Minggu, 31 Oktober 2010

Puting Beliung Rusak Puluhan Rumah di Probolinggo

Dandy Arie Gafur
31/10/2010 14:23
Liputan6.com, Probolinggo: Amukan puting Desa Seneng, Kecamatan Krucil, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu kemarin telah merusak puluhan rumah. Sejumlah warga yang dibantu anggota TNI hingga Ahad siang (31/10) masih berusaha membersihkan puing-puing rumah yang rusak akibat terjangan angin.

Sebagian besar rumah mengalami kerusakan di bagian atap akibat tersapu angin, sehingga bagian dalam rumah juga ikut porak poranda. Setidaknya 24 rumah lainnya rusak berat hingga rusak ringan. Menurut warga, angin menerjang dari arah utara dan bergerak ke selatan dengan kecepatan tinggi.

Sejumlah warga yang kebetulan berada di dalam rumah segera menyelamatkan diri keluar rumah, sehingga musibah tidak menimbulkan korban jiwa. Angin juga merusak sekitar empat hektar area tanaman pohon sengon milik warga yang siap panen. Sejauh ini pemerintah masih mendata jumlah kerugian dan mempersiapkan bantuan bagi warga yang menjadi korban.(AYB)

Sumber: http://berita.liputan6.com/daerah/201010/304189/Puting.Beliung.Rusak.Puluhan.Rumah.di.Probolinggo

Boiler Kertas Leces Molor 4 Bulan

Minggu, 31 Oktober 2010 | 10:19 WIB

PROBOLINGGO - Keinginan PT Kertas Leces (PT KL) mengoperasikan boiler batubara tepat pada momen 10-10-10 (tanggal 10, bulan 10, tahun 2010) lewat sudah. Karena keterlambatan penyelesaian proyek yang dikerjakan PT Waskita Karya (Persero), boiler batubara itu diperkirakan baru bisa dioperasikan Februari 2011 mendatang.

“Insya Allah, Februari 2011 mendatang, boiler batubara dioperasikan. Tidak bisa dioperasikan pada momen 10-10-10, seperti yang kami rencanakan,” ujar Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT KL, Prof. Dr Ir R Abdul Haris MM, Minggu (31/10) pagi tadi. Namun ia enggan menjelaskan penyebab keterlambatan penyelesaian proyek berdana APBN sekitar Rp 175 miliar itu.

Untuk diketahui, pemancangan tiang pertama (ground breaking ceremony) pembangunan boiler batubara itu digelar sekitar setahun lalu. Tepatnya, pada pukul 10, tanggal 10, bulan 10, tahun 2009.

Momen “bersejarah” itu dihadiri Deputi Agroindustri Kementerian BUMN, Ir Agus Pakpahan dan Komisaris Utama PT Kertas Leces, Singgih Riphat. Tampak pula Dirut PT Kertas Leces, Ir Martoyo Sugandi dan Dirut PT Waskita Karya (Persero) Ir M. Kholid MM. Saat itu PT KL merencanakan, proyek boiler batubara bakal dioperasikan pada momen 10-10-10.

Molornya penyelesaian proyek boiler batubara juga berakibat pada molornya distribusi batubara dari Kalimantan Timur (Kaltim). Padahal sebelumnya, PT KL sudah berencana mendatangkan batubara melalui pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, November-Desember ini.

“Benar, PT Kertas Leces berencana mendatangkan sekitar 38 ribu ton batubara dari Kaltim melalui Tanjung Tembaga,” ujar Administrator Pelabuhan (Adpel) Probolinggo, Wiliyanto.

Disinggung soal molornya kedatangan batubara terkait penyelesaian proyek boiler batubara, Wiliyanto mengaku, tidak tahu. Yang jelas, sebagai operator pelabuhan, pihaknya siap kapan saja melayani pengguna dermaga pelabuhan baru itu.

Bahkan Wiliyanto sempat membuat hitung-hitungan terkait distribusi batubara sebanyak itu. Karena batubara 38 ribu ton itu langsung dibongkar-muat dan diperkirakan bakal habis setelah diangkut sebanyak 400 rit truk.

“Jadi, PT Kertas Leces tidak memerlukan gudang terbuka (open storage) di pelabuhan. Batubara langsung diangkut dengan truk. Saya dengar akan bekerjasama dengan PT Varia Usaha, Gresik untuk mengangkut batubara dari pelabuhan ke Kertas Leces,” ujar Wiliyanto.

Konversi Gas ke Batubara

Selama ini PT KL menggunakan gas alam yang dipasok Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk bahan bakar. Gara-gara menunggak utang gas sekitar Rp 41 miliar, PGN pun memutuskan pasokan gas ke PT KL. Akibat terhentinya pasokan gas, perusahaan kertas milik BUMN itu berhenti berproduksi sejak sekitar 4 bulan lalu.

PGN bertindak keras setelah disemprit BPK terkait tunggakan pembayaran gas PT KL sebesar Rp 41 miliar. PGN sempat menoleransi agar PT KL mau membayar separo tunggakan (sekitar Rp 20 miliar), barulah pasokan gas dipulihkan.

Sisi lain pembangunan boiler batubara itu dimaksudkan sebagai langkah PT KL melakukan konversi (perubahan) bahan bakar gas alam ke batubara. Boiler batubara dinilai lebih hemat dibandingkan dengan gas alam.

“Harga gas alam terus naik sehingga mempengaruhi biaya produksi, sehingga PT Kertas Leces tidak akan bisa bersaing terhadap perusahaan sejenis,” ujar Direktur Produksi dan Pengembangan PT KL, Syarif Hidayat.

Dengan menggunakan boiler batubara, kata Syarif, PT KL bisa lebih berhemat dalam pemakaian energi. “Sebagai perbandingan, perlu 160 dollar AS (sekitar Rp 1,44 juta) per ton kertas, sementara dengan batubara cuma perlu 80 dollar AS (sekitar Rp 720 ribu),” ujarnya.

Biaya pembangunan boiler batubara itu disokong pemerintah pusat senilai Rp 175 miliar melalui penyertaan modal negara pada 2007 lalu. Ide pembangunan boiler batubara sendiri sudah muncul sejak 2005 silam. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=fa779ce7b30627a083d652eae594268d&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Pupuk Subsidi Dioper Sak

Sabtu, 30 Oktober 2010 | 10:35 WIB

Surabaya - Satuan Pidana Tertentu Ditreskrim Polda Jatim membongkar pabrik oper zak pupuk non-subsidi dan subsidi yang diperkirakan merugikan negara hingga Rp 100 miliar.

Kasat Tindak Pidana Tertentu (Tipiter), AKBP I Nyoman Komin, mengatakan pabrik pengoplos ini sudah beroperasi selama kurang lebih lima tahun.

“Modusnya dengan melakukan oversack pupuk bersubsidi ke kantong atau sak pupuk non-subsidi,” ujarnya, Jumat (29/10).

Dengan cara ini, para pelaku tindak kejahatan ekonomi ini merugikan negara dan merugikan konsumen pupuk, terutama petani pengguna pupuk bersubsidi. Nyoman mengatakan, pupuk bersubsidi yang ada di pasaran saat ini harganya Rp 1.600 per kg. Sedang yang non subsidi harganya Rp 3.640 per kilogram, yang berarti ada selisih harga sekitar Rp 2.000.

Komin mengungkap, sejak Januari 2010 sampai September, pabrik ini sudah melakukan opersak sebanyak 10.000 ton atau 10 juta kg. Dengan begitu keuntungan yang diraih mencapai 10.000.000 kg x 2.000 = Rp 20 miliar. “Kalau dikalikan,selama ini mereka beroperasi selama lima tahun, itu artinya ada sekitar Rp 100 miliar uang negara yang bocor,” ujar Nyoman Komin yang mendampingi Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti.

Dari kasus ini, polisi menetapkan tiga tersangka. Mereka itu A Lung (62), pedagang pupuk asal Lumajang, Andik (37) pengusaha di Probolinggo, dan Sudjoni (51) karyawan PT Pamolite Adhesive Industry (PAI) di Probolinggo.

Pengungkapan ini berawal dari informasi yang diterima polisi, tentang dugaan penyalahgunaan penjualan pupuk bersubsidi di sebuah gudang milik A Lung di Jl Gatot Subroto, Kota Lumajang.

Polisi pun menguntit truk gandeng nopol N 8719 UY yang mengirim pupuk subsidi ke PT PAI di Probolinggo, perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan lem. "Pupuk itu dijual ke PT PAI untuk bahan baku pembuatan lem," ujar Komin.

Dari penangkapan itu, polisi langsung menyelidiki dan menangkap tiga tersangka serta mengamankan barang bukti seperti mesin jahit karung, 400 sak kosong merek Pupuk Kaltim, 500 sak kosong merek Kujang, 1.534 ton pupuk bersubsidi, 350 ton pupuk oper sak di gudang milik A Lung, 1.500 ton Pupuk Kaltim yang sudah dioper sak, 34 ton pupuk dari Lumajang di Probolinggo dan barang bukti lainnya. "Modusnya, pupuk datang langsung dioper sak, dan sebagian buat stok dan tidak dirubah," tuturnya.

Polisi menjeratnya para tersangka dengan pasal berlapis yakni, pasa 1 sub 3e jo pasal 6 ayat (1) huruf d jo ayat (2) dan ayat (3) jo pasal 3 (turut serta melakukan tindak pidana ekonomi (TPE), jo pasal 15 (TPE yang dilakukan oleh atau atas nama Badan Hukum) UU No 7 Tahun 1995 tentang Tindak Pidana Ekonomi.

Pasal 60 ayat (1) huruf F UU RI No 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya ta: naman dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Serta pasal 480 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) angka ke 1e KUHP. faz

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=a4f7825cb459fc6d2868b09e9cc79854&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c

Polda Jatim Bongkar 3 Gudang Pupuk Bersubsidi Oper Sak

Jumat, 29 Oktober 2010

SURABAYA | SURYA Online - Jajaran Reserse Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur, berhasil menemukan gudang penyimpangan pupuk urea bersubsidi di Lumajang yang dipindahkan ke karung pupuk nonsubsidi (oper sak) serta dua pabrik penadah pupuk “palsu” itu di Probolinggo.

“Gudang milik tersangka ALG (62) di Jalan Gatot Subroto Lumajang itu merupakan lokasi untuk oper sak dari karung berlabel pupuk bersubsidi ke karung pupuk nonsubsidi,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti di Surabaya, Jumat (29/10/2010).

Didampingi Kasat Tipiter AKBP I Nyoman Koming dan sejumlah penyidik Tipiter Polda Jatim, Pudji menjelaskan, gudang di Lumajang itu digerebek petugas pada 28 September lalu.

“Tapi, kami perlu waktu untuk menyelidiki jumlah pupuk yang diselewengkan, karena harga pupuk urea nonsubsidi itu Rp 3.640 perkilogram, sedangkan pupuk urea bersubsidi hanya Rp 1.600 perkilogram,” ungkap Pudji.

Oleh karena itu, tersangka ALG mengambil keuntungan dari selisih subsidi ke nonsubsidi itu yakni Rp 2.040 perkilogram. “Tapi, kami masih menyelidiki darimana ALG mendapatkan pupuk urea bersubsidi yang dilempar ke Probolinggo itu,” ucap Pudji.

Setelah pupuk urea bersubsidi itu dipindahkan ke karung pupuk urea nonsubsidi, maka pupuk urea “palsu” itu dikirim ke PT Globalindo Perkasa, Jalan Kartini, Probolinggo milik tersangka AND (57).

“Tersangka AND akhirnya menjual pupuk urea itu kepada tersangka SJN (51) yang merupakan pimpinan PT PAI Probolinggo yang memproduksi lem kayu, sehingga petani yang dirugikan,” kata Pudji Astuti menjelaskan.

Pudji juga mengatakan, praktik penyimpangan pupuk urea bersubsidi sejak tahun 2005 itu terbongkar saat polisi menangkap 680 sak pupuk bersubsidi yang mencurigakan dan diangkut dengan truk N-8719-UY.

“Kami menguntit truk itu sampai ke gudang milik ALG di Lumajang, kemudian kami mengajak tim dari Polres Lumajang dan Probolinggo untuk menyelidiki kasus penyimpangan pupuk bersubsidi itu hingga ke PT Globalindo dan PT PAI,” ujar Pudji.

Hasilnya, 680 sak atau 34 ribu kilogram pupuk urea nonsubsisi dari Lumajang yang dijual ke PT PAI Probolinggo itu merupakan pupuk urea bersubsidi.

Setelah itu, lanjut Pudji, penyidik Polda Jatim melengkapi pemeriksaan lima saksi dari Lumajang dan Probolinggo dengan meminta pendapat saksi ahli dari Dinas Pertanian Jatim, Disperindag Probolinggo, ahli hukum Unair, PT Pupuk Kaltim, PT Kujang, dan PT Pusri.

Barang bukti (BB) yang disita dari truk bernopol N-8719-UY sebanyak 1.534 ton pupuk yang terdiri dari 34 ton pupuk Kujang dan 1.500 ton pupuk PKT yang semuanya sudah oper sak dan siap kirim ke PT PAI.

Untuk BB yang disita dari gudang penyimpangan pupuk bersubsidi di Lumajang adalah 350 ton pupuk non subsidi (oper sak), 400 sak kosong berlabel pupuk PKT, 500 sak kosong berlabel pupuk Kujang, satu mesin jahit karung, satu timbangan, dan satu ayakan.

Sementara itu, BB yang disita dari Probolinggo adalah truk, 1.150 ton pupuk, 605 sak, 17 timbangan, dan sebuah buku ekspedisi pemasukan pupuk.

“Ketiga tersangka dijerat dengan Pasal 60 UU 12/1992 tentang Sumberdaya Tanaman dengan ancaman hukuman lima tahun penjara, serta pasal 1 sub 3-e juncto pasal 6 ayat 1 huruf d juncto huruf d-2 ayat 3 juncto pasal 3 KUHP tentang turut serta melakukan tindak pidana ekonomi,” kata Pudji menegaskan.

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/29/polda-jatim-bongkar3-gudang-pupuk-bersubsidi-oper-sak.html


Gunung Bromo Waspada, Wisatawan Diimbau Tidak Dekati Kawah

Jumat, 29/10/2010 17:56 WIB
Muhammad Aminudin - detikSurabaya


File DetikFoto

Malang - Selain Gunung Semeru, status waspada juga diberikan untuk Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur. Untuk menjaga keselamatan, para wisatawan diimbau untuk tidak mendekati kawah.

"Sesuai rekomendasi dari pos pantau Gunung Bromo, batas maksimal adalah satu kilometer sebelum kawah," kata Kasubag Data, Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Nova Elina, saat dihubungi detiksurabaya.com melalui telepon genggamnya, Jumat (29/10/2010).

Peringatan untuk para wisatawan menurut Nova, dikeluarkan sejak status Bromo yang menjadi salah satu ikon wisata di Jatim ini waspada. Sayangnya, meski peringatan itu sudah disosialisasikan, namun wisatawan masih banyak yang tetap memilih naik hingga puncak, untuk melihat kawah dari dekat.

"Bahaya material vulkanik serta lava pijar dimuntahkan dari dalam kawah menjadi ancaman sewaktu-waktu," ujarnya.

TNBTS sendiri sebagai pengelola, ujar Nova, tidak bisa memaksa wisatawa untuk mematuhi rekomendasi tersebut. "Kenyataan di lapangan pengunjung banyak yang mendekat malahan. Bahkan katanya jika tidak mendekat tak lengkap," tutur wanita berkaca mata ini.

Melihat kondisi itu, TNBTS hanya bisa mengimbau kepada para wisatawan untuk tetap berhati-hati, dan selalu mengingat gunung berapi itu masih aktif.

"Kalau mengacu pada rekomendasi, batas wisawatan sampai Pura yang biasa digunakan untuk berdoa oleh warga suku tengger," jelasnya.

Gunung Bromo merupakan salah satu tempat tujuan wisata bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Pemandangan eksotik gunung berapi itu mampu menyedot ratusan pengunjung berdatangan setiap bulannya. (bdh/bdh)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/10/29/175638/1479138/475/gunung-bromo-waspada-wisatawan-diimbau-tidak-dekati-kawah?881104465

Penyalahgunaan Pupuk Subsidi Senilai Ratusan Miliar Dibongkar

Jumat, 29/10/2010 17:15 WIB
Rois Jajeli - detikSurabaya

Surabaya - Dugaan penyalahgunaan penjualan pupuk bersubsidi yang nilai kerugiannya mencapai sekitar ratusan miliar rupiah dibongkar Satuan Pidana Tertentu Ditreskrim Polda Jatim.

Dari kasus dugaan penyalahgunaan penjualan pupuk bersubsidi itu, polisi menetapkan tiga orang tersangka yakni A Lung (62) pedagang pupuk asal Lumajang, Andik (37) pengusaha di Probolinggo dan Sudjoni (51) karyawan PT Pamolite Adhesive Industry (PAI) di Probolinggo.

"Mereka melakukan oper sak dari pupuk bersubsidi dijual ke pupuk non subsidi," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Pudji Astuti saat jumpa pers bersama Kasat Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) AKBP I Nyoman Komin di mapolda, Jalan Ahmad Yani, Jumat (29/10/2010).

Pengungkapan itu berawal dari informasi yang diterima polisi, tentang dugaan penyalahgunaan penjualan pupuk bersubsidi di sebuah gudang milik A Lung di Jalan Gatot Subroto, Kabupaten Lumajang. Kemudian, polisi menguntit truk gandeng nopol N 8719 UY yang mengirim pupuk subsidi yang dioper sak ke Pupuk Kujang sebanyak 680 sak atau sekitar 34.000 Kg pupuk, ke PT PAI di Probolinggo, perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan lem.

"Pupuk itu dijual ke PT PAI untuk bahan baku pembuatan lem," tambah Kasat Tipiter AKBP I Nyoman Komin.

Dari penangkapan itu, polisi langsung menyelidiki dan menangkap tiga tersangka serta mengamankan barang bukti seperti mesin jahit karung, 400 sak kosong merek Pupuk Kaltim, 500 sak kosong merek Kujang, 1.534 ton pupuk bersubsidi, 350 ton pupuk oper sak di gudang milik A Lung, 1.500 ton Pupuk Kaltim yang sudah dioper sak, 34 ton pupuk dari Lumajang di Probolinggo dan barang bukti lainnya.

"Modusnya, pupuk datang langsung dioper sak, dan sebagian buat stok dan tidak dirubah," tuturnya.

Usaha ilegal yang dilakukan A Lung ini diperkirakan beroperasi sekitar 5 tahun lalu. Pupuk bersubsidi yang harga pasarannya sebesar Rp 1.600 per kg, dijual lagi dimasukkan ke dalam karung cap Kujang seharga Rp 3.640 per kg. "Selama bulan Januari 2010 sampai September, sudah mengoper sak sebanyak 10.000 ton," tuturnya.

Jika dihitung keuntungan dari selisih harga sekitar Rp 2.000 per kg, mendapatkan keuntungan sebesar Rp 20 miliar. Jika dikalikan selama 5 tahun, sekitar Rp 100 miliar.

Akibat perbuatan yang dilakukan para tersangka, polisi menjeratnya pasal berlapis yakni, pasa 1 sub 3e jo pasal 6 ayat (1) huruf d jo ayat (2) dan ayat (3) jo pasal 3 (turut serta melakukan tindak pidana ekonomi (TPE)), jo pasal 15 (TPE yang dilakukan oleh atau atas nama Badan Hukum) UU No 7 Tahun 1995 tentang Tindak Pidana Ekonomi.

Pasal 60 ayat (1) huruf F UU RI No 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Serta pasal 480 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) angka ke 1e KUHP.

(roi/fat)

Sumber: http://surabaya.detik.com/read/2010/10/29/171519/1479009/466/penyalahgunaan-pupuk-subsidi-senilai-ratusan-miliar-dibongkar

Polda Jatim Bongkar Penggelapan Pupuk Bersubsidi

Jumat, 29 Oktober 2010, 17:20 WIB

Polda Jatim Bongkar Penggelapan Pupuk Bersubsidi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Polda Jatim membongkar sindikat penggelapan pupuk bersubsidi sekitar 1.884 ton, Jum'at ( 1/11 ). Ribuan pupuk bersusidi yang dijual dengan harga nonsubsidi itu diamankan polisi dari pabrik lem PT Pamolite Adhesive Industry (PAI) di Jalan Brantas, Probolinggo.

Sebagai barang bukti, ribuan pupuk tersebut kini diamankan di gudang penyimpanan barang sitaan di Medaeng, Sidoarjo, Jatim. Polisi menahan tiga tersangka dalam kasus tersebut. Di antara mereka adalah Alung (ALG) 62 tahun, warga Desa Dawuhan Lor, Kecamatan Sukodono, Lumajang. Selain itu, Andik (And) usia 37 tahun, Direktur CV Globalindo, Jalan Kartini Probolinggo yang bergerak di bidang pengiriman barang. Tersangka ketiga yaitu Sujono (SJN) berusia 51 tahun yang merupakan karyawan PT PAI Probolinggo.

Para tersangka tersebut kini ditahan di Rutan Polda Jatim. ‘’Itu setelah mereka ditangkap tim khusus polisi dari Polda Jatim di tempat kediamannya masing-masing,’’ jelas Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pudji Astuti, saat memberikan keteangan pers didampingi Kasat Kasat TipiterPolda Jatim AKBP Nyoman Komeng, Jum’at (29/10).

Penangkapan terhadap tersangka itu, kata dia, bermula dari informasi warga. Mereka melaporkan bila di Pabrik PT PAI yang beralamat di Jalan Brantas, Probolingggo, Jatim ada aktivitas produksi pupuk yang mencurigakan. ''Berdasarkan laporan tersebut polisi langsung melakukan penyelidikan. Hasilnya, setelah dua hari menyanggung ternyata ada banyak truk gandengan keluar masuk di Pabrik PAI itu,'' tutur Pudji Astuti.

Lantas, kata dia, polisi langsung menghentikan truk gandengan yang keluar masuk itu. Setelah diperiksa, isinya ternyata pupuk. Ada bebrapa jenis pupuk yang diamankan polisi. Masing-masing pupuk Prill Daun Buah dari Kaltim serta Pupuk Kujang Cikampek yang tidak bersubsidi

Kala polisi melakukan pemeriksaan terhadap surat-surat dokumen pengiriman barang yang ada di dalam truk itu, menurut Kasat Tipiter Polda AKBP Nymang Komang, ternyata surat-suratnya meragukan dan mencurigakan. Alasannya, pupuk jenis urea bermerk Prill Daun Buah dari Kaltim dan Pupuk Kujang Cikampek itu tidak semuanya dilengkapi dengan surat jalan pengiriman barang dan surat //direct order (DO).

Red: Budi Raharjo
Rep: Asan Haji

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/10/29/143409-polda-jatim-bongkar-penggelapan-pupuk-bersubsidi

Dendeng Tokek Probolinggo Kian Eksis

Jumat, 29 Oktober 2010 | 13:47 WIB

OLEH: IKHSAN MAHMUDI

Meski bagi sebagian orang termasuk hewan menjijikkan, tokek bernilai ekonomis tinggi. Daging tokek oven dan dendeng Probolinggo pun diekspor ke sejumlah negara di Asia.

ketika sebagian orang berburu tokek gendut (di atas 3 ons) yang konon harganya puluhan hingga ratusan juta rupiah, Didik Prabudi (45) bergeming. Warga Desa Leces, Kec. Leces, Kab. Probolinggo yang menekuni bisnis “pertokekan” sejak belasan tahun silam itu justru mencari tokek kurus.

’’Maaf, usaha saya bukan jual-beli tokek hidup yang beratnya 3 ons ke atas, yang katanya bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta per ekor,” ujar Didik di rumah sekaligus tempat pengolahan daging tokek di Jl Raya Leces, Kamis (28/10).

Sejak 1995 lalu, Didik mengaku, mencari tokek untuk kemudan dikeringkan (dioven). “Justru tokek kurus yang kami cari, karena tidak banyak lemaknya, sehingga gampang dikeringkan,” ujarnya.

Tidak sekadar menangkap tokek di alam, belakangan sejak 2002, ia juga menangkarkan tokek. Tujuannya masih sama, tokek hasil penangkaran itu untuk dikeringkan. Tokek oven ini kemudian diekspor ke sejumlah negara di Asia seperti Jepang, Taiwan, Singapura, dan China. “Sejak setahun ini, saya memproduksi dendeng tokek untuk memenuhi permintaan pasar lokal,” ujarnya.

Selama menangkarkan tokek, Didik mengaku tidak pernah menjumpai tokek hidup yang beratnya sampai 3 ons, apalagi lebih. Paling-paling jika tokek itu gemuk, beratnya sekitar 2-2,5 ons. “Di perusahaan saya, justru tokek kurus yang harganya mahal,” ujarnya.

Didik pun mengaku tidak ingin berspekulasi dengan mengoleksi tokek dengan berat 3 ons ke atas. Soalnya, ia tidak pernah menemukan tokek yang beratnya 3 ons, apalagi seberat 64 kilogram seperti dilansir di sebuah media cetak,” ujarnya.

Diakui ketika bisnis jual-beli tokek hidup merebak di sejumlah daerah, Didik merasakan dampak positifnya. “Tokek kering per ekor paling mahal Rp 4 ribu-Rp 6 ribu, sementara tokek hidup yang tidak perlu biaya pengolahan dan pengopenan bisa laku Rp 50 ribu per ekor,” ujarnya.

Sejumlah pembeli memang mendatangi tempat penangkaran tokek milik Didik. Karena tidak mendapatkan tokek berukuran 3 ons ke atas, mereka membeli tokek hidup seberat 2-2,5 ons untuk dipelihara dan digemukkan. “Dengar-dengar agar tokek itu cepat gendut diberi makan jangkrik. Jangkrik untuk pakan tokek, setiap hari diberi minum susu segar. Wah ribet banget,” ujarnya.

Sementara itu, ekspor tokek oven asal Indonesia mencapai kisaran 1 juta sampai 2 juta ekor per tahun. “Saya hanya bisa mengekspor 300-400 ribu ekor tokek oven. Omzet saya Rp 750 juta hingga Rp 1 miliar per tahun,” ujar Didik Prabudi.

Dari hasil berbisnis tokek, Didik berhasil mengoleksi sejumlah mobil. Tahun 2009 lalu ia mengaku keuntungannya berbisnis tokek bisa dibelikan Pajero Sport. Pemilik Honda Odessy dan Kijang Innova itu berharap pada 2010 ini pasar tokek tetap stabil. “Pesaing utama tokek oven dari Indonesia hanya Thailand, yang kualitas tokeknya bagus karena dikeringkan dengan api berbahan bakar arang,” ujarnya.

Selama ini tokek oven asal Probolinggo dikeringkan dengan kompor berbahan bakar minyak tanah. “Sejak konversi ke elpiji, minyak tanah jadi mahal, mungkin saya akan beralih ke pengeringan dengan sinar matahari,” ujarnya.

Guna ketersediaan pasokan bahan baku tokek, selain menangkarkan tokek sendiri, Didik mengaku membina 10 kelompok penangkaran tokek di Kab Probolinggo. “Sekarang tinggal 7 kelompok penangkaran yang masih bertahan,” ujarnya.

Selain itu tokek juga diperoleh dari penangkapan di alam. Sejumlah pemburu tokek berburu tokek di Probolinggo bahkan hingga Jember, Lumajang, Banyuwangi, dan Madura. Belakangan pasar lokal tokek olahan mulai muncul, meski pangsanya tidak sebesar pasar ekspor. “Untuk pasar lokal, saya siapkan dendeng tokek. Harganya Rp 7.500 per ekor,” ujarnya. *

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=d8a0633c8052ad4e56fa5838b5b45136&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Pansus DPRD Gresik ‘Rame-rame’ Kunker

Pansus DPRD Gresik ‘Rame-rame’ Kunker
Jumat, 29 Oktober 2010 | 11:27 WIB

GRESIK - Lima tim panitia khusus (pansus) DPRD Kabupaten Gresik ramai-ramai mengadakan kunjungan kerja (kunker) ke Bali, Makassar, dan beberapa daerah di luar provinisi lainnya untuk membahas rancangan peraturan daerah (ranperda). Anggaran untuk pembahasan lima ranperda ini mencapai ratusan juta rupiah.

"Kegiatan untuk lima tim pansus ranperda sebesar Rp800 juta. Aggaran sebesar ini digunakan kunjungan kerja, pembahasan, hingga paripurna ranperda tuntas menjadi peraturan daerah," kata Zulfan Hasyim, Ketua DPRD Kabupaten Gresik Kamis (28/10).

Anggaran untuk lima pansus ini sekitar 30 persen dari anggaran pansus ranperda selama setahun sebesar Rp2,8 miliar. Menurut Zulfan, kunker untuk lima pansus ke beberapa daerah di luar provinsi ini memang harus dilaksanakan. Tujuannya untuk mendapatkan referensi yang dapat diterapkan di Gresik sehingga pendapatan pajak Gresik meningkat. "Banyak manfaat yang kita peroleh, agar pemerintahan Gresik dapat pengoptimalkan pendapatan pajak yang selama ini belum terserap," tandasnya.

Lima pansus bentukan DPRD antara lain Pansus I membahas ranperda tentang pajak daerah, Pansus II tentang retribusi jasa umum, Pansus III tentang retribusi jasa usaha, Pansus IV tentang retribusi perizinan tertentu, dan Pansus V tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik tahun 2010-2030.

"Pansus IV kunker ke Bali untuk memelajari soal retribusi perizinan tertentu. Bali sudah lama menerapkan retribusi tersebut. Hasil dari retribusi itu sangat besar untuk peningkatan PAD (pendapatan asli daerah). " kata Jumanto, Ketua Pansus IV.

Pemilihan Bali, jelasnya, karena di sana banyak objek pendapatan yang bisa memberikan sumbangan bagi pendapatan asli daerah. "Untuk itu, kita perlu belajar di sana untuk membuat Perda penarikan retribusi perijinan tertentu, " kata Jumanto.

Anggota Pansus V, Siti Muafiyah, mengatakan, timnya kunker ke Probolinggo untuk memelajari pembuatan ranperda tentang RTRW. Probolinggo dinilai sudah punya RTRW yang bagus, sehingga bisa menata wilayah, mulai wilayah untuk sektor industri, perdagangan, perkantoran, ruang terbuka hijau, dan lainnya. "Kami perlu belajar ke Probolinggo untuk pembuatan Perda RTRW di Gresik, " katanya.

Hampir semua anggota DPRD Kabupaten Gresik mengikuti pansus, yaitu 44 dari 50 anggota. Karena itu sejak Rabu hingga Jumat (29/10) hari ini kantor DPRD sepi. Dua anggota DPRD mengikuti ibadah haji. Praktis hanya tinggal empat pimpinan yang ada di kantor. sep

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=f1b9f9e8c4ea8e24b0a8eb8a730c74a6&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Jumat, 29 Oktober 2010

Turis Bromo Dilarang Dekati Kawah

Jumat, 29 Oktober 2010

Probolinggo - Surya- Letusan Merapi tak menyurutkan wisatawan datang ke kawah Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kec Sukapura, Kab Probolinggo, Kamis (28/10.

Rudi, 23, warga Malang yang baru turun dari puncak Cemoro Lawang, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, menyatakan, “Kami baru saja dari sana. Bromo dengan Merapi berbeda. Kalau Bromo, sudah jinak.”

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Tutug Edi Utomo ketika dikonfirmasi menyatakan, kawasan wisata Bromo tetap aman untuk dikunjungi kendati berstatus waspada.

Namun demikian, katanya, pengunjung tetap dilarang mendekati bibir kawah hingga minimal radius satu kilometer. “Pengunjung hanya diperbolehkan berada di lautan pasir, tidak boleh mendekati kawah,” katanya.

Dalam 50 tahun terakhir, katanya, letusan Bromo sudah tidak sebesar ratusan tahun silam. “Dulu sempat batuk dan ada korban, karena pengunjung naik ke bibir kawah,” paparnya.

Dalam tiga tahun terakhir, kata Tutug, wisatawan yang berkunjung ke Bromo terus meningkat. Pada 2007, pengunjung domestik 34.307 dan mancanegara 8.310 orang.

Pada 2008, jumlah wisatawan meningkat menjadi 46.518 untuk domestik dan 8.826 turis mancanegara. Menginjak 2009, masih meningkat menjadi 55.469 pengunjung domestik dan 11.278 turis mancanegara.

Pada 2010 ini, hingga awal Oktober, jumlah pengunjung domestik sudah mencapai 76.087 orang dan mancanegara 12.187 orang. “Tak ada pengaruh letusan Merapi terhadap minat wisatawan mengunjungi Bromo,” tandas Tutug. ntiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/29/turis-bromo-dilarang-dekati-kawah.html

Gunung Bromo dan Sejuta Eksotisme Alamnya

Tribunnews.com - Jumat, 29 Oktober 2010 04:29 WIB

Gunung Bromo dan Sejuta Eksotisme Alamnya
Mayangkara Prawiraduta
Pemandangan Gugusan Pegunungan Bromo Tengger Semeru dari Puncak Pananjakan.

PROBOLINGGO- Gunung Bormo di Probolinggo Jawa Timur walau dinyatakan statusnya menjadi WASPADA oleh Badan Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Geologi (PVMG) Bandung tapi pesonanya tidak pudar.

Agus Budiyanto, Kasubid Pengamatan Gunung Berapi BPVMG Bandung yang menyatakan status Bromo menjadi WASPADA seolah tidak menyurutkan pada pelancong dan pendaki untuk menikmati gunung yang berada dalam satu gugusan Pegunungan Bromo Tengger dan Semeru.

Gunung Bromo secara geografis terletak di 7°51’ – 8°11’ LS, 112°47’ – 113°10’ BT dengan luas wilayah sekitar 50.276,3 ha. Gunung itu masuk dalam kawasan Kab Pasuruan, Kab Probolinggo, Kab Lumajang dan Kab Malang. Merupakan kawasan wisata terkenal di Indonesia.

Suhu di Bromo bisa mencapai 10 derajat celcius, jauh di bawah suhu rata rata normal suhu Indonesia kisaran 24-32 (suhu tubuh normal manusia 36) derajat. Bahkan suhu di Bromo bisa 0 derajat celcius saat menjelang pagi hari.

Bagi Anda yang ingin menikmati keindahan Bromo yang memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut, sebaiknya mempersiapkan peralatan yang memadai. Seperit pakaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal dan jaket tentunya.

Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.

Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, melainkan ramai juga wisatawan asing. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata. (editor widodo)

Sumber: http://www.tribunnews.com/2010/10/29/gunung-bromo-dan-sejuta-eksotisme-alamnya

Semeru Waspada, Jalur Pendakian Tetap Dibuka

Kamis, 28 Oktober 2010 - 16:02 wib
Nurul Arifin - Okezone
Gunung Semeru (Foto: Ist)

SURABAYA - Status Gunung Semeru sudah dinaikan dari Siaga menjada Waspada. Kendati demikian, pintu masuk ke jalur pendakian menuju puncak Mahameru hingga kini masih dibuka untuk umum.

"Statusnya kan masih Waspada, jadi belum ada larangan bagi para pendaki, termasuk evakuasi warga," kata Kepala Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Siswanto, Kamis (28/10/2010).

Gunung Semeru sendiri merupakan salah satu obyek wisata di Jawa Timur yang cukup menarik perhatian para pendaki baik lokal maupun mancanegara. Keindahan alam Gunung yang berada di Kabupaten Lumajang dan Malang itu membawa daya tarik tersendiri bagi para pendaki.

Namun sejak ada letusan di Gunung Merapi, kondisi ini sempat membuat was-was sejumlah wisatawan, sebab kondisi gunung ini termasuk kategori gunung berapi aktif.

Menanggapi hal itu, Siswanto menegaskan, status waspada yang di Gunung Semeru tidak berbahaya. Hanya saja, imbas dari erupsi Gunung Merapi, membuat peningkatan status sejumlah gunung berapi di Jawa Timur, seperti Gunung Kelud di Kediri dan Gunung Bromo di Probolinggo.

Pihak BPBD, kata dia, akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar terkait peningkatan aktivitas vulkanik gunung-gunung tersebut.

Pihaknya juga akan melakukan evakuasi, jika sudah ada peningkatan status dari waspada ke Awas. "Jika nanti status sudah Awas, baru kita akan lakukan evakuasi, selama ini hanya Sosialisasi saja," kata Siswanto.

(ded)

Sumber: http://news.okezone.com/read/2010/10/28/340/387466/semeru-waspada-jalur-pendakian-tetap-dibuka

Kamis, 28 Oktober 2010

Lolos Sangkaan Bobol Kasda, Dijerat Pemalsuan Dokumen

Kamis, 28 Oktober 2010 | 10:22 WIB

PROBOLINGGO – Berkas tersangka percobaan pembobolan kas daerah (Kasda) Kota Probolinggo sebesar Rp 12,5 miliar dengan tersangka Rizal Nurdiansyah (24) dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) setempat.

“Berkasnya sudah P-21 (sempurna, Red) sehingga bisa dilimpahkan ke Kejari, Selasa lalu,” ujar Kasat Reskrim AKP Agus I Suprianto mendampingi Kapolresta AKBP Agus Wijayanto di Mapolresta, Rabu (27/10). Dengan pelimpahan itu, status tersangka berubah menjadi tahanan kejaksaan.

Kasat Reskrim mengakui, Rizal bebas dari jeratan pasal pembobolan Kasda. Soalnya, ia belum sampai membobol Kasda yang disimpan di Bank Jatim. Namun, ia disangka telah memalsukan sejumlah dokumen. Karena itu ia diancam Pasal 263 KUHP soal pemalsuan dokumen. “Ancamannya maksimal 6 tahun penjara,” ujar Kasat Reskrim.

Sejak Jumat (13/8) lalu, Rizal dipanggil dan periksa di Mapolresta. Karena cukup bukti, ia pun ditahan dan berstatus sebagai tersangka.

Dugaan percobaan pembobolan dana APBD yang disimpan di Bank Jatim itu mencuat 9 Juni 2010. Setelah melakukan pemeriksaan internal, Pemkot Probolinggo melaporkan kasus ini ke Polresta Probolinggo pada 16 Juni 2010.

Kasda Pemkot nyaris bobol Rp 12,5 miliar. Rizal mencoba mencairkan dana Kasda di kantor kas pembantu Bank Jatim di lingkungan Pemkot. Pelaku mengajukan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) ke Kasda Dinas Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) sebesar Rp 12,5 miliar atas nama CV Altor Jaya. Dalam SP2D itu dikatakan, dana yang dicairkan untuk belanja modal konstruksi jalan (proyek Dinas PU).

Upaya pembobolan itu gagal total karena gelagat pelaku tercium Bank Jatim dan Pemkot Probolinggo. Bank Jatim yang berkoordinasi dengan DPPKA menyimpulkan, berkas SP2D yang diajukan pelaku ternyata dipalsukan.

Rizal warga Kec Kanigaran, Kota Probolinggo itu sebelumnya mengaku dirinya hanya coba-coba mencairkan dana Kasda. Dia buka rekening di Bank Jatim atas nama Didik Kurniawan. ’’Saya nemu KTP (atas nama Didik Kurniawan) di laci kantor,” ujar pria kelahiran Bandung, Jabar, itu.

Demi mencairkan dana Kasda, Rizal mengaku memalsukan SP2D. “Aplikasi SP2D saya ambil di internet melalui laptop kantor, kemudian saya print,” ujarnya. Ditanya untuk apa dirinya mencoba mencairkan dana Kasda Rp 12,5 miliar, Rizal menggeleng. “Saya belum tahu untuk apa, toh dananya tidak cair,” ujarnya. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=5c2fc00bef3029d1a1966dcf9cbdab3b&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Siswa SD Ajak Hemat Energi

Kamis, 28 Oktober 2010

SEJUMLAH 45 murid SDN Mangunharjo 6, Kota Probolinggo, kemarin (27/10) menggelar aksi dalam memperingati hari listrik nasional (HLN). Dalam aksinya di perempatan Flora, Jalan A. Yani-Jl dr Soetomo, murid-murid itu mengajak masyarakat berhemat energi.

Aksi tersebut digelar mulai pukul 10.30. Kepada para pengguna jalan, mereka membagikan pamflet dan air mineral. Selain itu, siswa kelas IV, V, dan VI tersebut mengusung sejumlah poster bertulisan ajakan untuk hemat energi. Di antaranya, Nyalakan seperlunya, matikan selebihnya. Nggak perlu pakai yang nggak perlu. Hemat listrik, hemat energi, dan hemat uang Anda.

Sayang, tidak semua warga merespons baik aksi itu. Ada juga yang cuek kala salah seorang murid mendekati dan mengulurkan pamflet dan air mineral.

Saat aksi itu berlangsung, beberapa guru ikut mendampingi. Salah seorang di antara mereka adalah Sueb, guru kelas VI. ’’Ini bertujuan mengajak masyarakat berhemat energi,’’ ujarnya. (rud/jpnn/c4/zen)

Sumber: http://www.jpnn.com

Polisi Bekuk Tiga Bajing Loncat

Kamis, 28 Oktober 2010

POLRES Probolinggo Kota berhasil membekuk tiga tersangka penjahat bajing loncat. Mereka adalah Nurul Huda, 20, warga Desa Jorongan, Leces, Kabupaten Probolinggo; M. Nosi, 22, dan M. Arifin, 18, warga Kelurahan Sumbertaman, Wonoasih, Kota Probolinggo. Tiga orang itu kerap beraksi di wilayah Probolinggo.

Mereka dibekuk saat beraksi di Jl Lumajang, Kelurahan Kedungasem, Wonoasih, kota setempat, Minggu (24/10) dini hari. Saat itu, mereka tertangkap basah ketika menodong seorang sopir truk asal Bali, Suryanata I Gusti Putu.

Tetapi, beberapa menit kemudian datang polisi berpakain preman. Polisi itu berusaha menghentikan aksi tersangka dengan menodongkan senjata ke arah Nosi. Mengetahui itu, Nosi langsung menyerah dengan mengangkat tangannya. Begitu pula dua tersangka lain. Tidak ada yang berani melawan.

Begitu dapat dibekuk, tiga penjahat itu digelandang ke Mapolres Probolinggo Kota. Bersama tersangka, polisi menyita barang bukti (BB) berupa sebilah senjata tajam jenis golok sepanjang sekitar 60 cm, selembar kaus warna hitam milik Nosi, sebuah motor Honda Prima, sepotong kemeja warna merah milik Arifin, dan sepotong kaus biru milik Huda.

Kapolres Agus Wijayanto mengatakan mereka diancam pasal 368 KUHP dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara. “Kami harap, masyarakat yang pernah menjadi korban pemerasan segera melapor,” ujarnya. (rud/jpnn/c1/zen)

Sumber: http://www.jpnn.com

3 Jalan di Probolinggo Rawan Bajing Loncat

Kamis, 28 Oktober 2010 | 11:34 WIB

PROBOLINGGO - Pengguna jalan terutama kendaraan angkutan barang diminta waspada saat melintasi sejumlah tiga ruas jalan di Kota Probolinggo. Soalnya di sejumlah ruas jalan penghubung Kota-Kab Probolinggo itu rawan aksi perampasan dan bajing loncat terutama pada malam hari.

’’Di antara jalan yang rawan aksi bajing loncat adalah ruas Probolinggo-Kedungasem (Jl KH Hasan Genggong, red), Jalan Prof HAMKA, dan Jalan Brantas,” ujar Kapolresta AKBP Agus Wijayanto di sela-sela gelar perkara di Mapolresta, Rabu (27/10). Ruas jalan itu sepi dan jauh dari permukiman sehingga bajing loncat leluasa beraksi.

Tiga tersangka perampasan yang beraksi di Jl KH Hasan Genggong misalnya, akhirnya dilumpuhkan jajaran Polresta Probolinggo. Tiga tersangka itu M Nosi (22) dan M Arifin (18), warga Dusun Mantung, Kel Sumbertaman, Kec Wonoasih, Kota Probolinggo. Satunya lagi Nurul Huda (26), warga Sumberbulu, Kec Tegalsiwalan, Kab Probolinggo, kini meringkuk di tahanan Mapolresta.

Dalam pemeriksaan, ketiga tersangka mengaku beraksi di ruas jalan Probolinggo-Kedungasem tepatnya di depan kantor Kel Kedungasem, akhir pekan lalu. Saat itu kebetulan sebuah truk barang yang dikemudikan Suryanata I Gusti Putu (21), warga Tabanan, Bali sedang melintasi ruas jalan tersebut.

Truk Fuso yang berjalan pelan itu langsung dipepet llau dihadang tiga pelaku yang mengendarai sepeda motor Honda Prima bernomor polisi (Nopol) P 3620 MO. Begitu truk berhenti mendadak, tersangka Nosi mendekati sopir truk sambil mengacungkan golok. “Sopir dibentak, dimintai uang,” ujar Kasat Reskrim Polresta AKP Agus I Supriyanto.

Kebetulan, Minggu (24/10) tengah malam itu ada sejumlah polisi yang sedang berpatroli di ruas Jalan Kedungasem-Probolinggo. “Begitu polisi melakukan tembakan peringatan, pelaku keder dan membuang golok. Ketiganya berhasil ditangkap,” ujar AKP Agus.

Malam itu juga ketiganya digiring ke Mapolresta Probolinggo. Mereka mengaku baru dua sekali melakukan aksi pemerasan di jalan. Komplotan bajing loncat ini sebelumnya beraksi di ruas jalan depan gedang beras Bulog, Jl KH Hasan Genggong, Kota Probolinggo, Minggu (17/10) lalu. Mereka kini dijerat Pasal 268 KUHP tentang pemerasan. “Ketiganya terancam hukuman penjara maksimal 9 tahun,” ujar AKBP Agus Wijayanto. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=5c2fc00bef3029d1a1966dcf9cbdab3b&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Hadang Truk, 3 Bajing Tepergok

Kamis, 28 Oktober 2010

Probolinggo - SURYA-Tiga bajing loncat tertangkap basah saat menghadang truk pakan di Jl Raya Lumajang atau Jl Raya KH Hasan Genggong, Kel Kedungasem, Kec Waonoasih, Kota Probolinggo, Minggu (24/10) dini hari. Mereka adalah Muhammad Nosi bin Lasmidi, 22, warga RT 2 RW 5 Mantong, Kel Sumbertaman, Kec Wonoasih, Probolinggo. Nurul Huda bin Gernaryam, 24, warga RT 2 RW 4 Jawaan, Desa Jorongan, Kec Leces, Probolinggo, dan Moh Arifin bin Supnadi, 18, warga RT 3 RW 6, Kel Sumbertaman, Kec Wonoasih, Kota Probolinggo.

Dari tangan tersangka, polisi menyita sebilah parang dan motor Honda Prima P 3620 MO. Mereka tepergok polisi saat menyergap truk fuso pakan ternak yang disopiri Suryana I Gusti Putu, 32, warga Penebel, Tabanan, Bali. Saat Huda dan Arifin menghadang truk lalu Nosi menodongkan parang kepada sopir, polisi tiba. Mereka langsung digelandang ke mapolres. Kapolresta AKBP Agus Wijayanto, Rabu (27/10), akan menjerat tersangka dengan Pasal 368 KUHP dengan ancaman 9 tahun penjara. n st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/28/hadang-truk-3-bajing-tepergok.html

Ny. Hartatik Berharap Ada Keajaiban

Kamis, 28 Oktober 2010

Probolinggo - Surya- Hanya keajaiban yang bisa menolong Ny Hartatik, 33, warga RT 2/RW 3 Dusun Krajan, Desa Leces, Kec Leces, Kab Probolinggo, ini dari penderitaan. Tumor di wajah janda beranak satu ini dari hari ke hari semakin membesar.

Belasan tahun lalu, sebelum suami, Satroyon Hartono, meninggal, ia masih punya tempat berharap. Kini, ia tak bisa berbuat banyak. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja susah. Sawah orang tua dan kambing bantuan pemkab habis dijual untuk berobat ke dokter maupun ke pengobatan alternatif. Ia nyaris putus asa. Bahkan, pernah mencoba bunuh diri. Beruntung masih banyak sanak saudara yang menghibur.

Penyakit itu diderita sejak SMP. Semula ia menganggap sakit gigi. “Setelah dioperasi, empat gigi saya dicopot dan langit-langit saya juga dioperasi. Sekarang saya tidak punya langit-langit,” ungkapnya. Namun, anggapan itu meleset. Ternyata itu tumor ganas yang kini sudah sebesar kepala bayi.

Didampingi ibu dan adik bungsu, Ny Hartatik menceritakan, upaya penyembuhan sudah dilakukan ke puskesmas, RS, dokter, tabib, dan orang pintar, baik di Probolinggo, Malang, Bondowoso, Kediri, sampai Banyuwangi. Namun, semua tak membuahkan hasil. Bahkan, ia pernah dioperasi di RS Patrang dengan biaya sendiri.

Surya memberitahukan penderitaan Ny Hartatik ini kepada Ketua Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Pemkab Probolinggo Ny Tantri Hasan Aminuddin di sela-sela kegiatan tasyakuran penutupan manasik haji. Perempuan berparas cantik ini tersentak kaget. “Saya baru dengar ini. Kami akan upayakan pengobatan gratis,” katanya. ntiq/st35

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/28/ny-hartatik-berharap-ada-keajaiban.html

Rabu, 27 Oktober 2010

Murahnya Briket Serbuk Kayu

Rabu, 27 Oktober 2010 | 11:21 WIB

PROBOLINGGO - Meski konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji telah digelindingkan tidak menutup kemungkinan warga menggunakan bahan bakar alternatif. Salah satu bahan bakar yang murah dan aman untuk memasak adalah serbuk kayu dan serbuk arang kayu.

“Serbuk kayu harganya murah bahkan sering dibuang dan dibakar. Padahal bisa disulap menjadi briket untuk memasak,” ujar Fitriawati SSos MM, kepala UPT Informasi dan Pendidikan Lingkungan Hidup (IPLH) pada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Probolinggo.

Ditemui di sela-sela pelatihan kepada 100 pedagang makanan-minuman dan kader lingkungan di Taman Wisata dan Studi Lingkungan (TWSL), Selasa (26/10), Fitri menunjukkan cara membuat briket. Bahannya sangat murah, serbuk kayu, lem kanji (dari tapioka), cetakan dari pipa PVC ukuran 1 dim (inchi) sepanjang 10 Cm.

Serbuk kayu yang dicampur dengan lem kemudian dicetak, mirip orang membuat kue puthu. “Setelah itu, briket berbentuk silinder itu dijemur di terik matahari, sudah bisa digunakan memasak,” ujar Fitri.

Diakui kompor yang digunakan untuk memasak memang berbeda dengan kompor minyak tanah. Cara kerja kompor briket serbuk kayu itu mirip anglo. “Agar mudah menyalakan, briket direndam dalam minyak tanah atau spiritus,” ujar Puguh Priyosudibyo, narasumber pelatihan.

Selain dari serbuk kayu, briket bisa dibuat dari serbuk arang kayu. “Arang serbuk kayu dibuat dengan pembakaran tidak sempurna terhadap serbuk kayu,” ujar Puguh.

Puguh menunjukkan alat sederhana untuk membakar arang yang terbuat dari blek (kaleng) bekas biskuit. Serbuk kayu dimasukkan dalam blek yang dindingnya dilubangi dengan paku.

Saat serbuk kayu mulai terbakar, lubang-lubang pada dinding blek ditutup rapat. Maka jadilah arang serbuk kayu yang siap diolah menjadi briket serbuk arang. “Panas yang dihasilkan briket biorang lebih tinggi dibandingkan kayu bakar biasa dan nilai kalornya mencapai 5.000,” ujar Puguh.

Sebagai perbandingan, kayu kering menghasilkan panas 4.491,2 kalor/gram dan batubara muda (lignit) 1.887,3. Sementara batubara 6.999,5, minyak bumi (mentah) 10.081,2, bahan bakar minyak 1.0224,6, dan gas alam 9.722.9.

Dibandingkan minyak tanah non-subsudi yang harganya Rp 7.500-8.000 per liter, briket serbuk kayu jauh lebih murah. “Soalnya serbuk kayu dapat diperoleh secara gratis, kalau harus beli, satu sak hanya Rp 7.000,” ujar Puguh.

Satu sak serbuk kayu bisa menjadi ratusan potong briket. “Sebanyak 8-10 potong briket bisa digunakan untuk memasak hingga 4 jam, irit kan,” ujarnya. Puguh mengakui, briket serbuk kayu masih menimbulkan asap. “Kalau ingin asapnya sedikit, ya gunakan briket serbuk arang,” ujarnya.

Sejumlah peserta pelatihan mengaku bakal menggunakan briket serbuk kayu untuk memasak. “Briket serbuk kayu murah untuk menghangatkan bakso yang saya jual,” ujar seorang pedagang bakso keliling. isa

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=cdfe15852928efe3af0421fd3921b42c&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Suami Riska Tewas, Bayinya yang Mirip Almarhum Jadi Pelipur Lara

Rabu, 27 Oktober 2010 | 10:36 WIB

Oleh Iksan Mahmudi

Banjir bandang di Wasior, Papua Barat, 4-6 Oktober lalu juga menghancurkan impian Abdullah dan keponakannya, Riska Yuni Rahmawati (25). Masa depan yang mereka bangun berantakan.

MERANTAU di Wasior sejak Oktober 2009, Abdullah sebenarnya sudah punya tabungan Rp 18,7 juta. Namun tabungan hasil ngojek yang dia kumpulkan berbulan-bulan itu ditelah air bah. ’’Motor saya ada dua, satu selamat, satu lagi hanyut,” ujarnya.

Abdullah bersama eks perantau Probolinggo yang kembali dari Wasior, Senin (25/1), berkumpul di rumah Agus Sudarsono (51), warga RT 05/RW 02, Dusun Triwung, Desa Warujinggo, Kec Leces. Agus adalah orang yang dituakan dalam kelompok perantau itu karena dialah yang mengajak mereka ke Wasior.

Termasuk yang ikut kumpul-kumpul adalah Riska Yuni Rahmawati, keponakan Agus. Dia mengaku tidak bisa melupakan banjir Wasior. Suaminya, Karel Paulus, seorang polisi, menjadi korban banjir dan meninggal dalam perawatan di rumah sakit.

Anak semata wayangnya, Kevin Karel Rumadas (8 bulan) menjadi satu-satunya penghibur. “Anak saya fisiknya persis ayahnya yang memang asli Papua,” ujar Riska sambil menggendong bayinya.

Sementara itu kedua orangtua Riski, Rahmad dan Elly, keponakan Riska, hingga kini tetap bertahan di Wasior. “Mas Rahmad, kakak kandung saya, sengaja tidak pulang ke Probolinggo karena menunggu harta benda yang tersisa,” ujar Lilik.

Selama bekerja di Wasior, para pekerja ini tinggal di rumah kontrakan. “Di sana biaya hidup mahal, rumah petak kontrakan Rp 400 ribu per bulan,” ujar Rudi Sudarsono, mantan perantau di Wasior lainnya.

Sepengetahuan Rudi, ada 12 pekerja asal Probolinggo yang bekerja di Wasior. Pasca banjir bandang, sebanyak 7 orang memilih pulang kampung. “Alhamdulillah semuanya selamat dari banjir bandang,” ujar Agus.

Murahman, eks perantau lainnya, belum bisa melupakan air bercampur lumpur dan gelondongan kayu seperti ditumpahkan dari langit. “Bunyi batu beradu dengan kayu-kayu gelondongan benar-benar mengerikan. Saat banjir surut, timbunan lumpur di Pasar Baru, Wasior hingga ketinggian 2-3 meter,” ujarnya.

Agus, eks perantau lainnya, menceritakan, dirinya diikuti sejumlah warga lain sempat melarikan diri dengan ngebut naik motor ke arah atas (gunung). “Tidak tahunya air dari gunung, kami pun terbirit-birit kembali ke bawah, menyelamatkan diri,” ujarnya.

Data Posko Darurat Bencana Banjir Bandang Kab Telukwandana, Papua Barat diketahui ada 20 pekerja asal Jatim, termasuk 7 pekerja asal Probolinggo, pulang. Mereka tidak tahan hidup di tenda daurat di lapangan tembak Makodim Manukwari, 6-20 Oktober. “Kami tidak kerasan tinggal di tenda-tenda yang dihuni sekitar 4.700 pengungsi,” ujar Murahman, eks perantau lainnya.

Akhirnya, bersama 20 pengungsi asal Jatim, ke-7 perantau asal Probolinggo itu bertolak ke Tanjung Perak, Surabaya, Rabu (20/10). “Kami naik KM Labobar, tiba di Surabaya, Kamis (21/10),” ujar Rudi Wahyudi. Sebelumnya dalam perjalanan laut Wasior-Manukwari, Rudi sempat menumpang kapal patroli. “Saya berbaur dengan belasan jenazah korban banjir yang akan dikirim ke Manokwari,” ujarnya.

Disinggung apakah mereka bakal kembali ke Wasior, Agus dan sejumlah pekerja asal Probolinggo mengaku masih pikir-pikir. “Kalau saya sudah bertekad ingin kembali ke Papua. Kalau ada yang meminjami uang Rp 1 juta, saya bukan meminta bantuan lho, saya berangkat kembali ke sana,” ujar Murahman. *

Suimber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=946a74e58ff86d50c79ba0c5b146169b&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

Tokek, Tokek…Eh, Bisa Jadi Milyarder

Rabu, 27 Oktober 2010 | 10:33 WIB

Tampang tokek memang terkesan seram, namun di balik tampang seramnya itu tersimpan potensi untuk mendulang rupiah. Sejumlah orang yang beruntung dan bertangan dingin, beberapa tahun belakangan menjadi milyarder setelah menyulap tokek jadi komoditas ekspor.

Sebuah iklan penawaran beli di salah satu situs web menyatakan, akan membeli tokek warna bintik-bintik merah asal Indonesia, secara paket. Harga beli yang ditawarkan cukup fantastis, mulai dari Rp 7,5 juta per ekor sampai Rp 50 miliar per ekor tergantung klasifikasi paketnya.

Mungkin kedengarannya sangat tidak masuk akal, seekor tokek dihargai sampai miliaran rupiah bahkan puluhan miliar rupiah per ekor. Padahal biasanya, binata melata yang sejenis cicak itu berkeliaran di rumah-rumah kosong atau rumah-rumah berbangunan besar, seakan tak ada harganya. Malah, kerapkali suaranya yang seram itu dijadikan guyonan untuk mengundi nasib.

Namun, harga tokek yang mencapai miliaran rupiah itu diakui kebenarannya oleh David Hendra, warga Jl Puspowarno Tengah, Semarang Barat. Laki-laki kelahiran Probolinggo, 24 November 1957 itu mengaku, baru setahun berbisnis jual beli tokek tapi sudah mampu beromzet miliaran rupiah.

Hendra menjelaskan, tokek yang bernilai jual tinggi itu memang bukan sembarang tokek. Beratnya per ekor harus lebih dari 3,5 ons dan harus dalam keadaan hidup. 'Umumnya berat tokek di bawah 2 ons. Itu tak laku dijual. Kalaupun dijual, paling hanya laku Rp 2 ribu-Rp 3 ribu per ekor buat obat,' jelasnya.

Dia menambahkan, tokek dibagi tiga jenis: tokek hutan, tokek batu, dan tokek rumah. Masing-masing memiliki ciri khas yang membedakan. Namun, di antara tiga jenis tokek itu, tokek rumah paling mahal.

Untuk tokek rumah seberat 5 ons-5,9 ons, harganya bisa mencapai Rp 250 juta per ons, sehingga per ekor bisa laku sampai Rp 1 miliar. 'Bahkan, tokek dengan berat lebih dari 5,9 ons dihargai Rp 500 juta per ons,' tuturnya.

Hendra yang baru setahun menekuni bisnis tokek itu menyatakan pernah melakukan transaksi tokek rumah seberat 7 ons, sekitar setahun lalu. Untuk transaksi itu, si mediator (penghubung, Red) minta bayaran Rp 500 juta. 'Anda percaya atau tidak? Tapi, ini benar-benar terjadi,' tegasnya meyakinkan.

Untuk jenis tokek lain, lanjut dia, harganya memang tak setinggi tokek rumah. Tokek batu misalnya, harganya hanya Rp 5 juta per kg dan harga tokek campuran cuma seperempat harga tokek rumah. 'Tokek batu itu besar-besar. Seekor bisa lebih dari 1 kg,' ujarnya.

Tokek-tokek berukuran jumbo itu, lanjut Hendra, mayoritas dijual ke luar negeri. Namun, dengan alasan bisnis, dia enggan menyebutkan negara-negara pengimpor tokek asal Indonesia itu. 'Ya pokoknya dibeli orang luar negeri sana, ' tegas bapak empat anak itu.

Menurut Hendra, di luar negeri, tokek yang beratnya lebih dari 3,5 ons digunakan untuk bahan penelitian. Termasuk untuk menciptakan obat-obatan, pembuatan senjata biologi, serta kepentingan teknologi biologis lainnya. 'Tokek untuk pengembangan teknologi ke depan tidak akan surut. Justru permintaan akan semakin tinggi,' ujarnya optimistis.

Hendra memulai bisnis jual beli tokek itu baru sekitar tahun 2008, namun usahanya maju pesat. Selain di Semarang, kini Hendra telah mampu membuka lima kantor cabang pemasaran. Yakni, di Bekasi, Bandung, Surabaya, Denpasar, dan Jakarta. Kantor cabang tersebut, selain untuk bisnis tokek, juga dimanfaatkan Hendra untuk bisnis lain yang ditekuni lebih dulu. Yaitu, membuka kursus bahasa, pembuatan website, serta bisnis handphone dan computer.

Tak hanya itu, Hendra juga telah menjadi salah seorang pakar budidaya tokek di Indonesia. Dia kini mengasuh situsweb tentang tokek, yang dibuatnya sendiri yakni, pasartokek.com. Melalui situswebnya itu, Hendra berbagi ilmu dan pengalaman dalam berbisnis jual beli tokek, serta menyebarkan informasi tentang pasar tokek.

Selain itu, Hendra juga menggelar pelatihan budidaya tokek diberbagai daerah. Tentu saja tidak gratisan. Kemudian, para alumnus lembaga pelatihan tersebut, ada pula yang dia rekrut masuk ke dalam jaringan bisnis tokeknya.

Waspadai Penipuan

Di bagian lain Hendra mengingatkan, karena harganya yang sangat menggiurkan, wajar saja bila bisnis tersebut sekarang menjadi santapan empuk para tukang tipu. Modus penipuannya bisa dilakukan dengan pemberian obat, makanan, atau alat pemberat lain yang mampu meningkatkan berat badan tokek. 'Pernah ada yang memasukkan gotri (pelor) di tubuh tokek biar beratnya tambah,' ceritanya.

Namun, pengusaha multitalenta tersebut memiliki cara sendiri untuk mengantisipasi penipuan dalam bisnisnya itu. Suami Tabita Sriwatiningsih tersebut menyatakan telah memiliki jaringan perdagangan tokek yang kuat. Mayoritas pembeli yang dilayani adalah konsumen di luar negeri.

Untuk jaringan ke bawah, mulai para penjual dan pengumpul, Hendra menggunakan cara tersendiri guna mencegah penipuan. Yakni, penjualan melalui foto serta pembayaran melalui beberapa tahap. 'Usaha dengan omzet miliaran seperti ini rawan penipuan. Kalau tidak cermat, akan mudah ditipu makelar. Karena itu, saya punya cara sendiri untuk mengatasi penipuan,' ujarnya.

Dia menjelaskan, sistem penjualan tokek dipasarkan melalui foto tertutup. Tokek tidak diperlihatkan secara utuh. Namun, tokek difoto di atas timbangan digital yang di sampingnya diletakkan koran untuk mengetahui tanggal berapa tokek tersebut difoto.

Foto tersebut kemudian dipasarkan melalui internet atau dikirim dalam bentuk print out. Orang yang hendak membeli tokek harus lebih dulu menyatakan sanggup bertransaksi dengan mentransfer sejumlah uang. 'Selanjutnya, saat terjadi transaksi langsung, barulah dibayar lunas,' jelasnya.

Untuk pembelian dari pengumpul atau pemilik, Hendra menggunakan tiga tahap pembayaran untuk menghindarkan penipuan. Pertama, pernyataan kesanggupan dengan membayar sejumlah tertentu. Lalu, selama beberapa hari, dia mengamati kondisi kesehatan tokek. Jika tokek tetap sehat, dirinya baru membayar uang muka. Baru setelah beberapa minggu dipastikan tokek dalam keadaan aman dan sehat, dia membayar lunas harga yang disepakati. 'Tentunya, kita harus lebih cerdas dari para penipu. Saya sudah punya pengalaman ditipu orang. Itu menjadi pengalaman paling berharga,' ujarnya.

Obat HIV/AIDS

Selain untuk bahan penelitian, tokek juga diyakini berkhasiat sebagai obat. Menurut pengobatan tradisional China, tokek dapat dijadikan bahan dasar untuk mengobati penyakit tumor dan gatal-gatal pada kulit. Daging, darah, dan empedu tokek juga dapat mengobati beberapa penyakit. Bahkan, lidahnya, dapat dijadikan sebagai obat HIV/AIDS.

Apa benar tokek bisa menyembuhkan penyakit HIV/AIDS? Menurut penuturan salah seorang agen tokek di Pekanbaru (Maret 2009) yang bernama Yon Candra (32), lidah tokek bisa mengobati atau mematikan virus HIV/AIDS. Rumor itulah yang membuat warga Pekanbaru, Riau, “ramai-ramai” melakukan perburuan tokek.

Tapi, Yon ogah mengungkapkan ramuan obat HIV/AIDS yang berbahan dasar lidah tokek tersebut. “Itu rahasia perusahaan,” tandasnya. Meski demikian Yon mengatakan, dia mengekspor tokek ke Thailand dan China. Di kedua negara itu ada orang yang dapat membuat obat HIV/AIDS dari tokek.

Sementara itu salah seorang dokter di Pekanbaru yang sering menangani kasus virus HIV/AIDS, Burhanudin Agung mengatakan, sejauh ini dari beberapa riset dan percobaan belum ada satupun obat yang mampu menyembuhkan virus AIDS.

Kata dokter Agung, yang namanya virus itu tidak bisa disembuhkan. “Tapi, kalau untuk mempertahankan daya tubuh pasien, jika sudah terjangkit HIV/AIDS, itu baru ada, yakni Anti Retroviral (ARV) yang harganya cukup mahal.”

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memang belum pernah membenarkan bahwa tokek dapat dijadikan obat sejumlah penyakit. Demikian pula Departemen Kesehatan RI, belum pernah memberi rekomendasi tentang khasiat “cicak jumbo” ini. Namun para ahli pengobatan China mengembangkan obat tumor dari organ tubuh tokek. Alasannya? Karena di dalam organ tokek ada zat yang mampu menekan pertumbuhan sel-sel tumor.

Tim yang diketuai Prof. Wang dari Universitas Henan, China, menunjukkan bahwa zat aktif tokek tidak hanya meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh dari suatu organisme, tetapi juga menginduksi sel-sel tumor apoptosis (yang membunuh dirinya sendiri) serta menekan ekspresi protein VEGF dan bFGF, faktor pendukung berkembangnya kanker. Tokek efektif dimanfaatkan untuk menghilangkan tumor ganas, terutama tumor di bagian sistem pencernaan yang dijadikan sebagai alternatif pengobatan, yaitu operasi, radioterapi, dan kemoterapi.

Sementara itu sebagian masyarakat di Indonesia menyatakan, manfaat tokek paling jos untuk mengobati penyakit asma. Tetapi daging tokek harus dijadikan tepung terlebih dulu. Konon tepung tokek dapat menyembuhkan penyakit asma secara efektif. Selain asma, tokek diyakini dapat mengobati impotensi, meningkatkan fungsi seksual pria, serta meningkatkan stamina.

Tak hanya itu, tepung tokek terkadang dicampur dengan obat-obatan lain untuk menyembuhkan batuk dan flu. Dosis yang direkomendasikan adalah tiga sampai sembilan gram per hari, biasanya dikonsumsi dalam bentuk bubuk atau pil, bisa juga direbus dulu. ins

Tabel harga Tokek

A. Standar Harga Pada Umumnya

Tabel Standar Berat, Panjang, Besar Kepala Dan Harga Tokek

Berat Panjang Besar Harga Ket

(gram) (cm) (jari) (Rp)

420 42 3 2 miliar

390 40 3 500 juta

360 38 3 250 juta

330 36 2,5 50 juta

300 33 2,5 30 juta

250 30 2,5 10 juta

B. Harga Buyer

Ada 2 macam sistem dari pembeli untuk membeli tokek dengan harga mahal dan tidak ada potongan apapun artinya harga murni. Untuk itu harus dipahami kemauan pembeli atau buyer. Minimal ada 2 sistem dari buyer, yang pertama buyer menghendaki adanya tokek master yaitu tokek yang memiliki berat cukup fantastis yaitu (minimal 4,2 ons). Sistem kedua adalah sistem paket, pembeli mau membeli tokek tanpa adanya master atau maskot asal dengan jumlah minimal tertentu, misal berat 3,6 harus minimal 8 ekor. Berikut contoh tabel sistem buyer :

Sistem Master atau Maskot

Master Berat yg Dibeli Jumlah yg Dibeli Harga Ket

(gr) (gr) (ekor) (Rp)

420 420 1 2 miliar

390 1 500 juta

360 1 250 juta

330 1 50 juta

300 1 30 juta

250 1 10 juta

b. Sistem Paket

Yang dimaksud sistem paket adalah, tokek yang dibeli hanya dengan berat tertentu dan juga minimal jumlah tertentu, misal Tokek dibeli hanya berat 3,3 ons, 3,6 ons dan 3,9 ons dan ini pun harus dengan minimal jumlah tertentu misal 3,3 harus minimal 8 ekor dan 3,6 harus minimal 5 ekor kecuali 3,9 boleh hanya 1 ekor. Berikut tabel tersebut.

Paket Berat yg Dibeli Jumlah yg Dibeli Harga Ket

(gr) (ekor) (Rp)

A 390 1 2 miliar

360 5 500 juta

330 8 250 juta

B campuran minimal 5 sesuai berat

C. Tabel Harga Mediator

Sudah pasti harga yang diberikan oleh mediator lebih rendah daripada harga buyer karena Mediator tentu ingin mendapat keuntungan. Ada yang terang-terangan memakai sistem SS atau dalam bahasa jawa disebut, sigar semongko (belah semangka) yang berarti berarti dibagi dua. Harga jual yang didapat nantinya dibagi dua yaitu separuh untuk pemilik dan separuh untuk mediator.

Sistem Berat yg Dibeli Jumlah yg Dibeli Harga Ket

(gr) (ekor) (Rp)

SS 420 1 2 miliar

390 1 500 juta

360 1 250 juta

330 1 50 juta

300 1 30 juta

250 1 10 juta

Sesuai idem idem sesuai perjanjian kesepakatan

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=337e54f8a37228d67f9d2af8d8d8a2b0&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5


Selasa, 26 Oktober 2010

Eksekutif dan Legislator Probolinggo Kunjungi Gowa

Laporan: Tribunnews.com
Selasa, 26 Oktober 2010 | 12:35 WITA

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pemerintah Kabupaten Gowa menerima kunjungan kerja anggota Komisi A DPRD dan pihak Pemerintah Kota Probolinggo ,Provinsi Jawa Timur, yang diwakili Sekda Gowa, MuhYusuf Sommeng, didampingi Ketua DPRD Kabupaten Gowa, Ansar Usman, Selasa (26/10/2010) di Baruga Pattingallaoang, kantor Bupati Gowa.


Kunjungan ini dipimpin Ketua DPRD Kota Probolinggo, Sulaiman, ini diikuti oleh 21orang yang terdiri dari anggota Komisi A DPRD dan Eksekutif Kota Probolinggo.

Sulaiman mengatakan, kunjungan ini untuk menjalin silaturahmi, kerjasama, dan tukar menukar informasi antara Pemkot Probolinggo dengan Pemkab Gowa dalam bidang pendidikan dan agama.

Sekda Gowa menjelaskan, kepedulian Pemkab Gowa untuk mewujudkan pendidikan gratis direalisasikan demgan Perda No.4 Thn 2008 yg dilaksanakan pada tingkat SD sampai SMA. Bagi yang bersekolah di sekolah swasta yang tidak melaksanakan program pendidikan gratis, cukup menyampaikan pernyataan ketidakmampuan pada pemkab.

Sementara bidang keagamaan sejak tahun 2005, Pemkab Gowa melakukan Jumat Ibadah setiap hari Jumat di kantor pemerintah,sekolah, dan masjid sebagai upaya utk meningkatkan iman dan ketaqwaan aparatur dan masyarakat Gowa.(*)

Sumber: http://www.tribun-timur.com/read/artikel/134381/Eksekutif_dan_Legislator_Probolinggo_Kunjungi_Gowa


Australia Serahkan Dana Hibah Untuk Program Sanitasi di 22 Daerah

Selasa, 26/10/2010 14:15 WIB
Rita Uli Hutapea - detikNews

Jakarta - Penduduk Indonesia di 22 kota akan segera mendapatkan akses fasilitas sanitasi yang lebih baik. Ini berkat dukungan Australia yang membantu pemerintah daerah meningkatkan program perbaikan sanitasi perkotaan.

Para bupati dan walikota dari 22 daerah hari ini berkumpul di Jakarta untuk menandatangani Naskah Penerusan Hibah dari Australia senilai total A$ 6 juta. Hibah ini akan memungkinkan pemerintah daerah membangun saluran pembuangan dan pengelolaan air limbah perkotaan, sambungan ke sistem pembuangan air limbah, sumur WC bersama, WC umum, layanan pengumpulan limbah padat, dan fasilitas daur ulang limbah padat.

Direktur Infrastruktur AusAID, Ben Power, mengatakan proyek ini memberikan penghargaan kepada pemerintah-pemerintah daerah yang menunjukkan komitmen kuat untuk mengupayakan infrastruktur sanitasi yang lebih baik.

"Membantu Indonesia memperbaiki sanitasi adalah penting bagi Australia," ujar Ben Power seperti tertuang dalam siaran media dari Kedubes Australia kepada detikcom, Selasa (26/10/2010).

"Kami bangga dapat terlibat dalam sebuah proyek yang memperhatikan masyarakat miskin perkotaan dan menjadikan hidup mereka lebih sehat dan lingkungan lebih aman," tandas Power.

Melalui kesepakatan baru ini, pemerintah-pemerintah kota akan mendapatkan bantuan dana hibah dari Australia berkisar antara Rp 500 juta hingga Rp 4,8 milyar. Masing-masing besaran hibah akan ditentukan oleh besarnya alokasi sanitasi pada anggaran belanja daerah tahun 2010.

Kota-kota yang menerima dana hibah ini adalah: Probolinggo, Jombang, Purworejo, Yogyakarta, Solok, Deli Serdang, Makassar, Banjarmasin, Malang, Tegal, Cimahi, Jambi, Banda Aceh, Medan, Bukit Tinggi, Pekanbaru, Pekalongan, Blitar, Batu, Ambon, Jayapura dan Denpasar.

Kedubes Australia menyatakan pemerintah Australia berkomitmen untuk membantu Indonesia mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium dengan meningkatkan akses terhadap air bersih serta sanitasi yang lebih baik.

(ita/ita)

Sumber: http://www.detiknews.com/read/2010/10/26/141544/1475353/10/australia-serahkan-dana-hibah-untuk-program-sanitasi-di-22-daerah

Proyek Pavingisasi PNPM Tidak Sesuai dengan Bestek Miskin Bermasalah

Selasa, 26 Oktober 2010

Probolinggo - Surya- Proyek pavingisasi tahap kedua Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Perkotaan di Asembagus, Kec Kraksaan, Probolinggo, bermasalah.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bappemas) Kab Probolinggo Imam Muljoto bahkan menyatakan, tidak akan menurunkan rekomendasi pencairan anggaran tahap ketiga lantaran cemas akan menjadi urusan hukum.

Pada 2010 ini, Desa Asembagus digelontor Rp 200 juta. Tiga puluh persen dialokasikan untuk pembangunan sarana dan prasarana proyek pavingisasi sebesar Rp 60 juta. Namun ada tengara pavingisasi itu tidak sesuai bestek. Semestinya, pavingnya tipe K 200, namun realisasinya K 90.

Di desa ini ada dua dusun yang dipaving yakni, Dusun Calok Elang sepanjang 400 meter dan di Dusun Asemkandang sepanjang 200 meter.

Temuan itu terungkap dalam sidak tim Bappemas ke Desa Asembagus. “Selisih harga antara tipe K 200 dengan K 90 sekitar Rp 8.000,” ujar Imam Muljoto di sela-sela kunjungan ke lokasi PNPM, Senin (25/10).

Namun, Imam menyangkal adanya ketidaksesuaian bestek. “Itu karena rekanan mengubah kualitas. Ada nota pemesanannya,kok,” tandasnya.

Wakil Ketua DPRD H Wahid Nurahman menyatakan, kalau memang ada indikasi korupsi, hak kejaksaan untuk menyelidiki. Kalau rekanan yang salah, maka harus mengganti kualitas paving sesuai bestek.n tiq

Sumber: http://www.surya.co.id/2010/10/26/proyek-pavingisasi-pnpm-tidak-sesuai-dengan-bestek-miskin-bermasalah.html

Harta Ludes, Pulang Kampung Bawa Trauma Psikis

Selasa, 26 Oktober 2010 | 10:18 WIB

OLEH IKHSAN MAHMUDI

Banjir bandang di Wasior, Papua Barat, 4-6 Oktober lalu masih menyisakan duka mendalam bagi para korban. Termasuk sejumlah pekerja asal Probolinggo.

Meski sudah sekitar tiga minggu berlalu, kedahsyatan banjir bandang di Kec. Wasior, Kab Telukpondama, Propinsi Papua Barat masih membayang-bayangi sebagian warga yang jadi korbannya. Termasuk 12 warga Kota dan Kab Probolinggo yang bekerja di Bumi Cendrawasih itu.

“Sampai sekarang saya masih sering pusing-pusing, susah tidur. Saya sering menelan obat sakit kepala atau pil tidur,” ujar Agus Sudarsono (51), warga RT 05/RW 02, Dusun Triwung, Desa Warujinggo, Kec Leces, Kab Probolinggo, Senin (25/10).

Ketika mencoba berobat, dokter yang memeriksanya mengatakan, Agus menderita trauma psikis. Pria paro baya itu diminta tidak terlalu memikirkan peristiwa yang mengakibatkan ratusan jiwa melayang dan meluluhlantahkan distrik Wasior.

Pensiunan pegawai PT Kertas Leces (Persero) itu termasuk dituakan di antara 12 warga Probolinggo yang mengadu nasib di Wasior. Soalnya ia yang mengajak mereka bekerja di Wasior. “Saya berangkat ke Wasior pada 24 Oktober 2009. Ini surat jalan dari Kades Warujinggo masih saya simpan,” ujar Agus. Di sana ia bekerja serabutan mulai tukang ojek, pekerja proyek, hingga berdagang ia lakoni.

Sejumlah pekerja asal Probolinggo yang Senin siang itu berkumpul di teras rumah Agus juga menceritakan, latar belakang sampai mereka terdampar di Papua. “Cari kerja di Probolinggo sulit. Di Wasior dengan kerja menjadi tukang ojek saya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 2 juta per bulan,” ujar Rudi Wahyudi (41), warga asal Jl Brantas, Kel Kademangan, Kec Kademangan, Kota Probolinggo.

“Kerja apa saja di Wasior bisa mendatangkan uang, yang penting halal,” ujar Abdullah, juga warga Kademangan. Sebagai tukang ojek, ia mengaku bisa menabung dan mengirimkan uang untuk keluarganya di Probolinggo.

Hal senada diungkapkan Murahman (50), warga asal Desa Tegalmojo, Kec. Tegalsiwalan, Kab. Probolinggo. “Kerja buruh tani di Probolinggo upahnya tidak cukup, terpaksa saya merantau ke Irian,” ujarnya.

Meski kerja serabutan, sebanyak 12 pekerja asal Probolinggo mengaku bisa menopang ekonomi keluarganya. “Saya bangga meski kerja sebagai tukang ojek di Wasior bisa membiayai kuliah anak saya di Fakultas Kedokteran, Unair. Sekarang anak saya sudah dokter muda,” ujar Agus Sudarsono.

Lilik, istri Agus sesekali dalam sebulan mengunjungi suaminya di Wasior. Tidak sekadar melepas rindu, Lilik membawa barang dagangan berupa bawang merah, bawang putih, beras, telur, hingga gula kelapa ke Wasior.

“Akibat banjir bandang, 1 ton bawang merah, 3 kuintal bawang putih, dan 3 kuintal gula kelapa yang baru tiba di Wasior amblas diterjang banjir,” ujar Lilik. Saat kejadian banjir, perempuan berjilbab itu berada di Probolinggo.

Sementara motor sang suami, yang sehari-hari untuk ngojek, amblas terbawa banjir. “Relakan saja dibawa banjir. Ada teman saya asal Jombang, suami-istri yang mempertahankan motornya, hanyut dan tewas diterjang banjir,” ujarnya.

“Dua motor saya dan uang sekitar Rp 1,7 juta juga amblas,” ujar Murahman. Ia sempat naik pohon besar dan “bertengger” sekitar 2 jam demi menyelamatkan diri dari kepungan banjir. (bersambung)

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=b62a3ad876173e9cdfa736b6ff74a8e6&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc