Jumat, 06 Agustus 2010

Gara-Gara Facebook, 4 Siswi Di-DO

[ Jum'at, 06 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Empat siswi SMAN 2 Kota Probolinggo mendapat sanksi berat. Hanya gara-gara update status dan berkomentar soal sekolahnya di jejaring sosial facebook (fb), empat siswi kelas XI itu di-DO (drop out), atau bahasa versi sekolah: dikembalikan kepada orang tuanya.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, empat siswi yang telah di-DO itu adalah Dv, Dn, Mg dan As. Ceritanya, Jumat (30/7) lalu Dv bikin status di facebook. Isinya, Dv mengeluhkan kejadian-kejadian di sekolahnya.

Misalnya, helm hilang di parkiran sekolah, jok motor disilet, bahkan sepatu di musala disilet. Peristiwa itu sudah dilaporkan ke pihak kesiswaan sekolah. Tapi, dalam statusnya, Dv menyebut pihak sekolah tak memberi respons. Lalu status Dv dikomentari teman-temannya:

Terjadilah percakapan, antara lain seperti ini:

"eo . cremett aq di (nama pengomentar sebelumnya) . helm.e hani td d silet ! Tp ga ad respond dr skola (baca: Iya jengkel aku. Helmnya Hani tadi disilet! Tapi tidak ada respond dari sekolah, Red)".

Kemudian muncul komentar "koq iso jare .. ? pancenne skolah iki.. ati2 helmu mari ngono.. (baca: kok bisa? Emang sekolah ini.. Hati-hati helm kamu sebentar lagi, Red)."

Disahuti lagi, "tao rah . cremedd aq ! hu.umb , qu pisand nyesell mlbu skola ikie . hha , tag gowo ng kLas ae wz . :D (baca: tidak tahulah. Jengkel aku. Iya aku juga menyesal masuk sekolah ini. Hha tak bawa ke kelas saja kalau begitu)."

Komentar berikutnya, "spatuku di silet yo meneng tok iki skola (baca: sepatuku disilet sekolah ya diam saja)".

Dv dan sejumlah temannya di status itu bercakap bebas khas anak remaja. Intinya mereka kecewa pada kejadian-kejadian di sekolahnya. Sayangnya, dalam percakapan itu memang ada beberapa ungkapan yang terdengar kasar. Misalnya "skola tak brtanggung jawaB + keparatt !" ada pula ungkapan "gobLOk soro!". Lalu juga ada ungkapan menuding pihak kesiswaan, "Ksiswaan doyan duek".

Rupanya, percakapan Dv dan teman-temannya di fb itu diketahui pihak SMAN 2 hingga kebakaran jenggot. Senin (2/8) lalu, dari sekitar 7 pelajar yang ikut bercakap-cakap di fb, 4 di antaranya (Dv, Dn, Mg dan As) berikut orang tuanya dipanggil pihak sekolah.

Para wali murid tersebut diberi penjelasan tentang kesalahan yang sudah diperbuat oleh siswi-siswi tersebut. Pertemuan itu tidak dalam satu forum, tapi satu per satu secara bergantian. Saat itu pula pihak sekolah menyatakan mengembalikan Dv, Dn, Mg dan As kepada orang tuanya.

Saat dikonfirmasi Radar Bromo kemarin, Humas SMAN 2 Mohamad Zaini membenarkan adanya peristiwa tersebut. Namun SMAN 2 menolak jika sudah memecat atau men-DO empat siswinya. Mereka hanya mau jika disebutkan bahwa siswi-siswi tersebut dikembalikan kepada orangtuanya dan dipersilahkan mencari sekolah lain.

SMAN 2 punya alasan sendiri yang mendasari keputusan tersebut. "Itu (komentar di fb) pelanggaran etika. Kami cukup toleransi. Sekarang sedang proses, karena belum semua mendapat sekolah. Kami ingin mereka mendapat sekolah seperti yang lain," jelas Zaini.

Zaini menegaskan, apa yang dilakukan empat siswi itu hanya kesalahan etika yang bisa diperbaiki. "Ini pembelajaran untuk anak-anak. Di internet itu tidak boleh mencemooh atau fitnah. Kami sudah sampaikan di pelajaran IT (informasi teknologi) risiko penggunaan dunia maya atau internet," tuturnya.

Di dalam fb tersebut, kata Zaini, mereka melampiaskan kejengkelan dan curhat sembarangan. Oleh sebab itu, sekolah mengambil sikap demikian sebagai pembelajaran dan ditindak.

Zaini menuturkan, awalnya pihak sekolah tidak mengetahui tentang status fb itu. "Ada orang lainlah. Kami ini sudah canggih. Apa yang dilakukan anak-anak kami pantau," cetusnya.

Lalu, apakah benar memang terjadi peristiwaa-peristiwa seperti yang dikeluhkan di status Dv? Jok motor dan sepatu disilet serta banyak kehilangan helm? "Siswa di SMAN 2 ini jumlahnya 600 sekian. Ya hanya itu-itu saja. Sebagai pendidik kami harus memberikan etika. Sebagai bentuk tanggung jawab, biarkan mereka dapat sekolah dulu," jawab Zaini, saat ditemui di depan ruang TU kemarin.

SMAN 2 sudah kukuh dengan keputusan itu. Tapi, saat disinggung soal jumlah siswa yang dikembalikan kepada orangtuanya, Zaini tidak dapat berkomentar. Ada banyak siswa yang saling berkomentar, tetapi yang dikembalikan ke orang tua hanya empat siswi.

"Masih dalam proses, nanti saja dijelaskan menunggu kepala sekolah. (kemarin kepala SMAN 2 sedang berada di Bandung). Percakapan itu sahut-sahutan, anak-anak kan begitu. Seharusnya orang tua itu sensitif," ungkap dia.

Dalam proses pengembalian para murid itu, kata Zaini, ada surat pernyataan pengunduran diri yang ditandatangani oleh wali murid. Dan itu sudah dibuat tanpa tekanan dari siapapun.

Namun, sempat beredar informasi, pihak sekolah sempat menyebutkan bahwa atas komentar para siswi itu mereka bisa dikenakan kasus hukum karena mencemarkan nama baik dengan tuntutan Rp 1 M.

Tapi, kemarin Zaini menyangkal informasi itu. "Tidak ada itu. Orang tua secara kasat mata tidak tahu, kami sampaikan sesuai aturan. Tidak ada pemaksaan dalam tanda tangan," kilahnya.

Saat memanggil wali murid ke sekolah, kebanyakan wali murid sudah mengetahui apa yang menjadi permasalahan. Zaini bilang ada wali murid yang diam saja atau ada yang merasa jengkel sendiri dengan anaknya. "Orang tua siswi sudah memahami kok. Bahkan mereka senyum kepada saya dan berterima kasih. Ada yang sudah mengambil rapot tadi (kemarin)," terangnya.

Kemarin saat Radar Bromo datang mengonfirmasi masalah ini di SMAN 2, ada kesulitan ketika meminta identitas empat siswi yang dikembalikan kepada orang tuanya. Zaini menutup-nutupi identitas dan berdalih menunggu kepala sekolahnya pulang.

Lalu sempat datang seorang guru yang tiba-tiba berkata-kata dengan nada tak bersahabat. Dia ternyata guru yang dirasani di fb. "Kalau sampean cinta anak bangsa, jangan diberitakan," kata guru itu dengan nada suara meninggi.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Maksum Subani mengaku sudah mendengar permasalahan itu. Rabu (4/8) lalu ia bersama sejumlah kabid di Dinas Pendidikan mendatangi SMAN 2. Katanya, sekolah masih menyimpan data isi-isi komentar lalu dipresentasikan ke dirinya.

"Bagaimana ya, seorang siswa bisa berkata seperti itu (di facebook). Sanksi (mengembalikan ke orang tua) ini adalah sanksi yang mendidik. Saya serahkan semua keputusan kepada sekolah. Kalau tidak ada sanksi, malah nanti semakin banyak," ujar Maksum.

Apakah harus dengan cara mengeluarkan siswa dari sekolah? "Itu mendidik. Sekolah ya bisa mengeluarkan. Sekian banyak guru dilecehkan. Memang kecanggihan teknologi ini ada positif dan negatifnya. Jangan sampai guru gagap teknologi," bebernya.

Setelah kejadian ini, Maksum Subani menegaskan pihaknya bakal melakukan pembinaan secara khusus kepada guru dan pengurus OSIS di SMAN 2. "Sesuatu itu memang tidak semua salah murid, bisa saja gurunya yang teledor. Pokoknya saya akan melakukan pembinaan khusus di sana," janjinya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173626

Otonomi Awards Disusul Green Awards

[ Jum'at, 06 Agustus 2010 ]

PROBOLINGGO - Tahun ini Kota dan Kabupaten Probolinggo benar-benar panen penghargaan. Setelah sama meraih penghargaan bidang lingkungan Adipura, Rabu (4/8) lalu Kota dan Kabupaten Probolinggo juga sama meraih penghargaan Otonomi Awards dari JPIP (Jawa Pos of Pro Otonomi). Kota Probolinggo bahkan menyabet tiga penghargaan sekaligus.

Tiga penghargaan Otonomi Awards yang diraih Kota Probolinggo ialah pertama kategori utama, daerah dengan profil paling menonjol bidang kinerja politik. Sedangkan di kategori khusus (silver trophy) Kota Probolinggo mborong dua penghargaan yaitu daerah dengan terobosan inovatif bidang pelayanan administrasi, kategori daerah dengan profil menonjol bidang partisipasi publik.

Wali Kota Probolinggo Buchori saat dikonfirmasi melalui Kabag Humas dan Protokol Rey Suwigtyo mengatakan keberhasilan pemkot tersebut adalah berkat inovasi masing-masing satker (satuan kerja). Daerah dengan Terobosan Inovatif Bidang Pelayanan Administrasi menilai pelayanan Kecamatan Mayangan dalam memberikan pelayanan satu pintu dengan cepat, akurat dan murah.

"Didukung dengan 9 jenis pelayanan di Kecamatan Mayangan yang sudah bersertifikasi ISO 9001, diberlakukan mulai tahun 2007. Sample tim penilai dari beberapa hal yang diarahkan, seperti Puskesmas Wonoasih. Yang dipilih tim Kecamatan Mayangan," jelasnya.

Berikutnya, gelaran Probolinggo Summit 2k9 yang baru digelar tahun lalu juga bisa menjadi program yang mengharuskan pemkot mendapat kategori khusus daerah dengan profil menonjol bidang partisipasi publik.

Gelaran Probolinggo Summit 2k9 mencerminkan partisipasi masyarakat terhadap semua program pemerintah. Acuannya sesuai dengan perda nomor 6 tahun 2003 tentang partisipasi publik. Melalui program tersebut dapat memberdayakan masyarakat dan melibatkan seluruh elemen.

Pada 2009, Kota Probolinggo hanya membawa pulang penghargaan Otonomi Awards untuk kategori daerah dengan terobosan inovatif bidang pemberdayaan ekonomi lokal, melalui program kartu kendali bagi PKL (pedagang kaki lima).

"Soal ekonomi Kota Probolinggo sudah tidak dapat penghargaan lagi karena fokus inovasi yang lain. Ke depan PR (pekerjaan rumah) pemkot minimal sama dengan mendapatkan tiga penghargaan tersebut. Pemkot punya potensi, tapi ada satker yang belum inovatif," jelas Tiyok, panggilan Rey Suwigtyo.

Dan sehari setelah meraih penghargaan dari JPIP, Kota Probolinggo kemarin (5/8) Kota Probolinggo kembali meraih penghargaan. Kali ini penghargaan Green Awards 2010 kategori Green City tingkatan Gold dari majalah bisnis & CSR. Penghargaan itu kemarin diterima oleh Kepala Bappeda Budi Krisyanto di acara Konferensi dan Pameran Indonesia Hijau di Gedung Smesco UKM Jakarta.

Sementara itu, Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin di malam penganugerahan Otonomi Awards di Surabaya pada Rabu (4/8) malam lalu tak pulang dengan tangan hampa. Ada satu penghargaan yang berhasil disabet. Yakni untuk kategori parameter khusus, daerah dengan terobosan inovatif bidang lingkungan hidup.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Dewi Korina mengatakan, keberhasilan pemkab kembali mendapatkan penghargaan itu tak terlepas dari beberapa faktor. "Yang jelas, semua itu berkat kerja sama dari semua elemen. Ini merupakan prestasi bersama," katanya.

Dewi merinci beberapa faktor penunjang pemkab meraih penghargaan tersebut. Yang pertama adalah pemkab dinilai berhasil dalam hal pengelolaan hutan lestari di Krucil, Tiris, Gading dan Pakuniran.

Dalam pengelolaan hutan lestari ini, pemkab melibatkan tokoh masyarakat setempat untuk mengelola hutan lestari yang kemudian diberi nama hutan rakyat.

Faktor lain yang menjadi nilai plus pemkab sehingga mendapatkan penghargaan adalah pemkab dinilai sukses dalam penyelamatan sumber air di desa Ranusegaran-Tiris dan Sumberkedawung-Leces.

Selanjutnya pemkab juga dinilai berhasil mengembangkan energy alternatif mikrohydrolic di desa Andungbiru-Tiris. Sehingga masyarakat setempat bisa menikmati listrik dari energy alternatif tersebut.

Proyek pipanisasi untuk Gili Ketapang yang sudah rampung juga ikut mendongkrak nilai pemkab. "Masyarakat Gili Ketapang yang sudah lama sulit air bersih sekarang sudah bisa mendapatkan air bersih dengan mudah," ujar Dewi.

Selanjutnya pemkab juga telah dinilai berhasil mengembangkan penegakan hukum lingkungan. Terakhir pemkab juga dinilai sukses melakukan replantasi (menanam kembali) terumbu karang di Paiton.

Meski sukses kembali mendapatkan penghargaan, namun Dewi menjelaskan saat ini pemkab masih mempunyai PR (pekerjaan rumah) untuk bidang lingkungan hidup. Yakni eksploitasi lingkungan dari galian C di desa Patalan, Wonomerto. "Ke depan kami akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengantisipasi hal tersebut. Koordinasi akan lebih kami tingkatkan lagi," ujar Dewi. (fa/mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173627

Jelang Ramadan, Sidak Pasar

[ Jum'at, 06 Agustus 2010 ]
Harga Bawang Merah Terjun Bebas

PROBOLINGGO-Menjelang Ramadan, Pemkab Probolinggo melakukan sidak harga dan kualitas barang kebutuhan pokok yang beredar di pasaran. Inspeksi mendadak (sidak) ke pasar-pasar kini dilaksanakan secara intens.

Seperti yang terlihat kemarin (12/8), Pemkab menggelar sidak di dua pasar. Yakni pasar Dringu dan pasar Maron. Sidak tersebut dipimpin oleh Wakil Bupati Salim Qurays bersama perwakilan dari Disperindag dan Dispenda.

Titik pantau pertama yang menjadi tujuan rombongan adalah pasar Dringu yang terletak persis di depan kantor kecamatan. Didampingi Camat Dringu Sugito, rombongan langsung berkeliling ke lokasi pasar.

Kehadiran Wabup itu lumayan menarik perhatian para pedagang dan ibu-ibu yang sedang belanja. Terlebih saat itu rombongan sidak juga sempat membawa makanan ringan yang dibagikan di pasar tersebut.

Sontak saja rombongan yang mau sidak itu pun malah dikerumuni oleh ibu-ibu. "Pak Wabup saya saat pilkada lalu saya dukung sampeyan. Terimakasih ya kuenya," celetuk salah satu ibu-ibu.

Usai membagikan kue, rombongan langsung blusukan ke toko-toko di dalam pasar Dringu. Toko pertama yang dituju rombongan adalah toko pracangan milik Saudah yang menjual aneka cabai.

"Bagaimana harga-harga jelang puasa bu?" tanya Salim.

"Harga cabai saat ini tetap mahal Pak Wabup. Untuk cabai kecil ini sekarang ini per kilonya Rp 40 ribu. Padahal sebelumnya antara Rp 35- 40 ribu," jawab Saudah. Bila harga cabai kecil naik, harga cabai besar menurut Sauda justru turun. Sekarang ini harga cabai besar per kilonya mencapai Rp 20 ribu, dari sebelumnya yang mencapai Rp 22 ribu.

Harga tomat menurut Sauda juga mengalami penurunan. Saat ini tomat per kilonya mencapai Rp 2.800 dari yang sebelumnya Rp 3 ribu. "Yang paling merosot bawang merah pak," ungkap Sauda.

Harga bawang merah dalam beberapa hari ini memang terjun bebas. Saat ini harga bawang merah sekitar Rp 8 ribu. Padahal seminggu lalu harga bawang merah masih di kisaran Rp 16 ribu.

Usai berkunjung ke toko pracangan yang menjual sayur-sayuran, rombongan bergerak ke penjual daging ayam broiler milik Hj Aminah. "Daging ayam sekarang ini naik pak. Sekarang ini harga per kilonya Rp 2.600, naik Rp 2 ribu dari yang sebelumnya Rp 2.400," ujar Hj Aminah.

Harga daging sapi pun juga mengalami penurunan sampai Rp 2 ribu. Sekarang ini harga daging sapi Rp 53 ribu per kilonya, padahal sebelumnya mencapai Rp 55 ribu.

"Usai berkeliling tadi, diketahui harga-harga masih cenderung stabil jelang Ramadan ini. Bahkan harga bawang merah turun tajam. Stok persediaan kebutuhan bahan pokok ternyata juga masih cukup sampai lebaran nanti," ungkap Salim saat ditemui di sela-sela sidaknya.

Salim menjelaskan, sidak yang digelar pagi kemarin mempunyai banyak fungsi. "Selain ingin menekan kenaikan harga dan mengetahui persediaan barang. Kami juga ingin melihat kualitas barang yang beredar. Sidak seperti ini bakal semakin kami intenskan selama Ramadan nanti," jelas Wabup.

"Dari sidak di 2 lokasi pasar kemarin, kami melihat barang yang beredar masih layak semuanya. Kami tidak mendapati barang yang penyok ataupun kedaluarsa yang tetap dijual," ujar Bambang S, Kabid Perlindungan Konsumen Disperindag yang pagi kemarin ikut rombongan sidak. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173633

VCD Keong Racun Laris Manis

[ Jum'at, 06 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO- Demam lagu Keong Racun juga mewabah di Kota Probolinggo. Saat ini banyak warga yang memburu VCD atau download di internet lagu yang sukses dinyanyikan lipsync oleh duo gadis Jojo dan Shinta itu.

"Punya videonya keong racun, Mas? Saya sudah coba download, tapi tidak bisa. Kalau ada saya mau ngopy," tanya Hendra, warga Pajarakan Kabupaten Probolinggo kepada koran ini beberapa hari lalu.

Hendra mengaku penasaran dengan aksi dua mahasiswi jurusan Hubungan Internasional (HI) Unpar tersebut. Menurutnya, aksi mereka tiba-tiba saja bikin heboh. "Katanya lucu, selain lirik lagunya aksi mereka juga lucu," jelasnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Devi warga Kanigaran Kota Probolinggo. Ia mengaku sudah lama penasaran dengan video dua gadis tersebut. Karena rasa penasaran itulah, kemarin (5/8) ia berburu VCD-nya.

"Sebenarnya sudah dari dulu saya penasaran, tapi baru kali ini ada kesempatan untuk membeli. Karena, sebelumnya saya kira tidak ada di sini (PKL)," ujarnya.

Aksi Jojo dan Shinta memang menggelitik para pengguna internet. Tak ayal, lagu keong racun pun ikut menjadi perbincangan hangat. Dari pembicaraan di dunia maya itu, kemudian menjadi trending topic di situs microblogging twitter.

Dan, menarik perhatian musisi seperti Charly ST12 untuk membeli secara eksklusif lagu yang diciptakan Buy Akur itu. Padahal, lagu itu sudah lama beredar di Kota Bandung lewat penyanyi bernama Lisa. Tapi, baru heboh setelah ada penampilan lipsync-nya Jojo dan Shinta.

Kehebohan itu, juga membawa berkah bagi pedagang VCD. Hartono misalnya, mengaku ketiban rezeki dengan adanya kabar heboh tersebut. Dalam sehari, ia mengaku bisa menjual antara 10-15 keping VCD tersebut.

"Tapi, sekarang sudah mulai menurun. Sekarang terkadang hanya bisa menjual 6 keping," jelas lelaki yang mangkal di Jl Dr Soetomo Kota Probolinggo ini.

Hartono pun menjual VCD Jojo dan Shinta itu, dengan harga sangat murah. Warga yang hendak mendapatkan VCD-nya, cukup mengeluarkan duit sebesar Rp 5 ribu. "Saya tidak tahu dapat dari mana, saya hanya menjual. Yang kulakan bos saya," jelasnya.

Hal itu juga diakui oleh Hafidz, ia mengakui banyak warga yang mencari VCD Jojo dan Shinta. Para pemburu itu, mengaku penasaran dengan aksi dua gadis cantik tersebut. "Kalau empat hari lalu, setiap hari selalu banyak tanya. Sekarang sudah mulai menurun," jelasnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

Terkendala Dana, Tunda Kapal Layar

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Rencana Pemkab Probolinggo untuk kembali memasyarakatkan kapal layar kepada nelayan di wilayahnya menemui hambatan. Masalah dana disebut-sebut menjadi faktor penghambatnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi membenarkan kabar tersebut. Menurutnya, saat ini anggaran untuk tiap satuan kerja (satker) memang mengalami penyusutan.

Hal tersebut berimplikasi pada rencana terobosan DKP untuk memasyarakatkan kembali kapal layar bagi nelayan. Sebab, anggaran untuk realisasi rencana tersebut masih belum ada.

Menurut Dedy untuk memasyarakatkan kembali perahu layar memerlukan anggaran. Sebab, pemkab harus melakukan kajian dengan mendatangkan peneliti dari Balai Besar Pengembangan dan Penangkapan Ikan (BBPPI).

Diperkirakan anggaran yang diperlukan untuk memasyarakatkan kembali perahu layar itu mencapai sekitar dibawah Rp 100 juta. "Penerapan kembali perahu layar itu memerlukan penelitian terelebih dahulu. Kami mengkaji layar yang cocok untuk karakter perahu nelayan di sini," jelas Dedy.

Meski tertunda, namun Dedy menjelaskan rencana pemkab menerapkan perahu layar itu cukup serius. Ia menegaskan, rencana tersebut akan diupuyakan melalui RAPBD 2011 mendatang.

Ide memasyarakatkan kembali perahu layar itu bermula dari banyaknya keluhan nelayan terkait semakin meningkatnya harga BBM. Maklum saja kapal-kapal nelayan yang ada sekarang semuanya menggunakan mesin. Bahkan ada juga yang memakai mesin dobel.

Nah, dengan semakin melambungnya harga BBM itu secara otomatis nelayan pun cukup kesulitan. Kebanyakan mengeluh ke dinas perikanan. Karena itu Dinas perikanan pun berupaya mencarikan solusinya.

"Sebenarnya sejak dahulu itu nelayan Indonesia terkenal dengan kapal layarnya. Cuma beberapa tahun belakangan ini sudah dimanjakan dengan adanya mesin-mesin. Nah, ketika harga BBM melambung, tidak ada salahnya kalau kembali ke metode layar seperti dahulu," ujar Dedy.

Dengan adanya metode layar tersebut diharapkan Dedy bisa semakin menekan kebutuhan para nelayan akan BBM. Menurut hitung-hitungan Dedy bila nanti di kapal nelayan tersebut memakai layer dan mesin, maka sudah menghemat sekitar 50 persen. Karena separuh tenaga mesin sudah digantikan layar.

Tidak menutup kemungkinan juga nantinya akan menghemat hingga 100 persen bila nelayan hanya menggunakan layar saja. Tetapi sebelum menggunakan nelayar penuh, awalnya diusulkan layar tersebut dipakai untuk melengkapi mesin.

"Jadi rencananya itu berangkat dan pulangnya pakai layar. Cuma ketika ditengah laut dan sedang memburu ikan, baru memakai mesin," ungkap Dedy.

Untuk menggunakan perahu layar sendiri, menurut Dedy, tiap perahu membutuhkan anggaran sekitar Rp 7,5 juta. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173498

Studi Ketahanan, Perwira Seskoad datangi Polres

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]

KRAKSAAN - Polres Probolinggo kedatangan tamu istimewa, kemarin (4/8). Yakni, 10 perwira Seskoad TNI Angkatan Darat. Bahkan, salah satu perwira berasal dari Amerika Serikat. Yakni, Chritopher Morgan.

Rombongan itu diterima di ruang eksekutif mapolres oleh Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan. Ikut mendampingi, yakni Wakapolres Kompol Sucahyo Hadi, seluruh kabag, kasat dan perwira Polres.

Mereka lantas menggelar pertemuan tertutup selama sekitar 2,5 jam. Mulai pukul 11.00 WIB hingga 13.30 WIB. Meski demikian, Kapolres Rastra tak keberatan membeber hasil pertemuan.

Ditemui saat hendak mengantar tamunya pulang, Rastra memberikan beberapa keterangan. Menurutnya, kedatangan para perwira tersebut untuk menyelesaikan pendidikan tingkat akhir.

Mereka ingin mengetahui kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehingga setiap kantor pemerintah didatangi. Khususnya jajaran Muspida Kabupaten Probolinggo.

Selain itu kata Rastra, perwira TNI juga memberikan kuisioner kepada Polres Probolinggo. Hal yang sama juga dilakukan pada instansi pemerintah lain. Dari kuisioner itulah para perwira TNI mendalami studinya. "Itu bagian dari kunjungan para perwira itu. Selain itu tentunya untuk bersilaturahim," kata Rastra.

Rastra sendiri menyambut baik kedatangan para perwira itu. Bahkan Rastra terlihat sering bercanda dengan Morgan, perwira asal Amerika. "Kalau di Amerika namanya Morgan. Tapi di Indonesia namanya Margono," celetuk Rastra disambut tawa para perwira. "Itu guyon saja," imbuhnya.

Sementara salah satu perwira, Mayor Ari menjelaskan, pihaknya sedang menjalani studi. Yakni tentang potensi ketahanan wilayah, khususnya di Kabupaten Probolinggo.

Studi tersebut kata Ari, berlangsung selama seminggu. Sejauh ini sudah ada beberapa kantor yang didatangi. Yakni Pengadilan Negeri Kraksaan dan Kejaksaan Negeri Kraksaan. "Banyak hal yang kita dapat di sini (Probolinggo)," pungkas Ari. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173502

Gudang Tembakau Ludes Terbakar

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Sial nasib H Jalil, 48, seorang pedagang tembakau asal Dusun Bedian Krajan, Desa Alas Tengah Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo. Gudang tempatnya menyimpan tembakau kemarin ludes dilalap si jago merah.

Seluruh barang yang tersimpan dalam gudang itu ludes tak tersisa. Bahkan atap gudang pun ikut ambruk. Api juga sempat merembet ke dapur rumahnya. Jalil mengalami kerugian sampai sekitar Rp 300 juta.

Kebakaran terjadi sekitar pukul 02.30. Pertama kali yang mengetahui kebakaran tersebut adalah Misnati, 45, sepupu H Jalil. Rumahnya berdempetan dengan rumah Jalil. Dini hari itu Misnati bangun, hendak ke kamar mandi.

Kamar mandi berada di bagian belakang rumah, juga berdempetan dengan dapur. Sementara gudang tembakau terdapat di sebelah barat kamar mandi. Gudang tembakau itu berukuran 4 x 12 meter persegi.

Di tengah langkahnya menuju kamar mandi, Misnati mendengar suara seperti benda terbakar. Tak cuma suara, Misnati juga melihat ada cahaya terang dari arah gudang.

Misnati kemudian mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia bergerak ke arah gudang. Saat itu ia melihat gudang tembakau milik Jalil sudah terbakar. Sontak Misnati berteriak-teriak minta tolong. "Saya spontan saja teriak-teriak minta tolong," kata Misnati mengingat-ingat.

Warga sekitar berdatangan. Termasuk Jalil yang langsung terbangun. Mereka kemudian bekerja sama berusaha memadamkan api dengan alat seadanya. Tapi, si jago merah tak mudah dilumpuhkan. Apalagi warga hanya bisa menyiram gudang dari bagian luar.

Namun, warga tetap berusaha. Hingga akhirnya api dapat dipadamkan sekitar pukul 03.30. Namun warga masih belum berani mendekat. Sebab, masih terlihat banyak sisa bara api. Apalagi dapur rumah keluarga itu juga sempat terbakar.

Jalil dan keluarganya hanya bisa pasrah dengan kejadian itu. Ia tak mengira akan mengalami musibah itu. Gudang berisi penuh tembakau itu ludes. "Jumlahnya banyak, Mas. Yang jelas berton-ton," ujar Jalil.

Selain tembakau, dalam gudang itu juga ada ribuan lembar kertas rokok, saos tembakau, plastik pembungkus tembakau, dan beberapa barang lain untuk rokok. Jalil memperkirakan, kerugian yang dideritanya mencapai sekitar Rp 300 juta. Yakni dari banyaknya jumlah tembakau. "Termasuk bangunan gedung yang rusak," kata Jalil.

Hingga berita ini diturunkan, masih belum diketahui sebab kebakaran. Sejauh ini kejadian itu masih dalam penyelidikan polisi. Pagi kemarin, unit identifikasi Polres Probolinggo melakukan olah TKP. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173503

Manasik CJH Kota

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Para calon jamaah haji (CJH) Kota Probolinggo mulai bersiap. Kemarin (4/8) mereka melakukan manasik di lapangan SMKN 2. Dari 219 orang CJH kota, yang ikut manasik hanya 170 orang.

Manasik tersebut digelar mulai sekitar pukul 08.00. Lapangan sekolah yang berlokasi di Jl Mastrip itu sudah disulap menjadi tempat manasik haji. Ada miniatur kakbah juga.

Para CJH dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok dipimpin seorang koordinator. Dari musala sekolah, mereka kemudian berjalan kaki ke lapangan sambil menyeru, "Labbaik allahumma labbaik... Labbaika lasarikalaka labbaik..."

Sampai di lapangan yang diibaratkan sebagai Makkah, para CJH mendekati miniature kakbah. "Kita sudah sampai di Kota Makkah, mari kita membaca doa memasuki kota Makkah," ujar salah seorang koordinator.

Rukun-rukun haji kemudian diperagakan. Tawaf, sa'i dan jumrah. "Kalau tidak bisa mencium hajar aswad, tidak usah mencium, tidak apa-apa. Cukup melambaikan tangan, sama saja," ujar sang coordinator.

Instruksi itu diikuti CJH. Mereka hanya melambaikan tangan dan melakukan kiss bye. "Teringat masih muda, saat masih pacaran dulu," ujar salah seorang CHJ.

Kepala TU Kantor Kementrian Agama (Kemenang) Kota Probolinggo Taufiq dan Kasi Haji dan Umrah Zulaikha saat itu juga terlihat mendampingi manasik para CJH. Mereka juga ikut melakukan tawaf, sa'i dan kegiatan lainnya bersama para jamaah.

"Sampai di sini (hijir Ismail) nanti bisa salat di situ, bila ada kesempatan. Salat di situ, pahalanya sama dengan salat di dalam kakbah," jelas Zulaikha. Mendengar itu, para CJH pun manggut-manggut.

"Tapi, itu tidak mudah. Karena semua jamaah menginginkan itu (salat di hijir Ismail, red). Untuk memudahkan itu, tergantung amal jenengan semua. jadi, jangan mudah marah dan harus ikhlas," lanjutnya.

Sekitar pukul 11.30, acara manasik usai. "Tidak dipraktikkan semua, seperti tawaf yang mestinya 7 kali putaran. Hanya dilakukan 3 sampai 4 putaran. Kalau dipraktikkan semua, kemungkinan pukul 13.00 baru selesai," jelas Taufiq.

Menurut Taufiq, sebenarnya CJH kota yang diperkirakan berangkat tahun ini diperkirakan 219 orang. Tapi, pada gelaran manasik kemarin yang hadir hanya sekitar 170 orang. "Sekitar 10 persen yang tidak hadir," terangnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173504

Carok di Acara Pernikahan

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Satu Luka, Satu Jadi DPO

PROBOLINGGO - Acara resepsi pernikahan yang digelar keluarga Busar, warga Desa Sepuhgembol, Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo Rabu (4/8) malam diwarnai peristiwa berdarah. Dua orang sempat cekcok dan berujung pembacokan.

Akibatnya satu orang, yakni Sladi, 46, warga desa Sepuhgembol harus dilarikan ke RSUD Dr Moh. Saleh Kota Probolinggo. Dia mengalami luka bacok serius di punggungnya.

Dari keterangan beberapa saksi, insiden tersebut terjadi hanya lantaran kesalahpahaman. "Katanya, ayah mertua saya ini berantem dengan orang yang masih temannya sendiri," ujar salah satu keluarga Sladi yang namanya enggan dikorankan.

Sedangkan Muhana, istri Sladi, menyatakan bahwa suaminya bekerja sebagai satpam di pabrik Phokpand yang bergerak di peternakan. Rabu itu Sladi berangkat dari rumah sekitar pukul 14.00. "Katanya saat itu usai kerja ia mau langsung ke kemantenan temannya," ujar Muhanan.

Menurut Muhana, dalam belakangan ini suaminya memang kerap menghadiri undangan hajatan seorang diri. "Saya mempunyai anak kecil yang umurnya masih satu tahun, jadi belum bisa ditinggal," ungkapnya.

Selepas kerja, Rabu malam itu Sladi menghadiri acara resepsi pernikahan yang dilangsungkan oleh keluarga Busar, juga warga Sepuhgembol. Sampai di lokasi, Sladi disebutkan bertemu dengan beberapa temannya. Ia pun happy-happy. "Katanya saat itu ayah sedang karaoke bersama teman-temannya," ujar menantu Sladi ketika ditemui di RSUD kemarin.

Nah, saat sedang bersama-sama itulah Sl, salah satu teman Sladi tak terima dengan gojlokan Sladi. Sladi pun cekcok dengan Sl yang asal desa Sumberkare, Kecamatan Wonomerto. "Awalnya mungkin guyonan, tetapi terus ada yang tidak terima," ucap menantu Sladi lagi.

Guyon itu berubah jadi ketegangan. Baik Sladi dan temannya itu disebut-sebut sempat mengeluarkan celuritnya masing-masing. Tetapi tebasan celurit teman Sladi lebih dulu mengenai punggung belakang Sladi. "Saat pertama kali kena, ayah itu sempat tidak terasa. Teman-temannya baru sadar, kalau ternyata mengucur banyak darah pada lukanya itu," ungkapnya.

Saat itu sekitar pukul 21.30, gelaran resepsi di rumah Busar sudah hampir usai. Hanya beberapa orang tamu yang tersisa. Termasuk Sladi dan teman-temannya. Setelah carok terjadi, Sladi langsung dilarikan ke UGD RSUD Dr Moh Saleh. Malam itu juga Sladi langsung dioperasi. "Lukanya cukup dalam, sampai tembus ke paru-parunya," ujar salah satu petugas medis RSUD kemarin.

Sementara, setelah pembacokan terjadi, Sl langsung lari. Peristiwa itu pun terdengar Polsek Wonomerto. "Usai dapat laporan, kami dari petugas kepolisian langsung mengobok-obok tempat tinggal pelaku. Tetapi pelaku masih belum pulang," kata Kapolsek AKP Kusmidi kepada Radar Bromo kemarin.

Sampai saat ini pelaku tersebut masih menjadi buronan petugas kepolisian. "Sekarang ini pelaku masih menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang). Mohon doanya, biar cepat ketangkap," ungkap Kapolsek. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173493

Isu Penculikan Gegerkan Tongas

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Isu penculikan anak masih menjadi masalah sensitif di tengah masyarakat Probolinggo saat ini. Rabu (4/8) malam isu itu menggegerkan Dusun Tambak, Desa Bayeman, kecamatan Tongas.

Ratusan warga malam itu sampai ramai keluar rumah untuk menyisir areal ladang di desanya. Sambil membawa pentungan dan senjata tajam, mereka mencari dua orang yang disebut-sebut hendak menculik bocah desa setempat.

Dari data yang dihimpun Radar Bromo di lapangan, isu penculikan itu bermula ketika warga mendapati dua orang lelaki dan perempuan yang mondar-mandir di dusun Tambak. Sekitar pukul 19.30, kedua orang itu sempat bertemu dengan seorang bocah warga setempat.

Dua orang itu ceritanya sempat memegang si bocah yang diketahui adalah cucu Rohim, seorang warga Dusun Tambak. "Saat itu ada cucu Pak Rohim yang bermain di depan teras rumahnya. Kemudian sempat bertemu dengan dua orang asing itu. Cucu Pak Rohim itu sempat dipegang," ucap Kades Bayeman Sumarto.

Cucu Rohim itu kemudian melapor ke kedua orang tuanya. Rupanya laporan bocah itu ditanggapi dengan kecurigaan luar biasa. Apalagi belakangan isu penculikan anak yang beredar melalui SMS (Short Message Service) sudah beredar luas di masyarakat Probolinggo. Warga setempat lalu menghubung-hubungkan isu itu dengan pengakuan anak kecil tersebut.

Selanjutnya, Rohim sendiri berniat menghampiri kedua orang asing tersebut. Saat itu kedua orang asing itu masih berada di areal perkampungan warga. "Begitu didatangi Rohim, dua orang itu langsung lari ke arah barongan. Anehnya mereka juga sempat melempari batu kepada Rohim," terang Kades.

Kabar dugaan penculikan itu rupanya menyebar dengan cepat. Dalam waktu singkat, warga setempat sudah banyak berdatangan ke lokasi. Mereka datang membawa senjata tajam dan pentungan untuk mencari keberadaan dua orang asing tersebut.

Jajaran petugas kepolisian pun juga siaga datang ke lokasi kejadian. Kapolres Probolinggo AKBP Rastra Gunawan bahkan juga datang ke lokasi sekitar pukul 23.00, nampak juga Kapolsek Tongas AKP Sugeng Piyanto.

Dari pantauan Radar Bromo, hingga pukul 00.00 WIB, ratusan wargapun masih tetap siaga mengepung areal ladang. Mereka menunggu sampai pelaku penculik itu keluar. Begitu pula, puluhan petugas yang diterjunkan dari Polres Probolinggo. Mereka masih berjaga-jaga di lokasi.

Sementara itu, Kapolsek Tongas AKP Sugeng Piyanto saat dikonfirmasi Radar Bromo menegaskan bahwa penculikan anak itu hanya isu belaka. "Itu masih sebatas isu. Kami patroli sampai pukul 04.00," ujarnya kemarin.

Kapolsek mengimbau agar warga tidak begitu saja percaya dengan isu penculikan anak yang beberapa hari terakhir ini merebak luas di masyarakat. "Tetapi setidaknya masyarakat juga harus tetap waspada," katanya mengimbau. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173492

Cerita Dua Atlet Probolinggo yang Cedera di Ajang Popda Jatim VIII

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Tak Kapok walau Tulang Kering Kaki Kanan Patah

Arena Popda (pekan olahraga pelajar daerah) Jatim VIII di Nganjuk pada 26 Juli - 2 Agustus lalu menjadi momen nahas bagi dua atlet asal Kota Probolinggo. Yakni atlet silat Lailatul Mukaromah dan atlet senam Febrianti Mavitasari. Berikut kisahnya.

FAMY DECTA MAULIDA, Probolinggo

---

Sebenarnya delegasi Kota Probolinggo cukup berprestasi dalam arena Popda Jatim VIII di Nganjuk. Delegasi Kota Mangga ini berhasil menyabet 2 emas, 4 perak, dan 3 perunggu dari cabang senam. Lalu dari cabang atletik berhasil menyabet 1 emas, 1 perak dan 1 perunggu. Selain itu, 1 perunggu lagi berhasil diraih tim basket putri. Namun, di balik prestasi itu, ada cerita sedih mengalir.

Atlet silat Lailatul Mukaromah dan atlet senam Febrianti Mavitasari mengalami cedera. Lailatul mengalami cedera paling parah dibanding Febrianti. Dua tulang kering di kaki kanan Lailatul patah saat bertanding melawan atlet Mojokerto Titik Kusumawati.

Itu terjadi pada saat pertandingan digelar pada 29 Juli. Akibatnya siswa kelas 3 di MTs Raudlatul Hasaniyah, Jrebeng Lor ini menjalani operasi dan harus dirawat inap.

Lailatul berhadapan dengan Mojokerto setelah berhasil mengalahkan atlit dari Bojonegoro. Ketika melawan Titik, Lailatul kena tendang di kaki kanannya. Sebelum cidera itu terjadi, antara Lailatul dan Titik sudah saling serang, mereka saling tendang. Saat Lailatul menurunkan kakinya, Titik langsung menendang di kaki kanan.

Akhirnya cedera tidak bisa dihindari. "Saya tidak bisa berjalan. Langsung dibawa ke RSUD Nganjuk," kata Lailatul yang tinggal di Kelurahan Kedung Galeng, Kecamatan Wonoasih itu.

Selasa (3/8) lalu, Lailatul masih dirawat di ruang rawat inap Bougenvil kelas 1 A RSUD Dr Moh. Saleh Kota Probolinggo. Saat dikunjungi Radar Bromo, atlet yang bergabung dengan klub pencak silat Macan Ulung itu dijaga oleh orang tuanya, Sanapi dan Tila.

Lailatul dikirim ke ajang Popda setelah sebelumnya menjuarai Wali Kota Cup 2010. Atlet sabuk biru itu dikirim ke Popda bersama 14 atlet pencak silat lainnya.

Laiknya seorang pendekar, Lailatul tak jera menekuni pencak silat kendati gagal mendapat emas, bahkan cedera berat. "Saya tidak kapok. Sejak pertama belajar silat sudah tahu risikonya," kata Lailatul.

Pernyataan Lailatul juga dibenarkan oleh orang tuanya yang berprofesi sebagai buruh tani. "Ini kan keinginannya dia. Saya mendukung saja. Saya tidak akan memaksakan. Ini sudah menjadi risiko dan dia tahu itu," ungkap Sanapi.

Lailatul baru belajar silat sejak kelas 1 SMP. Ia tertarik pencak silat karena olahraga ini di matanya penuh tenaga. Awalnya hanya latihan-latihan dan tidak pernah mengikuti pertandingan. Suatu ketika ia melihat pertandingan atlet silat putri dan langsung tertarik. Sewaktu meminta izin kepada ayahnya, Sanapi pun mendukung penuh sang anak terjun ke pencak silat.

Namun yang disayangkan oleh Sanapi, Lailatul tidak mengabari kalau mengalami cedera. Berbeda dengan biasanya, Lailatul kerap memberi kabar lewat pesan singkat kalau menang atau kalah bertanding. "Dia tidak SMS sama sekali. Saya juga heran. Tahu-tahu dapat kabar kalau cedera dan dia sudah ada di RSUD sini (Probolinggo). Dia cuma ngabari paklik-nya saja," keluhnya.

Kini, Lailatul harus menahan diri untuk bisa kembali latihan apalagi bertanding. Setidaknya, sekitar setahun ia tidak boleh bertanding. Untuk sementara ia hanya diperbolehkan latihan apabila kondisi sudah semakin membaik.

Berbeda dengan cerita Febrianti Mavitasari. Atlet senam ini malah mengalami cedera ketiban simpai (holahop) saat pemanasan sebelum bertanding. Pertandingan senam dilaksanakan 29 Juli di Gedung Juang, Nganjuk pukul 11.00. Itu adalah pertandingan perdana Febrianti bersama regunya.

Cedera itu dialami saat akan bertanding senam ritmik beregu yang terdiri dari free hand, simpai dan bola. Tampilan beregu itu Febrianti bersama Yunia Dili dan Fasti Surya. "Free hand-nya sudah. Diberi waktu untuk pemanasan sebelum simpai," kata anak pasangan Sutarji dan Titin Bunarsih itu.

Sebelum simpai, seluruh atlet mendapat waktu pemanasan selama lima menit. Di lapangan berukuran 12 x 12 itu berisi banyak atlet yang melakukan pemanasan. Tempat yang sempit menjadi kendala pemanasan Febrianti waktu itu.

Febrianti bercerita, saat akan mengambil gerakan pemanasan ia sempat ragu-ragu karena ada banyak anak di depannya. "Saya mau sinerol (gerakan putar badan dan meroda). Waktu memutar simpai saya lempar sekitar ketinggian 8 meter. Mestinya simpai itu saya pegang tapi tidak bisa, memantul lalu kena hidung saya," kenang cewek usia 16 tahun itu.

Pantulan simpai itu mengenai hidung Febrianti. Tak ayal, hidung siswi SMA Muhammadiyah Kota Probolinggo itu langsung mimisan. Mengeluarkan darah hampir selama setengah jam.

"Kayak air pet, ngocor terus dari hidung. Kemudian diberi salep penghilang rasa nyeri sama tim kesehatan dari Kota Probolinggo," tutur pelatih senam Adi Caraka yang siang itu berada di rumah Febrianti.

Buntutnya, regu Kota Probolinggo punya nomor urut 6, tapi terpaksa mundur jadi paling buncit lantaran cidera yang dialami oleh Febrianti. Febrianti pun sempat blank saat akan tanding. Pertandingan berlangsung selama 90 detik, terdiri dari 9 rangkaian dan tarian.

"Tiba-tiba blank. Cuma ingat beberapa rangkaian saja. Saat tampil baru ingat semua dan fresh lagi. Saya waktu itu masih pusing jadi banyak gerakan yang tidak jadi," kata Febrianti. Cidera yang dialami oleh Febrianti ternyata berpengaruh kepada psikologis teman-temannya yang lain.

Yang membuat Febrianti punya semangat untuk melanjutkan pertandingan adalah support yang diberikan oleh teman-temannya dan perintah dari sang pelatih. Beruntungnya meski cidera, untuk senam beregu itu Febrianti berhasil membawa pulang medali perak.

Walau sempat ada atletnya yang cedera, delegasi Kota Prooblinggo tetap bisa berprestasi dalam arena Popda Jatim VIII. Cabang senam, atletik dan basket berhasil menyumbang medali.

Melihat prestasi ini membuat Titin Bunarsih, ibunda Febrianti, mengingat Popda VII yang dilaksanakan dua tahun lalu di Surabaya. Pasalnya, pada Popda tersebut atlet Kota Probolinggo sudah jelas-jelas akan membawa pulang emas justru dibatalkan sendiri oleh Kabid PLS Dinas Pendidikan yang menjabat waktu itu.

"Kami berangkat pakai biaya wali murid sendiri. Sampai izin ke sekolah juga izin sendiri. Sampai di sana sudah tanding dan melihat nilai jelas-jelas dapat emas. Eh malah ada surat katanya atlet dari Kota Probolinggo cuma eksebisi," ungkap Titin yang mengetahui kejadian itu.

Ceritanya, pada Popda VII 2008 lalu atlet seolah "dibunuh" prestasinya. Karena ada surat pembatalan kontingen senam Kota Probolinggo sebagai peserta Popda. Surat itu dibuat atas surat yang telah dikirim oleh Kabid PLS Dinas Pendidikan.

Tapi, rasa sakit hati itu seolah terobati dengan diraihnya prestasi dalam Popda tahun ini. Febrianti yang juga ikut saat Popda dua tahun lalu mengaku tidak trauma karena jauh-jauh hari sudah ada pemberitahuan kalau bakal diberangkatkan ke Nganjuk.

Kondisi Febrianti sebenarnya masih belum fit benar. Selama tiga hari (terhitung mulai 2 Agustus) jika masih merasakan pusing maka Febrianti diminta rontgen. Tidak hanya mendapat medali dan cedera, sejumlah atlet juga kena herpes saat berada di Nganjuk. Maklum karena mereka harus tidur di atas bangku dan karpet.

"Saya kena di bagian mata, tapi sekarang sudah kering setelah diberi salep," ucap kakak atlit senam artistik Aprilia Puspitadewi yang juga mendapat medali perunggu di Popda kemarin. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173491

Pengurus Akui Tidak Maksimal

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Musda Dewan Kesenian Bulan Ini

PROBOLINGGO - Tuntutan pembubaran pengurus Dewan Kesenian Kota Probolinggo semakin gencar. Banyak seniman lokal mempertanyakan keberadaan Dewan Kesenian dinilai suka ndompleng event sana-sini.

Seniman lukis Joko Dwi Prastowo dari sanggar lukis Hasta Kencana menuturkan, jika Dewan Kesenian masih model asal-asalan seperti sekarang lebih baik tidak usah ada (Dewan Kesenian) sama sekali. Dari pada malah menganggu geliat kesenian yang digencarkan para seniman.

Yang dibutuhkan, lanjut Joko, adalah lembaga apapun namanya yang penting peduli dan mau bekerjasama membangun kesenian. "Syukur-syukur kalau itu labelnya "Dewan Kesenian"," cetusnya kepada Radar Bromo.

Menurutnya, kinerja Dewan Kesenian terakhir ini sangat menyedihkan dengan dana yang katanya mencapai ratusan juta rupiah ternyata cuma mampu menghasilkan program "nunut" acara sana-sini. Oleh karena itu Dewan Kesenian bukan hanya butuh perbaikan tetapi perombakan yang hampir total.

"Yang bagus cuma sudah ada SK dan anggaran yang jauh lebih besar dari Dewan Kesenian sebelumnya. Yang jelas kepengurusan harus diambil orang-orang yang peduli dan serius bekerja untuk membangun kesenian serta terbukti jelas hasil kinerjanya," ujar anak pelukis Joko Sudarto itu.

Menjawab tuntutan pembubarannya, apa sikap pengurus Dewan Kesenian? Siang kemarin (4/8) Radar Bromo berhasil menghubungi Sekretaris Dewan Kesenian Kota Probolinggo Avicinna Dwipayana, yang sedang ada tugas di Surabaya.

Ia bilang, kepengurusan Dewan Kesenian sudah habis sejak tahun 2009 lalu. Hanya saja karena ada event Semipro (Seminggu di Kota Probolinggo), pemkot membuat SK sementara untuk mengisi posisi pengurus hingga Semipro selesai. Maka ditunjuk ketua Soeparjono, sekretaris Avicinna Dipayana dan Bendahara Nuri Indah.

"Sekarang ini aku sudah demisioner. Laporan keuangan (periode lalu) sudah dilaporkan ke Bagian Keuangan. Cuma karena ada Semipro lalu diperpanjang sampai Semipro selesai. Rencananya musda (musyawarah daerah) bulan Mei lalu, karena ada Semipro dan kesibukan masing-masing maka diundur, mungkin Agustus ini," jelasnya.

Diakui oleh Avi, panggilannya, ketua Dewan Pendidikan periode sebelum-sebelumnya tidak melalui mekanisme pemilihan tetapi penunjukan. Mekanisme penunjukan ketua itulah yang kini bakal diubah menjadi pemilihan.

Panitia kecil yang dibentuk akan mengusulkan beberapa nama kandidat, kemudian nama-nama itu akan di-floorkan kepada para seniman, pemilik sanggar, tokoh masyarakat dan instansi terkait. Siapa yang memiliki hak suara itulah yang akan memilih ketua. "Mekanisme itu yang sekarang sedang dibahas. Kami juga akan melaksanakan rapat internal membahas mengenai mekanismenya," tutur Avi.

Ditanya soal anggaran, Avi mengatakan tahun 2009 lalu Dewan Kesenian mendapat anggaran senilai Rp 200 juta. Sedangkan tahun 2010 hanya Rp 100 juta. Dana Rp 200 juta, di tahun 2009 dialokasikan untuk ikut memeriahkan Semipro 2009 dengan acara parade hadrah, ojung dan membuat kegiatan sendiri di Kampung Seni (Tempat Rekreasi Anak).

Nah, sedangkan tahun 2010 ini, meskipun sudah habis masa jabatannya, Dewan Kesenian masih dapat anggaran dari APBD. Pasalnya, beberapa rupiah dari anggaran tersebut dialokasikan untuk acara penutupan Semipro 2010.

"Karena kami demisioner, kami tidak berani mempergunakan karena kami belum punya legalitas. Dana itu sepenuhnya kami serahkan kepada pengurus baru. Dari dana Rp 100 juta terserap sebagian, penggunaannya kerjasama dengan panitia besar Semipro. Pengurus lama tidak mau menggunakan uang itu," beber Avi yang kesehariannya dinas di Bagian Humas dan Protokol itu.

Intinya, penyerapan dana Dewan Kesenian oleh panitia besar Semipro namun Avi tidak tahu berapa anggaran yang sudah dipakai. Yang jelas, masih ada sisa dari penyerapan dana tersebut. Jika pertanggungjawaban pelaksanaan Semipro sudah dilaporkan, SPJ (surat pertanggungjawaban) diserahkan ke Dewan Kesenian berikut sisa dananya.

Soal banyaknya pandangan negatif tentang kinerja Dewan Kesenian, Avi menyatakan selama ini pengurus berasal dari birokrat dan pemilik sanggar. "Saya akui memang ada kekurangan karena memang banyak kegiatan sendiri-sendiri. Pengurus baru nantinya diharapkan yang berkompeten, sesuai bidangnya dan pilihan para seniman," terangnya.

Kinerja tidak maksimal terlihat di tahun 2010 ini karena kepengurusan dalam masa demisioner dan tidak memiliki legal formal. Ia berharap musda yang akan dilaksanakan akan mencakup semua aspirasi dari para seniman. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173490

Tikungan JLU Diperlebar

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO -Jalan Lingkar Utara (JLU) Kota Probolinggo terus diperbaiki. Kali ini, tikungan di Jl Tongkol berbatasan dengan Jl Anggrek (timur kantor Badan Lingkungan Hidup) yang memiliki jarak pandang terbatas bakal diperlebar.

Sejumlah petugas dari Dinas Pekerjaan Umum dan BLH nampak sedang berada di lokasi tersebut, siang kemarin. Dalam pekerjaan pelebaran jalan itu DPU harus membongkar dinding milik pabrik asbes PT AFU yang terletak di Jl Anggrek. Dinding yang dibongkar sekitar enam meter menjorok ke dalam pabrik.

Menurut Kasi Pembangunan di Bidang Bina Marga Dinas PU Andre Nirwana, lokasi yang diperbaiki merupakan jalur JLU yang dimulai dari Jl Anggrek, Jl Tongkol, JLU (pelabuhan) sampai Jl Raden Wijaya.

"Kalau kendaraan melintas di sini ada kendala sudut pandang pada pengemudi baik dari arah utara dan barat. Lebar badan jalan juga tidak memadai karena kendaraan yang lewat cenderung tonasenya besar. Oleh karena itu perlu space untuk memperlebar badan jalan," ujarnya saat ditemui di lokasi.

Jalan tikungan antara Jl Anggrek dan Jl Tongkol itu lebarnya hanya 9 meter. Nantinya dalam perbaikan ini bakal diperlebar sampai 12,5 meter. "Jalan ini, akan diteruskan rigit mulai dari samping kantor BLH sampai sepanjang 100 meter. Soalnya di tikungan sering terjadi gerusan aspal dan genangan air," jelas Andre.

Andre juga membenarkan untuk perluasan jalan ini pemkot bekerjasama dengan PT AFU. Setelah ada koordinasi pihak PT AFU bersedia dindingnya dijebol dan mengikhlaskan beberapa meter tanah untuk pelebaran jalan tersebut.

"Ini adalah bentuk kesadaran karena pemkot dan pabrik sama-sama membutuhkan. Dengan adanya pelebaran ini kendaraan berat PT AFU juga bisa melintas dengan mudah dan tidak kesulitan. Kendaraan yang lewat sini harus memperhatikan haluan," ungkap dia.

Tanah milik PT AFU yang kena pelebaran jalan itu, sebelumnya hanya space kosong yang berdekatan dengan lokasi pengelolaan limbah pabrik. Pihak Bina Marga menegaskan sebelum rigit dimulai pelebaran jalan berupa pembongkaran dinding sudah selesai terlebih dahulu.

Pekerjaan pembangunan dinding berbeda dengan rigit jalan. Untuk pembangunan dinding menggunakan anggaran APBD kota sekitar Rp 90 juta. Sementara rigit jalan sepanjang sekitar 100 meter dari dana APBN senilai Rp 650 juta.

Pengerjaan rigit bakal dilaksanakan pertengahan bulan ini karena sekarang masih menunggu SPK (surat perintah kerja). Masa pengerjaannya diperkirakan selama empat bulan. Di jalan tikungan tersebut bakal diberi median jalan.

"Untuk pekerjaan pembangunan dinding sekaligus pembuatan saluran. Karena saluran di sekitar tikungan ini tidak ada. Kami sudah berkoordinasi dengan BLH mengenai pohon yang ada di sekitar trotoar tikungan ini," jelas Andre kepada Radar Bromo. (fa/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173489

Tawarkan Beasiswa ke Jepang

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Asisten Konsulat Kunjungi Ponpes Assulthon

PROBOLINGGO- Pondok Assulthon, Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo, kemarin (4/8) kedatangan tamu istimewa. Dia adalah Alfil Sahadad, seorang asisten konsulat Jepang di Surabaya.

Dalam kesempatan itu Alfil menawarkan beasiswa bagi para murid dan guru pondok pesantren tersebut. Beasiswa itu, dikhususkan bagi mereka yang hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Para murid dan guru yang berkenan bisa menempuh pendidikan S-1 (sarjana), D-3 atau D-2 di Jepang.

Dalam pertemuan yang digelar di aula ponpes itu, Alfil menjelaskan bahwa semua biaya pendidikan selama di Jepang, ditanggung pemerintah Jepang. "Beasiswa ini, tanpa ikatan dinas. Jadi, begitu lulus terserah mau bekerja di mana," jelasnya.

Menurut Alfil, persyaratannya pun cukup mudah. Yakni para siswa lulusan SMA sederajat cukup menyerahkan nilai rapornya. Nilainya rata-rata minimal harus 8,4 dan usianya tidak lebih dari 22 tahun. "Juga ada tes tulis dan wawancara," ujarnya.

Untuk para guru, syaratnya mereka sudah tercatat mengajar di sekolah formal selama minimal 5 tahun. Dan, usianya maksimal 35 tahun. "Ada juga beasiswa untuk guru, tujuannya untuk meningkatkan mutu guru," jela Alfil.

Di tengah-tengah penjelasan itu, ada salah seorang guru yang bertanya tentang jurusan keagamaan di Jepang. Pasalnya, bila dari pondok rata-rata tamatan keagamaan. "Itulah repotnya, di sana (Jepang, red) tidak ada jurusan keagamaan. Ya, jangan milih jurusan agama, kan bisa milih jurusan IPA, matematika, atau ilmu lainnya," jelas Alfil.

Menurutnya, orang Jepang hampir bisa dikatakan tidak bertuhan. Apa yang mereka pikirkan, itu yang mereka lakukan. "Itu berbeda dengan kita. Kalau kita, setiap apa yang kita perbuat kita percaya kalau ada campur tangan Tuhan," ujarnya.

Tapi meski demikian, menurutnya bila ada barang orang ketinggalan atau jatuh di jalan tidak akan hilang. Artinya, tidak akan ada orang yang akan mengambilnya. "Itu berbeda dengan bangsa kita. Kalau di sini jangankan yang jatuh, yang di kantong saja bisa hilang," ujarnya.

Begitu juga dengan waktu, menurutnya orang-orang Jepang juga sangat disiplin. Mereka tak pernah telat atau menyia-nyiakan waktunya. "Mereka kalau berjanji juga selalu ditepati, tidak hanya di mulut saja. Kalau bicara iman, mereka bisa dikatakan kurang beriman. Tapi, perbuatan mereka tidak ubahnya orang-orang beriman," jelasnya.

"Di sana tidak ada pendidikan jurusan keagamaan. Orang Jepang yang menginginkan belajar ilmu agama pasti keluar. Biasanya ke daerah Timur Tengah seperti Arab," ujarnya.

Dalam kesempatan kemarin ada juga yang bertanya apakah otak orang Jepang lebih encer (cerdas) dibanding orang Indonesia. "Otak mereka juga tidak encer. Keliru kalau kita bilang otak mereka lebih encer dari kita. Justru otak kita jauh lebih encer dari mereka," jawab Alfil.

"Lidah kita juga lebih mudah untuk belajar bahasa. Bedanya, mereka lebih konsisten dan disiplin dibanding kita. Di sana juga ada wajib belajar, kalau ada orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya mereka akan dipenjara. Begitu pula sebaliknya. Bila ada anak yang tidak mau sekolah, mereka akan dipindah ke sekolah khusus," lanjutnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173488

Bakal Survei Lahan Kritis

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Wacana Pembangunan PG di PTKL

PROBOLINGGO- Wacana pembangunan pabrik gula (PG) di areal PTKL (PT Kertas Leces) semakin serius. Dalam waktu dekat Pemkab Probolinggo dan perwakilan dari PTKL bakal melakukan survei lahan untuk menunjang keberadaan pembangunan PG baru nantinya.

Nanang Trijoko, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Probolinggo mengatakan, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi dengan PTKL beserta perwakilan dari 3 PG yang sekarang ini sudah eksis di Probolinggo. Yakni PG Wonolangan, PG Gending, dan PG Pajarakan.

Dari rapat tersebut diketahui, kalau panitia kerja (panja) gula dari DPR RI meminta PTKL untuk menyiapkan data konkret ketersediaan lahan di Kabupaten Probolinggo. "Panja itu ingin mengetahui detail data konkret dari ketersediaan lahan di sini," ujar Nanang.

Sementara ini dari catatan Disbunhut, secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo mempunyai sekitar 43 ribu lahan kritis. "Tetapi itu masih secara umum. Detail soal berapat lahan yang masih berpotensi masih belum diketahui pastinya," ucap Nanang.

Namun diprediksi, dari 43 ribu lahan kritis tersebut, 50 persen di antaranya termasuk kategori sangat kritis yang sulit dimanfaatkan. Nah, karena itulah pemkab beserta tim dari PTKL berencana melakukan survei lahan ke beberapa daerah lahan kritis yang masih bisa dimanfaatkan untuk ditanami tebu sebagai penunjang keberadaan PG.

"Tetapi survei hanya kami lakukan di daerah-daerah yang masih bisa dioptimalkan untuk menanam tebu. Untuk lahan kritis yang kemungkinan sulit ditanami tebu seperti Tiris dan Krucil, mungkin tidak masuk survei kami," ungkap Nanang.

Dalam waktu dekat ini pemkab bersama PTKL sudah bersiap bakal menyurvei lahan kritis di 5 kecamatan. Yakni Bantaran, Tegalsiwalan, Tongas, Wonomerto dan Sumberasih. "Targetnya sebelum puasa sudah beres," ungkap Nanang.

Seperti diberitakan Radar Bromo, PTKL berencana membangun PG di areal lahannya. Itu bila usulan Serikat Pekerja Sejahtera Kertas (SPSKL) untuk mengajukan pembangunan PG (Pabrik Gula) yang jadi satu lokasi dengan PTKL terealisasi.

Usulan SPSKL itu cukup serius. Selasa (25/5), perwakilan anggota SPSKL telah menyampaikan usulan tersebut ke komisi VI DPR RI dalam rapat dengar pendapat umum di gedung Nusantara 1 Senayan, Jakarta. Salah satu agenda pertemuan tersebut adalah membahas kemungkinan pendirian PG di lokasi PTKL dan integrasi industri PTKL dengan PG.

Diketahui, pada APBN 2010 pemerintah pusat menganggarkan pembangunan tiga unit PG baru dengan total anggaran Rp 4,5 triliun. Tempatnya belum ditentukan secara spesifik. Cuma, dua di antaranya dijatah akan dibangun di Jatim dan satu lagi di luar Jawa.

Dengan adanya data konkret tersebut nantinya, diharapkan panja gula bakal mengetahui kondisi real Kabupaten Probolinggo. "Itu menjadi salah satu penilaian, apakah PG bakal jadi dibangun di Probolinggo atau di daerah lain," kata Nanang. (mie/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173487

Dari Solo, Nyolong Buku Dibekuk

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO- Ulah Eri Noer Hadi, 35, warga Kelurahan Dawung Tengah, Sukoharjo, Solo, membuat pengusaha toko buku resah. Lelaki yang juga beralamat di Banjarmasin ini, ketahuan nyolong buku pelajaran di Kota Probolinggo.

"Awalnya, kami sudah curiga, karena dia memang sering datang ke sini. Tapi, tak pernah membeli," ujar Lukman salah seorang karyawan di toko tersebut, kemarin (4/8). Atas perbutannya itu, Eri kini harus meringkuk di dalam sel tahanan Mapolresta.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, Minggu (1/8) lalu sekitar pukul 14.00. Eri bersama dengan dua orang temannya masuk ke toko yang beralamat di Jl Panglima Sudirman Kota Probolinggo itu. Begitu masuk, mereka bertiga, langsung menuju rak buku mata pelajaran untuk SD, SMP dan SMA yang berada di bagian tengah toko.

Tak lama kemudian, Eri melangkah ke bagian belakang toko dengan membawa beberapa buku. Sementara, dua orang temannya tetap berada di sisi rak buku semula. Tak lama kemudian, Eri kembali dengan tangan kosong.

Aksi itu, dilakukan Eri hingga beberapa kali. Aksi Eri itu diketahui Imron, salah seorang karyawan di took buku itu. Waktu itu, Imron melihat Eri hendak menyembunyikan beberapa buku di balik celananya. "Disembunyian di balik celana, di dalam kaos kakinya," jelas Lukman.

Melihat itu, Imron langsung menegurnya. Tapi, bukan permintaan maaf yang dilakukan oleh Eri. Ia berusaha kabur. Tapi, Imron bersama seorang temannya menahan usaha Eri. Mengetahui Eri tertangkap, kedua temannya langsung kabur menggunakan mobil Avanza warna merah.

Entah siapa yang mengundang, tak lama kemudian polisi mendatangi tempat kejadian perakara (TKP). Mereka langsung meringkus Eri dan menggelandangnya ke Mapolresta. "Sebenarnya kami mau damai, tapi karena dia terus berusaha mau kabur akhirnya kami serahkan kepada polisi," jelas Lukman.

Setelah digeledah, ternyata tak hanya satu buku yang telah masuk ke balik celananya. Total ada sebelas buku, yakni buku mata pelajaran fisika untuk kelas IX SMP sebanyak 6 buah, 3 buku bahasa Inggris untuk kelas XI, dan 2 buah buku matematika untuk kelas 1 SD.

"Baru satu yang berhasil ditangkap, yang dua orang berhasil kabur," jelas Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto.

Menurut Kasatreskrim, setelah dilakukan pemeriksaan Eri mengaku sudah dua kali melakukan pencurian buku. Tapi, sebelumnya Eri melakukan aksinya di Surabaya. Dan, buku hasil curiannya itu dijual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Ini modus baru, ada kemungkinan mereka sindikat. Karena tidak mungkin dari jauh-jauh dari Solo hanya untuk mencuri buku itu," jelasnya. (rud/nyo)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173486

Akses Sulit, Siswa Jalan Kaki 4 Km

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
Sudah Disetujui, Tak Juga Direalisasikan

SUKAPURA - Akses jalan masih menjadi kendala di Kecamatan Sukapura. Setidaknya inilah yang dirasakan warga Dusun Bobor, Desa Kedasih. Khususnya siswa SD dan SMP Satu Atap. Karena akses jalan sulit, mereka harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer untuk bersekolah di Dusun Gedangan, desa setempat.

Jumlah mereka cukup banyak. Total ada 170 siswa, terdiri dari 50 siswa SMP dan 120 siswa SD. Dengan kondisi geografis yang berbukit, jalan di desa ini memang banyak yang menanjak. Kondisi tersebut diperparah oleh jalan yang belum beraspal.

" Kondisi jalan makadam dan menanjak," jelas Kepala Desa Kedasih, Musiyanto saat ditemui Radar Bromo di kantor kecamatan setempat. Padahal, jalan tersebut menurutnya biasa digunakan pelajar untuk bersekolah.

Saat ini menurut Musiyanto, minat belajar warga di daerahnya cukup tinggi. Sayang, mereka harus berjuang lebih keras menuju sekolah. Padahal, hadirnya sekolah tersebut bagi warga Kedasih merupakan sebuah kebanggaan. Sebab, warga sudah mulai menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka

Warga akhirnya sering mengeluhkan akses jalan yang sulit di desa mereka. Terutama para wali murid. Sebab, anak-anak mereka harus berjalan sejauh 4 km setiap hari untuk sekolah. Parahnya, jalan tersebut merupakan satu-satunya akses dari Dusun Bobor menuju ke sekolah SD/SMP Satu Atap,

Salah satu murid SMP Satu Atap, Sugiarto,16, mengatakan, setiap hari ia harus berangkat lebih awal. "Berangkat Jam 05.30," jelasnya. Dengan menempuh jarak 4 km, ia membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam-2 jam menuju sekolah.

Sugiarto mempunyai harapan, suatu saat jalan menuju sekolahnya bisa diaspal. "Minta diaspal. Jadi kalau jalan tidak susah," harapnya.

Tidak hanya Sugiarto, rata-rata semua siswa sekolah Satu Atap berjalan kaki menuju sekolah mereka. Hanya beberapa siswa saja yang kadang diantar menggunakan motor.

Mereka harus berjalan kaki, karena tidak ada transportasi umum di Desa Kedasih. "Tranportasi umum ada, namun untuk ke lokasi wisata saja," jelas Musiyanto. Yakni, hanya melayani rute dari Bromo ke Kota Probolinggo.

Tidak jarang, para pelajar gandol truk yang akan mengambil sayuran di Dusun Gedangan. Itupun tidak berlangsung setiap hari. Sebab, truk pengangkut sayuran hanya datang saat sayuran sudah siap panen.

Musiyanto sendiri mengaku sudah menyampaikan aspirasi warga pada pemkab. Bahkan anggota DPRD setempat. "Mulai Ribut Fadilah dari Fraksi PKB serta Lis Indrawati dari Fraksi Hanura," jelas Musiyanto. Namun, hasilnya sampai sekarang belum ada realisasi.

Lebih jauh menurut Musiyanto, sebetulnya aspirasi tersebut pernah masuk dalam sidang paripurna. Saat itu usulan untuk membangun jalan di desarnya sudah diterima dan disahkan untuk direalisasikan. Namun, sampai sekarang belum ada realisasi tersebut.

Karena itu Musiyanto berharap agar Bupati Probolinggo Hasan Aminudin mau datang dan melihat kondisi mereka. Sehingga realisasi jalan beraspal itu bisa segera dilaksanakan. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173485

Janjikan Cair Sebelum Puasa

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
BOS, TF dan RMS untuk Madrasah

KRAKSAAN - Terlambatnya pencairan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk yayasan MA dan MTs di Kabupaten Probolinggo mendapatkan perhatian serius DPRD setempat. Kemarin (4/8) masalah itu menjadi pembicaraan utama dalam hearing antara Komisi D dengan kantor Kementrian Agama (Kemenag) setempat.

Pada hearing yang Kepala Kantor Kemenag Mohammad Sirajuddin tersebut, dewan lebih banyak melontarkan pertanyaan tentang belum cairnya bantuan tersebut.

"Seperti diketahui, yayasan baik MI maupun MTs saat ini sudah tidak diperbolehkan menarik biaya lagi. Jadi dana BOS tersebut menjadi satu-satunya untuk menopang kebutuhan sekolah," ujar Misnaji, anggota Komisi D asal PKS.

Karena itu, belum cairnya dana BOS dianggap Misnaji bisa mengganggu proses belajar mengajar di madrasah. Sebab, keterlambatan dana BOS otomatis membuat biaya operasional madrasah sehari-hari menjadi terganggu

"Kalau BOS-nya belum cair, terus secara teknis menggerakkan madrasah itu bagaimana? Gurunya itu berarti kan tidak dibayar juga," jelas Misnaji. Hal itu secara tidak langsung akan berdampak serius pada proses belajar mengajar. "Kalau gurunya telat bayaran, kan juga aras-arasen untuk mengajar," imbuhnya.

Diketahui, dana BOS yang terlambat pencairannya ini termasuk dana BOS untuk periode yang kedua. Yakni dana untuk bulan April, Mei dan Juni. Sementara periode pertama pada tahun ini, yakni Januari, Februari dan Maret sudah tuntas pada Juni lalu.

Selama hearing terungkap juga, ternyata bukan hanya dana BOS yang tersendat. Tetapi juga tunjangan fungsional (TF) untuk guru dan bantuan siswa miskin (BSM).

Kepala Kemenag M Sirajuddin menjelaskan, pencairan tiga bantuan itu terlambat, karena ada kendala teknis. Untuk dana BOS misalnya, pada pencairan tahap kedua ini ada aturan baru.

Pada periode pertama dana BOS langsung dicairkan melalui Kanwil Jatim. Namun, saat ini pencairan langsung ke masing-masing Kemenag setempat. "Kendalanya ada beberapa yayasan yang salah mencantumkan nomer rek. Ada juga kesalahan penulisan kepala sekolah madrasah. Sekedar diketahui, saat ini banyak kepala sekolah yang sudah ganti. Namun nama yang dicantumkan masih yang lama," jelas Sirajuddin.

Nah, beberapa kendala administrasi itu membuat pencairan dana bantuan tersebut sedikit tersendat. "Karena itu, kami sudah mengingatkan ke tiap-tiap lembaga untuk lebih teliti mencantumkan administrasinya," imbuhnya.

Jika masalah administrasi sudah dipenuhi, Sirajuddin berjanji semua bantuan bakal cair dalam waktu dekat. "Saat ini semuanya sedang dalam proses. Insya Allah akan cair dalam waktu dekat. Target kami semua bantuan sudah cair sebelum puasa," ungkapnya. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173484

RSAB Siti Fatimah Ganti Direktur

[ Kamis, 05 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Kemarin (4/8), RSAB Siti Fatimah Kraksaan resmi mempunyai direktur baru. Yakni, dr Catur Priambodo. Catur resmi dilantik dan diambil sumpahnya sebagai direktur dalam pelantikan pejabat direktur di halaman RSAB, sekitar pukul 10.30 WIB hingga pukul 12.30 WIB.

Dalam pantauan Radar Bromo, kegiatan itu dihadiri sekitar 100 peserta. Tak hanya warga sekitar, beberapa perwakilan Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (MKKM) Jawa Timur juga hadir. Datang juga sejumlah kepala Rumah Sakit Muhammadiyah di Provinsi Jawa Timur.

Catur menggantikan posisi dr. Hadiyanto Adijoyo. Sesuai surat keputusan (SK) MKKM Jawa Timur, Catur menjabat selama 1 tahun terhitung sejak 4 Agustus 2010 hingga 3 Agustus 2011.

Sebelum pelantikan dan pengambilan sumpah, lebih dulu tampil paduan suara karyawan RSAB. Setelah lagu Indonesia Raya dinyanyikan undangan, paduan suara lantas menyanyikan lagu wajib Muhammadiyah berjudul Sang Surya.

Pelantikan sendiri dilakukan oleh Moh Isyfak Yulianto. Begitu selesai, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Probolinggo H. Ahmad Budiono memberikan sambutan.

Lebih dulu Budiono menyampaikan permohonan maaf dari direktur lama, dr. Hadiyanto Adijoyo. Sebab kata Budiono, Hadiyanto sedang sakit. "Beliau titip salam. Sakitnya memang tidak memungkinkan bepergian," ujarnya.

Selama sambutan, Budiono banyak bercerita tentang awal berdirinya RSAB. Menurutnya, RSAB didirikan oleh ayahnya, yakni H. Ahmad Wasiun pada 1994. Selanjutnya RSAB diresmikan pada 1 Agustus 1996 oleh Amin Rais, ketua PP Muhammadiyah saat itu. "Sementara saya menangani RSAB sejak 2003. Meneruskan perjuangan ayahanda," tutur Budiono.

Selanjutnya sambutan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dan dilanjutkan oleh sambutan Ketua MKKM Jawa Timur dr. H. Sukadiono. Sukadiono memuji raihan yang dicapai RSAB Siti Fatimah.

Tak hanya dari sisi pelayanan pada masyarakat. Namun juga pada tampilan paduan suara karyawan. "Ini menunjukkan sinergi yang baik," ujar Sukadiono.

Lebih jauh Sukadiono berharap, direktur baru bisa meneruskan prestasi yang diraih direktur sebelumnya. Bahkan kata Sukadiono, mesti ada peningkatan yang lebih signifikan.

Apalagi saat ini RSAB sudah banyak mengalami kemajuan. "Yang apes kalau tambah menurun. Tapi saya yakni dr. Catur bisa menjalankan tugas dengan baik," kata Sukadiono. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=173483