.

Lagu jenis Pancong ini memang agak asing di telinga masyarakat Probolinggo. Karena itu, antusiasme para pengunjung untuk mendengar alunan musik Pancong yang dibawakan grup Sakera ini lumayan banyak.

Suwito pemilik grup Sakera menjelaskan, lagu jenis Pancong memang jarang dimainkan. "Musik ini (Pancong) merupaka perpaduan dari dua jenis kesenian daerah," katanya di sela-sela pertunjukan, kemarin.

Nama Pancong sendiri merupakan singkatan dari Patrol dan Keroncong. "Jadi kami memainkan musik Keroncong dengan alat musik utama Patrol disertai beberapa alat musik tambahan," imbuh Suwito.

Suwito menjelaskan, grup musiknya memang memberi perhatian pada kesenian-kesenian daerah. Karena itu, diberi nama Sakera yang merupakan kependekan dari sajian kesenian daerah.

Nah, lagu jenis Pancong sendiri secara khusus menurut Suwito didedikasikan sepenuhnya untuk melestarikan kesenian Keroncong agar tidak pudar. Mengingat, saat ini sudah banyak jenis musik yang masuk di Indonesia.

"Kita semua sudah mengetahui kalau maestro Keroncong Indonesia Almarhum Gesang telah tiada. Karena itu, semangatnya untuk memajukan Kreoncong harus tetap dipertahankan. Ini merupakan kesenian asli kita," bebernya.

Meski agak asing di telinga masyarakat, namun sebagian besar pengunjung Bentar mengaku agak terhibur dengan beberapa alunan musik yang dibawakan Sakera tersebut. "Unik dan lucu juga," kata Febri, warga Ngepoh, Dringu yang kemarin datang bersama teman-temannya.

"Lumayan bagus juga musiknya. Coba kalau di kota tidak ada event besar, pasti di pantai Bentar ini bakal sangat ramai,"" celetuk salah satu teman Febri yang memakai kaos hitam sambil ngeloyor pergi.

Sementara Kabid Seni dan Budaya, Dinas kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Agus Purwanto mengatakan, agenda yang digelar kemarin merupakan agenda penunjang wisata. "Kegiatan ini mempunyai beberapa tujuan," katanya.

Selain untuk mengenalkan dan mempromosikan wisata, kegiatan tersebut juga dilaksanakan untuk terus melestarikan kesenian daerah. "Ke depan kami berharap pantai Bentar bisa menjadi tempat berkumpulnya para seniman lokal," harapnya.

Sedangkan Kadisbudpar Tutug Edi Utomo mengaku cukup menikmati sajian musik Pancong tersebut. "Ada yang gerakkan jari telunjuknya, ada yang goyangkan ujung kaki kanan sambil gelengkan kepala ikuti irama. Asyik juga ya?" celetuknya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166988

Tabrak Truk Mogok, 1 Tewas

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
Di Kabupaten Probolinggo kemarin (27/6) juga terjadi kecelakaan maut. Truk menabrak truk gandeng yang sedang mogok di jalan raya Desa Karanggeger, Kecamatan Pajarakan. Akibat kejadian ini, satu orang tewas dan dua luka. Selain itu, jalur Probolinggo-Situbondo juga macet beberapa jam.

Tiga korban dalam kejadian ini adalah Gatot Subroto, 45, warga Kediri yang menyopiri truk nopol D 8126 AI. Berikutnya Eko, 18, dan Hilda, 8, yang tidak lain adalah anak-anak Gatot. Ketiganya kemarin setelah kecelakaan terjadi langsung dilarikan ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Namun, beberapa saat mendapat perawatan, nyawa Gatot melayang. "Tidak bisa diselamatkan, Mas," ujar seorang perawat RSUD.

Dalam kejadian ini mulanya ada truk gandeng nopol P 7085 NU yang mogok mulai sekitar pukul 04.00 kemarin. Ban depan kiri di bagian gandengnya bocor. Truk tersebut dikendarai Sumar, 45, warga Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Yang jadi kernet adalah Rizki, 18, anak Sumar sendiri.

Dalam perjalanannya ke Bali, truk gandeng itu ternyata mengalami ban bocor dan terhenti di badan jalan. Sayangnya, Sumar tidak memasang rambu-rambu bahwa truk sedang diperbaiki.

Sekitar pukul 10.00 melaju truk yang disopiri Gatot Subroto. Saat itu Gatot juga mengajak dua anaknya, Eko dan Hilda. Dari Kediri, truk ini juga dalam perjalanan menuju Bali, memuat kain dan pakaian.

Menurut Aziz, 25, seorang saksi mata, truk tersebut akan menyalip truk gandeng yang mogok itu. Namun, Aziz mengira si sopir tidak sadar kalau truk gandeng di depannya sedang mogok.

Lalu ketika Gatot hendak menyalip, dari arah timur ada kendaraan yang akan lewat. Gatot urung menyalip. Untuk menghindari tabrakan, Gatot membanting setir. Tapi, langkahnya banting setir justru berujung tabrakan dengan bagian belakang truk gandeng.

Truk yang dikemudian Gatot terhenti. Warga berdatangan menolong Gatot dan dua anaknya. Sementara saat itu, pengendara truk gandeng, yakni Sumar dan dan Rizki sedang beristirahat di warung tak jauh dari lokasi truknya yang mogok. "Kami sedang makan, Mas," ujar Sumar.

Mendengar laporan kecelakaan, tim Laka lantas Polres Probolinggo segera meluncur ke lokasi kecelakaan. Seorang anggota laka lantas Aiptu A. Riyanto kepada Radar Bromo mengatakan, kecelakaan tersebut terjadi di badan jalan. Karena ada truk mogok, kendaraan dari arah barat harus turun dari badan jalan. "Karena luas jalannya hanya cukup untuk 1 truk. Kalau dari timur, kendaraan bisa lewat dengan lancar," sebut Riyanto.

Sementara para korban dilarikan ke RSUD, petugas melakukan evakuasi pada truk. "Yang penting arus lalu lintas lancar dulu. Nanti diurus setelah jalan sudah bersih (dari truk yang kecelakaan)," ujar Riyanto.

Riyanto mengatakan, pihaknya akan mengamankan kedua truk tersebut. Menurutnya, truk gandeng yang ditabrak, menyalahi aturan. Yakni tidak memasang rambu-rambu. "Padahal jalan kan ramai," katanya. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166985

Bulan Depan, Muscab PKB

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
Nama Hasan-Hafidz Dimunculkan Arus Bawah

KRAKSAAN - Masa kepengurusan DPC PKB Kabupaten Probolinggo 2005-2010 segera berakhir. Telah disiapkan agenda musyawarah cabang (muscab) pada 20-21 Juli. Yang jadi tuan rumah adalah Ponpes Miftahul Ulum, Desa Jatiurip Kecamatan Krejengan.

Hal itu disampaikan sekretaris dewan tanfidz DPC PKB Kabupaten Probolinggo Ahmad Badawi. Ditemui di rumahnya kemarin (27/6), Memed -sapaan akrabnya- mengatakan, kepanitiaan kegiatan sudah dibentuk pada Jumat (18/6) lalu. "Ketua panitia saya sendiri," sebut Memed yang juga menjabat ketua DPRD Kabupaten Probolinggo.

Dikatakan Memed, sejauh ini panitia sedang menyiapkan materi muscab. Namun materi tersebut masih belum selesai dirumuskan. "Konsepnya masih digodok panitia," katanya.

Namun Memed mengatakan, setidaknya ada 4 komisi di muscab. Yakni komisi organisasi, program, rekomendasi, dan politik. Namun, pembagiannya masih belum selesai. "Nanti kalau sudah selesai (konsepnya) akan kami sampaikan," ujar Memed.

Terkait calon ketua dewan syura maupun tanfidz, Memed menyebut ada beberapa nama. Menurut Memed, sejauh ini nama calon ketua muncul dari arus bawah. Ada dua nama kuat yang muncul. Yakni Hasan Aminuddin dan kakak kandungnya, KH Hafidz Aminuddin. "Ya. Itu suara arus bawah," ujar Memed.

Hasan Aminuddin, kata Memed, punya peluang cukup besar. Sebab kata Memed, Hasan masih cukup diharapkan untuk jadi ketua tanfidz lagi. Terutama oleh PAC-PAC. "Artinya, Hasan dinilai cukup layak untuk menjabat lagi," sebut Memed.

Sedangkan nama kiai Hafidz Aminuddin juga dimunculkan arus bawah. Dikatakan Memed, beberapa hari lalu dirinya didatangi sejumlah pengurus PAC. Saat itu mereka meminta kiai Hafidz Aminuddin mencalonkan diri. Usulan tersebut kata Memed, dinilai oleh PAC sebagai opsi terbaik. "Kata mereka, Hafidz Aminuddin punya syarat komplit," sebut Memed.

Selain dua nama tersebut Memed mengatakan masih belum banyak mendapat informasi. Namun, Memed tidak menampik jika dirinya juga dicalonkan oleh beberapa PAC. Tapi Memed menolak dikatakan akan menalonkan diri. "Lihat dulu perkembangannya. Urusan calon atau mencalonkan itu bukan perkara mudah," tutur Memed.

Ditanya apakah ada calon lain, Memed memilih tidak berkomentar. Menurut Memed, dirinya tidak berwenang untuk membicarakan hal tersebut. Sebab kata Memed, pemilih adalah 24 suara PAC, 1 suara DPC Garda Bangsa, dan 1 suara DPC PPKB. "Yang milih ya mereka itu," katanya. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166984

250 Personel Amankan Semipro

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
Tiga event gelaran Pemkot Probolinggo, Semipro, KIM (Kelompok Informasi Masyarakat), dan Apeksi (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) juga membuat sibuk aparat kepolisian. Sejak Sabtu (26/6) lalu, Polresta menurunkan 250 personel untuk mengamankan kegiatan tersebut.

Ratusan personel itu disebar pada setiap titik kegiatan tersebut. Terutama di tiga titik yang memang dibutuhkan pengamanan selama 24 jam. Yakni, di alun-alun kota tempat digelarnya Protex (Probolinggo tourism expo), di Museum Probolinggo eks-Graha Bina Harja (GBH) di Jl Suroyo dan di bakal Gor Kedopok.

"Ada dua tempat yang membutuhkan pengamanan selama 9 hari, yakni di alun-alun dan GBH. Kalau di Gor Kedopok hanya 4 hari," jelas Kapolresta AKBP Agus Wijayanto melalui Kabag Ops Kompol Bambang Sumarjono.

Menurutnya, sistem pengamanan yang akan digunakan selama event tersebut ada dua jenis. Yakni, pengamanan terbuka dan pengamanan tertutup alias ada polisi yang menggunakan seragam lengkap dan ada yang nyamar alias berpakaian preman. "Mereka (polisi) akan kami sebar ke berbagai titik," ujar Kompol Bambang.

Dengan turunnya dua pertiga kekuatan Polresta untuk tiga event tersebut, bukan berarti segala bentuk layanan kepada masyarakat terabaikan. Termasuk program polisi ada di mana-mana yang telah berjalan selama ini. "Pelayanan terhadap masyarakat dan program polisi di mana-mana tetap jalan," jelas Kabag Ops.

Kepada masyarakat dan para pengguna jalan, Kabag Ops meminta maaf kalau gelaran tiga event tersebut dianggap mengganggu arus lalu lintas. Pasalnya, selama kegiatan tersebut berlangsung bisa saja terjadi ada pengalihan arus. "Maaf kalau harus mengganggu perjalanannya, karena adanya pengalihan arus," ujarnya.

Selain itu, Kabag Ops juga mengimbau kepada warga yang hendak menyaksikan gelaran tersebut supaya berhati-hati. Terutama bagi warga yang membawa kendaraan bermotor. Karena bukan tidak mungkin akan ada orang jahat yang sengaja memanfaatkan moment tersebut. "Kalau membawa kendaraan, tolong diparkir di tempat yang aman dan gunakan kunci ganda," pinta Bambang. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166979

Foto Bung Karno di Probolinggo

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
Pekan Pendidikan dan Budaya bertema Probolinggo dari Masa ke Masa menghadirkan banyak informasi dan pengetahuan. Dikemas seperti pameran, pengunjung bisa mengetahui sejarah Kota Probolinggo hingga foto-foto tempoe doeloe di museum.

Salah satu yang menarik, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Probolinggo juga punya repro foto-foto Presiden RI pertama Soekarno alias Bung Karno saat berada di kota ini tahun 1947 silam. Lebih lengkapnya bisa dilihat di stand UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno di Blitar.

"Ada sekitar 92 foto yang kami pamerkan," kata Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan setempat Sri Peni. Tidak hanya perpustakaan, sejumlah penerbit dan distributor buku pun dilibatkan dalam pameran tersebut. Nama stan yang tertera perpustakaan umum Jatim, Mizan, Serambi, Gramedia, Fatahillah, Diva Press.

Khusus pameran foto berada di tengah ruangan diantara stan-stan. Foto hitam putih itu kebanyakan repro dari arsip nasional Republik Indonesia (RI). Di sisi paling barat terdapat foto -foto wali kota Probolinggo pertama hingga sekarang dan potret gedung-gedung yang kini menjadi rumah dinas wali kota, makodim, RSUD hingga PLN.

Nah, di sketsel sisi timur dimajang foto saat zaman perang Belanda di Probolinggo. Caption foto menyebutkan foto itu menceritakan tentang agresi militer Belanda I di Probolinggo tahun 1947. Foto-foto itu bertutur tentang keberadaan Belanda di bumi Probolinggo, salah satunya di tangga menuju puncak Gunung Bromo.

Beberapa foto lain juga menampilkan gambar Bung Karno saat di Probolinggo pada 14 Mei 1957 lalu. Foto Wali Kota Probolinggo Buchori waktu kecil pun ikut jadi materi pameran. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166978

Hari Kedua, Ngontel Bersama

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
PROBOLINGGO - Hari kedua event Seminggu di Kota Probolinggo (Semipro) masih diisi dengan berbagai kegiatan. Minggu (27/6) pagi, pukul 06.00 digelar bersepeda dengan komunitas sepeda kuno. Peserta yang ikut ngonthel mencapai 1.000 orang berasal dari komunitas atau perorangan.

Para pencinta sepeda kuno tersebut berkumpul di lapangan Yon Zipur 10 Probolinggo. "Terima kasih untuk semua komunitas sepeda lama yang berkenan hadir untuk memeriahkan Semipro. Selamat datang. Semoga melalui kegiatan ini bisa menjalin kebersamaan," kata Wali Kota Probolinggo Buchori dalam apel sebelum pemberangkatan.

Sesuai dengan jenis sepedanya, hampir semua pesepeda mengenakan kostum ala pejuang atau pakaian adat. Ada yang memakai kostum unik berdandan memakai seragam SD, pakaian adat Papua hingga pocong.

Sementara Wali Kota Buchori memakai baju pejuang dan topi yang biasa dipakai saat ngonthel bareng Kosela (komunitas sepeda onthel lama) Kota Probolinggo. Sepeda kuno berbagai merk itu bahkan diberi aksesoris kuno seperti bunyi bel. Sesekali mereka membunyikan bel yang diletakkan di setir sepeda kunonya.

Ngonthel bareng ini diikuti 47 klub sepeda kuno dari 25 kota/kabupaten di Indonesia. Antara lain dari Probolinggo, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, Mojokerto, Malang, Sidoarjo, Blitar, Pamekasan, Sampang, Kediri, Klakah dan Buleleng Bali. Dari 1.000 pesepeda yang ikut, 300 di antaranya dari perorangan. Termasuk di antaranya para pimpinan satker di lingkungan pemkot Probolinggo.

Pukul 06.10 ribuan pesepeda berangkat dari start di Yon Zipur berbelok ke barat Jl Soekarno Hatta - Jl Brantas - Jl Bengawan Solo - Jl Mahakam - Jl Mastrip - Jl Sunan Ampel - Jl Lumajang - Jl Panglima Sudirman - Jl Raden Wijaya - JLU - Jl Patiunus - Jl Achmad Yani - Jl Panjaitan - Jl Soekarno Hatta - kembali ke Yon Zipur.

Saat melintasi jalan di perkampungan, rombongan mendapat sambutan dari masyarakat setempat. Misalnya di Jl Mahakam, komunitas disambut dengan drum band dan musik ronjengan yang dimainkan oleh ibu-ibu. Wali Kota bersama pejabat yang berada di baris terdepan selalu melambaikan tangan dan memberikan senyum pada masyarakat.

Satu jam perjalanan, tepat pukul 07.10 rombongan berhenti di pos 1 yang terletak di kantor Kelurahan Jrebeng Lor di Jl Sunan Ampel. Istirahat sejenak sambil menunggu rombongan yang jaraknya masih jauh, perjalanan dilanjutkan kembali.

Di JLU (Jalan Lingkar Utara) wali kota berhenti di depan kolam pemancingan milik Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Probolinggo. Di sana Wali Kota Buchori membuka lomba memancing yang digelar juga dalam rangkaian Semipro 2010. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166977

Lomba Memancing Bandeng dan Kakap

[ Senin, 28 Juni 2010 ]
Ratusan penghobi memancing tumplek blek di Kota Probolinggo pagi kemarin. Mereka mengikuti lomba mancing di kolam milik Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) di Jl Lingkar Utara (JLU).

Acara yang digelar dalam rangkaian Semipro itu diikuti 180 peserta dari berbagai daerah. Di antaranya dari Surabaya, Malang, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso.

"Peserta terbanyak berasal dari Kota dan Kabupaten Probolinggo sendiri," jelas Abdul Kholiq, ketua panitia acara tersebut.

Dalam lomba mancing itu paniti menyebar 2 ton ikan bandeng dan kakap putih. Terdiri dari 800 ekor bandeng yang dijadikan maskot dan 20 ekor kakap. Ikan-ikan yang dijadikan maskot itu ada 7 ekor yang beratnya mencapai 4,2 kilogram.

"Kalau besarnya macam-macam. Ada yang besar sekali ada juga yang hanya sebesar ibu jari. Untuk maskot, beratnya minimal 1 kilo," ujar Abdul Kholiq.

Tapi, bagi para pemancing yang berutung mendapatkan ikan maskot tersebut tidak boleh dibawa pulang. Melainkan, harus dikembalikan kepada panitia dan akan mendapat ganti uang sebesar Rp 5 ribu.

"Kalau yang bukan maskot tidak apa-apa dibawa pulang. Untuk yang maskot harus dikebalikan kepada panitia," jelas Kholiq.

Menurutnya, keputusan itu diambil lantaran tidak mudah untuk membuat ikan maskot. Butuh waktu cukup lama untuk memelihara ikan sampai sebesar itu. Kurang lebih 2,5 sampai 3 tahun. "Itu, kita memeliharanya sejak masi kecil, sejak masih nener," jelas Abdul Kholiq yang menjabat sebagai Kasi Pembenihan di DKP .

Dengan adanya event tersebut, pihak DKP sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat adanya kolam berukuran 140 x 80 meter tersebut. Menurut Kholiq, di kolam itu nantinya akan sering digelar acara serupa. Bahkan sudah diagendakan untuk digelar minimal seminggu sekali.

Tapi, itu masih menunggu sampai kolam tersebut benar-benar selesai. Dan, selesainya kolam tersebut diperkirakan akan selesai Juli nanti. "Kalau kolam sudah selesai nanti akan digelar tiap Minggu," ujarnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=166976