Kamis, 02 September 2010

NU Probolinggo Kutuk Kasus Video Mesum

Kamis, 02 September 2010 13:05:24 WIB
Reporter : Sugianto

Probolinggo(beritajatim.com)-Kasus beredarnya video mesum di Kabupaten Probolinggo yang diduga melibatkan salah seorang guru ngaji berinisial Tp alias Hdp dengan seorang perempuan berinisial Iy mendapat respon dari NU Kabupaten Probolinggo.

"NU Kabupaten Probolinggo sangat mengutuk dengan beredarnya video mesum itu," tandas ketua NU Kabupaten Probolinggo, Syaiful Hadi kepada beritajatim.com, Kamis (2/9/2010).

Sikap keras kutukan NU Kabupaten Probolinggo terhadap beredarnya video mesum itu, karena saat ini masih bulan puasa Ramadhan. "Ini tidak seharusnya terjadi di Kabupaten Probolinggo. Apalagi yang terlibat dalam adegan itu juga seorang guru ngaji," ungkapnya.

Syaiful Hadi menegaskan, faktor perbuatan amoral yang dilakukan oleh seorang guru ngaji itu bisa pengaruh dari pergaulan dan canggihnya tehnologi jaman sekarang.

"Sekarang itu jaman sudah canggih. Kalau iman seseorang tipis, maka inilah akibatnya. Ilmu yang mereka dapat akan berteman dengan syaitan," terang dia.

Untuk menekan pengaruh dari canggihnya tehnologi tersebut, pemerintah harus segera tanggap. Seperti petugas Sat Pol harus rajin-rajin menggelar razia. "Kalau perlu NU Probolinggo juga akan ikut razia," tandasnya.

Diketahui sebelumnya, Probolinggo digegerkan dengan peredaran video mesum. Beredarnya video mesum berdurasi 24 menit 54 detik itu, tak hanya berada di tangan warga melalui HP. Melainkan juga sudah sampai ke gedung DPRD setempat. [ugi/ted]

Sumber: http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2010-09-02/76281/3/%20NU%20Probolinggo%20Kutuk%20Kasus%20Video%20Mesum

Video Mesum Guru Ngaji Gegerkan Probolinggo

Rabu, 01 September 2010 20:17:32 WIB
Reporter : Sugianto

Probolinggo(beritajatim.com)-Probolinggo digegerkan dengan peredaran video mesum. Diduga video mesum yang beredar tersebut melibatkan salah seorang guru ngaji berinisial Tp alias Hdp, asal warga Desa Blado Kulon, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo.

Beredarnya video mesum tersebut, tak hanya berada di tangan warga melalui HP. Melainkan juga sudah sampai ke gedung DPRD setempat. "Ada warga yang melaporkan beredarnya video mesum ini ke kantor dewan," ungkap Sekwan bernama Rasid Subagio kepada wartawan, Rabu (1/8/2010).

Sampainya adegan video mesum yang diduga diaktori oleh salah seorang ngaji dengan seorang perempuan berinisial Iy tersebut, kata Rasid Subagio, karena ada beberapa warga setempat yang melaporkannya ke kantor dewan.

"Ada 4 warga yang melaporkannya ke kantor dewan. Mereka adalah Sudar, Supandi, Misnara dan Sapii. Mereka masih terhitung keluarga dengan perempuan dalam video mesum itu. Bahkan, laporannya sudah terhitung dua kali," timpalnya.

Lalu bagaimana reaksi para wakil rakyat ketika mendapat laporan adegan mesum tak senonoh itu? "Yang jelas warga masyarakat Probolinggo resah dengan beredarnya video mesum ini," ungkap salah seorang anggota Komisi A, Bambang Agus.

Agus menceritakan, sebelum video itu sampai ke tangan wartawan, dia sempat didatangi oleh dua orang warga dan menceritakan tentang video itu di rumahnya.

Salah seorang anggota Komisi A lainnya, Ruhullah saat dimintai komentarnya mendesak Polres agar segera mengusut tuntas peredaran video mesum tersebut.

"Kami sangat menyayangkan dengan beredarnya video mesum ini. Apalagi Probolinggo selama ini dikenal sebagai Kota santri," tegasnya.

Pantauan beritajatim.com, video mesum yang sempat menghebohkan Probolinggo itu berdurasi 24 menit 54 detik. Melihat kwalitas gambarnya, nampaknya adegan itu sengaja direkam dengan kamera HP.

Dalam adegan mesum itu, ada seorang lelaki dan seorang perempuan di dalam kamar. Si lelaki itu terlihat telanjang, sedangkan si perempuannya masih mengenakan baju berwarna biru.

Tak beberapa lama kemudian mereka melakukan hubungan intim layaknya hubungan suami istri.[ugi/ted]

Sumber: http://www.beritajatim.com/detailnews.php/4/Hukum_&_Kriminal/2010-09-01/76216/Video_Mesum_Guru_Ngaji_Gegerkan_Probolinggo

Nikmatnya Kurma Berbagai Rasa

Dandy Arigafur
02/09/2010 14:37
Liputan6.com, Probolinggo: Rina Setiowati, warga jalan Wahidin Kota Probolinggo, Jawa Timur, itu sudah setahun ini terus mengembangkan usaha pembuatan kue kurma berbagai rasa. Rina memanfaatkan kurma impor yang dibelinya dari Surabaya sebagai bahan dasar.

Pembuatan kurma berbagai rasa ini tergolong mudah. Untuk membuat kurma rasa coklat mente, misalnya, Nina tinggal menyiapkan kurma, kacang mente, dan coklat blok. Setelah itu, kurma diproses dengan membelah dan membuang bijinya.

Coklat blok dilelehkan terlebih dahulu di atas kompor hingga panas merata. Kemudian coklat didinginkan. Untuk takaran satu kilogram kurma dibutuhkan kurang lebih setengah kilogram coklat dan setengah kilogram kacang mente.

Coklat setengah cair itu selanjutnya dijadikan bahan untuk melapisi kacang mente dengan bentuk bulatan berkuran kecil. Bulatan-bulatan itu dibiarkan dulu selama sekiyar setengah jam, agar lebih padat dan tidak menyebabkan basi.

Langkang selanjutnya, tinggal memasukan bulatan coklat mente itu ke dalam belahan kurma dan ditutup rapat. Maka jadilah kurma rasa coklat mente.

Dengan kombinasi kurma yang mengandung vitamin A, kalsium, dan zat besi, serta coklat yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat, maka makanan itu tergolong bernutrisi tinggi. Belum lagi nutrisi positif yang dikandung dalam kacang mente.

“Selama ini kurma identik dengan rasa manis saja. Sedangkan coklat amat digemari semua kalangan dan mengandung zat yang mampu mengurangi stres atau depresi, juga dikombinasi dengan rasa gurih kacang mente,” ujar Rina.

Rina memproduksi kurma dengan variasi rasa dan berbagai ukuran berat. Mulai dari 200 gram hingga 1 kilogram dalam kemasan yang harganya pun variatif. Termahal adalah kurma coklat keju yang dibandrol dengan harga Rp 65 ribu per kilogram.

Selama bulan Ramadan, pesanan kurma rasa itu terus meningkat. Rina pun menuai berkah karena omsetnya naik hingga 100 persen atau mencapai Rp 6 juta. Pesanan yang datang tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu.(CHR/SHA)

Sumber: http://berita.liputan6.com/sosbud/201009/294358/Nikmatnya.Kurma.Berbagai.Rasa

Sejumlah Daerah Gelar Razia Makanan

Arif Fuad Hidayah, Dandy Arigafur, dan Kurnia Supriyatna
02/09/2010 12:44
Liputan6.com, Gunung Kidul: Petugas gabungan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Yogjakarta, beserta Satpol PP dan Dinas perindustrian Propinsi Yogjakarta, merazia pasar-pasar tradisonal di Gunung Kidul, Yogyakarta. Razia difokuskan pada makanan dan kue yang dijual untuk kebutuhan lebaran.

Hasilnya, banyak makanan dan kue yang menggunakan pewarna berbahaya dan tidak ada tanggal kadaluarsa. Hal yang sama ditemukan pula pada jajanan anak. Selain itu, petugas juga menemukan kosmetik palsu serta obat-obatan yang diramu pedagang obat keliling, tanpa dilengkapi izin resmi Dinas Kesehatan atau Departemen Kesehatan.

Di Probolinggo, Jawa Timur, petugas gabungan dari instansi terkait dan anggota Polresta Probolinggo merazia sejumlah swalayan, toko dan pedagang oleh-oleh, di kota itu. Petugas menemukan puluhan jenis makanan dan minuman kemasan yang sudah rusak dan kadaluarsa.

Beberapa di antaranya dijual polos, tanpa merek hingga dicurigai sebagai barang ilegal dan berbahaya dikonsumsi. Petugas gabungan juga memeriksa beberapa tempat penjualan kosmetik, karena disinyalir banyak beredar kosmetik palsu dan berbahaya.

Di Jakarta, untuk ketiga kalinya Pemkot Jakarta Pusat menggelar razia makanan dan minuman. Kali ini, razia dilakukan di Pasar Petojo Ilir, Jakarta Pusat. Razia kali ini melibatkan YLKI dan petugas dari Suku Dinas UKM Kesehatan, Pertanian, dan Peternakan, Jakarta Pusat.

Petugas memeriksa makanan segar, seperti daging sapi, daging ayam, ikan, serta makanan dan minuman kemasan. Dalam razia kali ini tidak ditemukan barang yang rusak atau kaladaursa.(CHR/SHA)

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201009/294342/Sejumlah.Daerah.Gelar.Razia.Makanan

Dimas Kanjeng Bagi Zakat Rp 600 Juta

Kamis, 2 September 2010 | 10:30 WIB

PROBOLINGGO – Insiden pembagian zakat H Syaikhon di Pasuruan yang menewaskan 21 fakir miskin pada 2008 tak menyurutkan dermawan lain untuk membagi zakat mal secara langsung. Dimas Kanjeng Taat Pribadi, pengusaha dari Desa Wangkal, Kec Gading, Kab. Probolinggo, membagikan zakat Rp 600 juta kepada 5.000 fakir miskin.

’’Saya sudah membagikan santunan sejak tahun 2006 yang dihadiri ribuan fakir miskin. Alhamdulillah hingga kini tidak ada korban sama sekali,” ujar Dimas Kanjeng di sela-sela pembagian zakat secara langsung di lapangan Desa Wangkal, Rabu (1/9) sore.

Untuk membagikan zakat uang tunai itu, Dimas Kanjeng dibantu panitia 500 orang. Ratusan panitia dengan kaus dihiasi foto Dimas Kanjeng berseliweran mengatur ribuan fakir miskin. Puluhan personel polisi, TNI, Satpol PP, hingga tenaga medis juga siaga.

Siapa Dimas Kanjeng? ’’Orang mengira saya tidak bekerja, padahal saya punya tambang batubara di luar Jawa, supermarket, jual-beli mobil di Jember, juga jual beli berlian. Saya tidak sombong lho, penghasilan saya ratusan juta setiap bulannya,” ujar ayah dua anak itu menepis isu bahwa dirinya selama ini ongkang-ongkang.

Sebagian tetangga hanya tahu bahwa Dimas Kanjeng yang gerbang rumahnya mirip padepokan itu sebagai paranormal. Sebagian tetangga lainnya mengenalnya hanya menunggui rumahnya itu. Padahal, dia sering ke luar kota untuk bisnis.

’’Selain santunan, tahun ini saya akan memberikan pengobatan gratis akupunktur dan pengobatan herbal kepada fakir miskin. Silakan nanti datang ke rumah saya, mungkin ada yang kena kanker hingga impoten,” ujarnya.

Dalam pembagian zakat kemarin, 5.000 fakir miskin ditampung di tenda berukuran sekitar 50 x 30 meter persegi. Mereka dipisahkan dalam dua kelompok besar, laki-laki dan perempuan. Sejak pukul 13.00, sejumlah fakir miskin dari Desa Wangkal dan desa-desa sekitarnya mulai berdatangan. Mereka duduk lesehan di tikar di bawah tenda itu, menunggu pembagian zakat yang dimulai sejak sekitar pukul 15.00.

Sekitar pukul 15.00, Dimas Kanjeng datang ke lokasi dengan naik mobil patroli Polres Probolinggo. Begitu turun dari mobil patroli, laki-laki paro baya yang mengenakan gamis (baju khas Timur Tengah) berwarna putih itu langsung disalami sejumlah warga.

Mirip acara protokoler di Pemda, acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran. Kemudian diteruskan dengan sambutan-sambutan dari berbagai pihak mulai, panitia, Polres, camat, hingga kepala desa dari atas panggung berukuran besar sekitar 15 x 5 meter.

Dalam sambutannya, Dimas Kanjeng mengatakan, banyak warga yang salah sangka terhadap dirinya. ’’Saya tegaskan, saya bukan kiai, habaib, atau ulama. Nama saya jangan dibesar-besarkan,” ujarnya.

Dimas Kanjeng mengaku tidak mau namanya dikultuskan gara-gara pembagian zakat massal itu. ’’Jangan mengkultuskan saya, itu syirik kepada Allah. Syirik dosa yang tidak diampuni oleh Allah,” ujarnya.

Setelah secara simbolis memberikan santunan kepada 10 fakir miskin, ’’pasukan orange” (panitia) kemudian membagikan amplop berisi uang kepada ribuan fakir miskin. Mereka diatur layaknya barisan dalam salat. Saf pertama diminta maju melalui lorong yang dipagari batang bambu.

Baru sekitar 15 menit pembagian santunan dihentikan. KH Moch Hasan Saiful Islam yang ditunggu sejak awal akhirnya datang. Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong itu kemudian memberikan taushiyah (wejangan). Pembagian santunan berakhir menjelang maghrib dan ditutup dengan buka puasa bersama. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=f3b79b1d83c9035510e4fc73a6aa1f2b&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Pembunuhan Dukun Santet, 30 Warga Ditangkap

1-Sep-2010

Korban Dibunuh Ramai-ramai

indosiar.com, Probolinggo - Jajaran Kepolisian Resor Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (31/08/10) malam melakukan penangkapan terhadap sedikitnya 30 warga sebuah desa, karena tersangkut kasus pembunuhan massal terhadap seorang warga yang dituduh sebagai dukun santet. Tidak tanggung-tanggung, dalam penangkapan ini 300 polisi diterjunkan ke lokasi guna membantu proses evakuasi sekaligus pengamanan. Aksi penangkapan sendiri diliputi suasana mencekam dan diwarnai isak tangis keluarga para pelaku.

Polisi mendatangi kawasan pemukiman di Dusun Krajan, Desa Alas Sapai, Kecamatan Banyuanyar, Probolinggo untuk melakukan penangkapan terhadap sejumlah warga desa setempat. Kepolisian resort setempat bahkan menerjunkan sekitar 300 personil guna membantu proses penangkapan maupun mengamankan lokasi. Tidak tanggung-tanggung dari aksi penangkapan yang berlangsung cepat ini, polisi akhirnya berhasil mengamankan sedikitnya 30 warga desa setempat.

Selain dari sebuah masjid, sebagian besar warga diamankan saat sedang tidur di rumahnya. Mereka selanjutnya langsung dievakuasi ke Mapolres menggunakan sejumlah kendaraan polisi dibawah pengawalan ketat petugas. Aksi penangkapan ini dilakukan kepolisian setempat menyusul kasus pembunuhan massal yang dilakukan warga desa setempat terhadap seorang warga bernama Fadli, 65 tahun karena dituduh sebagai dukun santet.

Korban ditemukan tewas mengenaskan disebuah kebun dengan kondisi kepala pecah dan sebagian tubuhnya melepuh, setelah sempat dibakar massa Minggu malam. Guna kepentingan penyelidikan, polisi telah mengamankan sejumlah barang bukti yang ditemukan dari lokasi diantaranya sejumlah pentungan dan batu yang digunakan membunuh korban. (Tommy Iskandar/Sup)

Sumber: http://www.indosiar.com/berita-terkini/87333/pembunuhan-dukun-santet-30-warga-ditangkap

Nyaris Bacokan di Jl Cokro

[ Kamis, 02 September 2010 ]

PROBOLINGGO - Iwan Krisnanto, warga Mangunharjo dan Aan, warga Kebonsari Kulon, Selasa (31/8) malam terlibat cekcok mulut dan nyaris bacokan. Pertikaian itu kontan membuat ruas Jl Cokroaminoto geger.

Beruntung, peristiwa itu cepat terendus polisi. Sebelum dua orang itu sampai terlibat kontak fisik, polisi datang. Iwan langsung digelandang ke mapolresta. Sedangkan Aan sampai kemarin (1/9) masih buron.

Dari informasi yang dihimpun Rada Bromo, pertikaian itu dipicu order ngecat motor. Ceritanya, sebulan lalu Iwan minta Aan mengecat motornya. Aan memang buka bengkel pengecatan. Aan menyanggupi pesanan itu dengan ongkos Rp 75 ribu, diselesaikan dalam 3 hari.

Tapi, sampai batas waktu yang dijanjikan, ternyata Aan belum memenuhi janjinya. Padahal, Aan telah menerima ongkosnya secara penuh dari Iwan. Aan meminta waktu dua hari lagi kepada Iwan, dan mereka pun kembali sepakat.

Dua hari kemudian, Aan memenuhi janjinya, pekerjaannya selesai. Tapi, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Iwan. Hasil kerja Aan tidak memuaskannya. Karena itulah, Iwan mengajukan komplain.

Mendapat komplain, Aan pun kembali memperbaiki hasil kerjanya. Tapi lagi-lagi hasil kerjanya belum bisa memuaskan Iwan. "Hasilnya kasar, tidak sesuai dengan janjinya," ujar Iwan, saat ditemui di SPK mapolresta.

Nah, Selasa malam itu mereka bertemu di sebuah warung Jl Cokro. Begitu bertemu, Iwan kembali meminta Aan memperbaiki cat motornya. "Kalau tidak bisa, saya minta uang saya dikembalikan," ujar Iwan.

Rupanya, Aan naik pitam. Ia langsung ngamuk dan akhirnya berlanjut cekcok mulut di antara mereka berdua. Ternyata, waktu itu Aan mengeluarkan sajam jenis pisau. Mendapati itu, Iwan pergi meninggalkan Aan yang sedang kalap.

Ternyata, perginya Iwan bukan untuk menghindar dari amukan Aan. Ia pergi ke bengkelnya yang tak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP) mengambil sabit kecil. Lalu, ia kembali menemui Aan. "Karena dia bawa pisau, saya juga ambil ini (sabit, red) untuk jaga-jaga," ujarnya.

Rupanya aksi mereka diketahui banyak warga. Mendapati itu, lalu ada warga yang melaporkan kejadian tersebut kepada polisi. Kemudian puluhan polisi merapat ke TKP. Tak hanya para anggota, terlihat juga Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto, Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto dan Kasat Samapta AKP Sugiman.

Kontan kejadian itu mengundang perhatian warga. Termasuk para pengguna jalan yang melintas di jalan tersebut. Mereka banyak yang berhenti mencari tahu apa yang telah terjadi.

Tak lama kemudian, polisi menggelandang Iwan ke Mapolresta. Tapi, tidak demikian dengan Aan. Ia berhasil melarikan diri dan masih dalam buruan polisi.

Kapolresta Probolinggo AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus I Supriyanto menyatakan, kalau Aan masih belum tertangkap. Atas perbuatannya itu Aan terancam undang-undang (UU) Darurat No 12/1951. "Ancaman hukumannya, 5 tahun penjara," jelas Kasatreskrim.

Sedangkan Iwan, meski sama-sama membawa sajam, menurut Kasatreskrim, tidak bisa diancam dengan UU tersebut. Pasalnya, sajam yang dibawanya tidak termasuk klasifikasi dalam UU tersebut. "Dia (Iwan, red) hanya mengalami luka cakar di dadanya," jelasnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=177813