Selasa, 17 Agustus 2010

BKD Siapkan Dua Tindakan

[ Selasa, 17 Agustus 2010 ]
Soal Pegawai yang Coba Bobol Kasda Rp 12,5 M

PROBOLINGGO - Penyidikan Polresta Probolinggo terhadap Rizal Nurdiansyah, staf TU di Bappeda pemkot yang mencoba membobol kasda Rp 12,5 M, terus berlanjut. Setelah ditahan sejak Jumat (13/8) lalu, kemarin (16/8) Rizal dikeler ke kantor Bappeda. Karena kasus ini Rizal terancam pemberhentian tetap.

Sekira pukul 12.15 Rizal dikeler oleh tiga orang penyidik berseragam putih hitam. Kedatangan Rizal bersama polisi kontan menjadi perhatian pegawai pemkot yang baru "turun" dari masjid kelas salat dzuhur.

Siang itu Rizal mengenakan kaos warna biru. Wajahnya nampak lesu. Bergegas polisi bersama tersangka menuju memasuki pintu gedung kantor Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) lalu ke lantai dua yang jadi kantor Bappeda.

Polisi dan Rizal kemudian masuk ke ruang tamu di ruangan kepala Bappeda. Tak lama kemudian datang Sekretaris Bappeda Sariadi menemui mereka. Setelah berbincang sejenak, Sariadi lalu mempersilahkan polisi dan Rizal masuk ke ruang sekretariat Bappeda.

Meja kerja Rizal memang kosong. Letaknya tepat di sebelah barat meja kerja Sariadi. Di ruangan tersebut polisi mencari berkas-berkas dan data. Tidak jelas apa yang mereka lakukan. Pintu ruangan pun sempat ditutup. Namun aktifitas di dalamnya masih bisa terlihat dari balik pintu kaca. Hingga lebih dari pukul 13.00 mereka masih di kantor Bappeda.

Kapolresta AKBP Agus Wijayanto melalui Kasatreskrim AKP Agus Supriyanto menyatakan, penyidik dan tersangka datang ke kantor Bappeda untuk mencari bukti-bukti. "Polisi kan terus berusaha mengumpulkan bukti untuk menjerat tersangka. Memang, sudah cukup bukti dan telah ditetapkan sebagai tersangka," katanya.

Menurutnya, polresta berupaya maksimal. "Sementara belum menemukan bukti lain, kami hanya menyita laptop terdakwa di kantornya," ujar kasat yang menegaskan saat ini masih mengejar apakah ada tersangka lain dalam kasus tersebut.

Diketahui, 9 Juni lalu kasda pemkot Probolinggo nyaris dibobol Rp 12,5 M oleh Rizal. Ia mencoba mencairkan dana untuk plafon anggaran belanja modal konstruksi jalan dari Bank Jatim. Pelaku mengajukan SP2D (surat perintah pencairan dana) ke kas Bank Jatim di DPPKA, Rp 12,5 M. Padahal untuk anggaran belanja itu kasda hanya menyediakan dana sebesar Rp 7.723.113.000.

Kecurigaan petugas Bank Jatim muncul setelah berkoordinasi dengan pihak kasda. Ternyata SP2D itu palsu. Setelah pihak Inspektorat melakukan investigasi, kasus itu dilaporkan polisi.

Polisi pun bergerak. Setidaknya 7 saksi telah diperiksa. Pekan lalu polisi juga menyita rekaman CCTV yang terpasang di loket kasda di bank tersebut. Rekaman CCTV itu, disita sebagai bukti pendukung. Jumat (13/8) Rizal diperiksa selama 12 jam dan akhirnya ditahan.

Kepada wartawan yang menemuinya Sabtu (14/8), Rizal mengaku hanya coba-coba mencairkan duit tersebut. Ia juga sengaja membuka rekening di Bank Jatim menggunakan KTP atas nama Didik Rizal untuk melancarkan aksinya. Namun aksi coba-coba itu justru menjerumuskannya sebagai pelaku kriminal karena melanggar pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen ancaman hukuman 6 tahun penjara.

Lalu bagaimana dengan nasib kepegawaian Rizal Nurdiansyah? Rizal bukan warga asli Probolinggo, ia berasal dari Bandung. Tahun 2006 silam dia diangkat menjadi CPNS (calon pegawai negeri sipil) di pemkot Probolinggo. Informasinya, sudah beristri, juga PNS, dan telah dikaruniai seorang anak.

Karir Rizal harus terjegal karena ulahnya sendiri. Tahun ini tepatnya bulan April lalu, dia sudah naik pangkat dari II A ke II B. Perjalanan karirnya di birokrasi akhirnya hancur. Lelaki yang dikenal sopan, baik dan pandai di lingkungan kerjanya itu terancam dipecat.

Kabid Pembinaan dan Pengembangan Pegawai di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Prijo Djatmiko mengatakan atas kasus tersebut BKD bakal mengambil dua tindakan. Namun tindakan tersebut belum dilaksanakan karena BKD belum menerima surat penangkapan dan penahanan dari kepolisian.

"Mungkin sudah dikirimkan ke wali kota tetapi tembusannya belum sampai pada kami. Ada dua tindakan yang akan kami ambil, pemberhentian sementara yang segera kami persiapkan dan pemberhentian tetap," ujar Prijo.

Dua tindakan tersebut berdasarkan PP nomor 4 tahun 1996 tentang pemberhentian atau pemberhentian sementara pegawai negeri. Pasal 4 ayat 1 intinya menyatakan pegawai negeri bisa dikenai pemberhentian sementara bila melakukan pelanggaran akan dibayar gaji 50 persen dari gaji pokok yang diterima terakhir.

Untuk kasus Rizal, kepadanya bakal dikenai pemberhentian sementara hingga ada putusan hukum tetap (incraht) dari pengadilan negeri. "Kemudian ada proses selanjutnya. Kalau ancaman hukuman di atas empat tahun sesuai dengan PP nomor 32 tahun 1979 tentang pemberhentian PNS, dia bisa diberhentikan," tuturnya.

Aturan pemberhentian itu tertuang dalam bagian keempat bahwa PNS bisa diberhentikan dengan tidak hormat karena melakukan pelanggaran atau tindak pidana atau penyelewengan. Sementara pasal yang dijerat kepada tersangka Rizal, pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen ancaman hukuman 6 tahun penjara.

"Kami (pemerintah) secara internal memiliki pertimbangan-pertimbangan juga. Kami punya tim internal. Proses pidana tetap jalan, di bidang administrasi kepegawaian juga tetap berjalan sambil menunggu putusan PN," imbuh Prijo.

Tim yang dimaksud adalah, sesuai PP 53 tahun 2010 tentang disiplin PNS. Mekanismenya satker (yang anak buahnya bermasalah) membuat tim dengan melibatkan unsur pengawasan (inspektorat) dan kepegawaian (BKD).

Terjadinya peristiwa ini membuat bagian kepegawaian geleng-geleng kepala. "Kami prihatin juga ya. Untuk saat ini pembinaan-pembinaan sudah dilakukan secara berkala, dipimpin sendiri oleh sekda. Kami juga turun ke lapangan, ada imbauan dari wali kota, ada pencanangan tahun 2005 sebagai tahun disiplin. Itu yang harus diperhatikan oleh semuanya (pegawai) agar melaksanakan tugas sesuai aturan," kata lelaki berkacamata itu.

Tetapi semua itu kembali kepada personal atau pribadi masing-masing, lanjut Prijo, apakah mau bekerja sesuai kebijakan yang berlaku atau tidak. Karena kedisiplinan itu berasal dari dalam diri seseorang. Apabila tidak mau menjalankan kebijakan pasti muncul penyimpangan-penyimpangan.

Prijo juga mengimbau kepada seluruh pegawai di lingkungan pemkot supaya tidak main-main. "Sekarang susah menjadi CPNS, jangan main-main dengan nasib karena akan merusak karir. Kerja sesuai aturan yang ada, beri pelayanan terbaik pada masyarakat," katanya mengimbau. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=showpage&rkat=4

14 Pelajar Tersangkut Dextro

[ Selasa, 17 Agustus 2010 ]

KRAKSAAN - SMKN 2 Kraksaan bersikap keras untuk menangkal dan menjauhkan murid-muridnya dari penyalahgunaan obat terlarang. Termasuk penyalahgunaan pil Dextro. Jumat (13/8) lalu sekolah ini menggelar razia. Hasilnya, ditemukan ada 1 paket pil Dextro.

Razia dilakukan setelah pihak sekolah mendapat informasi dari masyarakat sekitar. Yakni ada peredaran Dextro yang sampai ke pelajar. "Katanya dari orang luar (sekolah), Mas," ujar sumber yang tak mau namanya dikorankan.

Berdasar itulah, pihak sekolah langsung bergerak cepat. Meski belum tentu benar, namun razia segera dilaksanakan. Hasilnya, terbukti memang ada siswa pemakai Dextro berikut dengan alat bukti. Namun siswa yang ditemukan hanya 3 orang.

Sabtu (14/8), 3 siswa itu dipanggil. Kali ini mereka didesak untuk mengungkap teman-temannya yang ikut mengonsumsi. Selanjutnya jumlah siswa pemakai berkembang menjdi 14 orang. Selanjutnya pihak sekolah langsung memberikan surat panggilan kepada wali murid siswa bersangkutan.

Senin (16/8), pertemuan digelar. Diikuti para siswa terkait, para wali murid, perwakilan sekolah, serta perwakilan dari Sat Reskoba Polres Probolinggo. Pertemuan itu digelar sekitar pukul 09.00.

Dalam pertemuan itu disepakati penyelesaian secara internal. Para siswa tidak dikenai sanksi apapun. Mereka hanya wajib membubuhkan tanda tangan di atas kertas bermaterai. Isinya, pernyataan untuk tidak mengulangi mengonsumsi Dextro.

"Jika mengulang lagi, siswa bersangkutan maka akan dikeluarkan," ujar Hariyadi, kepala sekolah SMKN 2 Kraksaan saat ditemui di kantornya, kemarin sekitar pukul 14.30.

Hariyadi menyatakan, pihaknya sudah melangkah dengan benar. "Ada pertemuan itu. Para siswa tidak boleh mengulangi lagi perbuatannya," kata Hariyadi.

Sumber Radar Bromo mengatakan, salah satu di antara 14 siswa itu masih kerabat seorang guru. Ditanya hal itu, Hariyadi juga tak menampik. Namun Hariyadi mengatakan, siswa itu tidak diberi perlakuan khusus. "Sama seperti yang lain, juga harus tanda tangan (pernyataan)," tegas Hariyadi

Menurut Hariyadi, dari 14 siswa, ada 12 siswa kelas X yang terlibat. Sedangkan 2 orang sisanya adalah kelas XII. Sementara dari kelas XI, tidak ada siswa yang terlibat. "Ini kami jadikan pelajaran agar tidak kecolongan lagi di masa depan. Apalagi kami sepertinya kok dijadikan sasaran pengedar," terang Hariyadi.

Sementara itu, Kasat Reskoba Polres Probolinggo AKP Didik Suhardi mengatakan, pemakai Dextro tak bisa dilakukan penangkapan. Sebab belum ada dasar hukum yang menguatkan. "Yang bisa ditangkap hanya pengedarnya saja," ujar Didik saat dihubungi melalui ponselnya.

Namun, bukan berarti pemakai Dextro didiamkan saja. Menurut Didik, pemakai dimanfaatkan untuk mengatakan siapa pengedar pil tersebut. "Sehingga bisa dijadikan sebagai saksi yang memberatkan (pengedar)," kata Didik.

Terkait kasus di SMKN 2, petugas menindaklanjuti dengan langsung menuju rumah pengedar. Khususnya pelaku yang diinformasikan para siswa. Namun belum berhasil ditangkap. "Sedang kami kejar. Bahkan memang sudah dalam pantauan kami," pungkas Didik. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175242

Masjid Ar-Raudlah Sediakan Takjil

[ Selasa, 17 Agustus 2010 ]

KRAKSAAN - Jamaah dan para musafir tak perlu khawatir bila hendak singgah di Masjid Agung Ar Raudlah, Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Selama Ramadan, takmir masjid menggelar acara khusus sambut berbuka, lengkap dengan takjil dan buka puasa gratis.

Dari pantauan Radar Bromo, acara dimulai dengan pembacaan surat Yasin dan Tahlil. Yakni dimulai sekitar pukul 16.45. Setelah pembacaan itu, dilanjutkan dengan kuliah jelang buka puasa. Biasanya dilangsungkan hingga waktu buka tiba.

Menurut koordinator kegiatan Ramadan di Masjid Agung Ar Raudlah Didik Abdur Rohim, kuliah itu disampaikan penceramah yang ditentukan takmir. Jumlahnya yakni 10 orang. Sehingga setiap penceramah masing-masing mengisi setiap 3 hari sekali. "Jadi bergantian. Untuk menunggu datangnya buka puasa. Juga mendapat tambahan pengetahuan dengan kuliah," tutur Didik.

Begitu masuk waktu maghrib, jamaah langsung menyantap takjil yang disajikan. Menunya bermacam-macam. Namun hampir dipastikan meliputi menu kolak, air mineral, sebungkus nasi, dan es buah, maupun buah itu sendiri.

Dikatakan Didik, kegiatan itu sudah berlangsung sejak lama. Yakni sejak sekitar 30 tahun yang lalu. "Bahkan sejak saya masih kecil," kata Didik.

Saat ini menurut Didik, jumlah paket takjil yang didapatkan sekitar 300 paket. Itu didapatkan dari masyarakat sekitar Kraksaan. Pengumpulannya dilakukan dengan cara dijemput ke setiap rumah donatur oleh tim takjil. Menurut Didik jumlahnya 20 orang. Sebelum puasa, panitia menyiapkan surat permohonan kepada masyarakat. "Lantas diedarkan sesuai jadwal yang ditetapkan panitia," ujar Didik.

Selain itu, selama Ramadan ini banyak aktivitas lain di masjid. Salah satunya, pengumpulan zakat fitrah jelang lebaran nanti. (eem/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175236

Pocong di Lomba Patrol

[ Selasa, 17 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Festival musik patrol atau pengantar sahur kembali digelar oleh Ponpes Zainul Hasan (Zaha) Genggong, Minggu (15/8) malam. Festival musik pengantar sahur (MPS) itu membuat jalanan di Pajarakan yang jadi rute lomba dipadati manusia.

Acara dalam rangkaian peringatan Nuzulul Qur'an dan haul almarhum Nyai Hj Himami Hafshawaty itu mulai digeber sekitar pukul 21.30. Selain warga, pengasuh ponpes Zaha KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah dan Gus Haris, serta beberapa pejabat juga hadir menyaksikan acara tersebut.

Gelaran MPS itu diikuti oleh 70 peserta dari Kabupaten dan Kota Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Sebelum berjalan menempuh jarak sekitar 3 km, dari halaman masjid Assuhudiyah menuju ponpes Zaha, masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk beratraksi.

Ada waktu sekitar 2 menit bagi mereka untuk beratraksi. Para peserta pun dengan antusias membunyikan alat musiknya. Meski dengan alat seadanya, semacam galon, kaleng bekas, timba, jerigen, dan yang terbanyak adalah kentongan bambu.

Berbagai upaya dilakukan para peserta untuk menarik perhatian penonton. Seperti yang dilakukan oleh peserta asal SMPN 1 Kraksaan. Mereka tampil dengan dandanan yang serem. Seluruh pesertanya berbusana ala pocong dan kuntilanak.

Kontan, aksi mereka cukup mengundang perhatian penonton. Utamanya, banyak anak kecil yang langsung mundur dan memeluk ibunya erat-erat. Pasalnya, mereka takut dengan penampilan pocong mendadak itu. "Wah, katanya setan dibelenggu. Lho, ini kok masih ada berkeliaran di sini," ujar salah seorang penonton.

Dalam kesempatan itu, pemandu dari SMPN 1 Kraksaan menyatakan kalau pocong-pocong itu hendak mengingatkan kalau semua akan jadi pocong alias akan mati. "Nanti kalau tidak puasa akan menjadi pocong yang bergentayangan," teriaknya.

Penampilan berbeda juga dibawakan oleh SMAN 1 Dringu. Bila kelompok lain mayoritas laki-laki, kelompok ini pesertanya adalah perempuan. Tak ayal, mereka pun mengundang komentar penonton.

"Kalau cewek-cewek begitu yang membangunkan. Benar-benar bangun, tapi entah apanya yang bangun. Bisa-bisa yang patrol juga tidak kembali," ujar seorang penonton.

Tak hanya muda-mudi, kaum tua juga turut tampil dalam ajang tahunan itu. Mereka adalah kelompok patrol dari Bondowoso yang menamakan diri Ki Burdah. Penampilan mereka memang beda dengan kelompok lainnya. Selain anggotanya sudah sepuh-sepuh, mereka juga tak membawa kentongan.

Ditemui di sela-sela acara, Gus Haris yang jadi ketua panitia mengatakan kalau acara tersebut merupakan serangkaian dengan acara Nuzulul Qur'an yang dikemas dengan nama Lailatul Qira'ah. "Lailatul Qiraahnya, akan digelar Kamis (19/8), ba'dah tarawih. Bertepatan dengan halnya Nyai Hj Himami Hafshawaty," ujarnya.

Gus Haris juga menyatakan, terima kasih dan apresiasi yang sedalam-dalamnya kepada seniman almarhum Trombol alias Soepinto Basuki. Menurutnya, semasa masih hidupnya, Trombol telah banyak terselenggaranya acara tersebut. "Pak Trombol, telah banyak membantu kami," ujarnya.

Sementara kiai Mutawakkil mengatakan, acara tersebut selain syi'ar Islam juga bertujuan untuk melestarikan budaya lokal. Menurutnya, dengan adanya acara tersebut masyarakat bisa memetik manfaatnya. "Dalam rangka mensyiarkan syariat Islam, yaitu ibadah sahur. Karena dalam sahur itu ada barokah," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175235

Sudarmin Cs Tak Dapat Remisi

[ Selasa, 17 Agustus 2010 ]
Di Rutan Kota, 15 Napi Bebas

KRAKSAAN - Remisi memperingati HUT ke-65 Kemerdekaan RI bagi narapidana di Rutan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo akan diberikan siang ini. Yang menarik, mulai tahun ini narapidana untuk kasus korupsi dan teroris tidak mendapat remisi.

Di Rutan Kraksaan sendiri ada empat napi yang tergolong bagian ini. Termasuk, Sudarmin Cs yang divonis korupsi. Karena itu, mereka tidak mendapat remisi.

Ini berbeda dengan penegasan Kepala Rutan Kraksaan Krismono, dua hari lalu (15/8). Krismono sempat mengatakan, Sudarmin Cs juga mendapat remisi. Padahal surat Kementerian Hukum dan HAM tentang remisi umum mengecualikan remisi bagi terpidana korupsi dan teroris.

"Ada yang keliru, saya kemarin sudah ragu-ragu," kata Krismono saat ditemui di kantornya. "Jadi yang benar, Sudarmin Cs tidak mendapat remisi. Sebab tidak ada aturannya. Ini (pernyataan kemarin) bukan dianulir ya. Itu murni salah ucap saja. Untungnya sampean ke sini. Jadi bisa saya luruskan sekarang," imbuh Krismono.

Meski demikian kata Krismono, Sudarmin sedang diajukan untuk mendapat pembebasan bersyarat (PB). Sebab, Sudarmin memenuhi syarat. Yakni syarat substantif dan syarat administratif. "Jadi bisa diajukan permohonan," katanya.

Namun, surat keputusan PB Sudarmin belum keluar. Krismono mengaku tak tahu kapan surat tersebut akan keluar. Menurutnya, ada beberapa tahap yang harus diselesaikan untuk pengajuan tersebut. "Aturannya cukup jelas," katanya.

Pertama, pengajuan PB hanya bisa dilakukan pada narapidana yang dipidana di atas 1 tahun penjara. Sementara Sudarmin dipidana selama 1 tahun 6 bulan penjara. Selanjutnya kata Krismono, narapidana tersebut harus sudah menjalani dua pertiga masa penjara.

Selain itu, narapidana tak memiliki catatan perkara lain. Pembuktiannya melalui surat keterangan dari kejaksaan negeri. "Itu namanya secara administratif. Untuk yang ini, Bapak Sudarmin memenuhi syarat," kata Krismono.

Sementara yang kedua adalah syarat substantif. Dikatakan Krismono, narapidana harus berkelakuan baik selama masa tahanan. Termasuk menjalankan kewajibannya sebagai warga binaan.

Syarat itu ditambah dengan adanya penelitian pemasyarakatan (litmas) yang dilakukan Badan Pemasyarakatan (Bapas) Malang. "Nah. Syarat yang ini (Sudarmin) juga masuk. Jadi SK-nya tunggu waktu saja. Karena masih diajukan ke Kemenkumham," ujar Krismono.

Lebih detail, Krismono lantas mengantarkan Radar Bromo ke Plh Kasubsi Pelayanan Rutan Fathur Rosi. "Beliau bisa lebih detail menjelaskan," kata Krismono.

Menurut Rosi, saat ini ada 4 narapidana kasus korupsi di Rutan Kraksaan. Yakni Ifdol Furaihan, terpidana kasus P2SEM; H. Sudarmin, Sanemo, dan Didik Sundojo. Ketiganya kasus korupsi dana bantuan angin puting beliung di Desa Sapeh, Lumbang. "Awalnya Sudarmin cs itu 5 orang. Tapi 2 orang dipindah ke Rutan Kota," kata Rosi.

Dikatakan Rosi, 4 orang selain Sudarmin diputus 1 tahun penjara. Sehingga tidak diajukan PB. Namun diajukan cuti bersyarat (CB). Bedanya dengan PB, CB diperuntukkan bagi narapidana di bawah masa kurungan 1 tahun. "Ini sudah mendapat putusan semua. Termasuk dua napi di Rutan Kota. Kasus P2SEM (Ifdol) juga dapat CB. Masing-masing 3 bulan," pungkasnya.

Sementara itu, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kota Probolinggo juga memberikan remisi hari ini pada 151 napi. Para napi yang mendapatkan remisi ini adalah mereka yang sudah menjalani hukuman minimal 6 bulan. "Kalau belum 6 bulan, belum bisa dapat remisi," jelas Djodi.

Jumlah remisi pun tidak sama. Ada yang hanya mendapat remisi 1 bulan, ada pula yang mendapat 5 bulan. Jika dirinci, remisi itu terbagi menjadi dua. Yakni 136 napi mendapat remisi umum I dan 15 napi mendapat remisi umum II alias bebas. Satu dari 15 napi yang bebar adalah perempuan. Yakni, Halimah bin Yanto, warga Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan yang dilapaskan karena terlibat kasus pil Dextro.

Lalu dari 136 napi itu, ada dua napi yang mendapat remisi doble, karena jasa dan kelakukan mereka selama di lapas. Dua napi itu adalah Manisun Hafit dan Totok Subekti bin Panut. Sebagaimana tercantum dalam surat Kementrian Hukum dan HAM No : W.10-1838-PK.01.01.02. Tahun 2010.

Surat berisi pemberian remisi umum itu ditandatangani Kepala Kanwil Hukum dan HAM Jatim Sihabudin. "Remisi itu akan kami umumkan besok (hari ini, Red) sekitar pukul 12.00," jelas Kasi Bimbingan Napi/Anak Didik dan Kegiatan Kerja, Djodi Satriyo.

Lebih jauh dikatakan Djodi, saat ini Lapas kota berisi 276 napi. Tapi yang mendapat remisi hanya 151. Jadi ada 116 yang tidak mendapat remisi.

Mereka yang mendapatkan remisi kali ini tidak ada satupun yang berstatus terpidana kasus narkoba. Tapi menurut Djodi, para napi yang terlibat narkoba masih diajukan untuk mendapatkan remisi. "Sudah kami ajukan juga. Dan sekarang masih proses. Itu sudah kami usulkan ke kanwil yang akan diteruskan ke pusat," jelasnya.

Umumnya mereka yang mendapat remisi itu adalah pelanggar UU Nomor 23/2003 tentang Perlindungan Anak. Tertinggi kedua, yakni mereka yang terlibat dalam tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan. Sedangkan terbanyak ketiga adalah kasus pencurian.

"Ini (napi yang terlibat kasus pencurian) banyak yang sudah berulang kali melakukan. Ada yang 4-5 kali, tapi mereka rata-rata pindahan dari Rutan Medaeng (Surabaya)," jelas Djodi. (eem/rud/hn)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175233

Panen Terganggu Cuaca

[ Senin, 16 Agustus 2010 ]
DRINGU - Saat ini sudah masanya bagi para petani bawang melakukan panen raya. Seperti yang dilakukan para petani bawang di Kecamatan Dringu. Sayang, tak semua petani bawang mendapat hasil memuaskan.

Kemarin di Dringu ada beberapa petani sibuk mengangkuti hasil panennya dengan kendaraan bak terbuka. Hasil panen itu kemudian diangkuti langsung ke pasar bawang di Dringu.

"Ya hari ini sudah panen," jelas Sukur salah satu petani bawang di desa Taman Sari, Dringu. Sukur mengaku mendapatakan hasil panen sekitar 4 ton dari lahan seluas sekitar 400 meter persegi.

Hal senada juga diungkapkan, Mat, 45, petani bawang lainnya. Kali ini ia berhasil memanen sekitar 4 ton. Luas lahannnya pun tidak jauh berbeda dengan luas lahan milik Sukur.

Namun, yang berbeda adalah penjualan hasil panen. Ada yang langsung menjualnya di pasar bawang di Dringu. Ada juga yang memilih menjualnya pada pengepul.

Mat termasuk golongan petani yang menjual langsung hasil panennya ke pasar bawang. Kemarin dengan menyewa dua buah mobil bak terbuka, Mat langsung membawa bawang-bawang yang dipanennya hari itu.

Tetapi Mat belum tahu berapa pasaran harga bawang yang berlaku kemarin. "Itu lihat dari harga di pasar bawang," jelas Mat.

Yang jelas, pada masa panen Juni lalu, harga bawang per kuintal mencapai Rp 1,8 juta. Dari itu Mat punya perkiraan, sekarang harga jual bawang per kg mencapai Rp 8 ribu. "Mungkin 8 ribu per kg," terang Mat.

Hasil panen bawang musim ini terbilang bagus. "Ini bawangnya besar-besar," terang Aris, petani lainnya. Beda dengan hasil panen Juni lalu, saat hujan masih turun dengan intensitas tinggi.

Sayangnya, di masa panen saat ini tetap saja ada petani bawang merah yang kurang beruntung. Hasil panennya terganggu hujan yang turun tak menentu. Seperti yang dialami Rofli, warga desa Sumberagung, Dringu. "Ini faktor cuaca, jadi panen saya gagal," katanya kemarin.

Ia memperikirakan sekitar 4 ton tanaman bawangnya gagal dipanen. Buahnya rusak karena hujan. "Di bawangnya itu jadi busuk, gara-gara kondisi hujan yang tidak bisa diprediksi.," jelasnya

Menurutnya, yang mengalami gagal panen tidak hanya dirinya. Ada juga petani senasib dirinya di Desa Sumber Klidung, dan Ngepoh. " Bagaimana lagi? Ini cuaca yang tidak bisa diprediksi," kata Rofli. (d7x/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175053

Pengunjung Bentar Merosot

[ Senin, 16 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Memasuki Ramadan, tempat wisata Pantai Bentar di Kabupaten Probolinggo terimbas. Kunjungan wisata di Pantai Bentar merosot tajam.

Hal itu seperti yang terlihat kemarin siang (16/8). Meski Minggu, obyek wisata yang terletak di kecamatan Gending itu nampak lengang. Saat itu tidak terlihat satu pun fasilitas mainan di pantai Bentar seperti kereta api mini maupun sepeda angin yang beroperasi. Segelintir pengunjung hanya terlihat di pojokan-pojokan anjungan.

Rata-rata pengunjung Bentar siang kemarin didominasi oleh pasangan muda-mudi yang sedang kasmaran. "Saya puasa mas. Mumpung libur, jadi nunggu buka sambil jalan-jalan ke sini," kata Solekan, yang mengaku berasal dari Banyuanyar.

Meski bulan puasa, beberapa pasangan itu bisa leluasa berduaan. Bergandengan tangan, berjalan di anjungan, dan menikmati pemandangan pantai Bentar.

"Hari ini memang sepi. Mulai pagi sampai sekarang (sekitar pukul 12.00) pengunjungnya tidak sampai 20 orang. Pengunjung hampir sama dengan petugasnya," ujar salah satu petugas yang mewanti-wanti agar namanya tidak dikorankan.

Menurut petugas itu, suasana pantai yang dibangun pemkab Probolinggo itu sudah sepi sejak memasuki awal bulan puasa. Setiap harinya, jumlah pengunjung bisa dihitung dengan jari. Termasuk saat hari libur seperti Minggu kemarin.

Kalau biasanya pengunjung Bentar pada hari Minggu mencapai ratusan, siang kemarin hingga pukul 12.00, pengunjungnya tidak sampai 20 orang. "Jumat (13/8) kemarin tambah lebih parah lagi. Kondisi seperti ini (sepi saat bulan puasa) memang sudah menjadi langganan saat puasa," ujar petugas itu.

Beberapa pedagang kaki lima yang biasanya banyak berjualan di pantai pun juga hampir semuanya tutup saat bulan puasa. Hanya ada beberapa yang masih buka. "Kebanyakan menghormati bulan puasa," ungkapnya.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) sebagai pengelola Pantai Bentar sendiri juga tidak tinggal diam dengan kondisi tersebut. Kepala Disbudpar Tutug Edi Utomo mengatakan, pihaknya telah mengagendakan beberapa kegiatan untuk menyemarakkan pantai bentar di bulan Ramadan ini.

Selain menggelar takjil gratis setiap sore hari, pihak dinas juga sudah menyiapkan acara khusus yang digelar di Bentar saat bulan puasa ini. "Insya Allah bakal digelar lomba masa cipta menu untuk seribu orang," kata Tutug. Hasil masakan dari lomba itu rencananya bakal dibagikan kepada sekitar seribu anak yatim atau fakir miskin yang sengaja diundang. (mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175052

Tetap Ada Yang Pacaran

[ Senin, 16 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Punya alun-alun rindang macam di Kota Probolinggo memang menyenangkan. Bisa jadi tempat mencari hawa segar, apalagi di bulan Ramadan ini. Sayang, di bulan suci ini tetap masih saja ada pasangan beda jenis yang menjadikan alun-alun sebagai tempat berdua-duaan.

Dari pantauan Radar Bromo kemarin (15/8), misalnya, sekitar pukul 11.00, ada beberapa pasang muda-mudi berdua-duaan di alun-alun. Di sebelah utara sisi barat ada sepasang muda-mudi, ada juga dua pasang muda-mudi yang memilih berteduh di bawah paseban. Dan, dua pasangan berada di sisi utara sebelah timur.

Mereka asyik memadu kasih tanpa memedulikan orang-orang di sekitarnya. "Entahlah, mereka puasa atau tidak. Kalau bukan bulan puasa masih mendingan. Tapi, kalau Ramadan begini, sudah keterlaluan," ujar Nurhasan, seorang warga di sekitar alun-alun.

Saat azan dzuhur berkumandang, mereka seakan-akan tak terpengaruh. Hanya ada sebagian saja yang beranjak meninggalkan alun-alun.

Warga rupanya tak sabar juga melihat pasangan-pasangan itu. Halim, seorang warga, sampai nekat menegur mereka. Ia menghampiri pasangan yang berada di sisi utara. "Maaf, Mas. Kalau mau ngonyen (bercinta, red) jangan di sini. Lebih baik ke hotel sana. Gak tahu bulan puasa apa!" hardik Halim.

Pasangan remaja yang dihardik Halim langsung berdiri. Tanpa banyak bicara mereka kemudian meninggalkan alun-alun. "Mestinya mereka tahu diri. Masak di bulan puasa masih seperti itu. Apa tidak puasa. Toh meskipun bukan bulan Ramadan itu tetap tidak baik. Karena alun-alun itu tempat umum," ujar Halim.

Seringnya alun-alun dijadikan tempat berpacaran mengundang keprihatinan warga. Mereka berharap ada penjaga di alun-alun untuk menyeterilkan alun-alun dari perbuatan maksiat.

"Semestinya kalau mau pacaran jangan di sini. Kenapa tidak di rumahnya saja. Seharunya mereka malu," ujar Haryanto salah seorang warga kota. Ia berharap aparat keamanan lebih tegas dan memperketat penjagaan di alun-alun. "Perlu langkah tegas dari Satpol PP," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175050

Sulit, Harga pun Melambung

[ Senin, 16 Agustus 2010 ]
Mitan di Kota Probolinggo setelah Konversi

PROBOLINGGO - Setelah konversi dilakukan, warga Kota Probolinggo mulai merasakan efeknya. Minyak tanah (mitan) kian sulit diperoleh. Harganya pun melambung, mencapai Rp 7.500 hingga Rp 8.000 perliter.

"Untuk mendapatkan minyak tanah sulitnya minta ampun. Kalau pun ada, harganya mahal. Sekarang bisa mencapai Rp 7.500 - Rp 8.000 per liter," ujar Mila, warga Jl Letjen Sutoyo, Kota Probolinggo, kemarin.

Mila mengatakan untuk mendapatkan 10 liter mitan, dirinya harus keliling kota. Padahal, hal itu tidak pernah terjadi selama ini. Menurutnya, makin melambungnya harga dan sulitnya mitan itu, terjadi sejak sekitar sepekan lalu. "Kata pengecernya, harga mitan mahal karena termasuk non-subsidi," ujar guru TK itu.

Mengapa tidak pakai gas? Mila mengaku masih merasa takut pada kejadian-kejadian ledakan tabung gas yang selama ini banyak diwartakan. "Lebih baik pakai minyak tanah. Meski harganya mahal tapi kan aman," kata Mila.

Afna, warga Kelurahan Tisnonegaran Kecamatan Kanigaran, mengungkapkan hal yang sama. Ia mengaku paket konversi yang diterimanya sekitar sebulan lalu belum dimanfaatkan sampai saat ini. "Lebih baik saya memasak menggunakan kompor minyak atau kayu bakar," ujarnya.

Sulastri warga Kelurahan Katapang Kecamatan Kademangan mengatakan, untuk mendapatkan minyak sesuai dengan HET (harga eceran tertinggi) perlu mengantre. Tapi, bila tak mau mengatre harus rela mengeluarkan uang lebih banyak. "Sejak sekitar seminggu lalu, harga minyak tanah naik. Kalau beli kepada pengecer harganya mahal, bisa sampai Rp 8.000 perliter," ujarnya.

Menurutnya harga sedemikian itu sangatlah memberatkan. Tapi, karena butuh, berapapun harganya mitan tetap dibeli. "Dengan harga segitu saja minyaknya tidak selalu ada. Kalau sudah ada harus antri," jelasnya.

Selain Sulastri, ada Tari warga Kelurahan Jati Kecamatan Mayangan. Tari menyatakan sejak sepekan lalu dirinya harus mengelurkan duit sampai Rp 8.000 untuk seliter mitan. "Itu kami dapat dari pengecer, karena sudah tidak ada lagi," ujarnya.

Tari mengaku tahu kalau harga eceran normalnya hanya Rp 3 ribu. "Kalau beli ke pangkalan tidak sampai semahal itu, tapi karena membeli kepada pengecer harganya jadi mahal," ujarnya.

Sejumlah pangkalan dan pengecer mitan mengaku saat ini hanya mendapat pasokan mitan dalam jumlah kecil. "Sabtu (7/8) lalu saya dipasok agen hanya 1 drum. Dan itu langsung habis, tidak sampai satu hari," ujar salah seorang pemilik pangkalan mitan yang menolak namanya dikorankan.

Menurutnya, karena yang dipasok agen termasuk mitan bersubsidi, terpaksa tetap menjual dengan harga Rp 4.500 per liter. "Sampai sekarang pasokan mitan belum juga datang. Padahal, sudah banyak warga yang bertanya kapan mitan datang," ujarnya kemarin.

Sementara itu, salah seorang karyawan di salah satu agen mitan di Kota Probolinggo, mengatakan hingga kini masih memasok mitan bersubsidi. Dan, itu akan berlangsung hingga sekitar 12 September mendatang. "Pertamina mengatakan, mitan bersubsidi masih terus dipasok hingga 12 September 2010 mendatang," ujarnya.

Tapi, ia juga mengakui kalau kiriman mitan kian menipis, sehari-harinya pihaknya hanya dijatah 1 tangki ukuran 5.000 liter. Mitan sebanyak itu dikirimkan ke tiga kecamatan di Kota Probolinggo. "Untuk Kecamatan Mayangan dan Wonoasih tidak ada jatah mitan bersubsidi lagi," jelasnya.

Sesuai petunjuk dari Pertamina, menurutnya, mitan bersubsidi akan ditarik pelan-pelan dari pasaran. Itu, supaya masyarkat tidak kaget dengan makin melambungnya harga mitan. "Setelah itu (12/9), kalau ada ya mitan non-subsidi," ujarnya. (rud/yud)

Sumber: http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=175049