Jumat, 20 Agustus 2010

Penduduk Kota Tambah 25.445 Jiwa

[ Jum'at, 20 Agustus 2010 ]
Di Kabupaten Bertambah 90.403 Jiwa

PROBOLINGGO - Bagaimana hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 yang dilakukan Maret lalu? Di Kota Probolinggo, dibanding SP 2000, ada pertumbuhan jumlah penduduk 25.445 jiwa. Sedangkan di Kabupaten Probolinggo ada pertumbuhan sampai 90.403 jiwa. Dan jumlah perempuan masih lebih banyak dibanding lelaki.

Badan Pusat Statistik (BPS) kini memang sudah mengantongi hasil SP 2010. Tapi, data hasil cacah penduduk itu disebut masih data sementara.

Dikatakan sementara, menurut Kepala BPS Kota Probolinggo Burhanuddin, karena pengolahan data belum 100 persen selesai. BPS masih harus menunggu pengolahan data di provinsi Jawa Timur. "November mendatang bakal dibreakdown secara resmi," kata Burhanudin saat ditemui Radar Bromo, Rabu (18/8).

Berdasar data sementara itu, penduduk Kota Probolinggo saat ini mencapai 216.967 jiwa. Terdiri atas 106.812 laki-laki dan 110.155 perempuan. Pada SP 2000, jumlah penduduk kota masih 191.522 jiwa. Artinya, selama sepuluh tahun ini terjadi pertambahan penduduk 25.445 jiwa.

Lalu, dari SP 2010 diketahui juga, dengan luas wilayah kota sekitar 56,667 km2 yang didiami 216.967 orang, rata-rata tingkat kepadatan penduduk kota sebanyak 3.829 orang per km2.

Sedangkan sex ratio sebesar 97 yang artinya penduduk perempuan lebih besar dibanding penduduk laki-laki. Atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Kedopok sebesar 100 dan yang terkecil di Kecamatan Kademangan sebesar 95.

Untuk laju pertumbuhan penduduk Kota Probolinggo per tahun selama 10 tahun terakhir (2000-2010) sebesar 1,33 persen. Ditinjau dari masing-masing kecamatan, laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kademangan adalah yang tertinggi, yakni 2,07 persen.

Sedangkan laju terendah di Kecamatan Mayangan 0,81 persen. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kedopok menempati urutan kedua dari sebesar 1,86 persen disusul Kecamatan Wonoasih 1,35 persen dan Kecamatan Kanigaran 1,13 persen.

Soal persentase pertambahan penduduk, Kecamatan Kademangan adalah yang tertinggi yakni sebesar 6.852 jiwa atau 26,93 persen dari total pertambahan penduduk Kota Probolinggo. Disusul kemudian Kecamatan Kanigaran sebesar 5.553 jiwa atau 21,82 persen, Kecamatan Kedopok 4.766 jiwa atau 18,73 persen, Kecamatan Mayangan 4.516 siswa atau 17,75 persen dan terencah Kecamatan Wonoasih sebesar 3.758 jiwa atau 14,77 persen.

Menurut Kepala BPS Burhanuddin, data Kependudukan dan Catatan Sipil (capil) dan hasil SP 2010 dinyatakan sebanding. Data dari kependudukan jumlah penduduk sebanyak 217.501 jiwa (109.636 perempuan dan 107.865 laki-laki). "Datanya hampir sebanding. Metodologi sensus yang kami gunakan berbeda dengan capil. Saya tidak tahu cara capil seperti apa, kalau kami door to door," ujarnya.

Apa yang membuat pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kademangan jadi yang tertinggi? Burhanudin menganalisa, karena wilayah selatan kota itu sudah banyak perumahan padat. "Di Kademangan itu paling meningkat karena banyaknya pengembangan perumahan, banyak kelahiran dan kecilnya angka kematian di sana," jelasnya.

Di Kabupaten Probolinggo, dalam sepuluh tahun terakhir ada pertumbuhan penduduk hingga 90.403 jiwa. Atau ada peningkatan 0,87 persen dibanding hasil SP 2000.

Pada SP 2000 lalu jumlah penduduk di Kabupaten Probolinggo mencapai 1.004.967. Yang terdiri dari 493.192 laki-laki dan 511.775 perempuan. Sedangkan berdasar data sementara hasil SP 2010 jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo naik menjadi 1.095.370.

Rinciannya, 534.264 warga lelaki dan 561.108 warga perempuan. Kepadatan penduduknya mencapai 646 orang per km2. "Meningkat 7 persen," kata Kepala BPS Kabupaten Probolinggo Sutomo bin Sumadi.

Menurut hasil SP 2010, Kecamatan Paiton saat ini tercatat memiliki jumlah penduduk terpadat, mencapai 68.904 jiwa. Sedangkan Kecamatan Kraksaan yang jadi ibu kota kabupaten, berada di peringkat dua dengan jumlah penduduk mencapai 65.622 jiwa. Disusul Kecamatan Tongas yang jumlah penduduknya mencapai 63.530 jiwa.

Tapi, untuk laju pertumbuhan, Kraksaan berada di puncak klasemen, yakni mencapai 1,40 persen. Kecamatan Paiton menguntit di urutan kedua dengan laju pertumbuhan 1,22 persen. Kecamatan Sukapura tercatat sebagai daerah dengan laju pertumbuhan terendah dengan angka 0,16 persen.

Bagaimana dengan sex ratio? Tak beda dengan di Kota Probolinggo, pertumbuhan penduduk wanita di Kabupaten Probolinggo juga lebih tinggi dibanding pria. Sex ratio-nya 95. "Artinya di tiap 100 wanita, ada 95 penduduk laki-lakinya. Data SP memang menunjukkan wanita lebih banyak dibanding laki-laki," jelas Sutomo.

Hasil SP 2010 itu menurut Sutomo saat ini sudah dikirimkan ke presiden. "Follow up-nya hasil SP itu akan dikirim ke semua departemen di pemerintahan. Itu (hasil SP) akan dijadikan sebagai acuan terbaru. Misalnya untuk pengembangan dan pembangunan suatu daerah," bebernya.

Tetapi hasil SP itu belum merinci scara detail. Hasil SP yang sudah diterima presiden itu dikatakan Sutomo belum detail. Masih bersifat global. Nantinya hasil lebih rinci akan dikirim selanjutnya.

Update Data Kemiskinan

Bila ada data baru jumlah penduduk hasil SP 2010, bagaimana dengan data jumlah penduduk miskin? Apakah juga ada data terbaru soal angka kemiskinan. Ternyata, walau jumlah penduduk didasarkan hasil SP 2010, data kemiskinan bakal masih tetap didasarkan pendataan program perlindungan sosial 2008.

Kepala BPS Kota Probolinggo Burhanuddin saat ditanya soal data terbaru angka kemiskinan di kota menyatakan masih belum tahu pasti. Saat ini sedang ada updating data itu, berdasar perintah gubernur Jatim.

"Sekarang kami sedang updating data kemiskinan. Petugasnya dari kelurahan, 1 kelurahan 1 orang. Dimulai bulan ini sampai Oktober sesuai perintah Gubernur Jawa Timur. Kami memiliki data tahun 2008 lalu," ungkapnya.

Nah, menurut pendataan program perlindungan sosial 2008, jumlah rumah tangga terbagi menjadi tiga. Yaitu, sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Rumah tangga sangat miskin di Kota Probolinggo mencapai 1.415, rumah tangga miskin 2.838 dan rumah tangga hampir miskin 4.033.

"Penghitungan kami rumah tangga, bukan KK (kepala keluarga). Karena pendataannya langsung ke dapur, kalau dapur dipakai 1 keluarga yang berarti 1 rumah tangga," ujarnya. Tahun 2011 sekitar bulan September atau Oktober BPS bakal ada update data kemiskinan secara nasional.

Hal serupa diungkap Kepala BPS Kabupaten Probolinggo Sutomo bin Sumadi. Untuk angka kemiskinan, BPS masih berpatokan pada data PPLS (Pendataan Penduduk Perlindungan Sosial) yang terakhir digelar pada 2008 lalu. Pendataan itu memang dilakukan 3 tahun sekali.

Dari data PPPLS tahun 2008 lalu diketahui kalau angka kemiskinan di Kabupaten Probolinggo masih cukup tinggi. Ada 307.672 jiwa yang hidup di bawah garis kemiskinan yang berasal dari 112.955 rumah tangga (RT). Angka itu ada penurunan dibanding hasil PPPLS 2005. Tahun ini tercatat angka kemiskinan mencapai 138.381 RT. (fa/mie/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175712

Dewan Lihat Kompor Solar-Deterjen

[ Jum'at, 20 Agustus 2010 ]
PROBOLINGGO - Komisi B DPRD Kota Probolinggo langsung memberi perhatian pada ibu rumah tangga yang menggunakan solar campur deterjen sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Para anggota dewan komisi tersebut kemarin (19/8) mendatangi rumah Siti Khodijah di Jl Kiai Abdul Hamid, Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran.

Para anggota dewan yang datang saat itu adalah Ketua Komisi B, Sri Wahyuningsih bareng Wakil Ketua Komisi Agus Riyanto, dan tiga anggota. Yakni Farina Churun Inin, Syaifudin dan Eko Laksono. Sekira pukul 12.30 lima anggota dewan itu menemui Siti di kediamannya.

Saat didatangi dewan, Siti sedang tidur. Dia langsung dibangunkan keluarganya. Selanjutnya para wakil rakyat memberondong pertanyaan bak menginterogasi. Mereka menanyakan asal muasal Siti sampai punya ide menggunakan solar untuk kompornya.

Siti pun menjelaskan bagaimana ketika dia memakai solar sejak lima bulan lalu. Seperti diberitakan sebelumnya, ide itu berasal karena keterbatasan perekonomian keluarganya untuk membeli minyak tanah (mitan). Di samping harga mitan yang mahal, mitan juga sempat sangat langka di pasaran. Nah, inspirasi menggunakan solar itu muncul saat Siti sedang berada di pelabuhan.

Ia melihat sendiri nelayan kapal ada yang mencampur solar dengan mitan untuk bahan bakar. Hasilnya, kapal itu tidak terbakar dan justru bisa beroperasi. Dari apa yang dilihatnya itulah Siti akhirnya mau coba-coba sendiri di rumahnya.

Sampai lima bulan berjalan apa yang mereka khawatirkan tidak terjadi. Siti mengakui ide untuk mencampurkan deterjen ke solar lantaran ia berpikir jika detergen itu berbau wangi, jika dicampurkan ke solar maka bau solar bakal hilang.

Secara ekonomi apa yang dilakukan oleh Siti benar-benar bisa mengirit pengeluarannya. Dulu, satu liter mitan hanya bisa digunakan selama dua hari saja. Berbeda dengan solar yang bisa bertahan sampai tiga hari. Harganya pun relatif lebih murah ketimbang mitan. Solar hanya Rp 4500 seliter sedangkan mitan saat ini mencapai Rp 7.500 hingga Rp 8.000.

Tidak cukup hanya mendapat penjelasan, komisi B meminta Siti untuk mempraktikkan secara langsung. "Solarnya habis," kata Siti. Segera wakil ketua Agus Riyanto memberikan duit kepada salah seorang kerabat Siti agar berangkat ke SPBU dan membeli solar.

Dewan juga tidak segan untuk mencium bahan bakar yang sudah ada di dalam kompor. "Baunya seperti minyak tanah, persis," celetuk Agus. Anggota komisi lainnya pun ikut meneteskan cairan ke telapak tangannya dan mencium cairan tersebut.

Ketika solar sudah terbeli, Siti diminta untuk mengoplos solar dengan deterjen yang dimiliknya. Caranya pun cukup mudah, dari jirigen solar dimasukkan ke botol air mineral ukuran besar lalu dimasukkan detergen. Dikocok sampai bercampur baru kemudian dimasukkan ke kompor. "Ya itu, pokoknya sumbunya harus dilihat terus. Sumbunya mesti panjang biar apinya bagus," cetus Siti sambil praktik.

Tidak hanya mengoplos saja, Siti juga mengeluarkan panci berisi air dan dewan menunggu hingga air itu benar-benar matang melalui kompor tersebut. "Ini merupakan penemuan baru di Kota Probolinggo. Ada masyarakat sampai seperti ini berarti program elpiji pemerintah tidak berjalan dengan baik," ungkap Agus Riyanto dari PDIP itu.

Sementara itu, Sri Wahyuningsih menambahkan pihaknya sampai turun ke masyarakat dan melihat hasil temuan baru pengganti mitan, karena ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat kurang mampu. Terutama mereka yang masih takut dengan elpiji sehingga bisa menggunakan cara seperti ini.

"Agar masyarakat tidak menjerit bahwa mitan mahal dan langka. Namun harapan komisi B dengan adanya temuan alternatif mitan ini kiranya bisa ditindaklanjuti oleh pemkot melalui Diskoperindag atau mungkin sekolah-sekolah melakukan penelitian," jelas Sri.

Penelitian tersebut harus dilakukan, lanjut Sri, untuk mengetahui apakah penggunaan solar untuk kompor menimbulkan bahaya pada makanan atau keamanan terjadinya ledakan.

Dengan adanya ini program elpiji tetap jalan terus dengan segala upaya perbaikan ke depan yang dilakukan oleh pemerintah agar aman terhindar dari bahaya dan besar manfaatnya untuk masyarakat. "Oplos solar dan deterjen ini bisa menjadi solusi alternatif untuk masyarakat, terutama bagi masyarakat atau warga kurang mampu," katanya. (fa/yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175713

Ahmad Ali Sufyan Sepulang dari Pertemuan Pramuka Dunia di Kenya

[ Jum'at, 20 Agustus 2010 ]
Menyaksikan Langsung Jalannya Referendum

Ahmad Ali Sufyan, pelajar MA Model Hafshawati Ponpes Zaha Genggong Pajarakan Probolinggo Minggu (15/8) lalu baru pulang dari Kenya. Di negara itu selama 12 hari sebelumnya Ali Sufyan mengikuti pertemuan Pramuka sedunia. Berikut pengalamannya.

ABDUR ROHIM MAWARDI, Probolinggo

SUFYAN seperti sudah melekat dengan yang namanya Pramuka. Saat ditemui di sekolahnya pada Rabu (18/8) lalu, remaja 17 tahun itu juga masih mengenakan seragam Pramuka.

Hanya, bukan baret coklat yang melekat di kepalanya saat itu, melainkan kopyah putih bersih. "Ini memang ciri khas di sini. Jadi, tidak pakai baret. Ini kan pondok..." ujar Sufyan yang saat itu didampingi sejumlah guru.

Ya, Sufyan inilah yang baru pulang dari Kenya, mengikuti 13th World Scout Meet Kenya 2010. Ada sektiar 3 ribu peserta dari seluruh penjuru dunia mengikuti acara itu. Dari Indonesia ada dua orang, yakni Sufyan dan Bambang Hermansyah, 23, mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia.

Sufyan dan Bambang ke Kenya dengan didampingi Fahri Makassau asal Sulawesi Selatan. Fahri dan Bambang mengikuti kegiatan yang diadakan oleh World Organization Scout Movement (WOSM) selama 10 hari. WOSM menjalin kerjasama dengan Scout Bureau, organisasi pramuka seluruh Afrika. Sebagai pelaksana tuan rumah adalah The Kenya Scout Association.

Sufyan berangkat dari Probolinggo pada 24 Juli. Dia langsung menuju Cibubur. Selanjutnya Sufyan menginap selama 2 malam di Taman Bunga Lembaga Pendidikan Nasional Gerakan Pramuka Cibubur. Baru pada 26 Juli pukul 12.00, Sufyan berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.

Untuk ke Kenya, Sufyan berbekal uang saku Rp 5 juta. Itu bantuan dari Kwarcab Pramuka Kabupaten Probolinggo dan Nasional, plus uang pribadi. Yayasan Ponpes Zaha Genggong dan Pemkab Probolinggo membantu proses pembuatan paspor dan tiket pulang pergi pesawat.

Uang saku Rp 5 juta itu ketika ditukar dengan mata uang Kenya, silling, hanya jadi 5 ribu. Sepulang dari acara itu, uang sakunya tinggal Rp 1 juta. "Ya buat tabungan saja," kata santri asal Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo ini.

Dari Jakarta, rombongan Sufyan ke Kenya melalui Thailand. Pada 27 Juli sekitar pukul 07.00, pesawat yang ditumpangi rombongan Sufyan mendarat di Nairobi Airport, Kenya.

Rombongan itu kemudian langsung menuju lokasi Rowallan Scout Camp di Jamuhuri Park, Kibera Drive, Nairobi. Sufyan langsung berbaur dengan peserta lain. "Langsung menginap di tenda yang disiapkan panitia," tutur Sufyan.

Pada 28 Juli sore hari, kegiatan itu dibuka. Sekitar 3 ribu peserta dari 62 negara di dunia mengikutinya. Menurut Sufyan, ada juga peserta dari Malaysia dan Singapura yang ikut.

Setelah pembukaan, peserta dibagi menjadi 3 kelompok besar. Kelompok itu lantas ditempatkan di 3 provinsi. Yakni Provinsi Kaiyaba, Embu, dan Machakos. Kelompok Sufyan ditempatkan di Kaiyaba.

Lalu, kelompok-kelompok itu bergiliran mengunjungi Lord Robert Boden Powell grave, makam bapak pramuka dunia. Selanjutnya berkunjung ke daerah tempat tinggal suku primitif. "Saya lupa nama sukunya. Yang jelas ada gua besar. Namanya gua Mau-mau. Namanya unik," tutur Sufyan sambil sedikit tersenyum.

Banyak pengalaman menarik dirasakan Sufyan dari mengikuti kegiatan itu. Misalnya, ketika rombongannya diajak mengunjungi perkebunan dan pabrik kopi selama sehari penuh. Kemudian saat kegiatan lapangan terakhir, kelompok ini diajak menuju daerah yang masuk garis equator. "Mestinya di situ sangat panas. Tapi kami justru kena hujan di situ," kata Sufyan.

Di hari keenam, barulah semua kelompok kembali ke Rowallan Scout Camp. Lalu, seluruh peserta diajak bertemu dengan Presiden Kenya Emilio Mwai Kibaki, di Kota Nairobi. Persisnya di Uhuru Park. Dalam bahasa Swaheli, Uhuru berarti freedoom atau kebebasan. "Aturannya ketat, Mas. Tidak boleh ambil foto," kenang Sufyan.

Ternyata kata Sufyan, sebenarnya tujuan utama ke Uhuru Park bukan untuk bertemu Presiden secara khusus. Tapi untuk menyaksikan jalannya referendum. Presiden juga ikut di referendum tersebut. "Sangat ramai, apalagi semua dubes dari setiap negara hadir di referendum itu," tutur Sufyan.

Referendum ditempuh Kenya untuk menentukan penggunaan produk dan mata uang dollar Amerika Serikat. Presiden sendiri kata Sufyan memilih tak setuju. Ternyata pilihan itu unggul dibanding pilihan setuju. "Jadi uang dollar maupun produk Amerika tak laku di sana. Apalagi setelah referendum," kata Sufyan.

Ada dua bahasa nasional di Kenya. Yakni Bahasa Swaheli dan Bahasa Inggris. Untuk memudahkan, Sufyan menggunakan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan peserta lainnya. Menurut Sufyan, banyak warga Kenya menggunakan bahasa Inggris. Sehingga peserta tidak menemui kendala komunikasi berarti. "Orang Kenya ramah-ramah, cukup bersahabat," kata Sufyan.

Di hari ke-8 (4/8), peserta mengikuti kegiatan International Culture. Setiap negara harus menampilkan kesenian masing-masing. Sufyan dan Bambang memilih menampilkan Tari Sajojo, Sulawesi. "Ya berdua. Tapi tidak boleh ada malu di situ. Malah kita harus bangga, karena mewakili Indonesia di ajang internasional," sebut Sufyan.

Di hari ke-9 (5/8), ada International Food. Kali ini setiap negara menampilkan makanan khas. Sufyan dan Bambang memilih membuat kolak pisang. Sebab bahan bakunya mudah. "Pisang didapat dari panitia setiap hari, santannya diberi kedubes Indonesia, Budi Bowo Leksono," kata Sufyan.

Di hari ke-10 (6/8) ada kegiatan Global Development Village (GDV). Mestinya Sufyan mengikuti kegiatan yang membahas isu global warming dan perdamaian itu. Sayang, Sufyan apes. Di kegiatan bertema peace journey in Africa ini, jempol kaki kanan Sufyan terkena infeksi. Ia harus dilarikan ke rumah sakit.

Sufyan diantarkan petugas keamanan yang terdiri dari tentara nasional Kenya. Pukul 06.00 waktu setempat, Sufyan tiba di Nairobi Hospital. Meski demikian, Sufyan baru ditangani pukul 14.00. "Pelayanan rumah sakit Kenya rumit. Waktu penanganan seperti mau buat paspor," ujarnya.

Sufyan mengaku disuntik 5 kali. Suntikan keempat dilakukan di sekitar jempol. Sementara suntikan kelima, membuat dirinya sudah tak sadar. "Waktu bangun ternyata saya dioperasi. Jempol saya sudah diperban. Ternyata hanya diiris. Untungnya bukan diamputasi," kata Sufyan sambil tertawa.

Setelah kondisi membaik, Sufyan langsung kembali ke perkemahan. Di hari penutupan, Sufyan, Bambang, dan Fahri dijemput Kedubes RI untuk Kenya. "Di situ diajak menikmati bakar kambing guling," kenang Sufyan.

Yang paling berkesan bagi Sufyan adalah urusan makan. Sebenarnya panitia memberi jatah makan cukup baik. Bahkan dimanja. Namun Sufyan khawatir dengan menu panitia.

Selain pisang dari panitia, Sufyan lebih memilih membeli mie instan merek Indomie. Harganya 25 silling (sekitar Rp 25 ribu). Tapi, karena keterbatasan kondisi, mie itu bukan direbus, melainkan diremas dan ditaburi bumbu. "Lalu dimakan seperti cara makan anak kecil di desa saya," tutur Sufyan. (yud)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175714

Komisi D Bakal Klarifikasi Kemenag

[ Jum'at, 20 Agustus 2010 ]
Soal BOS Madrasah yang Tak Kunjung Cair

KRAKSAAN - Tak kunjung turunnya dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk madrasah di Kabupaten Probolinggo membuat Komisi D DPRD setempat gerah. Komisi D pun berencana mengklarifikasi kantor Kementrian Agama (Kemenag) setempat hari ini.

Husnan Taufik juru bicara Komisi D mengatakan, sebelum memutuskan untuk melakukan klarifikasi, pihaknya telah menggelar rapat internal, kemarin (19/8). "Jadi hasil keputusan rapat internal, besok (hari ini) perwakilan Komisi D akan melakukan klarifikasi ke kantor Kementrian Agama," ujarnya.

Klarifikasi itu dilakukan untuk mengetahui penyebab tersendatnya pencairan dana BOS. "Kami ingin mengetahui proses pencairan itu sampai sejauh mana? Apa saja kendala-kendalanya. Sehingga membuat dana bantuan BOS itu terlambat," jelas politisi asal Gending tersebut.

Diberitakan Radar Bromo sebelumnya, bantuan BOS untuk madrasah di Kabupaten Probolinggo terlambat cair. Dana yang terlambat dicairkan, yakni BOS periode kedua untuk bulan April, Mei dan Juni. Sementara periode pertama untuk bulan Januari-Februari-Maret sudah tuntas pada Juni.

Selain dana BOS, ada beberapa bantuan yang sampai sekarang juga belum cair. Yakni, tunjangan fungsional (TF) untuk guru dan bantuan siswa miskin (BSM) untuk murid tidak mampu.

Masalah ini sebenarnya sudah diangkat Komisi D pada 3 Agustus lalu. Saat itu Komisi D menggelar hearing dengan Kepala Kantor Kemenag kabupaten Sirajuddin.

Sirajuddin sempat menjelaskan penyebab belum cairnya beberapa bantuan. Rata-rata menurut dia, karena disebabkan oleh kendala teknis. Misalnya, beberapa sekolah masih ada yang salah administrasi. Seperti tanda tangan.

Beberapa kendala administrasi itu membuat pencairan dana bantuan tersebut tersendat. Saat itu ia menjanjikan bantuan bakal cair sebelum bulan puasa. Namun janji Sirajuddin ternyata tak terbukti.

Dua minggu pasca hearing tersebut, belum ada kejelasan tentang pencairan bantuan itu. "Karena itulah kami akan lakukan klarifikasi," beber Husnan.

Menurut Husnan, bantuan itu sangat vital bagi keberlangsungan madrasah-madrasah. Sebab, saat ini semua MI (Madrasah Ibtidaiyah) maupun MTs (Madrasah Tsanawiyah) dilarang melakukan tarikan kepada siswanya. Otomatis biaya operasional sehari-hari lembaga tersebut bertumpu pada dana BOS.

"Terlambatnya pencairan bantuan itu akan sangat dirasakan oleh lembaga-lembaga pendidikan MI dan MTs. Kami dari anggota Komisi D banyak mendapatkan keluhan dari para guru dan pengelola yayasan," keluh Husnan.

"Kalau dibiarkan terus menerus bisa-bisa lembaga pendidikan oleng. Harus ada penyelesaiannya. Sebelum nanti mengganggu pendidikan di madrasah," imbuhnya.

Sementara itu Kepala Kemenag kabupaten Sirajuddin belum berhasil dikonfirmasi Radar Bromo sampai berita ini diturunkan. Saat telepon selulernya dihubungi beberapa kali, tidak diangkat. (mie/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175715

Jelang Kasada, Tambal Jalan dengan Tanah

[ Jum'at, 20 Agustus 2010 ]
Tak Ada Anggaran, Tenaga Terbatas

TONGAS - Makin dekatnya perayaan Nyadnya Kasada suku Tengger membuat Dinas PU Bina Marga Kabupaten Probolinggo berbenah. Jalan-jalan yang berlubang sepanjang Tongas-Lumbang ditambal. Namun, penambalan bukan dilakukan dengan aspal. Melainkan dengan tanah.

Tujuannya tidak lain untuk memperlancar akses jalan dari Tongas menuju Lumbang. Sebab, akses jalan ini merupakaan salah satu jalan alternatif menuju Ngadisari, Sukapura. Tempat Nyadnya Kasada digelar pada 25-26 Agustus.

Penambalan dilakukan, karena saat ini kebanyakan jalan di daerah tersebut rusak. Jalan banyak yang berlubang dan dikhawatirkan membahayakan keselamatan pengguna jalan. "Jalan-jalan ini ditambal supaya akses jalan selama Kasada lancar," ungkap mandor jalan dari Dinas PU Bina Marga, Muali.

Kasi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, Dinas PU Bina Marga Suhardi membenarkan kegiatan tersebut. Menurutnya, penambalan dilakukan mulai kemarin (19/8). "Iya memang inisiatif saya dan mandor untuk menambal dengan cara manual."

Menurutnya, hal tersebut terpaksa dilakukan. Sebab, tidak ada anggaran untuk menambal jalan dengan aspal. "Bisa dicek ke semua pihak," tegasnya.

Masalah lainnya, yakni terbatasnya tenaga untuk memperbaiki jalan tersebut. Sehingga, waktu pengerjaan menjadi sedikit lama. "Di daerah Wringin Anom dan Purut kita hanya punya tiga tenaga," ungkap Suhardi.

Sementara waktu penambalan terbatas. Sekitar tanggal 24 Agustus nanti, penambalan harus selesai dilakukan. Sebab, Nyadnya Kasada berlangsung pada 25-26 Agustus.

Karena itu, Dinas PU Bina Marga menurut Suhardi menambah lagi tenaganya. "Kita tambah tiga tenaga dari daerah Muneng dan Sumberkare. Jadi hari ini (Kamis, Red) ada 6 orang," jelasnya.

Penambalan sendiri diawali oleh laporan warga setempat. Menurut warga, di sepanjang jalan yang berlubang tersebut sering terjadi kecelakaan. "Banyak yang jatuh akibat lubang jalan tersebut," ungkap mandor Muali. Untuk menghindari korban lebih banyak, Dinas PU Bina Marga pun menambal jalan-jalan yang berlubang.

Abdul hamid, 31, warga Desa Wringin Anom, Kecamatan Tongas membenarkan hal tersebut. Menurutnya, jalan menuju Sukapura yang melewati Tongas memang rusak parah. Bahkan, sudah memakan korban. "Banyak yang jatuh di sini (Wringin Anom, Red)," jelasnya.

Ia lantas menjelaskan, sebenarnya jalan berlubang itu pernah ditambal oleh warga setempat. "Pakai semen," ungkapnya singkat. Dengan modal swadaya penambalan tersebut dilakukan.

Namun rupanya cor-coran semen tersebut tidak bisa bertahan lama. Bahkan, jalan yang berlubang semakin bertambah. "Ya kondisinya seperti itu," jelas Abdul Hamid.

Sanusi, salah satu petugas yang menambal jalan mengatakan, jalan yang berlubang di sepanjang Tongas-Lumbang memiliki garis tengah 2 -3 meter. Dengan kedalaman 5-10 cm. Yang paling parah ada di Desa Wringin Anom, Tongas dan Desa Purut, Lumbang.

Panjang jalan yang berlubang di Desa Wringin Anom sekitar 2 Km. Sedangkan untuk daerah Purut, jalan berlubang sepanjang sekitar 1,5 Km.

Namun menurut Sanusi, saat ini DPU menambal jalan secara manual. Yakni, menggunakan tanah dan bebatuan yang diambil dari pinggir jalan. Selanjutnya tumpukan tanah di jalan berlubang tersebut diratakan dengan bantuan kendaraan yang melintas. "Truk yang lewat kami suruh lewat di tumpukan itu," ungkapnya.

Muali sendiri sebagai mandor jalan tidak bisa banyak menjelaskan mengenai penambalan dengan menggunakan tanah yang dilakukan dinasnya. "Saya hanya ditugaskan untuk menambal sementara. Hanya saja memang ini dilakukan menjelang Kasada," terangnya. (d7x/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175716

Karyawan PLTU Tewas Kesetrum

[ Jum'at, 20 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Nasib naas dialami Heri Setiawan, 35, warga Desa Kotaanyar, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo. Dia tewas gara-gara kesetrum aliran listrik di tempat kerjanya, PLTU Paiton, kemarin (19/8). Tepatnya di lokasi kerja PT TOA Paiton.

Heri sendiri adalah karyawan PT Yuris, perusahaan sub kontraktor PT TOA Paiton 3. Tugasnya sehari-hari di bidang listrik dan mekanik.

Saat peristiwa terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, korban sedang menyambung seutas kabel listrik. Namun korban tidak tahu, ternyata kabel tersebut masih dialiri listrik. Langsung saja korban menyentuh kabel tersebut. Kontan, korban langsung kesetrum.

Melihat hal itu, sejumlah rekan kerja korban langsung mematikan sakelar listrik. Tak lama kemudian, arus listrik ke kabel yang dipegang korban terhenti. Namun, korban terlanjur pingsan. Bahkan, tangan korban sudah membengkak.

Rekan korban langsung melaporkan kejadian itu ke mandor kerja. Selanjutnya, korban dilarikan ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan menggunakan ambulance. Namun sebelum tiba di rumah sakit, nyawa korban tidak bisa lagi diselamatkan. Di tengah perjalanan, korban menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Begitu tiba di rumah sakit sekitar pukul 11.00 WIB, jenazah korban langsung dibawa ke kamar mayat. Jenazah korban kemudian langsung dilakukan otopsi luar. Setelah proses otopsi, jenazah korban langsung dimandikan.

Dari informasi yang dihimpun Radar Bromo, saat terkena setrum korban sedang bekerja sendirian. Memang ada beberapa rekannya yang bisa melihat korban bekerja. Namun, jaraknya tidak terlalu dekat. Sehingga saat peristiwa terjadi, tidak ada rekan korban yang terkena setrum.

Sumber yang tak mau disebut namanya mengatakan, tidak ada masalah berarti menyangkut perangkat safety yang dikenakan korban. Menurutnya, kecelakaan itu murni terjadi karena korban kurang teliti melaksanakan tugasnya. "Buktinya arus listrik masih mengalir. Itu berarti korban tak memeriksa lebih dulu setrum sudah mati atau belum," ujarnya kepada Radar Bromo.

Sementara itu, pihak perusahaan sejauh ini bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan tersebut. Seluruh biaya kematian ditanggung PT TOA melalui PT Yuris, sub kontraktornya. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175717

GHIPPA ke Jatim, Yakin Juara

[ Jum'at, 20 Agustus 2010 ]
KRAKSAAN - Dinas PU Pengairan Kabupaten Probolinggo tengah bersiap mengikuti lomba evaluasi GHIPPA (Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air) tingkat Jawa Timur. Itu setelah GHIPPA Sumber Abadi Kabupaten Probolinggo berhasil menjuarai lomba sejenis tingkat Bakorwil III Malang.

Kepala Dinas PU Pengairan Anung Widiarto mengaku optimis bisa menjuarai lomba evaluasi itu. "Sebab perangkat yang disiapkan sudah cukup matang dan teruji," ujar Anung kepada Radar Bromo saat ditemui di kantornya, kemarin (19/8).

Dikatakan Anung, sudah kesekian kalinya Kabupaten Probolinggo meraih juara di bidang Pengairan. Bahkan pernah menjuarai lomba evaluasi tingkat nasional. Secara umum menurutnya, hampir setiap tahun Kabupaten Probolinggo menjadi juara tingkat provinsi. "Selalu tiga besar," sebut Anung.

Tahun ini lomba itu sendiri akan dilaksanakan pada September. Kabupaten Probolinggo hanya mengirimkan GHIPPA pada lomba tersebut. Sementara lomba untuk kategori HIPPA tidak ada delegasi yang dikirim. "Sebab pada bakorwil lalu hanya meraih juara kedua," kata Anung.

Lebih jauh Anung menjelaskan, GHIPPA Sumber Abadi yang dikirim saat ini berdiri pada 14 Juni 2000. Keberhasilannya disebabkan, karena kelompok tersebut sukses menerapkan pemanfaatan sumber yang ada.

"Setiap anggota GHIPPA dikenai iuran. Besarnya Rp 15 ribu per hektar. Jadi swadaya di situ cukup kuat," tuturnya. Bahkan GHIPPA bisa mandiri dari iuran anggota. Sebab dari iuran itu saja, banyak hal yang berhasil dilakukan.

Anggota GHIPPA Sumber Abadi mencakup tiga kecamatan. Yakni maron, Gending dan Banyuanyar. Sementara jumlah HIPPA yang bergabung sebanyak 11 kelompok dari 11 desa. "Sistem yang dibangun cukup kuat. Sehingga bisa memberikan kesejahteraan bagi anggota," jelas Anung.

Sementara itu, lahan yang di awasi oleh GHIPPA Sumber Abadi cukup luas. Yakni, 752 hektar. Dari luas tersebut, GHIPPA berhasil membangun saluran irigasi sekunder sepanjang 7.644 meter. Sementara saluran pembuangan sepanjang 2.323 meter.

Juga ada saluran sadap sebanyak 20 buah, gorong-gorong sebanyak 7 buah. Selain itu juga ada bangunan terjun sejumlah 26 buah. "Kemandiriannya tampak. Bahkan tampak bantuan modal dari pemerintah," kata Anung.

Selain membangun sistem, Dinas PU Pengairan kata Anung mendorong GHIPPA agar memanfaatkan potensi usaha yang ada. Sejauh ini pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah kelompok tani. Yakni petani ikan air tawar, petani batu bata, peternak itik, pembuat pupuk bokasi. "Untuk sementara 4 usaha. Nanti akan di kembangkan ke yang lain," tuturnya.

Namun kata Anung, prioritas juara bukan yang utama. Sebab yang penting adalah kesejahteraan petani. Selain itu juga keteraturan sistem penggunaan air yang layak. "Juara bukanlah yang utama. Sebab kemandirian petani dan kelompok lebih penting. Juga faktor kesejahteraan anggota," kata Anung.

Anung berharap, langkah yang sudah dilakukan GHIPPA Sumber Abadi bisa dilakukan GHIPPA lainnya. Sehingga petani pemakai air Kabupaten Probolinggo bisa memiliki kecenderungan mandiri. "Karena juga akan memberikan manfaat bagi lahan dan sekitarnya," pungkas Anung. (eem/hn)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/radar/index.php?act=detail&rid=175718